PEMERTAHANAN BAHASA BALI DI LINGKUNGAN KARANG MEDAIN MATARAM DALAM KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Oleh : Lalu Ahmad M. A.
Pembimbing I : Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum. Pembimbing II : Baiq Wahidah, M.Pd
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Email :
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pemertahanan Bahasa Bali di Lingkungan Karang Medain Mataram dalam Kajian Sosiolinguistik”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya masyarakat suku Bali di lingkungan Karang Medain dalam memertahankan bahasa daerah mereka dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Bali. Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, wawancara dan angket/kuesioner menggunakan teknik sadap dan teknik simak bebas libat cakap dalam pengamatan. Pada metode analisis data mempunyai tahapan penyeleksian, pengklasifikasian, reduksi data, pembahasan dan penyimpulan data. Dalam hal penyajian analisis data menggunakan metode informal. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kebertahanan bahasa Bali di lingkungan Karang Medain Mataram sangat berperan adalah masyarakat suku Bali yang berupaya memertahankan pemakaian bahasa daerah mereka di berbagai ranah bermasyarakat, di antaranya ranah keluarga, ranah pasar tradisional, ranah kegiatan adat, ranah kegiatan keagamaan, ranah kesenian dan kebijakan Pemerintah. Pemertahananan bahasa Bali juga tidak lepas dari aspek faktor-faktor di antaranya (1) Wilayah pemukiman yang terkosentrasi. (2) Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas suku Sasak terhadap minoritas suku Bali di Karang Medain, (3) Adanya loyalitas tinggi dari masyarakat suku Bali terhadap bahasa Bali sebagai bentuk perwujudan jati diri mereka, (4) Adanya kesinambungan penggunaan bahasa Bali secara turun-menurun dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. (5) Adanya kebijakan pemerintah daerah yang berperan dalam bentuk pengaplikasian UUD 1945 sebagai aparatur Negara yang mendorong kelestarian pemakaian bahasa Bali itu sendiri.
Kata kunci: Pemertahanan Bahasa Bali Karang Medain
1
ABSTRACT
This study entitled "Language preservation Bali in Environmental Studies Karang Medain Mataram in Sociolinguistics". This study aims to describe how a community effort in environmental Karang Bali tribe Medain in preserving their language and the factors that affect the preservation of Balinese language. Qualitative descriptive research by applying the sample population. Data collection methods used in this study is seen, interviews and questionnaires / questionnaire using the tapping technique and free technique involved consider ably in the observations. At the stage of data analysis methods have the selection, classification, data reduction, discussion and inference data. In terms of the presentation of data analysis using informalmethods. The results showed that the survival of the language in the Karang Bali Mataram Medain very important role in it is a tribal society that seeks Bali maintaining their local language usage in different spheres of the social environment or socializing. Pemertahananan Balinese language is also not free from aspects of the factors that encourage the preservation of language usage Bali itself.
Key Words : Prevent Balinese Language in Karang Medain
2
I. PENDAHULUAN
sekitar wilayah Karang Medain hidup
1.1 Latar Belakang
masyarakat suku Sasak yang merupakan
2
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa dari rumpun Austronesia berasal dari pulau Bali yang dipakai secara turun-temurun, pertama
merupakan
suku
Bali.
bahasa Mayoritas
masyarakat suku Bali menganut agama Hindu, hampir 90% nya. Sebagian besar masyarakat Bali memilih menetap di pulau Bali, namun ada pula yang tersebar di seluruh Indonesia salah satunya
di
pulau
Lombok
karena
merupakan pulau terdekat dari pulau Bali. Penyebaran suku Bali yang ada di Lombok tidak hanya berada pada satu
penduduk asli Lombok. Bahasa yang dipakai
sehari-hari
suku
Sasak
menggunakan bahasa Sasak, sedangkan suku Bali menggunakan bahasa Bali walaupun tidak sedikit orang suku Bali mampu juga menguasai bahasa Sasak, dan mereka hidup secara berdampingan dalam wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Gumperz
(dalam
Sumarsono,2007) bahwa dalam satu wilayah dimungkinkan hidup beberapa varietas bahasa secara berdampingan, sehingga bentuk interaksinya cenderung bersifat alih kode dan campur kode.
wilayah, akan tetapi mereka menyebar keseluruh wilayah yang ada di Lombok salah satunya di lingkungan Karang Medain kota Mataram pulau Lombok. Mereka
sudah
menempati
wilayah
tersebut sejak nenek moyangnya, sekitar tahun 1673 Masehi. Kondisi kebahasaan
dalam kehidupan sehari-hari, kedua suku tersebut dituntut untuk beradaptasi terhadap suku yang satu dengan suku yang lainnya. Dalam hal ini masyarakat suku Bali yang usianya berkisar diatas 30 tahun mampu menggunakan bahasa Sasak dan bahasa
3
Indonesia
untuk berkomunikasi dengan
memilih menggunakan bahasa baru. Jika
masyarakat suku Sasak sedangkan golongan
pergeseran bahasa ini terjadi, maka para
remaja
penutur atau pemakai bahasa ibu secara
dan
anak-anak
umumnya
menggunakan bahasa Indonesia saja. Ketika
kolektif
dengan sesama sukunya masyarakat Karang
masyarkat) mempergunakan bahasa baru
Medain tersebut menggunakan bahasa Bali,
tersebut.
Berbeda
sedangkan suku Sasak hanya menggunakan
pemertahanan
bahasa
bahasa
Indonesia
bahasa yang mampu bertahan oleh
dengan
suku
untuk
Bali
berkomunikasi
dikarenakan
tidak
baru.
oleh
Gumperz
bahasa
secara
bahasa kolektif
mempergunakan bahasa baru di dalam
dapat
ranah
yang
diprioritaskan
itulah
merupakan bentuk pemertahanan bahasa.
suatu bahasa yang tidak mampu bertahan
suatu
pemertahanan
(bahasa pertama) dan menolak atau tidak
dipisahkan. Pergeseran bahasa adalah
berarti
suatu
tetap menerapkan bahasa bahasa ibu
ibarat dua sisi mata uang yang saling
oleh datangnya bahasa baru. Hal itu
adalah
aslinya. Ketika suatu komunitas tutur
Pergeseran dan pemertahanan bahasa
tidak
dengan
pemakaian bahasa ibu atau bahasa
pergeseran dan pemertahanan bahasa.
atau
seluruh
memilih untuk terus mempergunakan
bisa
memunculkan secara perlahan fenomena
berdampingan
Dalam
komunitas
Situasi berbahasa sebagaimana yang dijelaskan
oleh
pengaruh datangnya penggunaan bahasa
menguasai bahasa Bali. 3
(dilakukan
4
Dalam hal ini masyarakat suku Bali yang
komunitas
bahasa
berdomisili
penggunaan
bahasa
Medain Mataram tetap konsisten dalam
aslinya atau bahasa ibu, dan justru
penggunaan bahasa Bali di sekitar
meninggalkan
di
lingkungan
Karang
4
kawasan tersebut antarsesama suku Bali,
“Pemertahanan
Bahasa
Bali
di
tetapi apabila berkomunikasi dengan
Lingkungan Karang Medain Mataram
suku lain, warga mempergunakan bahasa
dalam Kajian Sosiolinguistik”
Indonesia mungkin pula dengan bahasa Sasak
untuk
lancarnya
proses
II.
METODE PENELITIAN
komunikasinya. Fakta ini membuktikan bahwa
masyarkat
suku
Bali
yang
menetap di sekitar lingkungan Karang Medain
5
mampu
1.1 Populasi dan Sampel Penelitian
2.1.1 Populasi
mempertahankan
pemakaian
bahasa
terpengaruh
oleh
tanpa
penelitian (Arikunto:108). Populasi dapat
Indonesia
diartikan sejumlah kasus yang memenuhi
maupun bahasa Sasak walaupun sering
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan
mereka menuturkan antar suku lainnya.
masalah
Berdasarkan
pendatang
di
atas
keberdayaan
masyarakat (bahasa
mempertahankan dipersaingan
bahasa
uraian
mengemukakan kelompok
Bali,
Populasi adalah keseluruhan subjek
yang suatu
minoritas
Bali)
dalam
bahasa
aslinya
penggunaan
bahasa
mayoritas yang lebih dominan (bahasa Sasak dan bahasa Indonesia) sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Oleh karena
itu,
peneliti
memilih
judul
penelitian.
Populasi
dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat suku Bali yang menetap di lingkungan Karang Medain kelurahan Mataram Barat Kota Mataram. 2.1.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian anggota populasi yang menjadi subjek penelitian atau
yang
terlibat
dalam
penelitian
(Arikunto:109). Adapun teknik pengambilan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini 5
adalah teknik probability sampling, model stratified sampling. Probability sampling mengacu pada cara pengambilan sampel yang
memberikan
kesempatan
4.
Ibu-ibu
5.
Remaja dan anak-anak lingkungan
Karang Medain
kepada
Medain
sebagai anggota sample. Stratified sampling adalah pengambilan sampel dari populasi
Masyarakat lingkungan Karang
6.
seluruh anggota populasi untuk diangkat
III. PEMBAHASAN
berstrata. Teknik ini sengaja dipilih dengan alasan bahwa seluruh populasi penelitian, bersifat
homogen,
ikut
serta
dalam
Upaya Pemertahanan Bahasa Bali
3.1
dalam Ranah Keluarga Upaya pemertahanan bahasa Bali tidak
pemertahanan bahasa, juga dalam setiap golongan baik berupa usia, status sosial,
terlepas
keluarga, dan lain-lain akan memengaruhi
dituturkan seseorang pada saat dan tempat
pemertahanan
tertentu
bahasa.
Model
stratified
dari
parole
dalam
yaitu
apa
kegiatan
yang
sehari-hari
sampling dipilih karena dalam pengambilan
masyarakat Bali. Bahasa secara umum
data
harus
berfungsi sebagai alat komunikasi dalam
tertentu.
interaksi masyarakat. Bahasa Bali sebagai
Adapun narasumber dalam penelitian ini
bahasa daerah suku Bali juga memiliki
adalah.
fungsi yang sama dengan bahasa pada
dari
responden,
memperhatikan
1.
peneliti
strata-strata
Kepala
Lingkungan
Karang
umumnya, yaitu sebagai alat komunikasi khususnya dalam interaksi masyarakat Bali
Medain umumnya dan khususnya masyarakat suku 2.
Tetua Adat
3.
Kepala Keluarga
Bali
di
lingkungan
Karang
Medain
Mataram. Cakupan pembahasan pada bagian 6
ini meliputi bahasa Bali sebagai bahasa
rumah, bercanda gurau, saling berbagi cerita
pengantar dalam berkomunikasi, kegiatan
sehari-hari, berbagi pengalaman maupun
keagamaan
sebagai
ketika meminta pendapat dari anggota
pengantar dalam kegiatan adat masyarakat
keluarga lainnya (berunding dan berdiskusi).
dan
bahasa
Bali
suku Bali di lingkungan Karang Medain Mataram. Pada dasarnya bahasa Bali dapat
3.2 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali
dalam Ranah Transaksi
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam interaksi
masyarakat,
maupun
komunikasi dalam ranah keluarga. Keluarga dalam kaitannya dengan konteks di atas, dapat
dipahami
sebagai
wadah
Bahasa Bali dalam fungsinya sebagai
alat
bagi
anggotanya untuk berkomunikasi, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk belajar sesuatu (yang berhubungan dengan kegiatan bersama). Dengan komunikasi anggota keluarga dapat saling memahami antara orangtua dengan
alat komunikasi sebagaimana fungsi bahasa pada
umumnya,
merupakan
bahasa
pengantar dalam interaksi masyarakat suku Bali lingkungan Karang Medain Mataram, begitupun dalam ranah bertransaksi. Pada ranah transaksi peneliti memfokuskan pada pasar tradisional Karang Medain, karena di pasar tersebutlah pusat kegiatan transaksi di Karang Medain Mataram.
anak, atau sebaliknya antara anak dan
Bahasa Bali digunakan sebagai alat
orangtua, juga antara anggota satu keluarga
komunikasi yang dilakukan antara pedagang
dengan anggota keluarga lain. Keluarga
dan pembeli. Hal tersebut tampak pada saat
akan
pembeli menanyakan berapa harga barang
menjadi
gersang
tanpa
adanya
komunikasi. Komunikasi dalam hal ini bisa
dagangan
diartikan seperti situasi ketika berkumpul di
menggunakan (pedagang
kepada
dan
pedagang
bahasa
Bali.
pembeli)
dengan Mereka
menunjukan 7
perilaku berbahasa yang santun (sesuai etika
pasar tradisional Karang Medain, karena
berbahasa).
pasar tersebut memang diperuntukan untuk
Dialog berikut dalam situasi seorang pedagang elektronik bernama Murni yang beretnis suku Bali melayani seorang ibu yang mau membeli sekardus mie instan di lapak
dagangannya.
Murni
menyuruh
karyawannya yang bernama Agung (beretnis suku Bali) untuk mengambilkan pesanan pembeli. Berikut adalah kutipan dialog yang
masyarakat umat Hindu yang merupakan suku Bali yang ada di kota Mataram. Kebanyakan pedagang di sana menggunakan bahasa Bali dalam melakukan transaksi. Masyarakat suku Bali merasa akrab dan kekeluargaan bila berkomunikasi dengan bahasa Bali dalam proses tawar-menawar barang dagangan. 3.3 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali
disaksikan peneliti. Murni : “Agung, Ambilin sebentar ibu niki
dalam Kegiatan Adat
tape di lantai atas nggih!”
Adat
‘Agung, “Ambilkan sebentar ibu
adalah
suatu
kegiatan,
perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, yang merupakan suatu
ini tape di lantai atas ya!’
kebiasaan. Hidup sebagai masyarakat, tidak Agung : “nggih..
terlepas dari adat dan kebiasaan yang sudah
‘ya’
lazim dipratikkan dalam kehidupan sehari-
“Tiang coba dumun, nggih bu.”
hari. Masyarakat
‘Saya coba dulu, ya bu.’ Bahasa
Bali
merupakan
sarana
komunikasi dalam interaksi masyarakat di
suku
Bali
pada
umumnya dikenal sebagai masyarakat yang konsisten
dengan
adat
istiadat
dalam
keseharian hidupnya. Begitu juga dengan 8
masyarakat
suku
Bali
yang
ada
di
sami duaning sangkaning pasuecan Ida
lingkungan Karang Medain Mataram, tidak
Sang Hyang Widhi Wasa, iraga prasida
terlepat dari adat istiadat. Di antara adat
mapupul
tersebut yang masih dijaga di lingkungan Karang Medain adalah sangkep dan adat peminangan.
masadu arep ring galahe sane becik puniki. Uleman sinamian sane wangiang titian, mungguing parumang sare mangkin nenten
Sangkep adalah kegiatan adat yang
wenten
tios
maosang
ngeninin
indik
bertujuan mempersatukan pemikiran atau
parmagin parikrama yadnya tigang paletan
ide-ide
sane sampun kamargiang, siosan ring paos
antarwarga
lingkungan
untuk
mencapai kata sepakat. Dalam kegiatan
punika
sangkep
sangat
parindik padreben gubuk, lan pikolih sane
pemimpin
kamolihang sane sampun ngeranjing ring
komnikatif
tersebut
bahasa
digunakan
Bali
oleh
taler
uningayang
gubuk.
Hal tersebut sangat nampak dalam kegiatan
pidabdab ring sajeroning nem sasih sane
sangkep ngepud lingkungan Karang Medain
jagi rauh”
rekam dan catat sebagai berikut.
jagi
ngatur
sangkep atau anggota masyarakat lainnya.
Mataram pada 3 april 2015 yang peneliti
Taler
jagi
meligbagan
indik
Kutipan komunikasi yang dilakukan oleh Gede Yatna menggunakan bahasa Bali
“Gede Yatna : sadurunge tiang matur,
menunjukkan bahwa bahasa Bali merupakan
ngiring
ngaturang
bahasa pengantar dalam kegiatan adat
Swastyastu”.
masyarakat suku Bali lingkungan Karang
sinareng
pangastungkara
sami “OM
Angayubagia aturang tiang ring ida dane sareng
Medain. 3.4 Upaya Pemertahanan Bahasa Bali
dalam Kesenian (Arja) 9
Kegiatan
kesenian
tradisional
“Bahasa Bali punika sampun leket ring
merupakan sebuah kegiatan hiburan yang
dewek titiang. Sahantukan titiang gede ring
dilatari oleh budaya suku Bali. Dalam
Bali
kapasitasnya
merupakan
nyidayang lempas ring basa Bali. Yen ngigel
sarana pelestarian bahasa Bali. Kesenian
arja punika iraga nutin lelampahannyane,
tradisional dalam hal ini dilihat sebagai
mangda prasida kauningan arjane sane
sarana
kaigelang, ring gending-gendinge punika
kesenian
untuk
mengembangkan
juga
memertahankan bahasa
Bali.
dan Tampak
dalam penggunaan bahasa Bali pada setiap pementasan kesenian tradisional seperti
tur
geginan
titiange
taler
tan
sampun masatua ya” Kutipan di atas, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
Arja. ‘Bahasa Bali itu sudah menyatu Arja adalah pementasan kesenian dengan medianya.
menggunakan
orang
Dalam
pementasan
sebagai arja
menggunakan bahasa Bali sebagai sarana komunikasi utama, yang dikemas dalam bentuk
puisi
ditembangkan.
dan Seorang
dilagukan
atau
informan
yang
bernama Putu Ariani adalah seorang yang sering berperan sebagai tokoh Galuh dalam pementasan seni arja mengungkapkan pada peniliti berikut.
ketika
diwawancarai,
sebagai
dengan diri saya karena saya lahir di Bali dan terkait dengan pekerjaan saya sebagai penari arja
yang
dengan
tidak
bisa lepas
penggunaan
bahasa
Bali. Kalau menari arja kita ikuti alur ceritanya, lalu alur cerita itu
kita
tembang
ungkapkan yang
melalui
dilantunkan,
sehingga dapat mengetahui yang sesungguhnya
dalam
pementasannya’ 10
Apa yang diungkapkan informan
tidak dapat dipisahkan dalam membentuk
di atas menunjukkan kedekatan antara
budaya adalah bahasa daerah. Hal ini berarti
bahasa
bahwa bahasa daerah merupakan salah satu
Bali
sebagai
sarana
dalam
pementasan arja dengan nilai-nilai yang ada
unsur budaya nasional.
dalam cerita. Ini berarti tanpa penggunaan bahasa Bali dalam pementasan arja, dapat mengurangi
nilai-nilai
(makna)
yang
terkandung dalam pementasan tersebut. Begitupun pementasan
sebaliknya, arja,
bahwa
dapat
dengan
menunjang
pemertahanan bahasa Bali melalui seni pentas.
Undang-undang Dasar 1945 bab XV pasal 36 dalam penjelasannya menyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup
dan
dibina
oleh
masyarakat
pemakainya dihargai dan dipelihara oleh Negara oleh karena bahasa-bahasa itu adalah bagian dari kebudayaan Indonesia yang
3.5 Upaya
Pemertahan
Bahasa
Bali
tersebut
dalam Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah kota Mataram terhadap pemertahanan bahasa Bali mengacu pada peraturan pemerintah pusat yang berkaitan dengan budaya nasional. Budaya nasional pada dasarnya lahir dari budaya daerah nusantara.
Kekayaan
budaya
hidup. Isi dan penjelasan UUD 1945
daerah
nusantara dapat dilihat sebagai kekayaan
sangat
jelas
dan
tegas
mempertahankan eksistensi bahasa daerah sebagai
bagian
dari
budaya
nasional.
Dengan demikian bahasa Bali sebagai bahasa daerah suku Bali yang hidup dan berkembang di lingkungan Karang Medain Mataram secara undang-undang dihargai dan dipelihara baik oleh Negara maupun oleh masyarakat pemakainya dalam hal ini
budaya nasional. Salah satu bagian yang 11
masyarakat suku Bali yang berdomisili di
a.
lingkungan Karang Medain Mataram.
Wilayah
pemukiman
masyarakat
suku Bali yang terkosentrasi pada satu tempat yang secara geografis
Bertitik tolak pada Undang-undang
terpisah dari wilayah pemukiman
1945 seperti yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah pusat merupakan salah satu kekuatan dalam upaya
masyarakat
asli
kota
sehingga
dapat
Mataram mendukung
kelestarian bahasa Bali. Wilayah
pemertahanan bahasa Bali di lingkungan
yang terkosentrasi bila dipertahankan
Karang Medain Mataram.
lebih berpengaruh daripada besarnya 3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemertahanan
Bahasa
Lingkungan
Karang
Bali
jumlah penduduk pemakai bahasa,
di
walaupun dalam wilayah tersebut
Medain
penduduknya lebih kecil jumlahnya.
Mataram
Sebagai
Kebertahanan penggunaan bahasa
minoritas,
terkosentrasinya
dengan
wilayah
tersebut
Bali di lingkungan Karang Medain Mataram
kebertahanan
tidak lepas dari beberapa faktor pendukung
terjaga. Bahasa Bali bertahan sampai
terjadinya
Bali
saat ini karena para penutur tetap
tersebut. Pada bagian ini akan dipaparkan
eksis memakai bahasa tersebut dalam
beberapa
berkomunikasi.
pemertahanan
faktor
bahasa
terpenting
yang
memengaruhi pemertahanan bahasa Bali oleh suku Bali di lingkungan Karang Medain Mataram. Berikut faktor penyebab pemertahanan bahasa Bali di lingkungan
b.
bahasa
Bali
tetap
Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas suku Sasak kota Mataram yang
bergama
muslim
terhadap
minoritas suku Bali yang beragama
Karang Medain Mataram antara lain. 12
Hindu
c.
di
lingkungan
Karang
bahasa
Bali
tingkatan
Madya,
Medain. Baik dalam bentuk kegiatan
lambang
identitas
dan
keagamaan misalnya pada saat hari
budaya
leluhur
mereka.
raya “Nyepi” bentuk toleransi dari
merupakan faktor terpenting dalam
masyarakat suku Sasak adalah tidak
pemertahanan bahasa. Rasa bangga
ada aktititas apapun dalam wilayah
masyarakat suku Bali di lingkungan
penyepian
umat
Hindu,
pada
Karang Medain dalam menggunakan
kegiatan
adat
istiadat
dan
bahasa
Bali
menjaga
dalam
Ini
kegiatan
kebudayaan misalnya saat tradisi
berkomunikasi sehari-hari baik itu
ogoh-ogoh masyarakat umat Hindu
dalam
diberikan akses jalan di pusat Kota
kegiatan komunikasi di lingkungan
Mataram untuk kegiatan pawai ogoh-
rumah tinggal. Sehingga frekuensi
ogoh dari berbagai banjar. Sehingga
penggunaan
masyarakat
berlangsung
lingkungan
Medain
dapat
segala
bentuk
Karang
mengapresiasikan kegiatan
dan
ranah
keluarga
bahasa
Bali
dan
mempertahankan intensitas
maupun
terus
dirinya
bahasa
tetap
dari
Indonesia,
pemakaian bahasa Bali yang tidak
walaupun kebanyakan masyarakat
lepas dari agama Hindu dalam
lingkungan Karang Medain terutama
kelestarian kebudayaan mereka.
umur
Adanya masyarakat
loyalitas suku
tinggi Bali
dari
terhadap
penggunaan bahasa Bali sebagai bentuk perwujudan jati diri terutama
kategori
10-40
tahun
merupakan
multilingualisme
yakni
mampu berbahasa Bali dan Indonesia dengan kapasitas yang sama, akan tetapi dalam berkomunikasi antar
13
sesame masyarakat suku Bali, rata-
menggunakan bahasa daerah atau
rata membiasakan berbahasa Bali
bahasa ibu di generasi selanjutnya.
sebagai
Sebagai bentuk warisan budaya dan
wujud
penerangan
kebanggaan,
identitas
diri
dan
pelestarian kebudayaan. d.
pelestarian bahasa tersebut. e.
Kebijakan pemerintah kota Mataram
Adanya kesinambungan penggunaan
yang membebaskan masyarakat suku
bahasa Bali dari generasi terdahulu
Bali
ke
sebagai
keagamaan seperti hari raya Nyepi,
bentuk kelestarian adat dan budaya
Kuningan, dan Galungan, serta adat
mereka.
penggunaan
dan budaya mereka seperti prosesi
bahasa Bali diwariskan oleh leluhur
pernikahan, dan upacara pemakaman
atau
dalam
atau Ngaben dalam upaya pelestarian
kehidupan sehari-hari. Regenerasi
jati diri sebagai suku Bali khususnya
sangatlah
umat
generasi
berikutnya
Pelestarian
orangtua
pelestarian
penting
mereka
dalam
penggunaan
upaya
mengadakan
Hindu.
kegiatan
Sebagai
bentuk
bahasa
penghargaan terhadap eksistensi dan
daerah, sebab di era sekarang ini
keberagaman budaya dari suku Bali.
asumsi masyarakat umum bahwa,
Dan dalam usaha menyukseskan
orang yang masih memakai bahasa
program pemerintah yakni “Bangga
daerah dianggap kolot, sedangkan
memakai
yang mampu berbahasa asing itu
diresmikan dari tahun 2010 lalu.
dianggap
orang
Selain itu, pemerintah dalam hal ini
karenanya
diperlukan
modern.
Oleh
bahasa
penanaman
dinas
kependidikan
sikap dan kebiasaan bangga dalam
setiap
sekolah
dasar
ibu”
yang
mewajibkan ada
mata 14
pelajaran
bahasa
daerah
untuk
kepemahaman
anak
menggunakan bahasa Bali bertujuan
didik akan pentingnya bahasa daerah
agar mempermudah suatu transaksi,
untuk dilestarikan.
upaya pemertahanan dalam kegiatan
penanaman
jual-beli
maupun
komunikasi
keagamaan dalam hal ini agama Hindu IV.
SIMPULAN DAN SARAN
lepas
dari
lisan melalui padanda (pendeta)
3.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Pemertahanan
masyarakat
bahasa
Bali
lingkungan
oleh
Karang
upaya-upaya di berbagai ranah, antara lain upaya pemertahanan dalam ranah keluarga, komunikasi aktivitas
interaksi
antara
anggota keluarga satu dan lainnya terjalin
harmonis
memberikan
wejangan,
ataupun
secara tulisan seperti dalam kitab
Medain Mataram didukung oleh
tetap
tidak
penerapan bahasa Bali baik secara
3.3Simpulan
dan
yang
dalam
pemakaian bahasa Bali sebagai bahasa ibu, upaya pemertahanan bahasa Bali dalam ranah pasar tradisional yang dalam transaksi
lontar, upaya pemertahanan dalam kegiatan adat di mana kegiatan tersebut
berupa
(pertemuan)
yang
sangkep dalam
penerapannya menggunakan bahasa Bali
sebagai
bahasa
pengantar
acara, upaya pemertahanan dalam kesenian yakni kesenian Arja yang dalam pementasan kesenian tersebut menggunakan bahasa Bali, dan upaya kebijakan
pemertahanan pemerintah
dalam yang
berlandaskan UUD 1945 bab XV
15
pasal 36 yang menyatakan bahasa-
sebagai bentuk kelestarian adat dan
bahasa daerah yang dipakai sebagai
budaya
alat penghubung dan dibina oleh
kebijakan pemerintah daerah yang
masyarakat
berperan
pemakainya
harus
mereka,
(5)
dalam
Adanya
bentuk
dihargai dan dipelihara sebagai
pengaplikasian UUD 1945 sebagai
bentuk
aparatur Negara untuk menjaga dan
penghargaan
bagi
kebudayaan Indonesia.
melestarikan suatu budaya dari leluhur, dalam hal ini pelestarian
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemertahanan lingkungan
bahasa
Bali
bahasa Bali sebagai bahasa daerah.
di
3.4 Saran
Karang
Medain
antaranya
sebagai
Saran yang dapat disampaikan terkait
berikut, (1) Wilayah pemukiman
dengan penelitian ini adalah penggunaan
yang
bahasa Bali oleh masyarakat lingkungan
Mataram
di
terkosentrasi,
(2) Adanya
toleransi dari masyarakat mayoritas
Karang
suku Sasak terhadap minoritas suku
kebanggaan dan cirri khas tersendiri yang
Bali di Karang Medain, (3) Adanya
harus selalu dijaga dalam pelestariannya
loyalitas tinggi dari masyarakat
sebagai salah satu kekayaan budaya daerah.
suku Bali terhadap bahasa Bali
Dengan penggunaan bahasa Bali, berarti
sebagai bentuk perwujudan jati diri
mempertahankan budaya suku Bali yang
mereka, (4) Adanya kesinambungan
melambangkan
penggunaan bahasa Bali secara
sebagai warga Negara yang berbudaya luhur.
turun-menurun
generasi
Permertahanan bahasa Bali dimulai dari hal
terdahulu ke generasi berikutnya
terkecil yakni diri sendiri dan ranah keluarga
dari
Medain
Mataram
identitas
diri
merupakan
seseorang
16
yang
merupakan
untung
kita lupa akan bahasa ibu atau bahasa daerah
mendukung kelestarian bahasa Bali. Bagi
kita. Bagi para peneliti dan pemerhati
masyarakat suku Bali yang tinggal di
bahasa,
lingkungan Karang Medain, hendaknya
sebagai kerangka acuan penelitian lanjutan,
untuk terus bangga akan identitas diri jangan
seperti pilihan bahasa, bentuk pemertahana
sampai merasa diri tertinggal oleh jaman
dan
modern
menambah
karena
pilar
masih
utama
mempertahankan
bahasa daerah bukannya menerapkan bahasa
penelitian
aspek
ini
dapat
dijadikan
kebahasaan
lainnya
khasanah
ilmu
untuk bahasa,
khususnya sosiolinguistik.
asing dalam berkomunikasi. Boleh saja kita mahir berbahasa asing, tapi jangan sampai (a)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rhineka Cipta
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rhineka Cipta Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodelogi Penelitian
dan
Teknik
Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rhineka Cipta
17
Jendra,
Made
Indra
Indrawan.
2012.
Sosiologi Bahasa Bali. Bali: Vidia Komariyah, Siti dan Pupa Ruriana. 2010. Bentuk-bentuk Pemertahnan Bahasa.Semarang: Balai Bahasa.
Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Jakarta: Rhineka Cipta Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kamus
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Mukhamdanah. 2005. Pemertahanan dan Sikap Bahasa dalam Konteks Kedwibahasaan. Medan: Universitas Sumatera Utara. (online)
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia
Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suwito. 1982. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offiset
Pateda, Mansoer dan Yenie Pulubuhu. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Flores: Nusa Indah
18