PEMBUATAN BUKU KOMIK MONUMEN DI KOTA SURABAYA SEBAGAI UPAYA PENGENALAN SEJARAH KEPADA REMAJA Pam Pam Januar Maulana1) Muh. Bahruddin2) Thomas Hanandry Dewanto3) S1 Desain Komunikasi Visual STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298 Email: 1)
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected]
Abstract: The rapid development occurring in large cities such as Surabaya, making people, especially teenagers are getting no matter against the objects surrounding historical heritage such as monuments. In fact, the Monument serves to recall an incident as well as the figure of the hero who fought for independence has become one of the city's tourism icon of Surabaya as a town hero. This is unfortunate, especially when reviewing many tourists domestic and non domestic who visited Surabaya city just to see the existing monuments as silent witnesses of history of war in the city of Surabaya. In addition, yet there is also a media information about the monument to youth in the form of comics. If the above issues are left alone, then the next generation won't be acquainted with the history and purpose of making existing monuments nearby. Keywords: Monument, Book, Comic, Design, Introduction Tujuan Pembuatan Buku Komik Monumen di Surabaya ini adalah sebagai upaya pengenalan monumen-monumen bersejarah di Surabaya kepada kalangan remaja. Permasalahan ini penting karena berkurangnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap monumen-monumen yang ada di sekitarnya, terutama kalangan remaja. Kota Surabaya adalah salah satu kota yang memiliki banyak monumen bernilai sejarah tinggi. Nama Kota Surabaya sebenarnya sudah ada sejak tahun 1300-an, hal ini dibuktikan oleh penemuan prasasti Trowulan I yang berangka tahun 1358 yang menyebutkan nama-nama tempat penyebrangan yang ada di sepanjang Kali Brantas, diantaranya disebut Curabhaya. Menurut Johan Silas yang dikutip oleh Dukut Imam Widodo(2008:9) dalam Hikajat Soerabaia, “nama Surabaya itu bukan nama rekaan zaman sekarang, tetapi nama kota tertua di Indonesia.” Sejarah mengemukakan bahwa Kota Surabaya disebut-sebut sebagai kota Pahlawan. Hal ini disebabkan oleh cerita perjuangan arek-arek Suroboyo yang tidak
gentar melawan para penjajah. Oleh sebab itu, banyak monument-monumen bersejarah yang dibangung dan dilestarikan guna mengenang jasa arek-arek Suroboyo sebagai pahlawan kemerdekaan. Selain itu, Kota Surabaya adalah kota terbesar nomor 2 setelah Kota Jakarta dengan penduduk sejumlah ± 3 Juta jiwa. Dengan posisi tersebut, Kota Surabaya mengalami banyak kemajuan di bidang Pendidikan, teknologi, informasi dan lain-lain. Fang, dalam Santoso (2012:1) menyatakan, kemajuan yang terjadi di kota Surabaya membuat sebagian masyarakatnya menjadi individualis. Mereka tidak mempedulikan lagi lingkungan di sekitar mereka termasuk monumen-monumen yang ada.Padahal, pelestarian budaya tidak hanya harus dilaksanan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Keikutsertaan masyarakat dalam pelestarian cagar budaya juga sangat penting. Di Surabaya sendiri, upaya pelestarian cagar budaya dimulai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikotamadya nomor
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
188.45/004/402.1.041./1998 tentang 163 obyek bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. Oleh karena itu diperlukan sebuah media untuk mengenalkan monumenmonumen bersejarah kepada masyarakat luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat buku komik monumen di kota Surabaya sebagai upaya pengenalan sejarah kepada masyarakat, khususnya remaja. Mustopo (2005:64) menyatakan pengertian monumen dalam dunia arsitektur adalah perancangan tinggi yang dapat membangkitkan kenangan atau kesan yang mudah terlupakan. Tujuan pembangunan monumen adalah untuk mengenang suatu kejadian / sosok manusia yang membuat sebuah sejarah dan patut untuk dikenang oleh generasi-generasi selanjutnya. Monumen adalah salah satu benda cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal ini disebutkan dalam Undang-undang no.11 tahun 2010 tentang cagar budaya. Pelestarian Cagar budaya dapat dilakukan dengan cara mendokumentasikan dan mempublikasikan benda cagar budaya kepada masyarakat melalui media cetak atau elektronik. Upaya pendokumentasian salah satunya dapat dilakukan dengan perekaman data berupa pemotretan, pemetaan dan penggambaran yang bertujuan utnuk memberikan informasi atau pembuktian tentang keberadaannya. Sedangkan upaya publikasi, salah satunya dapat dilakukan dengan penerbitan sebuah buku yang bertujuan untuk menyebarkan informasi agar dapat diketahui dan difahami oleh masyarakat luas. (Sudarya dalam Santoso, 2012:1). Menurut data yang disebutkan di dalam buku Surabaya Tourism Information Center, setidaknya terdapat 17 Monumen yang didirikan di Kota Surabaya dan menjadi objek wisata bagi turis lokal maupun internasional. Dari 17 monumen tersebut, hanya monumenmonumen seperti Monumen Tugu Pahlawan, Monumen Gubernur Suryo, Monumen Bambu Runcing, Monumen Kapal Selam dan Monumen Jalas Veva jaya Mahe saja yang dikenal baik oleh masyarakat, dari lokasi penempatan monumen dan sejarah didirikannya monumen tersebut. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya media informasi baik yang berbentuk digital maupun hardcopy yang memuat tentang monumen-monumen tersebut. Karena itu, penelitian ini dianggap
penting sebagai salah satu upaya untuk memberi informasi kepada masyarakat luas tentang keberadaan monumen-monumen di Kota Surabaya. Media-media informasi dapat berbentuk digital maupun cetak (hardcopy). Salah satu media informasi adalah Buku. Menurut Muktiono (2003:2) Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan seumber pembangunan watak Bangsa. Buku adalah sarana informasi yang efektif karena buku dapat memuat informasi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan media informasi lainnya. Hal ini dikarenakan buku dapat berisi gambar(visual) dan tulisantulisan (verbal) yang dapat membantu masyarakat dalam menerima informasi dan mengingat informasi yang ada. Dalam bukunya, Cognitif Learning (2003), Tan Oon Seng menyatakan , “ Some theorist explain the effecient processing of long term memories via the dual coding theory. Dual coding theory suggest that we remember better when two processes are engaged. Visual learning and Verbal learning if we see a demonstration and are thought. To verbalize the steps for completion. We remember to complete it succesfully-than if we just hear or wacth”. Menurut (Seng :2003) kita akan lebih mudah mengingat saat kita bisa belajar sambil melihat sekaligus mendegarkan, dibandingkan dengan hanya melihat atau mendengarkan saja. Komik adalah sebuah bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Komik biasanya dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Will Eisner menyatakan dalam bukunya, “ Comics & Sequential art” mendefinisikan komik sebagai teknis dan struktur komik sebagai sequential art ( seni yang berkelanjutan). (2000:7) Menurut Mc Cloud (2001:9) memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar-gambar serta lambang lain yang berdekatan atau bersebelahan dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik bukan hanya sebuah bacaan bagi anak-anak. Komik adalah sebuah media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar, membuat informasi lebih mudah diserap. Komik tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, komik juga dapat menjadi media pelajaran matematika, pengetahuan umum, penerangan suatu alat, hiasan kaos (sablon), poster, media informasi dan lain-lain. (Masdiono,2007:9). Generasi muda, khususnya remaja adalah bagian dari masyarakat yang sangat diharapkan dapat ikut melestarikan cagar budaya yang ada. Mengapa? Karena generasi mudalah yang akan meneruskan pengelolaan negeri Indonesia nantinya. Presiden Pertama Indonesia, Ir.Soekarno pernah berkata, “Hai pemuda dan pemudi,engkau pembina hari kemudian. Orang mengatakan bahwa engkau itu adalah pupuk hari kemudian. Jangan terima!, kita bukan sekadar pupuk. Kami lebih dari pupuk. Di dalam jiwa kami tumbuh pula masyarakat yang baru itu. Dan, dalam jiwa kami tumbuh segala apa yang menjadi citacita bangsa kami”. Philip Kotler(2011:136) menyatakan dalam bukunya, Marketing 3.0 : from Product to Customers to the Human Spirit., “Perusahaan menawarkan produk unggulannya kepada masyarakat luas. Akan tetapi, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, perusahaan harus memilih pasar apa yang ingin mereka layani”. Dalam pernyataan diatas, Kotler mencoba untuk mengungkapkan betapa pentingnya mempusatkan target pasar untuk produk yang akan atau sudah diciptakan, maka Pembuatan Buku Komik Monumen di Kota Surabaya sebagai upaya pengenalan Monumen kepada Remaja dianggap perlu dilakukan.
METODE PERANCANGAN Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, sebagaimana di sebutkan oleh Kirk & Miller dalam Arifin (2010 : 25) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Moleong dalam Arifin (2010:26) juga berpendapat bahwa, penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya, perilaku, persepsi, pandangan, motivasi, tindakan sehari-hari, secara holistic dan dengan metode deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (naratif) pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendekatan yang dimaksud diataranya adalah observasi, wawancara, dokumentasi, studi eksisiting dan kepustakaan. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan aktifitas, sehingga mengharuskan peneliti mengumpulkan informasi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengumpulan data selama periode waktu tertentu. Teknik Pengumpulan Data Pada perancangan yang mengambil pendekatan kualitatif sebagai metode perancangannya, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (deep interview), observasi, dokumentasi, serta Forum Grup Discussion. Teknik Analisis Data Sebagai landasan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif. Deskriptif yaitu penafsiran data yang dilakukan dengan penalaran yang didasarkan pada data yang telah dikumpulkan. Setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, dilakukan pengolahan atau analisis data yang mencakup reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesa kerja atau kesimpulan (Moleong, 2006:288). Teknik reduksi data merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang telah di ajukan kepada pihakpihak tertentu dalam teknik pengumpulan data. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah data yang diperoleh dengan mencari kesamaan. Selanjutnya di cari kaitan antara data yang satu dengan lainnya dalam proses sintesisasi. Dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan menjadi satu pernyataan yang menjawab pertanyaan penelitian. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data tersebut selesai dilaksanakan, maka dibuat
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
beberapa rancangan komik monumen yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Analisis Keyword/Konsep Penentuan keyword diambil berdasarkan data yang sudah terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan serta hasil analisis data, analisis wawancara dan STP. Berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa kata kunci yaitu, Visual detail, juktapos (berurutan), panel, icon, kartun, dan timeless(tanpa batas waktu). Sedangkan lewat wawancara didapatkan beberapa kata kunci yaitu, sejarah, pejuang, dan peperangan. Berdasarkan analisis STP juga ditemukan kata kunci yaitu mencari identitas diri. Berdasarkan kata kunci yang telah ditemukan, kemudian dikerucutkan kembali menjadi beberapa kata kunci yaitu, Perjuangan, Nyata, Pengetahuan dan Identitas bangsa. Dari keempat kata kunci tersebut, kemudian dikerucutkan kembali menjadi 1 kata kunci yang akan menjadi keyword utama dalam perancangan konsep kreatif pembuatan komik monumen bersejarah ini, yaitu Bangga (proud).
Gambar 1 Analisis Keyword Sumber: Hasil Olahan Peneliti,2013 Deskripsi Konsep Berdasarkan analisa keyword, dapat dijabarkan bahwa “Bangga / Proud? Merupakan sebuah kata yang melambangkan kebanggaan dan kekuatan. Dapat dikatakan pula, konsep yang akan digunakan harus mampu menggambarkan sifat kebanggaan yang kuat akan sesuatu. Dalam hal visual, yang perlu diperhatikan adalah pembuatan karakter dan ide cerita yang menunjukkan rasa bangga yang kuat akan nilai-nilai sejarah monumenmonumen kota Surabaya.
Perencanaan Kreatif Untuk membuat sebuah media pengenalan Monumen-monumen bersejarah di kota Surabaya kepada masyarakat khususnya remaja yang sesuai dengan hasil analisis data dan keyword yang didapat. Diharapkan, visualisasi desain karakter maupun ide cerita yang akan diaplikasikan kedalam buku komik yang akan dirancang dapat memunculkan rasa bangga terhadap sejarah monumen di kota Surabaya dan dapat diterima oleh masyarakat Surabaya dan Indonesia. Keyword didapatkan dari analisis datadata yang sudah terkumpul seperti hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan focus grup discussion. Serta berdasarkan analisis STP(Segment,Targetting,Positioning), ditemukan sebuah keyword, “Proud”. Keyword ini muncul dengan harapan agar buku komik monumen di Surabaya ini dapat memunculkan rasa bangga dan kecintaan terhadap monumen di diri target yang ingin dituju. Judul komik akan menggunakan nama dari karakter utama “Mbah Jo, veteran jenaka” yang akan bercerita tentang kebanggaannya menjadi seorang veteran dan monumen-monumen di Surabaya. Berdasarkan keyword yang ditemukan, maka ditetapkan elemen visual dan warna yang mengarah kepada keyword “Proud”. Warna Bold sesuai dengan keyword yang sama-sama menampilkan kesan kuat. Warna ini diambil dari skema warna Shigenobu Kobayashi. Warna bold adalah, Merah (C :18 M:100 Y:100 K:18) , Hitam (C:0 M :0 Y:0 K:100) dan kuning (C:1 M:15 Y:100 K:0). Menurut buku Warna, Teori dan kreativitas penggunaannya, warna merah mempunyai kesan psikologis berani, bersemangan dan kesan panas, sedangkan warna hitam mempunyai kesan psikologis tegas, kokoh, formal, serta struktur yang kuat, Kuning mempunyai kesan psikologis kesenangan serta kelincahan. Sehingga, ketiga warna ini dirasa sesuai untuk visualisasi dari keyword “proud”
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
yang mengesankan semangat, kuat, berani, tegas dan senang. Pada visualisasi desain cover komik akan menampilkan karakter utama pada komik ini yaitu Mbah Jo yang diciptakan agar menampilkan kesan seorang veteran yang enerjik, bersemangat, tegas dan jenaka. Karakter Tokoh Utama Karakter tokoh utama dibuat dengan cirri-ciri khas dari seorang kakek-kakek veteran berusia ±85 tahun. Visualisasi yang ingin dimunculkan adalah seorang veteran dengan kostum Timnas Sepak bola Indonesia dan memiliki wajah yang jenaka dan hyperaktif. Mbah Jo sangat fanatik dengan timnas sepak bola Indonesia sampai-sampai mempunyai lemari khusus untuk mengkoleksi kostum dari Timnas Indonesia.
Gambar 2 Sketsa Karakter Mbah Jo Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
desain karakter alternatif ke 2 sebagai desain karakter utama yang sesuai dengan penokohan karakter yaitu, pecinta bola, jenaka dan hyperaktif. Tabel 3.1 Hasil FGD desain karakter utama, Mbah Jo Alternatif Kesesuaian Desain Karakter dengan Penokohan 1 2 2 12 3 1 Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Karakter Pendukung 1. Agus Agus adalah seorang remaja yang memiliki sifat sok tahu dan pesimistis. Sifat ini yang menyebabkan Agus selalu saja menilai buruk segala suatu hal. Dengan visual remaja berumur ± 19 tahun, rambut bergelombang acak-acakan, tapi menawan.
Gambar 4 Sketsa Karakter Agus Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 2. Kibo Sesuai namanya, remaja yang satu ini memiliki ciri khas rambutnya yang kribo. Sifat karakter yang satu ini random dan tidak mudah ditebak. Kibo akan selalu menghilang tanpa ada yang mengetahuinya dan berkata sesuatu yang benar-benar tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
Gambar 3 Olah Digital Karakter Mbah Jo Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Pada draft desain karakter Mbah Jo, dilakukan FGD sesi ke dua. Partisipan memilih Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
Gambarl 5 Sketsa Karakter Kibo Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 3. Si jago Si jago adalah seekor ayam jago kesayangan Mbah Jo. Meskipun karakter ini hanya tampil di awal dan akhir setting cerita, namun Si Jago memiliki sifat yang misterius dan senang begadang. Sehingga Si jago sering bangun kesiangan.
Jo, Veteran jenaka”, pemilihan judul ini didasari oleh pertimbangan judul-judul komik yang banyak beredar dikalangan masyarakat umum banyak menggunakan nama karakter utama dalam komik tersebut agar mudah diingat oleh pembaca. Pada pewarnaan background dan font dipilih berdasarkan warna-warna yang diperoleh keyword. Sedangkan jenis font yang dipergunakan sebagai headline dan tagline ialah berjenis san serif, dimana font ini memiliki sifat kemudahan untuk membaca dan tegas serta kuat ketika membacanya sehingga sesuai dengan keyword “proud”.
Gambar 7 Desain Cover. Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Gambarl 6 Sketsa Karakter Si Jago Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN (IMPLEMENTASI KARYA) 1.
Buku Desain buku sesuai dengan konsep sebelumnya dan diaplikasikan dalam ukuran portrait A5 (148mm x 210mm) potrait. Konsep desain cover yang dipilih berdasarkan keyword yang didapat, yaitu “proud” yang divisualisasikan melalui sebuah ajakan langsung oleh karakter utama dari komik “Mbah Jo, Veteran Jenaka”. Pemilihan gambar karakter utama sebagai ilustrasi pada cover depan buku didasari oleh peran karakter sebagai seorang veteran perang yang berusaha mengajak pembaca untuk mengenal monumen lebih dekat. Jenis font yang dipakai pada desain cover adalah desain font olahan peneliti yang memberikan kesan fun dan mudah dibaca. Judul komik yang digunakan adalah “ Mbah
Cover belakang memuat sinopsis, nama penulis, dan penerbit disertai elemen grafis hitam pada bagian atas dan bawah agar terlihat tegas. Pada cover belakang tidak diletakkan ilustrasi gambar agar lebih fokus dan seimbang dengan cover depan yang lebih mengutamakan gambar sehingga pembaca dapat memahami serta mengerti dari sinopsis dari buku ini
Gambar 8 Desain Cover Belakang Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
Desain Transisi momen ke momen
sudut pandang namun masih tetap dalam satu adegan atau satu gagasan. Pemakaian transisi ini berfungsi untuk menggambarkan alur cerita dan keadaan disekitar dan karakter lain yang ada di dalam komik tersebut.
Gambar 9 Transisi Momen ke Momen Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Pada beberapa halaman, digunakan desain transisi momen ke momen yang berfungsi menunjukkan aksi gerak yang lambat dan menciptakan frame by frame seperti dalam film. Hal ini bertujuan untuk memperlambat alur baca dan memberikan jeda untuk pembaca agar dapat sejenak menikmati adegan dalam komik. Desain Transisi aksi ke aksi
Gambar 11 Transisi Subyek ke Subyek Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Desain Transisi aspek ke aspek Desain transisi aspek ke aspek berfungsi untuk merangkai sebuah narasi yang masih berada dalam satu rangkaian waktu namun juga menampilkan lompatan situasi. Penggunaan transisi ini berfungsi untuk mengilustrasikan cerita sejarah yang pernah terjadi juga tokoh-tokoh yang berkaitan.
Gambar 10 Transisi Aksi ke Aksi Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Pada beberapa halaman, digunakan desain transisi aksi ke aksi sebagai tipe panel yang paling popular dan efesien. Setiap panel hanya menggambarkan satu aksi namun tetap membantu pergerakan plot dan alur cerita. Transisi ini digunakan untuk menggambarkan alur cerita yang berjalan cepat namun tetap dalam satu setting lokasi.
Gambar 12 Transisi Aspek ke Aspek Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
Desain Transisi subyek ke subyek Pada beberapa halaman, digunakan desain transisi subyek ke subyek untuk menggambarkan alur cerita dengan mengubah
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
depan komik. Karakter utama member ajakan kepada calon pembaca untuk berkenalan dengan monumen. Desain juga menggunakan warna kuning agar mudah terlihat dan menarik minat target market dengan menyertakan bonus yang akan didapat dari komik “Mbah Jo, Veteran Jenaka” ini.
Transisi adegan ke adegan
Gambar 13 Transisi Adegan ke Adegan Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Transisi adegan ke adegan membawa pembaca melintasi ruang dan waktu didalam komik sembari member jarak dan waktu dalam cerita. Desain transisi ini digunakan dalam alur cerita yang mengandung sedikit unsur kekerasan agar tidak secara langsung menampilkan adegan tersebut dan digantikan dengan penggunaan efek suara. Desain Transisi non sequitur Desain transisi ini tidak menunjukkan hubungan yang logis antar panelnya yang menyajikan potongan-potongan tak masuk akal yang terselip dalam sebuah cerita. Desain transisi non sequitur digunakan untuk menjelaskan sebuah kondisi dari karakter yang berhubungan dengan sifat atau kelakuan dari karakter yang tidak berhubungan satu ama lain.
Gambar 14 Transisi Non sequitur Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 2.
Leaflet Media pendukung yang digunakan berupa leaflet berukuran A5 (15cm x21cm) dengan menampilkan visualisasi dari karakter utama yang sama seperti pada desain cover
Gambar 15 Desain Leaflet Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan buku Komik monumen di kota Surabaya ini adalah 1. Ide dan latar belakang masalah dari pembuatan buku komik monumen di kota Surabaya ini adalah minimnya informasi untuk kalangan remaja tentang monumenmonumen di kota Surabaya, beserta sejarah dan tujuan pembuatannya. 2. Konsep desain dalam pembuatan buku ini adalah proud yang memiliki arti bangga sehingga diharapkan mampu menimbulkan rasa bangga kepada para pejuang dan monumen-monumen yang ada di kota Surabaya 3. Implementasi pembuatan buku komik monumen ini mengacu kepada komik sebagai media informasi tentang monumen seta media kartu koleksi sebagai pendukungnya 4. Media utama yang digunakan adalah buku. Sedangkan media pendukung promosi buku akan menggunakan media kartu koleksi 5. Media utama yaitu buku dan media pendukungnya didesain sesuai dengan
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014
konsep, yakni “Proud”. Menggunakan warna yang sesuai dengan konsep Proud yaitu Bold berdasarkan color scheme Shigenobu kobayashi yang kemudian diaplikasikan dalam desain layout buku. Warna merah mempunyai kesan psikologi kuat, bersemangat. Warna hitam mempunyai kesan psikologi Tegas dan warna kuning mempunyai kesan psikologi kesenangan.
DAFTAR PUSTAKA Sumber buku: Arifin.
2010. Penelitian Pendidikan Pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jogjakarta: LILIN PERSADA. Eisner, Will. Nineteenth Printing (2000). Theory of Comics & Sequential Art. USA. Kotler,Phillip & Hermawan Kertajaya, Iwan Setiawan. 2011. Marketing 3.0, From Products, to customers, to the Human Spirit. Canada : John Wiley and Sons, Inc. Masdiono, Toni. 2007. 14 Jurus Membuat Komik. Jakarta: Creative Media. Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja ROSDAKARYA. Muktiono, Joko. D. 2003. Aku Cinta Buku, Menumbuhkan Minat Baca Pada anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Mustopo, Habib. 2005. Sejarah. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia. Santoso, Sri Puguh. 2012. Perancangan Buku Monumen Bersejarah Sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya Di Kota Surabaya. Tugas Akhir Mahasiswa S1 Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya. Tidak diterbitkan. Widodo, Dukut Imam. 2004. Soerabaia Tempo Doeloe. Buku I. Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surabaya.
Maulana, Bahruddin, Dewanto, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014