Balai Besar Tekstil
PEMBUATAN KAIN NON SANDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISIPAN PADA MESIN RAJUT DATAR V-BED Oleh : Moekarto Moeliono, Yusniar Siregar, Dermawati Suantara Balai Besar Tekstil, n. A. Yani No. 390 Bandung Telp. 022.7206214-5 Fax. 022.7271288; E-mail:
[email protected]@yahoo.com;
[email protected] Tulisan diterima:
22 Maret 2010, Selesai diperiksa:
I) Juli 2010
ABSTRAK Dalam upaya meningkatkan nilai guna dari Mesin Rajut Datar (flat knitting machine) dua bak jarum (double bed) merek Around Star dengan kehalusan mesin lima jarum per inci (G5), telah dilakukan diversifikasi produk melalui pengembangan teknik merajut untuk membuat kain non sandang seperti table mat dengan cara menyisipkan bahan sebagai sisipan diantara jeratan-jeratan rajut yang terbentuk. Adapun bahan baku yang digunakan sebagai sisipan adaIah bambu, mendong, dan sabut kelapa, sedangkan bahan dasarnya adalah benang akrilik Nm 18/2. Penelitian dilakukan dengan membuat tiga variasi setelan skaIa stitch cam yaitu 18; 19; dan 20, untuk anyaman rajutnya menggunakan tiga jenis anyaman yaitu rib, geser (racking), dan jeratan pindah (loop transfer). Dengan dernikian dari penelitian ini diperoleh 27 (dua puluh tujuh) contoh hasil kombinasi secara keseluruhan. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dengan menggunakan setelan skaIa stitch cam 18, anyaman rajut rib, dan sisipan bambu penyediaan bahannya lebih efisien dan diperoleh struktur kain non sandang (table mat) yang cukup stabil. Kesernuanya ini bila dibandingkan baik dengan jenis anyaman geser (racking) maupun jeratan pindah (loop transfer), setelan skala stitch cam 19 maupun 20, dan penggunaan sisipan mendong maupun sabut kelapa. Kata kunci : rajut datar, sisipan, table mat, bambu, mendong, sabut kelapa
ABSTRACT In order to increase the value of double bed flat knitting machine type of Around Star brand made with 5 Gauge (five needles per inch), it has been carried out a product diversification by knitting technique development to make non clothing fabric such as table mat with inserting materials as insertion between the knitting loops. In this research, the materials usedfor insertions are bamboos, mendongs, and coconutfibers, and the basic material is acrylic yarn Nm 1812. The research was carried out by making three variations of setting stitch cam scales i.e. 18 ;19; and 20, with the knitting patterns consist of rib, racking, and loop transfer. Therefore, totally in this research 27 samples are achieved. The result of this research showed, that by using 18 stitch cam scale, rib pattern, and bamboo insertion more efficient in using material, and an enough stable structure of non clothing fabric (table mat) are achieved in comparison with racking pattern, loop transfer pattern, 19 and 20 stitch cam scales setting, and using mendong or coconut fiber insertion. Key words: table mat, stitch cam, insertion
LATAR BELAKANG Teknologi perajutan merupakan salah satu teknologi pembuatan kain yang semakin berkembang pad a saat sekarang. Pengertian kain rajut, adalah kain yang dibentuk dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lain baik ke arah panjang maupun ke arah lebar kain. Adapan jeratan ke arah panjang kain disebut wale, sedangkan jeratan ke arah lebar kain disebut course DJ. Kain rajut juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kain raj ut pakan dan kain rajut lusi, khususnya kain rajut pakan dapat diproduksi oleh
mesin rajut kaos kaki, mesin rajut bundar dan mesin rajut datar.
••••
,.. _le
Gambar 1. Jeratan Kain Rajut
Pembuatan Kain Non Sandang dengan Menggunakan Metode Sisipan pada Mesin Rajut Datar V-Bed (Moekarto Moeliono, Yusniar Siregar, Dennawati Suantara)
eeurse
[2]
57
Balai Besar Tekstil
Pada proses pembuatan kain raj ut pakan tersebut, jarum rajut akan bergerak naik turun pada alurnya yang didorong oleh suatu unit cam, dan pembentukan jeratan terjadi berturut-turut ke arah lebar kain [3J. Proses pembentukan jeratan dalam pembuatan kain rajut pakan (mesin rajut datar) yang berhubungan dengan penelitian ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2 berikut.
Sasaran Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam memproduksi dan mengembangkan produk baru dari mesin rajut datar. Meningkatkan nilai guna dari mesin rajut datar, khususnya yang V-bed, selain itu juga untuk memberikan ide dan pengetahuan baru yang cukup aplikatif dan dapat diimplementasikan secara nyata di lapangan oleh kalangan industri kecil, khususnya produsen kain rajut datar. Ruang Lingkup Penelitian Dasar pembuatan produk non sandang dari bahan rajut dengan metode sisipan ini adalah : •• Mempersiapkan bahan baku yaitu benang dan sisipan yang akan digunakan. Membuat desain jeratan untuk proses perajutan dengan menggunakan kombinasi warna benang, warna sisipan, dan pengaturan kerja cam dan jarum raj ut. " Mengatur proses perajutan yang meliputi penentuan skala stitch cam, pemasangan sisipan, dan pembuatan motif di mesin raj ut.
tt--1'r::J/"-;---\Hr-- Pcsisi Tuck
III
f
It•
Gambar 2. Proses Pembentukan Jeratan Kain Rajut Pakan [41 DaJam perkembangan selanjutnya, mesin rajut datar dapat dibedakan menjadi mesin rajut datar single bed yang terdiri dari satu bak jarum, dan mesin rajut double bed yang terdiri dari dua bak jarum berbentuk huruf V terbalik, o!eh karena itu disebut juga sebagai mesin rajut V-Bed. Mesin rajut datar V-Bed ini umumnya digunakan untuk membuat pakaian hangat (sweater), rompi, topi, selendang leher (se raft), dan lain-lain. Dari survai literatur dan Japangan yang telah dilakukan se lama ini tentang produk-produk yang telah dihasilkan dengan menggunakan mesin rajut datar, ternyata belum ada produk non sandang khususnya table mat yang dibuat dari kain rajut. Padahal mesin rajut datar ini masih dapat ditingkatkan lagi nilai gunanya yaitu dengan membuat produk-produk lain selain sandang. Di samping itu pembuatan table mat ini memiliki keunggulan yaitu hemat dalam penggunaan bahan baku (cukup satu helai benang), dan dapat memanfaatkan benang-benang sisa produksi. Bertitik tolak dari kenyataan ini,maka pihak Balai Besar c/q yang dalam hal ini Laboratorium Teknik Tekstil ingin melaksanakan peneJitian dan percobaan dalam pembuatan kain non sandang, sebagai contohnya adalah pembuatan table mat dengan menggunakan metode sisipan pada mesin rajut datar V-Bed. Maksud dan Tujuan Untuk memperkenalkan produk lain selain produk sandang yang dapat dihasilkan oleh mesin rajut datar, yang diperoJeh melalui pengembangan teknik rajut dan desain kepada masyarakat umum, khususnya bagi kalangan industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang perajutan.
58
Posisi Sisipan Secara umum metoda pembuatan kain rajut sisipan yang digunakan dalam teknologi perajutan adalah kain rajut dengan posisi sisipan yang terikat dengan jeratan dasar. Namun dalam penelitian ini metoda yang digunakan adalah pembuatan kain rajut dengan sisipan yang tidak terikat dengan benang jeratan dasar. Untuk lebih jelasnya posisi sisipan pada proses merajut dapat dilihat seperti pada Gambar berikut ini,
Gambar 3. Gambar Posisi Sisipan Dalam Kain Rajut 151 Hasil yang Diharapkan Secara umum konsumen merniliki kecenderungan yang sangat cepat terhadap produk baru. Hal ini merupakan peluang bagi produsen untuk pengembangan produk non sandang seperti table mat -...
1nl.
Dengan adanya hasil produk ini diharapkan dapat mendorong industri kecil dan menengah khususnya di bidang perajutan mesin rajut V-bed untuk memgembangkan produk-produknya selain sandang juga non sandang, dimana kain yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran. Selanjutnya pihak produsen terpacu untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam membuat produk-produk non sandang yang cukup kreatif.
Arena Tekstil Volume 25 No.2 - Desember 20]0:
57 J 12
Balai Besar Tekstil PENDEKA TAN MASALAH Proses pembuatan kain non sandang ini, tentunya akan melibatkan teknik proses perajutan dengan mempertimbangkan unsur tekstur, warna, dan motif, serta fungsi akhir produk kain non sandang itu sendiri.
Pada pembuatan kain menggunakan mesin rajut datar ini, jenis jeratan yang sering digunakan adalah rib. Jeratan rib adalah gabungan antara jeratan kiri dan jeratan kanan, yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.
Proses perajutan Adapun komponen-kornponen utama yang terdapat pada Mesin Rajut Datar V-Bed dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
-.
1
Jeratan kanan
Jeratan kiri
Gambar 7. Gambar Jeratan Kanan, Jeratan Kiri, Jeratan Rib [6]
"-.,.
Gambar 4. Komponen-komponen Utama Pada Mesin Rajut V-Bed [5] Keterangan : 1 = bak jarum, 2 = jarum lidah, 3 = sikat, 4 = penyuap benang (feeder) Proses pembentukan jeratan pada mesin rajut V-bed dapat dilihat pada Gambar 5 berikut :
Dalam penelitian nu jeratan rib akan dikombinasikan dengan beberapa teknik pembuatan motif di me sin rajut datar sehingga menghasilkan desain yang bermacam-macam, Secara estetika, kain memiliki 3 unsur dasar yaitu [7] : • Tekstur Tekstur kain dapat diartikan sebagai seberapa kasar atau halus suatu permukaan dan seberapa terang atau gelap kenampakan kain tersebut. Pada kain rajut hal ini sangat ditentukan oleh konstruksi kain yaitu course dan wale per cm dan jenis benang yang digunakan. • Warna Susunan warna dapat diklasifikasikan dalam : warna analog, yaitu susunan warna yang dibentuk oleh dua warna dasar dengan carnpuran-carnpuran nada warna gabungan lainnya yang dihasilkan dari warn a dasar tersebut. o warna kontras, yaitu susunan warna yang dibentuk oleh dua warna atau lebih dari wama dasar yang bertentangan. Susunan warna kontras ini harus disesuaikan dengan keperluan desain produknya. o warna monokromatik, yaitu susunan wama yang berdasarkan satu wama dasar yang diakhiri oleh wama putih. Susunan wama ini mudah disatukan dalam suatu komposisi, karena hanya memiliki satu wama dasar. Susunan wama ini membosankan dan kurang memberikan volume atau dimensi nada yang tinggi. o wama polikromatik, yaitu susunan wama yang terdiri dari beberapa wama dasar. Perpaduan wama ini lebih menarik [8] • Motif Motif adalah konfigurasi visual pada suatu kain. Pada kain raj ut, motif dapat dihasilkan antara lain dengan mengkombinasikan wama benang (desain strip), pengaturan cam dan jarum, pindah jeratan, dan pergeseran bakjarum. o
Gambar 5. Proses Pembentukan Jeratan Pada Mesin Rajut V-Bed [5] Keterangan : 1 = kaki jarum bergerak naik yang didorong oleh raising cam, jeratan lama masih berada di dalam lidah jarum 2 = kaki jarum berada pada posisi tertinggi untuk mengambil benang baru, jeratan lama turun ke batang jarum 3 = kaki jarum bergerak turun yang didorong oleh lowering cam, jeratan lama sudah terlepas dari jarum dan jeratan baru sudah terbentuk
Gambar 6. Contoh Jeratan yang Terjadi Pad a Mesin Rajut V-Bed [5]
Pembuatan Kain Non Sandang dengan Menggunakan Metode Sisipan pada Mesin Rajut Datar V-Bed (Moekarto Moeliono, Yusniar Siregar, Dermawati Suantara)
59
Balai Besar Tekstil
\
Ketiga unsur tersebut disusun sedemikian rupa menjadi suatu kesatuan yang harmoni baik setiap bagian maupun secara keseIuruhan, sehingga menghasilkan suatu produk baru yang kreatif dan inovatif, serta pada akhimya dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen [91.
Metodologi Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dalam pembuatan produk raj ut dengan metode sisipan ini terdiri dari : • Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam peneIitian ini adalah benang akrilik Nm 18/2 yang sudah diwamai (dyed yarn), sedangkan bahan baku pembantunya adalah bahan sisipan yang terbuat dari bambu, sabut kelapa, dan mendong. Bahan-bahan sisipan tersebut merupakan sumber daya alam Indonesia yang mudah diperoleh, memiliki tekstur yang bervariasi, dan menarik untuk digunakan sebagai produk kreatif. • Mesin Spesifikasi mesin yang digunakan dalam pembuatan produk ini adalah Mesin Rajut Datar V-Bed, merek Around Star, tipe 11095, dibuat tahun 1995, buatan Taiwan, kehalusan jarum (gauge) adalah 5 jarum/inci, lebar kerja 90 cm , dan jumlah jarum 400 buah (bagian depan dan bagian belakang). • Rencana desain rajut Penelitian ini meliputi variasi desain raj ut yang terdiri dari variasi anyaman, bahan sisipan, dan skala stitch cam. Pelaksanaan Penelitian Tahapan proses daJam pelaksanaan peneJitian ini ialah : Pembuatan Perencanaan
sisipan desain
Penyetelan
mesin
Pemhuatan
produk
Evaluasi dan pelaporan Gambar 8. Skema Pelaksanaan Penelitian • Pembuatan sisipan Setelah melewati tahap persiapan yang meliputi pembersihan dan penjemuran, selanjutnya sisipan diukur dan dipotong dengan panjang 12 cm. Sebagian dari sisipan tersebut langsung digunakan pada mesin, dan sebagian lagi dicelup dengan menggunakan zat warn a tekstil.
60
'\0
Pemberian warna pada sisipan- bambu im bertujuan untuk membuat kombinasi wama (motif) pada kain non sandang, dan dapat menyamarkan wama asJi kulit bambu yang terIaJu tua. • Pembuatan desain Desain yang akan dibuat daJam penelitian ini terdiri dari anyaman rib, anyaman geser (racking" dan anyaman pindah jeratan (loop transfer), karena ketiga motif anyaman ini adaJah yang banyak digunakan oleh industri rajut datar.
~.t
\-".l1}\4 \j,~'.t A "''If AdWflu4 l"
.;,;#,lit414ILI~'~ '1\\" f\ Irrrrr1 ~t:
e:;~,.~t.l. :.: Ell
H
1n,·,·:;;;,4!",
~
~
'it'NN.1,',",A/,,JN/,
~~4.
I
-
i,
"--_l~'
t J
.,\Wi";
Anyaman geser (racking)
1)
I I I I I I1
r-trrrl
Anyaman rib
11\
I, ~~ rtrrl
I
Anyaman pindah jeratan
Gambar 9. Diagram jeratan Untuk Anyaman Geser, Rib, dan Pindah Jeratan • Sistematika penelitian Pada pembuatan kain non sandang menggunakan metode sisipan ini, ketiga jenis anyaman di atas dikombinasikan juga dengan variasi sisipan yang terdiri dari bambu, sabut kelapa, dan mendong, serta variasi skala stitch cam, yang selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10. • Penyetelan Mesin o Bak Jarum (Neddle Bed) Sebelum melakukan proses rajut, harus dilakukan penyetelan pada peralatanperalatan mesin rajut. Bak jarum depan dan beJakang disetel berada dalam posisi yang sejajar, pemeriksaan jarum, dan pemberian oli juga diJakukan sebelum membuat produk di mesin rajut ini, Khusus untuk motif geser (racking) penyetelan tu as geser (racking holder) sangat diperIukan sebelum proses perajutan agar setiap pergeseran jaraknya sama. o Penyeret (Carriage) Persiapan yang dilakukan adalah penyetelan skala stitch cam. Hal ini bergantung pada besar kecilnya nomor benang dan diameter -r-, sisipan yang digunakan . Pada penelitian ini dilakukan terIebih dahulu percobaan untuk menentukan skala stitch cam yang akan digunakan, dan dari hasil percobaan, skala stitch cam minimal yang dapat dipakai adaJah skala 18. Apabila menggunakan skaJa stitch cam kurang dari 18, ukuran jeratan terIalu kecil sehingga apabila ditambah dengan sisipan maka penyeret (carriage) akan macet dan mengakibatkan kerusakan jarum. Arena Tekstil Volume 25 No.2 - Desember 2010: 517'112
Balai Besar Tekstil
Proses perajutan Mesin Rajut Datar ~
-J
V-Bed Gauge = 5
Gambar 10. Skema Sistematika Penelitian
Pembuatan Produk pada Mesin Tahap-tahap pembuatan kain non sandang dengan metode sisip an adalah sebagai berikut :
1
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan Berikut ditampilkan beberapa hasil percobaan pembuatan table mat dengan metode sisipan :
1. Membuat cast-on awal merajut, yang dimulai dengan membuat jeratan ~ awal.
A····
2. Jarum disusun sesuai motif yang ditentukan, kemudian buat beberapa course.
motif geser (racking)
motif pindah jeratan
'..
~
3. Sisipan diletakkan di atas anyarnan rib dari atas mesin. ~
, "" .• '.'
.
~.
4. Penyeret dijalankan untuk membuat beberapa course, dan ~ sisipan sudah berada di dalam jeratan.
motif rib polos
... -
••
Sisipan bambu
"
....•.
Sisipan sabut kelapa
Sisipan mendong
Gambar 12. Gambar Kain Hasil Percobaan S. Ulangi langkah nomor 3 dan 4 sesuai panjang yang diinginkan. Sebelum mengakhiri proses merajut, kain diselut agar ujung kain menjadi rapi.
Gambar 11. Tahapan Pembuatan Produk Table Mat Pada Mesin Rajut Datar [10)
Setelah melakukan penelitian dengan variasi anyaman, sisipan, dan skala stitch cam seperti yang telah dijelaskan di atas, maka hasil terbaik dari variasi tersebut dibuat produk table mat dalam ukuran yang sebenarnya.
Pembahasan a. Bahan baku - Hubungan bahan baku dengan kehalusan mesin Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah benang akrilik Nm 18/2. Penentuan nomor benang disesuaikan dengan kehalusan jarum mesin rajut datar yang akan digunakan. Ketentuan dalam pemakaian nomor benang terhadap kehalusan mesin rajut datar, dapat dilihat pada Tabel berikut.
Pembuatan Kain Non Sandang dengan Menggunakan Metode Sisipan pada Mesin Rajut Datar V-Bed (Moekarto Moeliono,
Yusniar Siregar, Dermawati
Suantara)
61
.Balai Besar Tekstil
Tabel 1. Pemakaian Nomor Benang Terhadap Kehalusan Mesin Raiut [Ill
1.5
, !It
Ndl/inchi
1.5
1
E
Gauges
1
O.S
Denier
360-1050
260-600
200-420
150-300 130-200 I J 0-150
D tex
400- I 160 290-660
220-470
167-330 145-220 122-167
Nm
25-8
35-15
45-21
60-30
69-45
82-60
Nel
15-5
20-9
26-12
35-18
41-26
48-35
0.5
o
o ~~~
l.~m·~fI0,5
_
o
-.
.
,
7
!ititch stitch 18
sangat terjadi maka secara
STITCH 18
RIB GR
PJ
Bambu
1.19
1.18
1.21
Sabut kelapa
1.21
1.16
1.18
Mendong
1.23
1.21
1.19
~
STITCH 19 Sisipan
RIB GR
PJ
Bambu Sabut kelapa
1.30
1.29
1.32
1.35
1.3]
1.28
Mendong
1.29
1.27
1.30
~
STITCH 20
nm
GR
PJ
Bambu Sabut kelapa
1.42
1.47
1.45
1.39
1.42
1.38
Mendong
].41
].45
1.43
Sisipan
~
Catatan
: GR
= motif
geser (racking), Pl
= motif
pindah jeratan
Dari data yang dihasilkan dapat diIihat bahwa untuk desain yang sama, panjang jeratan (loop length) pada skala stitch cam 18 adalah yang paling rendah dibandingkan dengan panjang jeratan pad a skala 19 maupun 20. Dengan menggunakan skala stitch cam 18, maka pemakaian bahan baku akan lebih efisien dan berkenaan dengan penghematan pemakaian bahan baku maka hal ini sangat sesuai bila digunakan oleh industri kecil menengah.
62
stitch 20
st~~h
Catatan:
• = sisipan bambu • = sisipan sabut keiapa 4> = sisipan mendong
Stitch
Tabel 2. Pengaruh Skala Stitch Cam Terhadap Panjang Jeratan (Loop Length) dalam cm
Sisipan
19
stitch 19
Motif geser
Motif rib
Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa untuk mesin rajut datar dengan kehaIusan jarum 2 sampai dengan 6 gauge, nomor benang yang sesuai adalah Nm 8 sampai dengan 25. DaIam hal ini, nomor benang Nm 18/2 dapat digunakan pada mesin rajut datar 5G. • Hubungan panjang jeratan dengan skala Cam Kebutuhan bahan baku (benang) dipengaruhi oleh panjang jeratan (loop) yang pad a kain. Semakin kecil panjang jeratan semakin rendah pula kebutuhan benang keseluruhan, dernikian pula sebaliknya.
stitch 18
stitch 20
Motif pindah jeratan Gambar 13. Grafik Pengaruh Skala Stitch Cam Terhadap Panjang Jeratan b.
Baban baku Mesin rajut datar yang digunakan adalah mesin raj ut V-Bed dengan sistem manual. Hasil pengamatan selama proses penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesulitan pada waktu proses menggunakan bahan baku sabut kelapa dan mendong. Bahan sabut kelapa bentuknya tidak rata dan bergelombang (tidak lurus dan kaku seperti bambu dan mendong), sehingga pad a saat proses raj ut timbul masalah macetnya penyeret, karena lekukan sisipan yang menorijol menghambat gerakan jarum untuk naik mengambil jeratan baru. Hal tersebut mengakibatkan jarum rusak atau patah. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi macetnya penyeret, maka digunakan skala stitch cam yang lebih besar agar bagian sisipan yang menonjol tetap dapat masuk ke kain raj ut, dan proses raj ut dilakukan dengan kecepatan yang rendah, untuk menghindari terjadinya kerusakan jarum. Pada saat proses menggunakan sisipan mendong, kendalanya adalah sisipan seringkali slip dari po~i'si semula. Hal itu disebabkan tekstur mendong yang licin mengakibatkan sisipan mudah bergeser di dalam kain, maka untuk menghindari hal tersebut kain harus diberi resin agar sisipan menempei kuat di daJam kain. c. Proses Proses pembuatan produk non sandang dengan metode sisipan ini dilaksanakan mulai dari proses persiapan bahan sampai dengan proses perajutan. Dalam kesempatan ini perlu dikemukakan bahwa cukup sulit untuk mendapatkan wama natural dari bahan
Arena Tekstil Volume 25 No.2 - Desember 2010: 57-112
Balai Besar Tekstil
sisipan yang digunakan. Salah satu tahap dalam proses persiapan sisipan yang sangat mempengaruhi hal tersebut adalah waktu dan metode penjemuran bahan. Proses penjemuran pada po sisi yang sama dan dalam waktu yang lama mengakibatkan warna permukaan sisipan yang terkena sinar matahari tampak lebih tua dari bagian yang tidak kena sinar matahari. Hal ini mengakibatkan warna kulit sisipan menjadi belang. Dalam hal ini proses pewamaan bahan sisipan sang at diperlukan untuk menyamarkan perbedaan wama kulit bahan sisipan tersebut. d. Desain Adanya pengembangan produk non sandang dari mesin rajut datar ini menghasilkan perluasan pula dalam motif maupun desain kain yang dihasilkan. Perpaduan antara kombinasi desain jeratan, dan penambahan sisipan ini, menghasilkan satu kain dengan dua muka yang berbeda (reversible face), khususnya yang menggunakan anyaman geser (racking) dan anyaman pindah jeratan. Pemindahan jeratan dilakukan secara manual jarum demi jarum, hal ini sangat memerlukan ketelitian agar motif yang dihasilkan sempurna. e. Pengaruh Desain Terhadap Hasil Relaksasi Kain rajut dengan motif rib polos, geser, dan pindah jeratan dalam beberapa variasi sisipan dan skala stitch cam tersebut, kemudian direlaksasi selama 14 hari, hasilnya ternyata terdapat pergeseran benang terutama pada kain dengan motif geser (racking) dan motif pindah jeratan. Sedangkan pada motif rib polos sama sekali tidak terdapat pergeseran. Pergeseran benang karena pengaruh desain terhadap hasil relaksasi kain rajut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
zo
20
RIB
OR
PJ
RIB
GR
Sisipan sabut kelapa
Sisipan bambu
1.5
Catatan:
• = skala
18
• = skala 19 l'
= skala
20
Sisipan mendong Gambar 14. Grafik Pengaruh Desain Terbadap Pergeseran Benang f.
Keseimbangan Gaya Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil anyaman rib polos dengan skala stitch 18 sampai dengan 20 bentuk kain tidak berubah. Hal ini dapat ditunjukkan pula dengan analisa terhadap gaya-gaya yang terjadi pada masing-masing jenis motif sebagai berikut. Motif Rib Polos
F2
~~)
--::<"'(1 '\
(a)
Fl FI
Tabel 3. Pengaruh Desain Terhadap Pergeseran Benang Hasil Relaksasi (dalam cm) STITCH
~
Sisipan
RIB
PJ 0.41
Bambu
0
0.73
Sabut kelapa
0
0.59
0.37
Mendong
0
0.64
0.55
STITCH Sisipan
19
RIB
GR
PJ
Bambu
0
0.95
0.50
Sabut kelapa
0
0.83
0.51
Mendong
0
~
0.81
STITCH Sisipan
0.78
GR
PJ
Bambu
0
1.22
0.63
Sabut kelapa
0
1.07
0.79
0
1.03
0.84
Mendong GR
= motif
geser (racking),
PJ
= motif
-7
FI - F2 = 0
Pada motif rib polos, jeratan yang terjadi pada jarum bak depan ( front needle bed) diteruskan ke jeratan pada jarum bak belakang (back needle bed) dan demikian seterusnya. Oleh karena itu gaya dari jeratan 1 yang berada di bak jarum depan (FI) bertolak belakang arahnya dengan gaya pada jeratan 2 (F2), yang berada di bak jarum belakang. Adapun skala stitch cam yang disetel pad a penyeret (carriage) besarnya sama baik pada bak jarum depan maupun pada bak jarum belakang, maka gaya FI dan F2 yang terjadipun sama besarnya. Dengan demikian gay a keseimbangan terjadi, sehingga bentuk dimensi desain anyaman rib -1idak berubah.[11]
20
RIB
~
Catatan:
18
GR
= F2
pindahjeratan
Motif Geser (Racking) Ft ak.'li
~\\
\\\.
(b)
Fl > F2
Pembuatan Kain Non Sandang dengan Menggunakan Metode Sisipan pad a Mesin Rajut Datar V-Bed (Moekarto Moeliono, Yusniar Siregar, Dermawati Suantara)
63
Balai Besar Tekstil
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa gaya reaksi (F2) yang terjadi akibat gaya aksi (FI) dari pergeseran penyeret (carriage) tidak sama, gaya aksi lebih besar daripada gaya reaksi, dan hal ini selalu terjadi berulang karena gerak geser dari bak jarum (needle bed) dan gaya tarikjarum yang miring.
2. Material untuk sisipan pakan dapat menggunakan berbagai jenis bahan diantaranya bambu, sabut kelapa, dan mendong, namun sisipan yang paling cocok untuk pembuatan kain non sandang ini adalah sisipan bambu. 3. Hasil table mat yang paling stabil diperoJeh dengan menggunakan anyaman rib, dan penggunaan skala stitch cam 18 menghasilkan table mat yang paling efisien dalam pemakaian bahan baku. 4. Untuk variasi anyaman selain anyaman rib, dapat tetap digunakan namun harus memakai tambahan resin agar tidak terjadi pergeseran desain. 5. Mesin rajut ini ternyata bisa menghasilkan industri kreatif yang cukup handal.
Motif pindah jeratan F2 (c)
Ft 5 Fl= 10 F2 Fl = Y2 F2
DAFTARPUSTAKA 1. Jomaeri, "Flat Knitting Machine", ITF Maille The Research Center of The Knitting Industry, France, 1983. 2. Moeliono M. , "Struktur Jeratan dan Desain Kain Rajut", Laboratorium Perajutan Balai Besar Tekstil Bandung, 1997. 3. Zein, A. , et al. , " Teknologi Perajutan", Institut Teknologi Tekstil, 1974. 4. Smith, Gary W., " Weft Knitting Fundamentals", 1994. 5. Stoll (n.d), Retrieved October 11, 2004, from http://www.stoll.de. 6. Spencer D. , "Knitting Technology", A Comprehensive Handbook and Practical Guide, Woodhead Publishing Ltd., Cambridge England 3, 2001. 7. Stockton, James, "Designer's Guide To Color 2". Chronicle Book San Francisco, 1984. 8. Darmaprawira, Sulasmi, "Warna Teori dan Kreatifitas Penggunaannya Edisi Kedua", Institut Teknologi Bandung, 2002. 9. Moeliono M., "Diversifikasi Produk Fully Fashioned Kain Tenun-Rajut Bahan Rami dan Sutera", Arena Tekstil Vol. 21 No.2 hal 52-62, Desember 2006. 10. Raz, Samuel, "Flat knitting Technology", Westhausen Germany, 1993. 11. Moeliono M., "Terminologi Rajut Pakan", Laboratorium Balai Besar Tekstil Bandung, 1998. 12. Slater K., "Textile Mechanic Volume 1 ", The Textile Institute, Manchester, 1977
Gambar 15. Analisa Gaya Geometri Pada Kain Rajut [11] Pad a waktu perpindahan jeratan ada gaya yang pindah ke bak jarum depan dan ada yang ke belakang (sesuai desain). Dalam satu perulangan desain ini terdapat sepuluh wale, lima wale jeratannya tetap sedangkan lima wale jeratan lainnya mengalami perpindahan. Akibat dari perpindahan tersebut, gaya yang dihasilkan oleh jeratan-jeratan pada bak jarum depan (FI) lebih kecil daripada gaya yang dihasilkan oleh jeratan-jeratan pada bak jarum belakang (F2). Karena itu kain menjadi tidak stabil, dan desain menjadi berubah (terjadi pergeseran bentuk desain). Untuk mengantisipasi pergeseran desain dan sisipan khususnya pada motif geser (racking) dan motif pindah jeratan, maka setiap kali sisipan disuapkan ke mesin, pada kedua ujungnya hams diberi perekat atau permukaan sisipan diiris sedikit agar mengikat pad a kain raj ut. Hal ini juga dimaksudkan agar bentuk motif tidak berubah (stabil).
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Mesin rajut datar V-Bed selain dapat digunakan untuk membuat kain sandang, dapat juga digunakan untuk membuat kain non sandang, ........
64
Arena Tekstil Volume 25 No.2 - Desember 2010: 57-112