Vol. 03 / No. 03 / November 2013
PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemerolehan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun, (2) ragam bahasa Jawa yang diperoleh anak usia 2 tahun. Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah teori Chaer, Dardjowidjojo, Tarigan, dan Kushartanti tentang pemerolehan bahasa. Antara teori yang satu dengan teori yang lainnya penulis jadikan sebagai teori yang saling melengkapi. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu anak usia 2 tahun yang bernama Zulfa Azalia Salsabila, sedangkan objek penelitian ini yaitu wujud pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun ragam bahasa Jawa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekam, teknik catat, dan teknik pancing. Instrumen pengumpulan data ialah peneliti sendiri dan dibantu dengan alat-alat seperti kartu data, alat perekam, dan alat tulis. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa wujud pemerolehan bahasa pada anak usia 2 tahun berupa pengulangan kata, penggantian konsonan, pemotongan atau pemendekan kata, penggantian kata, penambahan konsonan, dan penggunaan kalimat negatif atau penolakan. Anak yang bernama Zulfa Azalia Salsabila lebih banyak dan hampir selalu menggunakan bahasa Jawa ngoko daripada bahasa Jawa krama untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kesehariannya karena di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat sekitarnya biasa menggunakan bahasa Jawa ngoko. Kata kunci : pemerolehan bahasa, bahasa Jawa Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama. Bahasa merupakan sarana kegiatan kebudayaan. Disamping itu bahasa juga sebagai hasil dari produk kebudayaan. Jika orang bertanya “apakah itu bahasa”, maka akan dijawab bahasa merupakan “sarana” sebagai medium antara pembicara dan pendengar. Bahasa dipandang sebagai sarana komunikasi yang khas dan unik oleh penggunanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat digunakan dalam bentuk komunikasi langsung (lisan) dan komunikasi tidak langsung (tertulis). Dalam kehidupan nyata, penerapan bahasa sebagai sarana komunikasi tidak langsung dapat dijumpai dalam surat kabar. Perkembangan zaman dan teknologi juga mempengaruhi kemampuan berbahasa anak khususnya dalam memperoleh bahasa Jawa menjadi tidak sempurna. Orang tua lebih suka membiasakan anaknya agar dapat berbahasa Indonesia atau yang lainnya daripada berbahasa Jawa. Kosakata bahasa Jawa yang diperoleh anak dari orang Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
23
Vol. 03 / No. 03 / November 2013
tua mereka menjadi lebih sedikit karena proses komunikasi yang tidak menggunakan bahasa ibu (dalam hal ini adalah bahasa Jawa). Keluarga merupakan lingkungan utama bagi anak untuk mengoptimalkan perkembangan bahasanya. Orang tua berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pengetahuan dan pengalaman orang tua mempengaruhi pola asuh dan pendidikan terhadap anak. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan mempengaruhi pola pikir dan perkembangan bahasa pada anak. Proses komunikasi yang terjadi pada orang tua dan anak terkadang kurang maksimal karena anak sering ditinggal bekerja dan anak harus diasuh oleh orang lain, sehingga perkembangan bahasa Jawa yang diperoleh anak kurang maksimal. Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda (multipleword utterences) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. Pada tahap telegrafis ini anak menghasilkan kata ganda, sebagai contoh misalnya [ibu, maәm+, atau “ibu, aku ingin makan”. Ujaran tersebut anak bermaksud untuk meminta makan pada ibunya. *ma,
ɛɔŋ+, atau “ma, ada kucing”, ujaran tersebut bermaksud untuk menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan benda yang dilihatnya. Salah satu alasan peneliti melakukan penelitian ini karena untuk mengetahui wujud pemerolehan bahasa ragam bahasa Jawa yang terjadi pada anak usia 2 tahun. Selain itu juga masih sedikit yang menganalisis tentang pemerolehan bahasa ragam bahasa Jawa khususnya pada anak usia 2 tahun, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (a) untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun; (b) untuk mendeskripsikan ragam bahasa Jawa yang diperoleh anak usia 2 tahun. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu anak usia 2 tahun yang bernama Zulfa Azalia Salsabila, sedangkan objek penelitian ini yaitu wujud pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun ragam bahasa Jawa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekam, teknik catat, dan teknik pancing. Instrumen pengumpulan data ialah peneliti sendiri dan dibantu
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
24
Vol. 03 / No. 03 / November 2013
dengan alat-alat seperti kartu data, alat perekam, dan alat tulis. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif, sedangkan teknik penyajian data menggunakan teknik informal dan formal. A.
Pemerolehan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun 1. Pengulangan Kata [hә’әh. injo injo] ‘iya. Mlinjo mlinjo’ Data di atas anak melihat mlinjo banyak kemudian mengatakan kepada Rini dan menyuruh untuk mengambilnya. Selain pengulangan kata yang memiliki makna jamak, terdapat pula pengulangan kata yang memiliki makna tindakan berulangulang, dalam arti penghitungan yang dilakukan berulang-ulang yang berfungsi untuk memperjelas maksud tertentu. 2. Penggantian Konsonan [kɔ cet] ‘sebentar’ Dari data di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi penggantian fonem konsonan. Konsonan yang berubah yaitu dari fonem konsonan /s/ menjadi konsonan /c/. fonem konsonan /s/ merupakan bunyi yang arus udaranya kecil sehingga pita suara tidak terjadi getaran. Pada saat anak mengucapkan kata /s/ masih sulit karena daun lidah belum dapat menyentuh pangkal gigi. Oleh sebab itu, anak akan mengucapkan fonem konsonan /c/ yang lebih mudah daripada fonem konsonan /s/. Fonem konsonan /c/ dapat terucap oleh anak karena tengah lidah merupakan artikulator aktif dapat menyentuh langit-langit keras. 3. Pemotongan / Pemendekan Kata [ndaˀ ] ‘pergi’ Data di atas menunjukkan pemotongan kata dari kata dasar [tindaˀ+ ‘pergi’ menjadi [ndaˀ + ‘pergi’. Hal itu disebabkan karena anak lebih mudah dalam mengucapkan bentuk kata yang mengandung satu fonem vokal saja. Kata [ndaˀ ] ‘pergi’ yang diucapkan anak hanya ada satu fonem vokal yaitu fonem vokal /a/, sedangkan fonem vokal yang dihilangkan oleh anak yaitu fonem vokal /i/ dan satu fonem konsonan /t/. 4. Penggantian Kata
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
25
Vol. 03 / No. 03 / November 2013
[babam] ‘(bacaan) sholat’ Data yang menunjukkan penggantian kata ditemukan pada kata [babam] ‘sholat’. Anak mengucapkan kata *babam+ ‘sholat’ berasal dari kata [allɔhuakbar+ ‘(Allah MahaBesar) bacaan sholat’. Anak hanya mengucapkan kata [bar+ ‘(bacaan) shalat’ pada suku kata akhir karena belum mampu mengucapkan semua kata tersebut. Fonem konsonan /r/
pada akhir kata belum dapat
diucapkan oleh anak dan ia menggantinya dengan fonem konsonan /m/. 5. Penambahan Konsonan [ mbaˀ piti mapuŋi binla] ‘mbaˀ Fitri mandiin Bila’ Temuan data di atas menunjukkan terdapat penambahan fonem konsonan /n/ pada [bila+ ‘Bila (nama anak)’. Untuk mengucapkan fonem konsonan /b/ anak sudah mulai jelas, akan tetapi untuk mengucapkan fonem konsonan /l/ anak masih kesulitan, sehingga pada kata [bila+ ‘Bila (nama anak)’ anak menyisipkan fonem konsonan /n/ sebelum fonem konsonan /l/ untuk memudahkan pengucapannya dan berubah menjadi [binla]. Pada saat anak mengucapkan kata [binla] seolah-olah terdengar bunyi [ñ] karena anak memang belum sempurna untuk mengatakan fonem konsonan /n/. 6. Penggunaan Kalimat Negatif / Penolakan [әmɔh] ‘tidak mau’ Data di atas menunjukkan suatu penolakan oleh anak yang ditujukan kepada seseorang yaitu Rini. Rini meminta anak untuk ikut shalat bersama bapaknya tetapi anak menolak dengan kata [mɔh+ ‘tidak mau’ karena kata tersebut pendek dan mudah serta anak mampu mengucapkan dengan jelas. Akan tetapi kata [әmɔh+ ‘tidak mau’ terdengar kasar karena bahasanya yang pendek dan singkat. Dalam hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pertama dikenali oleh anak. Anak terkadang meniru apa yang diucapkan oleh ibu, bapak, atau saudaranya untuk menolak sesuatu saat berinteraksi dengan orang lain, sehingga pada saat mendengar dan melihat anak menirukannya. 1. Ragam pemerolehan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
26
Vol. 03 / No. 03 / November 2013
No
Ragam Bahasa
No. Data 1. Ragam Bahas Data 2 Jawa Krama 2. Ragam Bahasa Data 6 Jawa Ngoko Pembahasan:
Kutipan
Pembetulan Kata
[ñUn+ ‘minta
[ñuwUn+ ‘minta
[ibu jajaŋ+ ‘Ibu coba’
[ibu jajal+ ‘Ibu coba’
1. Ragam Bahas Jawa Krama [ñUn] ‘minta’ Berdasarkan data di atas kata [ñUn+ ‘minta’ ialah ragam bahasa Jawa Krama. Anak bermaksud untuk meminta handphone kepada peneliti. Anak meminta dengan menggunakan bahasa lebih sopan yaitu ragam bahasa Jawa Krama [ñUn+ ‘minta’ agar peneliti mau memberikan handphonenya. Bahasa Jawa ngoko dari kata [ñUn+ ‘minta’ yaitu *njalUˀ+ ‘minta’. 2. Ragam Bahasa Jawa Ngoko [ibu jajaŋ] ‘Ibu coba’ Data di atas menunjukkan bahwa kata [jajaŋ+ ‘coba’ merupakan jenis atau ragam bahasa Jawa ngoko. Pada situasi ini anak meminta kepada Ibunya untuk mempraktekkan bunyi tangis. Bahasa Jawa krama dari kata [jajaŋ] ‘coba’ yaitu *cobi+ ‘coba. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemerolehan ragam bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. (a) wujud pemerolehan bahasa yang diperoleh berupa pengulangan kata, penggantian konsonan, pemotongan atau pemendekan kata, penggantian kata, penambahan konsonan, dan penggunaan kalimat negatif atau penolakan; (b) anak yang bernama Zulfa Azalia Salsabila lebih banyak dan hampir selalu menggunakan bahasa Jawa ngoko daripada bahasa Jawa krama untuk berinteraksi dan berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain karena di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat sekitarnya biasa menggunakan bahasa Jawa ngoko. Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan hal-hal berikut. (a) sebaiknya bahasa Jawa perlu diterapkan sejak dini dalam keluarga kepada anak untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari; (b) sebaiknya pada penelitian lebih lanjut tidak hanya membahas wujud pemerolehan bahasa dan ragam bahasa Jawanya saja,
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
27
Vol. 03 / No. 03 / November 2013
tetapi meneliti aspek lainnya, misalnya mengenai tingkah laku atau gerakan-gerakan yang dilakukan anak.
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretis. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhayati, Endang, dan Mulyani, Siti. 2006. Linguistik Bahasa Jawa Kajian Fonologi, Morfologi, Sintaksis dan Semantik. Yogyakarta: Bagaskara. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
28