PEMETAAN DIGITAL PENYAKIT CAMPAK MENGGUNAKAN QUANTUM GIS DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2012 – 2014 Faiqatul Hikmah1, Dahlia Indah Amareta2 dan Irfan Ade Febrian3 1,2,3
Politeknik Negeri Jember, Jurusan Kesehatan, Program Studi Rekam Medik Email :
[email protected] Abstract
Based on World Health Organization ( WHO ) 2007 about 242.000 the son of all the world die of measles . Indonesia is a fourth biggest its inhabitants in the world having the digits in pain measles approximately 1 million per year it has 30,000 death. A strategy to this activity was the scope of a routine that high (> 90%) in
the case in bondowoso. The purpose of this research is map distribution incidence to purposes surveillance and awareness to events measles in the Bondowoso. This research in a waterfall integrated with quantum gis. Based on the data obtained, 5 subdistrict area that possesses the the highest in Bondowoso regency namely Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, and Tapen. Subdistrict with the highest are Bondowoso with 96 cases. The cause of a disease measles that occur in Bondowoso subdistrict caused by density of populations and nutritional status of bad. For the district health Bondowoso need to do evaluation of measles occurring, so that the problem can be immediately handled well.Keywords: Medical RecordFile, acute respiratoryinfections Keyword: Distribution, Measles, Quantum GIS
Abstrak Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2007 sekitar 242.000 anak seluruh dunia meninggal karena penyakit campak. Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak. (Depkes, RI. 2009). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2001, 2002, 2005, 2006, dan 2013 penyakit campak merupakan kasus KLB di Bondowoso. Tujuan penelitian ini untuk membuat peta digital persebaran penyakit Campak guna keperluan surveilans dan kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit campak di wilayah Kota Bondowoso. Penelitian ini menggunakan metode waterfall dipadukan dengan aplikasi Quantum GIS 1.8. Hasil dari penelitian ini diperoleh 5 daerah kecamatan yang memiliki jumlah kasus tertinggi di Kabupaten Bondowoso yaitu Kecamatan Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, dan Tapen. Penyebab penyakit campak yang terjadi di Kabupaten Bondowoso berhubungan dengan kepadatan penduduk dan jumlah gizi buruk yang terjadi. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso perlu melakukan evaluasi terhadap penyakit campak yang terjadi, sehingga masalah tersebut bisa segera teratasi dengan baik. Kata kunci: Penyebaran, Penyakit Campak, Quantum GIS
kerusakan pada otak, bahkan kematian. Campak biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun yang belum pernah mendapatkan imunisasi (Mutaroh A, 2010).
PENDAHULUAN Campak adalah penyakit Infeksi pernapasan akibat virus campak atau morbili. Campak dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa muda. Campak bisa menyebabkan penyakit atau akibat yang serius, terutama pada orang dewasa muda, beberapa di antaranya termasuk infeksi telinga bagian tengah, radang paru-paru, radang otak, yang menyebabkan
Pada umumnya balita yang tidak mendapat imunisasi campak akan terserang campak, oleh karenanya agar anak mendapat kekebalan terhadap penyakit ini maka anak harus mendapat imunisasi campak pada saat 29
29
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
yang tepat. Anak yang sudah pernah terkena campak umumnya akan mendapat kekebalan permanen sehingga jarang terjadi serangan kedua. Di Indonesia penyakit campak masih menjadi masalah, karena berdasarkan data jumlah penderita sampai saat ini masih tinggi (Widoyono, 2008). Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara prioritas yang di identifikasi oleh World Health Organization dan United Nations Children’s Fund ( UNICEF) untuk melaksanakan akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap Kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak. (Depkes, RI. 2009). Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Jawa Timur dr A Jaely MPPM mengatakan pada tahun 2011 di Jawa Timur sekitar 433.186 atau 73% bayi rentan terinfeksi penyakit campak. Jika tidak segera diberikan dosis kedua, diperkirakan akan banyak terjadi wabah campak. Pasalnya, sepanjang tahun 2011 ini sudah tujuh Kabupaten/kota dinyatakan status kejadian luar biasa campak. Menurut para ahli kejadian luar biasa (KLB) adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat tertentu. (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990). Bahkan, sembilan daerah di Jawa Timur dinyatakan rawan penyakit campak. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) 2011 Jawa Timur menyebutkan sembilan Kabupaten/kota rawan campak tersebut adalah Sidoarjo, Lamongan, Kediri, Kota Malang, Tuban, Pamekasan, Sampang, Sumenep, dan yang tertinggi adalah Pasuruan. Kendati sejauh ini belum ada laporan adanya pasien meninggal dunia. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2001, 2002, 2005, 2006, dan 2013 penyakit campak merupakan Kasus Luar Biasa (KLB) di Bondowoso. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 penyakit campak masuk dalam 10 besar penyakit. Penyakit campak berada di posisi 3 setelah penyakit DBD dan Diare.
30
Menurut data dari dinas kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2011 terdapat 31 kasus. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 59 kasus, kemudian pada tahun 2013 penyebaran penyakit campak meningkat dengan pesat dengan 161 kasus yang terjadi. Sedangkan di tahun 2014 mengalami sedikit penurunan menjadi 147 kasus. Hal ini membuat kita harus semakin waspada pada penyebaran penyakit campak yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Dengan berkembang pesatnya teknologi di era modern saat kini, kita harus bisa memanfaatkannya. Salah satu teknologi informasi berkembang dengan pesat yaitu sistem informasi geografis yang bermanfaat untuk memantau daerah-daerah yang ingin diteliti, sehingga penyebaran penyakit campak dapat dimonitoring. Salah satunya yaitu menggunakan aplikasi Quantum GIS. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memetakan distribusi angka kejadian guna keperluan surveilans dan kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit campak di wilayah Kota Bondowoso. Aplikasi tersebut juga sebagai alat bantu untuk kegiatan pengamatan penyakit campak yang hasilnya di tampilkan dalam suatu peta. Agar memudahkan dalam pembuatan laporan yang berfungsi sebagai salah satu alat bantu dalam acuan pengambilan keputusan tindak penanggulangan penyakit campak di Wilayah Kabupaten Bondowoso. Tujuanpenelitianiniadalahuntukmemetakanwilyah – wilayahterkaitpenyebaranpenyakitcampak di Kabuapaten Bondowoso dengan menggunakan aplikasi Quantum GIS
Faiqatul Hikmah, Dahlia Indah A, dan Irfan A Febrian. Pemetaan Digital Penyakit Campak ...
METODE Jenis penelitian dalam tugas akhir ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah laporan penyebaran penyakit campak, hasil Imunisasi bayi, laporan sensus penduduk, laporan gizi buruk.Metode penelitian terdapat beberapa tahapan diantaranya Requirements analysis and definition), System Design, Implementation and unit tasting, Integration & Testing, Operation & Maintenance.Kegiatan pengumpulan dan penyajian data dalam penelitian selalu berhubungan. Dikelompokkan menjadi 2. merupakan data kualitatif maka dalam teknik ini pengujian hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN gizi buruk 1.
Data Kasus Penyebaran Penyakit campak Di Kabupaten Bondowoso Tabel 1 kasus penyebaran campak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Kecamatan Bondowoso Tenggarang Tegalampel Taman Krocok Wringin Pakem Binakal Curahdami Grujugan Maesan Tamanan Jambesari Pujer Tlogosari Wonosari Tapen Sukosari Sumber Wringin Sempol Klabang Botolinggo Prajekan Cermee Jumlah
Campak 2012 17 2 0
Campak 2013 42 22 0
Campak 2014 37 19 2
Jumlah Kasus 96 43 2
0
2
3
5
0 10 13 0 5 1 0 0 0 0 1 0 7
0 0 21 0 0 1 0 0 0 0 40 22 2
0 8 18 2 7 3 2 0 0 1 25 13 2
0 18 52 2 12 5 2 0 0 1 66 35 11
0
0
0
0
0 3 0 0 0 59 Kasus
0 0 2 0 7 161 Kasus
0 2 3 0 0 147 Kasus
0 5 5 0 7 367 Kasus
Berdasarkan hasil data laporan penyebaran penyakit campak selama 3 tahun terakhir. Tahun 2013 merupakan tahun dengan jumlah penyebaran penyakit campak terbanyak, dengan jumlah sebanyak 161 kasus . Kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan kejadian kasus campak sebanyak 147 kasus. Jika dilihat dari jumlah kasus selama 3 tahun terakhir, daerah kecamatan Bondowoso memiliki kasus penyakit campak yang paling tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Kecamatan Bondowoso merupakan kecamatan kota, yang posisinya tepat berada di pusat kota. Laporan Hasil Imunisasi Bayi Kabupaten Bondowoso Tabel 2 Laporan hasil imunisasi No Puskesmas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Target Sasaran Bayi Nangkaan 364 Kota kulon 396 Kademangan 273 Tenggarang 569 Tegalampel 319 Taman krocok 240 Wringin 568 Pakem 321 Binakal 241 Curahdami 428 Grujugan 452 Maesan 639 Tamanan 508 Jambesari 460 Pujer 540 Tlogosari 643 Wonosari 538 Tapen 493 Sukosari 209 Sumber wringin 459 Klabang 278 Botolinggo 421 Sempol 173 Prajekan 351 Cermee 605
Yang Mendapatkan Imunisasi 412 322 292 618 278 233 585 325 186 451 571 832 530 521 501 562 592 462 182 411 232 430 137 321 645
Target Tercapai (%) 113,2 81,3 107,0 108,6 87,1 97,1 103,0 101,2 77,2 105,4 126,3 130,2 104,3 113,3 92,8 87,4 110,0 93,7 87,1 89,5 83,5 102,1 79,2 91,5 106,6
Berdasarkan tabel hasil laporan imunisasi bayi di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kecamatan Bondowoso untuk target tercapai tahun 2014 sudah banyak yang di atas 90%, namun pada kecamatan Binakal untuk target tercapainya masih jauh di bawah kecamatan lainnya hanya dengan 77,2% target yang tercapai.
31
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
3.
Laporan Kejadian Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Bondowoso Tabel 3 kasus gizi buruk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Puskesmas Nangkaan Kotakulon Kademangan Tenggarang Tegalampel Taman krocok Wringin Pakem Curahdami Binakal Grujugan Maesan Tamanan Jambesari Pujer Puskesmas Tlogosari Wonosari Tapen Sukosari Sumber wringin Sempol Klabang Botolinggo Prajekan Cermee Jumlah
Balita dengan Gizi Buruk 11 8 24 14 13 8 7 10 2 18 7 9 4 5 9 Balita dengan Gizi Buruk 3 16 9 13 23 0 1 7 7 19 247
Berdasarkan laporan rekapitulasi balita dengan gizi buruk yang terdapat pada Kabupaten Bondowoso tahun 2014 tidak merata. Kecamatan dengan angka kasus terbanyak terdapat pada kecamatan Kademangan dengan 24 kasus gizi buruk, diikuti oleh kecamatan Sumber wringin dengan 23 kasus. Sedangkan untuk kecamatan Sempol pada tahun 2014 tidak terjadi kasus gizi buruk.
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
32
Luas Wilayah (Km2) 64,25 36,14 28,04 29,03 35,91 91,31 37,88 138,61
KepadatanPenduduk per 1 km2 714 966 1.195 1.260 1.083 505 460 230
48,60 35,01
708 1.105
1.692 3.347 760 637 319 700 686 319
99,81 113,70 217,20 76,39 175,36
206 249 53 333 250
Membuat peta digital penyebaran penyakit campak 1. Tahap Tahap ini merupakan tahap penentuan halhal yang penting sebagai dasar permasalahan yang akan dianalisis dalam pembuatan peta digital sebaran penyakit canpak di Kabupaten Bondowoso. Tahap ini merupakan tahap untuk mengkaji permasalahan yang akan diterapkan pada sistem ini. Sehingga setiap masalah yang
2 No Nama Kecamatan 1 Maesan 2 Grujugan 3 Tamanan 4 Jambesari 5 Pujer 6 Tlogosari 7 Sukosari 8 Sumber Wringin 9 Tapen 10 Wonosari
23,22 21,42 42,98 27,37 72,66 58,01 33,58 53,62
Berdasarkan tabel 4 diatas didapat data bahwa untuk kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling banyak yaitu kecamatan Bondowoso dengan kepadatan penduduk sebanyak 3.347 per 1 km2. Sedangkan kecamatan Sempol yang memiliki luas sekitar 217,20 km2 hanya memiliki kepadatan penduduk sebanyak 53 per 1 km2. Mungkin hal ini dikarenakan letak kecamatan Bondowoso yang berada di pusat kota sehingga orang cenderung lebih memilih bertempat tinggal di kecamatan Bondowoso.
Wilayah Kabupaten Bondowoso Tabel 4 data luas wilayah dan sesnsus penduduk
Tenggarang Bondowoso Curahdami Binakal Pakem Wringin Tegalampel Taman Krocok Klabang Botolinggo Sempol Prajekan Cermee
sebaik mungkin. Tahap definisi masalah dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data secara tertulis maupun mengamati masalah pada suatu sistem yang telah ada. Tahap Tahap System and Software Design Pada tahapan system and software design dilakukan pembuatan design pemetaan digital yang meliputi pembuatan point dan line pada aplikasi Quantum GIS. Hal ini berfungsi untuk menerapkan atribute dan karakteristik Data campak di Kabupaten Bondowoso secara digital setelah data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan sistem yang akan dibuat. langkah awal yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data secara lengkap agar desain peta digital dapat dibuat bisa dengan baik tanpa ada kekurangan
Faiqatul Hikmah, Dahlia Indah A, dan Irfan A Febrian. Pemetaan Digital Penyakit Campak ...
Pada tahapan desain pemetaan digital ini aplikasi yang digunakan adalah quantum GIS versi 1.8.0. Tahapan ini mulai memasukkan data-data yang didapat saat melakukan penelitian. Data-data yang dibutuhkan meliputi data penyakit campak, hasil imunisasi bayi, jumlah gizi buruk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk di Kabupaten Bondowoso.
diharapkan pembaca dapat mudah memahami daerah-daerah yang memiliki kasus tinggi pada penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso.
Gambar 3 Hasil Pemberian warna 3.
Gambar 1 Hasil digitasi Langkah kedua adalah membuat titik atau Point pada proses didigitasi peta. Langkah pertama untuk memulainya adalah dengan mengklik lapisan kemudian pilih baru lalu klik lapisan vektor baru dengan memilih titik pada kotak dialognya seperti dibawah ini. Kemudian isi nama titik yang akan digunakan, misalnya nama kecamatan kemudian tentukan lebar dari jumlah huruf. Jika selesai tekan OK. Otomatis atribute akan disimpan sesuai dengan lokasi yang kita inginkan. Untuk pemberian titik harus mengaktifkan toogle editing terlebih dahulu, kemudian bisa melakukan pemberian titik.
Tahap Implementation and Unit testing T Setelah peta digital diberi warna sesuai dengan penyebaran penyakit campak, langkah berikutnya adalah menampilkan atribut peta yang telah dimasukkan sebelumnya seperti jumlah kasus campak, target imunisasi, kasus gizi buruk dan kepadatan penduduk. Hal ini berguna sebagai media mempermudah petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso untuk meneliti dan menangani daerah yang rawan dengan penyebaran penyakit campak.
Gambar 4 Atribut peta
Gambar 2 Hasil Pemberian titik Langkah awal yang dilakukan dalam desain warna pada peta digital yaitu dengan mengaktifkan lapisan/layer layer area bondowoso. Lapisan tersebut akan merubah warna kecamatan berdasarkan jumlah kasus penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya warna
Gambar 5 Layout peta penyebaran campak
33
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Layout pada peta digital ini berfungsi menyimpan gambar dalam bentuk JPG atau BMP. Ini bermanfaat untuk melakukan penelitian saat presentasi atau penyeluhan. Namunpada penelitian yang dilakukan masih terdapat kelemahan ,peneliti masih belum terlalu menguasai tentang aplikasi quantum GIS . Saran untuk peneliti berikutnya adalah format gambar yang dihasilkanseharusnyalebihbaikdanlebihmenarik, sehinggapembacamudahdalammenganalisisdaerah yang memilikipenyebaranpenyakitcampak. Contoh bentuk gambar seperti format 3 dimensi. Saran lain bagi peneliti berikutnya dapat mengkoneksikan hasil peta digital denganjaringan internet. Sehingga informasi dapat dengan mudah diperoleh. Diharapkan kelemahan penulis dapat menjadi masukan bagi peneliti lainnya, khususnya bagi peneliti dalam pembuatan peta digital. Pada legenda tersebut menunjukkan identitas dari simbol yang ada, seperti nama kecamatan dan juga puskesmas yang ada pada peta tersebut. Untuk pemberian warna disesuaikan dengan tingkatan penyebaran penyakit campak pada setiap kecamatan. Warna tersebut memiliki tingkatan kejadian sebagai berikut : 1. 2.
Untuk warna 0 kasus Campak Untuk warna antara 1 sampai 10
3. 4.
kasus Campak Untuk warna antara 11 sampai 20 kasus Campak Untuk warna antara 21 sampai 100 kasus Campak
Adanya legenda peta digital tersebut diharapkan memudahkan dalam membaca dan menganalisis permasalahan tentang penyakit campak pada peta tersebut. Hal ini menentukan kebijakan yang harus diambil dalam penyelesaiannya.
Menganalisa Hasil Peta Digital Penyebaran Penyakit Campak di Kabupaten Bondowoso dari Tahun 2012, Tahun 2013, dan Tahun 2014 Peta digital ini merupakan peta yang memiliki unsur kesehatan, dikarenakan data yang terdapat dalam peta digital tersebut merupakan data penyakit campak dengan disertai data sekunder sebagai pendukungnya. Peta digital tersebut merupakan peta digital penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Warna yang ada pada peta menunjukkan tingkatan jumlah penyebaran penyakit yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Warna pada peta tersebut dapat berubah maupun di update sesuai dengan perkembangan data yang terjadi. Dalam peta digital 34
tersebut juga terdapat data sekunder yang mendukung penyebaran penyakit campak Pada penelitian tersebut terdapat data tentang target imunisasi yang tercapai pada setiap kecamatan. Laporan tersebut di dapat dari puskesmas pada setiap setiap kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Dengan cakupan Campak yang rata-rata setiap kecamatan mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa diharapkan jumlah kasus Campak akan menurun oleh karena terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity). Dengan membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi, seorang ibu telah memberikan sumbangan bagi kekebalan kelompok. Dengan kata lain, selain memberi perlindungan kepada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, tapi juga memberikan kontribusi sosial yang tinggi. anak yang telah mendapat kekebalan setelah imunisasi akan menghambat perkembangan penyakit di kalangan masyarakat. Di harapkan dengan adanya kegiatan imunisasi, kekebalan kelompok (herd Immunity) akan terjadi agar virus tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang biak dalam tubuh manusia yang telah divaksinasi sehingga penyebaran kuman dapat dihentikan bahkan dapat diberantas. Berikut hasil wawancara kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso mengenai faktor lain penyebab penyakit campak. “...Banyak sekali faktor yang menyebabkan anak terkena campak dik. Selain status imunisasinya ada juga lainnya toh,Diantaranya Hygiene Perorangan, lingkungan, serta statuz gizi dari anak tersebut. Pengetahuan ibunya tentang campak juga mempengaruhi” Responden 1
Berdasarkan hasil wawancara dari petugas dinas kesehatan di dapat bahwa masih banyak faktor lain penyebab penyakit campak selain tidak mendapatkan imunisasi. Diantaranya kebersihan dari orang tersebut, lingkungan sekitar, dan status gizi. Pada penelitian yang saya lakukan di dapat bahwa data target imunisasi yang tercapai pada setiap kecamatan rata-rata berada di atas 90%, tetapi penyebaran penyakit campak masih banyak terjadi. Hal ini dimungkinkan masih banyak faktor penyebab lainnya selain imunisasi campak seperti yang dikatakan oleh responden.
Faiqatul Hikmah, Dahlia Indah A, dan Irfan A Febrian. Pemetaan Digital Penyakit Campak ...
“...Lah, kn adik tau sendiri faktor penyebabnya kan bukan hanya imunisasi. Meskipun status imunisasinya lengkap, tapi Masih banyak faktor penyebab lainnya, seperti pendapatan keluarga juga bisa,status gizinya juga di cek. Ada juga faktor yang lebih penting, pemberian ASI secara langsung. Sekarang banyak balita yang terkena campak sebelum mendapatakan imunisasi campak. Ya mungkin dikarenakan anak tersebut tidak mendapatkan ASI secara langsung sehingga daya tahan tubuhnya lemah.” Responden 1
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di dapat bahwa status imunisasi bukanlah faktor utama dalam penyebaran penyakit campak, masih ada faktor lainnya. Misalnya status gizi dari anak tersebut, oleh karena itu peneliti memasukkan data kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data gizi buruk yang di dapat, jumlah penyebaran penyakit campak banyak terjadi di daerah dimana di daerah tersebut juga memiliki jumlah kasus gizi buruk yang tinggi. “Seseorang dengan status gizi yang baik akan mempunyai ketahanan tubuh yang baik terhadap suatu penyakit serta proses penyembuhan yang cepat( Purnomo 1996)”. “...Banyaknya penduduk berpengaruh dik dalam hal ini. Semakin banyak tetangga maka potensi tertular juga tinggi kan,apalagi di Bondowoso sekarang udah banyak perumahan baru. Ibu-ibu biasa membawa anaknya ketika sedang mengobrol, mungkin mereka tidak tau kalau anak tetangga sedang sakit campak sehingga menular. Campak kan bisa menularnya lewat udara sehingga tanpa bersentuhan campak bisa menular loh. Kalo di kota juga kan banyak penitipan anak, bisa juga tertular di tempat itu. Kalo di desa kan ga’ ada dik mungkin kalo ortunya kerja mungkin yang ngerawat neneknya.” Responden 1
Menurut Achmadi dalam Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah mengatakan “Kepadatan penduduk yang didukung kepadatan hunian merupakan persemaian subur bagi virus. Hunian yang padat dapat mempermudah penularan yang terjadi melalui udara.” Berdasarkan hasil wawancara dan kutipan yang ada, didapatkan bahwa kepadatan
penduduk berpengaruh dalam penyebaran penyakit campak. Hal ini membuktikan bahwa virus campak dapat menularkan melalui udara tanpa harus ada kontak langsung. Dapat dilihat pada data yang ada, kecamatan Bondowoso yang kepadatan penduduk sebanyak 3.347 per 1 km 2 memiliki jumlah kasus sangat tinggi. Ini berbanding terbalik dengan kecamatan Sempol yang hanya kepadatan penduduknya sekitar 53 per 1 km2, tidak terjadi kasus campak pada 3 tahun terakhir. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Casaeri, menurut Casaeri dalam jurnalnya yang berjudul faktor-faktor kejadian penyakit campak di Kabupaten Kendal tahun 2007 mengatakan bahwa “hasil analisis hubungan faktor resiko kepadatan hunian dengan kejadian penyakit campak, menunjukkan bahwa kejadian penyakit campak dengan padat penghuni (63,2%) lebih besar di banding tidak padat penghuni (36,8%)”. Penelitian ini juga didukung peneliti sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Dian Sari Nurani (2012), menyatakan bahwa campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak Indonesia, termasuk di Kota Cirebon. Kasus campak terjadi sepanjang tahun di Cirebon, setiap bulan selalu ada laporan suspek kasus campak. Berdasarkan tempat yang sering terjadi kejadian kasus campak adalah tempat dengan cakupan imunisasi rendah.Tingginya insiden campak di Kecamatan Kesambi pada tahun 2004, 2005, 2007, dan 2009 diperkirakan karena kepadatan penduduk yang tinggi. Yaitu sebesar 8.827,30 penduduk per km2. Dikatakan tinggi karena kepadatan penduduk kecamatan lebih tinggi daripada kepadatan daerah lainnya. Diketahui bahwa penularan penyakit campak lebih mudah terjadi pada perumahan rakyat yang padat, daerah yang kumuh dan miskin, serta populasi padat. Sedangkan untuk kecamatan Harjamukti di Kota Cirebon insiden campak yang tinggi disebabkan cangkupan imunisasi yang belummemenuhi target UCI pada salah satu kelurahannya. UCI merupakan keadaan tercapainya cakupan imunisasi dasar Dapat disimpulkan kemungkinan anak yang tinggal di rumah padat penghuni akan mudah tertular atau terinfeksi penyakit akibat kontak, apalagi bila dalam rumah tersebut ada penderita. Hal ini menandakan kepadatan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit campak. Hal sama juga terjadi dengan statuz gizi penderita campak. Sebagian besar dari kematian anak di 35
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
negara yang sedang berkembang, disebabkan oleh penyakit infeksi yang biasanya tidak penting, tetapi menjadi berat karena anak kurang gizi. Suatu penyakit misalnya campak(morbili), cacar air atau bahkan pilek, tidak dapat sembuh karena daya tahan (Berg,A. dan Robert J.muscat, 1987). Penelitian yang dilakukan Casaeri dalam jurnalnya berjudul Faktorfaktor risiko kejadian penyakit campak di Kabupaten Kendal tahun 2002 mengatakan, “ besarnya risiko kejadian penyakit campak pada anak dengan status gizi kurang 2,3 kali lebih tingi dibandingkan pada anak dengan status gizi sedang/baik.” Berkaitan dengan status gizi di Kabupaten Bondowoso, penyebaran campak di kecamatan yang memiliki kasus campak tinggi juga terdapat jumlah kasus gizi buruk yang tidak sedikit. Menandakan terdapat hubungan antara kasus campak dan statuz gizi dari sang penderita. Penelitian yang dilakukan Casaeri juga mengatakan memungkinkan dengan rendahnya status gizi mempengaruhi respon tubuh berupa pembentukan antibodi dan limfosit terhadap adanya infeksi suatu penyakit,dimana untuk pemberntukan antibodi dan limfosit dibutuhkan bahan baku berupa protein dan karbohidrat, pada anak dengan status gizi buruk kadar protein dan karbohidrat dalam tubuh sedikit sehingga pembentukan antibodi dan limfosit akan terhambat yang berakibat tubuh rentan terhadap infeksi penyakit. Peneliti melakukan kunjungan ulang ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dan mendapatkan info tentang masalah campak. Berikut merupakan beberapa masalah campak yang masih terjadi di Kabupaten Bondowoso : 1.
2.
3. 4. 5. 6.
36
Sasaran target bayi untuk imunisasi tidak sesuai dengan data yang di dapat dari Badan Pusat Statistik Daerah Petugas tidak terlalu mengetahui secara pasti jumlah sasaran bayi yang seharusnya mendapatkan imunisasi Hanya masyarakat yang datang ke posyandu yang mendapat imunisasi Masih ditemukan masyarakat yang kurang mendukung kegiatan imunisasi Masih ditemukan kasus campak dengan status imunisasi lengkap Masih ada anggapan campak merupakan penyakit biasa sehingga masih menggunakan pengobatan tradisional, sehingga kemungkinan masih ada kasus tidak terlaporkan.
Berdasarkan masalah-masalah diatas yang masih terjadi di Kabupaten Bondowoso, pada poin terakhir dapat menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan daerah-daerah pinggiran atau pedesaan yang ada di Kabupaten Bondowoso masih banyak tersebar penyakit campak. Misalnya pada daerah Wringin terdapat 7 kasus gizi buruk dengan kepadatan penduduk 700 per 1 km2, kemudian daerah Jambesari dengan 5 kasus gizi buruk dan kepadatan penduduk sekitar 1.260 per 1 km2, dan daerah Pujer dengan Kasus gizi buruk sebanyak 9 kasus dengan kepadatan penduduk cukup banyak sekitar 1.083 per 1 km2. Dari 3 daerah tersebut tidak ditemukan kejadian kasus penyakit campak, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa di daerah tersebut terjadi namun kasus tidak terlaporkan. Kemungkinan 3 daerah tersebut masih beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar, sehingga anak yang sakit campak tidak perlu diobati. Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini, faktor status gizi dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Sehingga untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso perlu melakukan evaluasi untuk menyelesaikan beberapa masalah yang masih ada, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit campak.
SIMPULAN Dari hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Penyebaran Penyakit Campak di Kabupaten Bondowoso Tahun 2012-2014 menggunakan quantum GIS” dapat disimpulkan bahwa: 1.
2.
3.
Terdapat 5 kecamatan yang memiliki jumlah kasus sangat tinggi, diantaranya kecamatan Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, dan Kecamatan Tapen. Sedangkan hasil imunisasi kecamatan dengan target imunisasi tertinggi terdapat di Kecamatan Maesan dengan 130 %, dan terendah di Kecamatan Binakal dengan 77,2%. Untuk kasus gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Kademangan dengan 24 kasus. Kebutuhan peta digital persebaran penyakit campa di Kabupaten Bondowoso dengan menggunakan Quantum GIS 1.8 meliputi : Data penyebaran penyakit campak. Laporan hasil Imunisasi bayi, Data Kasus gizi buruk, Data sensus penduduk, dan Luas wilayah. Dari peta digital perpenyebaran penyakit Campak tahun 2012-2014 di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat bahwa kecamatan Bondowoso, Wonosari,
Faiqatul Hikmah, Dahlia Indah A, dan Irfan A Febrian. Pemetaan Digital Penyakit Campak ...
Binakal, Tenggarang, dan Kecamatan Tapen adalah kecamatan dengan tingkat penyakit campak yang tinggi. Bondowoso 96 kasus Campak, Wonosari 66 kasus Campak, Binakal 52 kasus Campak, Tenggarang 43 kasus Campak, dan Kecamatan Tapen 35 kasus Campak. Penyebaran penyakit campak dipengaruhi gizi buruk dan kepadatan.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan III. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, E. 2008. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan XVII. Bandung : Alfabeta Tata sutabri, 2004. Analisis sistem informasi.jakarta. penerbit andi (sumber metode waterfall) Setiawan, I made. 2008. Penyakit campak. Jakarta. Penerbit Sagung Seto Ikatan Dokter Anak Indonesia. Satgas imunisasi. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta.penerbit satgas imunisasi, ikatan dokter anak Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Provinsi Jawa Timur. Jakarta. Statistik Daerah Kabupaten Kabupaten Bondowoso, e-Books. 2014. Bondowoso. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. Eka Chandra, Olivia. 2014. Perbedaan Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Factors Perilaku
Ibu Dalam Memberikan Imunisasi Campak antara Desa Non Klb Campak Di Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso, Skripsi. Program pendidikan stra ta, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Anisa. 2008. Pemetaaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Baye s. Makassar. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin. Sa ri Nura ni, Dia n. dkk. 2012. Ga mbaran Epidemiologi Kasus Campak Di Kota Cirebon Tahun 2004-2011. (Studi Kasus Data Surveilans Epidemiologi Campak di Dinas Kesehatan Kota Cirebon). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Aaby, P. Bukh, dkk, 1984. Measles Vaccination and reduction in Child Mortality, A Community Study from Guinca-Bissau, Journal of Infection 8: 13 – 21 Suardiyasa Made. Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Campak pada Anak balita di Kabupten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Yogyakarta; 2008. Purnomo. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan terhadap Kejadian Penyakit Campak pada Anak Usia 12-24 bulan di Kodya Jaksel Tahun 1996. Jakarta: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat . Program Pascasarjana UI;1996 Achmadi U. F. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Seri Desentralisasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta; UI Press; 2008 Berg, A. dan Robert J. Muscat, 1987. Perbeikan Gizi dan Dilema Kependudukan : faktor gizi, Bharatara Karya Aksara, Jakarta (3);38-45. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
37