PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT Disusun oleh: Garry Sinawang Lutfia 2309100030 2309100136 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M. Eng.
LATAR BELAKANG Pengembangan Renewable Resources Bioethanol
Krisis Energi Bahan Bakar Fosil
Metode Pengembangan Etanol: Fermentasi Ekstraktif diharapkan dapat menghasilkan etanol 99%
Evaluasi: 1. HETP minimun 2. Pressure drop secara teoritis 3. Jenis adsorbent
Kadar 99% belum tercapai
Penelitian Lanjutan
Metode Lanjutan: Distilasi-Adsorpsi
Penelitian Terdahulu (Mira Dyah) : Kadar Etanol Tertinggi 73%
PENELITIAN TERDAHULU
Carlo dkk. (2006) korelasi untuk evaluasi HETP pada kolom distilasi
Shi dan Mersmann (1985) menentukan liquid holdup dengan memperhitungkan luas area penampang packing tempat terjadinya transfer Rocha dkk (1996) massa permodelan untuk desain kolom distilasi Bravo dkk. (1985)
model efisiensi transfer massa pada structured packing
Orlando Jr. dkk. (2009) hasil distilat optimum didapatkan dari reflux ratio yang sekecil mungkin
Rix dan Olujic (2008) pressure drop pada berbagai jenis packing
Mira dan Diyah (2012) distilasi menggunakan packed bed steel wool dan adsorpsi dengan silica gel etanol hasil fermentasiekstraktif berupa campuran ethanol, solvent (dodecanol dan octanol), air.
TUJUAN PENELITIAN •
Mendapatkan kadar etanol yang tinggi
•
Mendapatkan parameter HETP untuk kolom distilasi
•
Membandingkan pressure drop pada kolom secara perhitungan teoritis
•
Mendapatkan pilihan adsorbent yang baik untuk proses adsorpsi.
MANFAAT PENELITIAN 1. Menghasilkan parameter optimal (HETP dan pressure drop) yang dibutuhkan untuk peralatan distilasi sehingga dapat menghasilkan etanol dengan kadar yang tinggi 2. Mendapatkan pilihan adsorbent yang lebih baik dari hasil membandingkan penggunaan tiga jenis adsorbent (silica gel, CaCl2 dan molecular sieve 3A).
METODOLOGI PENELITIAN Distilasi
Adsorpsi
Spesifikasi Kolom Distilasi dan Adsorpsi Keterangan Diameter kolom distilasi Tinggi kolom distilasi Volume labu distilasi Volume labu adsorpsi Diameter kolom adsorpsi Tinggi kolom adsorpsi
Ukuran 5 cm 60 cm 500 ml 500 ml 2 cm 30 cm
DATA KESETIMBANGAN 1-PENTANOL – ETANOL – AIR PADA 101.3 KPA (MARIA J. FERNANDEZ, DKK) (1) 1-pentanol Temp (K)
x1
x2
y1
(2) ethanol y2
393.35 0.914 0.075 0.509 0.309 376.55 0.716 0.268 0.196 0.657
Temp (K)
x1
x2
y1
y2
359.95 0.352 0.527 0.013 0.737 378
0.805 0.1 0.206 0.264
365.85 0.503 0.465 0.085 0.796
375.25 0.752 0.098 0.158 0.233
358.95 0.301 0.661 0.014 0.9
368.9
0.616 0.221 0.106 0.416
353.55 0.092 0.865 0.009 0.932
354.15
0.117 0.688 0.01 0.771
354.55 0.136 0.793 0.012 0.888
356.45 0.136 0.42 0.01 0.569
355.75 0.193 0.739 0.012 0.886
355.05 0.129 0.569 0.013 0.676
357.55 0.256 0.691 0.014 0.87
357.95
359.65 0.324 0.617 0.013 0.842
361.65 0.399 0.337 0.055 0.493
361.75 0.412 0.53 0.014 0.82
364.15 0.467 0.25 0.076 0.384
364.95 0.506 0.441 0.074 0.725
366.65 0.522 0.124 0.088 0.211
368.65 0.583 0.351 0.101 0.644
365.85 0.469 0.115 0.095 0.196
378.65 0.803 0.184 0.194 0.502
362.7
0.368 0.207 0.063 0.328
370.65 0.667 0.207 0.104 0.413
360
0.256 0.306 0.046 0.435
362.85 0.452 0.363 0.062 0.558
357.5
0.183 0.396 0.009 0.541
0.26 0.456 0.011 0.602
Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian :
1. Etanol 2. Amil alkohol 3. Silica gel 4. CaCl2 5. Molecular sieve 3A
Variabel penelitian: Distilasi
Penelitian ini dilakukan pada Kondisi: 1. Tekanan 760 mmHg (atmosferik) 2. Feed : etanol - amil alkohol - air Penelitian menggunakan gas chromatography untuk menganalisa kadar etanol di Laboratorium Energi Gedung Robotika dan Laboratorium Thermodinamika.
1. Suhu (rate uap) : 120 °C (4.3059 x 10-4 kg/s) 145 °C (4.8017 x 10-4 kg/s) 160 °C (5.3020 x 10-4 kg/s) 2. Reflux ratio : 0.26 ; 0.92
Adsorpsi
1. Jenis adsorbent : silica gel, CaCl2, dan molecular sieve 2. Daya (rate uap) : 120 °C (1.1617 x 10-3 kg/s) 140 °C (1.5341 x 10-3 kg/s)
DIAGRAM ALIR PENELITIAN Distilasi
Rate uap Rate liquid Mengukur Konsentrasi Etanol
Perhitungan HETP dan Pressure Drop
Adsorpsi
Jenis adsorbent Rate uap Mengukur Konsentrasi Etanol
Kurva Breakthrough
Prosedur Penelitian
Distilasi
Mengecek keadaan peralatan distilasi, memastikan semua valve tertutup.
Mengisi tangki feed dengan larutan campuran sebanyak 250 ml dengan komposisi 15% etanol, 80% amil alkohol, dan 5% air.
Menyalakan hot plate untuk memanasi labu leher dua
Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
Mengatur knop hot plate sesuai dengan rate uap yang ditentukan.
Menampung produk yang dihasilkan dan menganalisa kadarnya Mengulangi untuk variabel rate uap dan reflux ratio yang lain.
Prosedur Penelitian
Adsorpsi
Mengecek keadaan peralatan adsorpsi, memastikan semua valve tertutup.
Mengisi tangki feed dengan larutan hasil distilasi terbaik sejumlah 100 ml
Menyalakan hot plate untuk memanasi labu leher dua
Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
Mengatur knop hot plate sesuai dengan rate uap yang ditentukan.
Menampung produk yang dihasilkan dan menganalisa kadarnya Mengulangi untuk variabel jenis adsorbent dan rate uap yang lain.
TINJAUAN PUSTAKA Distilasi Pemisahkan komponen di dalam larutan yang mempunyai titik didih yang berbeda dan untuk larutan yang miscible (saling larut) dan volatile menjadi komponennya masing – masing. Neraca Massa :
Neraca Energi :
Packed Bed
Jenis Packing
Packed bed merupakan suatu silinder panjang, biasanya berdiri tegak dan berisi packing yang diam di dalamnya.
Tabel Karakteristik Serabut Logam (Steel Wool) Karakteristik Stainless Steel Wool Diameter 0.001 m Surface Area
800 m2/m3
Surface Tension
0.075 N/m
Syarat-syarat jenis packing yang baik: 1. Memiliki luas permukaan per volume yang besar 2. Memiliki porositas yang besar 3. Memiliki bulk density yang rendah 4. Tahan korosi 5. Tidak mahal
Stainless Steel Wool
HETP (Height of Packing Equivalent to a Theoretical Plate) HETP sering digunakan untuk mengukur performa kolom packed pada distilasi atau absorbsi Variabel-variabel yang mempengaruhi HETP : • • • • • • •
Tipe dan ukuran packing Kecepatan aliran masing – masing fluida Konsentrasi fluida Diameter menara Sifat fisis bahan yang difraksinasi Perbandingan diameter menara dan diameter packing Koefisien penyebaran atau distribusi cairan
Pressure Drop • Pressure drop adalah penurunan tekanan dari satu titik dengan satu titik lainnya pada pipa atau kolom. • Pada packed bed persamaan pressure drop dapat dihitung menggunakan korelasi Ergun. • Persamaan Ergun bisa digunakan secara general untuk bilangan Reynolds rendah, intermediate, dan tinggi.
Adsorpsi • Fluida dikontakkan dengan partikel padat dan bulat yang selektif menyerap (adsorb) komponen tertentu dalam feed. • Padatan tersebut biasanya diletakkan dalam sebuah fixed bed, kemudian fluida dialirkan melewati bed hingga padatan tersebut hampir jenuh (saturated). • Kurva breakthrough merupakan evolusi/perubahan konsentrasi larutan dalam fungsi parameter adsorpsi seperti waktu kontak antara fasa cair dan padat, konsentrasi pelarut dan temperatur.
Amil Alkohol Rumus Molekul : C5-H12-O Bentuk : liquid Berat Molekul : 88.15g/mol Warna : jernih tak berwarna Titik Didih : 137.5°C (279.5°F) Titik Leleh : -79°C (-110.2°F) Suhu kritis : 313°C (595.4°F) Specific Gravity : 0.8146 (Water = 1) Tekanan Uap : 0.4 kPa (@ 20°C) Kelarutan dalam air : 2.7 g/100 ml pada 22 ⁰C. Kelarutan : Larut dalam aseton. Larut sebagian dalam air dingin, air panas. Larut dengan alkohol, eter, dan kebanyakan pelarut organik
Silica Gel •
Merupakan butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori.
•
Dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.
•
Ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer.
•
•
Memiliki afinitas yang kuat untuk molekul air.
Mencegah terbentuknya kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi.
•
Dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis.
Molecular Sieve 1. Berpori-pori kecil/halus dengan ukuran yang terstandarisasi dan seragam. 2. Dapat dengan selektif "melanjutkan" atau "menangkap" molekul-molekul yang lewat berdasarkan besarkecilnya ukuran molekul. 3. Kemampuannya dalam menangkap molekul H2O cukup tinggi (20-25% dari berat molekular sieve itu sendiri). 4. Seperti glycol, dan amine, molecular sieve ini juga bisa diregenerasi dengan metoda pemanasan dan purging.
Molecular sieve berdasarkan kemampuan adsorpsinya : • 3A (pore size 3 Å) • 4A (pore size 4 Å) • 5A (pore size 5 Å) • 10x (pore size 8 Å) • 13X (pore size 10 Å)
HASIL PENELITIAN Distilasi Kadar Etanol yang Didapat (%)
Suhu Operasi (⁰C)
HYSYS
73.14
80.01
Kurva kesetimbangan sistem etanol-1-pentanol-air (Maria J. Fernandez dkk)
93.2
80.55
Dasar Perhitungan Teoritis
Pada penelitian ini, variabel distilasi yang digunakan antara lain rate uap sebesar: 4.3059 x 10-4 kg/s (suhu operasi 124 °C) 4.8017 x 10-4 kg/s (suhu operasi 145 °C) 5.3020 x 10-4 kg/s (suhu operasi 160 °C) Proses ditilasi ini juga dilakukan pada dua macam reflux ratio yaitu 0.26 dan 0.92 untuk setiap rate uap. Pemilihan reflux ratio tersebut untuk mewakili kondisi operasi reflux total dan reflux partial.
Pertimbangan pemilihan rate uap: Saat penelitian dilakukan pada suhu 80-110 °C larutan campuran menjadi uap tetapi tidak menuju kolom distilasi bagian atas. Suhu 124 °C masih di bawah titik didih amil alkohol sehingga saat campuran diuapkan amil alkohol tidak ikut teruapkan. Suhu 145⁰ C dan 160⁰ C suhu terletak di atas titik didih amil alkohol tetapi diharapkan agar dengan suhu yang cukup tinggi campuran cepat menguap menuju kolom bagian distilasi bagian atas.
Tabel Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada Reflux Ratio 0.92 Kadar Ethanol
Reflux Ratio
Rate uap (kg/s)
0.92
4.3059 x 10-4
44.6605
0.92
4.8017 x 10-4
69.4336
0.92
5.3020 x 10-4
59.7107
(%vol)
69.4336
70
Kadar Etanol (% vol)
65 59.7107
60 55 50 45 40
44.6605
1.1897
1.3281 Rate uap x 10-7 (kg/s)
1.4675
Gambar Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada Reflux Ratio 0.92
Tabel Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada Reflux Ratio 0.26 Kadar Ethanol
Reflux Ratio
Rate uap (kg/s)
0.26
4.3059 x 10-4
62.9087
0.26
4.8017 x 10-4
62.3127
0.26
5.3020 x 10-4
59.7107
(%vol)
70
Kadar Etanol (% vol)
65
62.9087
62.3127 59.7107
60 55 50 45 40
1.1897
1.3281 Rate uap x 10-7 (kg/s)
1.4675
Gambar Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada Reflux Ratio 0.26
Kesimpulan Hasil Distilasi Kadar etanol tertinggi di antara dua variabel reflux ratio 0.92 dan 0.26 adalah sebesar 69.4336%, pada kondisi operasi reflux ratio 0.92 dan rate uap 1.3281 x 10-7 (kg/s).
Pressure Drop Pressure drop dapat dihitung menggunakan korelasi Ergun.
Evaluasi Pressure Drop Tabel Hasil Perhitungan Pressure Drop untuk Setiap Rate Uap menggunakan korelasi Ergun Rate Uap
ΔP
(kg/s)
(Pa/m)
4.3059 x 10-4
0.0027
4.8017 x 10-4
0.0032
5.3020 x 10-4
0.0037
Berdasarkan referensi Grafik 6.34. pada Treybal, hubungan antara flooding dan pressure drop pada berbagai jenis packed tower dapat dilihat bahwa untuk parameter pressure drop setiap rate uap sudah memenuhi
HETP (Height of Packing Equivalent to a Theoretical Plate) Perhitungan HETP diawali dengan penghitungan jumlah plate Pertama Nmin dihitung menggunakan Fenske Equation: di mana Rmin dicari menggunakan Underwood Equation:
di mana harus diketahui nilai ϕ yang berasal dari persamaan: di mana
Nilai q didapatkan dari persamaan:
Kemudian nilai q disubstitusi ke persamaan (didapatkan nilai ϕ)
Rmin didapatkan dengan persamaan
Untuk mencari N dapat menggunakan Gilliland Equation:
di mana
HETP didapatkan dari persamaan 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Evaluasi parameter Height of Packing Equivalent to a Theoretical Plate (HETP) Tabel Perhitungan HETP untuk Setiap Rate Uap Reflux ratio 0.92 Rate uap (kg/s)
Reflux ratio 0.26
N stages HETP (m)
Rate uap (kg/s)
N stages HETP (m)
4.3059 x 10-4
7
0.0857
4.3059 x 10-4
7
0.0857
4.8017 x 10-4
7
0.0857
4.8017 x 10-4
6
0.1
5.3020 x 10-4
5
0.12
5.3020 x 10-4
5
0.12
Kesimpulan HETP: • untuk setiap rate uap dan reflux ratio sudah mendekati HETP steel wool secara teoritis yaitu 0.13 m (data dari www.homedistiller.org) • adanya selisih hasil percobaan dengan teoritis adalah posisi penataan steel wool saat percobaan sedikit berbeda dengan posisi penataan steel wool saat dilakukan perhitungan secara teoritis.
Adsorpsi Tabel Komposisi Feed untuk Adsorpsi Komposisi Campuran (%) Etanol
Air
Amil Alkohol
48.89
49.87
1.24
Pengambilan sampel tiap variabel dilakukan setiap 15 menit sekali Dilakukan hingga tidak ada yang produk yang keluar sehingga terjadi perbedaan jumlah sampel pada beberapa variabel.
Tabel Perbandingan Kondisi Operasi Teoritis dan Penelitian MetodePemilihan Suhu Titik Didih Etanol (Teoritis) Penelitian
Suhu Operasi (⁰C) 80 120 dan 140
Pertimbangan pemilihan suhu 120 °C dan 140 °C adalah : 1. Saat penelitian dilakukan pada suhu 80-110 °C yang terjadi adalah campuran menjadi uap tetapi tidak menuju kolom adsorpsi. 2. Suhu 120 °C masih di bawah titik didih amil alkohol sehingga saat campuran diuapkan amil alkohol tidak ikut teruapkan dan suhu 140 °C suhu sudah melewati titik didihnya sehingga waktu campuran diuapkan akan ikut teruapkan semuanya.
Silica Gel Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Silica Gel pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C) Jenis Adsorbent
Silica Gel
t (menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
59.13
40.06
0.81
15
48.46
41.54
10.00
30
30.68
30.04
39.28
45
49.17
46.15
4.69
60
51.91
40.25
7.84
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Silica Gel pada Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C) Jenis Adsorbent
Silica Gel
t (menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
57.10
42.90
0.00
15
42.93
44.23
12.83
30
57.39
41.65
0.96
45
52.37
46.76
0.87
60
55.02
43.49
1.49
70.00
60.00
Kadar Etanol (%)
50.00
40.00 Silica Gel T=140 C 30.00
Silica Gel T=120 C
20.00
10.00
0.00 0
15
30 t (menit)
45
60
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Silica Gel Setiap 15 Menit
Hasil kadar etanol yang kurang tinggi disebabkan beberapa faktor: 1. Adanya kapasitas maksimum penyerapan air yang dimiliki silica gel. Tabel Perbandingan Kapasitas Air yang Diserap Silica Gel Suhu
RH
(⁰C) 120 140
(%) 25.45 13.98
Kapasitas maksimum air yang diserap (mL) Teoritis Actual 8.95 9.81 2.44 6.97
2. Suhu regenerasi berada di bawah suhu uap campuran silica gel. Silica gel memiliki suhu regenerasi sekitar 60-90 °C
Gambar Kurva Moisture Equilibrium untuk Silica Gel
Molecular Sieve 3A Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C) Jenis Adsorbent
Molecular Sieve 3A
t(menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
2.19
97.51
0.30
15
8.78
31.35
59.87
30
47.11
44.20
8.70
45
42.64
32.41
24.95
60
50.86
48.48
0.66
75
49.98
48.26
1.75
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C) Jenis Adsorbent
Molecular Sieve 3A
t(menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
47.89
38.04
14.07
15
59.75
38.38
1.87
30
48.68
43.22
8.10
45
27.85
53.16
19.00
60
18.83
80.89
0.28
70.00 60.00
Kadar Etanol (%)
50.00 40.00 Molecular Sieve T=140 C
30.00
Molecular Sieve T=120 C
20.00 10.00 0.00
0
15
30
45
60
75
t (menit)
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A Setiap 15 Menit
Tabel Perbandingan Kapasitas Air yang Diserap Molecular Sieve Suhu (⁰C) 120 140
Kapasitas maksimum air yang diserap (mL) Teoritis Actual 1.39 2.01 11.39
Pada hasil percobaan pada suhu 140 °C terjadi selisih dengan perhitungan teoritis, hal ini disebabkan karena karena saat percobaan ada sebagian air yang tidak terserap oleh molecular sieve 3A tetapi hilang pada sambungan antara labu leher dua dan kolom adsorpsi Suhu regenerasi molecular sieve 3A yang berada pada kisaran 140-250 °C sehingga air yang sudah terserap pada molecular sieve 3A teruapkan kembali.
Calcium Chloride (CaCl2) Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C) Jenis Adsorbent
CaCl2
t(menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
49.25
37.94
12.80
15
58.92
38.59
2.49
30
77.54
17.59
4.86
45
57.09
35.19
7.72
60
60.53
39.18
0.29
75
60.66
38.36
0.98
90
55.46
43.67
0.87
105
38.18
61.54
0.28
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 pada Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C) Jenis Adsorbent
CaCl2
t(menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
61.42
38.30
0.28
15
42.11
55.86
2.03
30
11.21
86.00
2.78
45
0.36
68.06
31.58
60
0.24
94.79
4.97
75
0.51
73.37
26.12
90
0.33
97.17
2.50
90.00 80.00
Kadar Etanol (%)
70.00 60.00 50.00 CaCl2 T=140 C
40.00
CaCl2 T=120 C
30.00 20.00 10.00 0.00
0
15
30
45
60
75
90
105
120
t (menit)
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 Setiap 15 Menit
Kesimpulan Hasil Pemilihan Adsorbent Adsorbent terbaik adalah molecular sieve 3A pada suhu 120 °C
Tabel Komposisi Feed untuk Adsorpsi pada Keadaan Terbaik Komposisi Campuran (%) Etanol
Air
Amil Alkohol
69.32
26.4
4.28
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C) Jenis Adsorbent
Molecular Sieve
t(menit)
% Etanol
Air
Amil Alkohol
0
76.44
23.56
0.00
15
76.44
23.56
0.00
30
81.23
8.62
10.15
45
63.32
31.79
4.88
90.00 80.00
Kadar Etanol (%)
70.00 60.00 50.00 40.00
Molecular Sieve T=120 C
30.00 20.00 10.00 0.00
0
15
30
45
t (menit)
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A Setiap 15 Menit pada Keadaan Terbaik
KESIMPULAN 1. Hasil dari penelitian pada bagian distilasi didapatkan etanol dengan kadar tertinggi pada variabel rate uap 1.3281 x 10-7 (kg/s) dan reflux ratio 0.92 yaitu sebesar 69.4336% v/v. 2. HETP kolom untuk tiap rate uap dan reflux ratio sekitar 0.0875 – 0.1 m. 3. Pressure drop tiap rate uap dan reflux ratio masih memenuhi ketentuan secara teoritis. 4. Adsorpsi yang paling baik menggunakan molecular sieve 3A dengan kadar etanol sebesar 81.23% v/v.
SARAN Melakukan perbaikan alat distilasi maupun adsorpsi dengan cara melakukan penyambungan kolom dengan labu leher dua secara permanen.