Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KERING DAUN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) Humaira Fadhilah1, Harrizul Rivai2, Rahmatika Yuandina2 1Sekolah 2 Fakultas
Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang email:
[email protected]* ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi ekstrak kering daun jambu mete. Ekstrak kering dibuat dengan penambahan laktosa berbagai perbandingan, pengeringan dengan laktosa 1x berat ekstrak kental (F1), pengeringan laktosa 1½x berat ekstrak kental (F2) dan pengeringan laktosa 2x berat ekstrak kental (F3). Parameter yang diamati adalah susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, identitas, organoleptik, kadar senyawa larut dalam air, kadar senyawa larut dalam etanol dan kadar flavonoid ekstrak kering. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan penambahan bahan pengisi laktosa pada ekstrak kental mempengaruhi parameter susut pengeringan, kadar abu total, kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut dalam etanol. Kata kunci: ekstrak kering, jambu mete, laktosa PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di pedesaan, pasti sudah tidak asing lagi terhadap tanaman jambu mete, walaupun dengan nama yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah (Cahyono, 2005). Jambu mete merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Semua bagian tanaman ini mempunyai manfaat dan khasiat yang berbeda (Kusrini & Ismardiyanto, 2003). Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Daun jambu mete dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional, salah satunya sebagai obat penyakit yang disebabkan oleh jamur (Sulistyawati & Mulyati, 2009). Ekstrak daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti diabetes, demam, bronkitis dan lain-lain (Dare, et al., 2011). Fraksi Heksan dari daun Anacardium occidentale L. ditemukan bekerja secara efektif meningkatkan fungsi ginjal dan mengurangi lesi yang terkait dengan kondisi
diabetes, yang diujikan pada tikus diabetes (Tedong, et al., 2006). Ekstrak etanol dari daun jambu mete memiliki daerah hambat terhadap pengujian aktivitas antimikroba (Dahake, et al., 2009 ; Doss & Thangavel, 2011 ; Arekemase, 2011). Ekstrak metanol dari daun jambu mete memiliki efek hypoglikemia yang diujikan terhadap mencit yang diabetes (Sokeng, et al., 2007; Malvi, et al., 2011). Daun jambu mete dengan fraksi etanol memiliki efek hypoglikemia dan bersifat antimikroba pada fase etilasetat (Saidu, et al., 2012). Ekstrak air daun jambu mete memiliki efek terapi sebagai antiulcer dan efek anti Helicobacter pylori (Ajibola, et al., 2010). Memasuki abad ke-21 sebagai era globalisasi, perkembangan teknologi dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia dalam pelayanan kesehatan sudah mengenal serta menggunakan konsep ekstrak (DepKes RI, 2000). Ekstrak kering merupakan sediaan padat yang diperoleh dengan cara menguapkan pelarut berdasarkan kandungan bahan aktif (Gaedcke, et al.,
220
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
2003). Ekstrak kering banyak dilakukan untuk tujuan standarisasi sediaan obat herba
sekaligus memberi keuntungan dari segi formulasi sediaannya.
METODE PENELITIAN Dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang masih melekat pada simplisia setelah pelaksanaan sortasi basah. Pencucian dilakukan dengan air mengalir dan dalam waktu yang sesingkat mungkin bertujuan untuk menghilangkan pengotor, namun tidak menghilangkan zat berkhasiat simplisia tersebut. 5) Pengeringan Simplisia Dilakukan pengeringan dengan cara dikering anginkan atau tidak kena cahaya matahari langsung atau pada suhu kamar ±25⁰C. Pengeringan ini berlangsung ± 10 hari sampai kadar air ≤ 10 %.
Alat Alat-alat yang digunakan adalah, kertas saring, spatel, corong, batang pengaduk, wadah maserasi (botol gelap), cawan penguap, krus porselen, pipet gondok, pipet tetes, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, labu ukur, desikator, corong pisah, piknometer, timbangan analitik, penangas air, oven, spektrofotometer UV-Vis. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun jambu mete (Anacardium occidentale L), aquadest, etanol 95%, laktosa, larutan nheksana, larutan Heksametilentetramin 0,5 % b/v, larutan asam asetat glasial 5 % v/v dalam metanol P, larutan AlCl₃ 2 % dalam Asam asetat glasial P, larutan aseton P, larutan HCl P, larutan etil asetat P. Prosedur Penelitian Pengadaan Sampel Sampel Daun Jambu Mete diambil di daerah Lubuk Minturun, Kota Padang. Penyiapan Simplisia 1) Pengambilan Daun Jambu Mete Daun Jambu mete akan diambil secara manual. 2) Identifikasi Tumbuhan Jambu Mete Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Universitas Andalas. 3) Sortasi Basah Dilakukan untuk pemisahan pengotor pada simplisia sebelum pencucian, dengan cara membuang bagian-bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan daun yang layak untuk digunakan, cara ini dapat dilakukan dengan manual. 4) Pencucian Simplisia
Pembuatan Ekstrak Kental Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Satu bagian serbuk kering daun jambu mete dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10 bagian etanol 95%, direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (Badan POM RI, 2004). Pembuatan Ekstrak Kering Ekstrak kental dikeringkan dengan menambahkan sebagian laktosa. Pada serbuk kering ini tambahkan pelarut heksan ±300 mL heksan untuk tiap 100 g ekstrak, kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 2 jam, biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan. Lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 300 mL aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan, baru keringkan pada suhu ±70⁰C. timbang serbuk
221
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
ini dan tentukan kadar flavonoid dan karakteristiknya (Martin, et al.,1961).
kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan tiga cara perlakuan, yaitu: 1. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat ekstrak kental (F1) 2. Pengeringan dengan laktosa 1¹/₂ x berat ekstrak kental (F2) 3. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat ekstrak kental (F3)
c. Kadar abu tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, kemudian saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Lalu hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.
Karakterisasi Ekstrak Kering 1.
Karakteristik Non-Spesifik a. Susut pengeringan Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan kemudian dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105⁰C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105⁰C selama 30 menit, dikeluarkan, lalu masukan ke desikator kemudian timbang.
2.
b. Kadar abu total Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,dinginkan dan timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang, hitung
222
Karakteristik Spesifik a. Identitas Ekstrak yang diperoleh memiliki identitas yang mendeskripsikan tata nama dan senyawa identitas ekstrak. Deskripsi tata nama tanaman meliputi nama ekstrak, nama latin tanaman (sistematika botani), bagian tanaman yang digunakan dan nama tanaman Indonesia. b. Organoleptik Ekstrak yang diperoleh diuji secara organoleptik, menggunakan pengamatan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, rasa dan bau dari ekstrak. c. Kadar senyawa larut dalam air Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air jenuh kloroforom LP menggunakan labu bersumbat sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat dituang ke dalam cawan penguap yang telah ditara, kemudian diuapkan pada penangas air hingga kering. Residu dipanaskan pada suhu 105⁰C dioven hingga bobot tetap, kemudian dimasukan ke dalam desikator dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian ditimbang. Kadar dalam persen
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
senyawa yang larut dalam air dihitung terhadap bobot ekstrak awal. d. Kadar senyawa larut dalam etanol Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95% menggunakan labu bersumbat sambil dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat dituang ke dalam cawan penguap yang telah ditara kemudian diuapkan pada penangas air hingga kering. Residu dipanaskan pada suhu 105⁰C di oven hingga bobot tetap kemudian dimasukkan kedalam desikator dan dibiarkan selama 10 menit, lalu ditimbang. Kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol dihitung terhadap bobot ekstrak awal 3.
Kadar flavonoid ekstrak kering Timbang saksama sejumlah 200 mg simplisia atau ekstrak yang setara dengan 200 mg serbuk simplisia, masukkan ke dalam labu alas bulat,
tambahkan berturut-turut 1 mL larutan Heksametilentetramin, 20 mL larutan aseton P dan 2 mL larutan asam klorida P, refluks selama 30 menit. Saring menggunakan kapas, masukkan filtrat ke dalam labu tentukur 100 mL. Refluks kembali residu dengan 20 mL aseton P selama 30 menit, saring dan campur filtrat ke dalam labu tentukur 100 mL. Tambahkan aseton P sampai tanda. Pipet 20 mL ke dalam corong pisah, tambahkan 20 mL air dan ekstraksi 3 kali, tiap kali ekstraksi menggunakan 15 mL etil asetat P. Masukkan fase etil asetat dalam labu tentukur 50 mL tambahkan etil asetat P sampai tanda. Encerkan larutan dengan pipet 10 mL larutan tersebut ke dalam labu tentukur 25 mL, tambahkan larutan asam asetat glasial 5% v/v dalam metanol P sampai tanda. Lakukan pengukuran 30 menit setelah penambahan larutan aluminium klorida menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm.
HASIL DAN DISKUSI Hasil Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mete Tabel 1. Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mete Parameter Hasil analisis (%) Standar FHI (%) Susut pengeringan 9,1221% Tidak lebih dari 11% Kadar abu total 3,3961% Tidak lebih dari 4,0% Kadar abu tidak larut 0,7165% Tidak lebih dari 1,0% asam Kadar sari larut 21,2538% Tidak kurang dari dalam air 20,7% Kadar sari larut 20,1018% Tidak kurang dari dalam etanol 19,2% Kadar Flavonoid 0,4235% Tidak kurang dari Total 0,20%
223
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Hasil Karakterisasi Ekstrak kering Daun Jambu Mete Tabel 2. Karakterisasi Non Spesifik Ekstrak Kering Daun Jambu Mete Bahan pengisi Susut Kadar abu Kadar abu pengeringan total (%) tidak larut (%) asam (%) Laktosa 1 x berat ekstrak 2,7962% ± 0,6265% ± 0,0215% ± kental 0,1328% 0,0202% 0,1348% Laktosa 1½ x berat 2,2717% ± 0,5449% ± 0,0199% ± ekstrak kental 0,0150% 0,0259% 0,0086% Laktosa 2 x berat ekstrak 1,8023% ± 0,3482% ± 0,0165% ± kental 0,1487% 0,1161% 0,0028% Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak Kering Daun Jambu Mete 1. Identitas a. Nama ekstrak: Extractum Anacardium occidentale L. Siccum (Ekstrak kering Daun Jambu Mete) b. Nama latin: Anacardium occidentale L. c. Bagian tumbuhan: Daun.
d. Nama tumbuhan: Jambu Mete (Indonesia). 2. Organoleptis Ekstrak kering daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna coklat muda, dengan bau khas simplisia daun jambu mete dan rasanya yang kuat.
Tabel 3. Karakterisasi Spesifik Ekstrak Kering Daun Jambu Mete Bahan pengisi Kadar sari Kadar sari Kadar flavonoid larut dalam larut dalam total ekstrak air (%) etanol (%) kering (%) Laktosa 1 x berat ekstrak kental 90,9545% ± 30,2225% ± 0,1564% ± 2,2894 % 0,7430% 0,0163% Laktosa 1½ x berat ekstrak kental 94,9587% ± 21,6038% ± 0,1757% ± 0,3346% 0,0660% 0,0059% Laktosa 2 x berat ekstrak kental 96,6504% ± 20,1569% ± 0,1605% ± 1,1235% 0,1625% 0,0301% Diskusi Sampel yang digunakan adalah Anacardium occidenntale L. yang diambil didaerah Lubuk Minturun. Daun Jambu Mete yang diambil adalah semua jenis daun karena sesuai dengan parameter standarisasi untuk simplisia daun jambu mete dan pengambilan dilakukan pada pagi hari sebelum mengalami fotosintesis, hal ini dilakukan agar menyeragamkan waktu panen, setelah panen dilakukan sortasi basah, pencucian dengan air mengalir, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan.
Sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas (ANDA), jurusan biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang, Sumatra Barat, Indonesia dengan hasil specimen Anacardium occidentale L. (famili: Anacardiaceae). Dan dilakukan pemeriksaan makroskopik daun jambu mete antara lain: bentuk daun bundar menjorong terbalik, ujung daun membundar dengan lekukan kecil ditengah, warna daun hijau
224
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
kekuningan sampai hijau kecoklatan, tepi daun rata dan pertulangan daun menyirip . Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian simplisia yang bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang bermutu baik dan semua parameter memenuhi standarisasi Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008). Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 88,9325 g ekstrak kental dan ekstrak kental ini memenuhi nilai rendemen yang terdapat dalam buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (2004) dengan nilai persen rendemen yang diperoleh adalah 44,4628%. Hasil analisa statistik menunjukkan perbedaan penambahan bahan pengisi laktosa pada ekstrak kental berpengaruh nyata terhadap susut pengeringan, kadar abu total dan kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut dalam etanol (<0,05). Sedangkan pada kadar abu larut asam dan kadar flavonoid total ekstrak kering tidak berpengaruh nyata ( >0,05). Susut pengeringan dengan penambahan laktosa 2 x berat ekstrak kental memiliki nilai susut pengeringan yang rendah dibandingkan dengan 2 ekstrak kering lainnya. Semakin tinggi konsentrasi laktosa yang digunakan pada pembuatan ekstrak kering maka nilai susut pengeringannya semakin kecil, hal ini disebabkan besarnya peluang laktosa untuk menyerap air dan pelarut yang terdapat dalam ekstrak sehingga lebih cepat menguap dibandingkan dengan penambahan laktosa dengan konsentrasi kecil. Kadar abu total dengan penambahan laktosa 2 x berat ekstrak kental memiliki nilai kadar abu total yang rendah dibandingkan dengan 2 formula ekstrak kering lainnya, memiliki sisa anorganik lebih sedikit dibandingkan yang lain. Dimana semakin tinggi konsentrasi laktosa yang digunakan pada pembuatan ekstrak kering maka nilai kadar abu totalnya semakin kecil, hal ini disebabkan besarnya peluang laktosa untuk menyerap air dan pelarut yang terdapat dalam ekstrak sehingga air lebih cepat proses pengabuan dibandingkan dengan penambahan laktosa dengan konsentrasi kecil.
Identitas ekstrak yang diperoleh memiliki nama Extractum Anacardii occidentale L. Siccum (Ekstrak kering daun jambu mete) yang diperoleh dari daun jambu mete. Ekstrak kering daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna coklat muda, dengan bau khas simplisia daun jambu mete dan rasa yang kelat. Kadar sari larut dalam air dengan penambahan laktosa 2 x berat ekstrak kental memiliki nilai kadar sari larut dalam air yang tinggi diantara 2 formula ekstrak kering lainnya. Dimana semakin tinggi konsentrasi laktosa yang digunakan pada pembuatan ekstrak kering maka nilai kadar sari larut airnya semakin tinggi, hal ini disebabkan karena laktosa merupakan zat yang mudah larut dalam air dengan kategori kelarutan 1 sampai 10 yang berarti 1 bagian laktosa akan larut dalam 10 bagian pelarut (DepKes RI, 1995). Kadar sari larut dalam etanol dengan penambahan laktosa 2 x berat ekstrak kental memiliki nilai kadar sari larut dalam etanol yang rendah diantara 2 formula ekstrak kering lainnya. Perbedaan jumlah laktosa yang ditambahkan pada pembuatan ekstrak kering daun jambu mete memberikan pengaruh terhadap nilai kadar sari larut dalam airnya. Dimana semakin tinggi konsentrasi laktosa yang digunakan pada pembuatan ekstrak kering maka nilai kadar sari larut etanolnya semakin rendah, hal ini disebabkan karena laktosa merupakan zat yang sangat sukar larut dalam etanol dengan kategori 1000 bagian laktosa akan sangat sukar untuk larut walau sampai 10.000 bagian volume pelarut pun yang akan digunakan (DepKes RI, 1995). Setelah dilakukan karakterisasi ekstrak maka kadar senyawa golongan kandungan kimia dapat ditetapkan. Kadar flavonoid dalam ekstrak kering setelah dihitung terlihat bahwa ketiga macam ekstrak kering memiliki kadar flavonoid yang tidak jauh berbeda. Perbedaan jumlah laktosa yang ditambahkan pada pembuatan ekstrak kering daun jambu mete tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kadar flavonoid totalnya. Karena laktosa
225
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
praktis tidak larut dalam aseton, asam klorida, dimana pelarut tersebut digunakan waktu menghidrolisis flavonoid yang
terdapat dalam ekstrak kering daun jambu mete kemudian dilakukan penetapan kadarnya dengan spektrofotometri UV-Vis.
KESIMPULAN Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: a. Perbedaan penambahan bahan pengisi laktosa pada ekstrak kental mempengaruhi parameter susut pengeringan, kadar abu total, kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut dalam etanol (< 0,05).
b. Perbedaan penambahan bahan pengisi laktosa pada ekstrak kental tidak mempengaruhi parameter kadar abu total larut asam dan kadar flavonoid total ekstrak kering (> 0,05).
DAFTAR PUSTAKA Arekemase, M.O., Oyeyiola, G.P., Aliyu, M.B. (2011). Antibacterial Activity of Anacaridum occidentale on Some Enterotoxin Producing Bacteria. IJB. 3, 4. 92-99. Badan POM RI. (2004). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, volume I. Jakarta: Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan RI. Cahyono, B. (2005). Jambu Mete Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius. Dahake, A.P., Joshi, V.D., Joshi, A.B., (2009). Antimicrobial Screening of Different Extract of Anacardium occidentale Linn. Leaves. IJCTR CODEN (USA). 1(4): 856-858. Dare, S.S., Hamman, W.O., Musa, S., Goji, A.D.T., Oyewale, A.A., Abba, S., Ezekiel, I. (2011). Effects of Aqueous Extract of Anacardium occidentale (Cashew) Leaf on Pregnancy Outcome of Wistar Rats. Int. J. Anim. Veter. Adv. 3(2): 77-82. DepKes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi I). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. DepKes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia (Edisi I). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Doss, V.A. dan Thangavel, K.P. (2011). Antioxidant and Antimicrobial Activity
Using Different Extracts of Anacardium Occidentale L. IJABPT. 2: 436-443. Gaedcke, F., Steinhoff, B., Blasius, H. (2003). Herbal Medicinal Products. New York: CRC Press. Kusrini, D. dan Ismardiyanto, M. (2003). Asam Anakardat dari Kulit Jambu Mete (Anacardium occidentale L) yang Mempunyai Aktivitas Sitotoksik. JSKA. VI. (1): 1-4. Malvi, R., Jain, S., Patel, A., Mishra, S. (2011). A Review on Antidiabetic Medicinal Plants and Marketed Herbal Formulations. IJPBA 2(5): 1344-1355. Martin, E.W., Cook, E.F., Leuallen, E.E., Osol, A., Tice, L.F.,Van Meter. C.T., Hoover, J.E., (1961). Remington’s Practice of Pharmacy, Easton, Pensylvania: Mack Publishing Company. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients (Sixth Edition).USA: Pharmaceutical Press. Saidu, A.N., Akanya, H.O., Dauda, B.E.N., Ogbadoyi, E.O. (2012). Antibacterial and comparative hypoglycemic effect of Anacardium occidentale leaves. IRJBB. 2(1): 006-010. Sokeng, S.D., Lontsi, D., Moundipa, P.F., Jatsa, H.B., Watcho, P., Kamtchouing, P. (2007). Hypoglycemic Effect of Anacardium occidentale L. Methanol
226
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Extract and Fractions on Streptozotocin-induced Diabetic Rats. Global J. Pharmacol. 1 (1): 01-05. Sulistyawati, D. dan Mulyati, S. (2009). Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale L) terhadap Candida albicans. Biomedika. 2 (1):47-51.
Tedong, L., Dimo, T., Dzeufiet, P.D.D., Asongalem, A.E., Sokeng, D.S., Callard, P., Flejou, J.F., Kamtchouing, P. (2006). Antihyperglycemic and Renal Protective Activities of Anacardium occidentale (anacardiaceae) Leaves in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Afr. J. Trad. CAM 3 (1): 23-35.
227