BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Harga Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Oleh karena itu dalam penelitian ini harga pasar CPO akan ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan pasar. Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya
dapat
memperoleh
barang
yang
banyak.
Sebaliknya,
penjual
menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium).
Universitas Sumatera Utara
Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini. a.
Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.
b.
Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara
penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand, D) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual (supply, S) semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam interaksi pembentukan harga. Namun untuk komoditas pangan/pertanian, pembentukan harga tersebut disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply shock) karena sisi permintaan cenderung stabil mengikuti perkembangan trennya. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
sisi
penawaran
komoditas
pangan/pertanian cenderung sulit untuk dikontrol. Studi empiris yang dilakukan oleh Deaton dan Laroque (1992), Chambers dan Bailey (1996) dan Tomek (2000) menyimpulkan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga komoditas pangan/pertanian, yakni faktor produksi/panen (harvest disturbance) dan
Universitas Sumatera Utara
perilaku penyimpanan (storage/inventory behavior). Walaupun keberhasilan panen sangat dipengaruhi oleh kondisi musim/cuaca yang sifatnya uncontrolable, pengaruh pola tanam terhadap perkembangan harga komoditas pertanian di Amerika Serikat terlihat sangat dominan. Terdapat pola cyclical yang sistematis antara pola tanam dan variance harga komoditas. Variance harga membesar pada saat musim tanam dan mengecil pada saat musim panen. Sementara keberadaan teknologi penyimpanan atas produk pertanian, khususnya untuk produk yang mudah busuk/basi (durable products), akan mengurangi tekanan fluktutasi harga dari komoditas tersebut. Alfred Marshall (1842-1924) dalam bukunya Principles of Economics, yang diterbitkan tahun 1890 menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran secara simultan menentukan harga. Marshall percaya bahwa permintaan dan penawaran secara bersama-sama menentukan harga (P) dan kuantitas keseimbangan suatu barang (Q) (Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Walter Nicholsan, 2002).
Gambar 2.1. Potongan Permintaan dan Penawaran Menurut Marshall
Universitas Sumatera Utara
Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan.
Untuk
memudahkan
pembahasan
keseimbangan
parsial,
maka
digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap. Menurut kaum klasik harga barang di tentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Jadi yang menentukan harga adalah sisi penawaran (produsen). Namun pendapat klasik tersebut di tentang oleh Jevons, Menger dan Walras (tokoh-tokoh neoklasik). Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan, atau kaum marginalis melihatnya dari sisi konsumen, yaitu dari kepuasan marginal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang terakhir. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
Berkenaan
dengan
pendapat
kedua
aliran
tersebut,
Marshall
tidak
menyalahkan kedua konsep di atas, melainkan menggabungkannya. Menurut Marshall, selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh usnsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun pihak produsen. Unsure subjektif pihak konsumen adalah pendapatan (daya beli) dan unsure subjektif pihak produsen adalah keadaan keuangan perusahaan. Jika keuangan perusahaan dalam keadaan sulit, misalnya mungkin perusahaan mau menerima harga yang rendah tetapi kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka juga akan lebih berani dalam mempertahankan harga. Jadi teori harga menurut Alfred Marshall adalah sebagai berikut: “Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen”. Semakin tinggi pendapatan nasional (kesejahteraan suatu negara), semakin tinggi pula permintaan uang untuk tujuan transaksi, dan sebaliknya. Selain dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan domestik, harga komoditas juga dapat dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar internasional. Pada rezim perdagangan bebas, harga komoditas domestik akan bergerak mengikuti harga internasional, sehingga akan lebih volatile jika pemerintah tidak melakukan intervensi. Banyak negara reluctant untuk bergerak ke arah perdagangan bebas secara penuh untuk komoditas pangan/pertanian karena komoditas tersebut merupakan komoditas penting yang dapat menimbulkan instabilitas politik (Dawe, 2001). Untuk itu banyak negara, termasuk negara maju sekalipun seperti Jepang, yang masih memberikan proteksi berupa larangan impor untuk komoditas tertentu maupun pemberian tarif impor.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik penawaran dan permintaan untuk komoditas pangan/ pertanian memang ‘unik’ karena keduanya cenderung bersifat inelastic terhadap perubahan harga. Petani sebagai produsen tidak bisa serta merta meningkatkan produksinya ketika harga mengalami peningkatan. Konsumen juga tidak bisa mengurangi permintaannya ketika harga meningkat karena komoditas pangan/pertanian tersebut menjadi kebutuhan pokok. Kondisi tersebut membuat harga komoditas menjadi sangat sensitif terhadap stock, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, termasuk indirect stock yang berpengaruh secara tidak langsung seperti gangguan distribusi. Tekanan sisi permintaan juga berpotensi meningkatkan harga komoditas pertanian walaupun derajatnya relatif rendah dibanding tekanan dari sisi penawaran. Sumber utama peningkatan permintaan komoditas pangan adalah peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan (Tomek, 2000). Namun untuk negara maju, income effect kepada permintaan komoditas pertanian relatif kecil bila dibandingkan dengan negara berkembang yang mempunyai income elasticity lebih tinggi. Sementara Borensztein et al (1994) berpendapat bahwa permintaan komoditas pertanian lebih dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian (economic growth). Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya mendorong konsumsi. Kondisi ini memacu sektor industri untuk meningkatkan produksi makanan sehingga permintaan komoditas pertanian sebagai bahan baku meningkat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Penawaran Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang terpenting adalah : (Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, Sadono Sukirno : 2005) 1.
Harga
2.
Harga barang lain
3.
Biaya faktor produksi
4.
Teknologi
5.
Tujuan perusahaan
6.
Ekspektasi (ramalan) Apabila ditinjau dari jumlah barang yang ditawarkan, penawaran dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penawaran perorangan dan penawaran kolektif. a.
Penawaran Individu Penawaran individu adalah jumlah barang yang akan dijual oleh seorang penjual.
b.
Penawaran Kolektif Penawaran kolektif disebut juga penawaran pasar. Penawaran kolektif adalah keseluruhan jumlah suatu barang yang ditawarkan oleh penjual di pasar. Penawaran pasar merupakan penjumlahan dari keseluruhan penawaran perorangan.
Universitas Sumatera Utara
1) Hukum Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Secara ringkas dapat disebutkan bila harga (P) naik maka penawaran (Qs) relatif akan naik, bila P turun Qs turun, asumsi ceteris paribus (the other things on held constant). Hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk kurva sebagai berikut: P
Supply Curve
P2 1
2 DWL 2
P1
1 Q1
Qs
Q2
Gambar 2.2. Kurva Hukum Penawaran
2) Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Harga ekuilibrium tidak dapat dipastikan perubahannya. Dapat naik, dapat turun, dan dapat pula tidak berubah, tergantung kepada perbedaan intensitas perubahan pada permintaan dan penawaran dan juga tergantung kepada perbedaan elastisitas. Perubahan harga tidak dapat dipastikan oleh karena unsur
Universitas Sumatera Utara
bertambahnya permintaan bertendensi menaikkan harga, sebaliknya bertambahnya penawaran bertendensi menurunkan harga.
Gambar 2.3. Kurva Pergeseran Penawaran
Sumber : Literatur Ekonomi (blogspot.com, 2010)
Gambar 2.3. Kurva Pergeseran Penawaran
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Permintaan Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain : (Mikro Ekonomi, Sadono Sukirno : 2005) 1.
Harga barang yang dimaksud
2.
Harga barang substitusi
3.
Barang substitusi
4.
Rata-rata Pendapatan
5.
Jumlah populasi/penduduk
6.
Estimasi/perkiraan/ramalan
7.
Selera, lokasi dan distribusi Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain
permintaan berdasarkan daya beli dan jumlah subjek pendukung. a.
Permintaan menurut daya beli Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu permintaan efektif, permintaan potensial, dan permintaan absolut. 1) Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan membayar. Pada permintaan jenis ini, seorang konsumen memang membutuhkan barang itu dan ia mampu membayarnya.
Universitas Sumatera Utara
2) Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut. 3) Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang tidak disertai dengan daya beli. Pada permintaan absolut konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli barang yang diinginkan. b.
Permintaan menurut jumlah subjek pendukungnya Berdasarkan jumlah subjek pendukungnya, permintaan terdiri atas permintaan individu dan permintaan kolektif. 1) Permintaan individu Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2) Permintaan kolektif Permintaan kolektif atau permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaanpermintaan perorangan/individu atau permintaan secara keseluruhan para konsumen di pasar. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan
barang. Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Sepintas lalu pengertian ini tidak menimbulkan masalah akan tetapi bila kita pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang. Permintaan yang didukung oleh kekuatan
Universitas Sumatera Utara
daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial.Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), terdapat dua (2) model dasar dalam permintaan, yang pertama adalah permintaan langsung yang dikenal sebagai teori konsumen, dan yang kedua adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas bahan baku sebagai input di dalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk didistribusikan menjadi produk lainnya. 1) Hukum Permintaan Permintaan suatu barang berkaitan dengan jumlah permintaan suatu barang pada tingkat harga tertentu. Konsumen dapat menentukan jumlah barang yang dikonsumsi tergantung pada harga barang tersebut. Pada umumnya semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah permintaan suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan barang tersebut, apabila faktor lain tidak berpengaruh (cateris paribus). Hipotesa seperti itu disebut sebagai hukum permintaan.Dengan demikian, hukum permintaan (law of demand) adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang (cateris paribus) (Wilson Bangun, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2) Kurva permintaan Kurva
Permintaan
dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
kurva
yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah.Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik. 3) Gerakan dan perubahan kurva permintaan Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. P P2
A2
P1
A1 A3
P3
D 0
Q2
Q1
Q3
Q
Gambar 2.4. Pergerakan Kurva Permintaan Individu 4) Pergeseran kurva permintaan Kurva permintaan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan
Universitas Sumatera Utara
harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. P
P1
A2
A3
A1 D1 D3 D2
0
Q2
Q3
Q1
Q
Gambar 2.5. Pergeseran Kurva Permintaan Pasar Pada kenyataannya, jumlah permintaan suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Pergeseran kurva permintaan yang diakibatkan faktor lain selain harga dapat dilihat pada gambar 2.6. berikut:
Sumber : Literatur Ekonomi (blogspot.com, 2010)
Gambar 2.6. Pergerakan Kurva Permintaan
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri
memungkinkan
suatu
negara
mengkonsumsi
lebih
banyak
barang
dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negri (Lindert, 1993). Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan menguntungkaan semua negara meskipun ada negara yang secara mutlak lebih efisien
Universitas Sumatera Utara
dalam memproduksi semua barang dibandingkan Negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi suatu jenis barang tertentu (Lindert, 1993). Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Hecsher dan Ohlin (H-O). Teori ini disebut juga faktor proportion theory atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional misalnya, antara Indonesia dan Amerika Serikat terjadi karena opportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut. Perbedaan ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan bahan-bahan baku serta tenaga kerja (khususnya dari golongan berpendidikan rendah) yang jauh lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat. Sebaliknya Amerika Serikat memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dalam jumlah yang lebih banyak dari pada Indonesia. Jadi karena faktor endowment-nya berbeda, maka sesuai hukum pasar, harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat.Mialnya hanya ada dua faktor produksi yakni tenaga kerja (L) dan modal (K) dengan harga masing-masing w (gaji) dan r (suku bunga). Dengan demikian tingkat
Universitas Sumatera Utara
gaji di Indonesia lebih murah dari pada di Amerika Serikat dan tingkat suku bunga di Indonesia lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat. Akan tetapi dengan perbedaan harga faktor tersebut dengan sendirinya belum tentu dapat dikatakan bahwa Indonesia unggul dari Amerika Serikat dalam membuat suatu barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas pemakaian tenaga kerja dan modal dalam memproduksi barang tersebut. Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional (Wikipedia, ensiklopedia bebas), di antaranya sebagai berikut : •
Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
•
Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
•
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
•
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
•
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
•
Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
•
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
•
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri (Wikipedia, ensiklopedia bebas). Adapun hambatan tersebut antara lain : a. Tidak amannya suatu negara Jika suatu negara tidak aman, para pedagangnya beralih ke negara lain yang lebih aman. Semakin aman keadaan, semakin mendorong para pedagang untuk melakukan perdagangan internasional. b. Kebijakan ekonomi internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan hambatan bagi kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah impor, pungutan biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit. c. Tidak stabilnya kurs mata uang asing Kurs mata uang asing yang tidak stabil membuat para eksportir maupun importir mengalami kesulitan dalam menentukan harga valuta asing. Kesulitan tersebut berdampak pula terhadap harga penawaran maupun permintaan dalam perdagangan. Hal ini membuat para pedagang internasional enggan melakukan kegiatan ekspor dan impor. Terdapat beberapa perbedaan antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan internasional (Wikipedia, ensiklopedia bebas). Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Jangkauan wilayah Perdagangan dalam negeri mencakup satu wilayah negara, sedangkan perdagangan antarnegara menjangkau beberapa negara. b. Cara pembayaran Cara pembayaran pada perdagangan dalam negeri menggunakan satu macam mata uang, sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan macam-macam mata uang (valuta asing). c. Sistem distribusi Perdagangan dalam negeri lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sistem distribusi langsung. Sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan sistem distribusi tidak langsung. d. Peraturan yang berlaku Peraturan yang harus diikuti dalam perdagangan antar negara lebih rumit dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. Dalam perdagangan internasional melibatkan sekurang-kurangnya dua negara. Oleh karena itu, peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pedagang internasional sekurangkurangnya berlaku pada dua negara tersebut. e. Tingkat persaingan Karena penjual dan pembeli suatu barang berasal dari berbagai negara maka tingkat persaingan perdagangan antarnegara lebih ketat dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
f. Satuan ukuran dalam berat, panjang, dan isi Dalam perdagangan dalam negeri biasanya digunakan ukuran berat, panjang, dan volume yang berlaku di dalam negeri. Namun untuk perdagangan internasional, ukuran-ukuran tersebut harus menggunakan ukuran yang berlaku secara internasional. g. Biaya angkutan Dalam perdagangan internasional diperlukan biaya angkutan yang lebih tinggi daripada perdagangan dalam negeri. Ini terjadi karena perbedaan jarak dan sistem administrasi perdagangan. h. Tatap muka langsung penjual dan pembeli Dalam perdagangan dalam negeri, antara penjual dan pembeli dapat bertatap secara langsung. Akan tetapi, dalam perdagangan internasional bagi penjual dan pembeli untuk bertatap muka secara langsung tidak mudah.
2.2. Industri Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elaeis guinenensis) merupakan tanaman perenial (berumur panjang), dapat berproduksi hingga usia 30 tahun. Bibit kelapa sawit diperoleh dengan pembibitan dan setelah 12 bulan, tanaman mulai dapat ditanam di perkebunan. Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang banyak tumbuh di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 28oC, dengan ketinggian tempat 0-500 meter dari permukaan laut. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 2000-3000 mm
Universitas Sumatera Utara
per tahun. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah jenis Latosol dan Podsolik Merah Kuning. Tanaman kelapa sawit dapat berbuah setelah berusia 3 – 4 tahun dengan kemampuan produksi awal sekitar 7 – 9 ton per tahun, tergantung jenis tanah dimana kelapa sawit ditanam. Pohon kelapa sawit yang telah berbuah tingginya dapat mencapai 15 sampai 18 meter dengan diameter batang sekitar 40 – 60 centimeter. Dari tanaman yang telah berbuah tersebut pada kondisi puncak (usia 8 sampai 13 tahun) dapat menghasilkan 10 – 15 tandan buah segar (TBS) per pohon per tahunnya dan beratnya dapat mencapai 10 sampai 20 kilogram per TBS. Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah secara optimal hingga usia 25 tahun, dengan puncak produksi pada umur 9 sampai 14 tahun (hasil sekitar 27 ton per hektar) dan mulai menurun setelah umur 20 tahun (hasil sekitar 20 ton per hektar), tergantung pada klasifikasi jenis lahan tempat penanaman kelapa sawit. Dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) sekitar 17 – 22% dan inti sawit (PK) sekitar 4,6 – 5%. Tingkat ekstraksi CPO dan PK dari tandan buah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur produksi, kondisi tanaman serta penanganan pasca panen. (Iyun Pahang;2006) Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau sering disebut crude palm oil (CPO) yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin
Universitas Sumatera Utara
dan saat ini sudah hampi 200 produk turunan yang dapat dihasilkan dari CPO. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur untuk memisahkan inti dengan cangkang, setelah itu cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur sedangkan inti akan naik kepermukaan dan kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan dryer sekaligus mengalir ke bulk silo atau tangki timbun. Inti sawit yang sering disebut dengan kernel juga merupakan sumber minyak yang sering disebut minyak inti atau crude palm kernel oil (CPKO). Potensi minyak dari inti yang dapat diperoleh adalah sebesar 42% - 45%. Pengambilan minyak dari inti dilakukan dengan melakukan pressing terhadap inti sawit (kernel) untuk memisahkan ampas dengan minyak. Sisa pengolahan inti sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos (Iyun Pahang;2006). Berikut dapat dilihat Pohon Industri Kelapa Sawit dan produk turunannya.
Universitas Sumatera Utara
FRESH FRUIT BUNCHES
MILL PROCESS FRUIT RESIDUES PALM KERNEL CRUDE PALM OIL
Crushing Extraction Palm Kernel Mill
Soaps
Fractionation & Refining
Blending
Splitting
Refining
Bio-Diesel
Margarine, Confectioneries, Filled Milk, Ice Cream, Biscuit Creams
Fuel Fractionation & Refining
Refining
Palm Kernel Oil
Animal Feed
Technical Users Soaps ect
RBD PO
RBD Olein
RBD Stearin
Margarine Shortenings Frying Fats Vanaspati Ice Cream
Frying Cooking Shortenings Margarine
Shortenings Margarine
Palm Mid-Fraction Stearin
Olein
Hydrogenation
Margarine
HPKO HKO Olein
Other Uses Being Researched
Soaps
Splitting
Fatty Acids
Soaps Food Emulsifers etc
Blending Fats Confectionery
Confectioneries Coffee Whitener Filled Milk Coating Fats
Fatty Acids
Gycerol
Fatty Alkohol Animes Amides
Emulsifers Humectantas Explosives
Cocoa, Butter, Equivalent
Sumber : Malaysian Palm Oil Board, www.mpob.gov.my, data diolah
Gambar 2.7. Pohon Industri Kelapa Sawit & Produk Turunannya
Beberapa produk dari kelapa sawit yang umum diperdagangkan adalah : 1.
Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO) Berupa minyak yang agak kental berwarna kuning jingga kemerah-merahan. CPO mengandung asam lemak bebas (EFA) 5% dan mengandung banyak Carotene atau pro vitamin E (800-900 ppm). Titik lunak berkisar antara 33-34°C.
2.
Minyak Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Oil (PKO)
Universitas Sumatera Utara
Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%. 3.
Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50% dan kadar FFA-nya sekitar 5%.
4.
Bungkil Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Cake Bungkil inti kelapa sawit merupakan daging inti kelapa sawit yang telah diambil minyaknya. Minyak dihasilkan melalui proses pemerasan mekanis atau proses ekstraksi dengan pelarut yang lazim dipergunakan. Bungkil mengandung sekitar 2 % minyak.
5.
Pretreated Palm Oil Pretreated palm oil merupakan minyak yang diperoleh dari proses deguming dan prebleaching untuk persiapan “physical refining” minyak daging buah. Kadar FFA pretreated palm oil sekitar 5%. Nilai titik lunaknya adalah 33-39°C.
6.
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil) RBD palm oil merupakan minyak kelapa sawit yang telah mengalami proses rafinasi lengkap. RBDPO mengandung FFA 0,15% yang berwarna kuning kejingga-jinggaan dengan titik lunak antara 30-39 °C. RBD Palm Oil hanya digolongkan dalam satu jenis mutu.
Universitas Sumatera Utara
7.
Crude Palm Fatty Acid Adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari refinasi lengkap CPO dan fraksi-fraksinya, kandungan asam lemak bebasnya mencapai 89%.
8.
RBD Palm Olein Adalah minyak yang berwarna kekuning-kuningan. RBD palm olein diperoleh dari CPO yang telah mengalami rafinasi lengkap. Kadar FFA-nya sekitar 0,15% dan titik lunak maksimumnya adalah 24 °C.
9.
Crude Palm Stearin Crude palm stearin merupakan lemak berwarna kuning sampai jingga kemerahmerahan yang diperoleh dari proses fraksinasi CPO. Crude palm stearin memiliki kadar FFA sebesar 5% dan nilai titik lunak sekitar 48 °C.
10. Pretreated Palm Stearin Pretreated palm stearin adalah lemak yang diperoleh dari proses degumming dan prebleaching untuk persiapan “physical refining” fraksi padat CPO. Pretreated palm stearin memiliki kandungan FFA sebesar 5 % dan nilai titik lunak 48 °C. 11. RBD Palm Stearin Adalah fraksi lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami refinasi lengkap. RBD palm stearin memiliki kadar FFA sebesar 0,2 %. Nilai titik lunaknya sama dengan Crude Palm Stearin, hanya warnanya lebih kuning. 12. Palm Acid Oil Palm acid oil adalah asam lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami proses netralisasi dengan soda kaustik dan dilanjutkan dengan proses
Universitas Sumatera Utara
pengasaman dengan asam sulfat. Palm acid oil memiliki kandungan FFA sebesar 50% dengan total kadar lemak maksimum 95%. 13. Crude Palm Kernel Fatty Acid Crude palm fatty acid adalah asam lemak yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari rafinasi lengkap minyak inti sawit (PKO) dan fraksi-fraksinya. Kadar FFA-nya minimum 70%. Dari produk-produk tersebut yang memegang peranan penting dalam perdagangan dunia adalah minyak sawit, minyak inti sawit dan beberapa produk olahan lanjutan dari minyak sawit antara lain Olein, Stearin, Fatty Acid dan sebagainya.
2.3.
Peneliti Terdahulu Abidin, Zainal (2008) meneliti tentang analisis eksport crude palm oil (CPO)
Indonesia. Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak kelapa dan nilai tukar rupiah.Metode analisis yang digunakan adalah metode 2SLS (Two Stage Least Square). Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa harga CPO domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia. Prastowo, Nugroho Joko (2008) meneliti tentang Pengaruh Distribusi Dalam Pembentukan Harga Komoditas dan Implikasinya Terhadap Inflasi. Faktor distribusi
Universitas Sumatera Utara
yang diamati meliputi rantai distribusi, marjin keuntungan, biaya dan gangguan distribusi. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika dan survei menunjukkan bahwa komoditas primer cenderung mempunyai mata rantai distribusi yang lebih panjang dan kurang efisien. Sementara gangguan distribusi sangat berpengaruh terhadap harga komoditas yang perishable seperti cabe, namun marjin yang diperoleh pedagang lebih besar dari komoditas lainnya. Hal ini membuat komoditas yang perisable lebih volatile. Peningkatan harga BBM yang mendorong peningkatan biaya transportasi tidak signifkan terhadap harga komoditas produk industri seperti minyak goreng dan gula pasir. Namun signifkan terhadap komoditas non-industri dengan peningkatan biaya aktual sekitar 1%, namun peningkatan harga yang terjadi dapat mencapai 5%. Dengan demikian dampak peningkatan BBM terhadap harga komoditas dan inflasi secara keseluruhan lebih besar dari faktor distribusi lainnya. Idris, M (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Data yang digunakan adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan minyak goreng curah di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Wulantoro, Anis (2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. M. Efendi Arianto, dkk (2010) meneliti tentang analisis harga minyak sawit, tinjauan kointegrasi harga minyak nabati dan minyak bumi. Penelitian ini mencoba mengkaji keterkaitan harga pada tiga jenis minyak nabati yang paling banyak diproduksi, yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, serta keterkaitannya dengan minyak bumi. Data yang dipergunakan terdiri atas data bulanan pada periode 1980-2008. Hasil penelitian menyipulkan dalam jangka panjang CPO adalah variabel yang paling berpengaruh di pasar minyak nabati; hasil variance decomposition menunjukkan variasi dari harga minyak sawit berpengaruh terhadap minyak nabati lainnnya pada kisaran 30-40%. Sementara itu, kemampuan memberikan pengaruh dari PCRO terhadap tiga jenis minyak nabati yaitu, minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rapa, meningkat sangat kuat dari tidak berpengaruh pada periode 1980-2003 menjadi sangat berpengaruh pada periode 2004-2008 terutama pada horizon 24 hingga 48 bulan kemudian. Dengan demikian dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa harga minyak bumi memberikan pengaruh pada variabilitas harga minyak nabati, terutama pada periode dinamika harga komoditas tahun 2004-2008.
2.4.
Kerangka Konseptual Pada Gambar 2.8. berikut menunjukkan bahwa luas kebun kelapa sawit dunia,
biaya produksi CPO dan produksi minyak kedelai dunia berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia, serta penawaran CPO dunia, harga minyak kedelai dunia, konsumsi CPO dunia tahun sebelumnya dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia. Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
QLK SCPO TCP
QMK
PMK
PCPO
DCPO
PMB
Gambar 2.8. Kerangka Konseptual Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia Keterangan: PCPO
=
Harga CPO dunia (USD/Ton)
QLK
=
Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun (Hektar)
TCP
=
Biaya produksi CPO (USD/Ton)
QMK
=
Produksi minyak kedelai dunia (Ton/Tahun)
SCPO
=
Penawaran CPO Dunia (Ton/Tahun)
PMK
=
Harga minyak kedelai dunia (USD/Ton)
DCPO =
Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya (Ton/Tahun)
PMB
Harga minyak bumi dunia (USD/KL)
=
Universitas Sumatera Utara
Adapun pertimbangan pemilihan varibel bebas dan tidak bebas dalam penelitian ini disebabkan karena : 1.
Crude Palm Oil (CPO) merupakan produk hilir dari buah kelapa sawit melalui proses produksi pada pabrik kelapa sawit, sehingga luas kebun kelapa sawit dunia akan berpengaruh positif terhadap produksi CPO sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap penawaran CPO dunia. Namun mengingat bahwa tanaman kelapa sawit baru memberikan hasil yang baik pada usia 5 tahun, maka digunakan time lag 5 tahun.
2.
Biaya produksi CPO (TCP) merupakan salah satu faktor pembentuk harga. Menurut teori ekonom terkemuka seperti Adam Smith dan lain-lain kenaikan biaya-biaya produksi seperti upah tenaga kerja akan menyebabkan penurunan produksi sehingga akan menaikan harga jual produk.
3.
Minyak kedelai merupakan pesaing utama CPO di pasar internasional, oleh karena itu produksi minyak kedelai dunia (QMK) akan berpengaruh terhadap suplay CPO dan harga CPO.
4.
Penawaran CPO dunia (SCPO), menurut Alfred Marshall penawaran dan permintaan secara simultan akan menentukan harga suatu barang pada titik equilibrium kuantitas tertentu. Kenaikan harga akan memicu pertambahan suplai di pasar dan sebaliknya penurunan harga akan menyebabkan penurunan suplai.
5.
Harga minyak kedelai dunia (PMK) sangat berpengaruh terhadap harga CPO, sebab kedua produk merupakan barang subtitusi yang saling menggantikan. Kenaikan harga minyak kedelai tentunya akan mengurangi permintaan yang
Universitas Sumatera Utara
berimbas peningkatan permintaan CPO sebagai barang subtitusi. Kondisi ini tentunya berdampak pada kenaikan harga CPO dunia. 6.
Untuk mewakili dari sisi permintaan maka digunakan variable permintaan CPO dunia tahun sebelumnya (DCPO). Pemilihan variable ini disebabkan kondisi bahwa penjualan CPO dilakukan dengan sistem kontrak yang sudah dilakukan 612 bulan sebelumnya. Sehingga efek dari harga sekarang merupakan imbas dari kontrak sebelumnya.
7.
Harga minyak bumi dunia (PMB), dasar pertimbangan pemilihan variable ini disebabkan adanya fenomena bahwa kenaikan harga minyak bumi selalu diikuti dengan kenaikan harga CPO dunia. Hal ini karena di Eropa telah berkembang industri biodiesel yang menggunakan bahan baku minyak nabati seperti minyak rapa dan CPO. Namun karena satuan yang digunakan pada variable lain seperti CPO dan minyak kedelai menggunakan sataun Ton atau metric ton, maka untuk harga minyak bumi yang kita gunakan juga USD/KL. Mengingat patokan harga minyak bumi (crude oil) yang umum diperoleh adalah dalam satuan USD/barrel, maka untuk memperoleh harga per kilo liter (KL) digunakan standart konversi dari
barrel
ke
KL
dimana
1
KL
=
8,648
barrel.
(sumber:
www.convertworld.com).
2.5. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian berdasarkan kerangka konseptual adalah :
Universitas Sumatera Utara
1.
Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia, cateris paribus.
2.
Biaya produksi CPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia, cateris paribus.
3.
Produksi minyak kedelai dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran CPO dunia, cateris paribus.
4.
Penawaran CPO dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
5.
Luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
6.
Biaya produksi CPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
7.
Produksi minyak kedelai dunia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
8.
Harga minyak kedelai dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
9.
Permintaan CPO dunia tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
10. Harga minyak bumi dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga CPO dunia, cateris paribus.
Universitas Sumatera Utara
h5 = QLK
h1 = + h2 = -
SCPO
h4 = + h6 = +
TCP h3 = QMK
PMK
DCPO
PMB
h7 = -
h8 = +
PCPO
h9 = +
h10 = +
Gambar 2.9. Hipotesis Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia
Universitas Sumatera Utara