Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
PEMEROLEHAN BAHASA JAWA TAHAP TELEGRAM PADA ANAK USIA 2 TAHUN DI SAWIT KELURAHAN WADASLINTANG KECAMATAN WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO Dhewi Ratna Nilamndani Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa Jawa tahap telegramkhususnya pada pemerolehan fonem vokal dan fonem konsonan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun di Sawit, Kelurahan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Subjek penelitian ini adalah anak usia 2 tahun. Objek penelitian ini yaitu bahasa yang digunakan anak. Penelitian ini difokuskan pada pemerolehan bahasa Jawa anak usia 2 tahun. Data diperoleh melalui teknik rekam dam catat. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Keabsahan data diperoleh melalui pengecekan terhadap data yang diperolehdan perpanjangan keikutsertaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemerolehan fonem bahasa Jawa yaitu pada pemerolehan fonem vokal bahasa Jawa dan fonem konsonan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun meliputi: (1) pemerolehan bunyi vokal fonem bahasa Jawa yang berjumlah tujuh yaitu: / i /, / e /, / a /, / ә /, / u /, / o /, dan /ͻ/. (2) pemerolehan fonem konsonan bahasa Jawa yang meliputi: a) konsonan bilabial / p /, / b /, /m/ ; b) konsonan labio-dental berupa konsonan / w /, c) konsonan apikodental / t /, dan / d / ; d) konsonan apiko-alveolar terdiri fonem / n /, / l / ; e) konsonan medio-palatal, meliputi fonem / c /, dan / y / ; f) konsonan dorso-velar terdiri atas fonem / k /, / ŋ / ; g) konsonan laringal berupa fonem / h / ; h) konsonan glotal stop, yakni fonem / ? /. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa Jawa khususnya pemerolehan fonem vokal dan konsonan bahasa Jawa pada anak usia 2 tahun sudah secara alamiah diperoleh dalam situasi dan kondisi yang ada. Kata kunci: pemerolehan bahasa, fonem vokal dan konsonan bahasa Jawa A.
PENDAHULUAN Berbahasa merupakan kegiatan berkomunikasi yang ada sejak kita lahir.
Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu ketrampilan yang luar biasa rumitnya. Ujaran anak akan semakin mudah dimengerti seiring bertambahnya usia. Pada anak usia 2 tahun anak biasanya berbicara melalui tahap telegramyaitu mirip kata-kata yang ada di dalam telegram bias dua kata atau lebih.Misalnya ketika mereka menyebutkan kalimat /holélép/“ Hore Urip” tapi /holé // lép / “ Hore . Urip ” dengan jeda diantara hore dan urip. Jeda ini makin lama makin pendek sehingga menjadi ujaran yang normal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
18
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Ujaran anak inilah yang perlu dikaji lebih lanjut mengenai pemerolehan bahasa Jawa tahap telegram,khususnya pada pemerolehan fonem pada anak usia 2 tahun di Sawit, Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Selain berinteraksi dengan lingungan keluarga, anak umur 2 tahun tersebut juga sudah ada yang dimasukan ke PAUD. Karena di dekat Sawit terdapat Pendidikan Anak Usia Dini. Maka sebagaian dari orang tua memasukan anak-anak mereka ke PAUD. Selain itu, pendidikan PAUD melatih anak-anak berinteraksi dengan sesamanya. Adapun pemilihan tahap telegrafik pada anak umur 2 tahun, karena pada tahap ini adalah tahap dimana seorang anak sudah bisa mengucapkan dua atau tiga kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi. Peneliti ingin mendeskripsikan pemerolehan bahasa Jawa tahap telegram pada anak. Bentuk pembicaraan anak dalam sehari-hari dengan bahasa yang digunakanpun ingin diketahui oleh peneliti. Anak-anak sebagai subjek penelitian karena selain umur 2 tahun, peneliti ingin membedakan bahasa Jawa pada anak yang satu dengan anak lainnya. Anak berumur 2 tahun pelafalan vokal dan konsonan sudah banyak yang dikuasai meskipun pengucapannya belum sempurna. Menyebabkan orang-orang yang mendengarkan berusaha memahami dan suatu keunikan tersendiri bagi peneliti untuk mengkajinya.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Bahasa bahasa adalah alat interaksi atau alat komunikasi di dalam masyarakat. Jadi peneliti bisa mengetahui bahwa bahasa yang didapat oleh seseorang itu terpengaruh dari lingkungan sekitar(Abdul Chaer, 2009:31). Menurut pendapat (Soenjono Dardjowidjojo, 2010:16-17)bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. 2. Fungsi Bahasa Fungsi bahasa yang lain adalah alat komunikasi manusia baik lisan maupun tulisan. Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang disebut fungsi
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
19
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, fungsi entertaiment. Kelima fungsi dasar ini adalah konsep bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan oleh seorang penutur kepada orang lain. Pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik dan mimik juga berperan dalam pengungkapan ekspresi batin itu. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi
adalah penggunaan bahasa untuk
menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Fungsi entertaiment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan dan memuaskan perasaan batin Menurut (Michel, 1967:51 melalui Abdul Chaer, 2009:33) dalam bukunya psikolinguistik. 3. Hakikat Pemerolehan Bahasa Manusia dimanapun juga pasti akan dapat memperoleh bahasa asalkan dia tumbuh
dalam
lingkungan
masyarakat.
Seperti
yang
dikatakan
oleh
(Dardjowidjojo, 2010: 234) bahwa pemerolehan bahasa pada bayi dan balita itu bersifat nature dan nurture. Nature adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir, sedangkan nurture adalah pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. 4. Tahap Pemerolehan Bahasa dan Perkembangan Kata Menurut para ahli bahasa, anak secara alamiah memperoleh bahasa dalam jangka waktu tertentu. Manusia tampaknya memproduksi bahasa dengan bergerak maju melewati tahap- tahapberikut: a) Mendekut (kebanyakan mengandung buyi vokal) Menyebutkan bahwa bayi-bayi sanggup memproduksi bunyi dari dirinya sendiri. Aspek-aspek komunikatif dari tangisan
entah diniatkan atau
tidakberfungsi cukup efektif.Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa. b) Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
20
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa. Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vokal.Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi -bayi dan bahasa-bahasayang berbeda.Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka. Anak-anak bisa membuat pilihan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa(Oller & Eilers, 1998). c) Ucapan Satu Kata Pada akhirnya, bayi mengucapkan kata pertamanya.Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata (Siegler, 1986). Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan sacara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan
tetapimasih
belum
memiliki
kata
baru
untuk
mengekspresikannya. d) Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik Secara bertahap, antara usia 1,5 sampaai 2,5 tahun, anak-anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata. Komunikasi-komunikasi awal ini tampaknya lebih lebih miriptelegram ketimbang percakapan. Kata depan, kata sambung dan morfem-fungsi lainnya biasanya ditinggalakan.Para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini mirip ujaran di dalam telegram.Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi. e) Struktur Kalimat Dasar Orang Dewasa Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah samaa seperti orang dewasa. Secara
alamiah
manusia
juga
mengalami
perkembangan
kata.
Kemampuanmengucapkan kata, lalu mengucapkan kalimat sederhana, dan kalimat yang lebih sempurna melaluibeberapa tahap.Chaer (2002: 234-235) menyebutkan beberapa tahap perkembangan kata.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
21
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
a) Kata Pertama kemampuan mengucapkan kata pertama sanagat ditentukan oleh artikulasinya. Menurut (Waterson, 1971 dalam Chaer, 2002: 234), anak hanya dapat menangkap ciri-ciri tertentu dari kata yang diucapkan oleh orang dewasa, dan pengucapakannya terbatas pada kemampuan artikulasinya. b) Kalimat Satu Kata Kalimat satu kata yang lazim disebut holofrasis oleh banyak pakar dapat dianggap bukan sebagai kalimat, karena maknanya sikar diprekdisikan. Kalimat bagi mereka dalam memperoleh sintaksis baru kalau anak itu sudah dapat menggabungkan dua buah kata (lebih kurang ketika berusia 2 tahun). c) Kalimat Dua Kata Kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata. Ucapan dalam bentuk kalimat dua kata ini sudah lebih produktif daripada ucapak satu kalimat. Ini tentunya sesuai dengan perkembangan kemampuan anak secara keseluruhan. d) Kalimat Lebih Lanjut Setelah penguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata. Menurut Brown (1973) dalam Chaer (2002: 236) konstrksi kalimat tiga kata sebenarnya merupakan hasil dari penggabungan atau perluasan dari konstruksi kalimat dua kata yang digabungkan. Dalam pengasuhannya, ibu-ibu sering menggunakan pola kalimat tanya “ya - tidak” pada anak usia dua sampai tiga tahun. 5. Pengertian Fonem Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras makna. Fonem yang berfungsi sebagai pembeda makna adalah abstrak, yang konkret adalah yang terucap (Mulyani, 2008: 45). Dalam Tata Bahasa Deskripsi Bahasa Jawa (Subroto, 1991: 13-27) mengatakan bahwa, fonem dalam Bahasa Jawa terdiri atas huruf vokal, huruf konsonan dan gabungan konsonan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
22
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
C.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian “pemerolehan bahasa
Jawa tahap telegram pada anak usia 2 tahun di Sawit Kelurahan Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo” adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.(Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2011: 4). Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Subjek penelitian “pemerolehan bahasa Jawa tahap telegram pada anak usia 2 tahun” adalah 6 anak berusia 2 tahun yang bertempat tinggal di Sawit Kelurahan Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Nama anak-anak tersebut adalah Cantika Putri Aulia, Istikomah, Putra Dian Handoyo , Aprilia Cakra Darmawan, Najua Nanda Prakosa, Wikan Sitaresmi Jatmiko. Objek penelitian ini adalah bahasa yang digunakan oleh anak-anak usia 2 tahun di Sawit Rt 02/ Rw 03 Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Khususnya bahasa Jawa yang digunakan anak ketika berbicara sehari-hari. Teknik pengumpulan data pada pemerolehan bahasa Jawa tahap telegram pada anak usia 2 tahun di Sawit Kelurahan Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo adalah Teknik yang digunakan ialah teknik catat, teknik rekam, interview, dengan rekaman, dan catatan. Proses interview pertama-tama menggunakan tenik pancing. Maksudnya untuk mendapatkan data penelitian, peneliti pertama-tama harus dengan segenap kecerdiakan dan kemauannya memancing informan agar mau berbicara. Teknik pancing bertujuan untuk memancing ujaran kalimat atau kalimat yang diharapkan dituturkan oleh subjek. (Sudaryanto, 1988: 2 dalam Deviana 2009: 30). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, digunakan untuk mendeskripsikan kata-kata yang dtuturkan oleh anak-anak tersebut. Deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri (Djajasudarma, 2006: 16-17). Proses analisis data diawali dengan mentranskripsikan data dari bentuk lisan ke dalam tulisan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
23
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti merupakan pelaksana pengumpulan data. Peneliti berperan penting dalam pengambilan data karena disamping hanya manusia yang dapat berhubungan dengan manusia responden lainnya, dan manusia sendiri yang mampu memahami kenyataan hubungan yang ada dilapangan (Djajasudarma, 2006: 12). Untuk mendapatkan data yang dipercaya, peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dan perpanjangan keikutsertaan. Pengecekan dilakukan dengan ketekunan. Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang rinci dan teliti. Perpanjangan keikutsertaan dilakukan berperan serta secara aktif dalam waktu lama dengan tujuan menambah keakraban dengan subjek. Alasannya adalah peneliti dengan perpanjangan keikutsertaan mampu memebangun kepercayaan subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti.
D.
PEMBAHASAN DATA
1. Pemerolehan Fonem Bahasa Jawa Pada Vokal Anak Umur 2 Tahun Tabel 1. Pemerolehan Vokal Anak Usia 2 Tahun
Huruf Vokal /a/
Pada awal Awas→[awas] “awas”
/ε/
Elek→[εlε?] “jelek”
/ο/
Oleh→[oléh] “dapat”
Di tengah Ambang→ [ambaŋ] “gambar”
Pada ahir
Keterangan
Apa→[apa] “apa”
Vokal ini disebut a miring, termasuk vokal rendah, depan, tak bulat, dan terbuka Eyek →[εyε?] Termasuk alofon “peyek/ dari dari fonem /e/, merupakan makanan ringan” vokal madya, depan, tak bulat, dan semi tertutup Towe→ [towe] Ento→[ǝnto] Merupakan “kowe/ kamu” vokal madya, “engko/ belakang, bulat, nanti” dan semi terbuka
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
24
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
ͻ
/e/
/i/
/I/
/u/
/U/
/ә/
Alon → [alɔn] “balon”
Disebut vokal a jejeg, merupakan vokal rendah, netral, dan terbuka Enane→[énané] Pepe → [pepe] Iye →[iyé] Merupakan “liyane/ yang “tempe” vokal, madya, “giye/ ini” lainnya” depan, tak bulat, semi tertutup Iki →[iki] Siji →[siji] Opi → [ɔpi] Vokal ini “ini” “satu” disebut i jejeg, “sofia” mempunyai dua alofon yaitu [i] dan [i], merupakan vokal tinggi, depan tak bulat, tertutup Sing →[sIng] Merupakan „yang‟ alofon dari fonem /I/, merupakan vokal tinggi, depan tak bulat, tertutup [umbәl] [bucu] [sapu] Vokal /u/, dalam „ingus‟ „nama makanan‟ „sapu‟ bahasa jawa memiliki dua alofon yaitu [u] dan [U], merupakan vokal tinggi, depan tak bulat, dan tertutup Umah→[Umah] Cabun→[cabUn] Vokal ini adalah “rumah” “sabun” alofon dari fonem /u/ Endeh→[әndéh] Enten →[εntǝn] Vokal ini dalam “inggih/ iya” bahasa bahasa “wonten/ ada” jawa disebut dengan vokal /ә/ pepet,merupakan vokal madya, tengah, tak bulat, semi tertutup otong→[ɔtɔŋ] “botol”
ena→[әnͻ] „kena/ dapat‟
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
25
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang berusia 2 tahun sudah menguasai vokal bahasa Jawa di Sawit, Kelurahan Wadaslintang. Anak berusia 2 tahun sudah memperoleh bahasa mirip telegram ini yaitu pada pemerolehan pada vokal yang berjumlah tujuh antara lain: vokal /a/, /e/, /o/ beserta alofonnya /ɔ/, /i/ beserta alofonnya /I/ , /u/ beserta alofonnya /U/, /ε/, dan /ǝ/. Vokal ini dapat berdistribusi di awal suku kata, di tengah suku kata, dan di akhir suku kata. Distribusi pemerolehan bunyi vokal baik di awal kata, tengah kata,maupun akhir kata ternyata sudah banyak dikuasai anak usia 2 tahun. Berdasarkan pendapat dari (Chaer, 2009: 204 dan 205) bahwa pemerolehan bunyi vokal dimulai dengan satu vokal lebar, biasanya bunyi [a]. Kontras vokal pertama yang diperoleh anak-anak adalah kontras vokal lebar [a]. Hal ini terbukti bahwa anak usia 2 tahun rata-rata paling banyak memperolehbunyi vokal /a/. Fonem /a/ diucapkan dalam situasi apapun dan dimanapun. Misalanya ketika di lingkungan keluarga dan di sekitarnya hendak makan, tidur maupun ketika anak sedang di pendidikannya yaitu PAUD. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan anak di bawah ini. Ketika berada dilingkungan keluarga. Peristiwa tutur Tika. Tika
: ju, was sih awas!→[ju, was si awas!] „ju, awas si awas!‟
P
:oh ya, ya→[oh ya, ya] „oh iya, iya‟
Tika
:ema, ambong endi?→[ǝma, Ambong endi] „lima, abror endi?‟(lima, abror mana?).
Peristiwa tutur Iis. Tante
:Iis pun maem? (iis sudah makan?)
Iis
: pun maem. (sudah makan)
Tante
: Karo apa? (denngan apa?)
Iis
:ayo iwak. (dengan ikan)
Ketika berada di PAUD.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
26
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
:dua apa?, lah ocong →[dua apa, lah ocoŋ] „dua apa?,lah
April
ucul‟ (dua apa, lah lepas) Mama
: minta mas dian!
April
:iye, oleh..asik.→[iyééé, oleh asik] „iyeee, oleh asik‟ (hore, dapat asik)
Peristiwa tutur Najua. Najua
:abot, iki bu.
Ibu
:pun riki.
Bunda
: mbak najua ayo sini!.
Najua
:iki aja, iki aja!
Dari analisis pemerolehan fonologi pada bunyi vokal, rata-rata sudah kikuasai oleh anak usia 2 tahun. Secara umum pemerolehan pada bunyi vokal mengikuti teori Jakobsan pada (Dardjowidjojo, 2000: 94-95) bahwa anak usia 2 tahun memang mengikuti urutan pemerolehan yang sifatnya universal. Vokal yang dikuasai terlebih dahulu adalah vokal [a]. Setelah itu vokal-vokal yang lain menyusul. Disamping bunyi vokal yang dikuasai, anak usia 2 tahun juga telah mengusai beberapa konsonan.
b. Pemerolehan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasinya Pada Anak Usia 2 Tahun Tabel 2 . Pemerolehan Konsonan
no 1
Cara Artikulasi Hambat (bilabial): [p], [b]
2
Hambat
Tuturan Anak 1) [bué?] →[bué] 2) [bobo?]→[bobok] 3) [bapa?]→[bapa] 4) [butu]→[buku] 5) [pipis]→[pipis] 6) [pao]→[bakpao] 7) [ampun]→[ampun] 8) [putèh]→[putih] 9) [pa?]→[pak] 10) [pɛk]→[ngêpèk] 11) [tatoŋ]→[kakung]
Arti kata “ibu” “tidur” “bapak” “buku” “Buang air kecil” “bakpao” “jangan” “putih” “pak/ bapak” “memetik” “kakung”
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
27
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
(alveolar): [t], [d]
3
Hambat (velar): [k], [g]→[?]
12) 13) 14) 15)
[tatéŋ]→[cacIng] [dudo?]→[dhudhuk] [andaŋ]→[sadhal] [dͻt]→[dhͻt]
16) [mimi?]→[mimik] 17) [tupu-tupu]→[kupukupu] 18) [mɛnɛ?]→[mènèk] 19) [әntɛ?]→[êntèk] 20) [әndo?]→[әndog]
“Cacing” “duduk” “sandal” “Dot” “minum” “kupu-kupu” “memanjat” “habis” “telur” “susu” “masak” “kambing” “Awas/minggir” “sore” “iya” “lagi” “simbah”
4
Frikatif (alveopalatal): (s)→[c], (laringal): [h]
21) 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28)
[cucu]→[susu] [maca?]→[masak] [әdos]→[wedhus] [awas]→[awas] [coyé]→[soré] [әndéh]→[inggih] [әyéh]→[malih] [mbah]→[mbah]
5
Nasal (bilabial): [m], [n]
29) 30) 31) 32) 33) 34) 35) 36)
[mama?]→[mamak] [mba?]→[mbak] [mpat]→[mripat] [mImI?]→[mimi?] [nani]→[nyanyi] [uwUn]→[nyuwu] [nanas]→[panas] [әñәm]→[ênêm]
“mamak” “kakak perempuan” “mata” “minum” “nyanyi” “minta” “Panas” “enam”
6
Lateral(alveolar): [l]
37) 38) 39) 40) 41)
[ula]→[kula] [yayәl]→[laler] [UmbUl]→[mumbul] [ali]→[tali] [ɛyɛ?]→[elek]
“aku” “lalat” “loncat” “tali” “jelek”
7
Semi-vokal: [w], [y]
42) 43) 44) 45) 46) 47) 48) 49) 50)
[owé]→[kowé] [dәwa]→[déwa] [dәwi]→[déwi] [wa]→[déwa] [iyas]→[ iyas] [yo]→[yo] [ya]→[ya] [tәyus]→[têrus] [kayIh]→[kalih]
“kamu” “dewa” “dewi” “dewa” “ilyas” “ayuk” “iya” “terus” “Dua”
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
28
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Berdasarkan data di atas pada umur 2 tahun anak-anak telah menguasai berbagai konsonan, tetapi masih terbatas. Pada pemerolehan konsonan, bunyi nasal dimulai dari nasal bilabial [m], diikuti oleh nasal velar [n] . Bunyi lateral [l] telah dikuasai sedangkan bunyi getar [r] belum. Pada kelompok konsonan hambat bilabial dan telah muncul secara teratur dengan konsonan [p], [b], [m] muncul lebih dahulu. Konsonan apiko-dental [d] dan [t] dan alveolar [l], juga muncul terlebih dahulu. Sedangkan konsonan velar [g], [k], [ŋ] sama sekali belum pernah terdengar, keculai [k] dan [ŋ] pada akhir kata, konsonan [k] menyerupai bunyi glotal. Bunyi glotal ini biasanya muncul pada akhir kata. Contoh:
a. b.
[mbah tatoŋ]→ [mbah kakoŋ] [pépé] → [témpé] [bapa?] → [bapa?] [bobo? → [bobo?] [tatéŋ] → [cacIŋ] [dudo?] → [dhudhu?]
“Kakek” “tempe” “bapak” “tidur” “cacing” “duduk”
c. Proses Pemerolehan Bahasa Jawa Tahap Telegram Pada Anak Usia 2 Tahun Berdasarkan Fungsi Bahasanya. Telegram berasal dari kata tele (yang berarti jauh) dan gram (artinya tanda atau bentuk), jadi telegram berarti tanda-tanda atau berita yang disampaikan dari jarak jauh. Berdasarkan data yang diperoleh pada anak usia 2 tahun dalam memperoleh bahasanya tidak terepas dari fungsi bahasa yang anak punyai. Seperti yang dikatakan oleh (Michael, 1967: 51 melalui Chaer, 2009: 33) ada beberapa fungsi bahasa yang diperoleh anak usia 2 tahun adalah fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, fungsi entertainment. 1) Fungsi ekspresi Bahasa yang diperoleh anak usia 2 tahun sudah mempunyai fungsi ekspresi. Fungsi ekspresi adalah penggunaan bahasa yang mengungkapkan atau menyatakan apakah dia senang, benci, kagum dan sebagainya. Misalnya fungsi ekspresi marah atau jengkel dapat dilihat pada penggalan percakapan Iis (I) dan Peneliti (P) dibawah ini:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
29
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
P : Iis jemblem… “kamu tembem” I : towe jembem “kamu tembem” (dengan nada tinggi ) P: jemblem ! “tembem” I : towe jembem siiii……! “kamu tembem siii!” P : Iisjemblem (sambil menggoda) I : jembeeeeeeeeeeeeeem….(sambil berteriak karena marah) Dapat dilihat pada data bahwa fungsi ekspresi diperoleh anak dalam situasi apapun dan dimanapun. Contohnya ketika Iis sedang berbicara “jemblem” (tembem) dia berbicara dengan nada tinggi sambil cemberut, karena Iis tidak suka dengan kata-kata jemblem tersebut. 2) Fungsi informasi Fungsi informasi ini adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi informasi dapat dilihat dari contoh penggalan percakapan Najua (N) dengan Mamahny katika sedang bermain di bawah ini: M : sampun? “sudah” N : empun. “sudah” M : ayo mbak Najua sini! N:aja iki, aja iki ya! “jangan ini, jangan ini ya!” Fungsi informasi tersebut terletak pada kata aja iki, aja iki ya! “jangan ini, jangan ini ya !”. Kata-kata tersebut ditunjuk sebagai fungsi informasi karena menunjukan atau menyatakan suatu pesan. 3) Fungsi eksplorasi Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi eksplorasi pada pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun dapat dilihat pada percakapan Tika dengan peneliti dibawah ini. Peneliti : nggo nggenggambar! (sambil memberiakan pensil kepada Tika)“ini untuk menggambar” Tika
: endeh, Iki wake edi (inggih, iki iwake gedhi) “iya, ini
ikannya besar”
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
30
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Peneliti : kathah napa mboten iwakke? “ikannya banyak apa tidak?” Tika
: ateh “banyak”
Peneliti : wonten pinten?, satu? “ada berapa?. Satu?” Sofia
: adoh ya dhik…? “jauh ya dhik?”
Tika
: adoh “jauh”
Fungsi ekplorasi ditunjukan pada kata “akeh” (banyak) dan kata “adoh” (jauh). Kata “akeh” (banyak) dan “adoh” (jauh) karena kata tersebut menunjukan atau menjelaskan suatu hal, perkara dan keadaan. 4) Fungsi persuasi Fungsi
persuasi
adalah
penggunaan
bahasa
yang
bersifat
mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Peneliti
: jujule?“kembaliannya”
Sofia
: empat ribu
Tika
: pat ibu, pun ndeh ? “empat ribu, sudah ya?”
Peneliti
: nggih, assalamu‟alaikum
Tika
: kum alam, ye nyong etong (wa‟alaikum salam, ye nyong ngitung) “ye aku menghitung”
Kata pun ndehadalah kata yang menunjukan fungsi persuasi terebut. Karena bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. 5) Fungsi entertaiment Fungsi entertaiment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan dan memuaskan perasaan batin. Fungsi dapat dilihat pada penggalan percakapan dibawah ini. Bunda : ayo…! April
: ti. Iti cepet…! “ini, ini cepat !”
Dian
: iyee, ateh..
Mama : iya cepet kene.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
31
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Kata-kata yang menunjukan fungsi entertainment adalah “iyeee ateh” (iyeeee/ horee banyak), karena kata tersebuy menunjukan maksud menghibur, menyenangkan. : pas kae mrisani iwak gedhi ya dhik? “waktu itu lihat
Mama
ikan besar ya dhik?” : he‟eh, nyong ni wak edi (he‟eh, nyong mrisani iwak
Tika
gedhi) “ iya, aku lihat ikan besar ” Peneliti
: iwak apa?
Tika
: ewak, wak ambang (iwak, iwak abang) “ ikan, ikan merah”
Peneliti
: nggo nggenggambar! (sambil memberiakan pensil kepada Tika)“ini untuk menggambar” : endeh, Iki wake edi (inggih, iki iwake gedhi) “iya, ini
Tika
ikannya besar” Peneliti
: kathah napa mboten iwakke? “ikannya banyak apa
tidak?” Tika
E.
: ateh “banyak” .
SIMPULANDAN SARAN 1.
SIMPULAN Berdasarkan dari penelitian terhadap anak usia 2 tahun sebagai
subjek penelitian Pemerolehan Bahasa Jawa Tahap Telegram Pada Anak Usia 2 Tahun Di Sawit Kelurahan Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. a.
Pemerolehan Fonem Bahasa Jawa Pada Anak Usia 2 Tahun Pemerolehan bahasa Jawa khususnya pemerolehan vokal pada anak
usia (dua) 2 tahun ternyata sudah banyak yang diperoleh. Berbagai macam bunyi sudah dapat diucapakan oleh anak usia dua tahun. Dari banyaknya bunyi bahasa Jawa, akhirnya diperoleh berbagi macam bunyi. Semua fonem vokal yang diperoleh anak usia 2 tahun berjumlah tujuh yaitu fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /ǝ/, /ε/, /o/ beserta alofonnya yaitu alofon dari /ɔ/, /I/, /U/. Masing-
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
32
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
masing fonem vokal tersebut didistribusikan di awal kata, di tengah kata, di akhir kata. Pada usia 2 tahun anak selain memperoleh fonem vokal juga memperoleh fonem konsonan. Pada pemerolehan konsonan anakusia 2 tahun rata-rata sudah menguasai bebagai macam bunyi konsonan. Tetapi tidak semua fonem konsonan dapat diperoleh anak usia 2 tahun.
Fonem
konsonan bahasa Jawa berdasarkan peran alat bicara yang diperoleh anak usia 2 tahun adalah sebagai berikut: (1) konsonan bilabial, yang meliputi konsonan /p/, /b/, /m/ ; (2) konsonan labio-dental berupa konsonan /w/ ; (3) konsonan apiko-dental terdiri atas fonem /t/ dan /d/ ; (4) konsonan apiko – alveolar terdiri atas fonem /n/, /l/ , fonem /r/ digantikan oleh fonem yang lainnya ; (5) konsonan apiko-palatal berupa fonem berupa fonem /ṭ/, /ḍ/. Pada
konsonan ini belum diperoleh anak usia 2 tahun ; (6) konsonan
lamino-alveolar berupa fonem /s/ ; (7) konsonan media-palatal, meliputi fonem /c/, /j/, /y/ dan fonem /ň/ ini anak juga belum memperolehnya ; (8) konsonan dorso-velar terdiri atas fonem /k/, /g/, dan /ŋ/ ; (9) konsonan laringal berupa fonem /h/ ; dan (10) konsonan glottal stop, yakni fonem /?/. Selain
itu, terdapat konsonan geseran yang berupa fonem /s/, /h/, /f/.
Sedangkan konsonan seperti fonem /g/, /x/ belum dapat dimunculkan. b.
Proses Pemerolehan Bahasa Jawa Tahap Telegram Pada Anak Usia 2 Tahun berdasarkan fungsinya Beberapa fungsi yang diperoleh antara lain adalah Fungsi informasi
adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Fungsi entertaiment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan dan memuaskan perasaan batin. 2.
Saran Berdasarakan dari kesimpulan di atas, penulis akan memberikan saran
yang diharapkan bisa bermanfaat. Penelitian tentang pemerolehan bahasa
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
33
Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013
Jawa tahap telegrafik pada usia 2 tahun ini bukanlah merupakan penelitian yang tuntas dan masih banyak kekurangan, artinya masih diharapkan penelitian-penelitian lain untuk mengkajji lebih dalam tentang pemerolehan bahasa Jawa sesuai dengan kedudukan cabang linguitik. Ditemukannya penggunaan kata-kata dalam bahasa Jawa yang kurang pas dengan tingkat tutur bahasa Jawa. Sebaiknya orang yang lebih tua, hendaknya dalam berkomunikasi bisa mencontohkan tingkat tutur dalam bahasa Jawa. Orang tua memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak agar ia mampu merangkai kata menjadi kalimat sesuai dengan yang ingin disampaikannya.
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Mulyani, Siti. 2008. Fonologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Pemerolehan Bahasa. 2011. Diakses dari http://www. my. opera.com/ karuniayenisusilowaty/ blog pada tanggal 14 September 2012. Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2008. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Yayasan Paralingua.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
34