TAHUN 2011 – 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011 – 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang
:
a.
bahwa pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional, sehingga perlu diselenggarakan secara seimbang dan serasi untuk menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa
mengurangi
kewenangan
daerah
sesuai
semangat
desentralisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008; b.
bahwa
konsistensi
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan,
pengawasan dan sinergitas pembangunan antar daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan perlu dilakukan secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan; c.
bahwa untuk pedoman dan acuan dalam menetapkan arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum program
satuan
kerja
perangkat
daerah
maupun
program
kewilayahan yang disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan bersifat indikatif, diperlukan dokumen perencanaan daerah; d.
bahwa berubahnya struktur kelembagaan Pemerintah Kabupaten Blitar sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah mengakibatkan berubahnya target target kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah; e.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c dan d, konsideran menimbang ini perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011- 2016 dengan Peraturan Daerah;
Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan DanTanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421) ;
7.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493); 8.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9.
Undang-Undang
Nomor
22
Tahun
2007
tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721); 10.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indoneia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
14.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
15.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara' Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 16.
Peraturan
Presiden
Nomor
5
Tahun
2010
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 — 2014; 17.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan t/lenteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
18.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata
Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 19.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 — 2014;
20.
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Blitar 2005-2025;
21.
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2008 2028;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BLITAR dan BUPATI BLITAR MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011 — 2016.
Pasal 1 Dengan Peraturan Daerah ini ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 — 2016 yang merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Blitar dalam menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun. Pasal 2 Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 - 2016 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan 1.1
Latar Belakang
1.2
Dasar Hukum Penyusunan
1.3
Hubungan RPJMD dengan dokumen Perencanaan
lainnya 1.4
Sistematika Penulisan
1.5
Maksud dan tujuan
BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1
Aspek Geografi dan Demografi
2.2
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3
Aspek Pelayanan Umum
2.4
Aspek Daya Saing Daerah
BAB III. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1
Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.3
Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015
BAB IV. Analisis Isu-isu Strategis
BAB V.
4.1
Permasalahan Pembangunan Kabupaten Blitar
4.2
Isu strategis Pembangunan Kabupaten Blitar
4.3
Fokus Pembangunan Sektoral
Penyajian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 5.1
Visi
5.2
Misi
5.3
Tujuan
5.4
Sasaran
BAB VI. Strategi dan Arah Kebijakan 6.1
Strategi Pembangunan
6.2
Arah Kebijakan Umum
BAB VII. Kebijakan Umum dan program Pembangunan Daerah BAB VIII. Indikator Kinerja Daerah, Rencana Program dan Pendanaan BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9.1
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
9.2
Aspek Pelayanan Umum
9.3
Aspek Daya Saing
BAB X. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan 10.1
Pedoman Transisi
10.2
Kaidah Pelaksanaan
Pasal 3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 — 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini Pasal 4 Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2011 — 2016, dijabarkan kedalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahunan dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, rnemerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Blitar.
Ditetapkan di Blitar Pada tanggal, 29 Juli 2011
Diundangkan di Blitar Pada Tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR
BACHTIAR SUKOKARJADJI BERITA DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011 NOMOR
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR
TAHUN 2011
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011 — 2016
I. PENJELASAN UMUM
1. Dasar Pemikiran. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang berasaskan desentralisasi, dimana Pemerintah menyerahkan sebagian wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan guna mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah. Sedemikian besarnya wewenang dan tugas Pemerintah Daerah sehingga memerlukan koordinasi, intergrasi, sinkronisasi dan sinergi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian pembangunan, dengan demikian diperlukan sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah yang efektif dan efisien. Salah satu unsur dari sistem perencanaan pembangunan nasional adalah wajib adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
2. Ruang Lingkup Ruang lingkup Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan dengan melibatkan masyarakat.
3. Prinsip-prinsip Prinsip Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah meliputi:
a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; b. dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan dengan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;
c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
4. Pendekatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menggunakan pendekatan:
a.
teknokratik, yaitu menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah; b. partisipatif, yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dengan mempertimbangkan relevansi pemangku kepentingan, kesataraan antara pemangku kepentingan, transparansi dan akuntabilitas, keterwakilan seluruh segmen masyarakat, rasa memiliki dokumen perencanaan serta terciptanya konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan; c. politis, yaitu program-program pembangunan yang ditawarkan masingmasing calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih pada saat kampanye disusun ke dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; d. bottom up-top down, yaitu penyelarasan melalui musyawarah yang dilaksakan mulai dari Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. 5. Tahapan Tahapan penyunan RPJMD terdiri dari:
a. b. c.
persiapan penyusunan; penyusunan rancangan awal dan rancangan yang disempurnakan; penandatanganan Nota Kesepakatan an tara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan DPRD Kabupaten Blitar
d. e.
pelaksanaan Musrenbang; perumusan rancangan akhir dan konsultasi kepada Gubernur Jawa Timur;
f. penetapan Peraturan Daerah dan klarifikasi Gubernur Jawa Timur. 6. Muatan Muatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah terdiri dari:
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
visi, misi dan program kepala daerah; arah kebijakan keuangan daerah; strategi pembangunan daerah; kebijakan umum; program SKPD; program lintas SKPD; program kewilayahan; rencana kerja dalam kerangka regulasi yang bersifat indikatif; rencana kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas
NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011-2016
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1.
Pandangan Fitosofis Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang berasaskan desentralisasi dimana pemerintah menyerahkan sebagian wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur
dan
mengurus
sendiri
urusan
pemerintahan
guna
mempercepat
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah. Sedemikian besarnya wewenang dan tugas pemerintah daerah sehingga memerlukan koordinasi, intergrasi, sinkronisasi dan sinergi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendatian pembangunan; dengan demikian diperlukan sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah yang efektif dan efisien Salah satu unsur dari sistem perencanaan pembangunan nasional adalah wajib adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan untuk jangka waktu 5 tahun. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur, Kabupaten Blitar memiliki sesanti sebagai filosofi pembangunan yaitu "Huruf Hambangun Praja" yang artinya Semangat yang menyalanyala untuk membangun bangsa. Selain itu juga sudah memiliki Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025 dengan visi "Terbangunnya Perekonomian Rakyat Yang Mandiri, Tangguh dan Berdaya Saing Menuju Masyarakat Kabupaten Blitar Sejahtera, Makmur dan Religius"
2. Pandangan Yuridis Undang-Undang
Dasar
1945
hasi l
perubahan
mengamanatkan
pemberlakuan asas desentralisasi dari otonomi daerah pada pasal 18 ayat (2) menyatakan Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Selanjutnya pasat 18 ayat (5) menyatakan pemerintah daerah menjalankan otonomi setuas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang terdiri dari rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana pembangunan tahunan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya disebut RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 tahun merupakan penjabaran dari visi-misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan memperhatikan RPJM Nasional. Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar periode 2011-2016 ini adalah hash pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tahun 2010 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.35 - 803 Tahun 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Blitar Provinsi Jawa Timur serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.35 - 804 Tahun 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian Wakil Bupati Blitar dan Pengesahan Pengangkatan Wakil Bupati Blitar Provinsi Jawa Timur dimana Bupati dan Wakil Bupati telah dilantik oleh Gubernur Jawa Timur pada tanggat 26 Oktober 2010.
B. Landasan Hukum Dalam menyusun RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain 1) Landasan idiil Pancasila, 2) Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. serta Landasan operasional sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Provinsi Jawa Timur;
Kabupaten dalam Lingkungan
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008.
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah.
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014.
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelotaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
17. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009, tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2014.
18. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Blitar 2005-2025;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2008-2028;
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup rencana pembangunan jangka menengah daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 tahun yang dilaksanakan oteh unsur penyelenggara pemerintahan dengan metibatkan masyarakat.
D. Prinsip-prinsip
Prinsip Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah meliputi:
a) merupakan satu kesatuan datam sistem perencanaan pembangunan nasional; b) dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan dengan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;
c) mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; d) dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
E. Pendekatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menggunakan pendekatan: a) teknokratik; yaitu menggunakan metode dan kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah; b) partisipatif; yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dengan mennpertimbangkan relevansi pemangku kepentingan, kesataraan antara pemangku kepentingan, transparansi dan akuntabilitas, keterwakilan seturuh segmen masyarakat, rasa memiliki dokumen perencanaan serta terciptanyan konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan; c) politis; yaitu program- program pembangunan yang ditawarkan masing-masing talon kepada daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye disusun ke datam rancangan RPJMD; e) bottom up-top down; yaitu penyetarasan metatui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi dalam rangka pencapaian
sasaran pembangunan. F. Tahapan
a) Tahapan penyunan RPJMD terdiri dari: b) persiapan penyusunan; c) penyusunan rancangan awal dan rancangan yang disempurnakan; d) penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kab. Blitar dengan DPRD Kab. Blitar e) pelaksanaanMusrenbang; f)
perumusan rancangan akhir dan konsultasi kepada Gubernur Jawa Timur;
g) penetapan Peraturan Daerah dan klarifikasi Gubernur Jawa Timur
G. Muatan a) Muatan RPJMD terdiri dari: b) visi, misi dan program kepata daerah; c) arah kebijakan keuangan daerah; d) strategi pembangunan daerah; e) kebijakan umum; f)
program SKPD;
g) program kewilayahan; h) rencana kerja datam kerangka regulasi yang bersifat indikatif; i)
rencana kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
H. Tujuan 1. Tersedianya dokumen perencanaan daerah jangka menengah yang merupakan penjabaran visi-misi dan program Bupati Blitar untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan datam periode 5 (lima) tahun mendatang.
2. Datam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang (sustainability development) sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Blitar.
3. Dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang.
4. Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) bagi unit satuan kerja dibawah lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar. BAB II RUANG LINGKUP KAJIAN AKADEMIK DAN KONSULTASI A. Kajian Akademik
1. Gambaran Umum Kondisi Daerah: meliputi aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah
2. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan metiputi: kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelotaan keuangan masa lalu dan kerangka pendanaan tahun 2011-2015
3. Analisis Isu Strategis meliputi: permasalahan pembangunan Kabupaten Blitar, isu strategis pembangunan Kabupaten Blitar dan fokus pembangunan sektoral
4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran metiputi: visi, misi, tujuan dan sasaran 5. Strategi dan Arah Kebijakan metiputi: agenda dan prioritas pembangunan, strategi pembangunan, arah kebijakan umum, icon promotif, kerjasama antar kabupaten/kota.
6. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah 7. Indikasi Rencana Program dan Pendanaannya 8. Indikator Kinerja Daerah 9. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan metiputi: pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan
B. Konsultasi dan Pembahasan
1. Konsultasi publik Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 20112016 guna memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk memberikan masukan terhadap Rancangan Awal.
2. Penandatangan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan DPRD Kabupaten Blitar
3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 guna menyepakati Rancangan Akhir RPJMD oleh seluruh perwakilan stakeholder pembangunan Kabupaten Blitar.
4. Konsultasi publik hasil Musrenbang menuju Rancangan Akhir RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 guna memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk
memberikan umpan balik.
5. Konsultasi Rancangan Akhir RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 kepada Gubernur Jawa Timur dan rekomendasi tindak lanjut bahwa Rancangan RPJMD telah selaras dengan RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional.
6. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 di DPRD Kabupaten Blitar
BAB III PENUTUP Naskah akademik ini diharapkan menjadi panduan dalam menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016
DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1.4 Sistematikan Penulisan 1.5 Maksud dan Tujuan
I-1 I-4 I-6 I-26 I-31
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.2 Aspek Kesejahteraan Rakyat 2.3 Aspek Pelayanan Umum 2.4 Aspek Daya Saing Daerah
II-1 II-8 II-9 II-20 II-32
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.3 Kerangka Pendanaan
III-4 III-8 III-11
BAB IV
ANALISIS ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Kabupaten Blitar 4.2 Isu Strategis 4.3 Fokus Pembangunan Sektoral
IV-1 IV-2 IV-4
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi 5.2 Misi 5.3 Tujuan 5.4 Sasaran
V-3 V-4 V-7 V-8
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi Pembangunan 6.2 Arah Kebijakan
VI-1 VI-3
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
VII-1
BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Rencana Program dan Pendanaannya 8.2
VIII-1
BAB V
BAB VI
BAB IX
BAB X
VIII-1 VIII-2
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 9.2 Aspek Pelayanan Umum 9.3 Aspek Daya Saing Daerah
IX-1 IX-1 IX-3
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1 Pedoman Transisi 10.2 Kaidah Pelaksanaan
X-1 X-3
DAFTAR TABEL Nomor
URAIAN
Halaman
2.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar 2006-2010
II – 6
2.2
Prakiraan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Blitar 2011-2015
II – 7
2.3
Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS di Kab. Blitar 2006-2010
II – 8
2.4
Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama di Kab. Blitar 2006-2010
II – 9
2.5
Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK 2006-2010
II – 10
2.6
Perkembangan PDRB Perkapita ADHB dan ADHK 2006-2010
II – 10
2.7
Proyeksi PDRB, PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
II – 11
Tahun 2011-2015 2.8
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK tahun
II – 12
2006-2010 2.9
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK tahun 2011-
II – 13
2015 2.10
Kontribusi Sektoral PDRB ADHB Tahun 2011-2015
II – 14
2.11
Proyeksi Kontribusi Sektoral PDRB ADHB tahun 2006-2010
II – 15
2.12
Angka Buta Huruf dan APK Kabupaten Blitar tahun 2006-2010
II – 16
2.13
Indikator Bidang Kesehatan Kabupaten Blitar tahun 2006-2010
II – 17
2.14
Jumlah Grup Kesenian, lembaga dan petugas Pengelola Kekayaan
II – 19
Budaya di Kabupaten Blitar 2.15
Jumlah Klub Olah Raga dan Sarana Olah Raga di Kab. Blitar tahun
II – 20
2010 2.16
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Blitar tahun 2010
II – 20
2.17
Perkembangan Rasio Siswa, Tingkat Kelulusan, Rata-rata UAN dan
II – 21
Angka Putus Sekolah di Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 2.18
Perkembangan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Rehab Ruang
II – 22
Kelas di Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 2.19
Perkembangan Jumlah Guru dan Guru Tidak Tetap Kabupaten Blitar
II – 22
Tahun 2006-2010 2.20
Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kerja Kesehatan di Kabupaten Blitar Tahun 2010
II – 23
2.21
Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Blitar Tahun 2006-
II – 26
2010 2.22
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja di Kabupaten Blitar Tahun 2009
II – 27
2.23
Produksi Komoditas Andalan Pertanian Tahun 2006-2009
II – 28
2.24
Rata-rata Produktivitas Tanaman Bahan Makanan di Kab. Blitar
II – 29
2.25
Persentase Sektor Pertanian dalam PDRB (ADHK) Kabupaten Blitar
II – 29
Tahun 2006-2010 2.26
Peranan Sektor Industri dan Perdagangan dalam PDRB Kabupaten
II – 31
Blitar Tahun 2010 2.27
Potensi Tambang di Kabupaten Blitar
II – 32
2.28
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
II – 33
Kabupaten Blitar Tahun 2010 2.29
Perkembangan Infrastruktur Jalan dan Jembatan dan Pengairan
II – 35
Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 2.30
Angkutan Trayek di Kabupaten Blitar sampai dengan Tahun 2010
II – 36
2.31
Daftar Rencana Trase JLS di Kabupaten Blitar
II – 37
2.32
Perkembangan Pembangunan JLS di Kabupaten Blitar
II – 38
2.33
Evaluasi Penggunaan Tanah Kabupaten Blitar (Ha)
II – 39
2.34
Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Blitar Tahun 2009
II – 41
2.35
Perkembangan Jumlah Satuan Telepon di Kabupaten Blitar Tahun
II – 41
2008-2009 2.36
Angka Kriminalitas di Kabupaten Blitar Tahun 2007-2008
II – 42
2.37
Waktu Penyelesaian Ijin dan Non Ijin Kantor Pelayanan Terpadu Satu
II – 43
Pintu (KPTSP) Kabupaten Blitar 3.1
Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2006-2010
III – 5
3.2
Aset Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2005-2010
III – 6
3.3
Hutang/Kewajiban Tahun 2006-2010
III – 6
3.4
Ekuitas Dana Tahun 2006 - 2010
III – 7
3.5
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Tahun 2006-2010
III – 7
3.6
Proporsi Penggunaan Anggaran
III – 9
3.7
Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 2006 - 2010
III – 10
3.8
Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Periode Utama
III – 12
3.9
Proyeksi Realisasi Pendapatan Daerah TA. 2011-2016
III – 18
3.10
Proyeksi Realisasi Belanja Daerah tahun anggaran 2011-2016
III – 20
4.1
Hubungan Fokus Pembangunan Sektoral dengan Isu Strategis
IV-13
8.2
Indikasi Rencana Program Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
VIII – 4
Kabupaten Blitar 2011-2015 9.1
Penetapan Indikator Kinerja Kabupaten Blitar
IX-3
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.1
URAIAN Hubungan RPJMD Kabupaten Blitar dengan Dokumen Perencanaan
Halaman I–6
Lainnya 2.1
Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Blitar
II – 16
2.2
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Blitar tahun 2006-2010
II – 17
2.3
Grafik Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blitar 2006-2010
II – 18
2.4
Perkembangan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Blitar 2006-2010
II – 24
2.5
Perkembangan Pelayanan Kesehatan Terhadap Masyarakat Miskin di
II – 24
Kabupaten Blitar tahun 2006-2010 2.6
Perkembangan Jumlah Pemegang Askeskin tahun 2006-2010
II – 25
2.7
Perkembangan Jumlah Upah Minimum Kabupaten Blitar tahun 2006-
II – 26
2010 2.8
Perkembangan Jumlah Pemegang SIUP dan TDP tahun 2006-2010
II – 30
2.9
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Blitar tahun 2007-2010
II – 34
3.1
Kerangka Hubungan Antara Kebijakan Keuangan Daerah/APBD
III – 1
Dengan RKPD dan Visi, Misi, Strategi RPJMD 3.2
Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD
III – 2
3.3
Struktur Belanja APBD 2006-2010
III - 11
LAMPIRAN : RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR : TAHUN 2011 TANGGAL : JULI 2011
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH ( RPJMD ) KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011-2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi yang memberikan keleluasaan dan sebagian besar kewenangan kepada daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Keleluasaan tersebut adalah dalam hal kewenangan untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Oleh karena itu, dalam implementasinya pelaksanaan otonomi daerah tersebut harus terencana dan sinergis dengan perencanaan pemerintahan yang lebih tinggi dengan tidak menghilangkan nilai kekhasan dari setiap daerah. Seiring dengan estafet kepemimpinan di kabupaten Blitar, yang didahului dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati secara langsung pada tanggal 9 Nopember 2010 dan telah terpilih dan dilantik Bupati dan Wakil Bupati secara definitif pada tanggal 31 Januari 2011. Selanjutnya, menurut ketentuan pasal 27 ayat 1 huruf k Undang- Undang No. 32 tahun 2004, Bupati dan
Wakil Bupati berkewajiban untuk menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah dihadapan Rapat Paripurna DPRD. Rencana strategis dimaksud sebagaimana yang disebutkan dalam Undang– Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, adalah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berjangka waktu lima tahun. Rencana pembangunan jangka menengah yang disusun di Kabupaten Blitar adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2011 - 2016. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, tatacara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah dijelaskan bahwa pengertian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen rencana pembangunan untuk periode waktu 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional dan selaras dengan RPJMD Provinsi Jawa Timur, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 bahwa RPJMD ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Sebagai suatu dokumen perencanaan yang sangat penting, sudah sepatutnya Pemerintah Daerah bersama DPRD dan masyarakat memberikan perhatian penuh pada proses penyusunan dokumen RPJMD, dan tentunya diikuti pula dengan pemantauan, evaluasi dan review berkala atas implementasinya. Dalam rangka tetap menjaga sinkronisasi perencanaan antar level pemerintahan dalam jangka menengah baik dalam hal program pembangunan di daerah, propinsi maupun pusat, maka RPJMD Kabupaten Blitar disusun dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025 dan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010-2014 dan RPJMD Propinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Pada tahapan pertama RPJPD Kabupaten Blitar , yaitu tahun 2005-2010 telah banyak permasalahan pembangunan di Kabupaten Blitar yang berhasil ditangani , juga telah terjadi perubahan yang cukup signifikan baik dalam segi pelayanan pemerintahan maupun pembangunan yang baik secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan tersebut merupakan buah sinergi tiga kekuatan utama yang ada di Kabupaten Blitar , yaitu pemerintah daerah, DPRD dan dunia usaha serta masyarakat. Walaupun harus diakui pula masih banyak permasalahan pembangunan dan kemasyarakatan yang masih harus ditangani dalam masa jabatan lima tahun kedepan. Hal mendasar dari keberhasilan pembangunan lima tahun pertama adalah telah bergesernya paradigma pembangunan dari ketergantungan sepenuhnya kepada pemerintah menjadi pembangunan yang terpadu antara semua stakeholder dan paradigma pembinaan menjadi pemberdayaan masyarakat dan berubahnya paradigma aparatur dari yang dilayani menjadi melayani masyarakat. RPJMD
sebagai
dokumen
perencanaan
strategis
jangka
menengah
merupakan penjabaran RPJPD yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman dalampenyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (renja SKPD). RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 merupakan dokumen perencanaan kebijakan pembangunan selama lima tahun, sehingga segala substansi didalamnya harus mengacu pada terwujudnya ketentuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan pemanfaatan ruang baik kebijakan struktur ruang maupun pola ruang.
1.2.
Dasar Hukum Penyusunan
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Blitar Tahun 2011-2015 dilandasi dasar hukum sebagai berikut: 1.
Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 18 ayat 2; 2.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kabupaten Blitar (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4118);
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
4.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
5.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
7.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
8.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia nomor 4725)
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ;
12.
Peraturan pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
13.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
14.
Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi.
16.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
17.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah denngan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
19.
Peraturan
Bersama
Menteri
Dalam
Negeri,
Menteri
Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/M PPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan RPJMD dengan RPJM Nasional 2010-2014; 20.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur;
21.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025.
22.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur 2009– 2014;
23.
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2005 – 2025;
24.
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2008 – 2028.
1.3.
Hubungan Antar Dokumen
Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan RPJM Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 – 2016 merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik dalam RPJP Daerah Kabupaten Blitar maupun RTRW Kabupaten Blitar, serta dari keberadaannya akan dijadikan pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Renstra SKPD. Selanjutnya, untuk setiap tahunnya, selama periode perencanaan akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Kabupaten Blitar, yang dari keberadaan RKPD Kabupaten Blitar tersebut, selanjutnya, akan dijadikan acuan bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD.
Gambar 1. 1 Hubungan RPJM Kabupaten Blitar dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Selanjutnya, dalam kaitan dengan sistem keuangan sebagaimana yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, maka penjabaran RPJM Daerah Kabupaten Blitar ke dalam RKPD Kabupaten Blitar untuk setiap tahunnya, akan
dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Blitar. Gambaran tentang hubungan antara RPJM Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2011 – 2015 dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.1. 1.3.1 Keselarasan Antar Dokumen Perencanaan (RPJMN, RPJMD Propinsi Jawa Timur dan RPJMD Kabupaten Blitar 1.
Tujuan RPJMN 2010-2014 1. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat 2. Perbaikan Tatakelola Pemerintahan 3. Penegakan Pilar Demokrasi 4. Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi 5. Pembangunan Yang Inklusif dan Berkeadilan
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
Misi mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir orang tertentu. Kemakmuran Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama, terutama wong cilik.
1. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja 2. Tersedianya infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya 3. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan 4. Membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan. 5. Terciptanya iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia. 6. Terwujudnya keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup. 7. Membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN
2. Sasaran Pembangunan RPJMN 2010-2014
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
1. Sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat. I. EKONOMI a. Pertumbuhan Ekonomi 6,36,8 per tahun b. Inflasi rata-rata 6-4 persen per tahun c. Tingkat Pengangguran Terbuka 5-6 persen akhir tahun 2014 d. Tingkat Kemiskinan 8-10 persen akhir tahun 2014 1) PENDIDIKAN dari tahun 2008 sampai 2014 ; a. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari 7,5 menjadi 8,25 persen b. Angka buta aksara menurun dari 5,97 menjadi 4,18 persen c. APM (SD/MI) meningkat dari 95,14 menjadi 96
1. Meningkatnya secara nyata proporsi penduduk, terutama penduduk miskin, yang dapat menyelesaikan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dan Pendidikan Menengah 12 tahun. 2. Sasaran peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan adalah makin terbukanya dan makin mudah bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin, untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, tanpa diskriminasi, serta makin meningkatnya taraf kesehatan masyarakat
1. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan dengan sasaran ; a. Meningkatnya usia harapan hidup b. Menurunnya prevalensi anak balita kurang gizi c. Meningkatnya angka melek huruf, angka partisipasi sekolah dan lama sekolah d. Terbentuknya kepribadian insan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Sasaran perluasan lapangan kerja adalah meningkatnya jumlah lapangan kerja, baik formal maupun informal, di pedesaan dan perkotaan, dan meningkatnya jumlah angkatan kerja, terutama penduduk miskin, laki-laki maupun perempuan, yang terserap ke dalam lapangan kerja, dan tertampungnya tenaga kerja penganggur korban PHK 4. Sasaran penanggulangan kemiskinan adalah menurunnya secara nyata jumlah penduduk miskin, laki-laki dan perempuan, dan terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin 5. Sasaran pembangunan dan perlindungan kesejahteraan sosial rakyat adalah meningkatkan pelayanan, rehabilitasi, dan pemberdayaan penduduk yang menyandang masalah kesejahteraan sosial 6. Sasaran revitalisasi pertanian adalah meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian secara signifikan, dan meningkatnya kesejahteraan petani dan nelayan, serta berkembangnya agrobisnis/agroindustri dan agropolitan 7. Sasaran pemberdayaan koperasi adalah meningkatnya posisi tawar, dan efisiensi, serta menguatnya kelembagaan koperasi, sehingga dapat turut memperbaiki kondisi
Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan pendidikan f. Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja g. Menurunnya angka pengangguran h. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olah raga. 2. Tersedianya infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya dengan sasaran ; a. Tersedianya infrastruktur Jalan dan jembatan, transportasi serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK). b. Tersedianya infrastruktur pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang memadai untuk peningkatan produksi dan pemasaran produk. c. Tersedianya infrastruktur kesehatan yang makin luas jangkauannya d. Tersedianya infrastruktur pendidikan yang layak dan memenuhi standar e. Tersedianya infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air. f. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman. g. Meningkatnya kualitas objek dan sarana pariwisata h. Meningkatnya kualitas sarana
d. APM (SMP/MTs) meningkat dari 72,28 menjadi 76 persen e. APK SMA/SKM/MA dari 64,28 menjadi 85 persen f. APK PT (usia 19-23) meningkat dari 21,26 menjadi 30 persen g. Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antar wilayah, gender dan sosial ekonomi serta antar satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. II. KESEHATAN a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 menjadi 72,0 tahun b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dari 228 menjadi 118 c. Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dari 34 menjadi 24 persen d. Menurunnya prevalensi
e.
RPJMN 2010-2014
III. a. b. c. d. e. IV. a. b. c. d. V. a.
b.
c. d.
kekurangan gizi pada anak balita dari 18,4 menjadi < 15 persen PANGAN Produksi Padi tumbuh 3,22 persen per tahun Produksi Jagung tumbuh 10,02 persen per tahun Produksi Kedele tumbuh 20,05 per tahun Produksi Gula tumbuh 12,55 persen per tahun Produksi Daging Sapi tumbuh 7,30 persen per tahun ENERGI Peningkatan kapasitas pembangkit listrik Meningkatnya rasio elektrifikasi Meningkatnya produksi minyak bumi Meningkatnya pemanfaatan energi panas bumi INFRASTRUKTUR Pembangunan jalan lintas Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar moda dan antar pulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda. Penuntasan Jaringan Serat Optik di Indonesia Bagian Timur Perbaikan sistem jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan)
VI. Sasaran Perkuatan Pembangunan Demokrasi Meningkatnya kualitas demokrasi Indonesia
VII. Sasaran Pembangunan Penegakan Hukum Tercapaianya suasana dan
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014 persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya 8. Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan ekspor non-migas adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan reformasi kelembagaan ekonomi di berbagai tingkatan pemerintahan yang mampu mengurangi praktik ekonomi tinggi melalui penyederhanaan prosedur perijinan, dan meningkatnya kepastian hukum. 9. Reformasi dimaksud mencakup upaya menuntaskan sinkronisasi, sekaligus deregulasi peraturan antarsektor dan antara pusat dengan daerah, serta peningkatan kapasitas kelembagaan untuk implementasi penyederhanaan prosedur perijinan untuk memulai usaha, penyempurnaan sistem perpajakan dan kepabeanan, penegakan hukum untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban berusaha. a. Meningkatnya investasi secara bertahap sehingga perannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto meningkat, terutama investasi di bidang pertanian. b. Meningkatnya pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur untuk mendukung peningkatan investasi dan ekspor. c. Meningkatnya pertumbuhan ekspor secara bertahap, dengan komposisi produk yang lebih beragam, dan berdaya saing tinggi. d. Meningkatnya keberdayaan eksportir kecil dan menengah melalui pemberian insentif dan fasilitasi akses informasi dan sumber pembiayaan. e. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi daerah, tertib niaga, dan kepastian berusaha untuk mewujudkan perdagangan yang kondusif dan dinamis. f. Meningkatnya efisiensi pelayanan ekspor-impor kepelabuhanan, kepabeanan, dan administrasi (verifikasi dan restitusi) perpajakan. g. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa. 10. Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan daya saing
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016 prasarana pasar tradisional Terbangun dan terpeliharanya infrastruktur pemerintahan di Kabupaten Blitar j. Meningkatnya kualitas pelayanan publik Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan serta penerapan Iptek dengan sasaran; a. Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan b. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau c. Meningkatnya daya beli dan ketahanan masyarakat d. Meningkatnya peran dan kontribusi kawasan pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi e. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan Koperasi dan UMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing f. Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja Membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan dengan sasaran ; a. Meningkatnya ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Meningkatnya kerukungan umat beragama c. Meningkatnya pelaksanaan interaksi budaya dalam rangka peningkatan modal sosial d. Berkembangnya penerapan nilai budaya dalam rangka peningkatan modal sosial e. Berkembangnya nilai budaya yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan kebijakan pembangunan f. Meningkatnya penerapan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, serta meningkatkan upaya pelestarian
i.
3.
4.
RPJMN 2010-2014 kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum.
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014 industri manufaktur adalah: a. Meningkatnya pertumbuhan industri manufaktur. b. Meningkatnya volume ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor Jawa Timur. c. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri manufaktur. d. Terciptanya iklim usaha yang lebih kondusif, baik bagi industri yang sudah ada maupun investasi. e. Meningkatnya penerapan standardisasi produk industri manufaktur sebagai faktor penguat daya saing. f. Meningkatnya pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik, baik untuk bahan baku maupun produk akhir, sebagai cerminan meningkatnya daya saing sektor ini dalam menghadapi produk impor. g. Meningkatnya pertumbuhan industri berorientasi ekspor yang menggunakan sumber daya lokal. h. Meningkatnya pertumbuhan industri berbasis agro. i. Meningkatnya perkembangan sentra-sentra industri, termasuk industri kecil dan kerajinan. 11. Sasaran umum yang hendak dicapai dalam upaya pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan infrastruktur adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur sosial yang menjadi kebutuhan masyarakat. b. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur publik melalui kerjasama dengan pihak badan usaha swasta. c. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur komersial dengan mendorong peran aktif badan usaha swasta dalam penyediaannya.
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
5.
dan pengembangan kekayaan budaya sebagai sumber daya pembangunan Terciptanya iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia dengan sasaran ; a. Meningkatnya kesadaran hukum dan pembinaan hukum b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketenteraman c. Meningkatnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
d. Menurunnya pelanggaran hukum e. f.
dan kriminalitas Menurunnya jumlah kasus Narkoba. Meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan serta perlindungan anak
6.
Tewujudnya keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup dengan sasaran ; a. Berkurangnya pencemaran air udara dan tanah b. Pengelolaan Sumber daya alam yang ramah lingkungan c. Berkurangnya kerusakan hutan akibat kegiatan ilegal d. Mencegah meluasnya areal lahan kritis e. Meningkatnya kesadaran masyarakat agar peduli pada kelestarian lingkungan hidup f. Tersedianya fasilitas pengolahan limbah pada lingkungan usaha/industri g. Berkurangnya penangkapan ikan (illegal fishing ) dan satwa ilegal
7.
Membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN dengan sasaran ; a. Meningkatnya profesionalisme birokrasi b. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur
RPJMN 2010-2014
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
c. Meningkatnya kualitas sumber
daya aparatur pemerintahan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel berbasis teknologi informasi Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang efektif dan efisien
d. Meningkatnya e.
3. Kebijakan Umum Pembangunan RPJMN 2010-2014 1. Melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. 2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan HAM serta kebebasan yang bertanggung jawab. 3. Memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan semua kesenjangan pendapatan, kesenjangan antar daerah (termasuk desa-kota) dan kesenjangan jender.
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014 1. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri. 2. Keberpihakan kepada masyarakat miskin (pro-poor).
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
1. Meningkatkan aksesibilitas kesehatan, pendidikan dan mengupayakan iklim yang mendukung bagi terciptanya pengembangan usaha dan peluang kerja 2. Penyediaan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, pengembangan pariwisata dan pengentasan kemiskinan
3. Pengarusutamaan gender. 4. Keseimbangan pembangunan dan ekonomi, melalui, pengembangan agrobisnis.
pemerataan pertumbuhan terutama, agroindustri/
3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat khususnya dipedesaan.
4. Mendorong pelibatan lembagalembaga keagamaan untuk membangun perilaku masyarakat yang mencerminkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai nilai-nilai budaya bangsa 5. Meningkatkan kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan menciptakan ketertiban dan keamanan 6. Memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup 7. Memperkuat kelembagaan, menyempurnakan tugas pokok dan
RPJMN 2010-2014
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016 fungsi serta norma standar pelayanan SKPD, meningkatkan kesejahteraan aparatur pemerintah dan menegakkan disiplin pegawai.
4. Prioritas Pembangunan RPJMN 2010-2014 Inpres Nomor 1 Tahun 2010 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; Pendidikan; Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan Ketahanan Pangan Infrastruktur Iklim Investasi dan iklim Usaha Energi Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Daerah Tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik; Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi; Prioritas lainnya di bidang politik, hukum dan keamanan; Prioritas lainnya di bidang perekonomian;
14. Prioritas lainnya dibidang kesejahteraan rakyat; Inpres Nomor 3 tahun 2010 : Program Pembangungan Yang Berkeadilan ; 1. Program Pro Rakyat; a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga; b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
1. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan 2. Peningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan 3. Perluasan Lapangan Kerja 4. Peningkatan Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan 5. Revitalisasi Pertanian dan Pengembangan Agroindustri/Agrobisnis 6. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 7. Peningkatan Investasi, Ekspor NonMigas, dan Pariwisata, 8. Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur 9. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur 10. Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup, serta Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Penataan Ruang, 11. Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dan Peningkatan Pelayanan Publik, 12. Peningkatan Kualitas Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial, 13. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan di Semua Bidang, dan Terjaminnya Kesetaraan Gender 14. Peningkatan Peran Pemuda dan Pengembangan Olahraga 15. Penghormatan, Pengakuan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia 16. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, dan Penanggulangan Kriminalitas, 17. Percepatan Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Ekonomi Dampak Lumpur Panas Lapindo
1. Penanggulangan kemiskinan,pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakerjaan 2. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin. 3. Memperluas akses masyarakat dalam memperoleh pendidikan 4. Pemenuhan anggaran pendidikan minimal 30 persen dari APBD 5. Perbaikan kualitas guru dan pendidik 6. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan infrastruktur yang telah terbangun dan upaya pemeliharaannya. 7. Peningkatan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. 8. Penegakan dan pembuatan peraturan daerah untuk meningkatkan keamanan, ketertiban serta menjamin pelaksanaan demokrasi. 9. Meningkatkan semangat toleransi beragama, tanggang rasa dan saling menghormati dalam bermasyarakat. 10. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup berdasarkan tata ruang wilayah.
RPJMN 2010-2014 pemberdayaan mikro dan kecil;
usaha
2.Program keadilan untuk semua; a. Program keadilan bagi anak; b. Program keadilan bagi perempuan; c. Program keadilan di bidang ketegakerjaan; d. Program keadilan di bidang bantuan hukum; e. Program keadilan reformasi hukum dan peradilan; f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan. 3. Program Pencapaian Tujuan Pembangunan Mileniun; a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan; b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua; c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; d. Program penurunan angka kematian anak; e. Program kesehatan ibu; f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup; h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Mileniun.
RPJMD PROP. JATIM 2009-2014
RPJMD KAB. BLITAR 2011-2016
1.3.2 RTRW Propinsi Jawa Timur
Arahan pengembangan pemanfaatan ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur yang cukup terkait dengan Kabupaten Blitar adalah tentang struktur pemanfaatan ruang wiilayah , menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan Pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan dan kesehatan. Perwilayahan Jawa Timur direncanakan dalam satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan yang dibagi dalam 9 Satuan Wilayah Pengembangan , dan Kabupaten Blitar masuk dalam SWP 6. Sedangkan kedudukan Kabupaten Blitar di dalam orde-orde perkotaan di propinsi Jawa Timur , Kabupaten Blitar termasuk dalam Orde P5. Sesuai dengan perwilyahan pembangunan tersebut, Kabupaten Blitar masuk dalam SWP Blitar yang berpusat di Kota Blitar dengan fungsi sebagai kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Sedangkan untuk pusat pengembangan, beberapa fasilitas yang diperlukan diantaranya sudah terrealisir karena menjadi sarana penting diantaranya : a.
Fasilitas pemerintahan : Untuk mendukung upaya pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar maka pembangunan fasilitas dan gedung pemerintahan di Kecamatan Kanigoro secara bertahap akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah daerah. Pembangunan sarana pemerintahan lainnya seperti Kantor Polres Blitar telah dilaksanakan di telah difungsikan yakni yang berada di wilayah Kecamatan Talun.
b. Fasilitas perdagangan : Pengembangan fasilitas perdagangan diarahkan pada upaya revitalisasi pasar tradisional serta penyediaan pasar terpadu yang dapat bersinergi. Sedangkan Keberadaan
pasar swalayan modern dapat menjadi pertimbangan jika secara
ekonomis berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi, dengan mengangkat produk-produk UKM lokal serta didukung oleh kebutuhan dan daya beli masyarakat. Pengembangan ruko dan pertokoan juga menjadi sarana penting dalam rangka meningkatkan perdagangan. Dalam perencanaan ini, pemerintah
daerah
mendorong tumbuhnya ruko dan pertokoan yang dilaksanakan oleh pihak swasta dengan syarat tetap memperhatikan tata ruang wilayah. c.
Fasilitas jasa : Keberadaan Lembaga keuangan (bank, koperasi) di Kabupaten Blitar diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas permodalan yang mudah, cepat dan mampu mendorong tumbuhnya wirausaha. Pengembangan fasilitas keuangan ini tergantung pada regulasi yang diatur oleh Bank Indonesia serta pertimbangan dari bank yang bersangkutan.
d. Fasilitas pendidikan : Fasilitas pendidikan untuk jenjang SMA/MA/SMK di Kabupaten Blitar terus diupayakan keberadaannya agar menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini relatif jauh dari fasilitas pendidikan menengah, khususnya pendidikan kejuruan. e.
Fasilitas kesehatan : Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe C terus dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pengembangan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Demikian juga dengan keberadaan Puskesmas dengan fasilitas rawat inap akan makin ditingkatkan jumlah maupun kualitasnya, termasuk pembangunan Puskesmas Plus di kecamatan Sutojayan. Satuan wilayah pengembangan Blitar selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan
juga diarahkan untuk kegiatan industri, perdagangan, jasa dan pendididikan. Antara pusat dengan perkotaan Wlingi sebagai sub pusatnya diharapkan dapat berkembang secara seimbang dan serasi. Perkotaan Wlingi sabagai sub pusat SWP berfungsi sebagai pusat perkotaan IKK dimana kegiatan yang diarahkan adalah kegiatan perdagangan, jasa dan pemukiman. Sedangkan wilayah sekitarnya diarahkan
sebagai kegiatan
perkebunan, pertanian dan penyebaran fasilitas. Pengembangan ekonomi yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Blitar adalah kegiatan pertanian terutama agrobisnis, peternakan khususnya di Srengat dan sekitarnya, kehutanan, perikanan serta agroindustri.
1.3.3 RTRW Kabupaten Blitar Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 tahun 2009, maka ditetapkanlah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2008-2028. Visi penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar adalah terwujudnya ruang wilayah yang produktif berkelanjutan, dan berkeadilan bagi masyarakat. Sedangkan misi penataan ruang Kabupaten Blitar
adalah : Mewujudkan pertumbuhan wilayah yang selaras
dengan daya dukung di Kabupaten Blitar disertai pengurangan kesenjangan antar wilayah; Mewujudkan tersedianya SDM berbasis potensi ekonomi wilayah yang didukung oleh berbagai deregulasi bidang ekonomi; dan penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara proporsional terhadap perkembangan wilayah. Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah Kabupaten Blitar terdiri dari : (a) Penetapan Struktur Ruang Wilayah; (b) Penetapan pola ruang wilayah ; (c) Penetapan pesisir dan pulau-pulau kecil; (d) Penetapan kawasan strategis wilayah. A. Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah memuat; (a) kebijakan dan strategi sistem perdesaan, (b) sistem perkotaan, (c) penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan serta, (d) pengembangan prasarana wilayah. I. Kebijakan dan strategi sistem perdesaan memuat : a.
Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi yang dimiliki setiap wilayah di Kabupaten Blitar yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan pedesaan dengan strategi pengembangan wilayah meliputi ; 1. Pembangunan kawasan peternakan berskala besar pada setiap kawasan indusri peternakan (KINAK) di wilayah Kabupaten Blitar; 2. Peningkatan pertanian berbasis agribisnis di wilayah Blitar bagian utara yang berada di jalur strategis disertai pengolahan dan perluasan jaringan pemasaran; 3. Pengembangan kawasan penghasil perikanan di wilayah Blitar selatan; 4. Pengembangan sistem informasi dan teknologi untuk menunjang kegiatan peternakan di Kabupaten Blitar.
b. Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan yang potensial di Kabupaten Blitar dengan strategi meliputi ; 1. Menetapkan pengembangan kawasan agropolitan diseluruh Kecamatan Kanigoro;
2. Pengembangan sistem informasi dan teknologi untuk menunjang kegiatan pertanian di Kabupaten Blitar; 3. Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta dan pemerintah II. Kebijakan dan strategi sistem perkotaan memuat : a.
Pengembangan orde perkotaan bertingkat dan sesuai pengembangan perkotaan secara keseluruhan dengan strategi sebagai berikut; 1. Pengembangan perkotaan utama yaitu ; Perkotaan Wlingi, Perkotaan Srengat, Perkotaan Binangun, Perkotaan Sutojayan, Perkotaan Bakung sebagai pusat –pusat pelayanan. 2. Penanganan dan pengembangan wilayah-wilayah di lingkar kota Blitar sebagai wilayah perbatasan yang perlu diperhatikan perkembangannya, serta ; 3. Mendorong pengembangan wilayah bagian selatan Kabupaten Blitar dengan fungsi utama pengembangan perikanan dan pariwisata.
b. Pengembangan pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di wilayah Kabupaten Blitar dengan strategi sebagai berikut ; 1. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kanigoro sebagai perkotaan Orde K1 yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan/ibu kota Kabupaten Blitar. 2. Pengembangan perkotaan pusat SSWP sebagai perkotaan orde K2, serta; 3. Pengembangan perkotaan ibu kota kecamatan yang bukan sebagai pusat SSWP sebagai perkotaan orde K3. III. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan perdesaan dan perkotaan memuat penetapan fungsi kawasan perdesaan dan perkotaan. Fungsi kawasan perdesaan meliputi ; (1) Pengembangan dan peningkatan produk-produk unggulan perdesaan, (2) pengembangan kawasan agribisnis pada kawasan potensial. Penatapan fungsi kawasan perkotaan meliputi ; (1) Pengembangan pelayanan sosial ekonomi sesuai potensi kawasan perkotaan serta peranan dalam hubungannya dengan wilayah lain, dengan srtategi : Mnetapkan Ibu Kota Kanigoro sebaga pusat pemerintahan di Kabupaten Blitar, ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung, Pengembangan perkotaan
Wonotirto sebagai perkotaan yang perpotensi untuk pengembangan sektor perikanan dan pariwisata, dan pengembangan perkotaan sebaga pusat pelayanan sosial ekonomi bagi area yang lebih luas. (2) Pengembangan kawasan perkotaan ibu kota kecamatan dengan strategi; penyediaan sarana dan prasarana perkotaan sesuai skala pelayanan ibu kota kecamatan dan peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan ibu kota kecamatan. IV. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah terdiri atas lima bidang pengembangan yaitu; (a) pengembangan prasarana transportasi, (b) telematika, (c) pengairan energi/listrik dan (e) prasarana lingkungan. a. Pengembangan prasarana transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara. Pengembangan Transportasi darat meliputi ; 1. Pengembangan prasarana jalan guna menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan strategi ; pengembangan jalan arteri primer jalur lintas selatan (JLS) dan jalan yang menghubungkan Malang-Blitar-Kediri, Pengembangan jalan kolektor primer yaitu jalan penghubung Kota Blitar ke Tambakrejo hingga menyatu dengan JLS, dan Pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung utama antar kecamatan dan penghubungn dengan fungsi utama di Kabupaten Blitar yang tidak terletak di jalan arteri maupun kolektor serta pengembangan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan. 2. Pengembangan infrastruktur pendukung prasarana jaringan jalan dengan mengoptimalkan fungsi terminal di Kabupaten Blitar sebagai terminal induk dan peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal. 3. Pengembangan sistem trasnportasi kereta api dilaksanakan dengan mengoptimalkan pengembangan dan peningkatan pelayanan sistem transportasi dan infrastruktur pendukungnya melalui pengembangan jalur
kereta
api
Kediri-Tulungagung
kelas
III,
perbaikan
dan
penambahan sarana dan prasarana penunjang stasiun kereta api dan perbaikan stasiun dan sub stasiun.
Pengembangan transportasi laut dilakukan melalui pengembangan akses eksternal kawasan, akses internal kawasan, optimalisasi PPI dari segi ketersediaan sarana prasarana pendukung maupun dari segi sosial ekonomi. Pengembangan transportasi udara dilaksanakan dengan strategi (a) penetapan lokasi bandara sebagai transportasi udara perintis dengan alternatif wilayah, kecamatan Kademangan, Wonotirto, Sanankulon, dan Ponggok, (b) kerjasama dengan maskapai penerbangan untuk pengembangan rute penerbangan. 4. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarna Telematika meliputi; (a) peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan dalam penyediaan tower BTS (base transceiver station) yang menjangkau wilayah perdesaan, peningkatan sistem infomasi berbasis teknologi internet, serta pengembangan prasarana telekomunikasi telepon maupun telepon seluler, (b) peningkatan pelayanan baik jumlah dan mutu disetiap wilayah. 5. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana pengairan meliputi ; (a) peningkatan sistem jaringan pengairan, peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis, serta peningkatan sarana dan prasarana, (b) peningkatan pelayanan dan fungsi prasarana pengairan melalui perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air, pengembangan dan perbaikan waduk,bendung, dan cek dam pada kawasan potensial, mencegah terjadinya pendangkalan saluran irigasi, pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air serta pengendalian terhadap pemanfaatan air tanah. 6.
Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana energi/listrik meliputi; (a) peningkatan pelayanan melalui perluasan jaringan, pengembangan sunber daya energi, pengembangan jaringan baru, infrastruktur pendukung serta mengoptimalkan pelayanan, (b) perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa melalui peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok dan pengembangan sistem mikro hidro dan alternatif sumber energi listrik lainnya.
7. Kebijkanan dan strartegi pengembangan prasarana lingkungan dilakukan melalui (a) mereduksi timbunan sampah sejak awal dengan cara minimalisasi penggunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang secara alamiah, memanfaatkan ulang (recycle) serta mengolah sampah organik menjadi kompos, (b) optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan melalui ; peningkatan prasarana pengolah sampah dan pengelolaan sampah berkelanjutan, (c) peningkatan dan perbaikan penanganan sampah perdesaan melalui sistem pengolahan sampah dan pengolehan sampah yang mendukung pertanian, (d) penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau dengan jalan pengadaan taman dan hutan kota, penetapan luasan ruang terbuka hijau perkotaan minimum 30 % dari luas area, serta pengembangan jenis ruang terbuka hijau dengan berbagai fungsinya, (e) menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dengan strategi ; pemenuhan kualitas septic tank per kepala keluarga di wilayah perkotaan, penanganan limbah rumah tangga, peningkatan sanitasi lingkungan untuk pemukiman, produksi, jasa dan kegiatan sosial ekonomi lainnya, serta pemenuhan fasilitas drainase sesuai ketentuan hidrologi. B. Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah di Kabupaten Blitar meliputi pelestarian kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. 1. Pelestarian kawasan lindung meliputi ; pelestarian kawasan suaka alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlingdungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan rawan bencana serta kawasan lindung lainnya. 2. Pengembangan kawasan budidaya meliputi; pengembangan hutan produksi, kawasan hutan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata, pemukiman perdesaan dan perkotaan, peruntukan industri, pertambangan serta Ruang Terbuka Hijau (RTH). C. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil memuat tentang ; (a) Pengelolaan kawasan pesisir dilakukan secara optimal untuk
mendukung kemajuan wilayah, (b) Kawasan pesisir merupakan bagian integral wilayah daratan kabupaten Blitar. Untuk itu perlu adanya pemerataan pembangunan secara seimbang, (c) Kawasan pesisir dan sekitarnya merupakan suatu ekosistem yang saling terkait sehingga harus dilestarikan untuk menjaga kesinambungan kegiatan ikutannya untuk menunjang perkembangan wilayah secara umum. D. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Wilayah. Kebijakan dan strategi ini memuat tentang ; (a) Pengembangan kawasan peternakan berskala besar atau kawasan industri peternakan (KINAK) di Desa Kebonsari Kecamatan Kademangan, (b) Pengembangan kawasan Minapolitan di Kecamatan Nglegok, (c) Pengembangan kegiatan pendukung kawasan pantai sekitar pantai selatan (Pantai Jolosutro Kecamatan Wates, Pantai Serang Kecamatan Panggungrejo, Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto), (d) Pengembangan kawasan Agribisnis di Desa Sidorejo Kecamatan Ponggok, (e) Pengembangan kawasan Agropolitan di seluruh kecamatan Kanigoro, (f) Pengembangan kawasan pariwisata di Gunung Kelud dan Candi Penataran, (g) Memantapkan fungsi lindung pada kawasan sosio-kultural, (h) Pengembangan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup. Berdasarkan Rencana Struktur Ruang Wilayah, Kabupaten Blitar diarahkan pada pengembangan sistem perdesaan, sistem perkotaan dan sistem jaringan prasarana
wilayah.
Sistem
perdesaan
dikembangkan
untuk
mendorong
pertumbuhan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana penunjang di kawasan permukiman. Pengembangan struktur ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor pertanian dan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat. Sistem perkotaan di Kabupaten Blitar meliputi 22 kawasan perkotaan yang terbagi menjadi 1 kawasan perkotaan sebagai ibu kota kabupaten dan 21 sebagai ibu kota kecamatan. Sistem dan fungsi perilayahan perkotaan dibagi kedalam 6 (enam) SSWP sebagai berikut ; a. Sub SWP A dengan pusat pengembangannya di Srengat. Wilayah pendukungnya yaitu Kecamatan Udanawu, Ponggok dan Wonodadi.
b. Sub
SWP
B
merupakan
SSWP
lingkar
kota
Blitar
dengan
pusat
pengembangannya di Kota Blitar dengan wilayah pendukungnya yaitu kecamatan Garum, Nglegok, Sanankulon dan Kademangan. c. Sub SWP C dengan pusat pengembangan di Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota Kabupaten Blitar dan wilayah pendukungnya kecamatan Kanigoro. d. Sub SWP D dengan pusat pengembangan di Wlingi, wilayah pendukungnya yaitu kecamatan Doko, Talun, Kesamben, Selopuro, Selorejo dan Gandusari. e. Sub SWP E dengan pusat pengembangan di Kecamatan Binangun, wilayah pendukungnya kecamatan Wates. f. Sub SWP F dengan pusat pengembangan di Kecamatan Sutojayan, wilayah pendukung yaitu Kecamatan Panggungrejo dan kecamatan Wonotirto g. Sub SWP G dengan pusat pengembangan di Ibu kota kecamatan Bakung dan wilayah pengembangan kecamatan Bakung.
1.3.4. RPJPD Kabupaten Blitar RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari RPJPD Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025, karena RPJM ini merupakan tahap kedua dari keseluruhan perencanaan pembangunan jangka panjang Kabupaten Blitar . Tahapan dan skala prioritas dalam RPJPD Kabupaten Blitar ditetapkan untuk mencerminkan urgensi permasalahan yang henddak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu tekanan dan skala prioritas dalam masingmasing tahapan berbeda-beda, tetapi tetap terjaga kesinambungannya antar setiap periode perencanaan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Blitar yaitu mewujudkan perekonomian rakyat yang mandiri dan tangguh menuju masyarakat Kabupaten Blitar yang sejahtera, makmur, berdaya dan religius dalam Negara Kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Prioritas utama harus senantiasa menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM I, RPJM II (Tahun 2011-2016) ditujukan pada :
1) Memantapkan kembali penataan Kabupaten Blitar di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian; 2) Di Bidang keamanan dan ketertiban di Kabupaten Blitar terus membaik dengan meningkatnya kemampuan dasar pertahanan dan keamanan Negara yang ditandai dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan bekerjasama dengan aparat keamanan. Kondisi itu sejalan dengan
meningkatnya kesadaran
dan
penegakan
hukum,
tercapainya
konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak asazi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum nasional. 3) Sejalan dengan itu, kehidupan yang lebih demokratis semakin terwujud ditandai dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan bangsa. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih cepat, murah, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah ; 4) Peningkatan kesejahteraan rakyat yang ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan
perkapita,
menurunnya
angka
kemiskinan,
dan
tingkat
pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya derajat pendidikan masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan yang mantap; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak ; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antar individu, dan antar kelompok masyarakat ; serta makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktiff dalam rangka memantaapkan budaya dan karakter bangsa . 5) Meningkatnya daya saing perekonomian melalui penguatan sentra-sentra industri manufaktur sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan
peningkatan pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan kualitas dan reelevansi pendidikan; serta penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Kondisi itu didukung oleh pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman. 6) Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang ; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tataruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya kedalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturaan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.
1.3.5 Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Penyusunan Renstra SKPD harus mengacu dan berpedoman pada RPJMD. Kinerja penyelenggaraan urusan SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan Kepala Daerah selama masa kepemimpinannya. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi SKPD untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah terpilih dan RPMD, kemudian menerjemahkan kedalam rencana strategis SKPD, dan kemudian disajikan secara sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas SKPD serta dilengkapi dengan indikator atau tolok ukur pencapaiannya.
1.3.6 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Blitar RKPD merupakan dokumen perencanaan tahunan pemerintah dan merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat : a) rancangan kerangka ekonomi daerah; b) program prioritas pembangunan daerah; dan c) rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, yang selanjutnya akan dipakai sebagai dasar penyusunan KUA-PPAS.
1.3.7 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 tahun yang merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang memuat : a) program dan kegiatan; b) lokasi kegiatan; c) indikator kinerja; d) kelompok sasaran; e) pagu indikatif dan prakiraan maju.
1.4.
Sistematika Penulisan Sistematika RPJMD Kabupaten Blitar disusun berdasarkan Lampiran III Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I.
Pendahuluan 1.6
Latar Belakang Sub ini menjelaskan alasan disusunya RPJMD serta pengertian ringkas mengenai RPJMD sebagai dokumen perencanaan strategis Kabupaten Blitar kurun waktu 2011 hingga 2016.
1.7
Dasar Hukum Penyusunan Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD, baik yang berskala nasional, maupun lokal.
1.8
Hubungan RPJMD dengan dokumen Perencanaan lainnya. Sub bab ini untuk menggambarkan hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya melalui gambar alur hubungan dimaksud sebagaimana diatur dalam perundang-udangan.
1.9
Sistematika Penulisan Sub ini mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RPJMD
terkait dengan pengaturan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya. 1.10
Maksud dan tujuan Sub bab ini memberikan uraian ringkas tentang tujuan dan sasaran penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016.
BAB II.
Gambaran Umum Kondisi Daerah Pada bab ini akan menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bab ini dijabarkan berdasarkan hasil analisis dan kajian gambaran umum kondisi daerah yang disajikan secara umum dengan data yang ada terkait kondisi daerah yang selaras dan mendukung isu strategis, permasalahan pembangunan
daerah,
visi/misi
kepala
daerah,
dan
kebutuhan
perumusan strategi. 2.5
Aspek Geografi dan Demografi Pada bab ini dijelaskan kondisi umum geografis mengenai kondisi geografi daerah, potensi pengembangan wilayah, dan wilayah rawan bencana dengan beberapa grafik dan tabel. Bab ini juga menjelaskan tentang kondisi demografi seperti ukuran, struktur,
dan distribusi penduduk melalui tabel dan grafik. 2.6
Aspek Kesejahteraan Masyarakat Pada bab ini dijelaskan kondisi umum kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan yang meliputi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi yang digambarkan dalam tabel perkembangan PDRB kurun waktu 2006 hingga 2010, proyeksi hingga tahun 2015 serta perkembangan kontirbusi sektoral terhadap PDRB. Untuk kesejahteraan sosial diuraikan mengenai kondisi kemiskinan dan perkembangannya,
indikator tingkat pengangguran, dan IPM.
Sedangkan perlindungan sosial sebagai salah satu aspek
kesejahteraan masyarakat diuraikan kinerja yang telah dicapai dalam bentuk tabel. Kesetaraan gender secara sekilas diuraikan sebagai bagian dari aspek kesejateraan masyarakat. 2.7
Aspek Pelayanan Umum Pada bab ini dijelaskan kondisi umum aspek pelayanan umum sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan yang meliputi kinerja pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pertanian, industri dan perdagangan serta energi dan sumber daya mineral.
2.8
Aspek Daya Saing Daerah Pada bab ini dijelaskan kondisi umum aspek daya saing daerah sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan. Lebih lanjut dipaparkan tentang fokus kemampuan ekonomi daerah, fokus fasilitas wilayah/infrastuktur, fokus iklim berinvestasi, dan fokus sumber daya manusia.
BAB III.
Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah berupa tabel-tabel. 3.4
Kinerja Keuangan Masa Lalu Pada sub bab ini diuraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah.
BAB IV.
3.5
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.6
Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015
Analisis Isu-isu Strategis Pada bab ini diuraikan isu-isu yang menjadi dasar dalam perumusan visi dan misi sebagai tindakan yang akan diambil untuk kurun waktu lima tahun kedepan. 4.4
Permasalahan Pembangunan Kabupaten Blitar Sub bab ini menyebutkan secara ringkas tentang permasalahan pokok yang dihadapi Kabupaten Blitar
4.5
Isu strategis Pembangunan Kabupaten Blitar
Sub bab ini mengidentifikasi beberapa isu strategis yang menjadi dasar perencanaan prioritas kurun waktu lima tahun kedepan. 4.6
Fokus Pembangunan Sektoral Sub bab ini menyandingkan fokus pembangunan sektoral dengan isu strategis yang telah diidentifikasi
BAB V.
BAB VI.
Penyajian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 5.5
Visi
5.6
Misi
5.7
Tujuan
5.8
Sasaran
Strategi dan Arah Kebijakan Bab ini menguraikan mengenai strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Blitar dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran.
BAB VII.
6.3
Strategi Pembangunan
6.4
Arah Kebijakan Umum
Kebijakan Umum dan program Pembangunan Daerah Dalam bab ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Disajikan penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih dalam bentuk matriks.
BAB VIII.
Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.
BAB IX.
Penetapan Indikator Kinerja Daerah Bab ini menguraikan indikator kinerja daerah dalam bentuk tabel dan matriks.
BAB X.
Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Bab ini menguraikan perihal penggunaan dokumen perencanaan dalam
masa trasisi beserta kaidah pelakasanaannya. 10.1
Pedoman Transisi Sub bab ini menguraikan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan
RKPD
dan
RAPBD
tahun
pertama
dibawah
kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode berikutnya. 10.2
Kaidah Pelaksanaan RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih merupakan pedoman bagi setiap kepala SKPD menyusun Renstra SKPD dan pedoman untuk menyusun RKPD sehingga dalam bagian ini, perlu dirumuskan kaidah-kaidah pelaksanaannya.
1.5.
Maksud dan tujuan 1.5.1 Maksud 1.
Sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebiijakan pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang serta dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan
jangka
panjang
(sustainbility
development)
dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Blitar . 2.
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kabupaten Blitar serta menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efissien, berkeadilan dan berkelanjutan.
3.
Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan.
4.
Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan
pemangku kepentingan pembangunan daerah yanng dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dalam rangka pencapaian visi dan misi Kepala Daerah.
1.5.2 Tujuan 1.
Tersedianya dokumen RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 yang menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) .
2.
RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai indikator evaluasi kinerja lima tahunan pemerintah daerah.
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Aspek Geografi 1.
Karakter Lokasi dan Wilayah Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Timur bagian selatan. Secara astronomis terletak di 111 ̊40̇̇̇̇'-112 ̊10̇̇̇̇' Bujur Timur
dan
berbatasan
7 ̊58'-8 ̊9'5'' Lintang
Selatan.
Secara
administratif
dengan Kabupaten Kediri dan Malang disebelah Utara.
Kabupaten Malang di sebelah Timur. Samudera Indonesia
disebelah
Selatan dan Kabupaten Tulungagung dan Kediri di sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten Blitar adalah 1.588.79 km² yang terbagi kedalam 22 kecamatan, 220 desa dan 28 kelurahan. 2.
Topografi Wilayah Kabupaten Blitar
terbagi dua oleh Sungai Brantas.
Wilayah di sebelah Selatan Sungai Brantas lebih dikenal dengan sebutan Blitar Selatan dengan luas ± 698,94 kilometer. Sedangkan wilayah di sebelah Utara Sungai Brantas lebih dikenal dengan sebutan Blitar Utara dengan luas ± 898,94 kilometer. Ketinggian Kabupaten Blitar ± 167 meter dengan keadaan topografi sangat bervariasi mulai dari dataran, bergelombang hingga berbukit. Adapun persebaran kondisi topografi adalah sebagai berikut ; Wilayah Utara mempunyai kemiringan antara 2% - 15%, 15% - 40% dan lebih besar dari 40% dengan keadaan bentuk wilayah bergelombang sampai dengan berbukit. Mengingat bagian utara merupakan bagian dari gunung Kelud dan gunung Butak. Wilayah Tengah umumnya relatif datar dengan kelerengan 0-20% hanya pada bagian sebelah timur agak berkelombang dengan kemiringan rata-rata 2-15%.
Wiayah Selatan sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan kelerengan rata-rata 15% - 40% dan hanya sebagian kecil yaitu disekitar DAS Brantas topogrfinya agak landai yaitu 0 – 2%. Wilayah Kabupaten Blitar dengan kondisi geografis terdiri dari wilayah pegunungan, dataran rendah, daerah aliran sungai, dan pesisir. Daerah pegunungan berada di bagian utara dengan adanya Gunung Kelud yang masih aktif dan Gunung Kawi disebelah timur. Sedangkan pegunungan kapur berada di bagian selatan berbatasan dengan wilayah pesisir pantai selatan. Daerah dataran rendah berada dibagian tengah dan barat . Daerah aliran sungai berada dibagian tengah wilayah Kabupaten Blitar dimana terdapat aliran Sungai Brantas yang membagi Kabupaten Blitar menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. Sungai Brantas ini juga sekaligus merupakan muara dari sungai-sungai utama yang mengalir dari bagian utara Kabupaten Blitar seperti sungai Lekso, sungai Putih dan sebagainya. Dibagian selatan juga terbentang dari timur ke barat wilayah pesisir Kabupaten Blitar sepanjang 45 km menghadap Samudera Indonesia. 3.
Geologi Jenis batuan yang dijumpai di wilayah Kabupaten Blitar terdiri dari satuan batu gamping dan satuan batuan vulkanik dan marin yang berumur Miosen, satuan batuan vulkanik muda, batuan endapan alluvial sungai dan satuan endapan alluvial pesisir. Satuan batuan gamping terdiri dari batuan gamping terumbu yang banyak dijumpai di wilayah selatan Kabupaten Blitar dengan jumlah hampir 20% dari luas wilayah yang meliputi Kecamatan Bakung, Wonotirto sebagian Kecamatan Panggungrejo dan sebagian Kecamatan Wates. Sedangkan satuan batuan campuran terdiri dari endapan vulkanik (breksi, tuva dan lava) serta endapan marin (batu gamping, napal, serpik, batu pesisir dan konlomerat) terdapat di Kecamatan Sutojayan, sebagian
Kecamatan Kademangan, Wonotirto, Panggungrejo, Binangun, Wates, Kesamben, Selopuro dan Ponggok. Satuan batuan vulkanik muda terdiri dari lava lahar breksi dan lava andesit sampai basalt, terletak seluruhnya di bagian utara wilayah Kabupaten Blitar dengan jumlah ± 50% dari luas wilayah Kabupaten Blitar. 4.
Hidrologi Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Blitar mempunyai pola yang berbeda antara wilayah utara dengan selatan. Wilayah utara sungai Brantas membentuk pola aliran (drainase system) radial dimana anak sungai dan sungai-sungai utamanya seolah-olah berpusat pada gunung Kelud dan Gunung Butak, kemudian menyebar keluar dan bermuara di sungai Brantas. Wilayah selatah, sungai-sungai dan anak sungai sebagian besar bermuara di Samudera Indonesai dan hanya sebagian kecil (disekitar Kecamatan Binangun) bermuara di sungai Brantas. Sumber-sumber mata air utama di Kabupaten Blitar dengan debit air cukup besar terdapat di Kecamatan Srengat, Gandusari, Wlingi, dan Kesamben. Sedangkan sumber air lainnya relatif kecil (rata-rata < 5 liter/detik) terletak di Kecamatan Kesamben, Kademangan, Sutojayan dan Bakung.
5.
Klimatologi Iklim di Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3. yaitu iklim tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau umumnya berlangsung antara bulan November – April. Sedangkan musim penghujan antara bulan Mei – September dengan curah hujan rata-rata 2.000 hingga 3.000 mm/tahun. Suhu rata-rata di Kabupaten Blitar berkisar antara 24,4 ̊ C dan 28,3 ̊ C. Tempat disekitar pesisir pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi.
6.
Penggunaan Lahan
Ketersediaan tanah di Kabupaten Blitar seluas 1.588,79 km².
Untuk
kawasan pemukiman seluas 33.874 Ha. Hampir seperlima luas wilayah Kabupaten Blitar merupakan lahan sawah yakni seluas 31.738 Ha. Sedangkan penggunaan untuk lahan kebun/tegalan seluas 47.282 Ha yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, lahan perkebunan seluas 13.347 Ha, kawasan hutan seluas 34.968,9 Ha. Penggunaan lahan lainnya di Kabupaten Blitar adalah untuk kolam dan tambak seluas 161 Ha, kawasan wisata, kawasan peternakan, lahan kosong dan untuk keperluan lainnya. 7.
Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan kondisi geografis Kabupaten Blitar tersebut maka sejak jaman dahulu Kabupaten Blitar dikenal sebagai daerah yang mengandalkan sektor pertanian (Agraris). Lahan yang digunakan sebagai areal persawahan ini mencapai 19.9 persen dari luas wilayah, belum termasuk
untuk
sektor
perikanan,
peternakan,
kehutanan
dan
perkebunan. Komoditas Hasil Peternakan terdiri dari Telur, daging dan susu. Ketiga komoditas ini sangat menonjol dari sisi produktifitasnya, sehingga mampu menopang ketersediaan bahan pangan masyarakat khususnya Kabupaten Blitar. Komoditas unggulan yang dihasilkan dari Kabupaten Blitar meliputi Komoditas Perkebunan yaitu: Rambutan, Nanas, Teh, Cengkeh, Kopi. Komoditas pertanian utamanya adalah pertanian tanaman pangan meliputi; padi, jagung, ketela, sayur-sayuran dan sebagainya. Komoditas Perikanan yang terdiri dari ikan hias dengan produk utama adalah ikan Koi, ikan air tawar dengan produk utama antara lain Gurami, Nila, Lele, dan ikan laut tangkapan. Di wilayah pantai terdapat pula beberapa lokasi untuk tambak udang.
Seiring kebutuhan akan bahan baku tambang, di wilayah selatan saat ini merupakan pemasok bahan tambang golongan C seperti, Feldspar, Kaolin, Zeolit, pasir besi dan Batu Kapur. Dari sisi yang lain kondisi geografis Kabupaten Blitar menjadikan adanya perbedaan sosio kultural bagi penduduk yang mendiami berbagai wilayah di Kabupaten Blitar.
Seperti diwilayah barat kebudayaan
masyarakatnya condong ke mentaraman yang merujuk pada suatu teritori budaya maupun dialek yang digunakan. Sedangkan dibagian timur cenderung pada dialek yang diucapkan oleh penduduk Kabupaten Malang. 8.
Wilayah Rawan Bencana Dengan kondisi topografis Kabupaten Blitar yang sepanjang sisi selatannya berada ditepi pantai, selain juga bergunung-gunung dan terletak dilereng gunung Kelud, selain merupakan potensi yang sangat menjanjikan juga memiliki potensi bencana alam yang cukup beragam, antara lain : 1) Daerah rawan Tsunami berada di sepanjang pesisir Selatan Kabupaten Blitar , meliputi kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto dan Bakung ; 2) Daerah rawan bencana Gunung Berapi, meliputi Kecamatan Gandusari, Nglegok, Ponggok dan Srengat; 3) Daerah rawan Banjir meliputi wilayah disepanjang aliran sungai Brantas, antara lain Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Sutojayan ; 4) Daerah Rawan Angin Puting Beliung yaitu Kecamatan Srengat, Wonodadi dan Udanawu.
2.1.2 Aspek Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Blitar sampai dengan akhir tahun 2010 adalah sejumlah 1.261.427 jiwa (Data Dispendukcapil). Data hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah sejumlah 1.116.010 jiwa. Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk
Kabupaten Blitar tahun sepuluh tahun terakhir
adalah 0,47persen. Sedangkan
tingkat kepadatan penduduk adalah 702 jiwa/Km2 . Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Blitar lima tahun terakhir adalah sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2010 TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
SUMBER DATA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
Dispendukcapil
627.839
622.175
1.250.014
BPS
547.409
547.763
1.095.172
Dispendukcapil
631.932
626.184
1.258.116
BPS
549.994
550.351
1.100.345
Dispendukcapil
625.961
633.823
1.259.784
BPS
552.592
552.950
1.105.542
Dispendukcapil
626.676
634.625
1.261.303
BPS
555.202
555.562
1.110.764
Dispendukcapil
632.997
628.430
1.261.427
BPS
559.219
556.791
1.116.010
Sumber : Dispendukcapil dan BPS Kabupaten Blitar tahun 2011
Dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat selisih jumlah penduduk menurut sumber datanya. Hal tersebut disebabkan berbedanya pengertian penduduk menurut masing-masing sumber data. Namun perbedaan tersebut tidaklah sangat mempengaruhi kondisi demografi di Kabupaten Blitar secara umum. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir pertambahan penduduk tiap tahunnya rata-rata 0,47 persen. (BPS) dan 1,01persen (Dispendukcapil). Sehingga dengan kondisi yang relatif sama, pertambahan penduduk lima tahun kedepan dapat diprakirakan sebagai berikut :
Tabel 2.2 Prakiraan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2011 -2015 TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015
SUMBER DATA
JUMLAH
Dispendukcapil
1.272.290
BPS
1.121.281
Dispendukcapil
1.283.248
BPS
1.126.577
Dispendukcapil
1.294.299
BPS
1.131.898
Dispendukcapil
1.305.445
BPS
1.137.243
Dispendukcapil
1.316.688
BPS
1.142.615
Sumber : BPS dan Dispenduk Capil Kabupaten Blitar Tahun 2011
Dari data statistik diketahui bahwa Kecamatan Sanankulon memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yakni 1.709,2 jiwa/km². Penyebaran (distribusi) penduduk diwilayah Kabupaten Blitar masih terkonsentrasi di bagian tengah atau di wilayah dimana secara geografis relatif lebih mudah mengakses sarana transportasi dan komunikasi maupun sarana lainnya. seperti Kecamatan Sutojayan, Kanigoro, Talun, Garum, Kesamben, Ponggok, Srengat, dan Udanawu. Tergambar pula bahwa kepadatan yang tinggi di wilayah tesebut memiliki potensi sumber daya manusia yang besar sehingga harus diimbangi pula dengan upaya penyediaan dan penciptaan lapangan kerja agar tidak terjadi peningkatan jumlah pengangguran dan juga upaya penataan ruang yang memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga mampu mengurangi akibat yang timbul dari meningkatnya kepadatan penduduk. Sedangkan wilayah dengan kepadatan rendah seperti Kecamatan Bakung, Wonotirto, Panggungrejo, dan Wates secara geografis berada diwilayah pegunungan kapur dengan aksesibilitas terhadap infrastruktur dan sarana penunjang lainnya masih memerlukan peningkatan.
Dari sisi demografis diwilayah dengan kepadatan rendah tersebut menggambarkan adanya potensi sumber daya manusia yang perlu diberdayakan untuk
meningkatkan
kemakmuran
melalui
peningkatan
kemampuan
dan
keterampilan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (potensi bahan tambang, perkebunan, potensi kelautan), disertai kearifan dalam mengelola lingkungan alam untuk menjadikannya bernilai secara ekonomis yang berkelanjutan. Salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap perkembangan jumlah penduduk adalah pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kabupaten Blitar . Jika dilihat dari perkembangan jumlah peserta KB aktif dalam kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2010 terus menunjukkan peningkatan. Hal ini bermakna bahwa kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS di Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2010 Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
PUS
220.643
225.755
229.126
232.456
235.786
Peserta KB Aktif
164.714
168.748
170.494
172.769
175.044
Sumber : Badan PP dan KB Kabupaten Blitar Tahun 2011
Dari sisi keagamaan, penduduk Kabupaten Blitar didominasi oleh pemeluk agama Islam, disusul oleh Kristen Protestan, Hindu, Katholik, dan yang berjumlah paling sedikit adalah pemeluk agama Budha. Komposisi jumlah pemeluk agama di Kabupaten Blitar adalah sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2009 Uraian
Satuan
2006
2007
2008
2009
Islam
Orang
1.093.517
1.079.898
1.210.454
1.079.898
Kristen Protestan
Orang
24.841
25.852
18.809
27.480
Hindu
Orang
23.391
23.465
14.351
25.060
Katholik
Orang
21.853
21.867
13.242
21.923
Budha
Orang
6.050
6.082
2.913
5.085
Sumber : Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2010
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Berbicara mengenai perekonomian suatu daerah, termasuk di antaranya perekonomian Kabupaten Blitar, tidak bisa terlepas dari laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan satu ukuran kuantitatif dalam melihat pencapaian pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan dinamika perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Secara umum, kondisi perekonomian Kabupaten Blitar dalam kurun lima tahun terakhir dapat dikatakan cukup baik. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Blitar, pertumbuhan ekonomi daerah ini selama periode 2006-2010 berturut-turut sebesar
5,38 persen (2006); 5,78 persen (2007); 6,04 persen (2008); 5,18
persen (2009) dan 6,40 persen (2010). Sedangkan laju inflasi berada pada kisaran angka 5 hingga 9 persen pertahun. Gambaran perkembangan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK Tahun 2006-2010 TAHUN
PDRB ADHB (Juta Rp.)
PDRB ADHK (Juta Rp.)
2006
7.637.803,30
4.571.921,96
2007
8.697.259,81
4.836.204,93
2008
9.935.944,23
5.128.535,24
2009
11.011.362,01
5.394.400,38
2010
12.333.662,24
5.722.208,51
Sumber : Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2010
Sedangkan perkembangan jumlah PDRB Perkapita penduduk Kabupaten Blitar tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut : Tabel 2.6 Perkembangan PDRB Perkapita ADHB dan ADHK Tahun 2006-2010 TAHUN
PDRB Perkapita ADHB (Rp.)
PDRB Perkapita ADHK (Rp.)
2006
6.695.076,30
4.007.613,86
2007
7.559.698,99
4.203.651,99
2008
8.563.800,70
4.420.289,87
2009
9.410.945,95
4.610.366,13
2010
10.452.477,59
4.849.431,99
Sumber : Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
aktivitas
perekonomian Kabupaten Blitar selama lima tahun terakhir relatif dinamis dan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik dari sisi nilai ataupun volume produksi.
Sementara itu, dalam lima tahun ke depan atau tepatnya di tahun 2015, PDRB ADHB Kabupaten Blitar diproyeksikan mencapai Rp. 22.749.485,57, sedangkan PDRB ADHK diperkirakan sebesar
Rp. 7.897.656,06 dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi 6,66 persen pertahun. Untuk tingkat inflasi, bisa dikatakan masih cukup terkendali yaitu sebesar 5,54 persen pertahun. Tabel 2.7 Proyeksi PDRB, PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2011 -2015 Uraian
Satuan
2011
2012
2013
2014
2015
PDRB ADHB
Juta Rp.
14.352.943,50
16.147.018,00
18.080.489,96
20.343.864,75
22.749.485,57
PDRB ADHK
Juta Rp.
6.084.717,87
6.482.118,21
6.910.746,10
7.382.922,69
7.897.656,06
Rp.
12.025.149,00
13.394.313,09
14.849.674,65
16.543.173,68
18.316.208,41
Rp.
5.097.883,86
5.377.062,24
5.675.860,08
6.003.626,84
6.358.610,35
persen
6,34
6,53
6,61
6,83
6,97
persen
5,06
5,41
6,27
5,91
5
PDRB Perkapita ADHB PDRB Perkapita ADHK Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar tahun 2006 sampai dengan 2010 ditopang oleh peningkatan aktivitas sektor pertanian maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan leading sector daerah ini, dengan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun masing-masing sebesar 4,07 persen dan 8,29 persen. Sementara itu, beberapa sektor mengalami pertumbuhan cukup signifikan di tahun 2010. Seperti sektor pertambangan dan penggalian yang membukukan peningkatan sebesar 7,95 persen, juga sektor bangunan yang tumbuh hingga 11,35 persen. Tingginya peningkatan aktivitas sektor bangunan ini disinyalir disebabkan oleh adanya pembangunan beberapa infrastruktur daerah dalam mendukung pengembangan ibukota baru dan diperkirakan peningkatan ini terus terjadi dalam beberapa tahun mendatang.
Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut; Tabel 2.8 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2006 -2010 (dalam persen)
Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
5,38
5,78
6,04
5,18
6,08
1. Pertanian
4,73
4,14
4,55
3,94
2,98
2. Pertambangan dan Penggalian
5,70
5,02
5,06
5,02
7,95
3.Industri Pengolahan
7,13
6,32
6,56
3,05
4,18
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
7,00
7,95
7,95
7,95
7,84
5. Bangunan
5,57
5,94
6,67
5,94
11,35
6. Perdag, Hotel dan Restoran
5,99
8,28
8,22
8,05
10,89
7. Pengangkutan dan Komunikasi
6,73
6,99
6,40
6,86
7,27
8. Keu, Persewaan dan jasa Persh.
5,17
7,05
6,53
5,32
7,20
9. Jasa-jasa
6,31
6,90
7,55
3,96
6,66
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Primer
Sektor Sekunder
Sektor Tersier
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa semua sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Blitar mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun ada beberapa yang mengalami perlambatan. Dengan kata lain, aktivitas produksi barang dan jasa di daerah ini semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang, perekonomian Kabupaten Blitar mampu tumbuh
semakin pesat. Terlebih dengan adanya upaya-upaya yang ditempuh pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi masyarakat. Tabel 2.9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2011 -2015 (dalam persen) Uraian Pertumbuhan Ekonomi
2011
2012
2013
2014
2015
6,34
6,53
6,61
6,83
6,97
Sektor Primer
Pertanian
5,73
5,72
5,76
6,16
5,88
Pertambangan dan Penggalian
5,82
5,67
6,67
8,07
5,86
Sektor Sekunder Industri Pengolahan 4,58
5,26
5,77
5,86
6,20
Listrik, Gas dan Air Bersih
9,03
8,76
7,16
7,96
7,29
Bangunan
13,17
14,50
14,46
11,42
14,75
Sektor Tersier Perdagangan, Hotel dan Restoran
6,12
6,56
6,80
7,22
7,48
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
7,33
7,58
6,45
7,30
7,57
8,66
9,11
7,26
8,79
8,78
Jasa-jasa
7,34
7,23
8,09
6,35
7,82
Sampai dengan tahun 2010 struktur Kabupaten Blitar masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu: sektor pertanian (44,46%), perdagangan, hotel dan restoran (30,22%), dan sektor jasa (10,82%). Adapun persentase nilai tambah masing-masing sektor terhadap PDRB secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.10 Kontribusi Sektoral PDRB ADHB Tahun 2006 -2010 (dalam persen) Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
1. Pertanian
48,59
47,28
46,57
45,85
44,46
2.Pertambangan dan Penggalian
2.49
2.44
2.38
2.36
2,29
3.Industri Pengolahan
2.46
2.45
2.43
2.36
2,32
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
0.99
0.95
0.91
0.9
0,89
5. Bangunan
2.1
2.11
2.15
2.19
2,59
6.Perdag, Hotel dan Restoran
26.81
27.57
27.99
27.99
30,22
7.Pengangkutan dan Komunikasi
2.22
2.18
2.07
2.05
2,02
8. Keu, Persewaan dan jasa Persh.
4.38
4.36
4.31
4.39
4,39
9. Jasa-jasa
9.96
10.65
11.19
11
10,82
Berdasarkan data pada Tabel 2.10 di atas, bisa dikatakan bahwa struktur ekonomi Kabupaten Blitar masih didominasi oleh sektor primer dengan persentase nilai tambah bruto terhadap PDRB rata-rata dalam lima tahun sebesar 48,94 persen, dan lebih khusus lagi bisa dikatakan bahwa Kabupaten Blitar adalah daerah agraris, mengingat sektor pertanian masih menjadi sektor utama yang terbesar peranannya dalam perekonomian daerah. Setelah sektor primer, urutan persentase nilai tambah bruto terhadap PDRB berikutnya adalah sektor tersier dan sekunder dengan nilai masing-masing sebesar 45,50 dan 5,56 persen. Jika kita amati ada fenomena menarik dari struktur perekonomian Kabupaten Blitar, secara perlahan, terjadi pergeseran sektor dari tahun ke tahun. Sektor primer dan sekunder cenderung mengalami penurunan peranan terhadap pembentukan PDRB. Sedangkan sektor tersier yang dipimpin sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
cenderung
mengalami
peningkatan
peranan.
Hal
ini
cukup
menggembirakan, mengingat sektor tersier, dibangun dari sektor-sektor yang tidak tergantung pada sumber daya alam. Disamping itu, ada suatu teori yang mengatakan bahwa salah satu ciri daerah yang maju adalah jika daerah itu lebih didominasi oleh
sektor yang sudah terlepas dari keberadaan sumber daya alam (tertiary sector). Namun begitu, akan lebih baik jika ada keterkaitan antar sektor. Untuk lima tahun kedepan, proyeksi kontribusi sektoral PDRB adalah sebagai berikut : Tabel 2.11 Proyeksi Kontribusi Sektoral PDRB ADHB Tahun 2011-2015 (dalam persen) Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
1. Pertanian
42,96
42,36
41,61
41,40
40,60
2.Pertambangan dan Penggalian
2,32
2,34
2,36
2,36
2,38
3.Industri Pengolahan
2,30
2,29
2,27
2,23
2,21
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
0,88
0,87
0,86
0,85
0,83
5. Bangunan
2,75
2,96
3,19
3,33
3,59
6.Perdag, Hotel dan Restoran
30,95
30,96
31,10
31,13
31,36
7.Pengangkutan dan Komunikasi
2,06
2,10
2,14
2,14
2,15
8. Keu, Persewaan dan jasa Persh.
4,36
4,45
4,47
4,52
4,59
9. Jasa-jasa
11,44
11,67
12,00
12,04
12,29
2.2.2 Kesejahteraan Sosial 1. Pendidikan Pembangunan bidang pendidikan merupakan wahana sangat strategis dan esensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan. Dalam konteks ini esensi pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani serta berkepribadian mantap dan mandiri.
Memperhatikan urgensi pembangunan di bidang pendidikan oleh karenanya adalah wajar jika dalam pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi setiap warga masyarakat termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Blitar antara lain adalah Angka Buta Huruf, Angka Partisipasi Kasar (APK), Tingkat Kelulusan, Rata-rata UAN, Angka tidak/putus sekolah, dan beberapa indikator lain. Tabel 2.12 Angka Buta Huruf dan APK Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010
NO 1.
2.
URAIAN
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
8.677
7.576
700
0
0
- SD
96,55
97,14
97,38
98,04
98,62
- SLTP
85,64
95,23
95,65
96,29
99,07
- SLTA
23,16
26,34
26,46
34,18
38,68
Angka Buta Huruf 10-44Th Angka Partisipasi Kasar (APK) :
Angka Partisipasi Kasar (APK) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terus menunjukkan peningkatan meskipun relatif kecil, hal tersebut merupakan suatu pertanda bahwa angka “eksodus” lulusan dari kabupaten Blitar ke sekolah di luar Wilayah Kabupaten Blitar, seperti Kota Blitar, Tulungagung, Kediri bahkan Malang sebagai dampak persepsi buruk kualitas pendidikan di wilayah Kabupaten Blitar dibanding di luar Wilayah Kabupaten Blitar telah semakin terkikis. Namun demikian, masih banyak sekali upaya yang harus dilaksanakan agar APK pendidikan utamanya pendidikan menengah (SMP-SMA) semakin tinggi, bahkan bila mungkin
justru dapat menarik lulusan dari daerah lain untuk bersekolah di Kabupaten Blitar karena lebih baiknya mutu pendidikan yang diberikan. 2. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan masnusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting bagi peningkatan SDM, maka program-program kesehatan diprioritaskan pada calon generasi penerus, sejak dari kandungan dan balita. Indikator bidang kesehatan selama kurun waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.13 dibawah ini : Tabel 2.13 Indikator Bidang Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2010
NO
INDIKATOR
TAHUN
SATUAN 2006
2007
2008
2009
2010
1
Angka Kematian Bayi
/1000 Kelahiran Hidup
8,59
10,59
15,06
14,44
12,01
2
Angka Kematian Ibu melahirkan
/100.000 kelahiran hidup
57,7
86,80
99,70
86,30
83,92
3
Kasus Gizi Buruk
Kasus
52
65
38
54
46
4
Prevalensi Balita Kurang Gizi
Persen
8,6
4,45
4,13
4,25
3,38
5
Rasio Tenaga Medis terhadap Jumlah Penduduk
/Orang
-
12,456
13,261
13,138
8,190
6
Cakupan Imunisasi
Persen
64,7
74
73,9
73,3
59,70
7
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Persen
98,4
99,5
98,9
98,3
66,40
8
Kasus HIV/AIDS
Kasus
16
22
36
41
58
9
Imunisasi Ibu Hamil
Persen
24,99
79,68
82,53
73,09
14,83
10
Imunisasi Anak Sekolah
Persen
99,5
109,8
101,6
109,3
-
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Blitar Tahun 2010
3. Ketenagakerjaan Penduduk usia kerja ( 10 tahun keatas) terbagi menjadi dua yaitu angkatan kerja (meliputi penduduk yang bekerja dan pengangguran) dan bukan angkatan kerja (meliputi penduduk yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainya). Jumlah penduduk angkatan kerja di Kabuapten Blitar pada tahun 2009 meningkat 2,4 persen dari tahun sebelumnya dan untuk jumlah penganggurannya menurun 27,86 persen. Jumlah Penduduk angkatan kerja di Kabupaten Blitar sebesar 55,14 persen dan penduduk pengangguran sebesar 1,66 persen pada tahun 2009. Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian masih menjadi tumpuan lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Blitar yang mencapai 60,55 persen, disusul dengan sektor industri sebesar 12,06 persen. Hanya sekitar 0,07 persen saja yang bekerja di sektor listrik, gas dan air bersih. 2.2.3 Seni Budaya dan Olah Raga Pada dasarnya kebudayaan di Kabupaten Blitar adalah kebudayaan Jawa. Meskipun dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kebudayaan lain seperti Melayu, Eropa/Belanda dan Cina. Kebudayaan yang berkembang saat ini merupakan warisan yang pada jamannya merupakan identitas daerah yang sangat berkembang sebagai bagian dari budaya agraris sehingga memunculkan sistem sosial seperti gotong royong dan toleransi terhadap adanya perbedaan. Kegiatan budaya dan berkesenian masyarakat yang saat ini masih menjadi tradisi diantaranya adalah ; Upacara Siraman Gong Kyai Pradah yang dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, di Alun-alun Lodoyo. Tradisi Bersih Desa yang dilaksanakan oleh sebagian besar wilayah perdesaan dan biasanya dilaksanakan pada awal bulan Syuro (kelender Jawa). Dalam kegiatan ini umumnya dilaksanakan pagelaran kesenian daerah seperti Wayang kulit, jarangan, dan sebagainya.
Tradisi Methik Padi yang dilakukan oleh petani yang akan menuai hasil panenannya. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur para petani atas hasil panenan yang akan mereka dapatkan. Untuk itu para petani mengadakan selamatan yang dilaksanakan di areal sawah yang akan dipanennya. Belakangan tradisi ini sudah mulai luntur dan jarang dilaksanakan oleh para petani. Wujud apresiasi masyarakat untuk berkesenian telah lama dilaksanakan melalui berbagai kesenian yang ada di Kabupaten Blitar seperti wayang kulit, wayang orang, seni Tayub, Sinden, Ketoprak, jaranan, kentrung, tari-tarian dan sebagainya. Beberapa jenis kesenian kini makin jarang dipentaskan akibat sepinya minat dan tidak adanya penerus terhadap kesenian tersebut. Tabel 2.14 Jumlah Grup Kesenian, lembaga dan petugas pengelola kekayaan Budaya di Kabupaten Blitar Tahun 2010 No
Capaian Pembangunan
Satuan
Jumlah
1
Jumlah grup kesenian
Grup
450
2
Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya
Unit
5
3
Jumlah lembaga yang bergerak di bidang pelestarian budaya.
Lembaga
5
4
Jumlah petugas pengelola kekayaan budaya
Orang
61
5
Jumlah Benda, situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
Buah
31
6
Jumlah museum budaya
Buah
1
Sumber : Dinas Porbudpar, 2010
Kegiatan olah raga di Kabupaten Blitar umumnya dilaksanakan melalui jenjang pendidikan sebagai satu mata pelajaran. Dari jenjang pendidikan inilah kemudian muncul atlet-atlet olah raga berprestasi. Cabang-cabang olah raga yang banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Blitar diantaranya ; Sepak Bola, Bulu Tangkis, Bola Volley, Tenis, Bersepeda. Sedangkan oleh raga seperti Tinju, Panahan, Sepak Takraw umumnya dilakukan melalui perkumpulan-perkumpulan oleh raga.
Tabel 2.15 Jumlah Klub Olah Raga Dan Sarana Olah Raga Di Kabupaten Blitar Tahun 2010 No
URAIAN
SATUAN
JUMLAH
1
Jumlah gedung olahraga
Unit
3
2
Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk
Klub
3
3
Jumlah lapangan olah raga
Unit
744
4
Jumlah organisasi olah raga
Organisasi
17
Sumber : Dinas Porbudpar, 2010
2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1 Urusan Wajib 1. Pelayanan Pendidikan Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan mempunyai nilai strategis berupa kontribusi terhadap pertumbuhan IPM. Keberhasilan di bidang pendidikan dapat diukur dari pemerataan dan perluasan pendidikan serta peningkatan efisiensi dan kualitas manajemen pendidikan yang berupa Angka Partisipasi Murni, Angka Buta Huruf, angka putus sekolah, Angka Partisipasi Sekolah. Dari angka lama sekolah menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Blitar lama sekolahnya adalah 7,23 tahun atau masih pada jenjang sekolah SMP kelas 2. Tabel 2.16 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Blitar Tahun 2010
No
URAIAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
RATA-RATA
1
Umur 7 – 12 tahun (%)
98,13
100
99,01
2
Umur 13-15 tahun (%)
89,05
89,05
89,05
3
Umur 16-18 tahun (%)
53,15
68,66
59,09
Sumber : BPS Kabupaten Blitar, 2010
Tabel 2.17 Perkembangan Ratio Siswa, Tingkat Kelulusan, Rata-rata UAN dan Angka Putus Sekolah Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 NO . 1
2.
TAHUN
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
- SD
124:1
121:1
122:1
125:1
123:1
- SLTP
398:1
322:1
328:1
331:1
334:1
- SLTA
282:1
273:1
276:1
284:1
298:1
- SLTP
99,27
99,71
99,83
100
100
- SLTA
83,24
83,75
90,04
90,01
93,14
93,11
93,82
94,60
93,97
94,92
- SD
6,11
6,15
6,99
6,92
6,94
- SLTP
6,05
6,11
6,33
6,46
6,71
- SLTA
6,06
6,04
6,73
6,91
6,98
- SD
0,86
0,04
0,003
0,003
0,003
- SLTP
3,87
1,06
0,1
0,13
0,11
- SLTA
1,78
0,18
0,13
0,09
0,06
Ratio siswa sekolah
–
Tingkat Kelulusan - SD
3.
4.
Rata-rata UAN
Angka putus/ tidak sekolah
Dari sisi ketersediaan sekolah, Kabupaten Blitar telah cukup baik. Dapat dilihat dari rasio siswa dan sekolah tahun 2010 untuk SD adalah 123 :1, untuk SLTP 334 : 1 dan untuk SLTA 298 :1. Rasio terssebut akan semakin membaik dalam lima tahun mendatanng dikarenakan masih akan terus diadakan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan baik berupa unit sekolah baru maupun ruang kelas agar semakin dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik.
Tabel 2.18 Perkembangan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Rehab Ruang Kelas Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010
NO . 1.
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
-
-
-
-
-
49
34
51
-
17
6
4
2
1
-
5
4
15
15
4
- SD/MI
51
88
131
360
200
- SMP/MTS - SMA/MAN
14
6
24
4
82
2
2
4
-
-
Pembangunan Ruang Kelas Baru : - SD/MI - SMP/MTS - SMA/MAN - SMK
2.
TAHUN
Rehab Ruang Kelas:
Rasio guru dan murid di semua tingkatan pendidikan juga telah memadai. Pada tahun 2010, rasio murid dan guru tingkat SD 11 :1, SLTP 11:1, sedangkan SLTA 13 :1. Artinya, rata-rata setiap 11-13 orang siswa terdapat seorang guru. Rasio tersebut telah cukup memenuhi syarat untuk pelaksanaan kegiatan belajar yang baik. Tabel 2.19 Perkembangan Jumlah Guru dan Guru Tidak Tetap Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 NO . 1.
2.
URAIAN
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
- SD/MI
7.916
8.072
8.482
9.061
9.091
- SMP/MTS
3.182
3.282
3.358
3.417
3.426
- SMA/MAN
918
918
989
1.140
1.162
- SMK
301
301
341
738
754
3.570
3.570
6.684
6.309
7.853
Jumlah Guru
Jumlah Guru Tidak Tetap
2. Kesehatan Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan berdampak pada membaiknya tingkat kesehatan penduduk. Ketersediaan tenaga kesehatan juga sangat berpengaruh dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Disadari bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi sehingga pembangunan kesehatan dapat dianggap sebagai investasi bagi pembangunan masyarakat di masa yang akan datang. Oleh sebab itu peningkatan pelayanan di bidang kesehatan dan akses masyarakat terhadap sektor kesehatan perlu mendapatkan perhatian utama. Tabel 2.20 Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blitar Tahun 2010 No I 1 2 3 4 5 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
URAIAN Sarana Kesehatan Rumah Sakit Umum Puskesmas Puskesmas Pembantu Klinik/BKIA/Polindes Sarana Kesehatan lainnya/Posyandu Tenaga Kesehatan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat Perawat Gigi Apoteker Penilik Kesehatan Ahli gigi Asisten Apoteker Analis Pengatur Gizi PPH
JUMLAH (orang) 3 24 68 168 1.459 34 17 283 130 6 2 8 16 13 22 15
Indikator utama tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah adalah Umur Harapan Hidup. Kabupaten Blitar saat ini memiliki umur harapan hidup mencapai 72 tahun. Artinya, rata-rata penduduk Kabupaten Blitar hidup sampai dengan usia 72 tahun. Angka harapan hidup sangatlah dipengaruhi oleh
tingkat kesehatan seseorang, semakin baik tingkat kesehatannya maka semakin tinggi angka harapan hidup orang tersebut. Pada tahun 2006 angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Blitar 70 tahun, dan terus bertambah setiap tahunnya hingga mencapai 72 tahun pada tahun 2010. Perkembangan angka harapan hidup adalah sebagaimana gambar 2.4 dibawah ini : Gambar 2.4 Perkembangan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2010
72
2010 70.49
2009
70.44
2008 70.25
2007 70
2006 69
69.5
70
70.5
71
71.5
72
Angka Harapan Hidup
Sumber : BPS Kab. Blitar Tahun 2010
Perkembangan pelayanan terhadap masyarakat miskin dari tahun 2006 baik melalui 24 Puskesmas yang tersebar di 22 Kecamatan maupun RSUD Ngudi Waluyo Wlingi adalah sebagaimana gambar 2.5 berikut : Gambar 2.5 Perkembangan Pelayanan Kesehatan Terhadap Masyarakat Miskin Di Puskesmas dan RSUD Tahun 2006 – 2010
100000
90194
90000 80000 70000
74225
74709
67245
60000
Rawat Jalan
50000
31561
40000 30000 20000 10000
454
2236
1714
1913
2505
0 2006
2007
2008
Sumber : Dinas Kesehatan dan RSUD Ngudi Waluyo Tahun 2010
2009
2010
Rawat Inap
Pelayanan diberikan kepada masyarakat miskin yang memiliki kartu Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), juga masyarakat miskin yang tidak memiliki kartu Askeskin tetapi diterangkan sebagai masyarakat miskin oleh Desa/Kelurahan setempat dengan Surat Keterangan. Semua pelayanan kesehatan diberikan secara Cuma-Cuma baik di Puskesmas maupun di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Pada tahun 2006 pemegang kartu Askeskin berjumlah 64.783 orang, jumlah tersebut terus bertambah seiring semakin lengkapnya data yang berhasil dihimpun, dan alokasi dana untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin hingga pada tahun 2010 jumlah pemegang Kartu Askeskin telah mencapai 257.070 orang. Peningkatan jumlah pemegang kartu Askeskin terlihat jelas dalam gambar 2.6 dibawah ini : Gambar 2.6 Perkembangan Jumlah Pemegang Kartu Askeskin Tahun 2006 – 2010
300000 244669
244669
2008
2009
257070
250000 192068
200000 150000 100000
64783
50000 0 2006
2007
Pemegang Kartu Askeskin Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Blitar Tahun 2010
2010
3. Ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Blitar relatif rendah, hal tersebut dimungkinkan karena kekuatan ekonomi utama Kabupaten Blitar adalah Bidang Pertanian yang memiliki banyak sekali peluang pemanfaatan tenaga kerja meskipun hanya paruh waktu dan musiman. Indikator Ketenagakerjaan yang lain sejak tahun 2006 – 2010 secara terperinci disajikan dalam tabel 2.18 berikut ini : Tabel 2.19 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Blitar Tahun 2006 - 2010 NO .
URAIAN
SATUAN
2006
2007
2008
2009
2010
1.
Pencari kerja
Orang
20.719
20.810
25.623
22.380
15.580
2.
Penempatan
Orang
6.536
6.480
4.957
2.776
1.795
3.
Penghapusa n Pencari Kerja
Orang
3.384
3.203
9.554
6.406
1.177
4.
Belum ditempatkan
Orang
10.799
11.125
11.112
13.108
12.608
5.
Permintaan lowongan
Lowonga n
6.959
6.544
5.445
3.811
1.876
6.
Dipenuhi
Lowonga n
6.536
6.480
4.957
2.776
1.795
7.
Penghapusa n lowongan
Lowonga n
396
-
614
900
0
8.
Sisa lowongan
Lowonga n
27
64
488
45
81
10.
Jumlah Angkatan Kerja
Orang
498.23 0
499.28 9
483.70 9
285.20 4
484.93 9
Sumber : DisNakertrans Kab. Blitar Tahun 2010
Dari sisi upah, peningkatan yang cukup signifikan juga terus terjadi. Upah minimum Kabupaten pada tahun 2007 masih berjumlah Rp. 409.200,-/bulan, pada tahun 2010 telah mencapai Rp. 655.000,-/bulan atau mengalami peningkatan
sebesar 62,47 persen yang secara lebih jelas digambarkan dalam gambar 2.7 berikut :
Gambar 2.7 Perkembangan Jumlah Upah Minimum Kabupaten Blitar Tahun 2006 -2010
2010
655000
2009
570000
2008
501700
2007
Upah Minimum Kabupaten Blitar
450000
2006
409200
Sumber : Disnakertrans Kab. Blitar Tahun 2010
Tabel 2.22 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja di Kab. Blitar Tahun 2009 No 1
2
3
4
Uraian Jumlah Perusahaan a. Besar b. Sedang c. Kecil Jumlah Tenaga Kerja a.Laki-laki b. Perempuan Kecelakaan Kerja a. Sembuh b. Sementaran tidak mampu bekerja c. Cacat d. Meninggal dunia Perusahaan yang melanggar norma ketenaga kerjaan a. Yang melanggar b. Yang diajukan BAP c. Penghentian penyidikan d. Diputus
Sumber : Blitar Dalam Angka, 2009
2.3.2 Urusan Pilihan 1. Pertanian
Jumlah 676 27 171 478 15.918 4.780 11.138 14 2 11 202 -
Potensi Pertanian di wilayah Kabupaten Blitar sangatlah beraneka ragam dan tersebar di hampir seluruh Kecamatan. Unggulan bidang pertanian adalah tanaman pangan yang terdiri atas padi, jagung dan ketela pohon. Disusul oleh sub sektor peternakan dalam hal ini ayam petelur dan hasil peternakan sapi yaitu susu. Kedua komoditi ini menjadi produk andalan Kabupaten Blitar . Yang menonjol berikutnya adalah perikanan darat dalam hal ini ikan hias terutama koi. Kabupaten Blitar adalah sentra pengembangan dan buudidaya koi unggulan yang telah diakui secara nasional. Di sektor perkebunan, komoditas khas yang sangat menonjol adalah rambutan, dan nanas. Dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya alam memalui kegiatan konservasi dan rehabilitasi lahan, serta untuk meningkatkan produktivitas lahan maka telah dikembangkan budidaya tanaman kelapa Sawit. Dari target 6.643 Ha sampai tahun 2009, telah tercapai 3.353 Ha dengan jumlah tanaman 469.445 batang. Berikut data produksi komoditas pertanian andalan Kabupaten Blitar sebagai salah satu daerah pertanian potensial di Jawa Timur, sebagai berikut : Tabel 2.23 Produksi Komoditas Andalan Pertanian Tahun 2006 – 2009 NO
URAIAN
Satuan
2006
2007
2008
2009
1
Padi
Ton
299.091
273.815
280.198
290.911
2
Jagung
Ton
244.292
236.600
303.202
323.739
3
Ketela Pohon
Ton
52..131
41.832
45.381
44.981
4
Tebu
Ton
547.152,73
518.964
534.150
527.127,50
5
Rambutan
Ton
177,45
33,20
208,39
321,04
6
Nanas
Ton
192,91
221,52
10,54
95,43
7
Telur
Ton
127.543,28
128.042,50
130.932,75
132.812,97
8
Susu
Liter
36.063,03
37.983,13
38.023,05
38.136,84
9
Koi
Ekor
298.116.200
246.427.000
141.492.500
155.641.750
Sumber : Kabupaten Blitar dalam Angka Tahun 2010
Sektor pertanian di Kabupaten Blitar mempunyai tingkat pertumbuhan yang relatif lambat. Untuk itu pemberdayaan terhadap petani/kelompok tani sangat diperlukan. Pada tahun 2010 telah dilakukan pendampingan terhadap kelompokkelompok tani sebanyak 1.681 kelompok tani.
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar di Kabupaten Blitar tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 2.24 Rata-rata Produktivitas Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Blitar NO 1
2006 (kw/Ha)
2007
2008
2009
(kw/Ha)
(kw/Ha)
(kw/Ha)
Gabah Kering Giling
65,56
65,63
67,16
69,70
Beras
36,71
36,75
37,61
39,03
BENTUK PRODUKSI
JENIS TABAMA Padi Sawah
2
Jagung
Pipilan kering
59,37
59,41
61,95
67,17
3
Ketela Pohon
Ubi Basah
138,06
124,98
139,73
130,72
4
Ketela Rambat
Ubi Basah
186,32
252,04
231,02
179,71
5
Kacang Tanah
Biji Kering
9,96
9,91
11,14
11,76
6
Kedele
Biji Kering
8,78
9,74
9,11
11,11
Sumber : Blitar Dalam Angka, 2010
Sumbangan sektor pertanian masih dominan dalam menentukan nilai PDRB Kabupaten Blitar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian paling berperan dalam menopang perekonomian di Kabupaten Blitar. Peranan masing-masing sub sektor dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 2.25 Persentase Sektor Pertanian dalam PDRB (ADHK) Kab. Blitar 2005-2010 No 1
4
Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan & Hasilhasilnya Kehutanan
5
Perikanan
2 3
JUMLAH
2005 21,85
2006 21,47
2007 20,35
2008 20,59
2009 20,48
2010 23,77
6,53
6,53
6,21
6,03
5,80
4,79
19,52
19,44
19,57
18,80
18,43
17.38
0,52
0,52
0,49
0,49
0,50
0,36
0,60
0,63
0,66
0,66
0,64
0.52
49,01
48,59
47,28
46,57
45,85
44,46
2. Industri dan Perdagangan
Salah satu penggerak roda perekonomian di Kabupaten Blitar adalah sektor industri khususnya industri kecil/rumah tangga yang mencapai 99,64 persen dari keseluruhan industri yang ada di Kabupaten Blitar namun bila diilihat dari komposisi kontribusi terhadap PDRB, industri hanya memberikan kontribusi 2,32 persen (2010). Dengan prosentase kontribusi tersebut kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja masih relatif kecil. Hal tersebut sedikit banyak disebabkan oleh masih dominannya industri kecil/industri rumah tangga yanng mencapai 680 unit (formal) dan 10.589 unit (non formal). Industri sedanng di Kabupaten Blitar baru berjumlah 14 unit. Adapun jangkauan pemasaran hasil industri kecil tersebut sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar lokal dan regional, nilai eksport masih sangatlah kecil. Perkembangan industri kecil antara lain dapat dipantau dari perkembangan jumlah pemegang SIUP dan TDP setiap tahunnya, sebagaimana dilukiskan dalam gambar 2.8 berikut :
Gambar 2.8 Perkembangan Jumlah Pemegang SIUP dan TDP Tahun 2006 – 2010
10000
9060
9000 8000 7000
9456
8337 7008
7416
6000 5000
Pemegang SIUP
4000
Pemegang TDP
3000 2000 1000
825
717
822
674
2006
2007
2008
2009
398
0
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Blitar Tahun 2010
2010
Berbeda dengan sektor industri, perdagangan khususnya perdagangan eceran berkontribusi cukup besar bagi perekomonomian daerah. PDRB Kabupaten Blitar dari sektor perdagangan sebesar 30,22 persen (2010). Tabel berikut ini menunjukkan kontribusi sektor industri dan perdangan pada PDRB Kabupaten Blitar. Tabel 2.26 Peranan Sektor Industri dan Perdagangan dalam PDRB (ADHB) Kabupaten Blitar tahun 2010 No 1
Lapangan Usaha
2006
2007
2008
2009
2010
Industri Pengolahan
2,46
2,45
2,43
2,36
2,32
a. Makanan, Minuman dan
2,11
2,10
2,09
2,03
2,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
d. Kertas dan barang cetakan
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
e. Pupuk, kimia & brg dari karet
0,19
0,18
0,18
0,17
0,16
0,07
0,06
0,06
0,06
0,06
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
i. Barang Lainnya
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Perdagangan, Hotel dan Restoran
26,81
27,57
27,99
28,91
30,22
a. Perdagangan Besar & eceran
25,61
26,37
26,78
27,67
28,96
b. Hotel
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
c. Restoran
1,20
1,20
1,21
1,23
1,26
Tembakau
b. Tekstil, Brg Kulit & Alas Kaki c. Brg. Kayu & hasil hutan lainnya
f. Semen & brg galian bukan logam
g. Logam Dasar Besa & Baja h. Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya
2.
3. Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Blitar memiliki potensi sumber daya mineral dan bahan tambang yang cukup potensial baik dari segi jenis maupun jumlah cadangannya, namun karena kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat kecuali golongan C, maka kontribusinya terhadap PDRB masih relatif kecil yakni 2,40 persen. Lebih lanjut potensi tambang Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut : Tabel 2.27 Potensi Tambang di Kabupaten Blitar NO
JENIS
1
Trass
2
Bentonit
3
Kaolin
4
Feldspar
5
Zeolit
6
Ballclay
7
Sirtu
LUAS AREAL (Ha)
PERKIRAAN CADANGAN (M3)
LOKASI
40.50
12.800
Gandusari
136.19
970.000
74
1.495.000
Wonotirto , Sutojayan
355
2.830.000
Wonotirto
59.45
630.000
187.35
1.864.390
Wonotirto, Wates, Kademangan
280
3.100.000
Sungai Lekso, Semut dan Bladak
Wates , Binangun
Wonotirto , Panggungrejo
9
Pasir Besi
48.30
298.000
Panggunngrejo, Bakung, Wates
10
Pirophylit
37
740.000
Bakung, Kademangan
11
Emas
0.7-1.79Gr/ton
Gunung Klitik Wates, Wonotirto
Dalam pengusahaannya, berbagai jenis bahan galian tersebut masih dilakukan secara individual oleh masyarakat untuk kemudian dijual sendiri kepada pengepul berupa bahan baku/mentah, yang sampai saat ini belum dilakukan lebih lanjut. Dengan keadaan tersebut yang perlu dilakukan pengawasan dan pemantauan adalah
dampaknya
terhadap
kerusakan
lingkungan, terutama
dalam
hal
penambangan yang dilakukan oleh masyarakat karena belum memperhitungkan aspek-aspek ekologis.
2.4
Aspek Daya Saing Daerah
2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah Struktur perekonomian Kabupaten Blitar lima tahun terakhir yang menggambarkan pilar-pilar kemampuan dan potensi perekonomian daerah dapat dilihat dari peran sektoral dalam perekonomian sebagai berikut :
Tabel 2.28 Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 -2010 Sektor/Lapangan Usaha
2006
[1]
[2]
1. Pertanian Pertambangan dan 2. Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan Perdagangan, Hotel dan 6. Restoran Pengangkutan dan 7. Komunikasi Bank dan Lembaga 8. Keuangan lain 9. Jasa – jasa Total
2007 [3]
2008 [4]
2009 [5]
2010 [6]
48,59
47,28
46,57
45,85
44,46
2,49
2,44
2,38
2,36
2,29
2,46 0,99
2,45 0,95
2,43 0,91
2,36 0,90
2,32 0,89
2,10
2,11
2,15
2,19
2,59
26,81
27,57
27,99
28,91
30,22
2,22
2,18
2,07
2,05
2,02
4,38
4,36
4,31
4,39
4,39
9,96
10,65
11,19
11,00
10,82
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blitar 2010
Untuk lima tahun kedepan, struktur perekonomian Kabupaten Blitar diprediksikan masih akan didominasi oleh sektor pertanian, yang disusul oleh Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan sektor yang diharapkaan akan berkembang adalah sektor industri. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2010 telah berada diatas laju inflasi, diharapkan daya saing Kabupaten Blitar akan semakin tinggi dengan segala potensi terutama hasil pertanian, peternakan dan perikanannya. Berikut gambaran yang lebih jelas mengenai perbandingan pertumbuhan ekonomi terhadap laju inflasi di Kabupaten Blitar tahun 2007 – 2010 sebagai berikut
Gambar 2.9 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Blitar tahun 2007-2010
Perkembangan perekonomian daerah dapat dilihat dari perkembangan kesejahteraan penduduk yang diukur melalui perkembangan tingkat pendapatan. Secara umum, selama periode 2006-2009 tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Blitar mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan meningkatnya tingkat pengeluaran perkapika sebagai proxy pendapatan, baik secara nominal maupun riil. Pengeluaran perkapita penduduk meningkat dari Rp 645.730,- pada tahun 2008 menjadi Rp 646.623,- pada tahun 2009. Diukur berdasarkan ukuran riil (IHK 2005=100) pengeluaran per kapita meningkat dari Rp 323,21,- menjadi Rp 346,25,selama periode yang sama.
2.4.2 Fasilitas Wilayah/infrastruktur Sarana dan prasana perhubungan dalam hal ini adalah jalan dan jembatan merupakan bidang yang amat vital sebagai pendukung aktivitas perekonomian tak pelak juga harus mendapatkan perhatian serius. Sarana dan prasarana perhubungan tidak hanya berguna sebagai penghubung antar wilayah namun juga memiliki peranan yang sangat besar sebagai jalur distribusi barang dan jasa serta aktivitas ekonomi masyarakat luas.
Artinya hanya melalui sarana dan prasarana yang layak dan memadai saja jalur distribusi perekonomian masyarakat dan arus barang serta jasa dapat berlangsung secara mudah dan lancar. Sementara itu dari sisi geografis sarana dan prasarana perhubungan memberikan peran sangat signifikan dalam mengurangi disparitas perkembangan antar wilayah termasuk antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Perhatian dan pembangunan bidang perhubungan perlu dilakukan agar masyarakat luas dapat melakukan mobilitas fisik dan mampu mengakses kondisi antar wilayah serta memudahkan distribusi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Disamping itu pembangunan bidang perhubungan juga sangat signifikan dalam upaya menciptakan ketertiban lalu lintas dan menurunkan angka pelanggaran serta kecelakaan lalu lintas. Untuk mendukung langkah strategis dalam pembangunan bidang perhubungan selanjutnya ditetapkan berbagai program yang dinilai mampu memecahkan permasalahan perhubungan di kabupaten Blitar. Tabel 2.29 Perkembangan Infrastruktur Jalan, Jembatan dan Pengairan Kabupaten Blitar Tahun 2006 – 2010 TAHUN NO
JENIS PEKERJAAN 2006
2007
2008
2009
2010
1
Pembangunan Jalan Hotmix
57 Km
115 Km
128 Km
105 Km
65 Km
2
Pembangunan Jalan Aspal
141 Km
115 Km
110 Km
34 Km
57 Km
3
Pemeliharaan Rutin Jalan Aspal
325 Km
515 Km
250 Km
375 Km
235 Km
4
Pembangunan Jalan Makadam
7 Km
25 Km
40 Km
26 Km
26 Km
5
Pembangunan Jembatan
7 Buah
3 Buah
2 Buah
3 Buah
1 Buah
6
Rehabilitasi Jembatan
40 Buah
4 Buah
3 Buah
3 Buah
2 Buah
7
Pembangunan Drainase Jalan
1 Km
1,5 Km
2 Km
1 Km
4,5 Km
8
Pembangunan Jalan Aspal Mandiri
-
-
60 Km
4 Km
-
9
Perbaikan Sistem PJU
0,81 Km
0,80 Km
18,60 Km
0,52 Km
18,70 Km
10
Pembangunan, Rehabilitasi Pemeliharaan Dam
dan
25 Buah
16 Buah
37 Buah
15 Buah
16 Buah
11
Pembangunan, Rehabilitasi Pemeliharaan Saluran Irigasi
dan
14 Km
13 Km
14 Km
15 Km
33 Km
12
Pembangunan Pintu Air Irigasi
4 Buah
8 Buah
81 Buah
3 Buah
-
13
Pembangunan dan Perbaikan Talud pengaman Saluran
2 Km
1 Km
2 Km
1 Km
0,7 Km
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Tahun 2010
Sarana Transportasi Dalam rangka memperlancar mobilitas dan akses masyarakat dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya, pemerintah Kabupaten Blitar sampai dengan tahun 2010 telah menyediakan trayek angkutan umum pedesaan yang menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Blitar. Data Dinas Perhubungan Kabupaten Blitar sampai dengan tahun 2010 berkenaan dengan trayek angkutan umum pedesaan tersebut adalah seperti tabel 2.24 di bawah ini. Tabel 2.30 Angkutan Trayek di Kabupaten Blitar sampai dengan Tahun 2010 NO
KODE TRAYEK
URAIAN TRAYEK
JML TRAYEK
JUMLAH
MPU
MKL
TOTAL
1.
BB
Blitar, Nglegok, Penataran, Dayu, Blitar
-
10
10
2.
BW
Brongkos- Binangun- Wates
3
24
27
3.
BWs
Blitar-Poluwan-Patok-Wates
-
1
1
4.
WW
Wlingi-Kotes-Sbr.Agung-TumpangBendosewu-Gondang-Wlingi
-
5
5
5.
WPt
Wlingi-Kanigoro-Terminal Patria
-
11
11
6.
WK
Wlingi-Semen-Krisik
17
17
34
7.
WKn
Wlingi-Selopuro-Bendosewu-Kanigoro
-
25
25
8.
WR
Wlingi-Doko-Resapombo
5
10
15
9.
WRn
Wlingi-Barek-Ringintelu
1
-
1
10.
WT
Wlingi-Gandusari-Ngaringan-Talun
-
6
6
11.
KB
Kademangan-Bakung
-
16
16
12.
KBK
Kademangan-Lodoyo-Binangun-BirowoNgadri-Jugo-Kesamben
1
5
6
13.
KT
Kademangan-Gawang-Tambakrejo
2
3
5
14.
LWG
Lodoyo-Wonotirto-Gawang
4
-
4
15.
LNG
Lodoyo-Ngeni-Gawang
8
-
8
16.
LS
Lodoyo-Panggungrejo-Serang
15
-
15
17.
NN
Nglgok-Kedawung-Kolomayang-TuguranteDayu-Nglegok
-
2
2
18.
SRB
Sumberagung-Resapombo-Bendosari
-
4
4
19.
PG
Penatarang-Garum-Sidodadi-Gandusari
-
2
2
20.
SAR
Selorejo-Ampelgading-Resapombo
-
13
13
21.
PtPG
Pasar Gambar-Terminal Patria
-
1
1
22.
BL
Blitar – Lodoyo
41
3
44
23.
BG
Blitar Kademangan-Gawang
63
3
66
Transportasi darat lainnya yang ada di Kabupaten Blitar adalah Kereta Api yang melayani 2 (dua) rute perjalanan yaitu : Blitar – Malang – Surabaya dan Blitar – Tulungagung – Surabaya. Jumlah stasiun kereta api di wilayah Kabupaten Blitar ada 5 yaitu ; Stasiun Pohgajih, Kesamben, Wlingi, Talun dan Garum. Volume penumpang dan barang yang dapat dilayani oleh angkutan kereta api di kelima stasiun yang ada pada tahun 2007 berjumlah 473.967 penumpang dan 159.730 kg barang. Jumlah ini mengalami penurunan seiring meningkatnya jumlah sarana angkutan lain termasuk kendaraan pribadi yaitu 373.456 orang dan 145.615 kg barang pada tahun 2009. Guna meningkatkan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dan barang khususnya pada jalur Blitar-Malang, kondisi saat ini terdapat kondisi jalan yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas dimana kondisi jalan berkelok-kelok kemudian menurun atau menanjak cukup tajam. Kedepan diupayakan agar jalan tersebut diluruskan dengan membangun jembatan di empat titik yaitu Jembatan Kali Bambang, jembatan sungai Tuwuh, Jembatan Kalilegi, dan perbatasan antara BlitarMalang. Percepatan pembangunan wilayah selatan Kabupaten Blitar dilakukan melalui pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) yang diawali pada tahun 2002. JLS yang melintasi di Kabupaten Blitar sepanjang 62,5 km dengan menggunakan lahan seluas ± 111,26 Ha dari lahan Perhutani dan 17,38 Ha lahan masyarakat. Lahan milih masyarakat telah dibebaskan secara keseluruhan. Tabel 2.31 Daftar Rencana Trase JLS di Kabupaten Blitar
No 1. 2 3 4 5 6 7 8
Nama Ruas Batas Tulungagung – Bululawang Bululawang – Sidomulya Sidomulyo – Tambakrejo Tambakrejo – Pantai Serang P. Serang – Sumbersih Sumbersih – Ringinrejo Ringinrejo – Jolosutro Sp. Jolosutro – Batas Kab. Malang
Sumber : Laporan Akhir JLS Tahun 2010, Bappeda Kab. Blitar.
Panjang Ruas (Km) 3,70 5,00 12,10 10,20 8,00 10,30 5,70 7,50
Tabel 2.32 Perkembangan pembangunan JLS di Kabupaten Blitar No 1
TAHUN 2002
2
2003
3
2004
4
2005
5
2006
6
2007
7
2008
8
2009
9
2010
PEMBANGUNAN Pembangunan Buk Pitung Prototype jalan di Perbatasan Tulungagung Akses sirip ruas Jalan Bence – Kanigoro Pembukaan jalan Batas Malang – Jolosutro Pembukaan jalan batas Tulungagung – Ringinbandulan Pembukaan jalan batas Riniginbandulan – Sp.Jolosutro Pemeliharaan jalan Bts Tulungagun-Ringinbandulan Pemeliharaan Jalan Sp. Jolosutro – Bts. Malang Pembangunan Jalan Bts Ringinbandulan – Sp. Jolosutro Pemeliharaan Jalan Tulungagung – Jolosutro Pemeliharaan Jalan Batas Sp. Joiosutro – Bts Malang Pembangunan jalan Bts. Tulungagung – Bts Malang Pemeliharaan jalan Swakelola Pemeliharaan jalan Padat Karya Pembangunan Jalan Bts Tulungagung – Bts Malang Pemeliharaan jalan Swakelola Pembangunan Jalan (Perbaikan Grade) Jolosutro – Bts Malang Jembatan Modangan Pemeliharaan Jalan Swakelola Pemb. Jalan (Perbaikan Grade) Bts Tulungagung – Jolosutro Pembangunan Jembatan Ringinsari II Pemeliharaan Jalan Swakelola Pembangunan Jembatan Gayam (bangunan bawah) Pemeliharaan jalan Swakelola
VOLUME 15 m 275 m 4,250 m 7.000 m 7.000 m 10.200 m 600 m 7.000 m 4.000 m 10.800 m 7.000 m 2.075 m 11.000 m 22.300 m 2.050 m 15.125 m 4.400 m 0,550 m 8.075 m 5.250 m 20,60 m 1.500 m 100 m 2.000 m
Untuk sarana trasnportasi udara, saat ini belum tersedia Bandara di Kabupaten Blitar. Keberadaan Bandara di wilayah ini dimungkinkan terdapat lahan yang layak untuk pembangunan sebuah Bandara Perintis. Diharapkan pembangunan Bandara di Kabupaten Blitar akan berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di wilayah Bilitar dan sekitarnya.
Penataan Ruang Dalam hal penataan ruang, Pemerintah Kabupaten Blitar berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar Tahun 2008-2028.
Berdasarkan analisis terhadap luas wilayah Kabupaten Blitar, diketahui bahwa dari luas wilayah 158.879 Ha, terdapat lahan seluas 31.744 Ha ( 19,97%) untuk lahan persawahan dan 47,282 Ha (29,75% ) untuk tegalan/kebun. Hampir seluruh wilayah di Kabupaten Blitar merupakan wilayah produktif. Wilayah yang mengalami kekeringan terdapat di sebagian besar wilayah selatan Kabupaten Blitar terutama pada waktu musim kemarau. Untuk wilayah yang mengalami kebanjiran terjadi pada sebagian kecil wilayah akibat drainasenya kurang berfungsi baik pada saat musim penghujan. Tabel 2.33 Evaluasi Penggunaan Tanah Kabupaten Blitar (Ha) Sempadan Sungai
Sempadan Pantai
Bakung
573.00
736.40
Wonotirto
256.20
163.80
Panggungrejo
432.60
98.35
Wates
269.50
150.15
Binangun
Kecamatan
Lindung Mutlak
Rawan Bencana Gunung Erosi Berapi
Lindung Terbatas
Jumlah
122.50
1,566.69
9,107.93
214.37
3,842.08
15,859.42
5,337.78
4,553.24
10,421.97
1,346.06
3,156.04
4,921.75
112.70
1,045.48
6,093.75
7,251.93
Sutojayan
286.20
846.73
3,224.27
4,357.20
Kademangan
149.80
5,749.49
4,473.06
10,372.35
Kanigoro
116.20
-
800.75
4,537.57
5,454.52
40.60
-
335.63
4,401.32
4,777.55
Selopuro
158.80
83.30
608.47
2,433.87
3,284.44
Kesamben
159.60
325.81
5,020.63
5,506.04
Talun
Selorejo
6,109.34
Budidaya
11,382.97
38.50
104.12
483.85
4,384.57
5,011.04
-
1,183.01
2,728.71
2,932.08
6,843.80
93.80
2,044.80
2,460.36
211.07
2,321.81
7,131.84
178.50
836.10
2,387.46
1,400.35
3,300.20
8,102.61
Garum
37.10
361.38
266.88
998.97
3,553.03
5,217.36
Nglegok
317.80
306.25
1,361.50
569.98
6,303.70
8,859.23
459.45
2,617.25
3,144.60
Doko Wlingi Gandusari
Sanankulon
67.90
Ponggok
110.60
104.14
3,429.40
6,487.66
10,131.80
Srengat
99.40
28.91
514.51
4,630.58
5,273.40
Wonodadi
209.30
597.85
3,387.85
4,195.00
Udanawu
105.00
951.72
2,855.16
3,911.88
Jumlah
3,813.10
1,148.70
4,835.66
42,048.77
10,878.15
336.87
86,076.41
149,137.66
Dalam rangka mengimbangi arus lalu lintas yang melintasi ruas jalan antara Ponggok menuju Pare (Kediri), maka perlu perencanaan untuk meningkatkan kelas jalan yang selama ini merupakan jalan Kabupaten menjadi Jalan Propinsi. Peningkatakan kelas jalan ini dapat menjadi alternatif untuk menuju Surabaya lewat Pare. Selain itu dalam rangka menggali potensi wisata di sekitar Gunung Kawi serta meningkatkan akses dari Wlingi (Blitar) menuju Kota Batu lewat Pujon (Malang), maka peningkatan kelas jalan juga diperlukan dari jalan Kabupaten menjadi jalan propinsi. Otoda, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Dalam rangka menggerakkan roda pemerintahan dan pembangunan diperlukan pendanaan baik dari pemerintah maupun dari masyrakat. Dana yang dikumpulkan masyarakat dalam bentuk Simpanan, Giro maupun Deposito di wilayah Kabupaten Blitar pada tahun 2009 telah mencapai 1,53 trilyun rupiah atau mengalami peningkatan 19,42 persen dari tahun 2008 sebesar 1,28 trilyun rupiah. Pelayanan perbankan diwilayah Kabupaten Blitar sebagaian besar dilayani oleh kantor-kantor Unit BRI yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan dan beberapa kantar cabang pembantu dari bank umum pemerintah dan swasta seperti ; Bank Jatim, BNI, BCA, Bank Danamon dan beberapa BPR. Dalam rangka memberikan fasilitas penunjang bagi masyarakat maupun wisatawan dari luar Blitar, terdapat tempat makan yang tersebar di beberapa wilayah mulai dari Restoran, depot, dan warung. Jumlah Restoran dan depot yang tercatat tahun 2009 di Kabupaten Blitar sebanyak 36 buah atau menurun dari tahun 2008 sebanyak 58 buah. Untuk lokasi penginapan dan hotel di wilayah Kabupaten Blitar terdapat sebanyak 6 (enam) tempat dengan kategori melati dengan kapasitas kamar sebanyak 75 kamar. Lingkungan Hidup Pembangunan di Kabupaten Blitar diarahkan pada pertumbuhan (pro growth), berpihak pada rakyat (pro poor), kepada penyediaan tenaga kerja (pro job) serta pada pembangunan lingkungan (pro-enviroment). Salah satu penyediaan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup adalah penyediaan air bersih. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Blitar masih menggunakan air tanah (sumur) untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Sedangkan penduduk yang menggunakan air minum yang dihasilkan PDAM di wilayah Kabupaten Blitar pada tahun 2009 sebanyak 94.954 pelanggan. Dari jumlah tersebut sebanyak 95,9 % adalah pelanggan rumah tangga. Tabel 2.34 Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Blitar Tahun 2009 NO
KATEGORI PELANGGAN
JUMLAH
1
Rumah Tempat tinggal
91.104
2
Hotel
3
Tempat Peribadatan
1467
4
Sarana Umum
1185
5
Toko, Industri, Perusahaan
876
6
Kantor Pemerintahan
322
-
Komunikasi dan Informatika Pelayanan listrik di Kabupaten Blitar yang dikelola oleh PLN didominasi oleh penggunaan rumah tangga dengan jumlah pelanggan mencapai 158.000 dan untuk komersial serta industri sebanyak 2254 dan 126 pelanggan. Pelayanan telekomunikasi khususnya telepon untuk wilayah Blitar telah menjangkau diseluruh wilayah kecamatan melalui 5 (lima) unit pelayanan telekomunikasi yang berada di Binangun, Kesamben, Lodoyo, Penataran, Srengat dan Wlingi. Jumlah satuan sambungan telepon dari kelima unit pelayanan telepon tersebut adalah sebagaimana tabel berikut; Tabel 2.35 Perkembangan Jumlah Satuan Sambungan Telepon di Kabupaten Blitar Tahun 2006-2009 No 1 2 3 4 5 6
Unit Pelayanan Komunikasi Binangun Kesamben Lodoyo Penataran Srengat Wlingi Jumlah
2006
2007
2008
2009
469 1844 3387 2860 4328 5516
459 1901 3428 2909 4425 5668
428 2056 3431 2933 4398 5723
444 3039 3406 2900 4407 5648
18404
18790
18969
19844
2.4.3
Iklim Investasi Untuk meningkatkan daya saing daerah, maka menciptakan iklim usaha dan investasi yang sehat merupakan salah satu syarat yang harus terpenuhi. Dalam rangka menciptakan iklim investasi, diperlukan kondisi yang relatif baik dari gangguan keamanan dan ketertiban, prosedur perijinan yang mudah, cepat dan terukur, serta didukung oleh peraturan yang mendukug terlaksananya kegiatan investasi. Guna menggambarkan syarat bagi masuknya investasi di Kabupaten Blitar berikut ini beberapa data terjadinya gangguan keamanan/kriminalitas di Kabupaten Blitar. Tabel 2.36 Angka Kriminalitas di Kabupaten Blitar Tahun 2007-2009
No 1
Uraian Pencurian Berat
2007 114
2008 117
2009 82
2
Pencurian Biasa
82
74
105
3
Pencurian
67
66
53
4
Perkosaan
3
2
1
5
Penipuan
50
68
57
6
Penggelapan
30
16
18
7
Penganiayaan
41
34
39
8
Sajam
13
10
4
9
Kebakaran
7
0
0
10
Perjudian
259
179
132
11
Pengrusakan
6
3
1
12
Pemalsuan
10
0
2
13
Lain-lain
260
254
274
Dari angka-angka kriminalitas yang dilaporkan tersebut, khusus untuk tindak pencurian, penipuan, pengrusakan dan sebagainya mengalami penurunan. Hal ini makin menunjukkan adanya iklim yang baik bagi masuknya investasi. Proses perijinan juga menjadi salah satu aspek dalam rangka meningkatkan masuknya investari di Kabupaten Blitar. Melalui Peraturan Bupati Nomor 25 tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Publik Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu diatur mengenai batas waktu penyelesaian sebanyak 38 jenis pelayanan perijinan dan non perijinan sebagaimana tabel berikut ini . Tabel 2.37 Waktu Penyelesaian Ijin dan Non Ijin Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) Kabupaten Blitar NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
JENIS PERIJINAN DAN NON IJIN Persetujuan Prinsip Ijin Lokasi Ijin HO Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Ijin Usaha Industri (IUI) Ijin Usaha Jasa Konstruksi Ijin Penggunaan Kios/Los Pasar Ijin Pertambangan Umum (SIPU) Eksplorasi Baru Ijin Pertambangan Umum (SIPU) Esplorasi Perpanjangan Ijin Pertambangan Umum (SIPU) Eksploitasi Baru Ijin Pertambangan Umum (SIPU) Eksploitasi Perpanjangan Ijin Pertambangan Umum (SIPU) Eksploitasi penciutan Ijin Usaha Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah (SIPPAT) Ijin Juru Bor (SIJB) Ijin Pengambilan Mata Air (SIPMA) Ijin Penurapan Mata Air (SIPM) Ijin Eksplorasi Air Bawah Tanah (SIE) Ijin Pemasangan Papan Reklame, Iklan, Spanduk dan Baliho Ijin Mendirikan SPBU Ijin Tempat Hiburan dan Permainan Ijin Usaha Hotel Ijin Usaha rumah Makan/Bar Ijin Usaha Perikanan Ijin Usaha Peternakan Ijin Pemanfaatan Jalan selain sebagai Fungsi Jalan Ijin Apotek Ijin Laboratorium Ijin Pengobat Tradisional Ijin Balai Pengobatan, rumah Sakit Bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak Ijin Optik Ijin Toko Alat Kesehatan Tanda Daftar Perusahaan Tanda Daftar Gudang Tanda Daftar Peternakan Rakyat Ijin pemanfaatan Aset Daerah meliputi ; a. Gedung Serba guna dan stadion Srengat b. Rumah Dinas
STANDAR WAKTU (hari kerja) 14 12 14 12 3 5 12 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 12 10 10 10 10 10 10 4 10 7 7 10 10 7 3 3 10 3 5
2.4.4 Sumber Daya Manusia Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk.
Kualitas Tenaga Kerja
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3. Data BPS tahun 2008 dapat diketahui Rasio lulusan S1, S2,S3 per 10.000 penduduk di Kabupaten Blitar adalah 62,35 per 10.000 penduduk. Tingkat Ketergantungan Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Blitar hingga tahun 2009 mencapai 41,22 persen yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif mananggung sebanyak 41 orang yang belum atau tidak produktif. Angka ini jika dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 40 orang, relatif lebih tinggi. Namun demikian dari tahun 2006 hingga 2009 angka rasio ketergantungan penduduk ini
masih berkisar antara 40 hingga 41. Ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005 hingga 2009 angka ketergantungan penduduk di Kabupaten Blitar relatif konstan. Rasio ketergantungan penduduk ini dapat memberikan gambaran ekonomi penduduk dari sisi demografi. Idealnya rasio ini makin rendah sehingga beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif ataupun yang tidak produktif juga makin rendah.
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelengggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (money follow function) Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelengggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa
pengelolaan
keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD dan laporan keuangan daerah sekurangkurangnya 5 tahun sebelumnya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hubungannya dengan RPJMD, APBD merupakan komitmen politik penyelengggara pemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun. Hubungan antara dokuen perencanaan strategik dengan anggaran, dapat dillihat dalam gambar berikut : Gambar 3.1 Kerangka Hubungan Antara Kebijakan Keuangan Daerah/APBD Dengan RKPD dan Visi, Misi, Strategi RPJMD RPJMD Visi, Misi, Strategi
RKPD
RKPD
RKPD
RKPD
RKPD
I
II
III
IV
V
Kebijakan Keuangan Daerah/APBD
Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Blitar mengandung makna bahwa : a. Arah belanja APBD Kabupaten Blitar digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas startegis jangka menengah, 5 tahunan ; b. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustain dan dengan jumlah yang memadai. Mengingat kebijakan masing-masing komponen APBD berbeda, maka kebijakan keuangan daerah juga dirinci pada masing-masing komponen tersebut, meliputi kebijakan pendapatan, Belanja dan Pembiayaan. Adapun hubungan strategi dengan arah kebijakan komponen APBD dapat dilihat dalam gambar 3.2 berikut : Gambar 3.2 Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD
A RAH KEBIJAKAN Program/ Kegiatan
P1 P2 Visi
Misi
Strategi
P3 P4 P5 P6
P E N D A P A T A N …….
B E L A N JA
(-)
……
( = ) …….
P E M B I A Y A A N
Gambar diatas menunjukkan hubungan antara proses perencanaan kegiatan dengan keuangan. Satuan terkecil dari perencanaan stategik adalah program dan kegiatan. Melalui analisis belanja, standar
pelayanan, dan standar harga atas komponen belanja tiap
kegiatan, dapat dihitung kebutuhan belanja. Dengan demikian , arah kebijakan belanja Kabupaten Blitar , pada prinsipnya adalah agar belanja dapat mendukung kebutuhan dana seluruh kegiatan. Belanja yang tidak strategik dan tidak memiliki nilai tambah (no value added) diminimalisir. Pada tahap berikutnya, untuk menutup semua kebutuhan belanja, APBD harus mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapataannya. Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu menutup seluruh kebutuhan belanja. Kebijakan pendapatan diarahkan agar sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD selama ini harus diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi) oleh pemerintah Kabupaten Blitar . Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit, maka kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami selisih lebih, maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan. Sebagaimana amanat undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undangundang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan daerah yang antara lain menyebutkan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib , taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah , oleh karena itu prinsip pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan struktur belanja daerah.
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2006-2010 memberikan gambaran tren yang positif dengan rata-rata kenaikan sebesar 13,34 persen, walaupun pada masa itu terjadi kenaikan harga BBM yang sempat mengguncangkan perekonomian nasional dan membawa dampak yang signifikan pada perekonomian secara makro. Namun dikarenakan perekonomian
Kabupaten Blitar berbasis pada
sektor pertanian yang merupakan sektor primer sehingga dampak kenaikan harga BBM tidak begitu terasa. 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Pendapatan Kabupaten Blitar selama tahun 2006-2010 rata-rata naik sebesar 13,34 persen. Kenaikan pendapatan ini seiring dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pos pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah dari tahun ke tahun trendnya naik. Sedangkan dilihat dari struktur pendapatan APBD selama 5 tahun, kontribusi paling besar dalam pembentuk pendapatan APBD, bersumber dari dana perimbangan hal ini hampir sama dengan beberapa kabupaten/kota lainnya yang struktur pendapatannya APBD lebih didominasi dari dana perimbangan. Kontribusi dana perimbangan dalam pendapatan APBD Kabupaten Blitar selama 5 tahun rata-rata sebesar 81,98 persen. Proporsi dana perimbangan paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 89,87 persen selanjutnya di tahun berikutnya mengalami penurunan, dan sampai tahun 2010 proporsi dana perimbangan sebesar 70,49 persen. Penurunan proporsi dana perimbangan tersebut lebih disebabkan karena kenaikan dari sumber pendapatan daerah lain-lain yang sah khususnya dari Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya serta Bantuan keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan. Dilihat dari tren pendapatan dari tahun 2006 ke 2007 naik 21,23 persen; tahun 2007 ke 2008 naik sebesar 11,18 persen. Pada tahun 2009 naik 6,25 persen dan pada tahun 2010 naik 14,69 persen atau dalam 4 tahun rata-rata naik 13,45 persen pertahun. Untuk Dana Perimbangan rata-rata per tahun
mengalami
kenaikan 6,71 persen sedangkan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mengalami kenaikan 72,81persen pertahun. Gambaran perkembangan struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2006 s/d 2010 NO 1.
URAIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
2007
2008
2009
2010
42.669.991.051,72
49.203.530.155,41
58.268.283.130,58
63.888.553.129,00
8.181.151.494,00
11.077.754.474,00
10.673.123.845,00
11.891.659.770,00
13.599.217.141,00
17.989.972.168,00
20.162.497.409,00
25.375.309.418,00
12.565.457.889,00
13.200.186.345,00
303.748.156,96
1.186.494.507,41
801.147.421,44
1.301.304.716,37
885.432.510,32
9.292.567.255,46
10.243.244.661,31
12.353.949.470,97
32.509.860.755,21
36.203.717.132,68
596.003.000.797,10
691.795.644.958,87
747.871.254.298,00
758.077.258.202,00
767.817.950.485,00
25.708.000.797,10
53.127.644.958,87
46.117.234.298,00
53.356.267.202,00
64.177.023.485,00
Dana Alokasi Umum (DAU)
539.135.000.000,00
587.733.000.000,00
634.378.020.000,00
629.881.991.000,00
639.739.427.000,00
Dana Alokasi Khusus (DAK)
31.160.000.000,00
50.935.000.000,00
67.376.000.000,00
74.839.000.000,00
63.901.500.000,00
Dana Perimbangan dari Propinsi
35.767.439.074,42
42.669.991.051,72
49.203.530.155,41
58.268.283.130,58
63.888.553.129,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
31.440.310.390,00
69.540.733.529,00
96.842.852.189,00
133.399.116.691,00
257.530.865.134,00
23.743.992,00
445.100.000,00
18.500.000.000,00
135.045.229,00
-
Dana Darurat
-
-
-
-
8.504.526.000,00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
-
36.459.510.200,00
42.949.700.200,00
62.715.643.500,00
152.769.765.094,00
31.232.656.758,00
32.636.123.329,00
33.324.651.989,00
43.418.962.962,00
47.685.804.040,00
183.909.640,00
-
2.068.500.000,00
7.129.465.000,00
48.570.770.000,00
663.210.750.261,52
804.006.369.539,59
893.917.636.642,41
949.744.658.023,58
1.089.237.368.748,00
21,23%
11,18%
6,25%
14,69%
Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
3
2006 35.767.439.074,42
Pajak Daerah
2.
TAHUN ANGGARAN
Dana Hibah
Dana bagi Hasil pajak dari Prop Bantuan Keuangan dari Propinsi/Pemda Lain JUMLAH % Kenaikan Realisasi Pendapatan Pertahun Rata-rata Kenaikan 2006 – 2010
Sumber DPPKAD Kab. Blitar
13,34%
3.1.2 Neraca Daerah Perkembangan asset daerah mulai tahun 2005 sampai tahun 2010. Pada tahun 2005 jumlah asset daerah sebesar Rp 2.263.420.454.809,01 terus mengalami kenaikan menjadi Rp 2.656.983.135.051,78 pada tahun 2007. Opini yang didapat dari hasil Audit Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2005-2007 adalah disclaimer terutama pada neraca pada bagian penyajian asset. Mulai tahun 2008-2010 penyajian asset daerah dilakukan secara tertib didampingi tim BPKP sehingga penyajiannya mendekati riil dilapangan. Dalam 3 tahun terakhir asset daerah rata-rata naik 7,75persen khusus untuk aktiva lancar naik rata-rata
13,04 persen dan aktiva tetap naik rata-rata 7,38 persen. Sampai
saat ini masih banyak asset pemerintah daerah yang belum memiliki kelengkapan surat-surat sehingga apa yang disajikan di neraca belum menggambarkan keseluran asset. Setiap tahun pemerintah daerah berusaha melaksanakan sertifikasi asset daerah. . Tabel 3.2 Aset Daerah Kabupaten Blitar tahun 2005 – 2010
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Aktiva Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aktiva Tetap
28.897.324.621,09
7.139.556.338,92
2.220.783.433.943,00
77.772.583.218,51
9.527.726.903,00
2.349.807.580.646,05
104.479.062.703,62
16.946.457.414,11
2.535.557.614.934,05
95.543.168.832,79
24.252.363.713,48
1.652.236.028.628,31
116.676.136.705,96
22.211.305.126,32
1.710.446.378.216,28
121.298.444.069,26
22.152.527.426,32
1.902.579.591.635,38
Dana Cadangan
Aktiva Lain
-
-
6.600.139.906,00
6.518.904.906,00
-
1.000.000.000
-
577.278.500,00
787.074.000,00
9.846.966.430,64
Tabel 3.3 Hutang/Kewajiban Tahun 2006 – 2010 TAHUN
URAIAN
2006
2007
Kewajiban Jangka Pendek
9.636.959.313,66
1.123.142.603,00
Kewajiban Jangka Panjang
-
-
9.636.959.313,66
1.123.142.603,00
Total
2008
2009
2010
10.344.718.618,81
2.195.832.684,50
2.514.464.356,00
-
-
-
10.344.718.618,81
2.195.832.684,50
2.514.464.356,00
Tabel 3.4 Ekuitas Dana Tahun 2006 s/d 2010 TAHUN
DANA LANCAR
2006 2007
2010
DANA CADANGAN
TOTAL
68.203.198.904,85
2.365.556.812.455,75
2.434.057.411.360,60
103.356.162.075,62
2.552.504.072.348,16
2.655.860.234.423,78
85.198.450.213,98
1.677.065.670.841,79
1.762.264.121.055,77
114.480.304.021,65
1.757.630.600.540,60
118.783.979.713,26
1.934.579.085.492,34
2008 2009
DANA INVESTASI
1.000.000.000,00
1.873.110.904.562,25 2.053.363.065.205,60
Tabel 3.5 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana Tahun 2006 s/d 2010 No
Tahun
Total Utang dan Ekuitas Dana
1
2006
2.443.694.370.674,26
2
2007
2.656.983.377.026,78
3
2008
1.772.608.839.674,58
4
2009
1.875.306.737.246,75
5
2010
2.055.877.529.561,60
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang baru. Sumber-sumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah , Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber PAD berasal dari Pajak Daerah, retribusi daerah, bagiian laba usaha perusahaan milik daerah , dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dana
perimbangan berasal dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, subsidi daerah otonom, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan pembangunan daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian lain-lain penerimaan berasal dari lain-lain penerimaan yang sah dan lain-lain penerimaan dari propinsi. Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategik berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan sumbersumber pendapatan baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan daerah , lebih khusus diupayakan pada sumber PAD, mengingat controlabilitynya lebih tinggi dibanding sumber-sumber pendapatan yang lain. Upaya yang dilakukan melliputi : 1) Intensifikasi dan ekstensifikasi Dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak yang berada di wilayah Kabupaten Blitar . Indikator keberhasilan program ini adalah meningkatnya pendapatan daerah dari sektor Pajak dan Retribusi Daerah dan PBB. 2) Koordinasi/sinkronisasi lintas sektoral Dimaksudkan untuk mendukung intensifikasi dan ekstensifikasi dalam mendukung peningkatan pendapatan pajak daerah dari aspek pembangunan ekonomi. Program ini juga dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas rendahnya rasio elastitisitas pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan pajak daerah. Indikator keberhasilan program ini berupa peningkatan pembangunan. 3) Peningkatan Kualitas SDM Aparatur Dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas keterbatasan kualitas aparatur yang berhubungan dengan upaya penggalian dan pelayanan penerimaan pendapatan daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah peningkatan kualitas SDM aparat
dalam jangka pengelolaan pajak daerah melalui penyelengggaraan pelatihan yang relevan. 3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran Berdasarkan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2007 sampai 2009 ratarata rasio prosentase antara total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran yang meliputi Belanja dan Pembiayaan Pengeluaran sebesar 59,3 persen seperti dirinci pada tabel berikut. Tabel 3.6 Proporsi Penggunaan Anggaran
No
Uraian
Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur
Total pengeluaran (belanja + pembiayaan pengeluaran)
Proporsi
1
TA. 2007
417,165,801,564.26
751,157,871,225.61
55,54 %
2
TA. 2008
504,787,168,125.89
929,891,723,246.06
54,28 %
3
TA. 2009
565,594,201,096.81
831,129,260,302.56
68,05 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa APBD Kabupaten Blitar sebenarya kurang baik dari sisi Belanja, karena proporsi penggunaan anggaran untuk Belanja Aparatur mendominasi terhadap
total pengeluaran dalam APBD. Hal ini disebabkan oleh
struktur anggaran yang sangat tergantung dari DAU yang memang diperuntukan bagi belanja pegawai. Disisi lain penerimaan PAD masih sangat kecil persentasenya dalam APBD. 3.2.2 Analisis Pembiayaan.
Dari data tersebut pada tahun 2006 realisasi belanja sebesar 95,11% dari total realisai pendapatan tahun berjalan; pada tahun 2007 sebesar 93,44%; tahun 2008 sebesar 104,02%; tahun 2009 sebesar 87,51% dan pada tahun 2010 sesar 100,59%. Hal ini menunjukan apabila
realisasi besaran
belanja lebih kecil daripada realisasi pendapatan maka terjadi SILPA dan sebaliknya jika realisasi belanja lebih besar daripada realisasi pendapatan maka deficit anggaran ditutup melalui pembiyaan daerah. Sumber –sumber pembiyaan
dapat berasal dari : SILPPA; Pencairan Dana Cadangan;Hasil
Penjualan kekayaan daerah yang dipisahhkan; Penerimaaan Pinjaman Daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; Penerimaan piutang daerah ; dikurangi pengeluran pembiyaan : Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal (investasi) daerah; Pembiayaan Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah Tabel 3.7 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2006 – 2010 NO
URAIAN
2006
2007
TAHUN 2008
2009
2010
23.530.581.719,30
48.861.203.746,82
89.659.527.550,62
49.679.425.140,97
67.324.931.645,43
23.530.581.719,30
48.861.203.746,82
89.341.357.550,62
46.669.838.021,97
66.186.878.264,19
I.
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
1
SiLPA
2
Pencairan Cadangan
Dana
-
-
-
-
1.079.275.681,24
3
Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
-
-
-
-
-
4
Penerimaaan Pinjaman Daerah
-
-
-
-
-
5
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
-
-
318.170.000,00
3.009.587.119,00
58.777.700,00
6
Penerimaan piutang daerah
-
-
-
-
107,65%
83,50%
-44,59%
35,52%
3.233.377.978,54
-
1.000.000.000,00
-
Prosentase Kenaikan Pertahun
45,52%
Rata-rata Kenaikan II
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
1
Pembentukan Dana Cadangan
-
2
2.100.000.000,00
6.831.000.000,00
6.915.000.000,00
-
-
3
Penyertaan Modal (investasi) daerah Pembiayaan Pokok Utang
4.914.952.153,00
5.529.586.485,18
99.252.925,00
2.233.377.978,54
-
4
Pemberian Pinjaman Daerah
4.914.952.153,00
-
-
-
-
-
3,61%
-43,25%
-53,90%
-100,00%
Prosentase Kenaikan Pertahun
11.929.904.306,00
12.360.586.485,18
-48,39%
Rata-rata Kenaikan Pembiayaan Netto SILPA
7.014.252.925,00
11.600.677.413,30
36.500.617.261,64
82.645.274.625,62
46.446.047.162,43
67.324.931.645,43
-
-
-
-
-
3.3 Kerangka Pendanaan
Kondisi belanja daerah mengalami pertumbuhan sebagaimana pendapatan daerah. Penetapan format anggaran surplus atau defisit baik secara absolut maupun relatif menunjukkan adanya peningkatan sisi belanja. Perkembangan belanja daerah selama tahun 2007-2010 adalah, tahun 2007 realisasi anggaran sebesar Rp 751.157.871.225,61, tahun 2008 sebesar
Rp
929.891.723.246,06, tahun 2009 sebesar Rp 831.129.260.302,56, tahun 2010 sebesar
Rp
1.095.626.983.620,22. Ditinjau dari komposisi penggunaanya, komponen belanja tidak langsung merupakan komponen yang cukup besar menyerap belanja daerah. Pada tahun 2007 belanja tidak langsung menyerap 59,41 persen, tahun 2008 sebesar 58,33 persen, tahun 2009 sebesar 71,02 persen dan tahun 2010 sebesar 69,29 persen. Sedangkan komponen belanja digunakan untuk belanja langsung di tahun 2007 sebesar 40,59 persen, tahun 2008 sebesar 41,66 persen, tahun 2009 sebesar 28,97 persen dan tahun 2010 sebesar 30,71 persen. Gambar 3.3 Struktur Belanja APBD 2006-2010
Struktur Belanja APBD 69,29 %
61,14 %
59,41 %
38,85 %
2006
71,02 %
58,33 % 41,66 %
30,71 %
40,59 %
2007
2008
BELANJA TIDAK LANGSUNG
2009
2010
BELANJA LANGSUNG
Sumber : DPPKAD kab. Blitar
Dengan melihat struktur anggaran belanja tersebut, secara kumulatif anggaran untuk menunjang program-program pembangunan (belanja langsung) terlihat mengalami fluktuasi tergantung pada penerimaan dana-dana dari pusat.
3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Dari data tabel 3.8 Belanja Tidak Langsung pada tahun 2006 sebesar 55,02 persen pada tahun 2010 menjadi 69,28 persen yang komponen terbesarnya adalah belanja pegawai yang setiap tahun mengalami kenaikan sesuai ketentuan peraturan pemerintah. Pada belanja langsung yang pada tahun 2006 sebesar 40,59 persen pada tahun 2010 menurun tinggal 30,71 persen. Kenaikan prosentis Belanja Tidak Langsung dan penurunan prosentis Belanja Langsung dikarenakan kenaikan pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum yang secara umum digunakan untuk membiayai Belanja Wajib mengikat (Mandatory) tidak sebanding dengan kebutuhan kenaikan belanja pegawai. Kebijakan Umum Belanja yang mengutamakan belanja wajib mengikat menyebabkan total pendapatan yang diperoleh
dialikasikan untuk belanja
pegawai (gaji dan tunjangan) sisanya baru dialokasikan sesuai prioritas pembangunan daerah. Tabel 3.8 Pengeluaran Periodik Wajib Dan Mengikat Serta Periode Utama URAIAN BELANJA LANGSUNG
2006 TIDAK
Belanja Pegawai Belanja Bunga
446.389.947.368,11
446.280.590.439,40
326.881.084.748,00
379.356.928.711,40
2009
2010
542.452.820.459,00
590.281.630.748,52
759.161.605.137,72
470.018.457.859,00
525.402.655.150,14
665.011.008.232,00
-
439.209.003,38
-
5.621.926.000,00
10.959.300.000,00
25.766.437.000,00
19.700.445.400,00
8.545.223.395,00
19.112.442.206,72
789.879.200,00
1.465.248.700,00
1.770.232.699,00
46.279.705.000,00
43.469.994.500,00
44.657.322.500,00
-
Belanja Subsidi
270.000.000,00
Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Keuangan
TAHUN 2008
2007
Bantuan
Belanja Tidak Terduga Prosentase Kenaikan Pertahun Rata-rata Kenaikan BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Prosentase Kenaikan Pertahun Rata-rata Kenaikan Jumlah Prosentase Kenaikan Pertahun
Rata –rata Kenaikan
-
1.739.955.800,00
19.383.121.152,00
24.070.227.161,00
634.007.415,00
1.024.511.800,00
87.319.200,00
39.749.966.967,00
100.000.000,00
69.000.000,00
42.407.000,00
-
2.844.162.500,00
28,58%
21,55%
8,82%
28,61%
283.714.443.566,00 10.760.886.031,00 168.058.083.110,00 104.895.474.425,00
304.877.280.786,21 37.808.872.852,86 81.946.316.313,35 185.122.091.620,00 7,46%
21,89% 387.438.902.787,06 34.786.710.266,89 85.249.781.837,17 267.402.410.683,00 27,08% 9,10 %
240.847.629.554,04 40.191.545.946,67 11.112.514.620,00 189.543.568.987,37 -37,84%
336.465.378.482,50 40.097.709.681,00 122.142.422.705,00 174.225.246.096,50 39,70%
630.799.976.081,00
751.157.871.225,61
929.891.723.246,06
831.129.260.302,56
19,08%
23,79%
-10,62%
1.095.626.983.620, 22 31,82%
16,02 %
3.3.2 Proyeksi Data Masa Lalu Rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung selama 4 Tahun Anggaran terakhir ialah positif 21,89 persen. Dari berbagai komponen Belanja Tidak Langsung, Pertumbuhan rata-rata terbesar disumbangkan oleh Belanja Hibah yaitu positif 58,04 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan negatif dialami oleh Belanja Belanja Bantuan Sosial sebesar minus 19,0 persen. Rata-rata pertumbuhan Belanja Langsung selama 4 Tahun Anggaran terakhir mengalami pertumbuhan positif 9,10 persen, dimana pertumbuhan rata-rata terbesar dialami oleh Belanja Pegawai sebesar 19,0 persen, sedangkan untuk Belanja Barang dan Jasa justru mengalami pertumbuhan negatif sebesar 169 persen. Pada pos Belanja Langsung APBD Kabupaten Blitar, proporsi Belanja Modal masih mendominasi terhadap komponen Belanja namun demikian selama 4 tahun terakhir cenderung menurun seiring meningkatnya belanja pegawai akibat kenaikan gaji. Dengan kondisi seperti ini kebijakan anggaran pemerintah diharapkan mampu meningkatkan proprorsi belanja modal. Rata-rata pertumbuhan Pembiayaan Pengeluaran selama empat tahun terakhir mengalami pertumbuhan negatif 48,39 persen. Pertumbuhan negatif terbesar dialami oleh komponen Pembayaran Pokok utang yang menurun hingga nol persen pada tahun 2010. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan belanja langsung antara lain : 1.
Pemenuhan standar pelayanan publik minimal (SPM)
2.
Peningkatan efisiensi pelayanan publik.
3.
Netralitas dampak mobilisasi penerimaan terhadap perkembangan ekonomi daerah maupun nasional.
4.
Implementasi strategi pro growth (pro investment), pro job, dan pro poor di Kabupaten Blitar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Rakyat.
5.
Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan partisipasi masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan pendanaan dan pembiayaan
daerah di Kabupaten Blitar masih sangat memerlukan peningkatan setiap tahunnya, ini
tercermin pula dari proporsi belanja tidak langsung yang lebih besar dari belanja langsung.
Namun demikian Pemerintah Kabupaten Blitar terus berupaya untuk
meningkatkan kemandiran daerah melalui kebijakan efisiensi dan efektifitas belanja yang dimanfaatkan sebaik dan seoptimal mungkin untuk meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat daerah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja tersebut di atas, maka di perlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah yang tepat. Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok bagi pengelola keuangan yang baik di daerah, untuk itu ada beberapa yang di lakukan, yaitu : 1. Struktur anggaran harus secara eksplisit memisahkan pendapatan dan pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari utang misalnya, tidak bisa diklaim sebagai pendapatan karena suatu saat nanti dana tersebut harus dikembalikan. Demikian pula penerimaan yang berasal dari kinerja anggaran tahun-tahun sebelumnya (seperti dana cadangan dan SILPA) ataupun dana dana yang bersifiat temporer (seperti hasil penjualan aset daerah) tidak bisa dimasukkan ke dalam komponen pendapatan daerah karena berpotensi menganggu perencanaan keuangan daerah. 2. Struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya, yakni antara alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib dan pilihan, serta antara alokasi belanja yang dirasakan menfaatnya secara langsung dan tidak langsung oelh masyarakat. Pengelolaan keuangan di daerah meliputi mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja daerah, dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi syarat kecukupan (sufficient condition) bagi pengelola keuangan daerah yang baik maka daerah perlu memahami dan menggali potensi.keunggulan daerah serta mengidentifikasi pokokpokok permasalahan yang ada, prioritas prioritas pembangunan daerah dengan beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar pola alokasi belanja di Kabupaten Blitar. Berdasarkan hal-hal tersebut ruang gerak anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilisasi sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian sumber pembiayaan antara lain dari pinjaman dan obligasi, serta melakukan efisiensi belanja. Disamping itu, perlu dilakukan proses penganggaran partisipatif (participatory budgeting) dengan melibatkan seluruh stakeholders. Dalam upaya
memenuhi
kebutuhan
pembangunan
infrastruktur
dikembangkan model pembiayaan public-private partnership.
wilayah,
perlu
Kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar juga bergantung pada proyeksi pertumbuhan ekonomi, realisasi investasi dan kemampuan pengeluaran investasi oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011-2016 diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan stabilitas politik dan keamanan baik nasional maupun tingkat daerah.
3.3.3 Perhitungan Kerangka Pendanaan Keuangan daerah dalam bentuk PAD menjadi sangat strategis dan menjadi isu sentral tersendiri apalagi kondisi kapasitas dan rasionalitas APBD Kabupaten Blitar dibandingkan dengan jumlah penduduk dan tugas-tugas otonomi daerah masih sangat kecil. Kebijakan Pendapatan difokuskan pada upaya penggalian PAD walaupun tetap dengan penuh kehati-hatian agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan membebani UMKM dan masyarakat secara berlebihan. Selain itu perlu dilakukan upaya peningkatan optimalisasi dana perimbangan termasuk bagi hasil dari propinsi serta tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan pendapatan dari sumber pendapatan lain-lain yang sah termasuk hibah baik dari internal maupun eksternal Kabupaten Blitar. Tahap perencanaan Pendapatan menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Oleh karena itu pengelolaan pendapatan daerah harus dilakukan secara cermat, tepat dan hati–hati. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu menciptakan suatu perangkat yang bukan hanya mampu menjamin seluruh pendapatan daerah dapat terkumpul dan diterima di kas daerah tetapi mampu merumuskan kebijakan anggaran pendapatan daerah mulai dari proses perencanaan. Perencanaan pendapatan daerah merupakan proses yang paling krusial dalam penentuan besarnya alokasi anggaran yang akan dimanfaatkan untuk membiayai program kegiatan. Oleh karenanya Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar senantiasa berupaya memaksimalkan potensi yang ada disamping terus menggali potensi yang selama ini belum tersentuh. Pemerintah daerah seringkali dihadapkan dengan masalah tingginya kebutuhan fiskal daerah (fiscal needs) sementara
kapasitas fiskal daerah tidak mencukupi yang menyebabkan kesenjangan fiskal (fiscal gap) sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah baik jumlahnya maupun pengelolaannya. Disinilah Pemerintah Daerah dituntut untuk dapat menciptakan satu kebijakan perencanaan pendapatan yang mampu memberi peluang untuk menambah volume penerimaan daerah dengan tetap memperhatikan keberpihakan pada masyarakat terutama masyarakat kurang mampu. Arah kebijakan Belanja difokuskan pada belanja untuk membiayai urusan wajib dan urusan pilihan serta pemberian stimulan maupun motivasi dalam pengembangan UMKM, pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan serta bantuan kepada orgaanisasi kemasyarakatan yang sinergi dengan program-program pembangunan yang berdampak signifikan terhadap pencaapaian visi misi dan kebijakan pembangunan daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar berupaya menetapkan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan kerja, dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Selain itu diupayakan agar Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Tidak Langsung, dan Belanja Modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Pegawai atau Belanja Barang dan Jasa. Hal yang tidak kalah penting dalam mencukupi kebutuhan pendanaan pembangunan daerah adalah dengan melakukan kemitraan dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam bentuk sinergitas program dana dekonsentrasi dan hibah/bantuan langsung kepada masyarakat. Pembiayaan daerah dipersiapkan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya diikuti dengan terbitnya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana dibah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan dan atau pelaksanaan pembiayaan daerah dilakukan oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Secara umumnya setiap pemerintahan kabupaten/kota pada waktu menyusun rancangan APBD akan menganut "prakiraan maju" (forward estimate) yaitu perhitungan kebutuhan dana untuk tahun angaran berikutnya dibuat lebih besar daripada tahun berjalan agar kesinambungan program dapat lebih terjamin pelaksanaannya. Biasanya hal ini akan mengakibatkan dampak positif tehadap posisi keuangan pemerintah daerah karena adanya sisa lebih perhitungan anggaran. Dari sisi perencanaan penganggaran tingginya angka SiLPA dan Pembiayaan Kegiatan Lanjutan dapat diartikan kurang matangnya perencanaan baik dari sisi pendapatan dan atau belanja sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Penganggaran yang cukup besar dan atau kebijakan belanja ketat yang berlebihan. Proyeksi terhadap realisasi pendapatan daerah, dan belanja daerah disajikan pada tabel-tabel berikut ;
Tabel 3.9 Proyeksi Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2011-2016 Tahun No
Jenis Pendapatan
1
2
A
PENDAPATAN ASLI DAERAH
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
3
4
5
6
7
8
9
63.376.869.989,74
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun 1
Pajak Daerah
2
Retribusi Daerah
13.599.217.141,00
3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
13.200.186.345,00
4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Realisasi Kenaikan
122.606.751.096,08
135.064.540.667,58
151.764.665.414,79
4,95%
7,93%
9,49%
55,98%
10,16%
12,36%
13.150.474.159,67
14.071.007.350,85
15.196.687.938,91
51.668.738.992,31
54.252.175.941,93
58.321.089.137,57
-3,30%
7,00%
8,00%
240,00%
5,00%
7,50%
14.795.299.920,73
15.978.923.914,39
17.417.027.066,68
19.158.729.773,35
21.266.190.048,42
23.818.132.854,23
12,08%
8,00%
9,00%
10,00%
11,00%
12,00%
1.245.877.462,07
1.432.759.081,38
1.647.672.943,59
1.894.823.885,13
2.179.047.467,89
2.505.904.588,08
40,71%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
37.324.697.675,00
40.310.673.489,00
44.341.740.837,90
49.884.458.442,64
57.367.127.209,03
67.119.538.834,57
4,57%
8,00%
10,00%
12,50%
15,00%
17,00%
10,35% 885.432.510,32
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
78.603.128.787,41
44,03%
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
71.793.363.835,92
16,81%
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
66.516.349.217,96
19,28% 35.692.033.992,68
Tahun No
1
Jenis Pendapatan
2 Rata-Rata per tahun
B
DANA PERIMBANGAN
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
3
4
5
6
7
8
9
11,18% 767.817.950.485,00
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun 1
Dana Bagi hasil pajak/bukan Pajak
64.177.023.485,00
Rata-Rata per tahun
-9,71%
Dana Alokasi Umum
639.739.427.000,00
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun 3
Dana Alokasi Khusus
C
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Realisasi Kenaikan
1.011.480.712.500,05
1.070.566.455.892,93
1.176.752.846.423,87
1.293.505.660.703,59
9,42%
9,69%
9,76%
5,84%
9,92%
9,92%
52.126.688.176,00
54.733.022.584,80
58.017.003.939,89
21.756.376.477,46
23.061.759.066,11
24.445.464.610,07
-18,78%
5,00%
6,00%
-62,50%
6,00%
6,00%
698.002.036.000,00
767.802.239.600,00
844.582.463.560,00
929.040.709.916,00
1.021.944.780.907,60
1.124.139.258.998,36
9,11%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
89.984.500.000,00
98.982.950.000,00
108.881.245.000,00
119.769.369.500,00
131.746.306.450,00
144.920.937.095,00
40,82%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
211.950.881.486,81
221.955.369.561,45
233.511.472.899,76
246.969.027.669,65
257.165.123.448,97
269.353.993.159,01
-17,70%
4,72%
5,21%
5,76%
4,13%
4,74%
9,85% 63.901.500.000,00
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
921.518.212.184,95
9,09%
Realisasi Kenaikan
2
840.113.224.175,90
15,14%
257.530.865.134,07
Tahun No
1
Jenis Pendapatan
2 Rata-Rata per tahun
1
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Propinsi
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
3
4
5
6
7
8
9
1,14%
47.685.804.040,00
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
2
Dana Penyesuian dan Otonomi Khusus
3
Bantuan Keuangan Dari Propinsi atau pemda lainnya
161.274.291.094,00
TOTAL PENDAPATAN
48.570.770.000,00
48.558.985.653,14
53.900.474.074,98
60.638.033.334,36
-16,85%
5,00%
7,00%
9,00%
11,00%
12,50%
157.472.031.000,00
165.345.632.550,00
173.612.914.177,50
182.293.559.886,38
185.939.431.084,10
189.658.219.705,79
-2,36%
5,00%
5,00%
5,00%
2,00%
2,00%
14.826.400.000,00
14.974.664.000,00
15.349.030.600,00
16.116.482.130,00
17.325.218.289,75
19.057.740.118,73
-69,47%
1,00%
2,50%
5,00%
7,50%
10,00%
1.118.580.454.880,68
1.215.266.945.582,32
1.323.595.314.187,22
1.440.142.234.658,66
1.568.982.510.540,41
1.714.624.319.277,40
2,74%
8,64%
8,91%
8,81%
8,95%
9,28%
-7,25% 1.088.725.685.608,81
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
44.549.528.122,14
2,77%
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
41.635.073.011,35
4,61%
Realisasi Kenaikan Rata-Rata per tahun
39.652.450.487,00
7,89%
Tabel 3.10 Proyeksi Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010-2016 No
URAIAN
1
2
1
PENDAPATAN
2
TOTAL BELANJA = A + B
Tahun 2010
2011
DEFISIT A
BELANJA TIDAK LANGSUNG
PROSENTIS TOTAL BELANJA 1
Belanja Pegawai (Gaji)
2
Belanja Tidak Langsung Lainnya
B
BELANJA LANGSUNG
2016
7 1.540.706.299.688
8 1.727.819.764.348
9 1.944.925.136.341
1.095.626.983.620,22
1.157.481.404.785,34
1.233.878.017.746,69
1.351.345.265.178,16
1.551.736.397.263,39
1.739.376.341.412,97
1.960.592.995.686,46
5,65%
6,60%
9,52%
14,83%
12,09%
12,72%
10,23% 6.901.298.011,27
38.900.949.904,66
18.611.072.164,38
8.554.895.000,92
11.030.097.575,12
11.556.577.065,05
15.667.859.344,99
759.161.605.137,72
797.971.986.629,34
870.773.505.409,13
951.930.301.606,84
1.041.084.366.337,46
1.152.892.483.894,54
1.245.082.689.513,98
5,11%
9,12%
9,32%
9,37%
10,74%
8,00%
69,29%
68,94%
70,57%
70,44%
67,09%
66,28%
63,51%
665.011.008.232,00
724.333.251.017,34
796.766.576.119,07
876.443.233.730,98
964.087.557.104,08
1.060.496.312.814,49
1.166.545.944.095,94
8,92%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
10,00%
73.638.735.612,00
74.006.929.290,06
75.487.067.875,86
76.996.809.233,38
92.396.171.080,05
78.536.745.418,05
-21,79%
0,50%
2,00%
2,00%
20,00%
-15,00%
359.509.418.156,00
363.104.512.337,56
399.414.963.571,32
510.652.030.925,93
586.483.857.518,43
715.510.306.172,48
6,85%
1,00%
10,00%
27,85%
14,85%
22,00%
31,06%
29,43%
29,56%
32,91%
33,72%
36,49%
8,61%
9,82% 94.150.596.905,72
Kenaikan per tahun Rata-rata kenaikan
2015
6 1.342.790.370.177
Kenaikan per tahun Rata-rata kenaikan
2014
5 1.215.266.945.582
Kenaikan per tahun Rata-rata kenaikan
2013
4 1.118.580.454.880,68
Kenaikan per tahun Rata-rata kenaikan
2012
3 1.088.725.685.609
-2,05% 336.465.378.482,50
Kenaikan per tahun Rata-rata kenaikan
13,76%
PROSENTIS TOTAL BELANJA
30,71%
Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan naik 16,81% per tahun dengan asumsi perubahan pengelolaan pajak dan retribusi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah pada kisaran 6 % sampai dengan 7 %; Diharapkan dapat dikembangankan (disesuaikan) pajak dan retribusi daerah yang baru sebagai sumber pendapatan daerah tanpa mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang memberatkan investasi. Lonjakan penerimaan PAD akan terjadi pada tahun 2014 dimana Pajak Bumi dan Bangunan menjadi pajak daerah. Pada sisi Dana Perimbangan diproyeksikan naik rata-rata 9,09 % seiring dengan membaiknya perekonomian nasional yang memberi pengaruh postif terhadap APBN sehingga pada giliranya memberikan tambahan porsi dana perimbangan. Semakin diperketatnya pembentukan daerah baru melalui pemekaran menjadi point penting atas tambahan kue dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Untuk Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak diharapkan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya ekonomi nasional walaupun ada beberapa jenis pajak yang dilimpahkan kepada daerah. Komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah diproyeksikan rata-rata naik 1,14 % per tahun dimana komponen utama yang diprediksi naik adalah Dana Penyesuaian khususnya tunjangan serifikasi guru PNSD serta Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Propinsi. Dana Penyesuaian lainnya yang digunakan untuk biasanya dialokasikan untuk infrastruktur serta Bantuan Keuangan dari Propinsi sifatnya Add Hoc sehingga sulit untuk diproyeksikan. Secara Umum Pendapatan Daerah diproyeksikan naik rata-rata 7,89 % per tahun yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Belanja Tidak Langsung yang komponennya adalah belanja pegawai (gaji dan tunjangan); belanja hibah; belanja bantuan sosial; belanja bagi hasil; belanja bantuan keuangan; belanja tidak terduga direncanakan naik rata-rata 8,78 % pertahun. Kenaikan ini khususnya pada komponen belanja pegawai mengikuti peraturan pemerintah pusat sebagai belanja wajib yang mengikat (mandatory). Pada tahun 2015 juga mengalami kenaikan pada belanja tidak langsung mengingat pada tahun itu diselenggarakan pemilihan kepala daerah yang memerlukan alokasi kepada Komisi Pemilihan Umum melalui mekanisme hibah.
Pada sisi Belanja Langsung diproyeksikan mengalami
kenaikan rata-rata 13,76 % yang diprioritaskan untuk membiayai program-program SKPD sebagai penjabaran Visi - Misi dan Program Strategis RPJMD Kabupaten Blitar 2011-2015. Secara umum belanja daerah diproyeksikan mengalami kenaikan 10,23 %
per tahun. Apabila di bandingkan dengan proyeksi penerimaan pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2012-2016 mengalami defisit anggaran rata– rata 1,21%. Rancangan APBD akan menganut "prakiraan maju" (forward estimate) yaitu perhitungan kebutuhan dana untuk tahun angaran berikutnya dibuat lebih besar daripada tahun berjalan agar kesinambungan program dapat lebih terjamin pelaksanaannya akan mengakibatkan dampak positif tehadap posisi keuangan pemerintah daerah karena adanya sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) yang dipergunakan untuk menutup defisit anggaran.
BAB IV ANALISIS ISU STRATEGIS Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Blitar saat ini dan kemungkinan permasalahan yang terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat perhatian
dalam menentukan visi dan misi serta rancangan Rencana Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) pemerintahan berikutnya. Dengan mengetahui permasalahan yang ada diharapkan semua program dan kegiatan mampu mengatasi permasalahan tersebut atau paling tidak dapat meminimalisir dampak semua permasalahan yang ada. Strategi pembangunan daerah sangat diperlukan untuk menghasilkan langkah-langkah konkret dalam implementasi pembangunan. Strategi yang baik harus menunjukkan konsistensi dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi pemerintahan. 4.1 Permasalahan Pembangunan Kabupaten Blitar a. Bidang Kesehatan. Kualitas pelayanan belum optimal karena belum semua sarana pelayanan kesehatan melaksanakan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Keterjangkauan dan pemerataan pelayanan dapat dilihat dengan rasio jumlah sarana yang ada. Jenis pelayanan bervariasi sesuai dengan tenaga dan peralatan yang tersedia. Belum semua peralatan dan tenaga tersedia sesuai kebutuhan dan standarisasi. Disamping itu rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan sering terjadi terutama pada masyarakat miskin karena kendala biaya (cost barrier). Perilaku yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat terhadap kesehatan relatif rendah. Terjadinya beban ganda penyakit dan rawan bencana sehingga masalah penyakit menular dan tidak menular ini menjadi beban ganda dan akan mempengaruhi jenis serta jumlah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat dimasa datang. b. Pendidikan. Kualitas pendidikan relatif rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Berbagai upaya pembangunan pendidikan termasuk Wajib Belajar Pendidikan Dasar dua belas tahun yang dicanangkan untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk Kabupaten Blitar. Namun demikian sampai saat ini tingkat pendidikan penduduk relatif masih rendah. Kondisi tersebut belum memadai untuk menghadapi persaingan global dan belum mencukupi pula sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh (1) ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, (2) kesejahteraan
pendidik yang masih rendah, (3) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, dan (4) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai. Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata. Adanya ketimpangan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bukan saja terjadi pada penduduk usia sekolah, tetapi juga terjadi antar wilayah geografis, gender serta antar kawasan. Perkembangan pendidikan mengungkapkan bahwa faktor ekonomi merupakan alasan utama anak putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan, baik karena tidak memiliki biaya sekolah maupun karena harus bekerja. Hal tersebut berdampak pada tingginya kesenjangan partisipasi pendidikan antara penduduk miskin dengan penduduk kaya. Sebagian dari masyarakat menilai bahwa pendidikan masih terlalu mahal dan belum memberikan manfaat yang signifikan atau sebanding dengan sumberdaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu pendidikan belum menjadi pilihan investasi. Fasilitas pelayanan pendidikan di daerah pedesaan dan terpencil masih terbatas sehingga menyebabkan sulitnya anak-anak terutama anak perempuan untuk mengakses layanan pendidikan. Selain itu, fasilitas dan layanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa juga belum tersedia secara memadai. Pendidikan non formal yang berfungsi sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat dan diarahkan terutama untuk meningkatkan kecakapan hidup dan pembinaan profesionalisme serta kompetensi vokasional belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Selain itu, format dan kualitas pendidikan non formal juga belum memungkinkan untuk digunakan sebagai pengganti pelajaran yang relevan di satuan pendidikan formal. Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan lulusan. Lulusan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi masih cenderung memilih bekerja pada orang lain dibanding menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri.
Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan efisien. Dengan dilaksanakannya
desentralisasi
pendidikan,
pemerintah
kabupaten
memiliki
kewenangan yang lebih luas dalam membangun pendidikan di masing-masing wilayah sejak penyusunan rencana, penentuan prioritas program serta mobilisasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana yang telah dirumuskan. Sejalan dengan itu, otonomi pendidikan telah dilaksanakan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi yang memberikan wewenang yang lebih luas pada satuan pendidikan untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki termasuk mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan diharapkan daerah dan satuan pendidikan lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Namun demikian pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena belum mantapnya pembagian peran dan tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan termasuk kontribusinya dalam penyediaan anggaran pendidikan, serta belum terlaksananya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan oleh masing-masing kabupaten dengan acuan umum dari pemerintah pusat. Disamping itu efektivitas peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah juga belum optimal. c. Infrasruktur. Belum optimalnya pembangunan jalan dan jembatan serta sulitnya pembebasan lahan, kurangnya aksesbilitas diwilayah tertinggal/terpencil, Kurang tertibnya pemanfaatan Ruang Manfaat Jalan oleh Pengguna Jalan yang mengakibatkan Hambatan lalu Lintas. Kerusakan jalan akibat kondisi alam/tanah ekspansif dan bencana alam yang mengakibatkan kerusakan sepanjang tahun. Berkembangnya daerah pemukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur penampung air seperti waduk dan bendungan makin menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku.
Terbatasnya kemampuan masyarakat yang berpenghasilan rendah akan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang sehat. Terbatasnya kemampuan pemerintah untuk mendukung penyediaan perumahan beserta prasarana dan sarananya. Masih
lemahnya
pemahaman
ketentuan
jasa
kontruksi
dan
pengelolaan/pembangunan gedung negara. Masih rendahnya pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dalam bidang perumahan dan permukiman. Belum optimalnya cakupan pelayanan air bersih perpipaan di perkotaan dan pedesaan, Rendahnya kinerja pengelolaan air minum dan air limbah di perkotaan dan pedesaan. Menurunnya kuantitas dan kualitas air baku untuk air minum. Masih rendahnya peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pelestarian sumber air serta pemeliharaan sarana air minum dan air limbah. Masih terbatasnya akses sarana sanitasi dasar di pedesaan, Belum optimalnya peran serta swasta dalam pembangunan dan pengelolaan air nimun dan air limbah, Meningkatnya volume sampah yang tidak diimbangi kinerja pengelolaan terutama pada tahap pembuangan akhir. Rendahnya akses jalan dan penyediaan infrastruktur penunjang pada kawasankawasan wisata maupun lokasi yang berpotensi sebagai tempat wisata menyebabkan pengelolaan disektor pariwisata masih sangat minim. Hal ini berakibat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Blitar masih rendah.
d. UMKM dan Ketenagakerjaan Pertumbuhan UMKM di Blitar yang relatif rendah sebagai akibat belum bersinerginya potensi pertanian dengan upaya pemanfaatan maupun peningkatan nilai tambah pada produk-produk pertanian. Terbatasnya akses Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap sumberdaya produktif yang meliputi tiga aspek penting yaitu modal usaha yang bukan saja mencakup penyediaan kredit modal kerja tetapi juga kredit investasi, informasi dan pasar menjadi salah satu faktor penghambat tumbuhnya UMKM di Kabupaten Blitar. Jumlah pengangguran di Kabupaten Blitar disebabkan antara lain oleh rendahnya pertumbuhan dunia usaha dan pemulangan TKI ilegal. Di samping itu juga
disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM angkatan kerja sehingga sulit mendapatkan pekerjaan atau bekerja di lapangan kerja yang kurang produktif dan berakibat pada rendahnya pendapatan yang diterima. e. Upaya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat belum optimal. Sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian daerah merupakan sektor yang sangat tergantung pada sumber daya alam. Saat ini efisiensi dan produktivitas pertanian relatif rendah disebabkan oleh skala usaha yang relatif sempit/kecil. Disamping itu rendahnya produktivitas dapat diilustrasikan menurut hasil penelitian, bahwa kecepatan pertumbuhan nilai tambah bruto lebih lambat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja yang diciptakan. Dan juga, keterbatasan terhadap penyediaan sarana produksi termasuk upaya pengendalian hama dan penyakit, disamping kejadian bencana alam banjir dan kekeringan yang setiap tahun terjadi juga mengganggu sistem produksi. Khusus untuk padi, panen terbesar terletak dimusim hujan, sehingga kualitas rendah, dan harga jatuh. Selanjutnya untuk komoditi lain, seperti tembakau, tebu/gula juga terjadi dan hal ini disebabkan oleh perilaku petani yang ikut-ikutan menanam komoditi yang pada awal mulanya mempunyai prospek baik. Kondisi demikian mengakibatkan tidak stabilnya harga produk pertanian. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber permodalan, menyebabkan masyarakat petani/nelayan, dan masyarakat pesisir tidak dapat mengembangkan usahanya secara layak ekonomi. Akses petani dan nelayan terhadap prasarana dan sarana transportasi juga menghambat pemasaran produk pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan sehingga menekan harga produk. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya kelautan disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur termasuk armada penangkapan, sehingga belum mampu menjangkau Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), konflik nelayan yang dapat menurunkan produktivitas, pengawasan dan keamanan laut yang belum optimal. Pola penganekaragaman pangan dan gizi yang masih rendah. Masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai bahan pangan pokok, dan kurangnya pemanfaatan pangan lokal sebagai bahan pangan alternatif. Seiring dengan
pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan beras akan semakin meningkat, sedangkan kenaikan produksi beras / padi tidak seimbang dengan kenaikan konsumsi. Disamping itu kondisi tersebut ditunjang oleh tingkat kosumsi protein hewani masyarat dan kurangnya pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap ketersediaan pangan yang memadai dan bermutu yang berakibat pada terbatasnya kecukupan dan mutu pangan ditingkat rumah tangga. Pada umumnya angkatan kerja di pedeasan bertambah akan tetapi lahan pertanian telah berkurang dan terjadi alih fungsi sawah menjadi non sawah. Selain itu, sebagian besar kegiatan ekonomi di pedesaan masih mengandalkan produksi komoditas primer sehingga nilai tambah yang dihasilkan kecil. Tingginya risiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di pedesaan. Petani dan pelaku usaha di kawasan pedesaan sebagian besar sangat bergantung pada alam. Kondisi alam yang tidak bersahabat akan meningkatkan risiko kerugian usaha seperti gagal panen karena banjir, kekeringan, maupun serangan hama penyakit. Pada kondisi demikian, pelaku industri kecil yang bergerak di bidang pengolahan produkproduk pertanian otomatis akan terkena dampak sulitnya memperoleh bahan baku produksi. Risiko ini masih ditambah lagi dengan fluktuasi harga dan struktur pasar yang merugikan. Lemahnya kegiatan ekonomi diluar sektor pertanian. Kegiatan ekonomi diluar sektor pertanian termasuk didalamnya industri kecil yang mengolah hasil pertanian maupun industri kerajinan serta industri lainnya sangat terbatas. Belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh. Beberapa wilayah di Kabupaten Blitar mempunyai potensi yang apabila dikembangkan secara optimal akan menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah yang strategis dan dengan dukungan sarana prasarana yang memadai dapat membuat wilayah atau kawasan dimaksud cepat tumbuh dan berkembang. Namun demikian sampai dengan saat ini pengembangan wilayah-wilayah tersebut masih mengalami beberapa kendala, antara lain: (1) adanya keterbatasan informasi pasar dan teknologi untuk pengembangan produk unggulan; (2) keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah; (3) masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan
kerjasama diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah, swasta, lembaga non pemerintah, dan masyarakat, serta antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, dalam upaya meningkatkan daya saing produk unggulan; (4) masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerjasama investasi; (5) belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan daerah yang berpihak pada petani dan pelaku usaha swasta; (6) belum berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi pada pengelolaan pengembangan usaha yang berkelanjutan dalam perekonomian daerah; (7) belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan, serta (8) masih rendahnya sikap profesionalisme dan kewirausahaan dari pelaku pengembangan kawasan di daerah. Wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh bila sudah berkembang diharapkan akan dapat berperan sebagai penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah sekitarnya yang miskin sumber daya dan masih terbelakang. Permasalahan lingkungan hidup yang terjadi adalah adanya lahan kritis baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Terjadinya kerusakan fisik pada ekosistem pesisir dan laut serta degradasi terumbu karang akibat illegal fishing. Belum memadainya data potensi dan konservasi mengenai air tanah, belum memadainya data daerah rawan bencana dan geologi lingkungan, lemahnya koordinasi antar instansi dalam pengelolaan lingkungan hidup, belum konsistennya peraturan perundangan pengelolaan lingkungan hidup mulai dari pusat sampai ke daerah dikaitkan dengan otonomi daerah; dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat di segala strata kehidupan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup; lemahnya pengawasan dan pengendalian kerusakan kualitas lingkungan yang ditandai dengan tinggi tingkat pelanggaran dan perusakan lingkungan. Lemahnya penegakan hukum lingkungan hidup. Belum tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup yang memadai, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum adanya koordinasi antar daerah dalam pengelolaan sampah secara terpadu, pencemaran air, sungai, pencemaran udara, kualitas udara disebabkan
pencemaran dari sumber bergerak (sektor transportasi) dan sumber tidak bergerak (industri); Pencemaran tanah, pencemaran tanah diakibatkan oleh pengelolaan sampah (padat) parsial, terutama pada wilayah-wilayah lokasi TPA. f. Belum optimalnya Pelaksanaan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik (good governance). Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan masih rendahnya pelaksanaan prinsip-prinsip good govermance seperti transparansi, akuntanbilitas dan partisipasi di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Belum optimalnya koordinasi perencanaan pembangunan, perencanaan pembangunan yang dilaksanakan selama ini masih dirasakan belum optimal khususnya dalam koordinasi dan sinkronisasi. Masih terbatasnya profesionalisme di kalangan aparatur. Masih terbatasnya jumlah tenaga profesional, terampil khususnya tenaga perencanaan di samping itu pula partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan sangat terbatas, serta masih belum meratanya distribusi tenaga yang memenuhi kompetensi di Dinas/Instansi. Belum optimalnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi di kalangan aparatur pemerintahan. Perkembangan yang cepat dari teknologi informasi dan komunikasi belum ditangkap sebagai peluang dan kekuatan dalam pelaksanaaan pemerintahan dan pembangunan, khususnya dalam sosialisasi dan pencarian alternatifalternatif kebijakan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan maupun pengawasan. Belum optimalnya tingkat pelayan publik. Terbatasnya tenaga yang profesional dan terampil berpengaruh pada rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja, serta rendahnya kualitas pelayanan umum. Belum optimal pelayan publik juga disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana. Pola hubungan pemerintah dan masyarakat yang belum sesuai dengan kebutuhan demokratisasi. Hubungan pemerintah dan masyarakat yang konstruktif dalam mendorong proses konsolidasi demokrasi belum berjalan dengan optimal yang disebabkan masih adanya aparat yang belum memahami perubahan paradigma birokrasi yang lebih mengedepankan pelaksanaan good govermance. Hal ini ditandai
dengan belum terbukanya ruang publik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berada di dalam domain kemasyarakatan.
4.1.1. Identifikasi Permasalahan. Berdasarkan
permasalahan
pembangunan
Kabupaten
Blitar
diperlukan
identifikasi permasalahan berdasarkan kekuatan dan kelemahan guna mengetahui dinamika permasalahan internal serta peluang dan tantangan untuk mengetahui dinamika permasalahan yang berasal dari luar. 1. Kekuatan a.
Tersedianya sarana prasarana penyelenggaraan pemerintahan
b. Karakteristik Masyarakat Kab. Blitar yang terbuka, dinamis dan agamis c.
Potensi Budaya lokal yang beraneka ragam
d. Tersedianya sarana prasarana transportasi yang memadai (jalan, angkutan umum, terminal) e.
Tingginya
asprasi
dan
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
infrastruktur f.
Tersedianya sumber daya manusia yang cukup banyak
g.
Letak wilayah yang strategis untuk mendukung pengembangan sektor pertanian, pariwisata dan perdagangan.
h. Jumlah UMKM yang cukup besar berpotensi dalam pengembangan perekonomian i.
Potensi Sumber daya alam yang cukup banyak
2. Kelemahan a. Kinerja aparatur pemerintah dalam pelayanan dan penyelenggaraan urusan publik belum optimal b. Penyediaan lapangan kerja belum sesuai dengan jumlah penduduk usia produktif c. Produktifitas dan pemasaran hasil pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan belum optimal d. Belum adanya standardisasi produk dan rendahnya kualitas produk UMKM untuk dapat bersaing dengan produk daerah lain.
e. Infrastruktur yang mendukung distribusi barang dan jasa belum tersedia merata f. Pengelolaan potensi sumber daya alam belum optimal g. Terdapat kawasan yang berpotensi mengalami bencana alam (banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, tsunami).
3. Peluang a. Meningkatnya solidaritas,keseimbangan, keharmonisan dan kerukunan umat beragama di Kab. Blitar b. Terbukanya peluang usaha dibidang agrobisnis dan agroindustri c. Adanya kerjasama / kemitraan (CSR) antara pemerintah dan swasta maupun dengan perguruan tinggi, LSM. d. Berkembangnya teknologi infomasi di lingkungan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. e. Adanya kebijakan pemerintah untuk menigkatkan pelayanan dibindang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. f. Adanya program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan g. Belum optimalnya penggalian potensi daerah sebagai sumber PAD h. Terbukanya pasar tenaga kerja di Luar Negeri i.
Meningkatnya kepedulian terhadap pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
4. Tantangan a. Masuknya budaya asing yang bersifat negatif (pornografi, narkoba) sebagai akibat globalisasi dan perdagangan bebas. b. Disparitas antar wilayah yang dapat berakibat pada disharmonisasi masyarakat.
c. Perekonomian
regional,
nasional
bahkan
internasional
yang
dapat
mempengaruhi investasi dan pengembangan usaha berbasis lokal, ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan. d. Laju Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat yang berpengaruh pada kualitas keluarga, kesehatan masyarakat, penyediaan fasilitas pendidikan, lapangan pekerjaan dan fasilitas lainnya. e. Angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban yang tidak segera teratasi berpengaruh pada stabilitas wilayah dan ketenteraman masyarakat. f. Lingkungan hidup yang tidak dikelola dengan baik, perubahan iklim dan bencana alam yang belum diantisipasi berpengaruh pada berbagai aktivitas masyarakat. 4.2. Isu Strategis Dari proses identifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dirumuskan sebanyak 10 isu strategis yang dalam rangka merencanakan pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Blitar tahun 2011-2016 sebagai berikut : 1.
Peningkatan peran kehidupan umat beragama dan kearifan budaya lokal dalam pembangunan
2.
Pembangunan kehidupan politik dan penegakan hukum
3.
Perbaikan birokrasi dan tata pemerintahan
4.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan daya saing daerah
5.
Pengentasan kemiskinan dan pengangguran
6.
Keterjangkauan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat
7.
Kemudahan layanan kesehatan masyarakat
8.
Pertumbuhan ekonomi melalui revitalisasi sektor pertanian, agroindustri,UMKM dan industri kreatif
9.
Infrastruktur penunjang ekonomi dan investasi
10. Pembangunan ekonomi berkelanjutan
4.3. Fokus Pembangunan Sektoral Fokus pembangunan sektoral merupakan arahan perencanaan pembangunan dalam lima tahun kedepan dengan tetap memperhatikan perencanaan sebelumnya dan perencanaan strategis lainnya baik yang sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu yang akan datang. Hubungan antara fokus pembangunan sektoral dengan isu strategis adalah sebagai berikut ; Tabel 4.1. Hubungan Isu Strategis dan Fokus Pembangunan Sektoral No
ISU STRATEGIS
FOKUS PEMBANGUNAN SEKTORAL
1
Peningkatan peran kehidupan umat beragama dan kearifan lokal dalam pembangunan
Keagamaan dan kehidupan budaya a. Forum Kerukunan Umat beragama b. Festival budaya dan kesenian daerah c. Larangan kegiatan prostitusi di Kabupaten Blitar
2
Penegakan Hukum
Penyusunan Peraturan Daerah
3
Perbaikan birokrasi dan tata pemerintahan
Reformasi Birokrasi Kab. Blitar a. Penataan Kelembagaan b. Ketata laksanaan c. Pengembangan SDM
a. Pertumbuhan ekonomi melalui revitalisasi sektor pertanian, agroindustri dan UMKM b. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran
Pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan serta ketahanan pangan a. Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri yang meliputi : Pengadaan sarana dan prasarana produksi pertanian, Sarana Budidaya, Pasca Panen dan Pemasaran hasil pertanian. b. Komoditas pangan andalan c. Budidaya kelapa sawit dan pengolahannya d. Lumbung desa dan lumbung pangan desa
4
c. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan daya saing
No
ISU STRATEGIS
FOKUS PEMBANGUNAN SEKTORAL
e. Pasar Agrobisnis f. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Tambakrejo g. Kawasan Minapolitan di Nglegok h. Kawasan Agropolitan di Kanigoro i. Kawasan pengembangan minyak Atsiri j. Pengembangan Kawasan budidaya peternakan dan perikanan 5
Pertumbuhan ekonomi melalui revitalisasi sektor pertanian, agroindustri, koperasi dan UMKM.
Industri, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal a. Putri Kencana b. Revitalisasi pasar tradisional c. Koperasi d. Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) e. Pabrik gula
6
Infrastruktur penunjang ekonomi dan investasi Pembangunan ekonomi berkelanjutan
Infrastruktur a. Jalan Lintas Selatan b. Pelurusan jalan Blitar – Malang c. Perencanaan awal Bandara di Kabupaten Blitar d. Stadion Olah Raga di Nglegok e. Pembangunan gedung dan fasilitas pemerintahan ibu kota kabupaten di Kanigoro f. Sanitasi masyarakat g. Penyediaan Air Bersih h. Pembangunan perumahan rakyat i. Rehabilitasi infrastruktur pertanian j. Infrastruktur kawasan wisata
7
Pengentasan kemiskinan dan pengangguran
Penanggulangan Kemiskinan a. Bantuan modal usaha produktif b. Penganggulangan kemiskinan berbasis kluster c. Pemanfaatan CSR d. Optimalisasi peran TKPKD Kab. Blitar
8
Pengentasan kemiskinan dan
Ketenagakerjaan
No
ISU STRATEGIS
pengangguran
FOKUS PEMBANGUNAN SEKTORAL
a. Informasi dan Pelatihan ketenagakerjaan b. Fasilitasi TKI c. Transmigrasi
9
Infrastruktur penunjang ekonomi dan investasi Pembangunan ekonomi berkelanjutan
Pariwisata Pengembangan wisata alam, wisata Sejarah, Wisata Budaya dan Agrowisata
10
Keterjangkauan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat
Pendidikan a. Pengembangan SDM b. Peningkatan Sarana dan prasarana pendidikan c. Peningkatan mutu dan manajeman pendidikan
11
Kemudahan layanan kesehatan masyarakat
Kesehatan a. Jamkesda b. Peningkatan Sarara dan prasarana c. Puskesmas/Pustu d. Badan Layanan Umum Daerah e. Penyuluhan kesehatan f. Posyandu g. Posyandu lansia
12
Perbaikan birokrasi dan tata kelola pemerintahan
Penegasan Batas-batas wilayah Fasilitasi Permasalahan Tanah Perkebunan Revitalisasi Aset-aset daerah Pelayanan publik : a. SOP (Standart operration prosedur ) b. TAP (transparansi, akuntabilitas, partisipasi) c. Pelayanan Perijinan Satu Pintu d. e – KTP e. e - Goverment
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Kabupaten Blitar adalah suatu daerah yang telah mulai terbentuk sistem kepemerintahannya sejak lebih dari 650 tahun lalu, atau lebih tepatnya sejak 5 Agustus 1324, saat dimana Kerajaan Majapahit membentuk satu wilayah yang bernama Blitar sebagai daerah swatantra dibawah naungan Kerajaan Majapahit dengan sejumlah kewenangannya. Inilah yang kemudian menjadi tonggak sejarah Daerah Blitar dengan segenap masyarakatnya bertekad untuk meraih kesejahteraan dalam kehidupannya. Peran Kabupaten Blitar juga tercatat dalam perkembangan sejarah Indonesia. Untuk menggapai kesejahteraan itu, sejumlah tantangan dan hambatan telah dapat dilewati guna menggapai langkah yang lebih maju. Sementara itu, Arah pembangunan Kabupaten Blitar dalam kurun waktu lima tahun ke depan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan sosial-budaya masyarakat menuju ke arah yang lebih baik, lebih sejahtera, dan benar-benar menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Blitar ke depan, sejak awal telah disadari bahwa proses perubahan yang terjadi di masyarakat diharapkan tidak hanya terjadi pada aspek fisik dan ekonomi saja, tetapi juga perubahan pada taraf kehidupan masyarakat, kondisi sosial-budaya, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kependudukan, ketertiban, dan derajat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam menyelenggarakan pembangunan. Pembangunan di Kabupaten Blitar dikatakan berhasil tidak hanya apabila pembangunan itu berhasil menyediakan sarana dan prasarana fisik semata, seperti jalan mulus dan jembatan yang kokoh atau membangun berbagai pusat pelayanan publik. Namun, juga harus diukur dengan sejauh mana pembangunan itu dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, menimbulkan kemauan dan kemampuan dari masyarakat untuk maju dan mandiri. Dalam arti kemauan dan kemampuan masyarakat Kabupaten Blitar sendiri untuk menciptakan pembangunan dan melestarikan serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan —baik yang berasal dari usaha mereka sendiri maupun yang berasal dari prakarsa yang datang dari luar masyarakat itu. Arah pembangunan Kabupaten Blitar secara garis besar akan dikembangkan lebih empatif, kontekstual dan benar-benar menempatkan masyarakat sebagai subyek
pembangunan. Secara garis besar, arah dan kebijakan umum pembangunan yang prioritas dikembangkan ke depan adalah sebagai berikut: Pertama, pengembangan usaha perekonomian yang berorientasi pada efisiensi, efektivitas pengelolaan dan diversifikasi usaha. Kekurangan pokok dari berbagai upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat di masa lalu bahwa kecenderungan untuk terlalu memusatkan perhatian pada peningkatkan kuantitas produksi atau hasil, sehingga kebutuhan sistem produksi mendapat tempat yang lebih utama daripada kebutuhan rakyat. Kedua, memberdayakan masyarakat dan menempatkan masyarakat benar-benar sebagai subyek pembangunan. Kendala yang dihadapi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial sesungguhnya bukan hanya persoalan kemiskinan, tetapi juga kerentanan, ketidakberdayaan, dan tidak dimilikinya peluang yang cukup untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan sosial budaya. Banyak bukti menunjukkan, bahwa kemiskinan pada dasarnya justru terjadi sebagai akibat dari proses eksploitasi atau pengambilan hak secara kurang adil dari milik atau hak orang-orang miskin. Posisi tawarmenawar yang lemah, ketidakberdayaan dan tidak dimilikinya akses terhadap hukum dan perlindungan sosial yang memadai adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat miskin seringkali mudah diperlakukan tidak adil atau menjadi sasaran dari perlakuan-perlakuan yang merugikan mereka. Ketiga, pengembangan investasi sosial masyarakat. Yang dimaksud program pengembangan investasi sosial di sini adalah program pembangunan kesejahteraan rakyat yang bisa bermanfaat sebagai penyangga kebutuhan warga masyarakat dalam jangka lebih panjang, dan bukan sekadar program darurat yang habis seketika untuk memenuhi kebutuhan sesaat. Keempat, memperluas akses masyarakat pada pelayanan publik. Salah satu kebutuhan utama masyarakat Kabupaten Blitar yang sampai saat ini masih membutuhkan perhatian serius adalah ketersediaan fasilitas publik yang memadai, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan dan sumber-sumber keuangan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam RPJMN tahun 2010-2014 diuraikan mengenai visi Indonesia 2014 yakni “Terwujudnya Indoesia Yang Sejahtera, Demokratis Dan Berkeadilan”. Dengan mengacu pada
visi tersebut serta visi yang diangkat dalam RPJMD Propinsi Jawa Timur 2009-2014 yakni “Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” maka dilakukan penelaahan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai maupun yang akan dicapai untuk melaksanakan pembangunan daerah Kabupaten Blitar lima tahun mendatang. Hasil penelaahan tersebut kemudian dirumuskan oleh Kepala Daerah terpilih untuk menjadi visi Kabupaten Blitar.
5.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Blitar saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam lima tahun mendatang, serta mempertimbangkan sumber daya pembangunan yang dimiliki oleh Kabupaten Blitar dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar periode 2006-2026. Maka visi pembangunan Kabupaten Blitar tahun 2011-2016 adalah: “TERWUJUDNYA KABUPATEN BLITAR YANG SEJAHTERA, RELIGIUS DAN BERKEADILAN”
Untuk mewujudkan masyarakat yang Sejahtera perlu penerapan nilai-nilai keagamaan atau ketaqwaan terhadap TYME (masyarakat relegius) dan pemerintahan yang berkeadilan sehingga tercipta ketentraman, keamanan dan ketertiban. Dengan ketentraman, keamanan, ketertiban, maka akan mendorong masyarakat maju yang ditandai dengan jiwa enterpreneurship dan produktif. Makna: 1. Sejahtera Sejahtera dimaknai sebagai suatu kondisi daerah yang masyarakatnya memiliki keberdayaan secara sosial dan ekonomi, sehingga mampu melangsungkan kehidupan individu maupun kemasyarakatan secara layak. 2. Relegius (Agamis) Relegius (Agamis) dimaknai suatu kondisi dimana semua aktifitas kemasyarakatan dilandaskan pada nilai-nilai religi sehingga terwujud suatu kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan bermartabat.
3. Adil Adil dimaknai terwujudnya pembangunan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat untuk terciptanya masyarakat yang religius, demokratis, berbudaya dan bermartabat di Kabupaten Blitar
5.2 Misi Selanjutnya visi tersebut perlu dirumuskan dalam suatu misi. Visi dan misi yang dibuat ini perlu berpijak pada keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dalam kurun waktu 2006-2010. Keberhasilan pembangunan ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan. Capaian dan prestasi pembangunan periode 2006-2010 adalah merupakan modal utama untuk pelaksanaan pembangunan 2011 – 2016. Pada periode mendatang kita harus bekerja keras untuk lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat yang religius, membangun keadilan, penerapan tata kelola pemerintahan yang baik dan kualitas demokrasi. Kabupaten Blitar telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Blitar 2006-2026 yang ditetapkan dalam Perda No 24 Tahun 2008. Adapun visi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Blitar adalah: “Terbangunnya Perekonomian Rakyat yang Mandiri, Tangguh dan Berdaya saing, Menuju Masyarakat Kabupaten Blitar yang Sejahtera, Makmur dan Religius”. Upaya mencapai visi jangka panjang tersebut harus disusun secara sistematik dan berkesinambungan, terorganisir, dan dilaksanakan dengan penuh ketekunan, disiplin, dan kerja keras. Sedangkan tahapan dan prioritas pembangunan tahun 2011-2016
adalam
memantapkan dan meningkatkan hasil-hasil pembangunan pada lima tahun periode sebelumnya dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Bidang Keamanan dan ketertiban di Kabupaten Blitar terus membaik dengan meningkatnya kemampuan dasar pertahanan dan keamanan negara yang ditandai dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan bekerjasama
dengan aparat keamanan. Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum nasional. Sejalan dengan itu, kehidupan yang lebih demokratis semakin terwujud ditandai dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan bangsa. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah. Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan yang mantap; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat; serta makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa. Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan sentra-sentra industri atau produk unggulan industri sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; serta penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Kondisi itu didukung oleh pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui
penguatan Sistem Inovasi Daerah (SID) dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam RPJMN 2010-2014 misi pembangunan yang akan dicapai adalah (1) melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang Sejahtera, (2) Memperkuat pilar-pilar demokrasi, dan (3) Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Selanjutnya dalam RPJMD Propinsi Jawa Timur telah dirumuskan mengenai misi pembangunan Propinsi Jawa Timur yakni “Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat”. Dengan menyelaraskan baik misi pembangunan nasional dan misi pembangunan Propinsi Jawa Timur, maka misi pembangunan Kabupaten Blitar untuk periode 2011-2016 dirumuskan kedalam 7 (tujuh) misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan
kesejahteraan,
keberdayaan,
kesempatan
kerja
dan
partisipasi
masyarakat; 2. Mewujudkan peningkatan kualitas infrasrtuktur dan pelayanan publik serta akses masyarakat terhadap sumber daya ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan; 3. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan dengan didukung penguatan Sistem Inovasi Daerah; 4. Mewujudkan penerapan nilai-nilai kehidupan beragama dalam perilaku kehidupan bermasyarakat yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa;
5. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban di lingkungan masyarakat serta penegakan hukum dan HAM; 6. Mewujudkan optimalisasi pengendalian sumberdaya alam, pelestarian lingkungan hidup dan penataan ruang yang berkelanjutan; 7. Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui reformasi
birokrasi yang profesional dan bersih dari KKN.
5.3 Tujuan Tujuan yang akan dicapai dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Blitar tahun 2011-2016
mengacu pada pernyataan visi dan misi sebagai
berikut; 1. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja 2. Tersedianya infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya 3. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan serta penerapan Iptek. 4. Membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan. 5. Terciptanya iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia. 6. Terwujudnya keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup. 7. Membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud
birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN
5.4 Sasaran Sasaran merupakan hasil yang diharapkan dari tujuan perencanaan pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Blitar tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut ; 1. Sasaran dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja adalah ; a.
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
b. Meningkatnya Usia Harapan Hidup c.
Menurunnya prevalensi anak balita kurang gizi
d. Meningkatnya akses dan mutu pendidikan e.
Berkurangnya angka buta huruf
f.
Meningkatnya kualitas dan produktivitas kerja
g.
Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja
h. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olah raga. 2. Sasaran dalam rangka menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya adalah ; a.
Tersedianya infrastruktur Jalan
dan jembatan, transportasi serta teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). b. Tersedianya infrastruktur pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang memadai untuk peningkatan produksi dan pemasaran produk. c.
Tersedianya infrastruktur kesehatan yang makin luas jangkauannya
d. Tersedianya infrastruktur pendidikan yang layak dan memenuhi standar e.
Tersedianya infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air.
f.
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman.
g.
Meningkatnya kualitas objek dan sarana pariwisata
h. Meningkatnya kualitas sarana prasarana pasar tradisional i.
Terbangun dan terpeliharanya infrastruktur pemerintahan di Kabupaten Blitar
j.
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
3. Sasaran dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan adalah ;
a.
Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
b. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau c.
Meningkatnya daya beli dan ketahanan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal
d. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan UMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing e.
Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapang kerja
f.
Meningkatnya peran dan kontribusi kawasan pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi
g.
Terciptanya lapangan kerja berkualitas .
4. Sasaran dalam rangka membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan adalah ; a.
Meningkatnya ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Meningkatnya kerukungan umat beragama c.
Meningkatnya pelaksanaan interaksi budaya dalam rangka peningkatan modal sosial
d. Berkembangnya penerapan nilai budaya dalam rangka peningkatan modal sosial e.
Berkembangnya nilai budaya yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan kebijakan pembangunan
f.
Meningkatnya penerapan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, serta meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya sebagai sumber daya pembangunan
5. Terciptanya iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia. a.
Meningkatnya kesadaran hukum dan pembinaan hukum
b. Meningkatnya peran masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketenteraman c.
Meningkatnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
d. Menurunnya pelanggaran hukum dan kriminalitas e.
Menurunnya jumlah kasus Narkoba.
6. Terwujudnya keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup. a.
Berkurangnya pencemaran air udara dan tanah
b. Pengelolaan Sumber daya alam yang ramah lingkungan c.
Berkurangnya kerusakan hutan akibat kegiatan ilegal
d. Mencegah meluasnya areal lahan kritis e.
Meningkatnya kesadaran masyarakat agar peduli pada kelestarian lingkungan hidup
f.
Tersedianya fasilitas pengolahan limbah pada lingkungan usaha/industri
g.
Berkurangnya penangkapan ikan ilegal
7. Membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud
birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN a.
Meningkatnya profesionalisme birokrasi
b. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur c.
Meningkatnya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel berbasis teknologi informasi
d. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintah yang efektif dan
efisien e.
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
f.
Meningkatnya partisipasi masyrakat dalam perencanaan pembangunan
g.
Menguatnya peran masyarakat dalam kehidupan politik
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
6.1. Strategi Pembangunan Strategi merupakan serangkaian kebijakan yang ditempuh untuk melaksanakan agenda dan prioritas-prioritas pembangunan. Strategi pembangunan tahun 2011-2016 pemerintah Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut : 1. Strategi yang dilaksanakan dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan adalah sebagai berikut :
a.
Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
b. Peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak c.
Peningkatan akses dan mutu pendidikan baik formal maupun non formal.
d. Peningkatan kualitas, profesionalisme pendidik, tenaga kependidikan dan lembaga pendidikan yang berwawasan luas dan terbuka e.
Peningkatan peran dan fungsi Komite Pendidikan disetiap jenjang dan wilayah pendidikan
f.
Peningkatan sistem pembinaan dan informasi ketenaga kerjaan,
kesejahteraan
serta perlindungan tenaga kerja. g.
Perluasan dan penciptaan lapangan kerja berkualitas.
h. Peningkatan kualitas pembinaan pemuda dan olah raga baik melalui jalur pendidikan maupun diluar jalur pendidikan. 2. Strategi dalam rangka penyediaan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya ditempuh melalui ; a.
Peningkatan jumlah dan mutu infrastruktur jalan, jembatan, transportasi dan teknologi informasi (TIK) yang handal dan terintegrasi.
b. Peningkatan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan. c.
Peningkatan perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
d. Peningkatan perbaikan dan pembangunan gedung sekolah dan perpustakaan.
e.
Peningkatan penyediaan infrastruktur sumberdaya air
f.
Peningkatan
pembangunan
perumahan,
penyediaan
sarana
air
bersih,
persampahan dan pengolahan limbah. g.
Peningkatan pengelolaan potensi wisata baik wisata alam, sejarah, budaya melalui pola kemitraan maupun investasi oleh pihak swasta.
h. Revitalisasi pasar tradisional.
i.
Melaksanakan pembangunan
dan pemeliharaan infrastruktur Pemerintahan
Kabupaten Blitar, diwilayah kecamatan dan desa/kelurahan secara bertahap dan simultan. 3. Dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, strategi diarahkan terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi yang dilaksanakan guna mencapai tujuan ini adalah ; a. Peningkatan program penanggulangan kemiskinan dan optimalisasi peran Tim Koordinasi Pemberantasan Kemiskinan Daerah (TKPKD) b. Pengembangan kawasan dan tata ruang pertanian untuk meningkatkan ketersediaan pangan. c. Mendorong
pemerataan
pembangunan
dengan
percepatan
pembangunan
dan
pertumbuhan wilayah-wilayah tertinggal, strategis dan cepat tumbuh yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam dan lokasi yang strategis dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, dunia usaha, dan masyarakat guna mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah; d. Pengembangan Koperasi dan UMKM berbasis klaster e. Peningkatan daya tarik dan daya saing daerah
4. Untuk membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan, dicapai melalui strategi sebagai berikut ; a. Menciptakan suasana yang makin kondusif bagi umat beragama untuk beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya.
b. Meningkatkan komunikasi yang harmonis antar tokoh-tokoh keagamaan dan meningkatkan kerjasama lintas agama c. Peningkatan apresiasi terhadap budaya daerah
5. Tujuan untuk menciptakan iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia, akan dicapai melalui strategi pembangunan sebagai berikut ; a. Peningkatan penyuluhan peraturan/hukum kepada masyarakat b. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memelihara ketertiban umum dan ketenteraman c. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk patuh dan disiplin terhadap hukum d. Peningkatan kepedulian masyarakat untuk mencegah penggunaan narkoba e. Pengarusutamaan Gender f. Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup 6. Untuk mewujudkan keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup ditempuh strategi peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. 7. Untuk membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut ; a. Melaksanakan peraturan perundang-undangan terkait reformasi birokrasi, kepegawaian, pelayanan publik dan pengelolaan keuangan secara konsisten b. Pemberdayaan
dan
penguatan
kelembagaan
masyarakat
dalam
perencanaan
pembangunan daerah 6.2. Arah Kebijakan Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan sebagaimana tersebut diatas, maka dirumuskan arah kebijakan pembangunan daerah yang bertumpu pada analisis masalahmasalah yang sedang terjadi maupun yang diprediksi muncul dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun kedepan.
1. Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan diarahkan melalui serangkaian kebijakan sebagai berikut : a.
Sebagai upaya untuk meningkatkan usia harapan hidup dan menurunkan prevalensi balita kurang gizi maka kebijakan diarahkan melalui;
1) Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan; 2) Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin; 3) Peningkatan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan; 4) Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat; 5) Peningkatan pembinaan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan; 6) Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan; 7) Pengembangan manajemen dan regulasi bidang kesehatan; b. Upaya untuk meningkatkan angka melek huruf, membentuk kepribadian insan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan pendidikan maka kebijakan diarahkan melalui ;
1) Meningkatkan kualitas lulusan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia; 2) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; 3) Memberdayakan orang tua siswa dan masyarakat sebagai stakeholder sekolah dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah; 4) Meningkatkan layanan pendidikan ketrampilan bagi anak luar biasa agar dapat hidup mandiri; 5) Mengoptimalkan peran komite sekolah;
6) Meningkatkan penyelenggaraan Pendidikan Yang Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH) atau life skill berdasarkan paradigma Broad Based Education (BBE); 7) Meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka memasuki dunia kerja; 8) Memanfaatkan
sistem
pendidikan
jarak
jauh/terbuka
dengan
mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi pendidikan; 9) Mendorong terwujudnya upaya-upaya kearah pemberdayaan budaya lokal dan tradisional untuk meningkatkan fungsinya sebagai asset pendidikan, maupun ilmu pengetahuan; 10) Memperbanyak penyelenggaraan pendidikan kejuruan; 11) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat; 12) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kecakapan hidup secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya; 13) Meningkatnya
efisiensi
penyelenggaraan
pendidikan
dengan
memberdayakan dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat, didukung oleh sarana dan prasarana untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif dan efisien; 14) Mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup yang berorientasi pasar, fokus pada permintaan pasar kerja; 15) Mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup yang difokuskan pada menyiapkan warga belajar untuk usaha mandiri; 16) Mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup yang diorientasikan dan diintegrasikan dengan pengembangan industri dan ekonomi masyarakat tingkat lokal, dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan lokal;
17) Mempertajam prioritas penelitian, pengembangan dan rekayasa iptek yang berorientasi pada permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha serta berbagai masukan dalam pembuatan kebijakan Pemerintah Daerah; 18) Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas IPTEK dengan memperkuat
kelembagaan, sumberdaya dan jaringan; c. Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja serta menurunkan angka pengangguran maka arah kebijakan pembangunan adalah sebagai berikut
1) Menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main ketenagakerjaan
yang
berkaitan
dengan
rekrutmen,
outsourcing,
pengupahan, PHK, serta memperbaiki aturan main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan; 2) Menciptakan kesempatan kerja melalui investasi. Dalam hal ini Pemerintah akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan peningkatan investasi; 3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang dilakukan antara lain dengan memperbaiki pelayanan pendidikan, pelatihan serta memperbaiki pelayanan kesehatan; 4) Memperbarui program-program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain adalah program pekerjaan umum, kredit mikro, pengembangan UKM, serta program-program pengentasan kemiskinan; 5) Memperbaiki berbagai kebijakan yang berkaitan dengan dengan migrasi tenaga kerja, baik itu migrasi tenaga kerja internal maupun eksternal; 6) Menyempurnakan kebijakan program pendukung program penempatan dan
pengembangan kesempatan kerja dengan mendorong terbentuknya jejaring informasi ketenagakerjaan dan informasi pasar kerja serta Perencanaan Tenaga Kerja Daerah; d. Untuk meningkatkan peran pemuda dan prestasi olah raga, kebijakan yang ditempuh adalah sebagai berikut;
1) Memperluas kesempatan para pemuda untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan. 2) Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama.
3) Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan dalam pembangunan. 4) Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan Napza, minuman keras, penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual. 5) Mengembangkan kebijakan dan manajemen olahraga sebagai upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan. 6) Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga. 7) Meningkatkan upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga
secara sistematik, berjenjang dan berkelanjutan. 2. Dalam upaya untuk menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya maka kebijakan-kebijakan pembangunan
yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut; a. Untuk menyediakan infrastruktur transportasi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta jalan dan jembatan ditempuh kebijakan sebagai berikut ;
1) Penyediaan jalan dan jembatan dangan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala; 2) Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas; 3) Membangun Sistim Jaringan Jalan yang mendukung kawasan strategis potensial; 4) Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM bidang penyelenggaraan prasarana jalan; 5) Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan pembangunan prasarana jalan; 6) Peningkatan Koordinasi; dan konsultasi kepada pemerintah propinsi dan pemerintah pusat untuk membantu pendanaan untuk pembangunan; pemeliharaan jalan dan jembatan; 7) Membangunan sistem jaringan transportasi dan sarana transportasi yang memadai dan terpadu sebagai penghubung antar wilayah;
8) Mengembangkan jaringan komunikasi berbasis internet (TIK) sebagai sarana komunikasi dan informasi dalam kerangka e-government. b. Untuk menyediakan infrastruktur pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang memadai dalam rangka peningkatan produksi dan pemasaran produk, kebijakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut;
1) Pembangunan dan perbaikan balai-balai penyuluhan pertanian. 2) Peningkatan jalan usaha tani, dan irigasi untuk pengairan sawah teknis 3) Pengembangan infrastruktur pendukung di sentra-sentra pertanian: sentra tembakau di Selopuro, sentra blimbing di Kanigoro, Srengat, sentra cabe di Panggungrejo, Wonotirto, dan daerah selatan, sentra jagung di daerah Blitar selatan. 4) Pengembangan usaha peternakan (sapi perah, sapi potong, kambing, dan ayam/perunggasan) 5) Pembangunan dan pengembangan Pasar Hewan secara terpadu 6) Pembangunan Pelabuhan pendaratan ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 7) Kerjasama dengan investor untuk pengembangan kawasan integrasi anatar peternakan dan perkebunan. Peternakan sapi perah (di Perkebunan Piji Ombo dan Nyunyur) dengan Sistem Plasma-Inti. 8) Kerjasama dengan investor untuk pengembangan pengolahan kelapa sawit dan agroindustri lainnya. c. Untuk menyediakan infrastruktur kesehatan yang makin luas jangkauannya, maka kebijakan diarahkan pada peningkatan jumlah dan kualitas sarana prasarana Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. d. Untuk menyediakan infrastruktur pendidikan yang layak dan memenuhi standar, dilaksanakan kebijakan meningkatkan jumlah dan kualitas gedung-gedung sekolah dan perpustakaan sekolah. e. Untuk menyediakan infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air maka kebijakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ;
1) Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang; 2) Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi pada lima tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan; 3) Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis; 4) Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan; 5) Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air; f.
Dalam upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana prasarana dasar pemukinan, kebijakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut;
1) Mengembangkan teknologi pembangunan bidang perumahan; 2) Melaksanakan percepatan pembangunan sanitasi pemukiman (PPSP). 3) Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam upaya mencapai sasaran target cakupan pelayanan air minum di perkotaan dan pedesaan; 4) Menunjang pelaksanaan pengendalian kebocoran air minum; 5) Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah di perkotaan dan pedesaan; 6) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pelestarian sumber air serta dalam pemeliharaan dan pengelolaan sarana air minum dan air limbah;
7) Mendorong upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sarana air minum dan air limbah dengan mitra usaha swasta; 8) Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana sanitasi di pedesaan; 9) Meningkatkan upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sampah dengan mitra usaha swasta; 10) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan
dan pemeliharaan sarana persampahan dan drainase serta peningkatan kesadaran berperilaku hidup dan sehat (PHBS).
g. Untuk meningkatkan kualitas sarana prasarana pasar tradisional ditempuh kebijakan melakukan pembenahan tata kelola dan infrastruktur pasar tradisional dalam rangka mendukung peningkatan aktivitas perdagangan skala mikro, kecil dan menengah. h. Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Wilayah Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, maka kebijakan pembangunan infrastruktur dibidang pemerintahan adalah ;
1) Peningkatan Peningkatan Koordinasi dan konsultasi kepada pemerintah propinsi dan pemerintah pusat untuk membantu pendanaan untuk pembangunan gedung pemerintahan di Kanigoro; 2) Peningkatan perbaikan infrastruktur pemerintahan diwilayah kecamatan dan desa/kelurahan. 3. Dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri yang berdaya saing dan ekonomi pedesaan serta penerapan Iptek dilaksanakan melalui ; a. Menurunkan persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dengan kebijakan sebagai berikut ;
1) Penyempurnaan berbagai kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat miskin serta konsisten dalam pelaksanaannya; 2) Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha melalui kebijakan yang mampu mengentaskan kemiskinan; 3) Penajaman program pembangunan lintas sektor dan lintas pelaku yang diarahkan pada desa-desa dan kantong-kantong komunitas miskin;
4) Peningkatan pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap ketersediaan pangan yang memadai dan bermutu; 5) Penataan dan pengembangan sektor informal perkotaan melalui penyediaan fasilitas tempat usaha yang strategis, sehat dan tidak mengganggu sektor dan penyedia/pengguna jasa lainnya; 6) Peningkatan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah) tetapi tetap memperhatikan mekanisme pasar yang ada; 7) Pengembangan kapasitas yang diorientasikan pada penguatan peran pemerintah sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan serta pengembangan sinergi dengan kalangan LSM dan Perguruan Tinggi dalam rangka fasilitasi atas pemberdayaan masyarakat miskin dan evaluasi program; 8)
Peningkatan keterlibatan masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan pembangunan terutama yang secara langsung menyangkut kepentingan dan eksistensinya melaui forum dialog yang konstruktif;
b. Untuk mengupayakan pemenuhan pangan yang bermutu dan terjangkau ditempuh kebijakan sebagai berikut; 1) Mempertahankan tingkat produksi pangan dengan menciptakan lahan pertanian berkelanjutan; 2) Meningkatkan populasi ternak dan produksi hasil ternak agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung peningkatan kualitas SDM; 3) Melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat. c. Dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat serta meningkatkan peran dan kontribusi kawasan pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi maka arah kebijakan yang ditempuh adalah ;
1) Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan 2) peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan lain serta penguatan lembaga pendukungnya 3) pengelolaan dan pemanfaatan hutan 4) Meningkatkan promosi dan pemasaran produk-produk pertanian dan pedesaan lainnya untuk meningkatkan kontinuitas pasokan, khususnya ke pasar perkotaan terdekat serta industri olahan berbasis sumber daya lokal 5) Menciptakan kawasan ekonomi terpadu yang didasarkan pada keterkaitan antar sektor ekonomi dan kawasan sentra produksi melalui pengembangan sektor unggulan dan potensial serta menciptakan pusat pengembangan baru yang berorientasi pada sektor primer. 6) Pengembangan potensi wilayah dan kluster ekonomi pedesaan baik pada daerah pesisir, sekitar hutan, persawahan, pertambakan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja; 7) Pengembangan kapasitas yang diorientasikan pada penguatan peran pemerintah sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan serta pengembangan sinergi dengan kalangan LSM dan Perguruan Tinggi dalam rangka pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing; d. Untuk meningkatkan peran kelembagaan dan permodalan Koperasi dan UMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing, maka ditempuh arah kebijakan sebagai berikut ; 1) Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, atau masyarakat miskin.
2) Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender, terutama untuk :
Memperluas akses kepada sumber permodalan, khususnya perbankan. Memperbaiki lingkungan usaha, dan menyederhanakan prosedur perijinan. Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi. 3) Memperluas basis dan kesempatan berusaha, serta menumbuhkan wirausaha
baru
berkeunggulan
untuk
mendorong
pertumbuhan,
peningkatan ekspor, dan penciptaan lapangan kerja, terutama dengan arah kebijakan ; Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi penerapan tekonologi. Mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agrobisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif. Mengembangkan
UMKM
untuk
makin
berperan
dalam
proses
industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional, sesuai karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap daerah. 4) Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing terhadap produk impor, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
5) Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk: Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi, serta kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari praktik-praktik persaingan usaha yang tidak sehat. Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) kepada koperasi. 6) Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi. 7) Menguatkan program Putri Kencana yang terdiri dari klaster industri Manggarsari, Java Atsiri, Sari Raos dan mendorong tumbuhnya klaster industri unggulan daerah lainnya. 8)
Memfasilitasi pembentukan jaringan perdagangan untuk memasarkan produk-produk unggulan daerah yang dihasilkan oleh program Putri Kencana.
e. Untuk mendorong peningkatan investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja maka kebijakan diarahkan pada peningkatan pelayanan serta perumusan prosedur perijinan dan investasi yang efisien, terukur dan terpadu.
4. Dalam upaya membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilai-nilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan, arah kebijakan pembangunan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut ; a. Meningkatkan ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa, diarahkan melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, serta kehidupan beragama dengan upaya yang dilakukan diantaranya :
Meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Meningkatkan kualitas penataan dan pengelolaan, serta pengembangan fasilitas pelaksanaan ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama.
Meningkatkan pembinaan keluarga harmonis untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama pembentukan moral dan etika masyarakat.
Meningkatkan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.
b. Meningkatkan kerukungan umat beragama dengan kebijakan yang diarahkan pada meningkatnya kerukunan intra dan antar-umat beragama dengan upaya yang dilakukan antara lain ;
Meningkatkan upaya menjaga harmoni sosial di dalam kelompok-kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat.
Mencegah kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara responsif, dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik.
Menyelesaikan konflik sosial yang berlatang belakang agama melalui mekanisme
resolusi
konflik,
dengan
mengutamakan
keadilan
dan
persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki. c. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan interaksi budaya, pengembangan penerapan nilai budaya yang positif dan produktif serta pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya, penerapan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, sebagai sumber daya pembangunan dan dalam rangka memantapkan kebijakan pembangunan maka kebijakan diarahkan pada pelibatan secara aktif organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dan pelaku budaya lainnya dalam rangka memperkuat modal sosial dalam kerangka pelaksanaan pembangunan. 5. Dalam rangka menciptakan iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia arah kebijakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut ; a. Untuk meningkatkan kesadaran hukum dan pembinaan hukum kebijakan diarahkan pada ;
1) Meningkatkan budaya ”sadar hukum” antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi
berbagai
peraturan
perundang-undangan
serta
perilaku
keteladanan dari kepala daerah dan jajarannya dalam mematuhi dan mentaati hukum serta penegakan supremasi hukum; 2) Menggunakan nilai-nilai budaya daerah sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan terciptanya kesadaran hukum masyarakat; 3) Meningkatkan upaya kemajuan, perlindungan, penegakan, pemenuhan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia; 4) Menegakkan hukum secara adil, konsekuen dan tidak diskriminatif.
b. Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum, meningkatkan
kepatuhan
dan
disiplin
masyarakat
terhadap
hukum,
menurunnya pelanggaran hukum dan kriminalitas, arah kebijakan yang akan dilaksanakan adalah ; 1) Meningkatkan
kerjasama
dengan
Kepolisian
dalam
upaya
menciptakan
ketenteraman dan ketertiban. 2) Meningkatkan profeionalisme aparat Satpol PP melalui pembinaan kinerja dengan meningkatkan sumber daya organisasi dan manajemen serta pemantapan struktur Satpol PP
3) Meningkatkan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan terutama melalui deteksi dini dan keterlibatan para tokoh masyarakat; c. Untuk mengurangi jumlah kasus Narkoba kebijakan yang ditempuh adalah ; 1) Meningkatkan kampanye bahaya Narkoba 2) Optimalisasi peran BNN Kabupaten Blitar dalam melakukan upaya sinergis komprehensif dalam mencegah penggunaan dan penyebarluasan narkoba di tengah masyarakat d. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta perlindungan anak maka dalam rangka pengarusutamaan Gender, kebijakan diarahkan pada ; 1) Implemetasi Perda Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dari Blitar; 2) Meningkatkan kampanye anti trafficking dan anti kekerasan terhadap perempuan termasuk TKW; 3) Meningkatkan kampanye anti trafficking dan anti kekerasan terhadap anak;
4) Mengeliminir berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta menyelenggarakan perlindungan perempuan dan anak dari korban kekerasan; 5) Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak serta penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak; 6) Memperkuat
kelembagaan,
pemberdayaan
perempuan,
untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemberdayaan perempuan, dan jaringan
pengarusutamaan
gender
dan
anak
dalam
perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di segala bidang; 7) Meningkatkan pemenuhan komitmen-komitmen internasional berkaitan
dengan hak-hak perempuan, penyediaan data dan statistik gender, serta peningkatan partisipasi masyarakat. 6. Dalam rangka mewujudkan keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup maka arah kebijakan yang dilaksanakan adalah ; a. Mengurangi pencemaran air udara dan tanah serta pengelolaan Sumber daya alam yang ramah lingkungan dengan kebijakan yang diarahkan pada ; 1) Pengarusutamaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan. 2) Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup. 3) Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan peraturan perundangan lingkungan, dan penegakannya secara konsisten terhadap pencemar lingkungan. 4) Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan. 5) Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup, terutama dalam menangani permasalahan yang bersifat akumulatif, fenomena alam yang bersifat musiman dan bencana. 6) Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup, dan berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup.
7) Meningkatkan penyebaran data dan informasi lingkungan, termasuk informasi wilayah-wilayah rentan dan rawan bencana lingkungan dan informasi kewaspadaan dini terhadap bencana. 8)
Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut, perairan tawar (danau, embung, perairan umum), dan pulaupulau kecil.
b. Untuk mengurangi
kerusakan hutan akibat kegiatan ilegal dan mencegah
meluasnya areal lahan kritis, ditempuh kebijakan yang diarahkan pada perbaikan sistem pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya. c. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli pada kelestarian lingkungan hidup, maka arah kebijakannya adalah ; 1) Meningkatkan
eksploitasi
dengan
selalu
memperhatikan
aspek
pembangunan berkelanjutan, khususnya mempertimbangkan kerusakan hutan, keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan. 2) Meningkatkan peluang usaha pertambangan skala kecil di wilayah terpencil dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup. 3) Meningkatkan manfaat pertambangan dan nilai tambah. 4) Menerapkan good mining practice di lokasi tambang yang sudah ada. 5) Rehabilitasi kawasan bekas pertambangan. 6) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan. d. Untuk menyediakan fasilitas pengolahan limbah pada lingkungan usaha/industri ditempuh kebijakan meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pengolahan limbah pada kegiatan usaha/industri oleh instansi terkait.
e. Untuk mengurangi penangkapan ikan (illegal fishingI) dan satwa ilegal kebijakan diarahkan pada ; 1) Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya alam (laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil ) secara lestari berbasis masyarakat. 2) Pembangunan sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan
sumber daya laut dan pesisir, disertai penegakan hukum.
7. Dalam rangka membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud birokrasi yang efisien, efektif dan bebas KKN, maka arah kebijakan dilaksanakan adalah peningkatan profesionalisme birokrasi, kinerja dan disiplin aparatur, kualitas sumber daya aparatur pemerintah, pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel berbasis teknologi informasi, serta kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang efektif dan efisien melalui ; 1) Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dan praktik-praktik KKN dengan cara:
Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan, dan pada semua kegiatan.
Meningkatkan efektivitas pengawasan aparatur pemerintah melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat.
Meningkatkan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung jawab.
Mempercepat
pelaksanaan
tindak
lanjut
hasil-hasil
pengawasan
dan
pemeriksaan.
Meningkatkan pemberdayaan penyelenggara negara, dunia usaha, dan masyarakat dalam pemberantasan KKN.
2) Meningkatkan kualitas penyelengaraan administrasi negara melalui:
Menata kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih proporsional, ramping, luwes dan responsif.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan, dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemerintahan.
Menata dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia aparatur agar lebih profesional sesuai tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik (prima) kepada masyarakat.
Meningkatkan kesejahteraan pegawai, dan pemberlakuan sistem karier berdasarkan prestasi (merit system).
Optimalisasi
pengembangan
dan
pemanfaatan
e-Government,
dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.
dan
3) Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan maka kebijakan diarahkan pada ; a. Penguatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi
dalam
proses
pembangunan,
dan
mengawasi
jalannya
pemerintahan b. Meningkatkan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi c. Terbitnya peraturan daerah (Perda) tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan umum merupakan sarana untuk mencapai tujuan disertai dengan targettarget yang hendak dicapai. Kebijakan umum yang dirumuskan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam rangka melaksanakan visi dan misi pembangunan janka menengah daerah (2011-2016) telah mencakup empat perspektif sebagaimana strategi perencanaan yang meliputi : 1. Kebijakan pada perspektif masyarakat/layanan yaitu kebijakan yang dapat mengarahkan kejelasan segmentasi masyarakat yang akan dilayani, kebutuhan dan aspirasi mereka dan layanan apa yang harus diberikan. 2. Kebijakan pada perspektif proses internal yaitu kebijakan bagi operasionalisasi aparat dan lembaga pemerintahan yang mendorong proses penciptaan nilai dari proses inovasi, pengembangan barang/jasa publik, dan penyerahan layanan pada segmentasi masyarakat yang sesuai. 3. Kebijakan pada perspektif kelembagaan yaitu kebijakan yang mendorong upaya-upaya yang mengungkit kinerja masa depan berupa investasi pada perbaikan SDM, sistem, dan pemanfaatan teknologi informasi bagi peningkatan kinerja operasional pemerintahan daerah. 4. Kebijakan pada perspektif keuangan yaitu kebijakan yang memberi jalan bagi upaya untuk mengefektifkan alokasi anggaran, efisiensi belanja, dan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas keuangan daerah demi mendukung strategi pembangunan daerah. Dalam bab ini kebijakan umum akan menggambarkan adanya keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan. Melalui kebijakan umum diperoleh cerita strategi melalui program-program yang saling terkait dan rasional dalam mendukung pencapaian indikator dan target sasaran yang ditetapkan. Keberhasilan capaian satu program mendukung atau memicu keberhasilan program lainnya.
Kebijakan umum pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Blitar tahun 20112016 adalah sebagai berikut ; 8. Meningkatkan aksesibilitas kesehatan, pendidikan dan mengupayakan iklim yang mendukung bagi terciptanya pengembangan usaha dan peluang kerja 9. Penyediaan
infrastruktur
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
masyarakat,
pengembangan pariwisata dan pengentasan kemiskinan 10.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat khususnya dipedesaan.
11.
Mendorong pelibatan lembaga-lembaga keagamaan untuk membangun perilaku
masyarakat yang mencerminkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai nilai-nilai budaya bangsa 12.
Meningkatkan kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan menciptakan
ketertiban dan keamanan 13.
Memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup 14.
Memperkuat kelembagaan, menyempurnakan tugas pokok dan fungsi serta norma
standar pelayanan SKPD, meningkatkan kesejahteraan aparatur pemerintah dan menegakkan disiplin pegawai.
TABEL 7.1 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM KABUPATEN BLITAR Misi 1 : Mewujudkan kesejahteraan, keberdayaan, kesempatan kerja dan partisipasi masyarakat No 1
1.
TUJUAN/SASARAN 2
Tujuan : Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja
Sasaran : Meningkatnya usia harapan hidup Menurunnya prevalensi anak balita kurang gizi Meningkatnya angka melek huruf, angka partisipasi sekolah dan lama sekolah
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR
3
4
5
6
Meningkatkan aksesibilitas kesehatan, pendidikan dan mengupayakan iklim yang mendukung bagi terciptanya pengembangan usaha dan peluang kerja
Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran Terbuka
a. IPM 73,62 b. Indeks Pendidikan 77,93 c. Indeks Kesehatan 76,44 d. Tingkat Penganggu ran Terbuka 2,71
a. IPM 74,40 b. Indeks Pendidikan 86,60 c. Indeks Kesehatan 80,28 d. Tingkat Pengangguran Terbuka 1,85
URUSAN
PROGRAM
7
8
Kesehatan Pendidikan Kearsipan Perpustakaan Ketenagakerjaan Kepemudaan dan Olah Raga g. Sosial h. Keluarga Berencana dan Kesejahateran Sosial i. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pencegahan dan pemberantasan penyakit Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pembinaan/perbaikan Gizi Masyarakat Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Pengembangan Lingkungan sehat Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular Peningkatan pelayanan imunisasi Peningkatan surveilance dan penanggulangan wabah bencana Peningkatan pelayanan kesehatan
a. b. c. d. e. f.
SKPD 9
Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Disnakertrans Dinas Porbudpar Dinas Sosial BPP KB Kantor Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
Terbentuknya kepribadian insan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan pendidikan Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja Menurunnya angka pengangguran
INDIKATOR 4
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
8
9
7
lansia Peningkatan pelayanan Ibu dan anak Pengawasan dan Pengendalian kesehaan makanan Standardisasi pelayanan kesehatan Masyarakat Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja Program peningkatan kesempatan kerja Peningkatan dan pembinaan kepemudaan olah raga Program peningkatan peran serta kepemudaan Pembinaan dan pemasyarakatan olah raga Pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
INDIKATOR 4
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
7
8
9
Peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Eks-Trauma Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo Pembinaan EksPenyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, WTS, Narkoba, dan penyakit sosial lainnya) Pemberdayaan Fakmis, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Pembinaan Anak Terlantar Pengembangan bahan infomasi tentang
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
INDIKATOR 4
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR Keluarga Berencana Kesejahteraan Reproduksi Remaja (KRR) Peningkatan Kualitas Hidup dan Pemberdayaan Perempuan Pengembangan model operasional BKBPosyandu PAUD Peningkatan peran serta dan kesejahteraan gender dalam pembangunan Peningkatan perlindungan perempuan Penguatan kelembagaan pengarusutaman gender dan anak
Misi 2 : Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan publik dan infrastruktur serta akses masyarakat terhadap sumber daya ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan. No TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
1.
Tujuan : Tersedianya infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya
Penyediaan Infrastruktur Dasar untuk mendorong perekonomian masyarakat, pengembangan pariwisata dan pengentasan kemiskinan
Sasaran : Tersedianya infrastruktur transporasi, jalan dan jembatan. Tersedianya infrastruktur pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang memadai untuk peningkatan produksi dan pemasaran
INDIKATOR 4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
Meningkatnya e. Panjang jalan e. Panjang jalan jumlah dan aspal 1857 km aspal 2107 km kualitas f. Panjang jalan f. Panjang jalan infrastruktur makadam 697 makadam 747 yang km km dibangun dan g. Rehabilitasi g. Rehabilitasi diperlihara jalan 1700 km jalan 2800 km h. Jalan hotmix h. Jalan hotmix yang yang dibangun dibangun 485 635 km km i. Pembangunan i. Pembangunan rumah sehat rumah sehat 51420 unit 49600 unit j. Pembangunan j. Pembangunan sarana air bersih Sarana air 220 unit bersih 120 k. Penambahan unit rambu lalu lintas k. Penambahan 24 unit rambu lalu l. Pembangunan lintas 14 unit gorong-gorong l. Pembangunan 11,5 km goronggorong 10 km
j.
URUSAN
PROGRAM
7
8
Pekerjaan a. Progam umum Pembangunan Jalan k. Perumahan dan Jembatan l. Perhubungan b. Rehabiitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan c. Pembangunan saluran drainase d. Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh e. Pembangunan Saluran Drainase/goronggorong f. Pembangunan Turap/ Talud/ Bronjong g. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan h. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan lainnya i. Program Pengembangan Perumahan dan Pemberdayaan
SKPD 9
a. Dinas PU Bina Marga b. Dinas PU Cipta Karya c. Dishubinfo kom
No TUJUAN/SASARAN 1
2
produk. Tersedianya infrastruktur kesehatan yang makin luas jangkauannya Tersedianya infrastruktur pendidikan yang layak dan memenuhi standar Tersedianya infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaa n sumber daya air. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman.
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
Komunitas Perumahan j. Program Penyediaan Sarana Air Bersih k. Program penyediaan Sarana Air Limbah l. Persentase peningkatan distribusi air bersih m. Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa n. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ o. Peningkatan pelayanan angkutan p. Pengendalian dan pengamanan lalu lintas q. Pengembangan sarana penunjang transportasi r. Program Peningkatan Pelayanan Perijinan terpadu s. Pengembangan pemasaran pariwisata
No TUJUAN/SASARAN 1
2
Meningkatnya kualitas objek dan sarana pariwisata Meningkatnya kualitas sarana prasarana pasar tradisional Terbangun dan terpeliharanya infrastruktur pemerintahan di Kabupaten Blitar Meningkatnya kualitas pelayanan publik
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
7
8
9
Misi 3 : Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkelanjutan dengan didukung penguatan Sistem Inovasi Daerah;
No
TUJUAN/SASARAN
1
3
2
Tujuan : Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, terutama melalui pengembangan agroindustri dan ekonomi pedesaan Sasaran :
Menurunnya
persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau Meningkatnya daya beli dan ketahanan masyarakat
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR
3
4
5
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat khususnya dipedesaan
Penurunan penduduk miskin Peningkatan Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi
m. Tingkat Kemiskinan 12,50 % n. PDRB ADHB Rp 13,813 juta o. PDRB ADHK Rp 6,099 juta p. PDRB per Kapita 5,110 juta q. Indeks Daya Beli 66,47
6
a. Tingkat b. c. d. e.
Kemiskinan 10,02 % PDRB ADHB Rp 21,253 juta PDRB ADHK Rp 7,543 juta PDRB per Kapita 6,066 juta Indeks Daya Beli 68,49
URUSAN 7
m. Pertanian n. Ketahanan Pangan o. Kelautan dan Perikanan p. Perindustrian q. Perdagangan r. Kehutanan s. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah t. Pariwisata u. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa v. Penanaman Modal
PROGRAM 8
1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 2. Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan 3. Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan 4. Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan 5. Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian/Perkebun an 6. Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian/Perkebun an 7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 8. Program
SKPD 9
1. Dinas Pertanian 2. Dinas Hutbun 3. KantorKetahan an Pangan 4. Dinas Perindag 5. Dinas Koperasi UMKM 6. Bapemas 7. Bag. Perekonomian 8. Dinas Kelautan dan Perikanan 9. Dinas Peternakan 10. KPTSP 11. DPPKAD 12. Dinas Porbudpar 13. Bappeda 14. BP4K
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
2
3
4
1
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
Meningkatnya
peran dan kontribusi kawasan pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan Koperasi dan UMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja
9.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
PROGRAM
SKPD
8
9
Pengembangan usaha Perhutanan dan Peran Serta Masyarakat Revitalisasi kelompok Lumbung Pangan Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di Perdesaan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan Program Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Peningkatan daya saing produk perikanan Pemberdayaan masyarakat Program Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
16. Program Peningkatan Kesempatan Kerja 17. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 18. Program Pengembangan 19. Peningkatan Produksi Peternakan 20. Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan 21. Penerapan Teknologi Peternakan Tepat Guna 22. Program Penanggulangan Penyakit Ternak 23. Peningkatan Produksi Peternakan 24. Peningkatan pembinaan Usaha Peternakan 25. Peningkatan Produksi Perikanan
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
26. Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan 27. Pengelolaan Sumber daya laut, pesisir dan pulaupulau kecil 28. Pengengembangan dan pengelolaan Perikanan Tangkap 29. Program pengembangan kawasan budidaya 30. Pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan 31. Pengembangan Budidaya Perikanan 32. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Komparatif UMKM 33. Pengembangan sistem Pendukung usaha bagi UMKM 34. Penciptaan Iklim Usaha UMKM yang kondusif 35. Peningkatan kualitas
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
kelembagaan koperasi 36. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan 37. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor 38. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri 39. Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan 40. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 41. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri 42. Program Peningkatan Iptek
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
43. 44.
45.
46.
47.
48.
49.
PROGRAM
SKPD
8
9
Sistem Produksi Program Penataan Struktur Industri Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Program Peningkatan ketrampilan SDM Industri Program Peningkatan Standarisasi Produk Industri Program Utama Peningkatan Nilai Tambah Industri Berbasis Sumber Utama Daya Alam Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Potensial Program Pengembangan dan Pengendalian BUMD
Misi 4 : Mewujudkan penerapan nilai-nilai kehidupan beragama dalam perilaku kehidupan masyarakat yang memiliki kepekaan dan
kepedulian sosial berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
4.
Tujuan : Membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan berkesholehan sosial, mematuhi aturan hukum, menerapkan nilainilai budaya luhur dalam rangka memantapkan landasan spiritual, dan etika pembangunan.
Mendorong keterlibatan lembagalembaga keagamaan untuk membangun perilaku masyarakat yang mencerminkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menghargai nilai-nilai budaya bangsa.
Meningkatnya peran lembaga keagamaan dalam pembangunan Meningkatnya pembinan keagamaan Meningkatnya kegiatan sosial lintas keagamaan
Sasaran : Meningkatnya ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa Meningkatnya kerukungan umat beragama Meningkatnya pelaksanaan interaksi budaya dalam rangka
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
a. Meningkatnya Kerukunan umat beragama b. Meningkatnya aktivitas kebudayaan
6
w. Makin meningkatnya kerukunan umat beragama x. Makin meningkatnya aktivitas kebudayaan
URUSAN
PROGRAM
7
8
y. Sosial a. Pengembang z. Kebudayaan an Wawasan aa. Kesatuan Kebangsaan Bangsa dan dan toleransi Politik Beragama Dalam b. Pengembang Negeri an nilai budaya c. Pengelolaan keanekaraga man budaya d. Pengelolaan kekayaan budaya e. Pemberdaya an Kelembagaan Kesejahteraa n Sosial
SKPD 9
15. Bagian Kesra 16. Dinas Sosial 17. Bakesbangpol linmas 18. Dinas Porbudpar
No 1
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
2
3
4
peningkatan modal sosial Berkembangnya penerapan nilai budaya dalam rangka peningkatan modal sosial Berkembangnya nilai budaya yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan kebijakan pembangunan Meningkatnya penerapan nilainilai budaya dan kearifan lokal, serta meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya sebagai sumber daya pembangunan
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
7
8
9
Misi : Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban dilingkungan masyarakat serta menegakkan hukum dan HAM No
TUJUAN/SASARAN
1
5
KEBIJAKAN UMUM
2
3
Terciptanya iklim kondusif bagi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta memenuhi hak-hak asasi manusia.
Meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan menciptakan ketertiban dan keamanan
Tujuan :
Sasaran :
Meningkatnya kesadaran hukum dan pembinaan hukum Meningkatnya peran masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketenteraman Meningkatnya kepatuhan dan
INDIKATOR 4
Menurunnya kasus pelanggaran hukum dan gangguan ketertiban masyarakat.
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
Masih terdapat pelanggaran hukum
6
Menurunnya pelanggaran hukum
URUSAN 7
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
PROGRAM
SKPD
8
9
1. Pembentukan Produk Hukum 2. Program Profesionalisme bagi aparat hukum 3. Program penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenraman masyarakat 4. Program Peningkatan kesadaran Hukum dan Hak Asasi Manusia 5. Program pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan serta Pemberantasan Tindak Kriminal 6. Program pencegahan masalah-masalah sosial 7. Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan 8. Pengembangan Wawasan Kebangsaan 9. Kemitraan Wawasan Kebangsaan
Bagian Hukum Bagian Humas Bakesbanglinmaspol Satpol PP
No 1
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
2
3
4
disiplin masyarakat terhadap hukum Menurunnya pelanggaran hukum dan kriminalitas Menurunnya jumlah kasus Narkoba. Meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan serta perlindungan anak
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
7
8
9
10.Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan 11.Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) 12.Pendidikan politik masyarakat
Misi : 6.Mewujudkan optimalisasi pengedalian, keberdayaan, kesempatan kerja dan partisipasi masyarakat. No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
6
Tujuan : Terwujudnya keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dengan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup.
Memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup
Sasaran : Berkurangnya pencemaran air udara dan tanah Pengelolaan Sumber daya alam yang ramah lingkungan Berkurangnya kerusakan hutan akibat kegiatan ilegal Mencegah meluasnya areal lahan kritis
INDIKATOR 4 Menurunnya luas lahan kritis di Kab. Blitar Meningkatnya peran masyarakat dalam kegiatan penghijauan Meningkatan jumlah sekolah yang berwawasan lingkungan (Adiwiyata) Meningkatnya pemantauan kualitas air sungai
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
a. Luas lahan kritis 9038 Ha b. Jumlah sekolah yang ikut program Adiwiyata 3 c. Jumlah sungai yang dipantau tingkat pencemaran nya 22 d. Jumlah kegiatan /usaha berdokumen lingkungan 350 e. Penyediaan benih RHL : 1 juta batang
a. Luas lahan kritis 8442 Ha b. Jumlah sekolah Adiwiyata 15 c. Jumlah sungai yang dipantau tingkat pencemaran nya 32 d. Jumlah kegiatan /usaha berdokumen lingkungan 1500 e. Penyediaan beih RHL : 2,2 jt batang
URUSAN 7
Lingkungan Hidup Kehutanan
PROGRAM
SKPD
8
9
1. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup 3. Program Pengendalian Peran Serta Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup 4. Pengelolaan sumber daya lauat, pesisir dan pulaupulau kecil 5. Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam 6. Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan 7. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 8. Program Perlindungan dan Konservasi hutan
1. Kantor Lingkungan Hidup 2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 3. Dinas Kelautan dan Perikanan
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
1
2
3
Meningkatnya kesadaran masyarakat agar peduli pada kelestarian lingkungan hidup Tersedianya fasilitas pengolahan limbah pada lingkungan usaha/industri Berkurangnya penangkapan ikan /satwa ilegal
INDIKATOR 4
CAPAIAN KINERJA KONDISI KONDISI AWAL AKHIR 5
6
URUSAN
PROGRAM
SKPD
7
8
9
Misi 7 : Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui reformasi birokrasi yang profesional dan bersih KKN No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
7
Tujuan : Membentuk birokrasi yang profesional dalam melayani masyarakat sehingga terwujud birokrasi yang efisien dan efektif, bebas KKN Sasaran : Meningkatnya profesionalisme birokrasi Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur Meningkatnya kualitas sumber daya aparatur pemerintahan Meningkatnya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel berbasis teknologi informasi
Memperkuat Meningkatnya kelembagaan, Indeks menyempurnakan Kepuasan tugas pokok dan Masyarakat fungsi serta (IKM) dan norma standar Indeks pelayanan SKPD, Harapan meningkatkan Masyarakat kesejahteraan (IHM) aparatur pemerintah dan menegakkan disiplin pegawai
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR
URUSAN
PROGRAM
SKPD
5
6
7
8
9
IKM : 1. Dinas Kesehatan 68,81 2. RSUD Ngudi Waluyo 73,80 3. Dinas Peternakan 74,02 4. KPTSP 71,65 5. Dinas PU Cipta Karya 77,01 6. Dinas Perindag 76,80 7. Dinas Nakertrans 78,43 8. Dinas Kelautan dan Perikanan 77,2 9. Dinas PU Bina Marga 78,35
IKM : 1. Dinas Kesehatan 70,03 2. RSUD Ngudi Waluyo 74,91 3. Dinas Peternakan 75,50 4. KPTSP 73,88 5. Dinas PU Cipta Karya 78,00 6. Dinas Perindag 78,00 7. Dinas Nakertrans 78,90 8. Dinas Kelautan dan Perikanan 78,00 9. Dinas PU Bina Marga 78,97
a. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan daerah, Perangkat daerah, Kepegawaian dan persandian b. Pertanahan c. Kependudukan dan Catatan Sipil d. Perencanaan Pembangunan e. Statistik f. Penataan Ruang
1. Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah 2. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH 3. Pendidikan Kedinasan 4. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 5. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawas 6. Peningkatan Kapasitas sumber daya Aparatur 7. Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat
Bagian Hukum Bagian Pembangunan Bagian Pemerintahan Bagian Keuangan dan Bina Aset Bappeda Satpol PP Bakesbangpol linmas Inspektorat BKD Sekretariat DPRD PU Cipta Karya
No 1
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
2
3
4
Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang efektif dan efisien
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
8. Penyempurnaan Kebijakan sistem prosedur pengawasan 9. Peningkatan pelayanan kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah 10. Peningkatan pelayanan publik 11. Optimalisasi Penataan Teknologi Informasi 12. Pengembangan Wilayah Perbatasan 13. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur 14. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan, diklat dalam jabatan 15. Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
pemanfaatan tanah 16. Penataan adminstrasi kependudukan 17. Pengembangan data/informasi 18. Kerjasama pembangunan 19. Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat tumbuh 20. Perencanaan pembangunan Kota-kota menengah dan Besar 21. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah 22. Perencanaan pembangunan daerah 23. Perencanaan Pembangunan Ekonomi
No
TUJUAN/SASARAN
KEBIJAKAN UMUM
INDIKATOR
1
2
3
4
CAPAIAN KINERJA KONDISI AWAL KONDISI AKHIR 5
6
URUSAN 7
PROGRAM
SKPD
8
9
24. Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam 25. Peningkatan kerjasama Pemerintah daerah
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAANNYA
Sesuai arsitektur perencanaan yang memisahkan antara aspek strategis dan operasional program prioritas dipisahkan pula menjadi 2 (dua) yaitu program prioritas untuk perencanaan strategis dan program prioritas untuk perencanaan operasional. Suatu program prioritas yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah pada dasarnya adalah perencanaan operasional. Suatu urusan menjadi strategis tergantung tujuan dan sasaran pembangunan dan bagaimana strategi pencapaiannya. Suatu urusan pemerintahan daerah dapat menjadi strategis di satu tahun atau periode dan sebaliknya, menjadi operasional diperiode berikutnya. Dalam hal suatu urusan atau program/kegiatan didalamnya menjadi strategis maka perencanaan, pengendalian, dan evaluasi yang dilakukan lebih tinggi intensitasnya dibanding yang operasional. Begitu pula dalam penganggarannya, harus diprioritaskan terlebih dahulu. Yang demikian karena suatu urusan yang bersifat strategis ditetapkan temanya karena pengaruhnya yang sangat luas dan urgent untuk diselenggarakannya sangat tinggi. Suatu program prioritas, baik strategis maupun operasional, kinerjanya merupakan tanggung jawab Kepala SKPD. Namun, bagi program prioritas yang dikategorikan strategik, menjadi tanggung jawab bersama Kepala SKPD dengan kepala daerah pada tingkat kebijakan. Berbeda dengan penyelenggaraan aspek atrategik, program prioritas bagi penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan agar setiap urusan (wajib) dapat diselenggarakan setiap tahun, tidak langsung dipengaruhi oleh visi dan misi kepala daerah terpilih. Artinya, suatu prioritas pada beberapa urusan untuk mendukung visi dan misi serta program kepala daerah terpilih, tidak berarti bahwa urusan lain ditinggalkan atau diterlantarkan. Perumusan program prioritas bagi penyelenggaraan urusan dilakukan sejak tahap awal evaluasi kinerja pembangunan daerah secara sistematis dilakukan pada identifikasi permasalahan pembangunan diseluruh urusan (wajib dan pilihan).
8.1 Rencana Program dan Pendanaan Indikasi pendanaan adalah indikasi penetapan prosentase pendanaan bagi setiap sektor pembangunan yang dalam hal ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) sektor yaitu : Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, Birokrasi, Tata Kelola Pemerintahan dan Bidang Lain-lain serta Program Pengentasan Kemiskinan. Berdasarkan data APBD Kab. Blitar tahun 2008 hingga 2011, khusus untuk Belanja Langsung dapat dilihat distribusi alokasi anggaran sebagai berikut : BIDANG
BELANJA LANGSUNG
%
TAHUN 2008
PENDIDIKAN
68.589.410.870
16,70
KESEHATAN
51.832.988.345
12,62
EKONOMI
32.234.916.142
7,85
20%
17%
0% INFRASTRUKTUR DAN LH BIROKRASI DAN TATA KELOLA SERTA BIDANG LAIN
BIDANG
174.236.491.742
13%
42,41
8% 83.914.855.603
BELANJA LANGSUNG
20,43
42%
%
TAHUN 2009
PENDIDIKAN
75.422.400.000
21,10
KESEHATAN
46.613.365.586
13,04
24% EKONOMI INFRASTRUKTUR DAN LH BIROKRASI DAN TATA KELOLA SERTA BIDANG LAIN
25.099.055.628
7,02
125.779.626.966
35,19
84.483.770.717
23,64
21%
0% 13%
35%
7%
BIDANG
BELANJA LANGSUNG
%
TAHUN 2010 PENDIDIKAN
64.810.709.735
17,42
KESEHATAN
45.672.459.855
12,28
EKONOMI
19.857.989.858
5,34
158.904.141.894
42,71
17%
22% 0%
INFRASTRUKTUR DAN LH
12% 5%
BIROKRASI DAN TATA KELOLA SERTA BIDANG LAIN
BIDANG
82.813.623.933
BELANJA LANGSUNG
44%
22,26
%
PENDIDIKAN
121.728.415.000
33,86
KESEHATAN
40.347.991.924
11,22
EKONOMI
37.105.874.358
10,32
INFRASTRUKTUR DAN LH
83.965.743.200
23,36
TAHUN 2011
21%
BIROKRASI DAN TATA KELOLA SERTA BIDANG LAIN
35% 0%
23% 76.361.393.674
21,24
10%
PROYEKSI ALOKASI ANGGARAN TAHUN 2012-2015 BIDANG PENDIDIKAN KESEHATAN EKONOMI INFRASTRUKTUR DAN LH BIROKRASI DAN TATA KELOLA SERTA BIDANG LAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BELANJA LANGSUNG
% 25 -30 7 – 10 10 –12 20 –22,5 20-22,5 1-3
11%
Tabel 8.2 INDIKASI RENCANA PROGRAM YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2011-2016
(Titik Nol)
Target Indikator
Pagu (Rp. 000)
Target Indikator
Pagu (Rp. 000)
Target Indikator
Pagu (Rp. 000)
Target Indikator
Pagu (Rp. 000)
Target Indikator
Pagu (Rp. 000)
Kondisi Kinerja pada akhir Periode RPJMD
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kondisi Kinerja Awal RPJMD NO
1
Urusan Pemerintahan dan Prioritas Program Pembangunan Daerah
Indikator Kinerja Program
2
3
I
URUSAN WAJIB
1
PENDIDIKAN
1
Program Penyelenggaraaan Pendidikan
Meningkatnya akses dan mutu pendidikan
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan 2011
a
b
c
Angka Partisipasi Sekolah
2012
17.183.298
2013
22.338.288
2014
29.039.774
2015
37.751.706
49.077.218
Usia 7-12 tahun
0,90
0,91
0,92
0,93
0,94
0,95
Usia 13-15 tahun
0,80
0,81
0,82
0,83
0,84
0,85
SD/MI
0,94
0,95
0,96
0,97
0,98
0,99
SMP/MTs
0,92
0,93
0,94
0,95
0,96
0,97
SMA/SMK/MA
0,32
0,33
0,34
0,35
0,36
0,37
SD/MI
0,85
0,86
0,87
0,88
0,89
0,90
SMP/MTs
0,74
0,75
0,76
0,77
0,78
0,79
SMA/SMK/MA
0,25
0,26
0,27
0,28
0,29
0,30
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Murni (APM)
SKPD Penan ggung jawab 16
Dina s Pend idika n
Program Penyelenggaraaan Pendidikan
Meningkatnya akses dan mutu pendidikan
d
Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
-
Pendidikan Dasar = .....
1:157
1:160
1:165
1:170
1:175
1:180
-
Pendidikan Menengah = .....
1:62
1:75
1:80
1:100
1:120
1:140
e
Rasio guru/murid SD/MI
1:11
1:12
1:13
1:14
1:14
1:14
-
SMP/MTs
1:13
1:14
1:14
1:14
1:14
1:14
-
SMA/SMK/MA
1:12
1:13
1:13
1:14
1:14
1:14
f
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik = .....
0,65
0,71
0,67
0,68
0,69
0,70
g
Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik
0,82
0,96
0,88
0,90
0,92
0,94
h
Sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
0,92
0,93
0,94
0,95
0,96
0,97
i
Angka Putus Sekolah
-
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI:
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
-
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs:
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,00%
0,00%
-
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA:
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,00%
j
Angka Kelulusan
-
Angka Kelulusan (AL) SD/MI:
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Dinas Pendi dikan
2
Program Pendidikan Luar sekolah
Tuntasnya program pemberantasan buta aksara
-
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
100%
100%
100%
100%
100%
100%
-
Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA:
100%
100%
100%
100%
100%
100%
k
Angka Kelanjutan Pendidikan
-
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs:
0,995
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
-
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA:
0,536
0,576
0,596
0,616
0,636
a
Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)
b
% satuan PAUD non formal berakreditasi
c
% kecamatan yang telah memiliki TBM
1
d
% kecamatan yang telah memiliki PKBM
1
e
% kab/kota yang telah menyelenggarakan parenting
f
g
965847
0,01
0,556
966.347
408.733
966.847
531.352
967.347
690.758
897.986
967.847
968.347
0
0
0
0,11
1
1
1
1
100%
100%
100%
100%
100%
0,01
3,00%
2,00%
5,00%
4,00%
7,00%
% lembaga kursus dan pelatihan yang terakreditasi
0,03
8%
11%
13%
16%
18%
% kab/kota yang telah menerapkan pengarustamaan gender dalam bidang pendidikan
0,7
82%
72%
74%
76%
80%
0
1
1.167.382
Dinas Pendi dikan
3
Program Pembinaan Tenaga Kependidikan
Program Pembinaan Tenaga Kependidikan
Meningkatnya pengetahuan tenaga kependidikan
Meningkatnya pengetahuan tenaga kependidikan
a
% Guru SD/SDLB yang berkualifikasi akademik S1/D-IV
42,4%
52,6%
b
% Guru SMP/SMPLB yang berkualifikasi akademik S1/D-IV
72,7%
77,7%
c
% Guru SMA/SMLB yang berkualifikasi akademik S1/D-IV
82,6%
86,6%
90,6%
94,6%
98,6%
100%
d
% Guru SMK yang berkualifikasi akademik S1/D-IV
73,4%
79,4%
85,4%
91,4%
97,4%
100,0%
e
% Guru SD/SDLB yang bersertifikat pendidik
31,0%
49,0%
61,0%
73,0%
85,0%
97,0%
f
% Guru SMP/SMPLB yang bersertifikat pendidik
47,0%
62,0%
70,0%
78,0%
86,0%
94,0%
g
% Guru SMA/SMLB yang bersertifikat pendidik
58,0%
70,0%
75,0%
80,0%
85,0%
90,0%
h
% Guru SMK yang bersertifikat pendidik
5,0%
19,0%
29,0%
39,0%
49,0%
59,0%
i
% pendidik kursus mengikuti diklat kompetensi
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
j
% tenaga kependidikan satuan pendidikan non formal yang mengikuti diklat kompetensi
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
212.407
62,8%
82,7%
276.129
73,0%
87,7%
358.968
83,2%
92,7%
466.659
93%
606.657
Dinas Pendi dikan
100% Dinas Pendi dikan
k
4
5
Pendidikan Anak Usia Dini
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
Meningkatnya Kualitas Pendidikan Anak Usia dini
Meningkatnya pemenuhan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
Meningkatnya pemenuhan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
% guru inti yang mengikuti peningkatan kompetensi dan profesionalisme di berbagai bidang
a
APK Anak Usia dini
b
APK TK
c
APK PAUD Non Formal
d
5,0%
15,0%
25,0%
48,3%
49,6%
1,26%
50,86%
2,52%
52,1%
0,1%
0,6%
0,50%
1,14%
1,00%
1,6%
Persentase TK berakreditasi minimal B
40,7%
43%
44,71%
46,71%
48,71%
50,7%
a
Jumlah siswa SD/SDLB sasaran BOS
######
b
Jumlah siswa SMP/SMPLB sasaran BOS
######
c
Jumlah Siswa SMP/SMPLB sasaran beasiswa miskin
5.350
c
Persentase SD/SDLB berakreditasi minimal B
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
d
Persentase SMP/SMPLB berakreditasi minimal B
0,0737
0,111
0,1483
0,1856
0,2229
0,2602
e
Persentase SD memiliki perpustakaan
28%
33%
38%
43%
48%
53%
f
Persentase SMP memiliki perpustakaan
85%
87%
89%
91%
93%
95%
g
Persentase SMP memiliki lab. IPA
85%
87%
89%
91%
93%
95%
88.667
292.006
10.982.009
2%
88.824
379.608
14.276.612
2%
55,0%
0,6%
8.447.699
1,09%
45,0%
0,1%
88.510
224.620
35,0%
88.981
493.491
18.559.596
3%
89.138
33.690
33.739
33.788
33.837
33.886
8.139
8.250
8.361
8.472
8.583
641.538
Dinas Pendi dikan
######## ##
Dinas Pendi dikan
6
Pendidikan Menengah
Meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan menengah
1
Jumlah siswa SMK penerima BOMM
8.740
2
Jumlah siswa SMA penerima BOMM
3.800
3
Jumlah siswa SMK sasaran beasiswa miskin
-
4
Jumlah siswa SMA sasaran beasiswa miskin
5
8.790
3.976.901
8.840
5.169.971
8.890
6.720.963
8.737.252
8.940
8.990
3.820
3.840
3.860
3.880
3.900
1.000
1.100
1.200
1.300
1.400
0%
50000%
55000%
60000%
65000%
70000%
Persentase SMK bersertifikat ISO 9001:2008
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6
Persentase SMA bersertifikat ISO 9001:2008
0%
1%
2%
3%
4%
5%
7
Persentase SMK berakreditasi minimal B
30%
33%
36%
39%
42%
45%
8
Persentase SMA berakreditasi minimal B
76%
78%
80%
82%
84%
86%
9
Persentase SMA yang memiliki laboratorium fisika,kimia, dan biologi
30%
35%
40%
45%
50%
55%
10
Persentase SMK yang memiliki bengkel kerja sesuai dengan standar sarana prasarana SMK
88%
90%
92%
94%
96%
98%
11
Persentase SMK yang memiliki laboratorium bahasa sesuai standard sarana prasarana SMK
4%
7%
10%
13%
16%
19%
12
Persentase SMK yang memiliki laboratorium multimedia sesuai standard sarana prasarana SMK
17%
19%
21%
23%
25%
27%
######## ##
Dinas Pendi dikan
2
13
SMK yang melakukan kerjasama dengan dunia usaha
14
Persentase lulusan SMK yang bekerja pada tahun ke-2 kelulusan
a
Angka usia harapan hidup :
b
Angka kelangsungan hidup bayi :
a
Persentase balita gizi buruk
0,1
b
Rasio posyandu per satuan balita
56
-
56
-
56
-
56
-
56
-
c
Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
85
20.590
88
22.649
93
24.914
97
27.405
100
30.146
d
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
100
44.400
100
48.840
100
53.724
100
59.096
100
65.006
e
Cakupan kunjungan bayi
90
a
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
82
84
86
88
90
b
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
93
95
98
99
100
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,2
0,3
0,1
0,4
0,2
0,5
72
72
72
72
Dinas Kese hatan
0,11
0,12
0,13
0,14
Dinas Kese hatan
KESEHATAN Program Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Meningkatnya usia harapan hidup
Program Perbaikan Gizi masyarakat
Menurunnya jumlah anak balita kurang gizi
Program Manajemen Dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
70
-
90
95
98
99 Dinas Kese hatan
Program Upaya Peningkatan Kesehatan Perorangan
Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit
Program Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat
c
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (1.5% x jml maskin)
7,38
d
Cakupan pembantu puskesmas
-
a
Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk
b
Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
c
Rasio dokter per satuan penduduk
1: 30.410
1: 25.410
1: 20.410
1 : 15.410
1: 10.000
d
Rasio tenaga para medis per satuan penduduk
1 : 77
75
73
71
70
a
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
30
40
50
60
70
b
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
100
100
100
100
100
1
Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan melalui asuransi kesehatan
30
2.417.713
35
2.659.484
40
2.925.432
100
3.217.975
100
2
Persentase masyarakat yang terjamin pelayanan kesehatan (universal coverage) Jumlah penduduk 1.261.303
30
510.000
35
561.000
40
617.100
100
678.810
100
Meningkatnya usia harapan hidup
7
-
-
1: 52.559
-
1: 50.559
-
-
-
6,5
-
-
6
-
1: 44.559 -
-
-
5
-
-
-
Dinas Kese hatan
1: 30.000
1 : 38.000
-
-
-
-
-
-
Dinas Kese hatan
3.539.773
746.691
Dinas Kese hatan
Pembinaan/Perbaikan Gizi Masyarakat
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Meningkatnya status gizi masyarakat
Pengembangan Lingkungan Sehat
Meningkatkan Pemberdayaan Individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan PHBS serta mengembangkan UKBM Terwujudnya Lingkungan Sehat
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian akibat penyakit menular
3
Persentase Puskesmas yang memilki alat kesehatan sesuai standar
4
60
39.685
70
43.654
80
48.019
90
52.821
100
58.103
Persentase pemenuhan alkes di Puskesmas
100
650.000
100
715.000
100
786.500
100
865.150
100
951.665
5
Penurunan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup
14,2
14
13,8
13,6
13,4
1
Prevalensi gizi kurang pada Balita
6,88
6,87
6,86
6,85
6,84
2
Prevalensi gizi buruk pada Balita
0,09
-
0,08
-
0,07
-
0,06
-
0,05
-
3
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
100
44.400
100
48.840
100
53.724
100
59.096
100
65.006
4
Pemberian MP ASI Usia 6 - 24 bulan
15
45.900
25
50.490
35
55.539
45
61.093
55
67.202
1
% rumah tangga sehat
65
-
70
75
80
85
2
5 posyandu paripurna
40
-
50
55
65
75
3
% desa siaga aktif
50
-
60
70
75
80
4
% SBH Kwaran aktif
30
8.890
35
9.779
40
10.757
50
11.833
60
13.016
% TTU yang memenuhi syarat kesehatan
45
20.000
50
70.000
55
75.000
70
80.000
80
85.000
1
% penderitan DBD yang ditangani
100
100
100
100
100
2
Kasus Malaria Ditangani
<1
<1
<1
<1
<1
3
Mengurangi penyebaran HIV dan mengurangi jml kasus
0,03
0,05
0,1
0,15
0,2
4
Persentase Penemuan BTA + baru
30
40
50
60
70
Dinas Kese hatan
Dinas Kese hatan
Dinas Kese hatan Dinas Kese hatan
5
Penderita diare yang dilayani
40
50
60
70
80
6
Penderita ISPA yang dilayani
20
30
40
50
60
7
Angka Kesembuhan Kusta
90
95
95
95
100
85
20.590
90
68.000
95
70.000
100
75.000
100
100.000
21.910
100
36.000
100
40.000
100
50.000
100
60.000
Peningkatan pelayanan Imunisasi
Cakupan Imunisasi meningkat
% Desa UCI
Peningkatan surveillan dan penanggulangan wabah bencana
Terantisipasi dan tertanganinya wabah bencana
% Penanganan wabah dan bencana
100
1
Angka kematian anak balita
0,1
0,09
0,08
0,07
0,06
2
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak dan Balita
70
74
78
82
85
Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
Menurunkan angka kematian anak balita
Peningkatan pelayanan kesehatan lansia
Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia
Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak
Menurunnya angka kematian ibu dan anak
Cakupan pelayanan Lansia
50
65
68
69
70
1
Cakupan kunjungan bumil K4
90
91
92
93
95
2
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan memeiliki kompetensi kebidanan
99,2
99,4
99,6
99,8
100
3
Angka kematian ibu
84,8
84,6
84,2
83
85
4
Cakupan penanganan Neonatal komplikasi
77
79
82
83
85
5
Cakupan kunjungan Neonatal pertama
96
97
98
99
100
6
Cakupan komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan
82
84
86
88
90
Dinas Kese hatan Dinas Kese hatan Dinas Kese hatan
Dinas Kese hatan
Dinas Kese hatan
Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Standarisasi pelayanan Kesehatan Masyarakat
3
Terwujudnya pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Prosentase IRT yang dibina
100
20.000
100
40.000
100
40.000
100
45.000
100
Dinas Kese hatan
50.000
Dinas Kese hatan
Tersedianya Jaringan Komputer LAN untuk pelayanan kesehatan di 24 PKM
Jumlah Puskesmas terpasang LAN
7
120.000
12
132.000
14
145.200
20
159.720
24
175.692
425
PEKERJAAN UMUM Program Pembangunan jalan dan jembatan
Rehabilitasi / pemeliharaan jalan dan jembatan
Terlaksananya pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Blitar
Terpeliharanya jalan dan jembatan yang rusak di Kabupaten Blitar
Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Pembangunan Saluran Drainase/goronggorong
Tercapainya kondisi jalan yang mantab
Jumlah jalan aspal yang dibangun = 1857 km
75
15.876.300
80
16.934.720
85
17.933.140
90
19.051.560
95
20.109.56 0
2
Jumlah panjang jalan makadam yang dibangun = 699 km
15
4.283.280
20
5.711.040
23
6.567.696
25
7.138.800
26
7.424.352
109
3
Jumlah jembatan yang dibangun = 16 buah
4
1.560.000
4
2.000.000
5
2.500.000
5
3.000.000
6
3.500.000
24
1
Jumlah panjang jalan yang rusak ringan yang dipelihara= 1650 km
33
1.500.000
40
1.750.000
45
2.000.000
50
2.250.000
55
2.500.000
223
2
Jumlah jembatan rusak ringan yang dipelihara=52
3
1.000.000
3
1.250.000
3
1.500.000
3
1.750.000
3
2.000.000
15
1
Jumlah Panjang Hotmix yang dibangun = 410 1
1
Jumlah panjang gorong-gorong yang dibangun=750
52
23.400.000
53
23.850.000
54
24.300.000
55
24.750.000
56
25.200.00 0
270
45
4.200.000
45
4.500.000
45
4.750.000
45
5.000.000
45
5.250.000
225
Dinas PU. Bina Marg a dan Peng airan
Dinas PU. Bina Marg a dan Peng airan
Pembangunan Turap/ Talud/ Bronjong
Tercapainya kondisi jalan yang mantab
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
Meningkatnya Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan lainnya
Terlaksananya Pengembangan Pengelolaan Jaringan Irigasi Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya
1
17
2.550.000
12
1.800.000
13
1.950.000
13
1.950.000
14
2.100.000
69
1
Jumlah Alat Berat yang dipelihara = 25
3
137.000
4
150.000.000
5
175.000
6
200.000
7
250.000
25
2
Julah titik lampu PJU yang diperbaiki = 5 km
4
190.000
4
2.250.000
4
2.500.000
4
2.750.000
4
3.000.000
20
3
Jumlah Jaringan Listrik yang dipelihara = 15,43 km
4
190.000
5
2.250.000
6
2.500.000
6
2.750.000
6
3.000.000
27
1
Pembangunan Rehabitasi dan Pemeliharaan Dam = 95 buah
10
4.000.000
12
4.800.000
14
5.600.000
14
5.600.000
16
6.400.000
66
2
Pembangunan Rehablitasi dan Pemeliharaan Saluran Irigasi = 243 km
13
13.500.000
14
14.000.000
15
14.500.000
16
15.000.000
17
15.500.00 0
75
10
200.000
12
240.000
15
300.000
16
320.000
17
340.000
70
298547
-
0,6
40 juta
0,7
50 juta
0,75
60 juta
0,8
70 juta
0,88
-
0,9
40 juta
0,9
40 juta
0,9
50 juta
0,95
60 juta
-
-
0,6
40 juta
0,5
60 juta
0,75
60 juta
0,8
60 juta
50/ PSIS
-
0,6
40 juta
0,5
60 juta
0,75
65 juta
0,8
70 juta
3 Program Penguasaan, Pengembangan Migas, dan Energi Lainnya serta Aplikasi Teknologi Energi
Jumlah panjang Talud yang dibangun=60
Rehabilitasi Pintu Air Irigasi = 660 bh
a
Jumlah konservasi energi
b
% Pelaksanaan konservasi energi
c
% Sosialisasi budaya hidup hemat energi bagi masyarakat
d
Jumlah Bantuan peralatan pemanfaatan energi
e
% Pengembangan energi baru
-
-
0,5
50 juta
0,6
60 juta
0,65
70 juta
0,7
80 juta
f
% Pengembangan energi baru yang melibatkan masyarakat
-
-
0,5
50 juta
0,6
60 juta
0,65
70 juta
0,7
80 juta
Dinas PU. Bina Marg a dan Peng airan
4
PERUMAHAN Program Pengembangan persampahan, air bersih, air limbah dan Perumahan
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah)
Program Pengembangan Kelembagaan Pembangunan Air Minum Dan Air Limbah
Program Penyediaan Sarana Air Bersih
a
Rumah tangga pengguna air bersih
a
% Pengelolaan air minum antara PDAM dan swasta
b
% Pengelolaan air limbah secara swadaya oleh masyarakat
c
Persentase Penduduk berakses air minum
d
Pencemaran status mutu air
1
Jumlah sarana air bersih yang dibangun
17081
1M
34162
2M
34162
2M
24162
2M
51263
3M
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruan g 51
1.000.000
53
2.000.000
55
2.000.000
57
2.000.000
60
3.000.000
5
1M
10
2M
10
2M
10
2M
15
1%
-
200%
-
200%
-
200%
-
3%
4
1.083.710
10
3.200.000
12
3.800.000
10
3200000
5
1500000
Terlaksananya pembangunan fisik Ibukota Kabupaten Blitar di Kecamatan Kanigoro
25 M
20%
50 M
20%
50 M
20%
50 M
20%
50 M
Terlaksananya pembangunan fisik GOR Kabupaten Blitar di Kecamatan Nglegok
14 M
15%
15 M
15%
15 M
15%
15 M
15%
15 M
2 Program penyediaan Sarana Air Limbah
1
Persentase peningkatan distribusi air bersih Jumlah Saran Air Limbah Yang dibangun
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruan g
3M
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruan g
5
PENATAAN RUANG Program Perencanaan Tata Ruang
Meningkatnya pemahanan akan RTRW
Belum dipahaminya RTRW
0
0
15%
45000
20%
50000
Tersedianya Dokumen Ruang Terbuka Hijau, Ruang Lahan Pertanian berkelanjutan dan Kawasan Khusus
Belum Tersedianya Dokumen Ruang Terbuka Hijau, Ruang Lahan Pertanian berkelanjutan dan Kawasan Khusus
0
0
0
0
1 dokume n
250000
Program Pemanfaatan Ruang
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
6
Termanfaatkannya ruang sesuai dengan peruntukannya
Belum Optimalnya pemanfaatan ruang
25%
0
30%
0
45%
0
30%
1 dokumen
50%
60000
0
0
250000
0
0
0
55%
0
Bagia n Huku m Bapp eda
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruan g
PERENCANAAN PEMBANGUNAN Program Peningkatan Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk turut merumuskan program dan kebijakan publik a
% Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan 30 %
45%
60000
50%
80000
65%
100000
70%
150000
73%
200000
Meningkat nya partisipasi masyarak at dalam perencana an pembangu nan
Bapp eda
Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Program Penelitian Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Terpadunya perencanaan pembangunan daerah serta terakomodasi nya partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan
Meningkatnya penguasaan Ilmu Pengtahuan dan Teknologi
b
% Penguatan kapasitas kelembagaan pembangunan partisipatif 15 %
20%
0
45%
50000
50%
55000
50%
55000
60%
60000
c
% Pengendalian dan evaluasi pembangunan 70 %
75%
145000
80%
150000
80%
150000
80%
150000
80%
200000
d
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 45 %
a
% Pembinaan perencanaan pembangunan 15 %
0
b
% Pengendalian dan monitoring pembangunan 70%
c
% Pelaksanaan pembangunan 85 %
a
0
0
50%
300000
0
0
60%
350000
70%
350000
0
25%
50000
30%
60000
0
0
50%
100000
70%
250000
75%
250000
80%
270000
85%
280000
85%
280000
85%
0
85%
0
85%
0
85%
0
85%
0
Jumlah kerjasama riset dasar
0
0
0
0
0
0
0
0
b
Jumlah kerjasama riset standardisasi dan pengujian mutu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c
Jumlah kerjasama riset dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah ( 9 )
3
300000
5
450000
5
500000
5
600000
5
600000
0
0
Meningkat nya kualitas penyeleng garaan Musrenba ng desa dan kecamata n
Meningkat nya Jumlah SKPD yang melakuka n pengukura n IKM Bapp eda
Bapp eda
Program Pengembangan Data/Informasi
Tersedianya data dan bahan analisa dan evaluasi kebijakan perekonomian daerah Diperlukan koordinasi penyusunan data dan bahan analisa dan evaluasi kinerja daerah
7
Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Startegis dan Cepat Tumbuh
Tersedianya masterplan sarana dan prasarana di kawasan strategis dan cepat tumbuh
Program Perencanaan Pembangunan Kota Kecil dan Menengah
Optimalisasi dokumen Perencanaan Kota Kecil dan menengah
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
Meningkatnya pemahaman dan pemanfaatan dokumen RPJMD sebagai acuan Renstra SKPD
Program Perencanaan Pembangunan Daerah
Meningkatnya efisiensi dan efektifitas perencanaan pembangunan daerah
PERHUBUNGAN
Jumlah dokumen masterplan sarana dan prasarana wilayah (0)
20%
150000
20%
300000
20%
300000
20%
325000
20%
350000
100% Tersedian ya data dan bahan analisa serta evaluasi kebijakan dan kinerja daerah
Bapp eda
Bapp eda 0
0
0
0
1
350000
0
0
1
450000
Bapp eda 0
0
0
1
150000
1
150000
2
300000
1
200000
Bapp eda Tersedianya dokumen perencanaan jangka panjang, menengah dan Pendek
Diperlukan musrenbang, penyusunan draft RKPD, RPJMD, koordinasi LKPJ
tersedia 300 eks
1 kali/th
50000
110000
tersedia 300 eksemplar
1 kali/tahun
50000
200000
tersedia
1 kali/tahun
50000
225000
tersedia
1 kali/tahun
50000
300000
tersedia
1 kali/tahun
50000
310000
Musrenba ng telah diatur dalam Peraturan Daerah
Bapp eda
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Bertambahnya kualitas prasarana dan fasilitas perhubungan
Jumlah sarana dan prasarana yang diperbaiki
Peningkatan pelayanan angkutan
Terpeliharanya fasilitas perhubungan
Prosentase fasilitas terminal yang direhab % Kenaikan parkir berlangganan
22
10%
350.000
25
400.000
28
450.000
31
500.000
33
550.000
15%
300.000
20%
400.000
25%
500.000
30%
600.000
810.856
10%
1.000.000
10%
1.200.000
10%
1.400.000
10%
1.600.00 0
30.170
5000 Unit
32.000
5500 Unit
34.000
6000 Unit
Dishu bkomi nfo
Dishu bkomi nfo
Jumlah survey angkutan yang dilakukan Pengendalian dan pengamanan lalu lintas
Meningkatnya ketertiban Angkutan Orang dan Barang
Rata-rata jumlah angkutan orang dan barang yang diawasi
Pengembangan sarana penunjang transportasi
Bertambahnya prasarana dan fasilitas perhubungan
Rata-rata pengadaan rambu-rambu lalu lintas
Tercapainya kelancaran arus informasi antara SKPD dengan masyarakat
d
% Peningkatan jaringan informasi
e
% peningkatan kualitas komunikasi dan informasi
4500 Unit -189 bh rambu lalin ukuran sedan g -56 m Guadri l -462 m2 Marka Jalan 40%
273.665
198.535
-210 bh rambu lalin ukuran sedan g -62 m Guadri l -508 m2 Marka Jalan 50%
300.000
220.000
-230 bh rambu lalin ukuran sedan g -68 m Guadri l -455 m2 Marka Jalan 60%
36.000
-250 bh rambu lalin ukuran sedang 330.000
360.000 -74 m Guadril -501 m2 Marka Jalan
240.000
70%
260.000
6500 Unit -270 bh rambu lalin ukuran sedan g -80 m Guadri l -547 m2 Marka Jalan 80%
38.000
Dishu bkomi nfo Dishu bkomi nfo
390.000
280.000
Dishu bkomi nfo Dishu bkomi nfo
Dishu bkomi nfo Pengetahuan pengelola tower dan SKPD kabupaten blitar tentang perda pembangunan dan penataan menara telekomunikasi bersama dan peraturan perundangan di bidang media massa elektronaika meningkat
8
f
% sosialisasi wawasan sadar informasi bagi masyarakat
a
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Dokumen lingkungan
40
100.000
60
100.000
80
100.000
100
100.000
120
100.000
20
b
Jumlah alat pemantau kualitas udara
1 PAKET
365.000
2 PAKET
400.000
-
-
-
-
-
-
0
c
Jumlah LSM dibidang pengelolaan lingkungan hidup
d
% Peningkatan kesadaran industri dalam pengolahan limbah
3%
50.000
4%
50.000
5%
50.000
6%
50.000
7%
50.000
2,00%
e
Penegakan hukum lingkungan
13
75.000
19
100.000
25
100.000
31
100.000
36
125.000
6
a
% Peningkatan akses informasi bagi masyarakat
b
% Sosialisasi pada masyarakat tentang lingkungan hidup
30%
14.206
35%
16.000
40%
18.000
45%
20.000
50%
22.000
LINGKUNGAN HIDUP Program Pengendalian dan Pelestarian Lingkungan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Alam dan Lingkungan Hidup
Berkurangnya terjadinya pencemaran lingkungan air, udara maupun tanah
Meningkatnya kesadaran masyarakat agar perduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif melakukan control social terhadap kualitas lingkungan hidup
10%
50.000
15%
50.000
20%
50.000
25%
50.000
30%
50.000
5,00%
2%
50.000
3%
100.000
4%
100.000
5%
100.000
6%
100.000
1,00%
Kanto r Linng kung an Hidup
Kanto r Linng kung an Hidup
Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup
Program Pengendalian Peran Serta Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Terwujudnya fasilias pengelolaan limbah B3 di sekitar pusat kegiatan industri
Meningkatnya kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif melakukan kontrol sosial terhadap kualitas lingkungan hidup melalui penerangan dalam bentuk worshop
Meningkatnya peran serta masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup
Berkurangnya terjadinya pencemaran lingkungan air, udara maupun tanah
c
% Data sumberdaya alam yang telah tersusun
a
Persentase penanganan sampah
b
Pencemaran status mutu air
c
% Penurunan pencemaran lingkungan
d
% Peningkatan penggunaan teknologi ramah lingkungan
74,00%
100.000
1,48
100.000
2,22
100.000
2,96
100.000
3,7
100.000
6,7
1%
50.000
2%
50.000
3%
50.000
4%
50.000
5%
50.000
0,50%
12
106.000
18
106.000
24
106.000
30
106.000
36
106.000
6
200.000
4
1
Jumlah penyelenggaraan workshop
6
146.000
8
300.000
10
200.000
12
200.000
14
2
Tersedianya dokumen/ informasi tentang Lingkungan Hidup Tersedianya fasilitas RTH ( Hutan Kota )
2
1.000.000
3
1.000.000
4
1.000.000
5
1.000.000
6
3
1.000.000
Jumlah sekolah yang ikut Adiwiyata
3
50.000
6
50.000
9
50.000
12
50.000
15
50.000
0
2
Jumlah Masyarakat yang dicalonkan memperoleh Kalpataru
1
50.000
2
50.000
3
50.000
4
50.000
5
50.000
0
3
Pekan Lingkungan Hidup
2
75.000
4
100.000
6
100.000
8
100.000
10
100.000
0
1
Jumlah kegiatan/ usaha yang punya dokumen lingkungan
120.000
750
150.000
1000
150.000
1250
150.000
1500
200.000
Kanto r Linng kung an Hidup
1
1
500
Kanto r Linng kung an Hidup
234
Kanto r Linng kung an Hidup
Kanto r Linng kung
2 3
Pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
9
Jumlah sumber mata air yang telah dipelihara
22
75.000
32
75.000
32
75.000
32
75.000
32
75.000
11
23
50.000
28
50.000
33
50.000
38
50.000
43
50.000
18
Jumlah pohon yang ditanam = 0 batang 1
4000
8.000
4000
8.000
4000
8.000
4000
8.000
4000
8.000
an Hidup
Dinas Kelau tan dan Perik anan
PERTANAHAN Prorgam penyelesaian konflikkonflik Pertanahan
10
Penanaman pohon dalam rangka rehabilitasi mangrove
Jumlah sungai yang telah dipantau
Terselesaikannya konflik pertanahan yang ada secara bertahap
a
Jumlah kegiatan fasilitasi yang dilakukam
8
50.000
8
50.000
6
40.000
6
40.000
8
60.000
b
Jumlah Permasalahan yang berhasil diselesaikan
5
40.000
5
40.000
4
30.000
4
30.000
5
50.000
c
Jumlah worksop pertanahan yang dilaksanakan
-
-
-
-
1
80.000
-
-
-
-
a
Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
74670
560.025
74685
560.138
74700
560.250
74715
560.363
74730
560.475
b
Rasio bayi berakte kelahiran
480
4.800
528
5.280
581
5.810
640
6.400
705
7.050
c
Rasio pasangan berakte nikah
340
8500
352
8800
355
8875
357
8925
360
9000
d
Kepemilikan KTP
e
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
970
9.700
985
9.850
990
9.900
993
9.930
999
9.990
Bag. Peme rintah an
KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL Program Pelayanan Kependudukan dan catatan sipil
Tercatatnya seluruh kelahiran, perkawinan, kematian, dan mutasi penduduk
Dinas Kepe ndud ukan dan Catat an Sipil
Penataan Administrasi Kependudukan
Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kependudukan
f
Ketersediaan database kependudukan skala provinsi
g
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
1
Jumlah KTP diselesaikan 1 tahun
74670
560.025.000
74685
560.137.500
74700
560.250.000
74715
560.362.500
74730
######## ##
2
Jumlah KK yang diselesaikan 1 tahun
389887
########## #
389887
########## #
389887
##########
389887
##########
389887
######## ##
3
Jumlah Akta Kelahiran yang diselesaikan 1 tahun
36.000
360.000.000
13.600
136.000.000
12.240
122.400.000
11.084
110.840.000
8.867
88.670.00 0
4
Jumlah Akta Nikah
340
8.500.000
352
8.800.000
355
8.875.000
357
8.925.000
360
9.000.000
5
Akta Kematian
8
40.000
10
50.000
12
60.000
14
70.000
15
75.000
6
Akta Perceraian
77
2.310.000
75
2.250.000
72
2.160.000
70
2.100.000
68
2.040.000
7
210.000
9
270.000
10
300.000
11
330.000
10
300.000
6
180.000
10
300.000
9
270.000
10
300.000
12
360.000
2
20.000
4
40.000
6
60.000
8
80.000
10
100.000
8
Akta Pngangkatan Anak Akta Pengakuan Anak
9
Ganti Nama
7
10 11
12
11
12.000.000
14.000.000
32.000.000
18.500.00 0
16.000.000
Dinas Kepe ndud ukan dan Catat an Sipil
Jumlah Penduduk Prosentase Penduduk ber-Akta Kelahiran Tersedianya Data Jumlah Penduduk per Semester, per Bulan, dan per Tahun
30.000
45.000
216.000
28.000
65.000
120.000
320.000
40.000
40.000
56.000
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan anak
Meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan serta perlindungan anak.
a
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
20%
b
Jumlah kasus traficking
6
55.000 -
40% 5
65.000 -
60% 4
75.000 -
80% 3
85.000 -
100% 2
100.000 -
Bada n PP&K B
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
Peningkatan Kualitas Hidup dan Pemberdayaan Perempuan
Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat
Meningkatkan kualitas hidup keluarga
c
Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
100%
15.000
100%
25.000
100%
45.000
100%
65.000
100%
75.000
d
% Peningkatan kasus yang telah ditangani
20%
10.000
40%
15.000
60%
20.000
80%
25.000
100%
30.000
e
% Peningkatan efektifitas komisi perlindungan anak
20%
20.000
40%
30.000
60%
40.000
80%
50.000
100%
60.000
a
Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
20%
7.500
40%
15.000
60%
22.500
80%
30.000
100%
37.500
b
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
17
3.500
18
4.000
19
5.000
20
6.000
21
7.000
c
Rasio KDRT
5
25.000
4
-
3
-
2
-
1
-
d
Partisipasi angkatan kerja perempuan
290.708
50.000
300.398
30.000
310.088
35.000
319.779
40.000
329.469
45.000
2.800 keluarg a
50.000
2.934 Keluarg a
55.000
3.067 keluarg a
60.000
3.200 keluarga
65.000
3.334 keluarg a
70.000
31 klpk
-
40 kelomp ok
-
49 kelomp ok
-
58 kelompok
-
66 kelomp ok
-
730 kali
17.000
740 kali
19.000
750 kali
21.000
760 kali
23.000
770 kali
25.000
211 klpk
-
221 kelomp ok
-
230 kelomp ok
-
239 kelompok
-
248 kelomp ok
-
1.210 kali
7.000
1.220 kali
9.000
1.230 kali
11.000
1.240 kali
13.000
1.250 kali
15.000
1
2
Peningkatan jumlah keluarga pra-KS dab KS I yang aktif berusaha Peningkatan jumlah kelompok Bina Lingkungan Keluarga (BLK) aktif
3
Peningkatan kegiatan BLK
4
Peningkatan jumlah kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) aktif
5
Peningkatan kegiatan BKL
Bada n PP&K B
Bada n PP&K B
1 Pengembangan model operasional BKB-Posyandu PAUD
Meningkatnya kualitas hidup keluarga
Peningkatan jumlah kader kelompok Bina Keluarga Balita (BKB)
674 kader
2
Peningkatan Kegiatan BKB
Peningkatan jumlah kelompok UPPKS
13.348
898 kader
375 kali
9.950
16.000
411 kelomp ok
2 kegiata n
10.000
Peningkatan jumlah vocal point gender di masing-masing SKPD
10 SKPD
3
Peningkatan fasilitasi kasus KDRT
16 Kasus
1
Jumlah Lembaga
Peningkatan peran serta dan kesejahteraan gender dalam pembangunan
Meningkatkan kualitas hidup keluarga
1
Peningkatan perlindungan perempuan
Meningkatnya perlindungan perempuan dan anak
1
2
Penguatan kelembagaan pengarusutaman gender dan anak
12
Peningkatan jumlah lembaga yang menangani gender
Pengembangan lembaga perlindungan perempuan dan anak
10.100
786 kader
360 kali
7.650
360 klpk
7 lembag a
18.180
1.010 kader
390 kali
12.560
22.000
462 kelomp ok
5 kegiata n
20.000
5.400
10 SKPD
15.500
20 kasus
-
9 lembag a
Bada n PP&K B
20.220
1.124 kader
25.500
405 kali
15.150
425 kali
18.000
25.000
512 kelompok
32.000
562 kelomp ok
40.000
Bada n PP&K B
10 kegiata n
30.000
12 kegiatan
35.000
15 kegiata n
40.000
Bada n PP&K B
8.500
10 SKPD
10.100
10 SKPD
12.300
15 SKPD
13.000
19.500
24 kasus
22.500
28 kasus
25.000
31 kasus
30.000
-
13 lembaga
-
-
12 lembag a
15 lembag a
-
Bada n PP&K B
KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR
Terkendalinya Angka Pertumbuhan Penduduk
Jumlah PIK-KRR aktif 1
22 klpk
0
31 kelomp ok
0
35 kelomp ok
10 kali
6.000
14 kali
10.000
18 kali
12.700
22 kali
16.000
25 kali
20.000
0
39 kelompok
0
44 kelomp ok
0
2
Jumlah penyuluhan KRR di SLTA
3
Peningkatan kegiatan KIE dan advokasi
545 kali
4.000
594 kali
6.000
643 kali
8.000
692 kali
10.000
744 kali
12.000
4
Peningkatan sarana kegiatan KIE KB dan KIE KRR
12 unit
20.000
16 unit
22.000
18 unit
25.000
20 unit
27.000
22 unit
30.000
Bada n PP&K B
Pengembangan bahan infomasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja
0
499 kelomp ok
0
520 kelomp ok
0
541 kelompok
0
562 kelomp ok
0
158 klpk
0
179 kelomp ok
0
202 kelomp ok
0
225 kelompok
0
248 kelomp ok
0
Jumlah keluarga yang aktif dalam kegiatan BKB (Bina Keluarga Balita)
31.000 keluarg a
12.000
31.500 keluarg a
15.000
32.000 keluarg a
17.000
32.500 keluarga
20.000
33.000 keluarg a
25.000
Jumlah Keluarga yang aktif dalam kegiatan BKR (Bina Remaja Aktif)
8.150 keluarg a
7.500
8.250 keluarg a
9.000
8.350 keluarg a
11.000
8.450 keluarga
14.000
8.550 keluarg a
18.000
1
Jumlah peserta KB baru
34.045 peserta
15.000
34.726 peserta
17.000
35.421 peserta
19.000
36.129 peserta
21.000
36.852 peserta
25.000
2
Jumlah peserta KB pria baru
1.600 peserta
3.500
1.625 peserta
5.400
1.650 peserta
6.500
1.675 peserta
7.500
1.700 peserta
9.500
3.
Prosentase unmetneed terhadap PUS
10%
0
9,5%
0
9%
0
8,5%
0
8%
0
1
Jumlah tempat pelayanan KB
390 tempat
18.000
400 tempat
21.000
410 tempat
24.000
420 tempat
28.000
430 tempat
30.000
1
Jumlah perkawinan 20 tahun ke atas
5.600
4.759 perkawi nan
7.500
4.851 perkawi nan
8.600
4.942 perkawina n
9.500
5.034 perkawi nan
2
3
4
Keluarga Berencana
Pelayanan Kontrasepsi
Kesejahteraan Reproduksi Remaja (KRR)
Terkendalinya Angka Pertumbuhan Penduduk
Terkendalinya Angka Pertumbuhan Penduduk
Menurunnya kehamilan dibawah 20 tahun
Jumlah kelompok BKB Aktif
479 klpk
1
Jumlah kelompok BKR Aktif
4.668 perkawi nan
10.000
Bada n PP&K B
Bada n PP&K B
Bada n PP&K B
13
Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan KB/KR yang mandiri
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam KB/KR
Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Kelompok Kegiatan Masyarakat
Meningkatnya sarana dan prasarana advokasi KIA
1
Jumlah kelompok KB
1
Jumlah sarana dan prasarana advokasi KIA
6.891 klpk
3 unit
0
12.000
6.900 kelomp ok
6 unit
0
18.000
7.000 kelomp ok
9 unit
0
24.000
7.100 kelompok
12 unit
0
30.000
7.200 kelomp ok
15 unit
0
35.000
Bada n PP&K B
Bada n PP&K B
SOSIAL Program pencegahan masalah-masalah sosial Program Penyempurnaan Kebijakan Kemiskinan
Program Pemenuhan Pelayanan Dasar Dan Jaminan Sosial Bagi Masyarakat Miskin
Menurunnya tingkat kerawanan sosial
55.160
Dinas Sosia l
50 orang
45.000
Dinas Sosia l
48.450
50 orang
49.500
20 orang
21.500
20 orang
22.000
29.400
50 orang
30.100
50 orang
30.850
75 orang
26.100
75 orang
26.750
75 orang
27.350
100 orang
31.518
100 orang
32.306
100 orang
33.115
a
Jumlah Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
a
Jumlah peraturan yang berkaitan dengan penanganan kemiskinan
50 orang
40.000
50 orang
42.000
50 orang
43.000
50 orang
44.000
b
% Peraturan yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan
50 orang
45.000
50 orang
46.125
50 orang
47.250
50 orang
c
% Partisipasi masyarakat dalam program pengentasan kemiskinan
20 orang
20.000
20 orang
20.500
20 orang
21.000
a
PMKS yg memperoleh bantuan sosial
50 orang
28.000
50 orang
28.700
50 orang
b
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
75 orang
25.000
75 orang
25.500
c
% Keluarga miskin yang menerima bantuan pangan
100 orang
30.000
100 orang
30.750
20 PA
50.000
20 PA
51.250
20 PA
52.530
20 PA
53.840
20 PA
Dinas Sosia l
Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
d
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
100 orang
50.000
100 orang
50.000
100 orang
50.000
100 orang
50.000
100 orang
50.000
e
% Keluarga miskin yang mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu
100 orang
50.000
100 orang
51.250
100 orang
52.531
100 orang
53.663
100 orang
55.004
Dinas Sosia l
Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS
1
Jumlah PMKS yang ditangani
60 orang
40.000
70 orang
41.000
75 orang
42.025
80 orang
43.075
85 orang
44.150
Terlaksananya pembinaan dan pemberdayaan ekspenyandang penyakit sosial
2
Jumlah anak yang dibina
134 orang
45.000
135 orang
46.125
136 orang
47.278
138orang
48.460
140 orang
49.672
Penanganan maslah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa
3
Jumlah Kegiatan penanganan Bencana Alam
50 orang
30.000
55 orang
30.750
60 orang
31.519
65 orang
32.308
70 orang
33.115
Terlaksananya pemberian bantuan kepada perintis dan janda perintis
4
Jumlah perintis dan janda perintis yang dibantu
58 orang
50.000
56 orang
51.250
55 orang
52.531
53 orang
53.844
50 orang
55.190
Terlaksananya pembinaan dan penyuluhan lansia
5
Jumlah Lansia Yang dilayani
140 orang
25.000
145 orang
25.625
150 orang
26.265
155 orang
26.921
160 orang
27.594
Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Eks-Trauma
Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
Pembinaan EksPenyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, WTS, Narkoba, dan penyakit sosial lainnya) Pemberdayaan Fakmis, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya
Terlaksananya pembinaan kepada para penyandang cacat dan eks-trauma
Terlaksananya pemberian bantuan dan pengawasan anak panti/jompo
Terbinanya ANKN dan penyakit sosial lainnya
1
1
1
Jumlah para penyandang cacat dan eks-taruma yang dibina
Jumlah anak/manula dalam panti/jompo
Jumlah pembinaan ANKN, WTS, dan penyakit sosial lainnya
Meningkatnya Jumlah Penghasilan keluarga obyek program
1
Prosen kenaikan penghasilan
Terlaksananya pelatihan ketrampilan bagi PMKS
2
Terlaksananya perbaikan rumah sehat layak huni
175 orang 8 sekolah
700 anak
134 PMKS
215.000
58.000
45.000
178 orang 8 sekolah
725 anak
135 PMKS
220.000
59.450
46.125
180 orang 8 sekolah
750 anak
140 PMKS
225.000
60.936
47.278
182 orang 8 sekolah
775 anak
140 PMKS
230.000
62.459
48.460
185 orang 8 sekolah
800 anak
145 PMKS
235.000
64.000
49.671
Dinas Sosia l
Dinas Sosia l
Dinas Sosia l
Dinas Sosia l 22 KBS
33.000
25 KBS
33.825
50 KBS
34.670
50 KBS
35.500
50 KBS
36.400
Jumlah pelatihan ketrampilan bagi PMKS
25 orang
25.000
25 orang
25.600
50 orang
26.300
50 orang
27.000
50 orang
27.500
3
Jumlah rumah sehat layak huni
40 KK
200.000
40 KK
200.000
45 KK
225.000
45 KK
225.000
45 KK
225.000
Terlaksananya pelatihan bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi
4
Jumlah pendapatan Wanita Rawan Sosial Ekonomi meningkat
25 orang
50.000
25 orang
50.000
30 orang
60.000
30 orang
60.000
30 orang
60.000
Terlaksananya pembinaan terhadap keluarga muda mandiri
5
Jumlah pendapatan Keluarga Muda Mandiri Meningkat
20 KK
40.000
25 KK
50.000
30 KK
60.000
35 KK
70.000
35 KK
70.000
Terlaksananya pembinaan terhadap anak keluarga sangat miskin Pembinaan Anak Terlantar
Pembinaan Anak Terlantar
Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
14
6
Tercapainya pendidikan anak keluarga sangat miskin
Terlaksananya pembinaan bakat dan ketrampilan bagi anak terlantar
1
Jumlah anak terlantar yang terampil
Terlaksananya konseling (LK3)
1
Terlaksananya penyuluhan bagi WKSBM
2
50 orang
25.000
50 orang
25.625
50 orang
26.265
50 orang
26.922
55 orang
27.595
50 anak
25.000
55 anak
25.625
60 anak
26.265
65 anak
26.922
70 anak
27.595
Jumlah kegiatan
36 orang
40.000
36 orang
42.000
36 orang
44.000
36 orang
46.000
36 orang
48.000
Jumlah pengetahuan WKSBM
50 orang
40.000
55 orang
45.000
55 orang
50.000
60 orang
55.000
60 orang
55.000
Dinas Sosia l Dinas Sosia l
50.000
50 orang
50.000
50 orang
50.000
50 orang
50.000
50 orang
50.000
Dinas Sosia l
Terlaksananya penyuluhan bagi PSM dan TKSK
3
Jumlah PSM dan TKSK
50 orang
Pembinaan Mental Spiritual dan Pendidikan Agama
4
Jumlah yang mengikuti pendidikan agama
5 agama
50.000
5 agama
51.250
5 agama
52.500
5 agama
53.800
5 agama
55.000
Pembangunan Sarana dan Prasarana Orsos Keagamaan
5
Jumlah Orsos yang dibantu
12 kelomp ok
50.000
12 kelomp ok
50.000
12 kelomp ok
50.000
12 kelompok
50.000
12 kelomp ok
50.000
Peningkatan Kinerja Pondok Pesantren
6
Jumlah pondok pesantren
40 pondok
30.000
40 pondok
30.000
40 pondok
30.000
40 pondok
30.000
40 pondok
30.000
Pemantauan Sosialisasi Penyelenggaraan dan Pengumpulan Sumbangan Sosial
7
Jumlah sosialisasi
50 orang
25.000
50 orang
25.000
60 orang
25.000
60 orang
30.000
60 orang
30.000
Pembinaan Karang Taruna
8
Jumlah karang taruna yang dibina
22 karang taruna
50.000
22 karang taruna
50.000
22 karang taruna
50.000
22 karang taruna
50.000
22 karang taruna
50.000
KETENAGAKERJAAN
Dinas Sosia l
Program Peningkatan Kesejahteraan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Program Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja
a
Jumlah peraturan tentang perlindungan dan penegakan hukum ketenagakerjaan
b
Keselamatan dan perlindungan
c
% Peningkatan tenaga kerja yang mendapat perlindungan
0
0
d
% Tenaga kerja yang mendapat masalah/kasus
0
0
Tersedianya data base ketenagakerjaan dan transmigrasi
Terlaksananya padat karya produktif (perluasan kerja sistem padat karya)
20
0
75.000
3
100.000
3
100.000
4
100.000
175.000
100
175.000
100
175.000
30%
200.000
40%
200.000
45%
200.000
50%
40.000
15 Tk
40.000
25 Tk
40.000
25 Tk
40.000
25 Tk
40.000
100
4
100
100.000
175.000
Tersedia data base ketenagakerjaan dan transmigrasi 1
Terlaksananya monitoring evaluasi dan pelaporan
3
2
Dinas Naker trans 10 Buku
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
8.000
10 Buku
8.000
15 Buku
8.000
15 Buku
8.500
15 Buku
8.500
12 Bulan
5.000
12 Bulan
5.000
12 Bulan
5.000
12 Bulan
5.000
12 Bulan
5.000
4 Paket
325.000
4 Paket
325.000
4 Paket
325.000
4 Paket
325.000
4 Paket
325.000
Jumlah padat kerya yang dilaksanakan 3
Dinas Naker trans
Terlaksananya fasilitasi dan bimibingan teknis pembentukan lembaga tripartit dan bipartit pekerja perusahaan rokok/ tembakau
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Terwujdunya pengembangan jaringan informasi pasar kerja
Terwujudnya tenaga kerja siap pakai
Terwujudnya pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Terwujudnya fasilitasi prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Terwujudnya penilaian kecelakaan nihil di perusahaan
Peningkatan fasilitasi dan bimbingan teknis pembentukan lembaga tripartit dan bipartit di perusahaan rokok 4
1
2
0
Jumlah perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dilatih
-
0
-
0
-
0
-
0
-
5 Perush
25.000
5 Perush
27.000
5 Perus
29.000
5 Perush
29.000
6 Perush
30.000
2 Pkt/32 Org
190.000
3 Pkt/48 Org
250.000
3 Pkt/48 Org
275.000
3 Pkt/48 Org
280.000
4 Pkt/64 Org
350.000
6 Paket
350.000
6 Paket
350.000
6 Paket
350.000
6 Paket
350.000
6 Paket
350.000
Disna kerttr ans
Jumlah pelatihan kewirausahaan 3
1
Jumlah kasus perselisihan yang difasilitasi
12 kasus
19.000
12 kasus
20.000
12 kasus
20.000
12 kasus
20.000
12 kasus
20.000
20 Prsh
25.000
20 Prsh
25.000
20 Prsh
25.000
20 Prsh
25.000
20 Prsh
25.000
Jumlah perusahaan 2
Disna kerttr ans
Terwujudnya pengawasan dan perlindungan tenaga kerja dalam penegakan norma K3 di perusahaan
Fasilitasi pengembangan kelembagaan hubunga industrial di perusahaan
Terwujudnya perlindungan pekerja perempuan dan anak di perusahaan Pemantauan pelaksanaan peningkatan lembaga penyalur tenaga kerja melalui pemantauan kinerja lembaga penyalur tenaga kerja
Terwujudnya kesejahteraan pekerja melalui peningkatan pengupahan Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Terwujudnya peningkatan upah dan kesejahteraan pekerja di sektor industri rokok
Terwujudnya pembinaan syarat kerja di perusahaan rokok
Jumlah perusahaan yang diawasi 3
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
10 Perush
75.000
10 Perush
75.000
10 Perush
75.000
12 Perush
77.000
14 Perush
80.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
200 Perush
75.000
12 Perush
100.000
12 Perush
100.000
12 Perush
100.000
12 Perush
100.000
12 Perush
100.000
4 Kali
56.000
4 Kali
56.000
4 Kali
56.000
4 Kali
57.000
4 Kali
58.000
Perusahaan yang di fasilitasi 4
Jumlah perusahaan yang dibina 5
Jumlah penyalur tenaga kerja yang dipantau 6
Fasilitsi penetapan UMK 7
Jumlah perusahaan yang diundang 8
Jumlah perusahaan yang diundang 9
12 Perush
49.000
12 Perush
49.000
10 Perush
42.000
10 Perush
42.000
12 Perush
10 Perush
49.000
14 Perush
42.000
10 Perush
55000
42.000
14 Perush
60000
10 Perush
42.000
Disna kerttr ans
Terwujudnya pembentukan serikat pekerja sektor industri tembakau/ rokok Terwujudnya pemeriksaan dan pembinaan norma ketenagakerjaan industri tembakau/ rokok
Terwujudnya pembinaan perlindungan pekerja perempuan dan anak di perusahaan
15
Bintek pembentukan serikat pekerja 10
0
-
0
-
0
0
0
0
0
0
Jumlah perusahaan yang dibina dan diperiksa 11
40 Perush
125.000
40 Perush
125.000
40 Perush
75.000
40 Perush
75.000
60%
100.000
65%
40 Perush
125.000
40 Perush
125.000
40 Perush
125.000
75.000
40 Perush
75.000
40 Perush
75.000
80%
130.000
Jumlah perusahaan 12
40 Perush
KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH Program Pengembangan Koperasi dan UMKM
Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing
a
Persentase koperasi aktif
110.000
70%
120.000
75%
125.000
b
Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
600
c
Jumlah BPR/LKM
20
15.000
25
20.000
30
25.000
35
30.000
40
35.000
d
Jumlah peraturan yang memberikan kebijakan dalam pengembangan UMKM
7
40.000
8
50.000
9
60.000
10
70.000
11
80.000
630
660
690
720
DINA S KOP ERA SI UMK M
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Komparatif UMKM
e
% Peningkatan akses permodalan bagi KUMKM
155
16.000
172
20.000
181
25.000
198
30.000
210
35.000
f
Jumlah Usaha Mikro dan Kecil
725
47.000
750
50.000
800
55.000
850
60.000
900
65.000
g
% Peningkatan kemudahan mendapat legalitas bagi usahawan baru
400
115.000
450
120.000
500
125.000
550
130.000
600
135.000
h
% Peningkatan efektivitas jaringan distribusi usaha UMKM
50
52.000
60
55.000
70
60.000
80
65.000
90
70.000
i
% Peningkatan kualitas SDM IMKM
150
80.000
200
100.000
220
125.000
250
150.000
275
170.000
j
Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal
5
13.000
7
15.000
8
20.000
9
25.000
11
30.000
Meningkatnya jumlah perkuatan kemandirian Usaha Mikro
1
Jumlah perkuatan kemandirian usaha mikro
104
16.000
109
20.000
114
25.000
119
30.000
124
35.000
Meningkatnya jumlah askes permodalan bagi KUMKM
2
Jumlah KUMKM yang dapat mengakses permodalan
16
21.000
18
25.000
20
30.000
22
35.000
24
40.000
Meningkatnya jumlah lembaga keuangan mikro
3
Jumlah lembaga keuangan mikro yang aktif
20
14.000
25
15.000
30
20.000
35
25.000
40
30.000
4
Jumlah usahawan baru yang memberik kontribusi pada penyerapan tenaga kerja
400
25.000
500
30.000
600
35.000
700
40.000
800
45.000
Meningkatnya jumlah Usahawan baru
Peningkatan kemudahan mendapatkan legalitas bagi usahawan baru
Pengembangan sistem Pendukung usaha bagi UMKM
Penciptaan Iklim Usaha UMKM yang kondusif
5
Jumlah usahawan baru yang mendapatkan legalitas
400
30.000
450
40.000
500
50.000
550
60.000
600
70.000
16
8.000
18
10.000
20
12.000
22
15.000
24
17.000
Meningkatnya jumlah akses permodalan bagi
1
Jumlah KUMKM yang dapat mengakses permodalan
Meningkatnya jumlah sarana prasarana produk usaha KUMKM
2
Jumlah sarana prasarana produk KUMKM bantuan pemerintah
170
100.000
180
100.000
190
110.000
200
110.000
210
115.000
Meningkatnya jumlah sarana prasarana produk usaha Koperasi
3
Jumlah sarana prasarana produk yang dimiliki koperasi
109
31.000
125
35.000
160
40.000
190
45.000
248
50.000
Peningkatan kualitas SDM IMKM
4
Peningkatan kualitas SDM IMKM
500
115.000
750
120.000
1000
120.000
1250
125.000
1500
125.000
Meningkatnya jumlah usaha mikro yang mandiri
1
Meningkatnya jumlah usaha mikro yang mandiri
40
115.000
60
120.000
80
125.000
100
130.000
120
135.000
Meningkatnya jumlah peraturan yang memberikan kebijakan dalam pengembangan UMKM
2
Meningkatnya jumlah peraturan yang memberikan kebijakan dalam pengembangan KUMKM
6
80.000
6
80.000
7
85.000
8
85.000
8
90.000
Meningkatnya Jumlah usaha Produktif berskala mikro
3
Meningkatnya jumlah usaha produktif berskala mikro
100
170.000
150
170.000
200
175.000
250
175.000
300
175.000
Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
Meningkatnya jumlah koperasi yang sudah melaksanakan RAT
Meningkatnya jumlah koperasi yang sudah memahami prinsipprinsip perkoperasian
Meningkatnya jumlah koperasi yang sudah memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan perkoperasian
Meningkatnya jumlah koperasi yang sudah pernah mendapatkan penghargaan koperasi berprestasi
Meningkatnya jumlah koperasi yang sudah menerapkan manajemen dan administrasi organisasi koperasi
16
PENANAMAN MODAL
1
Jumlah koperasi yang sudah melaksanakan RAT tepat waktu
70
23.000
80
25.000
90
30.000
100
35.000
110
40.000
2
Jumlah pengurus koperasi yang sudah memahami prinsipprinsip perkoperasian
100
40.000
150
50.000
200
60.000
250
70.000
300
80.000
3
Jumlah koperasi yang sudah memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan perkoperasian
8
31.000
11
35.000
15
35.000
18
40.000
22
40.000
4
Jumlah koperasi yang sudah pernah mendapatkan penghargaan koperasi berprestasi
8
25.000
12
25.000
15
30.000
20
30.000
30
40.000
5
Jumlah koperasi yang sudah menerapkan manajemen administrasi organisasi koperasi dengan tertib dan benar
70
107.000
80
100.000
90
100.000
95
100.000
100
100.000
Program Peningkatan Promosi Daerah
a
Pameran/expo
2 kali
80.000.000
3 kali
########## #
4 kali
##########
5 kali
##########
5 keli
######## ##
b
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
1 kali
########## #
2 kali
########## #
2 kali
##########
3 kali
##########
3 kali
######## ##
c
Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
Program Peningkatan promosi dan kerjasam Investasi
Meningkatnya jumlah investor PMA/PMDN
Jumlah investor
25
0
30
0
35
Program Peningkatan Iklim Investasi dan realisasi investasi
Meningkatnya Nilai Invetasi
Jumlah Nominal Investasi
0
37.000.000
0
40.000.000
0
Terlaksananya pengawasan dan pengendalian OPK Raskin
22 kecamatan
22 kali
30
0
25
0
Terlaksananya koordinasi dengan pihak terkait guna peningkatan/ pengembangan investasi di Kabupaten Blitar
Jumlah koordinasi yang dilaksanakan
10
-
15
-
25
-
30
Adanya investor yang menanamkan modalnya di kab. Blitar
5
-
10
-
15
-
20
Pengembangan Usaha dan Lembaga Perdagangan
Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
0
44.000.000
20
45
0
Bag. Perek onom ian
0
######## ##
Bag. Perek onom ian
0
10
-
40
-
-
25
-
40
0
Bag. Perek onom ian
0
49.000.000
0
15
Terlaksananya Studi Banding dalam rangka penyusunan RANPERDA tentang penanaman modal di Kabupaten Blitar
Program Peningkatan Pelayanan Perizinan Terpadu
Peningkatan pelayanan perijinan yang dilayani oleh KPT SP
Tersusunnya RANPERDA tentang penanaman modal di Kab. Blitar
a
b
c
d
Lama proses perijinan
% Petugas Pusat Perizinan Terpadu yang telah mengikuti diklat/pelatihan
% Peningkatan jumlah petugas yang sesuai kompetensi
Ada atau tidaknya Standar Pelayanan Mandiri
10
Terbitny a jenis SK perijina n
5% Petugas
5% Petugas
SOP
-
15
0
0
0
0
Terbitny a jenis SK perijina n
10% Petugas
10% Petugas
SOP
-
20
0
0
0
0
Terbitny a jenis SK perijina n
15% Petugas
15% Petugas
SOP
-
25
0
0
0
0
Terbitnya jenis SK perijinan
20% Petugas
20% Petugas
SOP
-
30
0
0
0
0
Terbitny a jenis SK perijina n
25% Petugas
25% Petugas
SOP
0
Terbitny a jenis SK perijina n semakin cepat
0
75% Petugas Perijina n telah mengik uti diklat/pe latihan
0
75% Petugas Perijina n telah memiliki kompet ensi yang sesuai
0
Telah memiliki Standar t Operasi onal Prosedu r sendiri
KPTS P
Program Peningkatan Pelayanan Perijinan terpadu
Peningkatan pelayanan perijinan yang dilayani oleh KPT SP
Peningkatan Penerbitan SK Ijin dan Tanda Daftar Perusahaan
Terlaksananya sosialisasi kegiatan perijinan
Jumlah perijinan yang dilayani 2700 berkas
1
Jumlah SK perijinan yang diterbitkan : 2
3
Terlaksananya diklat bagi petugas perijinan
0
2900 berkas
0
3000 berkas
0
3100 berkas
0
Penerbit an SK Ijin mening kat
Terbitny a SK perijina n 1125 berkas
0
1150 berkas
0
1175 berkas
0
1200 berkas
0
1225 berkas
0
- HO
325 berkas
0
350 berkas
0
375 berkas
0
400 berkas
0
425 berkas
0
- IUJK
125 berkas
0
150 berkas
0
175 berkas
0
200 berkas
0
225 berkas
0
- IMB
425 berkas
0
450 berkas
0
475 berkas
0
500 berkas
0
525 berkas
0
24.600
Terlaks ananya sosialis asi perijina n
30.750
Terlaks ananya sosialis asi perijina n
38.438
Terlaksan anya sosialisasi perijinan
48.047
Terlaks ananya sosialis asi perijina n
-
Terlaks ananya diklat petugas perijina n
-
Terlaks ananya diklat petugas perijina n
-
Terlaksan anya diklat petugas perijinan
-
Terlaks ananya diklat petugas perijina n
38.500
Tersedi anya TI untuk layanan perijina n
38.500
Tersedi anya TI untuk layanan perijina n
38.500
Tersedian ya TI untuk layanan perijinan
38.500
Tersedi anya TI untuk layanan perijina n
Waktu pelaksanaan sosialisasi yang dilaksanakan
Jumlah petugas yang dikirim mengikuti diklat
5
2800 berkas
- SIUP
4
Tersedianya Teknologi Informasi untuk layanan perijinan
0
Jenis TI yang disediakan untuk pelayanan perijinan
Terlaks ananya sosialis asi perijina n Terlaks ananya diklat petugas perijina n Tersedi anya TI untuk layanan perijina n
Pelayan an Perijina n mening kat
60.059
Terlaks ananya sosialis asi perijina n
-
Terlaks ananya diklat petugas perijina n
38.500
Tersedi anya TI untuk layanan perijina n
KPTS P
Jumlah Perangkat Keras TI untuk pelayanan perijinan 6
6
17
Tersedi anya Perangk at Keras TI untuk pelayan an perijina n
-
Tersedi anya Perangk at Keras TI untuk pelayan an perijina n
20.000
Tersedi anya Perangk at Keras TI untuk pelayan an perijina n
20.000
Tersedian ya Perangkat Keras TI untuk pelayanan perijinan
20.000
Tersedi anya Perangk at Keras TI untuk pelayan an perijina n
20.000
Tersedi anya Perangk at Keras TI untuk pelayan an perijina n
Jumlah Perangkat Keras TI untuk pelayanan perijinan
KEBUDAYAAN Program Pembinaan Dan Pengelolaan Kekayaan Budaya
Berkembangnya penerapan nilai budaya yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan kebijakan pembangunan
a
Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan (31 buah)
b
31 Buah
-
31 Buah
50.000
31 Buah
55.000
31 Buah
60.000
31 Buah
65.000
31 Buah
Jumlah museum ( 1 unit )
1 unit
10.000
1 Unit
15.000
1 unit
20.000
1 unit
25.000
1 unit
30.000
1 unit
c
Jumlah petugas pengelola kekayaan budaya ( 61 orang )
61 Orang
-
61 Orang
-
61 Orang
-
61 Orang
-
61 Orang
-
61 Orang
d
% Petugas pengelola yang memiliki kompetensi ( 1,6% )
1,6%
-
10%
20.000
20%
22.000
30%
25.000
40%
27.500
40%
f
% Petugas pengelola kekayaan budaya yang telah mengikuti pelatihan ( 70%)
70%
-
100%
20.000
-
-
-
-
-
-
100%
g
Jumlah lembaga yang mengelola kekayaan budaya (5 lembaga)
5 Lembag a
-
5 Lembag a
-
5 Lembag a
;-
5 Lembaga
-
5 Lembag a
-
5 Lembag a
h
% Lembaga pengelola yang memiliki sistem manajerial yang baik (40%)
50%
-
75%
-
100%
-
-
-
-
-
100%
Dinas Porbu dpar
Program Pengembangan Nilainilai Budaya
Pengembangan nilai budaya
Meningkatnya pelaksanaan interaksi budaya dalam rangka peningkatan modal sosial
Terlaksananya pelestarian nilai-nilai budaya
i
% Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kekayaan budaya (40%)
a
% Sekolah yang memasukkan muata lokal dalam kurikulumnya ( - )
50%
-
60%
20.000
70%
22.000
80%
25.000
90%
30.000
90%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
b
Jumlah Sarana penyelenggaraan seni dan budaya( Tempat Pentas)
5 Unit
-
5 Unit
500.000
5 Unit
500.000
5 Unit
500.000
5 Unit
500.000
5 Unit
c
Jumlah grup kesenian ( 450 grup )
450 Grub
-
460 grup
50.000
470 grup
55.000
480 grup
60.000
490 grup
70.000
490 grup
d
Jumlah gedung ( - )
1 Unit
-
1 unit
100.000
1 unit
110.000
1 unit
120.000
1 unit
130.000
5 unit
d
Jumlah lembaga yang bergerak di bidang pelestarian budaya ( 5 lembaga )
5 Lembag a
-
5 Lembag a
-
5 Lembag a
-
5 Lembaga
-
5 Lembag a
-
5 Lembag a
e
% Sekolah yang memiliki ekstra kurikuler bidang seni ( )
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
Jumlah kegiatan upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah ( 1 kali )
2
Jumlah kegiatan upacara Adat Larung Sesaji ( 1 kali )
3
Rehab panggung siraman Gong Kyai Pradhah ( - )
1 Kali
40.400
1 Kali
45.000
1 Kali
50.000
1 Kali
55.000
1 Kali
60.000
1 Kali
1 Kali
40.400
1 Kali
45.000
1 Kali
50.000
1 Kali
55.000
1 Kali
60.000
1 Kali
-
-
1 unit
250.000
-
-
-
-
-
-
1 unit
Dinas Porbu dpar
Dinas Porbu dpar
Pengelolaan keanekaragaman budaya
Terlaksananya pembinaan kesenian karawitan
Pengelolaan kekayaan budaya
Terlaksananya pelestarian nilai-nilai budaya
1
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah peserta pembinaan karawitan ( 1 kelompok ) Jumlah kegiatan Festival Kesenian Kawasan Selatan ( 1 kali ) Jumlah kegiatan pementasan kesenian Pesona Bumi Penataran ( 1 kali ) Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Festival Karya Lagu Daerah ( - ) Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Festival Karya Tari Daerah ( - ) Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Festival Duta Tari Daerah ( - ) Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Festival Seni Pertunjukan ( - ) Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Festival Dalang ( - )
1 Kelomp ok
20.000
1 Kelomp ok
22.000
1 Kelomp ok
26.000
1 Kelomp ok
28.000
1 Kelomp ok
1 Kali
20.000
1 Kali
22.000
1 Kali
26.000
1 Kali
28.000
1 Kali
1 Kali
100.000
1 Kali
120.000
1 Kali
130.000
1 Kali
140.000
1 Kali
-
-
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
40.000
1 kali
-
25.000
1 kali
30.000
1 kali
35.000
1 kali
40.000
1 kali
1 kali
15.000
1 kali
20.000
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
-
1 kali
20.000
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
40.000
1 kali
-
1 kali
20.000
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
40.000
1 kali
24.000
1 Kelompok
1 Kali
24.000
110.000
1 Kali
1 kali
20.000
-
1 kali
-
-
-
-
Dinas Porbu dpar Dinas Porbu dpar
8
9
10
Terwujudnya pemeliharaan dan penambahan koleksi museum
Jumlah kegiatan pengiriman Tim Kesenian dalam Pawai Budaya Hari Jadi Propinsi Jatim ( - ) Jumlah kegiatan upacara dan resepsi peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ( 1 kali )
-
-
1 kali
15.000
1 kali
20.000
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
-
-
1 kali
20.000
1 kali
25.000
1 kali
30.000
1 kali
40.000
1 kali
1 Kali
250.000
1 Kali
275.000
1 Kali
300.000
1 Kali
325.000
1 Kali
350.000
1 Kali
1 Paket
10.000
1 Paket
15.000
1 Paket
20.000
1 Paket
25.000
1 Paket
30.000
1 Paket
1 Paket
10.000
1 Paket
15.000
1 Paket
20.000
1 Paket
25.000
1 Paket
30.000
1 Paket
25.000
250 Organis asi Pemuda
30.000
300 Organisasi Pemuda
35.000
350 Organis asi Pemuda
40.000
350 Organis asi Pemuda
200.000
25 Cabang Olah Raga
250.000
-
-
-
-
25 Cabang Olah Raga
Jumlah kegiatan pemeliharaan museum Penataran ( 1 paket ) 11
Terwujudnya kompleks wisata Candi Penataran 12
18
Jumlah kegiatan pengiriman peserta Festival Makanan Khas Daerah ( - )
Jumlah kegiatan pemeliharaan kompleks wisata Candi Penataran ( 1 paket )
PEMUDA DAN OLAH RAGA Program Peningkatan Pembinaan Kepemudaan dan Olah Raga
Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat
a
Jumlah organisasi pemuda yang dibina ( 10 organisasi )
10 Organis asi Pemuda
20.000
50 Organis asi Pemuda
b
Jumlah organisasi olahraga (17 cabor)
17 Cabang OlahRa ga
-
20 Cabang Olah Raga
Dinas Porbu dpar
Program peningkatan peran serta kepemudaan
Menurunnya jumlah pemuda yang terkena pengaruh negatif
c
Jumlah kegiatan kepemudaan (2 kegiatan)
3 Kegiata n
65.880
7 Kegiata n
72.475
11 Kegiata n
79.725
18 Kegiatan
87.700
22 Kegiata n
d
Jumlah kegiatan olahraga ( 8 kegiatan )
9 Kegiata n
5.126.960
8 Kegiata n
5.639.600
9 Kegiata n
6.243.500
8 Kegiatan
6.827.850
9 Kegiata n
e
Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) ( - )
-
-
-
-
1 unit
300.000
-
-
-
-
1 unit ( Youth Center )
f
Lapangan olahraga (744 lapangan)
744 lapanga n
-
992 lapanga n
-
1.240 lapanga n
-
1.488 lapangan
-
1.736 lapanga n
-
1.736 lapanga n
g
Jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk (3 klub)
3 klub
250.000
4 klub
275.000
5 klub
302.500
6 klub
332.750
7 klub
366.025
7 klub
h
Jumlah gedung olahraga ( - )
3 Unit
5.500.000
1 unit
2.000.000
1 unit
2.000.000
1 unit
2.000.000
1 unit
1
Terlaksananya pembinaan SDM kepemudaan
Jumlah Pemuda yang terkena pegaruh negatif ( 16895 orang )
15.000
13.685 orang
20.000
12.315 orang
25.000
11.080 orang
35.000
9.970 orang
7.550.650
2.000.000
3
4
Jumlah pemuda pelopor tingkat kabupaten ( 5 orang ) Jumlah pemuda pelopor tingkat propinsi ( 1 orang )
22 Kegiata n 9 Kegiata n
7 unit
50.000
9.970 orang
Jumlah peserta Sosialisasi (800 orang)
2
Peningkatan jumlah pemuda pelopor
15.205 orang
96.500
500 orang
37.314
600 orang
41.000
1.000 orang
45.000
1.250 orang
49.500
1.500 orang
55.000
Jumlah peserta mening kat terjadi penurun an jumlah pemuda yang terkena dampak negatif
5 orang
7.000
5 orang
8.000
5 orang
9.000
5 orang
10.000
5 orang
11.000
5 orang
1 orang
5.000
1 orang
5.500
2 orang
12.000
2 orang
13.200
2 orang
14.500
2 orang
Dinas Porbu dpar
Peningkatan jumlah lembaga kepemudaan
Terwujudnya pameran produk karya pemuda Pembinaan dan pemasyarakatan oleh raga
Pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga
Meningkatnya profesionalisme tenaga keolahragaan dan kesehatan masyarakat
Terwujudnya database keolahragaan
5
10 Unit
20.000
50 Unit
25.000
250 Unit
30.000
300 Unit
35.000
350 Unit
40.000
350 Unit
1 Kali
10.000
1 Kali
11.000
2 Kali
25 000
2 Kali
27.500
2 Kali
30.250
2 Kali
17 cabor
-
20 cabor
200.000
25 cabor
250.000
-
-
-
-
25 cabor
2
Jumlah pameran produk karya pemuda ( -) Jumlah peserta pembinaan cabang olah raga prestasi ( 17 cabor ) Peningkatan jumlah peralatan olahraga ( 3 paket )
3 paket
113.000
3 paket
124.300
3 paket
136.700
3 paket
150.350
3 paket
165.400
3 paket
3
Jumlah kegiatan senam kesegaran jasmani dan rekreasi ( 48 kali )
48 kali
44.000
48 kali
48.500
48 kali
53.350
48 kali
58.700
48 kali
64.500
48 kali
4
Terlaksananya pengiriman POR SD/MI Propinsi ( - )
1 Kali
40.000
-
-
1 Kali
45.000
-
-
1 Kali
50.000
1 Kali
5
Terlaksananya pembinaan oleh raga arung jeram ( 1 kali )
-
-
1 Kali
220.000
1 Kali
242.000
1 Kali
266.200
1 Kali
292.800
1 Kali
6
1
1
Peningkatan jumlah atlet pelajar yang berprestasi 2
Peningkatan sarana dan prasarana olah raga
Jumlah dan bentuk lembaga kepemudaan ( -)
3
4
Jumlah database bidang olahraga ( - )
Jumlah atlet pelajar yang berprestasi pada masing-masing cabang olah raga ( 70 orang )
Jumlah sarana dan prasarana olahraga panjat dinding ( - ) Pembuatan/penyediaan sarana dan prasarana olah raga Paralayang ( -)
1 Unit
20.000
1 unit
22.000
1 Unit
24.200
1 Unit
26.600
1 Unit
29.260
1 Unit
77 Orang
-
85 Orang
33.800
93 Orang
37.200
102 Orang
41.000
112 Orang
45.000
112 Orang
1 Unit
350.000
1 Unit
38.500
1 Unit
42.350
1 Unit
46.585
1 Unit
51.245
1 Unit
-
-
1 paket
150.000
-
-
-
-
-
-
1 paket
Dinas Porbu dpar
Dinas Porbu dpar
Dinas Porbu dpar
19
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
Program Pembentukan Produk Hukum
Program Profesionalisme bagi aparat Hukum
Terciptanya suprimasi hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia
Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum
a
Jumlah produk hukum yang dihasilkan
27
b
% Jumlah kajian yang dilakukan untuk menyesuaikan produk hukum dengan keadaan masyarakat
100%
c
Jumlah forum komunikasi dibidang hukum
d
% Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan DPRD dalam menyusun rancangan produk hukum
a
Jumlah aparat hukum
b
Jumlah pelatihan dibidang hukum
c
% Peningkatan pelatihan untuk aparat hukum
d
Jumlah kasus yang masuk
e
% Jumlah kasus yang tertangani
f
% Peningkatan kerjasama dengan aparat hukum dan LBH dalam menangani kasus
27000
10
150000
10
150000
10
150000
10
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
14
13
13
13
13
6
6
6
6
6
100%
100%
100%
100%
100%
10%
10%
10%
10%
10%
150000
Bag. Huku m
0
Bag. Huku m
Program Peningkatan Kesadaran Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Program penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan seseorang
Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
Program Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan serta Pemberantasan Tindak Kriminal
Meningkatnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
Program pencegahan masalah-masalah sosial
Menurunnya angka pelanggaran hukum dan indeks kriminalitas
Program Penanggulangan Masalah Sosial
Meningkatnya penuntasan kasus kriminalitas untuk menciptakan rasa
a
Penegakan PERDA
50%
b
% Peningkatan jumlah keluarga sadar hukum
c
Jumlah penyuluh hukum
d
% Peningkatan kerjasama dalam penegakan hukum
a
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
b
Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
__
c
Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan
__
d
Cakupan patroli petugas Satpol PP
a
Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten
b
Angka kriminalitas
a
Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
a
Angka kriminalitas yang tertangani
99000
50%
108900
50%
113790
50%
131769
50%
Satpo l PP
144945
Bag. Huku m Bag. Huku m Satpo l PP
Satpo l PP
__
jumlah / linmas
__
jumlah / pos kamling
100.000
jumlah / linmas
100.000
jumlah / pos kamling
100.000
jumlah / linmas
100.000
jumlah / pos kamling
100.000
jumlah / linmas
100.000
100%
100.000
jumlah / pos kamling
100.000
100%
Bake sban gpolin mas Bake sban gpolin mas Satpo l PP Bake sban gpolin mas Satpo l PP Dinas Sosia l
Satpo l PP
tentram, tertib dan aman masyarakat
Program Peningkatan Pendidikan Agama
Meningkatnya ketaqwaan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa
b
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten
a
Jumlah guru agama dan guru ngaji
b
% Guru agama yang sesuai kompetensi
c
% Guru agama dan guru ngaji yang pernah mengikuti pelatihan
d
Rasio guru agama dengan siswa
e
Rasio guru ngaji dengan santri
f
% Sekolah yang memiliki ektra kurikuler keagamaan
g
Jumlah pondok pesantren
h Program Peningkatan Pengamalan NilaiNilai Agama dalam Kehidupan
Meningkatnya kualitas kehidupan beragama
a
Rasio ustad pesantren dengan santri pesantren jumlah kelompok pengajian
b
% jumlah kelompok pengajian yang mengadakan kegiatan rutin
c
Jumlah penerimaan zakat
d
Jumlah penerimaan shodaqoh
e
Jumlah BAZIS
90%
11600
90%
13340
90%
15341
90%
17642
90%
20288
Bag. Kesra
Bag. Kesra
Program Peningkatan Kerukunan hidup beragama dan sosial kemasyarakatan
Meningkatnya kerukunan internal dan antar umat beragama
Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi
Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik
f
% peningkatan pengelolaan zakat dan shodaqoh melewati BAZIS
g
% Peningkatan pembinaan terhadap lembaga amil zakat
a
Jumlah kajian / diskusi antar umat beragama
__
__
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
100%
b
% Peningkatan peran serta pemerintah dalam dialog antar umat beragama
__
__
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
2 kali keg/lap
40.000
100%
c
% Peningkatan kerjasama antar umat beragama
__
__
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
300.000
100%
d
% Peningkatan silaturahmi antar umat beragama
__
__
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
30.000
2 kali keg/lap
30.000
100%
a
Jumlah rumah ibadah
__
__
1 paket / th
250.000
1 paket / th
25.000
1 paket / th
250.000
1 paket / th
250.000
100%
b
Jumlah sarana pendukung rumah ibadah
__
__
1 paket / th
110.000
1 paket / th
110.000
1 paket / th
110.000
1 paket / th
110.000
100%
c
% Peningkatan pembangunan sarana keagamaan
__
__
1 paket / th
__
1 paket / th
__
1 paket / th
__
1 paket / th
__
__
d
Jumlah peraturan yang berkaitan dengan kehidupan beragama masyarakat
__
__
1 paket / th
15.000
1 paket / th
15.000
1 paket / th
15.000
1 paket / th
15.000
100%
a
Jumlah Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
b
Kegiatan pembinaan politik daerah
__
__
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
100%
Bake sban ngpoli nmas
Bake sban ngpoli nmas
Bada n Kesb ang linma spol
Program penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenraman masyarakat
c
% Peningkatan kualitas dan fungsi lembaga legislatif
__
__
2 kali / keg
20.000
2 kali / keg
20.000
2 kali / keg
20.000
2 kali / keg
20.000
100%
d
% Peningkatan peran partai politik dalam pengawasan kebijakan publik
__
__
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
4 kali / keg
50.000
100%
e
% Peningkatan budaya politik demokratis pada masyarakat
__
__
4 kali / keg
40.000
4 kali / keg
40.000
4 kali / keg
40.000
4 kali / keg
40.000
100%
Tercapainya kerjasama pengembangan kemampuan aparat Pol PP dengan TNI/ POLRI dan Kejaksaan
Satpo l PP
1
Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Terciptanya suasana yang terkendali, kodusif di wilayah Kab. Blitar untuk menunjang proses pembangunan daerah
Terwujudnya koordinasi dan kerjasama yang mantap antara Pemerintah dan anggota FKUB
Jumlah Personil yang mengikuti pelatihan gabungan
52%
40696
54%
48800
56%
53820
58%
61893
60%
71177
Bake sban ngpoli nmas 1
1
Pembianaan kekamanan di Wilayah Kab. Blitar
jumlah pertemuan dg anggota FKUB
__
12 bln / th
__
278.774.000
1 paket / th
12 bln / th
10.000
428.774
1 paket / th
12 bln / th
10.000
428.774
1 paket / th
12 bln / th
10.000
428.774
1 paket / th
12 bln / th
10.000
428.774
100%
100%
Bake sban gpolin mas
Mengamankan Pancasila dari gangguan yang ingin merubah keberadaan ideologi negara
2
jumlah kegiatan
Meningkatnya kondisi masyarakat yang berwawasan kebangsaan dan memahami etika kehidupan berbangsa dan bernegara
3
jumlah pertemuan di wilayah Kab. Blitar
1 kali pertemu an
Dipahaminya pengertian HAM bagi Aparatur Pemerintah dan terlaksananya kegiatan Panitia RANHAM
4
jumlah pertemuan
2 kali sosialis sai
45.000
2 kali sosialis sai
45.000
2 kali sosialissai
45.000
2 kali sosialis sai
45.000
100%
17992
2 kali pertemu an
40.000
2 kali pertemu an
40.000
2 kali pertemuan
40.000
2 kali pertemu an
40.000
100%
1 kali pertemu an
11.234
2kali pertemu an
25.000
2kali pertemu an
25.000
2kali pertemuan
25.000
2kali pertemu an
250.000
100%
8.757
1 paket daereah rawan konflik
15.000
1 paket daereah rawan konflik
15.000
1 paket daereah rawan konflik
15.000
1 paket daereah rawan konflik
15.000
100%
15.979
4 kali pertemu an
30.000
4 kali pertemu an
30.000
4 kali pertemuan
30.000
4 kali pertemu an
30.000
100%
__
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
150.000
100%
__
Menghindari/ mencega terjadinya konflik di masyarakat
5
jumlah pertemuan
1 kali pertemu an daerah rawan konflik
Terwujudnya perekatan dan pembauran bangsa
6
jumlah pertemuan
2 kali kegiata an
Terkoordinasinya Tim Sipora dan terpantaunya orang asing di Kab. Blitar
7
jumlah pertemuan
__
__
Kemitraan Wawasan Kebangsaan
Terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif
8
jumlah laporan kegiatan
1 paket laporan
14.465
1 paket laporan
14.465
1 paket laporan
14.465
1 paket laporan
14.465
1 paket laporan
14.465
100%
Teruwjudnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa
9
jumlah kegiatan
2 kali kegiata n
52.719
2 kali kegiata n
300.000
2 kali kegiata n
750000
2 kali kegiatan
300000
2 kali kegiata n
75000
100%
Terciptanya stabilitas sosial dan keamanan di wilayah
10
jumlah kegiatan
1 th / 22 kec
7.875
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
15.000
1 paket laporan
15.000
100%
Terwujudnya koordinasi dan kerjasama yang mantap lintas anggota Kominda
1
Jumlah kegiatan
12 bln / th
326.798
12 bln / th
400.000
12 bln / th
400.000
12 bln / th
400.000
12 bln / th
400.000
100%
Bake sban ngpoli nmas
Bake sban ngpoli nmas
Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan
Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap gangguan keamanan serta mengoptimalkan potensi Linmas yang ada di daerah untuk membantu korban bencana alam yang terjadi sewaktuwaktu
1
Jumlah kegiatan
1 kali keg
Tersedianya relawan yang tanggap dalam kesiapsiagaan bencana alam yang sewaktuwaktu terjadi
2
Jumlah kegiatan
__
53.600
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
100%
__
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
1 kali keg
100.000
100%
Pendidikan politik masyarakat Terjalinnya hubungan yang harmonis antara pemerintah, toga, tomas, dan tolek (ormas, LSM, parpol)
1
Jumlah kegiatan
__
Meningkatnya kinerja dan kerjasama parpol dan pemerintah
2
Jumlah evaluasi
1 kali evaluasi
__
11.500
Bake sban gpolin mas
4 klai keg
50.000
4 klai keg
50.000
4 klai keg
50.000
4 klai keg
50.000
100%
1 kali evaluasi
50.000
1 kali evaluasi
50.000
1 kali evaluasi
500.000
1 kali evaluasi
50.000
100%
Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
Tersedianya laporan pertanggungjawaban keuangan parpol yang bersifat akuntabel
3
Jumlah kegiatan
__
__
1 paket
10.000
1 paket
10.000
1 paket
100.000
1 paket
10.000
100%
Terjalinnya koordinasi antara ormas, LSM dan pemerintah serta validasi ormas tersebut agar timbul pemahaman sama sesuai dengan ketentuan Undangundang
4
Jumlah kegiatan
__
__
4 kali kegiata n
60.000
4 kali kegiata n
60.000
4 kali kegiatan
60.000
4 kali kegiata n
60.000
100%
Tersedianya Laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat yang bersifat transparan dan akuntabel
5
Jumlah Laporan
1 paket / th
29.636
1 paket / th
60.000
1 paket / th
60.000
1 paket / th
60.000
1 paket / th
60.000
100%
Diterimanya informasi masalah bencana alam oleh masyarakat
1
Jumlah pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana
12 bln / th
10.655
12 bln / th
40.000
12 bln / th
40.000
12 bln / th
400.000
12 bln / th
######## ##
100%
Terlaksananya pemadaman kebakaran
2
Jumlah operasional kendaraan PMK
1 unit / 1 th
8.510
1 unit / 1 th
40.000
1 unit / 1 th
400.000
1 unit / 1 th
40.000
1 unit / 1 th
######## ##
100%
Bake sban ngpoli nmas
Terawatnya peralatan penanggulangan bencana untuk kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana
3
Jumlah pemeliharaan mobil PMK
Tersedianya sarana pemadaman
4
Jumlah kendaraan PMK yang disediakan
Terlaksananya kegiatan pemantauan dalam penanggulangan bencana alam secara dini
5
Jumlah kendaraan roda 2 yang disediakan
Terwujudnya pengamanan Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015
Dukungan kelancaran Penyelenggaraan Pilkada Tahun 2015
Terwujudnya penyelenggaraan Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015
Terkendalinya dukungan kelancaran penyelenggaraan Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015
1 unit / 1 th
2.925
1 unit / 1 th
6.000
1 unit / 1 th
6.000
1 unit / 1 th
6.000
1 unit / 1 th
6.000.000
__
__
3 unit pengad aan
3.000.000
__
__
__
__
__
__
100%
__
__
22 kec / 22 unit spd mtr
308.000
__
__
__
__
__
__
100%
100%
1
Pengamanan Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015
__
__
__
__
__
__
3 paket keg
480.000
__
__
100%
2
Fasilitasi kelancaran Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015 dengan lancar dan tertib
__
__
__
__
__
__
3 paket keg
300.000
__
__
100%
3
Kajian Akademik Penyelenggaraan Pilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015 dengan lancar dan tertib
__
__
__
__
__
__
1 paket keg
350.000
__
__
100%
Bake sban ngpoli nmas
terciptanya keamanan pelantikan bupati dan Wakil Bupati th 2011
20
4
Pengamanan pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2011
1 kali keg
45.000.000
__
__
__
__
1 kali keg
450.000
__
__
100%
OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintah
Meningkatnya profesionalisme birokrat dalam melayani masyarakat
a
% Peningkatan kinerja kelembagaan pemerintah
75
302.200
77
317.310
79
333.196
81
333.277
90
349.941
% Peningkatan efektifitas kelembagaan pemerintah
80
185.000
82
194.250
84
203.963
87
204.050
90
214.253
% Peningkatan percepatan desentralisasi
70
40.000
71
42.000
73
44.100
75
44.175
80
46.384
d
% Jumlah jabatan yang telah disempurnakan
85
222.800
87
233.940
89
245.637
92
245.729
96
258.015
e
Pengelolaan arsip secara baku
65
0
68
35.000
73
36.750
65
36.815
80
38.656
b
c
Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah
Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi
a % Peningkatan intesifikasi pendapatan daerah b
% Peningkatan ekstensifikasi pendapatan daerah
c
Jumlah penerimaam pajak
d
% Penerimaan pajak di banding target
Bag. Orga nisasi
DPP KAD 80%
290.598
85%
305.128
90%
320.384
95%
336.404
100%
353.224
DPP KAD
60%
290.598
65%
305.128
70%
320.384
75%
336.404
80%
353.224
13.150. 474
1.574.981
###### ##
1.653.730
###### ##
1.736.416
15.223.31 8
1.823.237
15.984. 484
1.914.399
DPP KAD
80%
1.574.981
85%
1.653.730
90%
1.736.416
95%
1.823.237
100%
1.914.399
DPP KAD
e
f
g
h
Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota
Terselenggarakannya pembinaan pengelolaan keuangan dan barang daerah
1
2
3 Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Terlaksanakannya kegiatan inventarisasi asset dan data BUMD
% Penyempurnaan sistem dan prosedur penelolaan keuangan daerah
75%
4.100.905
80%
4.305.950
85%
4.521.248
90%
4.747.310
100%
5.222.041
75%
1.011.411
80%
1.061.982
85%
1.115.081
90%
1.170.835
100%
1.287.918
% Pengadaan sarana dan prasarana keuangan daerah
70%
2.373.801
75%
2.492.491
80%
2.617.116
85%
2.747.971
100%
3.160.167
% Penyempurnaan sistem pengelolaan keuangan daerah
75%
20.141
80%
21.148
85%
22.205
90%
23.316
100%
25.647
Rata-rata frekuensi pembinaan dengan turun langsung ke SKPD per tahun
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rata-rata frekuensi pembinaan dengan mengundang SKPD
1
231.691
1
243.276
1
255.439
1
268.211
1
281.622
Rata-rata kebutuhan anggaran belanja
100%
231.691
100%
243.276
100%
255.439
100%
268.211
100%
281.622
a
b
Rata-rata kebutuhan anggaran belanja Jumlah pengawas dalam pengawasan aparatur Rasio antara pengawas dengan PNS
DPP KAD
DPP KAD
DPP KAD -
Rata-rata frekuensi inventarisasi per tahun/ SKPD
DPP KAD
DPP KAD
1
2 Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
% Peningkatan pengelolaan keuangan daerah
DPP KAD 2
459.792
2
482.782
2
506.921
2
532.267
2
558.880
100%
459.792
100%
482.782
100%
506.921
100%
532.267
100%
558.880 Inspe ktora at Inspe ktora at
c
d
e Program Pendayagunaan Sumber Daya Aparatur
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
% Peningkatan transparansi dalam pengawasan % Peningkatan profesionalisme pengawas % Penyempurnaan sistem pengawasan
Inspe ktora at Inspe ktora at Inspe ktora at BKD
Peningkatan PNS yang mengikuti Diklat Teknis dan Fungsional
1
Jumlah PNS yang mengikuti diklat
Peningkatan Jumlah Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional
2
Jumlah Penyelenggaraan Diklat
BKD
Peningkatan Tingkat Kelulusan Peserta Ujian
3
Jumlah peserta ujian keseluruhan
BKD
4
Jumlah peserta yang ujian Pengadaan Barang dan Jasa
BKD
5
Jumlah peserta Ujian Dinas
BKD
6
Jumlah peserta ujian Penyesuaian Ijazah
BKD
Peningkatan PNS yang mengikuti Diklat Struktural
1 2
Jumlah PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan Jumlah PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan Tingkat III
BKD
BKD
3
Jumlah PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan Tingkat IV
BKD
Program Pengembangan Data/ Informasi
Persentase peningkatan Penyempurnaan Sistem Informasi Kepegawaian
1
Persentase penyempurnaan
BKD
Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
Jumlah Obrik yang diperiksa
1
Jumlah pemenuhan pelaksanaan PKPT/ Non PKPT
Inspe ktora at
Menurunnya Temuan Hasil Pemeriksaan
2
Jumlah temuan hasil pemeriksaan
Inspe ktora at
Meningkatnya kesadaran Obrik terhadap temuan pemeriksaan
3
Jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti
Inspe ktora at
Menurunnya jumlah kasus di Kab. Blitar
4
Jumlah kasus yang masuk
Inspe ktora at
Meningkatnya SDM dan Aparatur Pengawasan
1
Jumlah Tenaga Pemeriksa yang mengikuti Bintek
Inspe ktora at
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota
Terselenggarakannya pembinaan pengelolaan keuangan dan barang daerah
1
2
3
4
Rata-rata frekuensi pembinaan dengan turun langsung ke SKPD per tahun 12 kali / tahun
-
12 kali / tahun
-
12 kali / tahun
-
12 kali / tahun
-
12 kali / tahun
-
2 kali / tahun
-
3 kali / tahun
-
3 kali/tahu n
-
4 kali/tahun
-
4 kali/tahu n
-
190 SKPD& UPTD / 362 orang
-
190 SKPD& UPTD / 362 orang
-
190 SKPD& UPTD / 362 orang
-
190 SKPD&UP TD / 362 orang
-
190 SKPD& UPTD / 362 orang
-
-
142.500
-
210.000
-
210.000
-
250.000
-
250.000
Rata-rata frekuensi pembinaan dengan mengundang SKPD
Jumlah Pengurus Barang/Bendaharawan Barang yang terlatih / terbina
Rata-rata kebutuhan anggaran belanja keseluruhan
Terlaks ananya kegiata n pembin aan dengan turun langsun g ke SKPD per tahun Terlaks ananya kegiata n pembin aan dengan mengun dang SKPD Terlatih dan terbinan ya SDM Aparatu r Pengelo la Barang daerah Tercuku pinya kegiata n pembin aan pengelo laan keuang an dan barang daerah
Bagia n Keua ngan dan Bina Asset
Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Terlaksanakannya kegiatan inventarisasi asset dan data BUMD
1
2
3
Rata-rata frekuensi inventarisasi per tahun/ SKPD
Jumlah SKPD yang sudah terdata jumlah assetnya
3 kali / tahun
-
4 kali / tahun
-
5 kali / tahun
-
6 kali / tahun
-
7 kali / tahun
-
Terlaks ananya kegiata n inventar isasi asset daerah
Seluruh SKPD
-
Seluruh SKPD
-
Seluruh SKPD
-
Seluruh SKPD
-
Seluruh SKPD
-
Terdata nya asset SKPD
Rata-rata kebutuhan anggaran belanja keseluruhan -
Perumusan Kebijakan Pengelolaan Asset Daerah
Terkumpulnya bahan perumusan kebijakan pengelolaan Asset daerah
1
2
25.000
-
33.500
-
42.000
-
51.500
-
60.000
Rata-rata frekuensi koordinasi guna pengumpulan bahan perumusan kebijakan
4 kali / tahun
-
5 kali / tahun
-
6 kali / tahun
-
7 kali / tahun
-
8 kali / tahun
-
2 / tahun
-
2 / tahun
-
3/ tahun
-
3 / tahun
-
3/ tahun
-
Jumlah bahan perumusan kebijakan
Tercuku pinya kegiata n inventar isasi asset dan data BUMD Terlaks ananya kegiata n pengum pulan bahan perumu san kebijaka n pengelo laan asset daerah Terkum pulnya bahan perumu san kebijaka n pengelo laan asset daerah
Bagia n Keua ngan dan Bina Asset
Bagia n Keua ngan dan Bina Asset
3
4
1
Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Program Peningkatan Pelayanan Publik
Terlaporkannya seluruh capaian kinerja kegiatan
Program Pemberdayaan Sumber Daya Aparatur
Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi
1
Meningkatnya pelayanan perijinan a
a
b 2
c
2 buah
-
2 buah
-
3 buah
-
3 buah
-
3 buah
-
-
20.000
-
25.000
-
30.000
-
35.000
-
40.000
Rata-rata kebutuhan anggaran belanja keseluruhan
Tersusu nnya produk hukum dalam pengelo laan asset daerah Tercuku pinya kegiata n Perumu san Kebijak an Pengelo laan Asset Daerah
Jumlah laporan yang dikerjakan pertahun
Jumlah perijinan yang dilayani
b Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Jumlah Produk hukum yang dihasilkan
% Penurunan jumlah PNS yang melanggar aturan % Efektifitas penegakan hukum untuk PNS Jumlah pengawas dalam pengawasan aparatur Rasio antara pengawas dengan PNS
% Peningkatan transparansi dalam pengawasan
2700 berkas
2800
2900
3000
Sekre tariat + Setw an KPTS P
3100
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
30jt
100%
41 orang
140 jt
41 orang
140 jt
41 orang
140 jt
41 orang
140 jt
41 orang
140 jt
100%
jumlah pengaw as/ PNS
100%
jumlah pengaw as/ PNS
75 jt
100%
jumlah pengaw as/ PNS
75jt
100%
jumlah pengawas/ PNS
75jt
100%
jumlah pengaw as/ PNS
75jt
100%
100%
75jt
100%
Inspe ktorat
Inspe ktorat Inspe ktorat
Inspe ktorat
Inspe ktorat
d
Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
3
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Jumlah Obrik yang diperiksa
% Peningkatan profesionalisme pengawas
100%
135jt
100%
135jt
100%
135jt
100%
135jt
100%
135jt
100%
e
% Penyempurnaan sistem pengawasan
100%
50jt
100%
50jt
100%
50jt
100%
50jt
100%
50jt
100%
Inspe ktorat
a
Jumlah pemenuhan pelaksanaan PKPT
94 obrik
425 jt
94 obrik
467 jt
94 obrik
509 jt
94 obrik
551 jt
94 obrik
593 jt
100%
Inspe ktorat
Non PKPT
75 obrik
242 jt
75 obrik
266 jt
75 obrik
290 jt
75 obrik
314 jt
75 obrik
338 jt
100%
100 jt
1000 temuan
100 jt
830 temuan
100 jt
770 temuan
100 jt
529 temuan
Menurunnya Temuan Hasil Pemeriksaan
b
Meningkatnya kesadaran Obrik terhadap temuan pemeriksaan
c
Menurunnya jumlah kasus di Kab. Blitar
d
Jumlah temuan hasil pemeriksaan
Jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti
Jumlah kasus yang masuk
1200 temuan
833 ETL
73 kasus
30 jt
850 ETL
242 jt
69 kasus
40 jt
925 ETL
242 jt
63 kasus
50 jt
1000 ETL
60 jt
1200 ETL
51 kasus
242 jt
57 kasus
242 jt
100 jt
44%
Inspe ktorat
Inspe ktorat
Inspe ktorat 70 jt
100%
242 jt
68%
Inspe ktorat
Peningkatan PNS yang mengikuti Diklat Teknis dan Fungsional
∑ PNS yang mengikuti diklat
83 Orang
100.756
85 Orang
110.832
85 Orang
121.915
87 Orang
134.106
90 Orang
147.517
430 Orang
BKD
Peningkatan Jumlah penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional
∑ Penyelenggaraan Diklat
3 Keg
445.316
4 Keg
489.848
4 Keg
538.832
4 Keg
592.716
4 Keg
651.987
19 Keg
BKD
Peningkatan Tingkat kelulusan peserta Ujian
∑ peserta ujian keseluruhan
250 Orang
128.255
250 orang
141.081
250 orang
155.189
250 orang
170.707
250 orang
187.778
1.450 Orang
BKD
∑ peserta yang Ujian pengadaan Barang dan Jasa
80 Orang
57.624
80 Orang
63.386
80 Orang
69.725
80 Orang
76.697
80 orang
84.367
400 Orang
BKD
∑ peserta yang lulus Ujian pengadaan Barang dan Jasa ∑ peserta Ujian Dinas
BKD
50 orang
32.391
50 orang
35.630
50 orang
39.193
50 orang
43.112
50 orang
47.423
250 Orang
∑ peserta yang lulus Ujian Dinas ∑ peserta ujian Penyesuaian Ijasah
BKD 120 Orang
38.241
120 orang
42.065
120 orang
46.271
120 orang
50.898
120 orang
55.988
600 Orang
∑ peserta yang lulus Ujian Penyesuaian Ijasah Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
Program Pengembangan Data/Informasi
21 1
Peningkatan PNS yang mengikuti Diklat Struktural
% Peningkatan Penyempurnaan Sistem Informasi Kepegawaian
BKD BKD
∑ PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan
70 orang
∑ PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan Tingkat III
30 Orang
30 Orang
30 Orang
30 Orang
∑ PNS yang mengikuti diklat Kepemimpinan Tingkat IV
40 Orang
40 orang
40 orang
40 Orang
% Penyempurnaan
BKD
1.162.208
70 Orang
1.278.429
70 Orang
1.406.272
70 orang
1.546.899
70 Orang
350 Orang
BKD
30 orang
150 Orang
BKD
40 orang
200 orang
BKD
70%
BKD
1.701.589
62%
8.000
64%
8.800
66%
9.680
68%
10.648
70%
11.713
86630
10 kelp
90000
10 kelp
95000
10 kelp
100000
10 kelp
105000
KETAHANAN PANGAN Program Pengembangan Lumbung Pangan Desa
Meningkatnya cadangan pangan masyarakat Tercapainya stabilitas harga gabah kering giling
a
Jumlah kelompok lumbung pangan
10 kelp
b
Terbelinya gabah waktu panen
5900 ton/th
8850 ton/th
11800 ton/th
14750 ton/th
17700 ton/th
c
Terjualnya gabah waktu harga tinggi
5900 ton/th
8850 ton/th
11800 ton/th
14750 ton/th
17700 ton/th
Kanto r Ketah anan Pang an
2
3
Program Pengembangan Distribusi Pangan yang Efisien
Terwujudnya distribusi pangan di desa safari mapan bener
Program Pengembangan Desa Mandiri Pangan
Terwujudnya kemandirian pangan di desa
Tercapainya kecukupan pangan baik jumlah, mutu, gizi, dan keamanannya
4
Program Pengembangan cadangan pangan daerah
a
jumlah desa safari mapan bener
1 desa
11704
1 desa
15000
1 desa
17500
1 desa
20000
1 desa
22500
a
Jumlah desa mandiri pangan
2 desa
57824
1 desa
62500
1 desa
65000
1 desa
67500
1 desa
70000
b
% Peningkatan kecukupan pangan
Meningkatnya distribusi pangan
% peningkatan ketersediaan bahan pangan a
6
Program Pemantapan Kelembagaan Pangan Tingkat Kabupaten
Terlaksananya pertemuan Dewan Ketahanan Pangan
Program Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
Meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan
32500
3%
35000
3%
37500
40000
17511 ton/bl
17683 ton/bl
17854 ton/bl
18026 ton/bl
- jagung
682 ton/bl
689 ton/bl
695 ton/bl
702 ton/bl
709 ton/bl
14 LPG
19 LPG
24 LPG
29 LPG
34 LPG
c
Jumlah penguatan kelembagaan pangan
a
29359
3%
17339 ton/bl
Stabilitas harga
a
3%
- gabah/beras
b Menguatnya kapasitas kelembagaan pangan
5
3%
Terkoordinasinya kegiatan Dinas, Badan, Lingkup Pemda yang menangani Ketahanan Pangan/ Ekonomi
Jumlah peningkatan pengetahuan
2 kali
200 org
49812
41852
2 kali
200 org
50000
45000
2 kali
200 org
50000
50000
2 kali
200 org
Kanto r Ketah anan Pang an Kanto r Ketah anan Pang an
50000
55000
2 kali
200 org
50000
60000
Kanto r Ketah anan Pang an
Kanto r Ketah anan Pang an Kanto r Ketah anan Pang an
Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu, aman dan terjangkau
b
% sosialisasi penganekaragaman pangan kpd masyarakat
a
Jumlah kelompok yg mendapat pelatihan
b
% peningkatan penanganan pasca panen
c
Jumlah usaha produktif berskala mikro
2% 7
Program Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
Peningkatan SDM Kelompok tentang penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian (pangan lokal) Meningkatnya aktifitas ekonomi regional berbasis potensi lokal
8
9
10
Program Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan
Program Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi dan Suplai Pangan
Gelar Pangan Olahan Hasil Pertanian Lokal dan Lomba cipta Menu Non Beras
Meningkatnya pemanfaatan pekarangan untuk menambah cadangan pangan keluarga
a
Jumlah KK yg memanfaatkan pekarangan
b
% Berkurangan pengeluaran kebutuhan sehari-hari
4 kelp
2% 54120
4 kelp
2% 55000
4 kelp
2% 57000
4 kelp
2% 59000
4 kelp
3%
3%
3%
3%
3%
8
8
8
8
8
200
66450
10%
200
68000
10%
200
70000
10%
200
72000
10%
200
61000
74000
Terciptanya kreasi pengolahan pangan lokal non beras
Skor PPH
a
Lomba kreasi pangan olahan dan lomba cipta menu non beras
61
-
24400
66
2 lomba
26000
60000
71
2 lomba
28000
62000
76
2 lomba
Kanto r Ketah anan Pang an
10%
Terpantaunya kondisi riil keragaman pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan harapan (PPH) a
Kanto r Ketah anan Pang an
30000
64000
81
2 lomba
32000
66000
Kanto r Ketah anan Pang an
Kanto r Ketah anan Pang an
11
12
22
Program Peningkatan Penganekaragaman Pangan dan Konsumsi Pangan dan Gizi
Meningkatnya penganekaragaman pangan masyarakat
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau
PEMBERDAYAAAN MASYARAKAT DESA
a
Jumlah kelompok yg dilatih
b
Jumpah kelompok yg menerapkan tekhologi
10 kelp
50000
10 kelp
53000
10 kelp
56000
10 kelp
59000
a
Pendampingan pada kelompok tani
1681 kelomp ok tani
220.000
1723 kelomp ok tani
231.000
1765 kelomp ok tani
242.000
1807 kelompok tani
253.000
1849 kelomp ok tani
264.000
1849 kelomp ok tani
b
Optimalisasi WKPP bagi PPL
95.000
10 kel tani
97.500
12 kel tani
100.000
14 kel tani per PPL
102.500
% Peningkatan kinerja PPL melalui penyediaan data-data 9 indikator
92.500
78%
111.000
82%
129.500
86%
148.000
16 kel tani per PPL 90%
105.000
c
8 kel tani per PPL 74%
16 kel tani per PPL 90%
d
Optimalisasi penyuluhan pertanian melalui kegiatan sekolah lapang
22 paket
110.000
33 paket
165.000
44 paket
220.000
55 paket
275.000
66 paket
330.000
66 paket
e
Jumlah sertifikasi pada kelompok tani
1681 kel tani
63.000
1723 kel tani
63.000
1765 kel tani
63.000
1807 kel tani
63.000
1849 kel tani
63.000
1849 kel tani
f
Pengembangan dinamika Kel. Tani dari kelas pemula ke kelas lanjut
200 kel tani
200.000
400 kel tani
200.000
600 kel tani
200.000
800 kel tani
200.000
1000 kel tani
200.000
1000 kel tani
g
% Peningkatan jumlah kel. tani yang melakukan intensifikasi pertanian berdasarkan penggunaan pupuk organik
10%
100.000
20%
100.000
30%
100.000
40%
100.000
50%
100.000
50%
h
Peningkatan sarana dan prasarana BPP kecamatan
4 BPP
100.000
8 BPP
100.000
12 BPP
100.000
17 BPP
125.000
22 BPP
125.000
22 BPP
166.500
Kanto r Ketah anan Pang an BP4K
Program Pemberdayaan Masyarakat
Meningkatnya keberdayaan dan daya saing masyarakat
Program Pengembangan Potensi Wilayah Miskin Perdesaan
Meningkatnya peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan
Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Perdesaan
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan
Bape mas
a
Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)
a
Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
b
% Jumlah desa miskin yang memiliki produk unggulan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c
% Desa miskin yang telah memiliki BUM DES
220 desa
63.528
220 desa
66.704
220 desa
70.040
220 desa
73.542
220 desa
77.219
d
% Desa yang belum teraliri listrik dan belum terjangkau alat komunikasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
e
% Peningkatan pembangunan infra struktur di wilayah pedesaan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
a
% Warga pedesaan yang pernah mendapat pelatihan keterampilan
566
224.448
566
235.670
566
247.454
566
259.827
566
272.818
b
Jumlah pekerja anak
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c
Jumlah peraturan yang melindungi anak pedesaan dari eksploitasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
a
% Peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap modal
75
0
35.478
0
79
0
37.251
0
83
0
39.114
0
87
0
41.070
0
91
0
43.123
0
Bape mas
Bape mas
Bape mas
Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di Perdesaan
Terlaksananya Kegiatan pelatihan pemberdayaan Masyarakat Desa
Terlaksananya penilaian lomba desa dan lomba UPKu
Terlaksananya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan
Tersusunnya peraturan yang mengatur tentang pemberdayaan masyarakat
Terlaksananya pendataan potensi desa (profil desa)
b
% Peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap faktor produksi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c
% Peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap informasi teknologi
1 paket
84.717.500
1 paket
88.953
1 paket
93.401
1 paket
98.071
1 paket
102.975
d
% Peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap pasar
40 paket
34.686
42 paket
36.420
44 paket
38.241
46 paket
40.135
48 paket
42.142
1
Jumlah pelatihan yang dilaksanakan
3
199.205
4
209.105
5
219.560
6
230.538
7
242.065
260
81.138
2
Jumlah warga desa yang mendapatkan pelatihan
262
85.194
264
89.454
266
93.927
268
98.623
3
Jumlah jenis lomba yang dilaksanakan
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Jumlah desa peserta lomba
22 desa
99.585
24 desa
104.564
26 desa
10.979
28 desa
11.528.200
30 desa
10.105
220 desa
56.560
220 desa
59.388
220 desa
62.357
220 desa
65.475
220 desa
68.749
Bape mas
Jumlah Kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat 5
Bape mas 1
Jumlah jenis peraturan yang terbentuk
2
Jumlah desa yang dilakukan pendataan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40 desa
81.475
42 desa
85.549
44 desa
89.827
46 desa
94.318
48 desa
99.034
Peningkatan bantuan Pemerintah untuk kelembagaan untuk Pemerintah Desa
Terlaksananya bantuan peralatan Teknologi Tepat Guna (TTG) kepada Pokmas
Terbentuknya Lembaga/ Badan Usaha Milik Desa
Terlaksananya bantuan kepada pengelola UPKu (Bidang simpan-pinjam dan pengembangan ekonomi produktif)
23
Jumlah lokasi
220 desa
63.528
220 desa
66.704
220 desa
70.040
220 desa
73.542
220 desa
77.219
9 unit
258.302
11 unit
271.217
13 unit
284.777
15 unit
299.016
17 unit
313.967
220 desa
211.800
220 desa
222.390
220 desa
233.510
220 desa
245.185
220 desa
257.444
60 UPKu
20.000
62 UPKu
21.000
64 UPKu
22.050
65 UPKu
23.153
66 UPKu
24.310
200000
5 publikasi
215000
Jumlah Alat yang diberikan 5
6
Jumlah BUMDes yang terbentuk
Jumlah UPKu yang mendapat bantuan
7
STATISTIK Program Pengembangan Data/ Informasi/ Statistik Daerah
24
3
Meningkatnya ketersediaan data dan informasi kinerja pembangunan daerah
Diperlukan ketersediaan data/ informasi/ kinerja pembangunan daerah
3 macam publikas i
172000
4 publikas i
175000
5 publikas i
5 publikas i
215000
Tersedi anya publikas i statistik yang makin lengkap
Bapp eda
KEARSIPAN
Perbaikan sistem administrasi kearsipan
Meningkatnya sistem Administrasi Kearsipan
Administrasi Sistem Kearsipan Belum Optimal
17
17
20.000
17
22.000
17
22.000
16
22.000
Kanto r Perpu staka an dan Arsip Daer ah
25
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi
Meningkatnya kualitas pelayanan informasi
Pelayanan Informasi belum Optimal
Program Pemeliiharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan
Sarana dan prasarana kearsipan terpelihara
Perlu keberlanjutan Ruutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan
Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah
Meningkatnya penataan, penyyelamatan dan pelestarian arsip
18
10.000
18
10.000
18
10.000
17
10.000
17
10.000
2
173.000
2
173.000
2
173.000
2
173.000
1
100.000
44
23.600
51
27.654
51
27.700
51
27.700
51
27.700
Kanto r Perpu staka an dan Arsip Daer ah Kanto r Perpu staka an dan Arsip Daer ah Kanto r Perpu staka an dan Arsip Daer ah
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Program Pengembangan Komunikasi, Informasi Dan Media Massa
a
% Peningkatan kualitas materi komunikasi dan informasi
b
% Peningkatan peran lembaga pemberitaan independen dan media massa
c
Jumlah jaringan komunikasi
d
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
e
Jumlah surat kabar nasional/lokal
100 Mb
48.948
135Mb
55.000
200 Mb
60.000
250 Mb
65.000
300 Mb
70.000
4 Edisi
119.218
6 Edisi
180.000
8 Edisi
240.000
10 Edisi
300.000
12 Edisi
360.000
Dishu bkomi nfo
Tercapainya kelancaran arus informasi antara SKPD dengan masyarakat
f
Jumlah penyiaran radio/TV lokal
d
% Peningkatan jaringan informasi
e
% peningkatan kualitas komunikasi dan informasi
40%
198.535
50%
220.000
60%
240.000
70%
260.000
80%
280.000
Dishu bkomi nfo Dishu bkomi nfo
Dishu bkomi nfo Pengetahuan pengelola tower dan SKPD kabupaten blitar tentang perda pembangunan dan penataan menara telekomunikasi bersama dan peraturan perundangan di bidang media massa elektronaika meningkat
26
f
% sosialisasi wawasan sadar informasi bagi masyarakat
30%
14.206
35%
16.000
40%
18.000
45%
20.000
50%
22.000
PERPUSTAKAAN Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan
a
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
b
9.000
0
10.800
0
12.600
0
14.400
0
16.200
0
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
0
0
300
60.000
350
70.000
400
80.000
450
90.000
c
% Sosialisasi layanan perpustakaan
147
61.455
160
69.060
170
79.000
180
87.000
190
97.000
d
% Pembinaan lembaga sastra
0
0
5
1.100
10
2.200
15
3.300
20
4.400
Kanto r Perpu staka aan dan Arsip Daer ah
II
URUSAN PILIHAN
1
PERTANIAN Program Pengembangan Agribisnis
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani / Nelayan
Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal/pertanian
Meningkatnya daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal
Dinas Peter naka n
a
Jumlah kawasan Sentra pembibitan ternak
a
Nilai tukar petani
b
% Peningkatan petani dan peternak yang mendapat pelatihan teknologi informasi
5
5
6
6
6
c
% Peningkatan kemitraan antara petani dan peternak dengan pengusaha
5
5
6
6
6
d
Jumlah pelatihan bagi petani dan peternak
2
2
3
3
3
e
% Petani dan peternak yang mendapat pelatihan
2
2
2
3
3
0
0
1
150.000
1
165.000
1
181.500
1
199.650
Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian
Peningkatan Produksi Peternakan
f
% Peningkatan perlindungan petani dan peternak dari persaingan usaha yang tidak sehat
5
5
5
5
5
g
Jumlah peraturan yang memberikan perlindungan pada petani dan peternak
5
5
5
5
5
h
% Peningkatan produktivitas petani, peternak dan nelayan
5
5
5
5
5
i
% Jumlah petani, peternak dan nelayan yang melakukan pengembangan usaha
2
2
2
2
2
Meningkatnya produksi usaha peternakan
Peningkatan Populasi Ternak: 1. Ternak Besar
141.525
500.000
148.602
575.000
156.032
661.250
2. Ternak Kecil
104.398
400.000
109.618
460.000
115.098
3. Unggas
22.718. 940
500.000
###### ##
575.000
###### ##
2
Peningkatan Produksi Daging
41.430
500.000
43.502
575.000
3
Peningkatan Produksi Telur
135.469
500.000
142.243
4
Peningkatan Produksi susu
38.900
500.000
1
Peningkatan tempat penampungan hasil produksi peternakan
1
330000
1
Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan
Meningkatnya pemasaran dan kualitas hasil-hasil peternakan
163.833
760.438
172.025
874.503
529000
120.853
608.350
126.896
699.603
661250
26.300.01 3
760.438
27.615. 014
874.503
45.677
661250
47.961
760.438
50.359
874.503
575.000
149.355
661250
156.823
760.438
164.664
874.503
40.845
575.000
42.887
661250
45.031
760.438
47.283
874.503
1
350000
1
375000
1
400000
1
425000
Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n/ Dinas Perta nian Dinas Peter naka n
Dinas Peter naka n
2
3
4
Penerapan Teknologi Peternakan Tepat Guna
Peningkatan usaha peternakan berbasis teknologi tepat guna
1
Peningkatan pembinaan pemasaran produksi ternak Peningkatan pengembangan informasi pasar dan distribusi pasar hewan Peningkatan kegiatan promosi produk peternakan unggulan daerah Jumlah teknologi peternakan yang diterapkan
3
Jumlah pelayanan pada laboratorium pakan Jumlah peternak (kelompok ternak) yang dilatih
4
Jumlah kelahiran hasil IB
2
2
200000
3
240000
3
288000
4
0
0
1
2.100.000
1
2.500.000
1
1
171.709
1
188.880
4
1.114.000
4
200000
1.225.400
4
2700000
1
215000
1.347.940
250000
1.482.734
1.631.007
567
595
610
615
622
43
44
44
47
47
38.085
80.000
39.989
88000
41988,7 1
96800
44088,148 1
106480
3000000
46.293
Dinas Peter naka n
117128 BP4K
Progrogram Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
Meningkatnya Produksi Pangan
Program Penanggulangan Penyakit Ternak
Pencegahan masuknya penyakit ternak di Kab. Blitar
Jumlah kasus penyakit ternak yang dicegah 1
40 kasus
100.947
40 kasus
111.042
40 kasus
122.146
40 kasus
134360,457
40 kasus
147.797
Dinas Peter naka n
Peningkatan pelayanan dan pencegahan kesehatan hewan
Jumlah hewan yang dilayani untuk pencegahan 2
Peningkatan pengawasan perdagangan ternak
Peningkatan Produksi Peternakan
Peningkatan pembinaan Usaha Peternakan
Peningkatan pengawasan mutu pakan dan bahan asal hewan
Peningkatan pembinaan peternakan
3
354
3165
3.250
3323,25
500.000
3737,5
372
550000
390
605000
410
665500
3489,41 3
4298,125
3663,8831 3
4942,84375
3847,07 73
5684,2703 1
Jumlah sampel yang diawasi 1
1
0
Jumlah kelompok peternak yang dibina
0
50
350.000
52,5
350000
55,125
350000
57,8812 5
350000
126
50.000
128
57500
130
66125
132
76043,75
134
87450,312 5
75
32.053
75
36860,95
77
42390,0925
80
48748,6064
80
56060,897 3
Jumlah Poultry Shop yang diawasi 2
Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal / pertanian
0
Jumlah ternak yang diawasi
Pengawasan/pembinaan penggunaan obat hewan
Program Pengembangan Agribisnis
337
b
% Peningkatan hasil agribisnis/produksi 1. Padi : 276.247 ton
6.037.447
6.641.192
7.305.311
7.670.576
287.407 ton 447.050 ton 11.578 ton 12.247t on 198 ton
293.158 ton 486.591 ton 11.809 ton 12.491 ton 208 ton
12.045 ton
5. Kentang : 180 ton
281.772 ton 467.697 ton 11.351 ton 12.006 ton 189 ton
6. Durian : 874 ton
891 ton
909 ton
927 ton
7. Manggis : 703 ton
717 ton 3.149 ton 2.113 ton
731 ton 3.212 ton 2.156 ton
746 ton 3.276 ton 2.199 ton
2. Jagung : 458.526 ton 3. Kedele : 11.128 ton 4. Cabe : 11.771 ton
8. Nanas : 3.087 ton 9. Belimbing : 2.072 ton
299.019 ton 496.323 ton
Dinas Peter naka n
Dinas Peter naka n
8.437.634
219 ton
304.999 ton 506.250 ton 12.286 ton 12.996 ton 230 ton
304.999 ton 506.250 ton 12.286 ton 12.996 ton 230 ton
946 ton
993 ton
993 ton
761 ton
776 ton 3.408 ton 2.288 ton
776 ton 3.408 ton 2.288 ton
12.741 ton
3.341 ton 2.243 ton
Dinas Perta nian
10. Pisang : 21.641 ton
c
n
p
r s
Penyediaan dan pengembangan bibit unggul tan. Pangan dan hortikultura
22.074 ton
3 komodit as
Peningkatan dukungan infrastruktur pertanian
22.515 ton
55.000
3 komodit as
15.435.040
22.966
60.500
3 komodit as
16.978.544
23.893 ton
23.425 ton
66.550
3 komoditas
18.676.398
73.205
3 komodit as
23.893 ton
80.526
15 komodit as
######## ##
20.544.038
1. peningkatan jumlah jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani : 35,4 km
14,2 km
8.562.789
9,2 km
9.419.068
9,2 km
10.360.975
9,2 km
11.397.072
9,2 km
2. Peningkatan panjang jalan usaha tani : 8,2 km
9,2 km
1.814.750
8,5 km
1.996.225
8,5 km
2.195.848
8,5 km
2.415.432
8,5 km
3. penambahan jumlah lumbung pangan : 10 lumbung
3 unit
605.000
3 unit
665.500
3 unit
732.050
3 unit
805.255
3 unit
885.781
25 unit
4. Penambahan jumlah embung 3 unit
6 unit
475.000
6 unit
522.500
6 unit
574.750
6 unit
632.225
6 unit
695.448
33 unit
5. Penambahan jumlah sumur resapan 0 unit
13 unit
65.000
13 unit
71.500
13 unit
78.650
13 unit
86.515
13 unit
95.167
65 unit
6. penambahan jumlah gedung BPP : 6 unit
1 unit
522.500
1 unit
574.750
1 unit
632.225
1 unit
695.448
1 unit
764.992
11 unit
Peningkatan kawasan percontohan komoditi : 1 komoditas
1 komodit as
1 komodit as
1 komodit as
Peningkatan penangangan pasca panen Peningkatan standar mutu produk : 3 komoditas
1 komodit as 2 komodit as
1 komodit as 2 komodit as
1 komodit as 2 komodit as
1 komoditas 1 komoditas 2 komoditas
######## ##
2.656.975
51 km
51,4 km
1 komodit as
6 komodit as
1 komodit as 2 komodit as
5 komodit as 13 komodit as
t
% Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan 1. Pembuatan pupuk organik berupa Appo 22
800.000
4 unit
800.000
2. Pembuatan pestisida hayati
u
Program Pengembangan Agribisnis
Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal/ pertanian
1.210.000
1.331.000
1.464.100
1.610.510
4 unit
880.000
4 unit
968.000
4 unit
1.064.800
4 unit
22 kelomp ok
330.000
22 kelomp ok
363.000
22 kelompok
399.300
22 kelomp ok
439.230
88 kelomp ok
13 komodit as
1.171.280
Peningkatan pemasaran produk komoditi (Promosi) : 3 komoditas
2 komodit as
10.000
2 komodit as
11.000
2 komodit as
12.100
2 komoditas
13.310
2 komodit as
14.641
% Monitoring distribusi pupuk bersubsidi
100%
10.000
100%
11.000
100%
12.100
100%
13.310
100%
14.641
Peningkatan penyebaran informasi penyuluhan melalui
42 unit
BP4K 48 jam
96.000
96 jam
96.000
96 jam
96.000
96 jam
96.000
96 jam
96.000
96 jam
Pelayanan informasi penyuluhan melalui teknologi cyberextension
5 BPP
150.000
9 BPP
200.000
13 BPP
200.000
17 BPP
200.000
22 BPP
250.000
15 BPP
Jumlah LKMA yang tebentuk
24 LKMA
75.000
36 LKMA
75.000
48 LKMA
75.000
60 LKMA
75.000
72 LKMA
75.000
72 LKMA
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani / Nelayan
Meningkatnya daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal
Dinas Perta nian
a
% Peningkatan petani yang mendapat pelatihan teknologi / Sekolah Lapang : 772 kelompok tani ( 5 %)
811 kelp tani
145.000
851 kelp tani
159.500
894 kelp tani
175.450
938 kelp tani
192.995
985 kelp tani
212.295
5251 kelomp ok
b
Peningkatan kemitraan antara petani dengan pengusaha
1 komodit as
114.429
1 komodit as
125.872
1 komodit as
138.459
1 komoditas
152.305
1 komodit as
167.535
5 komodit as
c
% Peningkatan perlindungan petani dari persaingan usaha yang tidak sehat (Pembentukan asosiasi petani)
1 asosiasi
1 asosiasi
1 peratura n
275.785
1 peratura n tentang pemeta an lahan pertania n berkela njutan
350.000
27 unit
949.241
30 unit
1.044.165
d
e
Jumlah peraturan yang memberikan perlindungan pada petani : 1 peraturan tentang HET dan tatacara distribusi pupuk bersubsidi % Peningkatan Alsintan yang dihibahkan kepada kelompok tani : 2.029 unit (5 %)
1 asosiasi
1 asosiasi
1 asosiasi
5 asosiasi
3 peratura n
33 unit
1.148.582
36 unit
1.263.440
39 unit
1.389.784
2194 kelomp ok
Program Pengembangan Agribisnis
Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal/pertanian
f
Penumbuhan penyuluh swadaya
22 orang
80.000
34 orang
100.000
46 orang
120.000
58 orang
140.000
73 orang
160.000
73 orang
g
Pembinaan pada P4S
17 P4S
102.000
21 P4S
126.000
25 P4S
150.000
29 P4S
174.000
33 P4S
198.000
33 P4S
h
Jumlah kelompok tani yang mendapatkan pelatihan
1681 kel tani
220.000
1723 kel tani
231.000
1766 kel tani
242.000
1807 kel tani
253.000
1849 kel tani
264.000
1849 kel tani
i
Pendampingan bagi kelompok tani dalam rangka kemitraan antara kelompok tani dengan pengusaha
1681 kel tani
90.000
1723 kel tani
100.000
1765 kel tani
110.000
1807 kel tani
120.000
1849 kel tani
130.000
1849 kel tani
j
Pembangunan BPP Kecamatan
8 BPP
500.000
10 BPP
1.000.000
12 BPP
1.000.000
14 BPP
1.000.000
16 BPP
k
Penumbuhan dan Pengembangan POSLUHDES
4 unit
200.000
4 unit
200.000
4 unit
250.000
5 unit
250.000
5 unit
a
Jumlah petani agribisnis
b
% Peningkatan hasil agribisnis
c
% Peningkatan produktivitas tanaman agribisnis
d
% peningkatan penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan
4.270
7,5
8,85
40.000
50.000
60.000
4.697
8,25
9,65
44.000
55.000
65.423
5.165
9,0
10,61
48.500
5.682
60.000
71.931
53.500
9,5
11,67
66.000
79117
6.250
10,20
12,83
1.000.000
250.000
60.000
72.000
86.981
BP4 K
16 BPP
22 unit Dinas HUT BUN
e
% Tanaman perkebunan yang terserang hama dan penyakit
f
% Capaian program pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan
g
% Penurunan tanaman perkebunan yang terserang hama dan penyakit
h
% Capaian program Ekstensifikasi perkebunan
i
% Peningkatan jumlah petani yang melakukan ekstensifikasi perkebunan
j
% Capaian program intensifikasi perkebunan
k
% Peningkatan jumlah petani yang melakukan intensifikasi perkebunan
11,8
67,90
11,8
87,17
4,12
84,61
9,0
30.000
97.500
40.000
240.000
120.000
365.000
80.000
10,62
70,80
10,62
88,33
4,5
86,09
9,5
33.000,0
10,664
44.000
243.193
130.000
371.384
88.000
9,56
73,59
9,56
89,39
4,95
87,35
10,45
37.000,0
105.670
8,60
246.111
8,60
5,45
376.820
88,5
11,50
52.500
248.754
90,35
140000
96.000
108.929
75,86
48.500
40.000,0
150000
381.780
110.000
7,74
78,05
7,74
91,15
6,0
89,5
12,65
44.000,0
112.073
57.500
250.954
160.000,0
386.180
120.000
l
% Jumlah petani perkebunan yang melakukan diversifikasi komoditi
m
% Capaian optimalisasi pengembangan sumber daya, saran dan prasarana perkebunan
o
% Peningkatan pengembangan SPAKU
p
% Peningkatan kawasan percontohan komoditi
q
% Peningkatan kerjasama antar daerah
r
% Peningkatan penangangan pasca panen
s
% Peningkatan standar mutu produk
t
% Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
87,40
60
60.000
88,49
570.000
65
66.000
617.499
88,75
70
72.600
80.000
89,90
664.998
75
712.497
91,60
84
-
15,0
18,7
20,57
22,63
24,89
11,5
12,65
13,92
15,31
16,84
7,5
8,25
9,07
9,98
10,97
88.000,00
797.996
u
3
% Peningkatan pemasaran produk komoditi
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Mempertahankan kontribusi haasil hutan terhadap PDRB
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Mempertahankan proporsi luasan penutupan lahan berhutan dengan mmenurunkan luas lahan kritis
% Penurunan luas lahan kritis
Program Perlindungan dan konservasi Sumberdaya Hutan
Meninngkatnya cakupan penghijauan
Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL
Program Pengembangan Usaha Perhutanan dan Peran serta Masyarakat
Meningkatnya produktifitas lahan hutan untuk produksi hasil hutan bukan kayu
Pengembangan sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan
Meningkatnya kualitas SDM Ppenyuluh kehutanan
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
% Kontribusi hasil hutan dalam PDRB
10,0
0,5
1.200.000
0,7
1.320.000
0,9
13,75
1.450.000
0,9
1.250.000
0,9
1.375.000
0,9
1.500.000
100000 0 btg
1.500.000
100000 0 btg
1.650.000
100000 0 btg
1.800.000
Jumlah hasil hutan bukan kayu
% Peningkatan SDM
12,5
11,0
100 ton
28
50.000
30
40.000
55.000
125 ton
30
50.000
60.000
15,12
1,1
0,9
1000000 btg
150 ton
32
1.600.000
1,3
1.650.000
0,9
2.000.000
100000 0 btg
60.000
65.000
175 ton
32
1760000
1.700.000
Kontribu si hasil hutan dalam PDRB tercapai 1,3 % Luas lahan kritis di Kabupat en Blitar 8442 Ha
2.200.000
70.000
Jumlah hasil hutan bukan kayu tercapai 175 ton
70.000
Mening kat nya kelemb agaan petani
Dinas Kehut anan dan Perke buna n Dinas Kehut anan dan Perke buna n Dinas Kehut anan dan Perke buna n Dinas Kehut anan dan Perke buna n Dinas Kehut anan dan Perke buna n
50% Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan
Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan
Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan
4
PARIWISATA
100 juta
70%
180 juta
80%
150 juta
85%
150 juta
Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruan g
-
-
60%
70 juta
65%
80 juta
70%
90 juta
80%
100 juta
Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruan g
-
-
60%
40 juta
65%
50 juta
70%
65 juta
75%
70 juta
Tersusu nya Dokume n Untuk Lima (5) Kecama tan
500 juta
5 Kec
500 juta
4 Kec
400 juta
4 Kec
400 juta
4 Kec
400 Juta
Dinas PU Bina Marg a dan Peng airan Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruan g
Penyus unan RDTRK Dua (2) Kecama tan
150 juta
4 Kec
500 juta
5 Kec
300 Juta
5 Kec
375 Juta
6 Kec
450 Juta
Menurunnya jumlah kerusakan lingkungan yang disebabkan penambangan liar
Meningkatnya jaringan listrik pedesaan
Belum Optimalnya Pemanfaatan Ruang
1
60%
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan pertambangan
Belum tersedianya Dokumen Ruang Terbuka Hijau, Ruang Lahan Pertanian Berkelanjutan dan Kawasan khusus
5
45 juta
Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruan g
Program Peningkatan budaya dan pariwisata
Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja
a
Penyelenggaraan festival seni dan budaya (2 kali)
1 kali
100.000
10 kali
250.000
10 kali
275.000
10 kali
300.000
10 kali
350.000
10 kali
b
Kunjungan wisata
82.050 orang
-
90.255 orang
-
99.280 orang
-
109.210 orang
-
120.130 Orang
-
120.130 Orang
c
% Peningkatan kerjasama antar daerah dalam bidang kepariwisataan (25%)
50%
-
75%
-
100%
-
100%
-
100%
-
100%
d
Jumlah lembaga pelaku usaha kepariwisataan (27 lembaga)
27 Lembag a
-
30 Lembag a
40.000
33 Lembag a
44.000
36 Lembaga
48.000
40 Lembag a
53.000
40 Lembag a
e
% Pertumbuhan investasi dibidang pariwisata
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
f
% Peningkatan kawasan wisata (9%)
10%
-
12%
-
13%
-
14%
-
15%
-
15%
g
Jumlah tempat wisata ekosistem dan wisata bahari (7 Tempat wisata)
7 Tempat Wisata
-
7 Tempat Wisata
-
7 Tempat Wisata
-
7 Tempat Wisata
-
7 Tempat Wisata
-
7 Tempat Wisata
h
% Peningkatan produk wisata (9%)
10%
-
12%
-
13%
-
14%
-
15%
-
15%
i
Jumlah desa wisata ( 2 Desa)
3 Desa
195.000
3 Desa
215.000
3 Desa
236.500
3 Desa
260.000
3 Desa
286.000
3 Desa
Dispo rbudp ar
Pengembangan pemasaran pariwisata
Terlaksananya promosi wisata
Terlaksananya Festival Penataran
j
Jumlah peraturan yang memfasilitasi usaha kepariwisataan ( 2 Perda)
k
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
1
Jumlah kegiatan promosi ( 4 kegiatan)
2
Jumlah baliho yang dicetak ( 2 Unit)
3
Jumlah leaflet/ booklet yang dicetak ( 2000 lembar)
4
Jumlah kegiatan Festival Penataran ( 1 kali) Jumlah Duta Wisata yang dibina ( 20 orang)
Peningkatan Pembinaan dan Pemberdayaan Duta Wisata
Terkirimnya peserta pemilihan raka-raki Jawa Timur
5
6
7 Pengembangan Destinasi Pariwisata
Jumlah Duta Wisata yang ikut raka-raki ( 2 orang)
Jumlah pembangunan sarana prasarana pariwisata ( 3 unit)
2 Perda
-
2 Perda
-
2 Perda
-
2 Perda
-
2 Perda
-
2 Perda
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4 Kegiata n
165.000
5 Kegitan
210.000
5 Kegiata n
230.000
5 Kegiatan
250.000
5 Kegiata n
275.000
5 Kegiata n
2 Unit
15.000
2 Unit
16.500
2 Unit
18.500
2 Unit
19.950
2 Unit
21.950
2 Unit
2000 Lembar
6.000
4000 Lembar
18.500
4000 Lembar
20.350
4000 Lembar
22.385
4000 Lembar
22.600
4000 Lembar
1 Kali
80.000
1 Kali
88.000
1 Kali
96.000
1 Kali
106.500
1 Kali
117.000
1 Kali
20 Orang
5.000
20 Orang
5.500
20 Orang
6.000
20 Orang
6.600
20 Orang
7.250
20 Orang
2 Orang
10.000
2 Orang
11.000
2 Orang
12.100
2 Orang
13.300
2 Orang
14.600
2 Orang
12 Unit
455.984
12 Unit
502.000
12 Unit
552.000
12 Unit
607.000
12 Unit
668.000
12 Unit
Pengembangan Kemitraan 8
4
Jumlah Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) ( - )
1 Paket
300.000
-
-
-
-
-
-
-
-
1 Paket
KELAUTAN DAN PERIKANAN Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan
Ketersediaan fasilitas pelayanan pemasaran TPI
2 buah
2
2
2
2
2
Peningkatan ketersediaan kios
25 kios
1
1
1
1
1
Peningkatan sarana pemasaran bergerak
4 buah
1
1
1
1
1
Peningkatan pengguna sarana pemasaran bergerak
20 orang
0
-
-
0
0
Peningkatan prasarana penstabil mutu ikan
unit
0
0
0
0
5
Peningkatan pengadaan peralatan penstabil mutu ikan
unit
1
3
5
7
10
Dinas Kelau tan dan Perik anan
Peningkatan pemeriksaan mutu ikan dipasaran
sampel
0
Peningkatan kualitas ikan yang dipasarkan
70%
75
Peningkatan sarana pengolahan ikan
unit
0
Peningkatan Jumlah produk olahan ikan
5 jenis
Pengelolaan Sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
Peningkatan jumlah rakit rumput laut
Pengengembangan dan pengelolaan Perikanan Tangkap
Tersedianya alat bantu penangkapan ikan (rumpon, mesin kapal)
Meningkatnya jumlah kapal yang ada di kolam labuh
50
60
70
80
-
0
0
0
0
0
1
6
-
-
10
11
14 rakit
20
25
30
35
40
8 unit
14
20
30
40
60
20 kapal
30
35
45
60
65
80,00
Program pengembangan kawasan budidaya laut, air tawar, dan air payau.
Persentase capaian pendataan potensi kelautan
%
5
6
10
15
50
Pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
Persentase pelanggaran pemanfaatan sumber daya laut yang dapat dipantau
Pengembangan Budidaya Perikanan
Persentase peningkatan produksi Nila
8294000 ekor
10
10
15
15
20
Gurame
2653000 ekor
10
10
15
20
20
Lele
9235000 ekor
10
15
15
20
20
568 ton
5
10
15
20
20
% Peningkatan Produksi benih nila
2000000 ekor
10
10
10
15
15
% peningkatan produksi ikan Gurame
570 ton
5
5
10
10
10
% peningkatan produksi ikan Lele
700 ton
10
25
25
25
30
Persentase jumlah tangkapan di perairan umum
Dinas Kelau tan dan Perik anan
% peningkatan produksi ikan Nila
2150 ton
10
25
25
25
30
% peningkatan produksi ikan Koi
141492500 ekor
10
10
10
15
15
41255000 ekor
10
10
10
15
15
123630 kg
10
10
10
15
15
145800 kg
10
10
10
15
15
91770kg
10
10
10
15
15
165000kg
10
10
10
15
15
12 X / TH 4 lokasi
20.000
12 X / TH 6 lokasi
35.000
12 X / TH 6 lokasi
40.000
12 X / TH 8 lokasi
45.000
12 X / TH 10 lokasi
50.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
% peningkatan produksi ikan di kawasan Minapolitan (koi, gurame, lele, nila)
% peningkatan produksi Gurame di kawasan Minapolitan
6
PERDAGANGAN Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Meningkatnya pengawasan peredaran barang/jasa
a
Belum optimalnya pengawasar peredaran barang dan jasa
Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Meningkatnya ekspor rata-rata ...%
a
Belum Optimalnya ekspor
Tercapa i -nya pengaw as- an seluruh pasar besar di seluruh Kecama tan
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Program Pengembangan dan Pengawasan Perdagangan Dalam Negeri
Meningkatnya ketersediaan barang murah
a
% Ketersediaan barang
pengaw asan 1 X/ minggu
20.000
pengaw asan 1 X/ minggu
20.000
pengaw asan 1 X/ minggu
25.000
pengawas an 1 X / minggu
25.000
pengaw asan 1 X/ minggu
30.000
Program Peningkatan Pengelolaan Pasar dan Pembinaan Pedagang Program Pengembangan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pasar
Meningkatnya pelayanan pasar
a
Meningkatnya pelayanan terhadap pedagang di pasar
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Meningkatnya ketersediaan barang murah
% Peningkatan pelayanan pasar
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dispe rinda g
a
% Peningkatan pelayanan pedagang pasar
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dispe rinda g
a
Jumlah kegiatan pasar murah/operasi pasar yang dilaksanakan
1X Hari raya 1X / 22 Kec/th 2 OPK
100.000
1X Hari raya 1X / 22 Kec/th 3 OPK
150.000
1X Hari raya 1X / 22 Kec/th 4 OPK
200.000
1X Hari raya 1X / 22 Kec/th 4 OPK
200.000
Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Meningkkatnya tertib pelaksanaan kepemilikan ijin bagi perusahaan
Jumlah perusahaan berijin 1
Pengawasan barang dan jasa (BDKT)
750
800
850
900
3
2X / th
Frekuensi Sidang Kemetrologian
20.000
Stabilny a harga & keterse diaan barang Jumlah perusah aan yang berijin mening kat
950
Frekuensi Pengawasan Perdagangan 2
Pengawasan Kemetrologian
1X Hari raya 1X / 22 Kec
Terpant aunya harga & distribus i sembak o
3X / th
25.000
3X / th
30.000
3X / th
30.000
4X / th
40.000
2X
35.000
2X
40.000
3X
45.000
3X
50.000
Terawa sinya barang tidak layak yang beredar di pasaran Keteliba tan UTTP
Dispe rinda g
Dispe rinda g
KPTS P
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Terpantaunya Harga Sembako
Terpantaunya Konsumen Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Jumlah Monev 4
5
Tersedianya peluang perdagangan ke luar negeri
Frekuensi Pengawasan
Promosi perdagangan 2 Mengikuti pasar Lelang
1
Pengembangan Pasar
Pameran Regional dan nasional Jumlah keikutsertaan pengusaha lokal di pasar lelang Jumlah Pembangunan Pasar
2
Sosialisasi Penggunaan Produk Dalam Negri
Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
Mewujudkan efisiensi dan efektifitas sistem distribusi barang dan jasa untuk menjamin
48X
40.000
48X
45.000
48X
50.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4X
100.000
4X
110.000
4X
125.000
5X
150.000
-
-
2X
200.000
2X
250.000
3X
300.000
4X
350.000
-
-
4X
35.000
4X
40.000
4X
45.000
5X
50.000
-
-
1 unit pasar
500.000
1 unit pasar
500.000
2 unit pasar
500.000
2 unit pasar
700.000
Pasar murah dan pawai produk unggulan 3
Kemitraan bisnis
-
35.000
Jumlah Pelatihan Calon ekspor-impor
1
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
-
48X
1X
4
Jumlah pertemuan
1
Jumlah Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
-
25.000
-
2X
100.000
2X
125.000
2X
150.000
3X
200.000
1X
30.000
2X
30.000
2X
40.000
3X
50.000
-
-
-
-
-
-
-
-
Dispe rinda g
Pengus aha lokal siap mengik uti pasar lelang Nasiona l
Dispe rinda g Dispe rinda g
Dispe rinda g Terbang unanny a pasar di lokasilokasi strategi s Keikuts ertaan pada eventevent penting
Dispe rinda g
Dispe rinda g
pemenuhan kebutuhan pokok dan penting masyarakat
2
3
7
Fasilitasi dan bantuan alat pedagang kakilima dan asongan
Jumlah pembinaan dalam rangka Pengawasan mutu dagangan pedagang kaki lima dan asongan
20 paket alat / PKL
75.000
3X
25 paket alat / PKL
150.000
3X
25 paket alat / PKL
200.000
4X
30 paket alat / PKL
250.000
4X
35 paket alat / PKL
300.000
Mening katnya produkti fitas pedaga ng kecil
5X
PERINDUSTRIAN Program Pembinaan Industri Rokok dan Tembakau
Pengawasan terhadap perusahaan dan Industri belum Optimal
a
Meningkatnyaa produktifitas dan kinerja perusahaan industri
-
-
40 Perusah aan
40.000
40 Perusah aan
45.000
40 Perusahaa n
50.000
40 Perusah aan
55.000
Tercapa inya peningk atan kinerja industri rokok
Dispe rinda g
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Meningkatnya pertumbuhan IKM
a
% peningkatan pertumbuhan IKM
10%
181.000
20%
190.000
30%
200.000
40%
210.000
50%
220.000
Dispe rinda g
2 pelatiha n5 paket alat
212.000
3 pelatiha n5 paket alat
224.000
4 pelatiha n5 paket alat
235.000
5 pelatihan 5 paket alat
247.000
6 pelatiha n6 paket alat
260.000
Peningk atan jumlah IKM IKM berkem bang optimal
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Meningkatnya Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
a
Industri keciil dan menengah belum berkembang optimal
Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Meningkatnya Investasi dari IKM
a
% meningkatnya investasi dari IKM
-
-
1 sentra
50.000
2 sentra
60.000
3 sentra
70.000
4 sentra
80.000
Dispe rinda g
Pembinaan IKM untuk diversifikasi produk, packaging dan marketing
2 pelatiha n
50.000
2 pelatiha n
55.000
2 pelatiha n
60.000
2 pelatihan
65.000
2 pelatiha n
70.000
Terbent uk sentra baru mening katkan kinerja IKM
Mengembangkan IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif
1
2
Bantuan alat bagi IKM
3 paket
150.000
3 paket
160.000
3 paket
170.000
4 paket
200.000
4 paket
200.000
3
Peningkatan Kualitas Produk
1 pelatiha n
25.000
1 pelatiha n
30.000
1 pelatiha n
35.000
1 pelatihan
40.000
1 pelatiha n
45.000
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Program Peningkatan Iptek Sistem Produksi
Program Penataan Struktur Industri
Meningkatkan kemampuan IKM dalam penerapan teknologi dan pengembangan rekayasa teknologi
Berkembangnya iklim usaha yang kondusif bagi berkembanya kreativitas
Mendorong terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir
1
Pembinaan IKM
6 pelatiha n
150.000
6 pelatiha n
155.000
6 pelatiha n
160.000
6 pelatihan
165.000
6 pelatiha n
170.000
2
Bantuan alat bagi IKM
1
10 paket
300.000
10 paket
310.000
10 paket
320.000
10 paket
325.000
10 paket
330.000
Berkembangnya Sistem Inovasi Teknologi Industri
1 pelatiha n
40.000
1 pelatiha n
44.000
1 pelatiha n
50.000
1 pelatihan
50.000
1 pelatiha n
50.000
2
Meningktnya mutu produk
2 paket alat
126.000
2 paket alat
135.000
2 paket alat
140.000
2 paket alat
140.000
2 paket alat
140.000
3
Meningkatnya pengolahan industri berbasis teknologi
1
Tersedianya sarana dan prasarana cluster industry
-
-
1
1
2
2
2
Terbentuknya asosiasi
2 asosiasi
3 asosiasi
3 asosiasi
5 asosiasi
6 asosiasi
Teerben tuknya asosiasi pengus aha Terbent uknya sentra industri potensi al
Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial
Mewujudkan efisiensi industri unggulan di Kabupaten Blitar
1
Terbentuknya Sentra Industri Potensial
-
-
1
1
1
1
Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial
Mewujudkan efisiensi industri unggulan di Kabupaten Blitar
2
Terwujudnya sarana dan prasarana pengembangan sentra industri potensial
-
-
1
1
1
1
3
Tersedianya sarana informasi industri
-
-
1
1
1
1
IKM mempu nyai daya saing yang tinggi
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Dispe rinda g
Program Peningkatan Standarisasi Produk Industri
8
Mendukung perkuatan daya saing, perluasan di dalam penerapan standarisasi untuk produk-produk industri
1
Fasilitasi HAKI
-
-
2
Perijinan
110 unit industri
-
3
SNI
1 perusah aan
-
1 perusah aan
-
-
1
Program Utama Peningkatan Nilai Tambah Industri Berbasis Sumber Utama Daya Alam
Meningkatkan perrekonomian melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam
1
Pelatihan bagi IKM
Program Pengembangan dan Pengendalian BUMD
Meningkatnya efisensi, efektivitas, dan akuntabilitas BUMD
1
Terlaksananya pendampingan
2
Tersusunnya Perda penyertaan modal
3
Terlaksananya Sosialisasi Perda/ Ranperda BUMD
4
Adanya Monitoring dan Evaluasi BUMD
5
Terselesaikannya Kredit Program
TRANSMIGRASI
1 kegiata n 120 unit industri
50.000
50.000 -
1 kegiata n 130 unit industri
55.000
1 kegiatan
60.000
-
140 unit industri
-
2 perusah aan
50.000
1
60.000
2 perusahaa n
55.000
2
60.000
1 kegiata n 150 unit industri
65.000
Dispe rinda g
-
2 perusah aan
80.000
2
60.000
85.000
Dispe rinda g
70.000
Dispe rinda g
4 ranperd a -
25.000
5 Perda
50.000
1 Perda
25.000
1 Perda
25.000
1 Perda
25.000
-
4X
20.000
1X
20.000
1X
25.000
1X
25.000
3 BUMD / 12 X 281 Orang
15.000
18 X
40.000
18 X
40.000
18 X
40.000
18 X
40.000
40.000
281 Orang
80.000
200 Orang
60.000
100 Orang
40.000
-
-
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Terwujudnya kerjasama antar wilayah, antar pelaku, dan antar sektor dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi
Meningkatkan dan memantapkan kerjasama antar daerah dalam rangka penyiapan lokasi transmigrasi
4 Paket
35.000
6 Paket
54.000
6 Paket
60 000
8 Paket
80.000
10 Paket
120.000
Dinas Naker trans
Meningkatnya jumlah animo calon transmigran
50 KK
10.000
100 KK
15.000
150 KK
24.000
200 KK
34.000
250 KK
50.000
Dinas Naker trans
Jumlah yang ikut pelatihan
25 Org
30.000
40 Org
48.000
50 Org
60.000
60 Org
75.000
75 Org
75.000
Jumlah yang ikut pelatihan
50 Org
85.000
50 Org
87.000
75 Org
125.000
75 Org
135.000
75 Org
145.000
1
Program Transmigrasi Regional
Terwujudnya penerangan, penyuluhan, motivasi, pendaftaran dan seleksi calon transmigran 1
Terwujudnya pelatihan transmigrasi regional 2
Terwujudnya pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembuatan pupuk organik untuk petani 3
Terwujudnya pemberangkatan transmigrasi umum dan swakarsa
Jumlah pemberangkatan transmigrasi 4
35 KK
25.000
40 KK
44.000
45 KK
50.000
50 KK
75.000
55 KK
100.000
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi bupati dan wakil bupati pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator kinerja daerah. Dalam indikator kinerja daerah terbagi menjadi
3 aspek yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek
pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.
9.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Pada aspek kesejahteraan masyakat, kinerja yang diukur difokuskan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial dan seni budaya serta olah raga. Pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, serta kesejahteraan sosial, ukuran tingkat keberhasilan dan kemajuan pembangunan digunakan indikator yang bersifat umum (makro) yang secara universal sudah biasa di gunakan sebagai salah satu pendekatan ukuran (indikator) . Indikator umum (makro) merupakan indikator gabungan (komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial. Indikator makro pembangunan tersebut terdiri dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, penurunan jumlah pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Indikator umum lainnya yang juga digunakan adalah indek pembangunan manusia (Human Development Index) yang digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) sebagai indikator komposit bidang ekonomi dan sosial Pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama yang sangat penting untuk menjamin kesinambungan pembangunan untuk menggerakkan roda pembangunan. Tanpa pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan program pembangunan akan mengalami stagnasi berujung pada peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah kemiskinan.
9.2 Aspek Pelayanan Umum Pada aspek pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayananan umum dalam bentuk barang publik yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada bagian Indikator pelayanan umum terdiri dari infrastruktur dasar baik secara fisik maupun
sosial seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup serta layanan yang menyangkut kinerja aparatur pemerintahan.
9.3 Aspek Daya Saing Daerah Pada aspek daya saing daerah, indikator yang diukur berkaitan dengan kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator pada aspek daya saing daerah ini adalah kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari pengeluaran perkapita penduduk baik total maupun untuk non pangan, ketersedian infrastruktur yang berkaitan dengan peningkatan daya saing daerah seperti infrastruktur jalan, transportasi, fasilitas pemukiman, kemudahan layanan perijinaan usaha dalam pada penciptaan iklim investasi.
Tabel 9.1 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA KABUPATEN BLITAR
NO.
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA AWAL PERIODE RPJMD TAHUN 2010
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
TAHUN 2014
TAHUN 2015
6,34
6,53
6,61
6,83
6,97
5,06
5,41
6,27
5,91
5,00
I
ASPEK KESEHTERAAN MASYARAKAT
1
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2
Laju inflasi (%)
3
PDRB perkapita ADHB (Rupiah)
4
Angka Harapan Hidup (%)
70,66
70,97
72,01
72,07
72,08
72,09
5
Angka Melek Huruf (%)
91,90
91,95
91,96
91,97
91,98
91,98
6
Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
7,23
7,35
7,42
7,45
7,49
7,5
7
IPM (%)
73,62
73,93
74,24
74,25
74,38
74,40
8
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2,71
2,19
2,01
1,97
1,90
1,85
9
Nilai Tukar Petani (NTP)
121,15
121,24
121,65
122,07
122,11
122,15
6,08
10.452.477,59 12.025.149,00 13.394.313,09 14.849.674,65 16.543.173,68 18.316.208,41
NO.
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA AWAL PERIODE RPJMD TAHUN 2010
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
TAHUN 2014
TAHUN 2015
12,01
14,2
14
13,8
13,6
13,4
II
ASPEK PELAYANAN UMUM
1
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran
2
Persentase balita Gizi buruk (%)
0.1
0,1
0,11
0,12
0,13
1,14
3
Rasio puskesmas per penduduk
1: 52.559
1: 52.559
1 : 50.559
1 : 44.559
1 : 38.000
1 : 30.000
4
Cakupan Palayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin (1,5% X Jumlah Maskin)
7,38
7,38
7,0
6,5
6
5
5
Cakupan Kunjungan Bayi (%)
89
90
90
95
98
99
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita per bulan (Ribu Rupiah)
646,62
646,74
657,23
659,12
660,03
660,25
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita per bulan (Ribu Rupiah)
307,92
310,11
316,46
321,32
322,42
323,79
1.857
75
80
85
90
95
III 1
2
3
ASPEK DAYA SAING
Panjang Jalan yang dibangun (Aspal) km
NO.
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
4
Cakupan layanan air bersih (%)
5
lama proses perijinan usaha (SIUP/TDP) hari
KONDISI KINERJA AWAL PERIODE RPJMD TAHUN 2010
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
TAHUN 2014
TAHUN 2015
51
51
53
55
57
60
3
3
3
3
3
3
BAB X PEDOMAN TRANSISIDANKAIDAHPELAKSANAAN
10.1
Pedoman Transisi
1.
RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah periode 2011-2016, yang dalam penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025 serta mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 dan RPJM Nasional Tahun 2010-2014 dengan memperhatikan segala potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh Kabupaten Blitar. RPJMD Kabupaten Blitar ini merupakan pedoman, landasan dan referensi dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Blitar, dan RKPD Kabupaten Blitar tahunan.
2.
Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan daerah dan mengisi kekosongan rencana pembangunan daerah tahun 2016 yang diperlukan sebagai pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016 maka diperlukan penyusunan rancangan program indikatif Tahun 2016 yang mengacu pada program indikatif tahun 2015 sebagai dasar penyusunan RKPD tahun 2016 sebelum RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021 selesai disusun; sebagai bahan dalam penyusunan rancangan APBD harus memperhatikan arahan visi-misi kepala daerah terpilih.
3.
Dalam implementasi pedoman transisi ini diperlukan komitmen dari semua unsur pemerintahan (governance) yang meliputi: pemerintah kabupaten, DPRD dan seluruh stakeholders pembangunan. Mengingat kebijakan ini akan dipakai sebagai dasar dan acuan pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan serta akan menjadi landasan kebijakan dan program tahun 2016-2021. Beberapa kebijakan yang bersifat lintas waktu (multiyears) dan lintas wilayah yang perlu mendapatkan perhatian bersama terutama pada tahun 2016 sebagai tahun transisi sebelum ditetapkannya RPJMD tahun 2016-2021 antara lain: a. Pemindahan Pusat Pemerintahan ke Kecamatan Kanigoro. b. Pembangunan Jalan Lintas Selatan dan sirip-siripnya. c. Pelurusan Jalur Blitar - Malang. d. Pembangunan Stadion Olahraga Kabupaten Blitar di Kecamatan Nglegok. e. Perncanaan Pembangunan Bandara.
f. Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Nglegok g. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan kanigoro h. Pembangunan Pasar Agrobisnis di Kecamatan Ponggok i. Kawasan Pengembangan minyak atsiri j. Pengembangan Program Putri Kencana k. Perencanaan dan Pembangunan Pabrik Gula l. Penyelesaian Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo.
10.2 Kaidah Pelaksanaan
Kaidah pemerintahan
pelaksanaan yang
baik
diperlukan dan
tetap
untuk
menjamin
konsisten
serta
terciptanya
tata
fokusnya
arah
pembangunan 5 tahun kedepan sebagaimana yang sudah disepakati dan terutama untuk menghindari tumpang tindih (overlapping) pelaksanaan program antar SKPD. Selain itu kaidah pelaksanaan bertujuan agar didalam implementasi program menjadi lebih terukur dampaknya serta tercipta efisiensi dan efektifitas baik dalam pembiayaan maupun waktu pelaksanaan. Adapun kaidah pelaksanaan RPJMD Kabupaten Blitar tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut : 1.
RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, dalam rangka mewujudkan p e r e n c a n a a n y a n g p a r t i s i p a t i f ; p e n y u s u n a n n y a d i m u l a i d a r i perumusan Rancangan Awal dengan melibatkan semua stakeholders pembangunan Kabupaten Blitar yang dimulai dan seminar, semiloka dan dialog bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi kemasyarakatan dan pakar diberbagai bidang, dan telah disosialisasikan kepada masyarakat luas melalui media masa dan d a l a m b e r b a g a i k e s e m p a t a n . D a l a m r a n g k a p e n y e m p u r n a a n Rancangan Akhir telah dilaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD
Kabupaten
pembangunan
Blitar
seperti
Tahun
2011-2016
perwakilan
yang
pemerintah,
diikuti DPRD ,
stakeholders o rganisasi
keagam aan, o rganisasi po litik, organisasi kemasyarakatan dan organisasi pengusaha/bisnis serta tokoh/pakar berbagai bidang termasuk perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kabupaten/kota bertetangga; dan telah menghasilkan kesepakatan bersama mengenai visi, misi, tujuan, agenda,
strategi, arah kebijakan dan indikator kinerja pembangunan Kabupaten Blitar tahun 2011-2016 dan telah pula disosialisasikan kepada masyarakat secara luas
melalui
media
masa
dan
dalam
berbagai
kesem patan
baik
dikalanga n pem erint ahan m aupu n organisasi kemasyarakatan untuk mendapatkan tanggapan dan masukan. Selanjutnya Rancangan Akhir telah dikonsultasikan
kepada
Gubernur
Jawa
Timur
dan
mendapatkan
r e k o m e n d a s i u n t u k ditindaklanjuti dan diajukan ke DPRD Kabupaten Blitar guna disepakati menjadi peraturan daerah. 2.
SKPD berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing -masing SKPD dan menjadi pedoman dalam menyusun Renja Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) tahunan; dan menjamin konsistensi antara RPJMD dengan Renstra SKPD dan Renja SKPD.
3.
SKPD, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 dengan sebaik-baiknya.
4.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD, Bappeda berkewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap penjabaran RPJMD ke datam Renstra SKPD dan implementasinya datam Renja SKPD tahunan; dan SKPD berkewajiban mengevaluasi pelaksanaan program yang dilaksanakan dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan rencana kerja secara berkala kepada Bupati Blitar.
5.
RPJMD dipakai sebagai dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja 5 tahunan dan tahunan dalam kurun waktu Tahun 2011-2016. Apabila berdasarkan hasil evaluasi diperlukan adanya revisi atau penyesuaian dengan perkembangan situasi pembangunan nasional dan regional Jawa Timur akan dilakukan revisi dan penyesuaian dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
6.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan RPJMD diperlukan regulasi sebagai dasar pelaksanaan yang akan disusun sesuai dengan kebutuhan baik dalam bentuk peraturan daerah, peraturan bupati atau keputusan bupati maupun keputusan Kepala SKPD.
Demikian RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011 -2016 yang telah disepakati bersama antara Pemerintah dan DPRD Kabupaten Blitar.