PEMILIHAN MEDIA UNTUK PEMBELAJARAN Dasar Pemilihan Media untuk Pembelajaran Tujuan proses belajar-mengajar dapat dicapai dengan baik bila ditunjang oleh berbagai faktor, antara lain media pembelajaran. Seperti yang telah diketahui, bahwa media adalah salah satu pendukung/penopang seorang guru dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas agar dalam prakteknya menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam memilih media, seorang guru haruslah pandai dalam menentukan atau memilih media apa yang tepat untuk digunakan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Tentunya, pertimbangan dalam memilih media tersebut harus didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan guru. Karena hal tersebut akan berimplikasi terhadap hasil pembelajaran siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru dalam memilih media pembelajaran didasarkan pada: (1) seorang guru sudah merasa akrab dengan salah satu media pembelajaran, (2) seorang guru merasa media yang digunakan lebih baik dari pada media lainnya, (3) media yang dipilihnya dapat menarik perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Alasan lain kebanyakan guru ataupun dosen yang menggunakan media tidak mendasarkan pilihan medianya pada pemikiran logis dan ilmiah, melainkan lebih karena mengikuti perkembangan majunya teknologi atau karena mengikuti kebiasaan yang berkembang di lingkungan sekolah atau justru karena media yang telah disiapkan di sekolah tersebut. Sehingga, penggunaan media tersebut tidak didasarkan pada kesesuaian tujuan, materi, dan karakter siswanya. Sebagai seorang pengajar yang bijak, hendaknya seorang guru tidaklah terpaku terhadap satu media semata, ataupun hanya karena fasilitas media yang tersedia di sekolah terbatas pada satu media. Misalnya, dengan media overhead project yang disediakan media sehingga seorang guru akan menjadi kebiasaan. Terutama jika dikaitkan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), sebuah media tidak bisa diukur keefektivitasannya yakni bila dibandingkan dengan perkembangan teknologinya yang begitu pesat. Sehingga tidaklah
mudah menentukan ukuran atau kriteria kesesuaian media tersebut, karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Dalam hal ini, seorang guru benar-benar dituntut agar lebih berkreatifitas serta berinovasi dalam memanfaatkan media pembelajaran, terlebih lagi jika media yang tersedia sangat terbatas. Sehingga, akan banyak alternatif variasi pembelajaran untuk tiap-tiap materi pelajaran dan siswa tidak akan bosan dalam kelas serta dapat menerima pelajaran dengan baik. Pada tingkat yang menyeluruh dan umum pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: •
Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor dana, fasilitas
dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia, serta sumber-sumber yang tersedia (manusia dan material). Dengan kata lain, jika dana serta fasilitas yang tersedia kurang memadai maka seorang guru harus bisa memilih media yang sesuai dengan materi dan terjangkau sehingga tidak memerlukan dana yang besar dalam pengadaan media. Misalnya, dengan menggunakan media gambar, ilustrasi, kertas, dan sebagainya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagai contoh, siswa diperintahkan untuk merangkai ayatayat Al-Qur’an melalui media puzzle. Seorang guru juga harus pandai dalam mengatur waktu untuk tiap materi pembelajaran. •
Persayaratn isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pelajaran beragam dari sisi
tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya penghafalan, penerapan keterampilan, atau penalaran dan pemikiran. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan memerlukan teknik dan media penyajian yang berbeda pula. •
Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan
keterampilan awal, seperti membaca, mengetik dan menggunakan komputer dan karakteristik siswa lainnya.
Seorang guru haruslah benar-benar memahami karakter masing-masing siswa dalam pembelajaran, artinya ada kalanya seorang siswa suka membaca, suka dengan media audio, atau media visual sehingga seorang guru dituntut untuk merencanakan pembelajaran dengan baik dengan mengkombinasikan beberapa media pembelajaran mengingat karakter siswa berbeda antara satu dengan yang lainnya. •
Tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektifan biaya. Pengajar juga harus mampu dalam memperkirakan antusiasme peserta didik
dalam mengikuti pelajaran dalam kelas. Sebab, tingkat kesenangan masing-masing peserta didik akan berbeda antara satu dengan lainnya terhadap sebuah media yang akan diterapkan seorang guru. Variasi media dalam hal ini sangat diperlukan oleh seorang guru khususnya dalam pembelajaran PAI di sekolah. Karena nampaknya pembelajaran PAI akan terasa membosankan bagi peserta didik khususnya di sekolah-sekolah umum. Karena kemungkinan mind set mereka menganggap bahwa pelajaran PAI tidak begitu penting lagi dibanding pelajaran-pelajaran lain yang diujikan dalam UNAS, misalnya Matematika, Bahasa Inggris, ataupun Bahasa Indonesia sehingga mereka terkesan meremehkan. Guru juga perlu mempertimbangkan keefektifan biaya dalam pengadaan media, guru harus mampu memaksimalkan media yang telah ada pada sebuah lembaga pendidikan, serta mencoba variasi media-media pembelajaran yang lain yang bisa terjangkau oleh guru dan dapat berimplikasi terhadap antusiasme peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI dalam kelas. •
Kemampuan
dalam
mengakomodasikan
penyajian
stimulus
yang tepat,
kemampuan mengakomodasikan umpan balik, pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan untuk latihan tes. Penyajian stimulus baik secara visual dan/atau audio harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga siswa bisa memberikan umpan balik dengan baik terhadap pembelajaran PAI di sekolah ataupun madrasah. Dalam menentukan media pembelajaran, sebaiknya seorang guru sudah menyiapkan secara matang media utama yang akan digunakan. Lebih-lebih guru juga menyiapkan media sekunder (pendukung)
bagi media utama, sehingga akan semakin lengkap dan efektif dalam prakteknya. Misalnya, untuk tujuan belajar yang melibatkan penghafalan ayat Al-qur’an ataupun hadis. Maka, guru harus bisa menampilkannya secara audio visual guna menunjang kemampuan menghafal siswa sehingga akan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian siswa akan cepat hafal. •
Media sekunder harus mendapat perhatian karena dengan menggunakan beragam
media pembelajaran akan membawa dampak berhasil tidaknya sebuah pembelajaran. Sebab dengan beragamnya media siswa memiliki kesempatan untuk menghubungkan dan berinteraksi dengan media yang paling efektif sesuai dengan kebutuhan belajar mereka secara individu. Penyajian Informasi/Stimulus
Latihan/Tes
Utama
Sekunder
Utama
Sekunder
Guru/instruktur
Proyektor
Komputer
Pengawas
Bimbingan
Kertas/lembar
Tape recorder Media cetakan/buku Guru/instruktur teks
kegiatan/kartu bantu
Bidang media pembelajaran dapat ditinjau dari enam aspek kegunaannya dalam rangka proses belajar dan mengajar sebagai berikut: •
Verbalisme
•
Kekacauan penafsiran
•
Perhatian peserta didik yang bercabang
•
Kurangnya respon anak
•
Kurang perhatian
•
Keadaan fisik lingkungan belajar
Keenam aspek tersebut merupakan hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar yang perlu diatasi. Dalam hal itu kegunaan media pembelajaran tampak jelas. •
Verbalisme, pengajaran bergantung pada penggunaan kata-kata lisan dalam
pemberian informasi dan penjelasan. Keadaan ini mempersulit terjalinnya komunikasi dua arah antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa. karena guru yang berbicara terus-menerus, komunikasi harus berlangsung satu arah, yakni dari guru kepada siswa. Tidak terjadi komunikasi timbal balik. Untuk mengatasi hambatan tersebut sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran. •
Kekacauan dalam penafsiran, gejala ini sering terjadi dalam proses belajar-
mengajar. Siswa salah tafsir tentang hal-hal tertentu yang diajarkan oleh guru, misalnya salah tafsir tentang istilah-istilah tertentu dalam bahasa asing, salah kaprah dalam penggunaan istilah yang sebenarnya salah, tetapi dipakai oleh umum. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat. •
Perhatian peserta didik yang bercabang, gejala ini terjadi karena pelajaran yang
disajikan oleh guru tidak menarik perhatian atau minat. Guru hanya mengajar dengan bahasa lisan, materi pelajaran terlalu sukar, siswa melamun karena ada persoalan pribadi, dan sebagainya. •
Kurangnya respon, gejala ini terjadi karena guru kurang mampu merangsang
peserta didik untuk bereaksi dan memberi tanggapan. Penyebab utama adalah tidak semua alat indera terangsang, hanya indera pendengaran yang aktif. Proses belajar tidak berlangsung secara menyeluruh. Akibatnya cara berpikir peserta didik kurang sistematikdan kurang mengarah pada tujuan pengajaran. Untuk mengatasi masalah ini, guru sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang dapat menggugah diri anak agar lebih responsif. •
Kurang perhatian, gejala ini disebabkan oleh pengajaran kurang sistematis, bahan
terlampau sulit, bahasa guru tidak dipahami oleh peserta didik, guru hanya sibuk sendiri sedangkan siswa tidak diperhatikan sama sekali. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran sehingga dapat menarik perhatia siswa.
•
Keadaan lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, pengaturan tempat duduk
yang tidak beraturan dan permanen, kurang memberikan ruang gerak kepada peserta didik untuk berpikir kreatif dan untuk saling berkomunikasi, keadaan ruangan yang jelek ataupun kotor, semuanya itu dapat mengakibatkan suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi para siswa. Adapun kriteria-kriteria pemilihan media yang menjadi fokus di sini antara lain karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik media, dan sifat pemanfaatan media. • Karakteristik Siswa Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan antar individu yang sudah terbentuk sejak awal dalam diri siswa sebagai hasil dari pengalamannya sehingga menentukan suatu keberhasilan siswa dalam meraih cita-citanya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, dalam setiap individu siswa memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda dalam hal menerima pelajaran di sekolah pada umumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman dari masing-masing siswa itu sendiri yang akan menentukan berhasil atau tidaknya saat mengikuti proses pembelajaran. Pengalaman tersebut yang kemudian akan menentukan pola aktivitasnya dalam meraih cita-cita. Siswa yang memiliki kecenderungan pasif dalam kelas besar kemungkinan siswa tersebut akan sulit dalam menerima pelajaran, hal ini dikarenakan siswa tidak bisa bersosialisasi dengan guru ataupun temannya. Bisa dikatakan siswa yang demikian memiliki sifat yang pendiam, suka menyendiri, tidak suka berkelompok, ataupun merasa tidak cocok dengan teman-temannya atau bahkan tidak suka dengan guru pengajarnya sehingga cenderung pasif saat di dalam kelas. Sebaliknya, siswa yang aktif dalam kelas besar kemungkinan siswa tersebut akan dapat menerima pelajaran dengan baik, sebab siswa yang aktif akan menanyakan sesuatu yang belum dipahami kepada guru pengajarnya. Dengan kata lain, siswa tersebut pandai dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu:
•
Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tuuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman yang telah diperoleh masing-masing individu siswa. Artinya, siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan dari materi ajar yang akan disampaikan oleh guru. Baik itu pengalaman yang diperoleh dari membaca buku, pengalaman pribadi, atau pengalaman yang diperoleh dari berita/media internet, dan sebagainya. Dampaknya, siswa akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal dan efektif. •
Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan
status sosial. Setiap peserta didik yang hidup dalam lingkungan keluarga yang beragam, secara tidak langsung akan selalu berinteraksi dengan lainnya. Dengan demikian, disadari atau tidak oleh pendidik maupun orang tua bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan peserta didik, baik dalam hal tingkah laku, wawasan, pembicaraan, dan lain sebagainya. Untuk itu, dapat diamati beberapa fenomena peserta didik dalam kehidupan di lingkungan sekolah, sebagai tempat menimbah ilmu pengetahuan para peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga, seperti: •
Siswa-siswi yang berasal dari keluarga tidak mampu, tetapi atensi orang tua
terhadap pendidikan anak-anaknya sangat besar. •
Siswa-siswi dari keluarga berada, tetapi orang tua sangat cuek terhadap
pendidikan, bakat, dan minat anaknya. •
Ada juga siswa-siswi dari keluarga broken home, sehingga kurang peduli terhadap
pendidikan dan masa depan anaknya.
•
Ada juga siswa-siswi dari keluarga yang pengetahuan dan latar belakang
pendidikannya sangat rendah, sehingga tidak mengerti apa yang seharusnya dilakukan untuk anak-anaknya. Bertolak dari berbagai latar belakang peserta didik tersebut, maka para pendidik atau guru harus memahami keberadaan lingkungan peserta didik bertempat tinggal, sehingga sedikit banyak akan dapat membantu dalam memberikan perlakuan yang tepat bagi setiap peserta didik yang nantinya akan berimplikasi terhadap hasil pembelajaran. Status sosial ekonomi nampaknya juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Dengan kata lain, yang perlu disadari dan dicermati oleh orang tua maupun pendidik adalah sedikit banyak sosial ekonomi akan mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Faktor ini disebabkan oleh fasilitas untuk belajar anak sangat terpenuhi bagi peserta didik yang memiliki orang tua dalam tataran status sosial ekonomi ke atas, seperti: buku bacaan penunjang, disediakannya media pembelajaran penunjang, atau keperluan sekolah lainnya, mainan yang digunakan sebagai refreshing otak, alat peraga yang dapat menunjang pada materi pelajaran PAI di sekolah maupun pengembangan bakat dan minatnya yang terpenuhi. Dengan demikian, status sosial ekonomi sangat dibutuhkan oleh setiap anak dan akan berpengaruh pada kemampuan belajarnya, sehingga dia tergolong berkemampuan normal saja akan mampu belajar dengan baik. Dan yang perlu diperhatikan oleh guru adalah mengarahkan, membimbing, dan memberikan kesempatan pada peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan bakatnya melalui bantuan media pembelajarann yang bervariasi. •
Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, yang
meliputi (1) fungsi kognitif mencakup taraf intelegensia dan daya kreativitas, bakat, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik belajar; (2) fungsi konatif-dinamik mencakup karakter-hasrat-berkehendak, motivasi belajar, perhatian-konsentrasi; (3) fungsi afektif, mencakup temperamen, perasaan, sikap, minat; (4) fungsi sensori-motorik; (5) dan beberapa hal lain yang menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental, vitalitas psikis, dan perkembangan kepribadian.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi seorang guru, informasi mengenai karakteristik siswa sangat penting untuk diketahui. Karena hakikatnya masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Sehingga, informasi tersebut akan sangat berguna sekali bagi guru dalam menentukan atau memilih media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan proses belajar-mengajar PAI di sekolah. •
Tujuan belajar
Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. hasil belajar tersebut meliputi : •
Hal pengetahuan dan keilmuan, konsep atau fakta ( kognitif)
•
Hal personal, kepribadian atau sikap ( afektif)
•
Hal keterampilan, kelakuan atau penampilan ( psikomotorik) Beberapa hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan hal yang secara
programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, guru hendaknya menentukan media yang sesuai dengan tujuan, yakni dapat membantu pencapaian hal yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata- kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. namun jika tujuan pembelajaran bersifat motorik ( gerak dan aktifitas) maka media film dan video yang digunakan
•
Pengertian Bahan Ajar Menurut national centre for competency based training (2007) bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Sedangkan pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Pandangan-pandangan
tersebut
juga
dilengkapi
oleh
pannen
yang
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis. Yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar di atas, dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk baik ( informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelahan implementasi pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, hanout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya. •
Sifat bahan ajar
Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Tugas- tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktifitas dari para siswanya. Setiap kategori pembelajaran menuntut aktifitas atau perilaku yang berbeda- beda, dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya. Banyak jenis aktifitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktifitas siswa seperti mendengarkan dan mencatat, tetapi menurut B. Diedrich yang dikutip oleh Yudhi Munadi aktifitas siswa dalam belajar di sekolah terdapat 177 jenis. Jumlah yang banya itu kemudian dikelompokkan menjadi delapan sebagai berikut:
•
Visual
activities,
yang
termasuk
di
dalamnya
misalnya.
Membaca,
memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain. •
Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. •
Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato/ ceramah. •
Writing activities, seperti mencatat poin- poin penting yang didengarnya, menulis
karangan cerita, menyusun angket, menyalin. •
Drawing activities misalnya menggambar, membut grafik, peta, diagram.
•
Motor activities, yang trmasuk di dalamnya antara lain: melkukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereprasi, bermain, berkebun, beternak. •
Mental activies sebagai contoh menanggapi, memecahkan soal, mengingat,
melihat hubungan, mengambil keputusan, menganalisa. •
Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup. Jadi dengan klasifikasi aktivitas sebagai wujud dari implementasi bahan ajar seperti diuraikan diatas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup komplek dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan di dukung oleh media pembelajaran yang tepat tentunya lingkungan belajar pun akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar- benar menjadi pusat aktivits belajar yang maksimal dan bahkan menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan trnsformasi kebudayaan. Ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Disini, kreativitas guru mutlak diperlukan untuk merencanakan dan menciptakan media dan lingkungan belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan- kegiatan yang bervariasi. Sementara itu rowntree dalam belawati mengatakan bahwa sifat bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat macam:
•
Bahan ajar berbasis cetak.
Seperti buku, pamphlet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah atau Koran dll. •
Bahan ajar berbasis teknologi.
Seperti audicassete, siaran radio, slide. Filmstrips, film, video, siaran televise, video interaktif, computer based tutorial dan multimedia •
Bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek
Contoh lembar observasi, lembar wawancara dll. •
Bahan ajar yang digunakan untuk keperluan interaksi manusia ( terutama untuk
keperluan pendidikan jarak jauh) Contoh telepon, handphone, video conferencing dll. •
Substansi Bahan Ajar
Secara garis besar, bahan ajar ( instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, maka dengan kata lain materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis materi yaitu materi dari aspek pengetahuan, afektif dan psikomotorik. Pengetahuan Pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip dan prosedural. Dibawah ini adalah contoh dari pengetahuan yang meliputi konsep, prinsip dan procedural adalah sebagai berikut: No 1
Jenis Fakta
Pengertian
Contoh
Segala hal yang
• RI merdeka pada
berwujud kenyataan
tanggal 17 agustus
dan kebenaran,
1945
meliputi nama-nama
• Seminggu
objek, peristiwa
terdapat 7 hari
sejarah, lambing, nama tempat, nama orang, nama bagian dll 2
Konsep
Segala yang
Hukum
adalah
berwujud
peraturan
pengertian-
harus dipatuhi dan
pengertian baru,
ditaati,
yang bisa timbul
dilanggar,
sebagai hasil
sansi berupa denda
pemikiran dan
atau pidana
yang jika dikenai
meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/ isi dll 3
Prinsip
Hal- hal utama,
Air mengalir dari
pokok, dan dimiliki
tempat yang lebih
posisi terpenting
tinggi
yang meliputi dalil,
yang lebih rendah.
rumus, paradigm,
Maka dari itu, jika
ke
tempat
serta hubungan antar membuat
4
Prosedural
elokan
konsep yang
pembuangan
menggambarkan
harus
implikasi sebab
tidak
akibat
atau naik
Langkah- langkah
Tata cara berwudu
sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktifitas atau
air
menurun, boleh
datar
kronologi suatu system
Keterampilan Keterampilan adalah materi atau bahan ajar yang berhubungan dengan kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan dan teknik kerja. Ditinjau dari level keterampilannya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan gerak awal, semi rutin dan rutin ( terampil). Keterampilan perlu disesuaikan kebutuhan siswa dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa tersebut, tujuannya adalah agar mereka mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja ( pre- vocational skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup ( life skill) Sikap atau Nilai •
Bahan ajar jenis sikap atau nilai adalah bahan untuk pembelajaran yang berkenaan
dengan sikap ilmiah antara lain. •
Nilai- nilai kebersamaan, mampu bekerja kelompok dengan orang lain yang berbeda
suku, agama dan strata social. •
Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen dan tidak
memanipulasi data hasil pengamatan. •
Nilai kasih sayang. Tidak membeda- bedakan orang lain yang mempunyai karakter sama
dan kemampuan social ekonomi yang berbeda karena semua adalah makhluk Tuhan. •
Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan
mengharapkan imbalan apapun. •
Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu
•
Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras dan bekerja dengan giat
•
Bersedia menerima pendapat orang lain, bersikap legowo , menerima kritik dari orang
lain dan menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman atau orang lain dapat diterima. Prinsip Pembelajaran dalam Menyusun Bahan Ajar Dalam buku panduan pengembangan bahan ajarn yang diterbitkan depdiknas, diungkapkan terdapat 6 prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan untuk menyusun bahan ajar yaitu: 1. Dengan memulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit dan dari yang konkrit untuk memahami yang abstrak. Siswa akan mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau konkret, atau sesuatu yang nyata di lingkungan sekitar. Misalnya, untuk menjelaskan konsep jual beli. Maka yang harus dilakukan adalah dengan mengajak siswa untuk mengamati secara langsung atau melakukan observasi dengan mengajak dialog tentang kegiatan jual beli yang terjadi pada penjual jajanan di sekeliling sekolah. 2. Melakukan pengulangan untuk memperkuat pemahaman Dalam pembelajaran, pengulangan sangat dibutuhkan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 4x2 lebih baik dari pada 2x4. Artinya, walaupun hasilnya sama, sesuatu informasi yang diulang- ulang akan lebih membekas di ingatan siswa. Namun, pengulangan dalam penulisan bahan ajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi, sehingga tidak membosankan. 3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Seringkali, kita menganggap sepele dengan memberikan respon (reaksi) yng sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Seperti perkataan seorang guru yang bagus atau ya, kamu cerdas atau itu tepat akan menimbulkan kepercayaan diri bahwa ia telah menjawab dan mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon negatif akan mematahkan siswa. Untuk itu jangan melupakan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa. 4. Motivasi belajar yang tinggi adalah salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan berhasil dalam belajar. Oleh karena itu salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan ( motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi antara lain dengan memberikan pujian atau menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain-lain. 5. Mencapai tujuan Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap pada akhirnya akan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standar kompetensi yang tinggi diperlukan tujuan, ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah dan anak tangga yang terlalu kecil terlampaui dengan mudah untuk dilewati. Untuk itu guru harus menyusun anak tangga tujuan pembelajaran yang pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator- indikator kompetensi. 4. Pengadaan Media Dilihat dari segi pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman media dapat di bagi menjadi dua macam. Pertama, media menjadi (by utilization) yakni media yang menjadi komoditi berpandangan. Walaupun media banyak memiliki kelebihan dilihat dari hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya, bila dilihat dari segi kestabilan materi penggunaannya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan media yang kita gunakan untuk tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan, karena tujuan pembuatan media yang diciptakan oleh produser/perusahaan, yaitu tidak bersifat khusus seperti khususnya pembelajaran di kelas, seperti upaya untuk mengendalikan suasana kelas, menyingkronkan media dengan metode pembelajaran, menyingkronkan media dengan tujuan pembelajaran, dan lain-lain. Akan tetapi media diciptakan untuk tujuan yang bersifat kelompok atau umum juga. Di sini ada beberapa cara agar media tetap dapat membantu mengefisiensikan dan mengefektifkan pproses pembelajaran.
a. Guru terlebih dahulu mempelajari media yang bersankutan dengan proses pembelajaran untuk megetahui bagian mana yang cocok dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran serta kondisi peserta didik, sehingga mendapatkan menciptakan pembelajaran yang efektif, efesien, dan menyenangkan bagi pesrta didik. b. Memadukan antara media dengan rencana pembelajran, meliputi tujuan, materi, metode, waktu, dan hirarki belajar. Kedua, media rancangan (by design) yaitu media yang memang diciptakan khusus untuk tujuan proses pembelajaran, , yang disingkrongkan dengan tujuannya, materinya, dan metodenya, sehingga guru tidak lagi susah untuk memadukan antara media dengan tujuan pembalajarn dan materi pembelajaran, sehingga guru dapat lebih fokus mempersiapkan kematangan materi ajar. Aspek teknis lainnya yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan pemilihan media adalah kemampuan biaya, ketersediaan waktu, tenaga, fasilitas dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek tersebut seringkali menjadi hambatan dalam pengembangan dan pemamfaatan media pembelajaran secara maksimal. •
Sifat Pemanfaatan Media Pada pembahasan yang sebelumnya kita sudah banyak membahas tentang perbedaan
pembelajaran dan “pengajaran”, kalau kita lihat dari sisi fungsi pembelajaran (instructional) mempunyai makna yang lebih luas di bandingkan dengan pengajaran, sedangkan kata “pengajaran” dalam konteks tatap muka antara guru dengan murid di kelas secara formal. Maka pembelajaran di samping mengandung makna pengajaran seperti itu juga mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Dengan demikian, dalam pemilihan media dalam proses belajar mengajar kita perlu juga melihat bagaimana sifat pemanfaatannya. Dan jika dilihat dari bentuk sifat pemanfaatannya media terbagi menjadi dua macam, yaitu di antaranya : •
Media primer, yaitu media yang harus digunakan, biasanya hal ini digunakan oleh guru
ketika di dalam kelas pada proses pengajaran. Maka di sini diperlukan guru yang kreatif,
karena disini guru dituntut untuk mengintegrasikan, dan mengkorelasikan antara media dengan metode pengajaran, karakter siswa, dan waktu yang disediakan, dan lain-lain. •
Media sukender, media ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi, media ini
bisa disebut juga sebagai media pembelajaran dalam arti luas. Karena media ini dapat dijadikan sumber belajar oleh siswa baik bersifat mandiri atau kelompok, media operasional ini bisa guru yang membuat atau murid yang membuat, jika murid yang membuat, guru tetap sebagai pengarahnya dari seluruh rancangannya. Dari penjelasan tersebut media primer dan media sekunder memiliki peran yang sangat penting dalam membantu seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru juga harus bisa memadukan kedua media tersebut, untuk memberikan variasi pembelajaran sehingga siswa tidak akan jenuh dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung. Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran. GP Press Group: Jakarta. Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar. DIVA press: Jogjakarta. Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA press: Jogjakarta. Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. UMM Press: Malang.