PEMITRA
LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT KEMITRAAN STRATEGIS (PEMITRA)
JUDUL :
PEMITRA BAGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN SAYURAN DI DESA SINDON KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
Diajukan oleh : Dr. Muhtadi, M.Si (Ketua) Rusdin Rauf, S.TP, M.P. (Anggota) Kun Harismah, Ph.D (Anggota) Drs. Saifuddin, M.Ag (Anggota)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2015
RINGKASAN
Pada kegiatan pengabdian Pemitra bagi Pengembangan Produk Olahan Sayuran di Desa Sindon Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali ini, telah dilakukan kegiatan pelatihan, dan pendampingan bagi ibu-ibu PKK, pengajian Aisyah dan kelompok wanita tani ”Mawar” desa Sindon untuk meningkatkan pemahaman, ketrampilan dan pengembangan pemasaran produk olahan dari tepung sayuran. Pada kegiatan Pemitra ini dilakukan pelatihan pembuatan tepung sayuran, selanjutnya dilatihkan juga ketrampilan pembuatan mie basah, mie instant, kerupuk dan biskuit dari tepung olahan sayuran. Hasil yang telah diperoleh dari kegiatan Pemitra ini semua kelompok ibu-ibu mitra telah dapat menguasai ketrampilan untuk mengolah tepung sayuran menjadi produk mie basah, mie instan, kerupuk dan biskuit. Namun, kendala dan persoalan yang masih dihadapi saat ini adalah semangat untuk memulai usaha produksi dan mengembangkan pemasaran produk olahan tepung sayuran dari kelompok ibu-ibu yang dibina masih sangat rendah, sehingga tindak lanjut pada kegiatan selanjutnya akan difokuskan pada untuk mendampingi kelompok ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani “Mawar” dalam hal pengembangan produksi, kemasan, perijinan P-IRT dan pemasaran produk.
Kata Kunci : Produk olahan tepung sayuran, Desa Sindon, Ngemplak, Boyolali
BAB I. PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.0965 ha atau kurang 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’ LS – 7o71’LS dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari permukaan laut.
Sebelah timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedang sebelah utara dan barat merupakan daerah pegunungan. Sebelah utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan DIY.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah sentra pertanian di Jawa Tengah,
dengan komoditi unggulan seperti jagung, ketela, nanas, pisang, papaya, ubi jalar, ubi kayu dan aneka sayuran. Kabupaten Boyolali memiliki 19 kecamatan, salah satunya adalah kecamatan Ngemplak yang terletak di sebelah timur dari wilayah kabupaten Boyolali dan lebih dekat dengan wilayah kota Surakarta dan kabupaten Karanganyar. Kecamatan Ngemplak merupakan daerah yang sangat istimewa bagi kabupaten Boyolali karena memiliki fasilitas yang sangat penting, yaitu adanya bandara internasional Adi Soemarmo dan embarkasi haji Donohudan, terletak di wilayah kecamatan Ngemplak. Kecamatan Ngemplak secara administratif memiliki 12 desa salah satunya adalah desa Sindon, yang terletak persis di sebelah utara bandara Adi Soemarmo. Sebagian besar warganya adalah petani sayuran kangkung, bayam dan sawi, disamping sebagian besar juga petani padi. Jumlah penduduk desa Sindon ± 6.500 jiwa dimana lebih dari separuhnya berprofresi sebagai petani. Sebagian petani menggarap tanah milik Bandara Adi Soemarmo/TNI AU dengan system sewa atau bagi hasil. Luas areal lahan milik Bandara Adi Soemarmo yang digunakan dan dimanfaatkan oleh petani desa Sindon lebih dari 50 hektar, dengan ditanami padi, dan sayursayuran seperti kangkung, bayam dan sawi. Produksi sayuran dari desa Sindon cukup melimpah apalagi pada saat musim hujan, tidak kurang dari 5 ton/hari dihasilkan, sehingga harga sayuran
seringkali jatuh pada saat produksi yang melimpah ini. Harga normal seikat kangkung dari petani adalah Rp. 400,- s.d 500,-/per-ikat , dan menjadi Rp. 200,- disaat produksi melimpah. Seringkali petani merasa frustasi dan tanaman dibiarkan saja tidak dipanen. Pengetahuan petani untuk mengenali perilaku pasar sayuran masih sangat terbatas, sehingga petani sangat bergantung pada pedagang atau pengepul yang ada di desa Sindon. Ketrampilan untuk mengembangkan produk sayuran menjadi produk-produk olahan yang memiliki masa simpan lebih lama, bernilai ekonomis dan memiliki kualitas serta khasiat sebagai makanan suplemen belum diketahui oleh masyarakat petani desa Sindon, padahal bahan-bahan sayuran merupakan sumber protein nabati dan serat yang bermanfaat bagi metabolism tubuh. Oleh karena itu pengenalan, pelatihan dan pendampingan produk olahan sayuran menjadi keripik, biscuit dan mie dari bahan tepung sayuran sangat menarik untuk diajarkan dan dilatihkan bagi warga desa Sindon.
B. PERMASALAHAN WILAYAH Beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kasus penyakit degeneratif terkait pola makan yang tidak seimbang. Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia cenderung lebih banyak mengkonsumsi sumber karbohidrat terutama beras. Disisi lain sumber zat gizi mikro berupa mineral masih cukup rendah. Demikian pula dengan konsumsi sumber serat pangan yang dikategorikan sebagai pangan fungsional, masih belum mencukupi anjuran untuk hidup sehat. Penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Gizi UMS pada tahun 2014 terhadap anak remaja sekolah bahwa 100 % responden menunjukkan tingkat konsumsi serat yang masih kurang dari anjuran. Kondisi ini sangat ironi karena Indonesia memiliki potensi pangan sumber zat gizi mikro dan serat yang cukup baik yaitu sayuran. Dengan kondisi lahan pertanian yang subur serta iklim dengan sinar matahari yang cukup, upaya budidaya sayuran di Indonesia dapat berhasil dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi seimbang adalah melalui diversifikasi pangan atau penganekaragaman pangan. Tidak ada satu jenis bahan pangan yang memenuhi semua zat gizi yang diperlukan tubuh, sehingga pemenuhannya dari beragam sumber pangan. Penganekaragaman pangan terdiri atas dua tipe yaitu penganekaragaman secara horisontal dan secara vertikal. Penganekaragaman pangan secara horisontal dilakukan melalui penganekaragaman sumber pangan, baik sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sedangkan penganekaragaman vertikal terkait dengan penganekaragaman hasil olahan.
Pemerintah kabupaten Boyolali telah memberikan bantuan berupa pembinaan teknis serta bibit beberapa tanaman produktif, termasuk sayuran kepada kelompok wanita tani di desa Sindon kecamatan Ngemplak. Pembinaan teknis diberikan terkait dengan pemanfaatan pekarangan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keanekargaman pangan. Namun demikian upaya tersebut belum dapat memberikan hasil yang optimal karena tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Untuk mempercepat keberhasilan program penganekaragaman pangan, maka penganekaragaman horisontal dan vertikal perlu dilakukan secara beriringan. Upaya diversifikasi sayuran secara vertikal dengan penganekaragaman hasil olahannya, tidak hanya dapat meningkatkan konsumsi sayuran, tetapi juga dapat menjadi nilai tambah ekonomi masyarakat. Sayuran, oleh masyarakat dijual dalam bentuk segar, namun harga jual maupun volume penjualannya terhitung masih cukup kecil. Disisi lain sayuran merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan setelah dipanen. Jika tidak segera diolah, maka kerusakan sayuran dalam jumlah melimpah menjadi kerugian yang cukup besar bagi masyarakat. Sayuran dapat diperpanjang masa simpannya dengan cara diolah menjadi tepung sayuran. Pengolahan tepung sayuran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana yang dengan mudah dapat dilakukan oleh masyarakat. Dalam bentuk tepung, selain lebih mudah dalam proses pendistribusian dan perdagangan, tepung sayuran juga menjadi produk antara yang sangat fleksibel untuk diolah menjadi beragam produk pangan yang digemari masyarakat khususnya remaja, seperti mie instant, mie basah, kerupuk, peyek dan biskuit. Dalam bentuk olahan, produk berbahan sayuran akan digemari oleh berbagai lapisan masyarakat termasuk anak-anak dan remaja karena disamping penampilan dan citarasanya yang menarik, produk tersebut juga lebih menyehatkan dibanding produk lainnya yang telah beredar di pasaran. Produksi sayuran dari pertanian di desa Sindon cukup besar yakni 2 ton s.d 5 ton/hari, tergantung pada cuaca dan ketersediaan air. Pada saat musim penghujan, seringkali harga sayuran jatuh hingga nilai jual terendah, sehingga banyak petani yang tidak merawat tanamannya dengan baik. Padahal sayuran ini dapat dikembangkan menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis dan meningkatkan harga jual sayuran. Persoalan ini perlu penyadaran, peningkatan pemahaman dan pendampingan ketrampilan bagi petani, ibu-ibu jamaah pengajian Aisyah, ibuibu kelompok wanita tani, dan ibu-ibu PKK di desa Sindon, sebagai kelompok sasaran antara dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Secara umum, permasalahan yang dihadapi masyarakat di desa Sindon untuk meningkatkan konsumsi dan nilai ekonomi dari sayuran adalah: A. Masyarakat belum memiliki keterampilan dalam pembuatan tepung sayuran dengan mutu yang baik. B. Masyarakat belum memiliki peralatan untuk membuat tepung sayuran. C. Masyarakat belum memahami cara mengolah produk pangan berbahan tepung sayuran seperti mie basah, mie instan, kerupuk, peyek dan biskuit. D. Masyarakat belum memahami bagaimana cara memasarkan produk pangan olahan dari sayuran.
C. SOLUSI YANG DITAWARKAN Program Pemitra yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat di Desa Sindon kecamatan Ngemplak Boyolali, dibagai menjadi beberapa tahap, yaitu: 1. Pengenalan dan pelatihan pembuatan tepung sayuran. 2. Pendampingan penerapan teknologi pengeringan, penepungan dan pengayakan dalam pembuatan tepung sayuran pada masyarakat. 3. Pelatihan pengolahan pangan berbahan tepung sayuran, seperti mie basah, mie instan, peyek, kerupuk dan biskuit. 4. Pendampingan penerapan teknologi dalam pengolahan berbagai produk. 5. Pelatihan tentang teknik pemasaran produk pangan. 6. Pendampingan dalam pemasaran dan pengembangan bisnis 7. Evaluasi. No. 1 2
3. 4. 5.
Program Pengenalan dan pelatihan pembuatan tepung sayuran Pendampingan penerapan teknologi pengeringan, penepungan dan pengayakan dalam pembuatan tepung sayuran pada masyarakat. Pelatihan pengolahan pangan berbahan tepung sayuran Pendampingan penerapan teknologi sederhana dalam pengolahan berbagai produk Pelatihan tentang teknik pemasaran produk pangan
Tahun Ke 1 2 X X X X
X
X
X
6. 7.
Pendampingan dalam pemasaran dan pengembangan bisnis. Evaluasi hasil pemasaran.
X
X X
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
Target dan luaran dari kegiatan program pemitra di desa Sindon pada tahun pertama ini yaitu: 1. Masyarakat menguasai teknik pembuatan tepung sayur kangkung, bayam dan sawi. 2. Masyarakat memahami cara menggunakan beberapa peralatan dalam pembuatan tepung sayuran. 3. Masyarakat dapat mengolah berbagai produk pangan berbahan tepung sayuran, seperti mie basah, mie instan, kerupuk, peyek kacang, dan biskuit. 4. Publikasi ilmiah dalam jurnal WARTA akan dituliskan sebagai kelengkapan laporan program tahun pertama. 5. Usulan proposal pengabdian masyarakat dalam Program Desentralisasi Dikti (IbM atau IbIKK).
Luaran tahun kedua yaitu: 1. Masyarakat dapat mengolah berbagai produk pangan berbahan tepung sayuran secara mandiri dan mengurus perijin P-IRT dari dinas kesehatan kabupaten. 2. Masyarakat memahami cara memasarkan produk pangan olahan berbahan tepung sayuran. 3. Masyarakat memiliki penghasilan dari penjualan berbagai produk pangan berbahan tepung sayuran. 4. Publikasi ilmiah dalam jurnal WARTA/jurnal pengabdian masyarakat lainnya, akan dituliskan sebagai kelengkapan laporan program tahun kedua.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Dalam melaksanakan kegiatan pengabdian Pemitra di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali ini, tim pelaksana membagi kegiatan dalam hal pelatihan dan pembimbingan terhadap ibu-ibu PKK, Aisyah, dan kelompok wanita tani di desa Sindon kecamatan Ngemplak Boyolali menjadi beberapa tahapan, sebagai berikut: Tahap I. Audensi ke pemerintah desa, pimpinan cabang Muhammadiyah, pimpinan ranting Muhammadiyah, pimpinan ranting Aisyah, kelompok PKK dan wanita tani desa Sindon tentang potensi dan pemanfaatan sayuran yang banyak dihasilkan oleh warga desa Sindon. Tahap II. Persiapan dan koordinasi pelatihan pembuatan tepung sayuran. Tahap III. Tahap pelatihan pembuatan tepung sayuran, produk olahan tepung sayuran yaitu mie basah dan mie kering, Tahap IV. Tahap pelatihan dan pembuatan produk olahan sayuran berupa biskuit dan kerupuk dari tepung sayuran. Tahap V.
Tahap pendampingan dan monitoring pengembangan ketrampilan produksi olahan
sayuran. Tahap VI. Tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan pemitra secara keseluruhan di desa Sindon Ngemplak Boyolali.
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI & TIM PELAKSANA
Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang telah meraih prestasi dan masuk dalam 50 PTN/PTS terbaik di Indonesia (50 promising Indonesia universities). Dilaporkan UMS berada pada posisi peringkat ke 35-an dari total jumlah PTN/PTS (lebih dari 3000 PT) yang ada di Indonesia. Dalam bidang Penelitian, UMS masuk dalam kategori Utama dalam program Desentralisasi Penelitian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. UMS juga memiliki lebih dari 50 Doktor dengan berbagai keahlian dan pengalaman penelitian, dan telah berhasil memperoleh dana Hibah-hibah Penelitian DP2M DIKTI, baik HB, PF, Hibah pekerti, Hibah Pasca dan juga Insentif Ristek, yang tiap tahunnya tidak kurang dari 50 judul telah didanai. Tim Pengusul telah memiliki pengalaman yang cukup banyak, dalam kegiatan pengabdian masyarakat, seperti pendampingan proses produksi dan kualitas produk jamu herbal di CV. Albiruni Sukses Bersinar Klaten (Program IPTEKDA LIPI tahun 2009 s.d 2011), CV. Almanar Herbafit Bantul Yogyakarta (IPTEKDA LIPI tahun 2010), pendampingan produksi susu olahan di UMKM Mulia Jaya Mandiri (IPTEKDA LIPI tahun 2012), dan pengabdian pengelolaan sampah di Kompleks Perumahan Pensiunan AURI Panasan Baru (Program IbM). Pengalaman IbM Peternak Lele di Kabupaten Boyolali untuk membantu pembuatan pakan lele organik secara mandiri dan pemanfaatan probiotik dalam budidaya lele. Pengalaman-pengalaman ini tentu menjadi modal berharga dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Adapun anggota Tim merupakan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, yaitu: 1. Dr. Muhtadi, M.Si (Farmasi – Kimia Organik Bahan Alam) 2. Rusdin Rauf, S.TP, M.P. (Gizi – Teknologi Pangan) 3. Kun Harismah, Ph.D. (Teknik Kimia – Kimia Organik) 4. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Ag. (FAI – Tarbiyah dan Aktifis Dakwah) Kelayakan lebih lanjut dapat dilihat pada Curiculum Vitae.
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
Pelaksanaan program Pemitra bagi pengembangan produk olahan tepung sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali dengan tujuan utama untuk meningkatkan kreatitifitas, diversifikasi dan pendapatan petani sayuran di desa Sindon melalui pemanfatan dan produksi produk-produk olahan dari tepung sayuran. Hasil pelaksanaan kegiatan pemitra di desa Sindon telah dilakukan introduksi pengetahuan dan ketrampilan untuk pembuatan tepung sayuran (kangkung, bayam dan sawi) yang banyak dan melimpah di desa Sindon untuk dikembangkan menjadi produk olahan tepung sayuran seperti mie basah, mie instant, kerupuk, dan biskuit. Pemanfaatan sayuran menjadi tepung sayuran, untuk diolah menjadi produk olahan tepung sayuran dilator belakangi kondisi obyektif dan kajian secara teoritis, tentang fenomena peningkatan kasus penyakit degeneratif terkait dengan kualitas makanan yang dikonsumsi dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, yaitu tinggi lemak/minyak, tinggi karbohidrat, tinggi garam, dan rendah serat. Dampak yang terjadi dengan makanan dengan gizi yang tidak seimbang, untuk jangka panjang adalah munculnya penyakit degenerative seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan hipertensi, serta kanker kolon, usus, dll. Padahal sebenarnya masyarakat memiliki banyak potensi untuk mencukupi kebutuhan makanan dengan kandungan gizi yang seimbang, yang dapat didayagunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit-penyakit
degenerative
tersebut.
Namun
karena
pengetahuan
dan
produktivitas masyarakat yang masih rendah, maka potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal secara teoritis, sayuran merupakan makanan dengan sumber vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Desa Sindon dengan kemampuan produksi sayuran tiap harinya yang lebih dari 500 kg sayuran, baik berupa sayuran kangkung, bayam dan sawi baik jenis lokal maupun sawi Jepang, tentunya memiliki potensi ekonomi dan kemampuan supply bahan sayuran dengan kualitas gizi yang sangat baik. Namun, karena tingkat pengetahuan yang rendah dan belum adanya sosialisasi tentang manfaat dan potensi yang dapat dikembangkan dari hasil panen sayuran menjadi produk olahan tepung sayuran optimalisasi produk hasil pertanian sayuran belum berkembang. Kendala yang seringkali muncul dalam pertanian sayuran adalah harga produk panen yang relative murah, harga jatuh di saat masa panen raya atau musim hujan, masa simpan produk
yang sangat singkat, dan budaya masyarakat, khususnya anak-anak yang tidak gemar makan sayuran. Ini semua yang menyebabkan harga hasil panen pertanian sayuran kurang ekonomis dan kompetitif. Oleh karena itu, pemikiran dan ketrampilan untuk memanfaatkan sayuran menjadi produk-produk olahan yang bernilai secara ekonomis, higienis dan kualitas gizi yang tinggi dan berimbang, sangat penting untuk dilatihkan kepada masyarakat, khususnya petani dan keluarga petani sayuran di desa Sindon. Pada kegiatan pemitra di desa Sindon ini telah dilakukan pelatihan dan pendampingan bagi ibu-ibu PKK, pengajian Aisyah, dan kelompok wanita tani yang meliputi : 1. Audensi dan pembukaan kegiatan pengabdian masyarakat untuk pengembangan produk olahan tepung sayuran.
Foto Audensi dan Pembukaan Kegiatan Diklat Pengembangan Produk Olahan Tepung Sayuran
Tim pelaksana bersama dengan Bapak kepala desa Sindon, pengurus BPD dan perwakilan ibu-ibu PKK, kelompok wanita tani “Mawar” dan pengajian Aisyah desa Sindon, melakukan Audensi dan pembukaan rencana pengembangan produk olahan dari tepung sayuran. Tanggapan dan respon kepala desa dan masyarakat desa Sindon sangat baik terhadap pelaksanaan Pemitra pengembangan produk olahan dari tepung sayuran ini.
2. Pelatihan pembuatan tepung sayuran dari kangkung, bayam dan sawi (lokal dan Jepang). Pembuatan tepung sayuran bertujuan untuk meningkatkan masa simpan sayuran, menjaga kualitas gizi dan meningkatkan potensi diversifikasinya menjadi produk-produk olahan berbasis tepung sayuran.
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani mengikuti penjelasan materi Diklat pengembangan produk tepung sayuran oleh Pak Rusdin
Tim pelaksana pemitra pengembangan produk olahan dari tepung sayuran melakukan pelatihan dan praktek pembuatan tepung sayuran dan pengembangan produk olahan dari tepung sayuran. Lebih kurang 35 orang dari perwakilan ibu-ibu PKK, pengajian Aisyah dan kelompok wanita tani “Mawar” desa Sindon sangat antusias mengikuti penjelasan dari P. Rusdin Rauf selaku pemateri.
3. Pelatihan dan pendampingan pembuatan mie basah dan mie kering (instan) dengan memanfaatkan tepung sayuran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas mie yang dibuat dan meningkatkan penerimaan produk mie olahan bagi konsumen anak-anak.
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek membuat mie basah
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek membuat mie basah
4. Pelatihan dan pendampingan pembuatan kerupuk dan biskuit. Kelompok ibu-ibu (PKK, Aisyah, dan kelompok wanita tani) menjadi lebih mengetahui diversifikasi produk olahan tepung sayuran.
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek membuat biskuit
Biskuit tepung sayuran hasil kreasi ibu-ibu
Pemilihan mitra yang lebih difokuskan kepada ibu-ibu (PKK, Aisyah, dan kelompok wanita tani) karena kelompok ini yang seringkali bergelut dengan hasil panen sayuran, memiliki waktu yang relative panjang dan luwes, telaten dan secara umum suka dengan ketrampilan memasak makanan. Keuntungan yang telah diperoleh oleh mitra (ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani) adalah : 1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengolah sayuran menjadi tepung sayuran yang dapat dikembangkan menjadi produk-produk olahan tepung sayuran sesuai dengan ketrampilan dan kreatifitas ibu-ibu. 2. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan untuk memproduksi mie basah, mie kering, kerupuk dan biskuit dari tepung sayuran. 3. Tumbuhnya semangat kebersamaan untuk memulai usaha/bisnis dari produk olahan tepung sayuran. Berikut tabel yang menjelaskan kondisi masyarakat desa Sindon sebelum dan sesudah pelaksanaan pemitra pengembangan produk olahan tepung sayuran di desa Sindon, Ngemplak, Boyolali. Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan Pemitra di desa Sindon, Ngemplak, Boyolali Kondisi sebelum kegiatan Kondisi sesudah pelaksanaan pemitra Pemitra Pengolahan pasca panen Sayuran dijual dalam Sebagian sayuran diolah sayuran bentuk mentah (per-ikat) menjadi tepung sayuran, khususnya kangkung dan sawi Jepang Ketrampilan pengolahan Masyarakat hanya Masyarakat memiliki produk sayuran mengolah sayuran menjadi ketrampilan, kreatifitas dan sayur mayur konvensional diversifikasi produk olahan tepung sayuran seperti mie, kerupuk dan biscuit. Peningkatan nilai Masyarakat hanya menjual Masyarakat telah diberi ekonomi sayuran sayuran dengan nilai yang pengetahuan dan ketrampilan relative murah (± Rp untuk meningkatkan nilai 500/ikat) eknomis produk olahan tepung Uraian
Potensi ekonomi
pengembangan Masyarakat belum mengetahui potensi peningkatan dan pengembangan ekonomi dari produk sayuran
sayuran. Masyarakat lebih terbuka wawasannya untuk pengembangan potensi ekonomi dari produk olahan sayuran.
Pelaksanaan pemitra di desa Sindon ini tentunya menemui kendala dan hambatan, yakni : 1. Semangat untuk memulai dan mengembangkan usaha berbasis produk olahan dari tepung sayuran ini masih sangat minim, masyarakat butuh contoh konkret keberhasilan mengelola usaha. 2. Keterbatasan modal usaha dan teknologi produksi untuk pengembangan usaha produk olahan tepung ini, masih menjadi alasan bagi ibu-ibu PKK, Aisyah, kelompok wanita tani dalam memulai dan mengembangkan usaha. Catatan evaluasi terhadap kendala dan hambatan ini, tentu menjadi hal yang sangat berharga pada tindak lanjut pelaksanaan pengabdian di desa Sindon.
BAB 6. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
Pelaksanaan kegiatan pemitra pengembangan produk olahan sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak Boyolali ini, perlu dikembangkan dan dilanjutkan dengan kegiatan pengembangan usaha kecil (home industry) yang dapat meningkatkan potensi ekonomi berbasis produk olahan sayuran, yaitu : 1.
Pendampingan pendirian usaha kecil baru berbasis produk olahan sayuran, seperti produksi kerupuk, karak, biskuit, mie basah, dll dari tepung sayuran.
2.
Pendampingan dan pelatihan untuk pengembangan kemasan produk, untuk meningkatkan kualitas tampilan produk.
3.
Pendampingan untuk pengurusan ijin produk atau P-IRT ke dinas kesehatan pemerintah kabupaten Boyolali, untuk menyakinkan kepada agen, konsumen dan pengembangan pemasaran.
4.
Mengadakan
event
pameran
produk
desa
untuk
memperkenalkan
dan
mempromosikan produk olahan sayuran kepada masyarakat dan para wisatawan di bandara Adi Sumarmo. 5.
Pendampingan dan pengembangan pemasaran produk olahan sayuran baik secara konvensional maupun melalui pemasaran online.
Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk tahap berikutnya dapat dipilih berdasarkan prioritas, musyawarah dan perencanaan dari pemerintah desa Sindon, sehingga tercipta jalinan sinergisitas dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat.
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Dari kegiatan Pemitra pengembangan produk olahan sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali telah diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui kegiatan diklat dan pendampingan untuk pembuatan tepung dari sayuran, dan produk olahan mie basah dan mie kering instant bagi ibu-ibu PKK, pengajian Aisyah, dan kelompok wanita tani desa Sindon.
2.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan diversifikasi produk olahan tepung sayuran melalui kegiatan diklat dan pendampingan untuk pembuatan kerupuk dan biskuit dari tepung sayur kangkung dan sawi Jepang.
3.
Tumbuhnya semangat kebersamaan dan keberlanjutan program dengan melibatkan pemerintah desa, dinas terkait dan pihak-pihak swasta yang ada di desa Sindon sangat membantu pengembangan usaha berbasis produk olahan sayuran dan potensi ekonomi lokal di desa Sindon.
7.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, kami mengemukaan beberapa saran, antara lain : 1.
Kendala yang berupa semangat untuk mengawali wirausaha masih sangat rendah, sehingga masyarakat perlu diberi motivasi dan contoh sukses untuk pengembangan usaha berbasis produk tepung sayuran.
2.
Perlu ada dukungan untuk program lanjutan, untuk meningkatkan semangat, ketrampilan dan kemampuan pemasaran dari para ibu-ibu anggota PKK, pengajian Aisyah dan kelompok wanita tani desa Sindon.
DAFTAR PUSTAKA
Duncan, K., Chompoothong, N., dan Burnette, R., (2012), Produksi Sayuran di Sepanjang Musim Hujan, ECHO Asia Notes, A Regional Supplement to ECHO Development Notes Issue 13, April 2012, http://c.ymcdn.com/sites/members.echocommunity.org/resource/collection/2ADC04E9EE7C-48C0-8DC9826B93145277/13_Produksi_Sayuran_di_Sepanjang_Musim_Hujan_FN2_Tyas_%281%2 9.pdf diakses pada 4 Maret 2015 Koswara, S., (2009), Teknologi Pengolahan Sayuran dan Buah-Buahan (Teori Dan Praktek), eBookPangan.com,http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/TeknologiPengolahan-Sayuran-dan-Buah-buahan-Teori-dan-Praktek.pdf diakses pada 2 Maret 2015. Rusmana, D., Abun, Saefulhadjar, D., (2007), Pengaruh Pengolahan Limbah Sayuran Secara Mekanis Terhadap Kecernaan dan Efisiensi Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super, Penelitian Peneliti Muda, Tidak Dipublikasikan, Universitas Padjajaran Bandung. Santoso, A., (2011), Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan, Magistra, No. 75 Th. XXIII Maret 2011, 35-40. Slamet, A., (2011), Fortifikasi Tepung Wortel dalam Pembuatan Bubur Instan, AGROINTEK Vol 5, No. 1 Maret 2011, 1-8. Syahza, A., (2003), Peluang Pengembangan Agribisnis Sayur-Sayuran di Kabupaten Karimun Riau, Jurnal SAGU, Vol. 2 No. 3, 27-33.
LAMPIRAN : A. JADWAL KEGIATAN
No
Bulan Ke
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.
Koordinasi
xx
2.
Perencanaan dan Pelaksanaan
xx xx xx xx xx xx xx
3.
Pendampingan dan Pelatihan
xx xx xx xx xx xx
xx
4.
Penyusunan Laporan Tahun I
xx xx xx xx
xx
5.
Evaluasi dan Monitoring
6.
Laporan tahun I
xx
7.
Publikasi dan Seminar
xx
xx
B. BIAYA PEKERJAAN 1. Gaji dan Upah
No
Pelaksana
Orang
Jam/minggu
Honor/jam ( Rp )
Minggu
Jumlah
(Rp )
1
Ketua
1
8
6.000,-
30
1.440.000,-
2
Anggota
3
8
5.000,-
28
3.360.000,-
Total
4.800.000,-
2. Bahan Habis Pakai dan Konsumsi No
Bahan Habis Pakai
Jumlah satuan
Harga satuan (Rp)
Harga per jenis (Rp)
1
Bahan sayuran
200
5.000,-
1.000.000,-
2
Bahan pendukung; tepung, gula, bumbu, dll
50
25.000,-
1.250.000,-
3
Konsumsi untuk pelatihan
100
10.000,-
1.000.000,-
Jumlah
3.250.000,-
3. Bantuan Teknologi, Pelatihan dan pertemuan No
Uraian
Satuan ( orang )
Volume
Harga satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1
Mesin penggiling mie
-
2
500.000,-
1.000.000,-
2
Mesin pengering
-
1
3.310.000,-
3.310.000,-
3
Insentif Narasumber
2
2
500.000,-
2.000.000,-
4
Insentif Mahasiswa
5
4
50.000,-
1.000.000,-
Total
6.310.000,-
4. Penggandaan dan Penjilidan Laporan. No
Uraian
Satuan
Volume
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
1
Pengetikan
Halama n
100
3.000,-
300.000,-
2
Penggandaan laporan dan jilid
eks
17
20.000,-
340.000,-
Total
640.000,-
Rekapitulasi Biaya Pekerjaan No.
Uraian
Jumlah (Rp.)
1
Gaji dan Upah
4.800.000,-
2
Bahan Habis Pakai dan Konsumsi
3.250.000,-
3
Bantuan Teknologi, Pelatihan dan pertemuan
6.310.000,-
4
Penggandaan dan Penjilidan Laporan Jumlah
640.000,15.000.000,-
Terbilang : Lima belas juta rupiah
Lampiran Foto-foto Kegiatan :
Foto Pembukaan Kegiatan Diklat Pengembangan Produk Olahan Tepung Sayuran
Pak Rusdin memberikan materi pada Diklat Pengembangan Produk Olahan Tepung Sayuran
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani mengikuti penjelasan materi oleh Pak Rusdin
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek membuat mie basah
Ibu-ibu PKK, Aisyah dan kelompok wanita tani melaksanakan praktek membuat mie basah
Biskuit tepung sayuran hasil kreasi ibu-ibu