Makalah Seminar Kerja Praktek CIRCUIT BREAKER MEDIA PEMADAM BUSUR API JENIS SF6 DENGAN SISTEM PENGGERAK HIDROLIK DAN PEGAS SEBAGAI PROTEKSI PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL AP Hendra Pradana.1, Karnoto ST,MT.2 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email :
[email protected]
1
2
ABSTRAK -Dalam sistem tenaga listrik, system proteksi bertujuan untuk mengamankan peralatan-peralatan listrik maupun manusia yang berlokasi di sekitar gangguan (hubung singkat). Peralatan proteksi bekerja mengisolir arus gangguan yang terjadi secepat mungkin dan seminimal mungkin agar tidak terjadi tingkat kerusakan ataupun kerugian yang lebih besar.Salah satu peralatan yang termasuk di dalam sistem proteksi adalah Pemutus Tenaga (PMT). Peralatan ini merupakan saklar yang bekerja untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik ketika terjadinya gangguan baik dalam keadaan berbeban maupun tidak sesuai dengan ratingnya. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, maka Pemutus Tenaga harus mempunyai koordinasi dengan rele pengaman secara tepat dan mempunyai kemampuan untuk menginterupsi gangguan secara cepat. Dikarenakan Pemutus Tenaga terdiri atas kontak-kontak (kontak tetap dan kontak bergerak), maka ketika kontak tersebut bergerak timbul busur api yang digunakan untuk memadamkan busur api secara cepat dan tepat. Dimana SF6 merupakan salah satu media pemadam busur api yang baik digunakan untuk rating tegangan tinggi. Begitu pula dengan mekanis Pemutus Tenaga sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dan meminimalisasi kerusakan yang terjadi pada kontak-kontak PMT.Pemutus Tenaga merupakan peralatan vital yang terdapat pada Gardu Induk oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif dan terjadwal. Dengan demikian dapat meminimalisasi kerusakan yang dapat mengakibatkan berkurangnya efisiensi penyaluran tenaga listrik baik ke pelanggan maupun ke Gardu Induk lain melalui jaringan transmisi. Kata kunci : Proteksi peralatan,Pemutus daya,media pemadam busur api SF6.
I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Semakin meningkatnya kebutuhan listrik terhadap konsumen,menjadikan PLN sebagai perusahaan listrik Negara harus menyediakan kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen listrik di IndonesiaHal tersebut harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis dan yang sesuai dengan kondisin peralatan yang ada. Salah satu peralatan proteksi adalah PMT atau pemutus tenaga sering disebut dalam bahasa listrik circuit breaker (CB).CB pada dasarnya merupakan peralatan listrik yang digunakan sebagai proteksi atau pengaman terhadap peralatan listrik lainya.CB merupakan saklar yang digunkan uuntuk menghubungkan maupun memutuskan bila terjadi gangguan atau sedang dilaksanakan pemeliharaan pada Gardu induk yang bersangkutan.PMT atau CB merupakan peralatan yang sangat penting untuk proteksi.Pemutus tenaga atau CB Harus dijaga keandalanya agar dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya,untuk itu perlu diadakan adanya
pemeliharaan yang bertujuan menjaga keandalan kerja dari PMT.
untuk
1.2 Tujuan Mempelajari secara langsung mengenai sistem penyaluran listrik serta peralatan tegangan tinggi terutama pada circuit breaker yang beroprasi pada GI 150 kV Srondol dan untuk Mempelajari penerapan circuit breaker atau pemutus tenaga media pemadam busur api jenis SF6 dengan sistem penggerak hidrolik atau pegas sebagai proteksi pada Gardu induk 150 KV srondol. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi tentang masalah Pengunaan Circuit breaker (CB) media pemadam busur api jenis SF6 dengan sistem penggerak hidrolik dan pegas sebagai proteksi pada Gardu Induk 150 kv Srondol .
II. PT PLN ( PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG 2.1 Gambaran UmumPT PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNITPELAYANAN TRANSMISISEMARANG Unit Pelaksanaan Transmisi dan Gardu Induk UPT Semarang mempunyai tugas pokok, yaitu melaksanakan operasi dan pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk semarang untuk transmisi tegangan 150 kV.Untuk melaksanakanfungsi tersebut,Unit PelaksanaTransmisi dan Gardu Induk(UPT Semarang) terdiri atasManager yang membawahi Assisten Manager Perencanaan danEvaluasi,Assisten Manager Operasi &Pemeliharaan dan Assisten ManagerAdministrasi dan Keuangan, dimana masing-masing assisten managermelaksanakan tugas sesuai dengan peranya. III. CIRCUIT BREAKER 3.1 Pengertian dasar Circuit Breaker atau PMT Setiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan pada sistem dan mempertahankan kestabilan sistem ketika terjadi gangguan,sehingga kontinuitas pelayanan dapat dipertahankan.Salah satu kompunen sistem proteksi adalah Pemutus daya (circuit breaker ).Pemutus daya atau circuit breaker adalah sakelar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya. 3.2 Proses terjadinya busur api pada Circuit breaker Busur api atau Arcing adalah suatu fenomena yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi terutama circuit breaker atau PMT yang ditimbulkan karena adanya proses pemutusan rangkaian suatu sistem pada saat rangkaian dialiri arus bolak-balik (AC).Ketika kontak PMT / CB dipisahkan, beda potensial di antara kontak tersebut menimbulkan medan elektrik di antara kontak tersebut. Medan elektrik ini akan menimbulkan ionisasi yang mengakibatkan
terjadinya perpindahan elektron bebas ke sisi beban sehingga muatan akan terus berpindah ke sisi beban dan arus tetap mengalir. Karena hal ini menimbulkan emisi thermis yang cukup besar, maka timbul busur api (arc) di antara kontak PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan. 3.3 Klasifikasi Circuit breaker Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6. 3.3.1Sakelar PMT Minyak Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas Hasil Dekomposisi minyak. Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker) 2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker) 3.3.2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker) Sakelar PMT inidapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV.PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat.
Gambar 1 Air Blast Circuit Breaker
3.3.3 Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker) Sakelar PMT inidapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV.Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum.Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.
Gambar 2 Vacuum Circuit Breaker
3.3.4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker) Sakelar PMT ini untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV, PMT yang dipakai menggunakan media gas SF6 (Sulphurhexafluoride).Sifatgas SF6murniadalahtidakberwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6mempunyaisifattidakmerusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu: 1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type) 2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type) IV Circuit Breaker Media Pemadam Busur Api jenis SF6 Dengan Sistem penggerak Hidrolik dan Pegas Sebagai Proteksi pada Gardu induk srondol 4.1 Sulphur Hexa Florida (SF6) Sulpur hexa florida adalah merupakan jenis gas sebagai pemadam busur api pada peralatan tegangan tinggi yaitu circuit breaker atau pemutus daya.Sulpur hexa florida (SF6) merupakan jenis senyawa gas yang terbentuk dari unsur sulphur dan unsur
florida. GasSF6berfungsi sebagai pemadam busur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktu membuka dan sebagai isolasi antara kontak bagian-bagian yang bertegangan.Dalam unjuk kerjanya gas jenis SF6 juga mempunyai sifat sebagai berikut apabila digunakan sebagai pemadam busur api : 1. Cepatuntukmembentukkembalikekua tandielektrik ( dielectric strength). 2. Tidak menjadi karbon selama terjadi busur api (arcing). 3. Tidak mudah terbakar. 4. Konduktivitas panasnya yang baik (thermal conductivity). 5. Tidak menimbulkan bunyi yang besar pada saat circuit breaker (PMT) menutupataumembuka. 4.2 Pemutus Tenaga Media Gas SF6 Gas SF6berfungsi sebagai pemadam busur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktu membuka dan sebagai isolasi antara kontak bagian-bagian yang bertegangan. Pemakaian gas SF6sebagai media pemutus ini hádala yang paling baru. Mula-mula sistem desain dengan gas SF6 ini sama atau meniru dari PMT air blast breaker (ABB) dengan suatu tangki yang kemudian disemburkan atau ditiupkan ke arah kontak-kontak utama dan juga memadamkan busur api yang terjadi, ini kira-kira sama dengan PMT air blast. 4.3 Prinsip kerja PMT dengan media Gas SF6 Pada proses pembukaan: Tabung kontak bergerak yang terhubung dengan kontak tetap bawah meninggalkan kontak tetap atas. Pertama kali silinder bergerak akan terpisah dengan jari-jari koritak tetap kemudian jari-jari busur akan terpisah dari batang busur dan akhirnya ujung busur akan terpisah dengan batang busur. Pada saat ujung busur terpisah dengan batang busur akan terjadi loncatan api yang segera dipadamkan oleh hempasan gas SF6 Pada Proses Penutupan : Tabung kontak bergerak yang berhubungan dengan kontak tetap bawah bergerak kearah bagian-bagian kontak tetap dan terminal atas sehingga kontak tetap dan terminal atas (upper terminal) ke terminal bawah (lower terminal).
4.4 Bagian-BagianPMT denganmedia Gas SF6 1).Ruangan Pemutus Tenaga Ruangan pemutus tenaga ini terletak di atas bagian penyangga, setiap kutub (pole) dapat terdiri dari satu ruangan pemutus tenaga ganda ( multi-break), tergantung besarnya tegangan, daya atau MVA kapasitas pemutusan (breakingcapasity) yang dihubungkan seri. Untuk Ruangan pemutus tenaga lebih dari satu, umumnya dilengkapi dengan kapasitor yang dihubungkan paralel dengan ruangan pemutus tenaga. Fungsi kapasitor pada PMT dengan media gas SF6 adalah sama dengan fungsi kapasitor pada PMT dengan udara hembus 2). Kontak-Kontak Terdiri dari kontak tetap (fixed contact) dan kontak bergerak (moving contact).Kontak tetep (fixed contact) terdiri dari dua bagian yaitu Kontak tetap atas (upper fixed contact) yang terdiri dari Bagian penyangga kontak tetap,Jari-jari tetap,dan Kontak busur api, Kontak tetap atas ini dihubungkan ke terminal atas.Bagian kedua dari Kontak tetap adalah kontak Kontak tetap bawah (lower fixed contact) yang terletak dibagian dalam torak tetap, juga terpasang dengan torak tetap bawah dan torak tetap dihubungkan ke terminal bagian bawah.sedang kontak bergerak (moving contact) terdiri dari tabung kontak bergerak,jari-jari kontak busur ,ujung kontak,nozzle dari bahan isolasi, berikut gambarPenampang PMT SF6
Gambar 3 Penampang PMT media gas SF6 3).Pengatur Busur Api Pengatur busur api pada PMT dengan media gas SF6 ini prinsip kerjanya terdiri dari beberapa macamantara lain silinder bergerak terhubung dengan tabung kontak bergerak yangdapat mengikuti gerakan sepanjang bagian penyangga kontak penggerak 4). Bagian penyangga Bagian penyangga terbuat dari porselin, dipasang vertikal pada rangka tangki (frame tank) dan berfungsi sebagai penyangga dari ruangan pemutus tenaga. 5). Penggerak PMT Makanisme penggerak berfungsi untuk menggerakkan kontak bergerak untuk pemutusan dan penutupan dari PMT.Mekanisme pengerak PMT terbagi beberapa macam yaitu Pegas,Pneumatik,Hidrolik,dan Elektris.
4.5
Penggunaan Mekanisme Penggerak PMT jenis Pegas dan Hidrolik pada PMT GI 150 kV srondol. 4.5.1 Mekanisme Penggerak Pegas Dalam penggerak PMT ini mekanisme pegas yang digunakan adalah jenis pegas pilin dengan struktur gambar sebagai berikut :
Gambar 4 Mekanis penggerak secara mekanik denagn pegas pilin.
Keterangan gambar :
Proses pengisian pegas (spring charge) : lihat gambar 4 Motor (7) menggerakkan roda pengisi (5) pada batang pegas (13) melalui roda perantara yang dihubungkan dengan dua buah rantai. Berputarnya roda pengisi (5) (lihat arah panah) mengakibatkan pegas penutup (3) terisi (meregang) pada batas maksimumnya. Maka motor (7) akan berhenti. Pegas penutup (3) dapat juga diregang secara manual dengan mneggunakan engkol (6). Proses Penutupan PMT (Closing of Breaker) Dengan diberinya arus penguat pada kumparan penutup (16) atau dengan menekan ”push button” maka hubungan antara lengan interlock (1) dan pawl (2) akan terlepas, sehingga batang pegas (13) juga akan terlepas dan pegas penutup (3) akan menjadi mengendor. Penghubung (12) pada batang pegas (13) menggerakkan pawl (11) sehingga berputar sepanjang sektor penunjang (14) dengan sudut 1200 dan menutup PMT melalui batang pemutus tenaga (15) dan bersamaan dengan itu pegas pentrip (4) akan terisi kemudian secara otomatis motor (7) akan menggerkkan roda pengisi (5) kembali untuk tenaga pemasukan selanjutnya. Proses Pembukaan PMT (Tripping of Breaker) Dengan diberinya arus penguatan pada kumparan tripping (8) atau dengan ”push button” akan melepas hubungan antara tuas pengunci (9) dan sektor penunjang (14) dan akhirnya masuk kedalam alur stop groove (10). Pawl (11) didorong oleh sektor penunjang (14) dan menyebabkan terlepasnya pegas pentrip (4)
menggerakkan batang PMT (15) sehingga PMT trip dan sektor penunjang kembali pada posisi semula. 4.5.2 MekanismePenggerakHidrolik
Gambar 5 Mekanis hidrolik pada jenis PMT dengan media gas SF6 , tipe FA-1 buatan Merin
Gerin
Proses Penutupan PMT dan Pengisian Pegas Pelepas. (lihat gambar 4.24) Bila kumparan penutup (26) mendapat impuls listrik, maka katup penutup (4) bergerak sehingga minyak bertekanan tinggi dari tabung pengumpul masuk melalui katup penutup (4) dan katup (8) dan mendorong piston katup saluran (7), katup saluran (7) tertutup dan perapat dalam katup (6) terbuka. Bersamaan dengan itu piston control katup (17) dari katup utama (16) juga mendapat tekanan minyak yang mengalir melalui pembatas aliran (14), sehingga minyak dari tabung pengumpul mengalir melalui katup utama
ke tabung saluran cepat (34) dan terus ke silinder utama (31). Dalam silinder utama ini minyak menekan piston yang dihubungkan dengan gerak PMT dan sekaligus menekan pegas pentrip (36) yang dengan kata lain menisi pegas pentrip. PMT Dalam Keadaan Tertutup Dalam keadaan PMT tertutup kedudukan perapat dalam katup (6) dan katup saluran (7) masih tetap seperti kedudukan pada proses penutupan PMT dan gaya dari pegas pen-trip (36) masih ditahan oleh minyak dalam silinder utama (31). Proses pembukaan PMT Bila kumparan pen-trip (25) mendapat impuls listrik maka katup pembuka (5) terbuka. Hal ini mengakibatkan menurunnya tekanan minyak pada piston katup saluran (7) dan piston katrol katup (17) sehingga perapat dalam tabung (6) dan katup utama (16) menutup serta katup saluran (15) membuka. Tekanan dikedua sisi piston dalam tabung katup saluran cepat (34) menjadi tidak seimbang karena dari satu sisi sudah disalurkan melalui katup saluran (15), sehingga piston tersebut bergerak dan minyak dari silinder utama (31) mengalir melalui tangki minyak tanah bertekanan rendah (35). Dengan demikian, pegas pentrip (36) mendorong piston dalam silinder utama (31) dan memisahkan kontak diam. 4.6 Pemeliharaan PMT Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat di cegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.Pemeliharaan pada PMT dapat dibagi Menjadi 4 macam : 1.Predictive Maintenance (Condicional Maintenan. 2.Preventive Maintenance (Time Base Maintenance). 3.Corrective Maintenance. 4.Breakdown Maintenance. 4.7 Pengukuran Keserempakan PMT (Circuit breaker)
Pengukuran keserempakan circuit breaker atau PMT adalah pengukuran dengan tujuan untuk mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat open atau close Pada Pengujian ini menggunakan alat yang bernama Breaker analizer.Breaker analizer berfungsi untuk mengukur keserempakan buka tutup pole pada PMT atau circuit breaker.
Gambar 6 Breaker analize Untuk pengujian waktu keserempakan dari PMT dilakukan pada saat PMT atau CB tidak bertegangan dimana PMT diposisikan dalam keadaan lokal yaitu PMT dicontrol mekanisme open-close dengan menggunakan breaker analizer.Pada pengujian ini sumber DC dalam keadaan OFF.Lalu memposisikan alat uji pada PMT yang akan diuji.Dengan menggunakan alat diatas maka didapatkan hasil pengukuran pada CB by pandanlamper II sebagai berikut : Tabel NO C-O O-C
4.10 Hasil pengukuran pandanlamper II Hasil ukur sebelumnya (ms) R S T 0,36 0,37 0,36 R S T 0,37 0,37 0,38
PMT
by
Hasil Pengukuran (ms) R S T 0,38 0,37 0,39 R S T 0,38 0,37 0,37
Pada tabel diatas terlihat nilai dari hasil pengukuran dari breaker analizer.Pada hasil pengukuran diatas maka dapat dicari rata-rata keserempakan pada PMT sebagai berikut : Contoh perhitungan : Pada posisi O – C (open-close) Rata-rata = ( 0,38 + 0,37 + 0,39 ) : 3 = 0,38 ms
NO
Hasil Penghitungan rata-rata (ms)
C-O
R 0,38
O-C
S 0,37
T 0,39
R
S
T
0,38
0,37
0,37
Rata rata keserempakan
0,38 0,373
Apabila : Rata-rata keserempakan < 10 ms Maka PMT atau circuit breaker tersebut dapat melaksanakan atau melakukan trip sesuai dengan kinerja keserempakan yang normal atau keandalanya masih dapat teratasi.Tetapi apabila nilai rata-rata keserempakan > 10 ms maka unjuk kerja keserempakan PMT kurang mencapai keandalan atau keandalanya kurang maka perlu diadakan bleeding atau penyetelan pada PMT tersebut. Dari hasil perhitungan diatas dapat terlihat bahwa nilai dari keserempakan rata-rata dari tiap fasa masih dalam nilai yang aman berdasarkan ketentuan yang terdapat pada diatas maka PMT pada Busbar by pandanlamper II masih cukup handal,sehingga tidak perlu adanya bleeding atau penyetelan pada PMT tersebut.Pada tabel diatas Sesuai dengan penghitungan diatas maka dapat digambarkan pada gadengan grafik dibawah ini : 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Setiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan pada sistem dan mempertahankan kestabilan sistem ketika terjadi gangguan,sehingga kontinuitas pelayanan dapat dipertahankan.Salah satu kompunen sistem proteksi adalah Pemutus daya (circuit breaker). 2. PMT jenis Gas SF6 berfungsisebagaipemadambusur api yang timbul antara kontak-kontak pada waktumembukadan sebagaiisolasi antara kontakbagian-bagian yang bertegangan. Pemakaian gas SF6 sebagai media pemutus yang palingbaru.
3. Prinsip kerja PMT dengan media gas SF6 adalah ketika terjadiketidaknormalan (tegangan lebih) peralatan relay akan mendeteksi dan mengirim sinyal untuk mengoperasikan pemutus tenaga untuk membuka. Untuk membuka dan menutup dari PMT adalah dengan menaikkan dan menurunkan posisi dari kontak bergerak (moving contact), kontak bergerak (moving contact) yang terhubung dengan batang penggerak (operrating mechanism). 4. PMT pada GI 150 kV Srondol, yaitu mekanisme penggerak Pegas dan mekanisme penggerak Hidrolik. 5. Kecepatan dan tekanan gas yang rendah digunakan untuk memperkecil beberapa kemungkinan terhadap chopping (proses pemutusan arus sebelum mencapai titik titik nol) dan arus kapasitif dapat diputuskan tanpa penyalaan kembali (restriking). 6. Pemeliharaan Circuit Breaker adalah tergantung dari ukuran CB dan statusnya apakah dijaga atau tidak dijaga. Pelaksanaan dari pemeliharaan dapat dilaksanakan apakah CB dalam kondisi operasi atau tidak operasi. 7. Pada pengujian Keserempakan PMT by Pandean lamper II didapatkan nilai ratarata masing-masing urutan fasa R,S,T = 0,376 ms ;0,376 ms;0,386 ms pada Pengujian mekanisme O-C (open-close) dan 0,373 ms ;0,376 ms ;0,373 ms pada mekanisme C-O (close-open). 8. Pada Pengujian keserempakan didapatkan nilai rat-rata kesermpakan pada PMT kurang dari 10 ms sehingga dapat disimpulkan PMT dalam keadaan baik pada saat mekanisme keserempakan tingkat kerja baik ,jadi tidak perlu diadakan Bleeding atau penyetelan pada PMT. 5.2. Saran 1. Untuk mendapatan keandalan dari peralatan tegangan tinggi sehingga peralatan yang bekerja dapat melaksanakan tugasnya sebaiknya diadakan perawatansesuaidenganjadwalperawatan nya.
2. Apabila ada mahasiswa melakukan kerja praktek atau magang sebaiknya pihak dari UPT Semarang lebih banyak mengikutkan mahasiswa magang dalam pemeliharaan agar mendapatkan pengalaman kerja lapangan. 3. Sebaiknya di UPT Semarang disediakan perpustakaan khusus untuk media pembelajaran baik bagi Karyawan UPT Semarang,Mahasiswa magang ,maupun pihak yang melakukan penelitian. 4. Adanya fasilitas teknis bagi mahasiswa yang melakukan kerja praktek atau bimbingan di UPT semarang,seperti baju lapangan.
[9]
[10]
[10]
[11]
[12]
Standar Perusahaan Umum Listrik Negara. 1981. SPLN 39-1. Jakarta: Perusahaan Umum Listrik Negara. Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ---, Power Cable, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Po wer_Cables, February 2010. ---, Macam-macam Kabel.http://www.voksel.co.id. February 2010.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4]
[5]
[6]
[7]
[8]
Arismunandar, A. 1994. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta : PT Pradnya Paramita. Gonen, Turan. 1988. Electric Power Transmission System Engineering – Analysis and Design. New York: Willy-Interscience Publication. Hutahuruk, T.S. 1985. Transmisi Daya Listrik. Jakarta: Erlangga. International Electrotechnical Commission, International Standard IEC 60502-2 – Power cables with extrunded insulation and their accessories for rated voltages from 1 kV (Um = 1,2 kV) up to 30 kV (Um = 36 kV), Switzerland, 2005. International Electrotechnical Commission, International Standard IEC 694-96 – Common Specifications for High-Voltage Switchgear and Controlgear Standards, Switzerland, 1996. Naidu, M. S., Kamaraju, V. 1991. High Voltage Engineering. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. Privezentsev, V., Grodnev, I., Kholodny, S., Ryazanov, I. 1973. Fundamentals of Cable Engineering. Moskow: Mir Publishers. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara. 1995. SPLN 43-5-4. Jakarta: Perusahaan Umum Listrik Negara.
BIODATA Penulis yang lahir di Boyolali, 16 Oktober 1988 mempunyai riwayat pendidikan di SDN Weru Boyolali, SMPN 1 Simo Boyolali, SMAN 1 Simo Boyolali dan saat ini sedang menjalankan studi strata 1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi teknik tenaga listrik.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Agung Warsito, DHET NIP 195806171987031002