“PEMBUATAN ALAT PERAGA SEDERHANA TERMOSKOP GUNA PENERAPANNYA PADA PERPINDAHAN KALOR SECARA RADIASI” (LAPORAN)
Disusun oleh Nama : Seftia Haryani NPM : A1E012021 Prodi : Pendidikan Fisika Dosen Pembimbing Eko Risdianto, S.Si, M.Cs
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesiakan “Pembuatan Alat Peraga Sederhana Termoskop guna Penerapannya pada Perpindahan Kalor secara Radiasi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Eko Risdianto, S.Si, M.Cs selaku dosen mata kuliah Media Pembelajaran Fisika, dengan kesibukan beliau masih bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya secara telaten dan penuh kesabaran dalam menyelesaikan rancangan media pembelajaran fisika. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman saya yang telah memberikan motivasi dan inspirasi sehingga saya dapat menyelesaikan rancangan media pembelajaran fisika ini. Saya
menyadari bahwa
selama menyelesaikan
rancangan media
pembelajaran fisika dalam pembuatan alat peraga sederhana termoskop, jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan proposal maupun pembuatan alat sederhana. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari temanteman agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Harapan saya semoga rancangan media pembelajaran fisika dalam pembuatan alat peraga sederhana termoskop ini dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa Pendidikan Fisika dalam mengelola pembelajaran khususnya dalam materi perpindahan kalor secara radiasi, sehingga memberikan ruang yang amat luas bagi peserta didiknya untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan proses, keterampilan sosial, dan mewujudkan perilaku berkarakter.
Bengkulu, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ..................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
1
1.1 Latar Belakang........................................................................
1
1.2 Tujuan .....................................................................................
2
1.3 Manfaat ...................................................................................
2
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
4
2.1 Media Pembelajaran ...............................................................
4
2.2 Kalor ......................................................................................
12
BAB III METODOLOGI ...................................................................
24
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................
24
3.1.1 Fungsi alat dan bahan ....................................................
26
3.2 Waktu dan Tempat Pembuatan ...............................................
26
3.3 Rangkaian alat (Rujukan) .......................................................
29
3.4 Ekstimasi pembiayaan ............................................................
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
30
4.1 Hasil ........................................................................................
30
4.2 Pembahasan ............................................................................
31
BAB V PENUTUP .............................................................................
34
5.1 Kesimpulan .............................................................................
34
5.2 Saran .......................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL GAMBAR Gambar 2.1 Grafik perubahan temperatur dan berubahan wujud zat pada sebuah es ......................................................
16
Gambar 2.2 Proses memanaskan batang logam di dalam nyala api ..
18
Gambar 2.3 Proses konveksi ............................................................
19
Gambar 2.4 Proses memasak air ......................................................
20
Gambar 2.5 Proses konveksi yang berlangsung saat memasak air ..
21
Gambar 2.6 Proses memanaskan tangan diatas api unggun .............
21
Gambar 3.1 Petunjuk langkah 2a .....................................................
27
Gambar 3.2 Petunjuk langkah 2b .....................................................
27
Gambar 3.3 Petunjuk langkah 3 .......................................................
27
Gambar 3.4 Petunjuk langkah 4 .......................................................
27
Gambar 3.5 Petunjuk langkah 5 .......................................................
27
Gambar 3.6 Petunjuk langkah 7 .......................................................
28
Gambar 3.7 Petunjuk langkah 8 .......................................................
28
Gambar 3.8 Petunjuk langkah 9 .......................................................
28
Gambar 3.10 Rangkaian rujukan .....................................................
29
Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP ..........................
30
TABEL Tabel 2.1 Golongan Media Pembelajaran ........................................
5
Tabel 3.1 Alat dan Bahan .................................................................
24
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ilmu fisika merupakan salah satu pilar utama ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan pemahaman mengenai fenomena alam, yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam, serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut. Fisika juga merupakan sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip, rumus dan teori yang harus kita pelajari dan pahami. Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran fisika mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran fisika adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran fisika dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Siswa sering beranggapan bahwa belajar fisika itu sulit, karena pelaksanaan pembelajaran fisika saat ini masih mengalami banyak kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional, maupun perangkat pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan turunnya hasil belajar fisika. Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep fisika. Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Sehingga solusi dari permasalahan yang ada adalah guru dengan trampil dapat menggunakan prosese pembelajaran fisika dengan demonstrasi alat peraga, agar nantinya peserta didik dapat lebih memahami konsep yang diajarkan. Misalnya saja pada pembelajaran fisika dalam materi perpindahan kalor secara radiasi, guru
2
dapat menggunakan alat peraga termoskop untuk lebih meningkatkan pola pikir siswa tentang konsep dari perpindahan panas tersebut. Hal inilah yang menjadikan penulis berupaya untuk membuat alat peraga termoskop agar dapat berguna bagi pembelajaan fisika untuk mudah dipahami peserta didik.
1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan alat peraga sederhana termoskop ini adalah: 1. Dengan alat peraga sederhana termoskop, mampu memberikan simulasi mengenai konsep perpindahan kalor secara radiasi. 2. Dapat
mengembangkan
dan
meningkatkan
kemampuan
siswa
memecahkan masalah yang diawali dengan kemampuan mengenali masalah dan kemampuan berfikir alternatif, menerangkan konsep, dan merancang model. 3. Dapat mengembangkan kemampuan siswa berfikir dan bertindak kreatif.
1.3 Manfaat Manfaat pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah: 1. Alat peraga sederhana termoskop digunakan sebagai alat peraga yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran dikelas. 2. Alat
peraga
sederhana
termoskop
dapat
memberikan
simulasi
perpindahan kalor secara radiasi. 3. Alat peraga sederhana termoskop dapat memberikan pemahaman konsepkonsep fisika yang berkaitan dengan kalor dan perpindahannya.
1.4 Ruang lingkup masalah Supaya pembahasan masalah lebih mendalam dan terperinci, maka pembahasan masalah dibatasi menjadi: 1. Ruang lingkup pengajaran berbasis alat peraga ini membahas mengenai konsep perpindahan panas secara radiasi.
3
2. Alat peraga termoskop ini digunakan sebagai media pengajaran pada jenjang sekolah menengah pertama yang membahas tentang materi pokok kalor dan perpindahannya. 3. Pada pembuatan alat peraga ini penulis menggunakan berbagai macam alat dan bahan dan yang paling inti adalah lilin, bolam dan air alkohol berwarna.
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. MEDIA PEMBELAJARAN A. Pengertian media pembelajaran Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan,
perhatian
dan
kemampuan
atau
ketrampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/ pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. B. Jenis-jenis media pembelajaran Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang
5
langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb : Tabel 2.1 Golongan Media Pembelajaran No 1.
Golongan Media Audio
Contoh Dalam Pembelajaran Kaset Audio, siaran radio, CD, telepon
2.
Cetak
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3.
Audio-cetak
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.
Proyeksi visual diam
Overhead transparansi (OHT), Fil bingkai (slide)
5.
Proyeksi Audio visual diam
Film bingkai (slide) bersuara
6.
Visual gerak
Film bisu
7.
Audio visual gerak
Film gerak bersuara, video/VCD, televisi
8.
Objek fisik
Benda nyata, model, specimen
9.
Manusia dan lingkungan
Guru, Pustakawan, Laboran
10.
Komputer
CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer)
C. Prinsip madia pembelajaran Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain: 1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu.
6
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar. 3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan. 4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran. 5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang mengunakannya. 6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,
maka
guru
dapat
memanfaatkan
multi
media
yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar. Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam PBM, yakni: Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 1. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar. 2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar. 3. Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa. 4. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran siswa. D. Manfaat media pembelajaran Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
7
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu : 1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. 6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. 7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. 8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaatmanfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : 1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan
8
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan masyarakat,
terjadinya dan
interaksi
lingkungannya
langsung misalnya
dengan
guru,
melalui
karya
wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. E. Fungsi media pembelajaran Levie & Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: 1. Fungsi Atensi Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. 2. Fungsi Afektif Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras. 3. Fungsi Kognitif Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan
bahwa
lambang
visual
atau
gambar
9
memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4. Fungsi Kompensatoris Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan
kata
lain,
media
pembelajaran
berfungsi
untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu : 1. Memotivasi minat atau tindakan, 2. Menyajikan informasi, 3. Memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan
subangan
material).
Pencapaian
tujuan
ini
akan
memperngaruhi sikap, nilai, dan emosi. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara
10
mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau senang. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorang siswa (Agus,2012). F. Teknik Pembuatan Media Pembelajaran 1. Pembuatan media grafis (Flipchart) Flipchart dalam pengertian sederhana adalah lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kalender berukuran 50X75 cm,atau ukuran yang lebih kecil 21X28 cm sebagai flipbook yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya .Flipchart dapat digunakan sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Dalam penggunaannya dapat dibalik jika pesan pada lembaran depan sudah ditampilkan dan digantikan dengan lembaran berikutnya yang sudah disediakan.Flipchart hanya cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30 orang. Sedangkan flipbook untuk 4-5orang. Flipchart merupakan salah satu media cetakan yang sangat sederhana dan cukup efektif. Sederhana dilihat dari proses pembuatannya dan penggunaannya yang relatif mudah, dengan memanfaatkan bahan kertas yang mudah dijumpai disekitar kita. Efektif karena Flipchart dapat dijadikan sebagai media(pengantar) pesan pembelajaran yang secara terencana ataupun secara langsung disajikan pada Flipchart. Indikator efektif adalah ketercapaian tujuan atau kompetensi yang sudah direncanakan, untuk mencapai tujuan tersebut banyak bahan dan alat yangdapat dijadikan media untuk mempercepat pencapaian tujuan dan salah satunya melalu flipchart.
11
Penggunaan Flipchart merupakan salah satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk menulis di papantulis. Lembaran kertas yang sama ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan baik. Penyajian informasi ini dapat berupa: a) Gambar-gambar b) Huruf-huruf c) Diagram d) Angka-angka Sajian pada Flipchart tersebut harus disesuaikan dengan jumlah dan jarak maksimum siswa melihat Flipchart tersebut dan direncanakan tempat yang sesuai dimana dan bagaimana Flipchart tersebut ditempatkan 2. Media pembelajaran berbasis komputer Pengertian Model Simulasi (simulastion model) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit melalui tiruan-tiruan yang mendekati bentuk sebenarnya. Model simulasi terbagi dalam tiga kategori yaitu simulasi fisik, prosedur dan proses. Suatu simulasi fisik dicontohkan pada simulasi pesawat terbang, terdapat wujud fisik miniatur atau bentuk nyata dari pesawat terbang berikut fungsi dari bagian-bagiannya. Simulasi prosedur dicontohkan bagaimana cara mendiagnostik kerusakan pada sebuah mobil dengan mendeteksinya melalui komputer. Sedangkan simulasi proses dicontohkan pada sebuah kegiatan percobaan menganalisis
penyebab
suatu
kejadian
di
lingkungan
sekitar.
prinsip-prinsip pengembangan model simulasi. Membuat model simulasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Simulasi berarti tiruan dari kondisi dan situasi sebenarnya, semakin tiruan tersebut mendekati aslinya maka semakin baik simulasi tersebut.
12
Model simulasi membutuhkan akurasi data objek ril yang disimulasikan meski objek dalam simulasi dibuat miniatur namun perlu disajikan skala perbandingannya, baik panjang, lebar, berat, bentuk maupun prosesnya.
Materi simulasi haruslah menampilkan objek-objek yang sulit, langka, berbahaya, membutuhkan biaya yang tinggi apabila siswa harus menggunakan objek nyata sebagai media pembelajaran.
Model simulasi menuntut interaksi siswa lebih tinggi, ketika mempelajari materi melalui simulasi siswa tidak hanya melihat, namun terlibat langsung berinteraksi dengan program.
Langkah pengembangan model simulasi, secara umum terdapat tiga langkah utama dalam memproduksi model simulasi yakni:
Membuat desain program multimedia interaktif model simulasi dengan menganalisis kurikulum dan kompetensi sehingga menghasilkan satpel untuk dituangkan ke dalam garis besar program media (GBPM);
Membuat flowchart program pembelajaran model Tutorial dan storyboard multimedia interaktif model tutorial.
Programming menggunakan perangkat komputer sebagai peralatan utama dengan melibatkan software dan hardware yang sesuai (Santoso,2010).
2.2 KALOR A. Pengertian Kalor Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda bersentuhan.Apabila dua benda A dan B memiliki suhu A lebih besar daripada suhu B, kemudian kedua benda tersebut disentuhkan, maka suhu A akan menurun dan suhu benda B akan naik hingga setimbang (kedua benda bersuhu sama). Dalam hal itu, benda yang bersuhu tinggi memberikan sesuatu kepada yang bersuhu rendah, sesuatu yang diberikan
13
itu adalah energi. Energi yang diberikan karena perbedaan suhu semacam itu dinamakan kalor. Satuan kalor sama dengan satuanya energi, yaitu Joule. Kadangkadang satuan kalor menggunakan kalori atau kilokalori. Kesetaraan kalori dengan Joule adalah : 1 kalori=4,18 jouledan1 joule= 0,24 kalori. Joseph Black merupakan orang pertama yang menyadari bahwa kenaikan suhu suatu benda dapat digunakan untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap oleh benda (Purjiyanta,2007). B. Perubahan Wujud Zat Setiap zat memiliki kecenderungan untuk berubah jika zat tersebut diberikan temperatur yang tinggi (dipanaskan) ataupun temperatur yang rendah (didinginkan). Kecenderungan untuk berubah wujud ini disebabkan oleh kalor yang dimiliki setiap zat. Suatu zat dapat berubah menjadi tiga wujud zat, di antaranya cair, padat, dan gas. Perubahan wujud zat ini diikuti dengan penyerapan dan pelepasan kalor (Purwanto,2004). 1. Kalor Penguapan dan Pengembunan Kalor penguapan adalah kalor yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk menguapkan zat tersebut. Jadi, setiap zat yang akan menguap membutuhkan kalor. Adapun kalor pengembunan adalah kalor yang dilepaskan oleh uap air yang berubah wujud menjadi air. Jadi, pada setiap pengembunan akan terjadi pelepasan kalor. Besarnya kalor yang dibutuhkan pada saat penguapan dan kalor yang dilepaskan pada saat pengembunan adalah sama. Secara matematis, kalor penguapan dan pengembunan dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.1) dengan : Q = kalor yang dibutuhkan saat penguapan atau kalor yang dilepaskan saat pengembunan, M = massa zat, dan L = kalor laten penguapan atau pengembunan.
14
2. Kalor Peleburan dan Pembekuan Pernahkah Anda mendengar atau menerima informasi tentang peristiwa mencairnya gunung-gunung es di kutub utara akibat pemanasan global? Mencair atau meleburnya es di kutub utara disebabkan oleh adanya pemanasan. Jika benda mengalami peleburan, perubahan wujud yang terjadi adalah dari wujud zat padat menjadi zat cair. Dalam hal ini, akan terjadi penyerapan kalor pada benda. Adapun perubahan wujud zat dari cair ke padat disebut sebagai proses pembekuan. Dalam hal ini, akan terjadi proses pelepasan kalor. Besarnya kalor yang dibutuhkan pada saat peleburan dan besarnya kalor yang dilepaskan dalam proses pembekuan adalah sama. Perumusan untuk kalor peleburan dan pembekuan sama dengan perumusan pada kalor penguapan dan pengembunan, yakni sebagai berikut. Q=mL (2.2) C. Hubungan Kalor Laten dan Perubahan Wujud Sebuah benda dapat berubah wujud ketika diberi kalor. Coba Anda perhatikan perilaku suatu benda ketika dipanaskan. Apabila suatu zat padat, misalnya es dipanaskan, es tersebut akan menyerap kalor dan beberapa lama kemudian berubah wujud menjadi zat cair. Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair ini disebut proses melebur. Temperatur pada saat zat mengalami peleburan disebut titik lebur zat. Adapun proses perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut sebagai proses pembekuan dan temperatur ketika zat mengalami proses pembekuan disebut titik beku zat. Jika zat cair dipanaskan akan menguap dan berubah wujud menjadi gas. Perubahan wujud dari zat cair menjadi uap (gas) disebut menguap. Pada peristiwa penguapan dibutuhkan kalor. Proses penguapan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya Anda mencelupkan tangan Anda ke dalam cairan spiritus atau alkohol. Spiritus atau alkohol adalah zat cair yang mudah menguap. Untuk melakukan penguapan ini, spiritus
15
atau alkohol menyerap panas dari tangan Anda sehingga tangan Anda terasa dingin. Peristiwa lain yang memperlihatkan bahwa proses penguapan membutuhkan kalor adalah pada air yang mendidih. Penguapan hanya terjadi pada permukaan zat cair dan dapat terjadi pada sembarang temperatur, sedangkan mendidih hanya terjadi pada seluruh bagian zat cair dan hanya terjadi pada temperatur tertentu yang disebut dengan titik didih. Proses kebalikan dari menguap adalah mengembun, yakni perubahan wujud dari uap menjadi cair. Ketika sedang berubah wujud, baik melebur, membeku, menguap, dan mengembun, temperatur zat akan tetap, walaupun terdapat pelepasan atau penyerapan kalor. Dengan demikian, terdapat sejumlah kalor yang dilepaskan atau diserap pada saat perubahan wujud zat, tetapi tidak digunakan untuk menaikkan atau menurunkan temperatur. Kalor ini disebut sebagai kalor laten dan disimbolkan dengan huruf L. Besarnya kalor ini bergantung pada jumlah zat yang mengalami perubahan wujud (massa benda). Jadi, kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk mengubah wujudnya per satuan massa. Mengapa kalor yang diserap oleh suatu zat padat ketika melebur atau menguap tidak dapat menaikkan temperaturnya? Berdasarkan teori kinetik, pada saat melebur atau menguap, kecepatan getaran molekul bernilai maksimum. Kalor yang diserap tidak menambah kecepatannya, tetapi digunakan untuk melawan gaya ikat antarmolekul zat tersebut. Ketika molekul-molekul ini melepaskan diri dari ikatannya, zat padat berubah menjadi zat cair atau zat cair berubah menjadi gas. Setelah seluruh zat padat melebur atau menguap, temperatur zat akan bertambah kembali. Peristiwa kebalikannya terjadi juga pada saat melebur, membeku, atau mengembun. Kalor laten pembekuan besarnya sama dengan kalor laten peleburan yang disebut sebagai kalor lebur. Kalor lebur es L pada temperatur dan tekanan normal adalah 334 kJ/kg. Kalor laten penguapan besarnya sama dengan kalor laten pengembunan, yang disebut sebagai kalor uap. Kalor uap air L pada temperatur dan tekanan normal adalah 2.256 kJ/kg.
16
Gambar 2.1 Grafik perubahan temperatur dan berubahan wujud zat pada sebuah es.
D. Azas Black Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga pengukuran kalor selalu berhubungan dengan perpindahan energi. Energi adalah kekal sehingga benda yang memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan energi sebesar QL dan benda yang memiliki temperatur lebih rendah akan menerima energi sebesar QT dengan besar yang sama. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: QLepas = QTerima (2.3) Persamaan tersebut menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang disebut sebagai Asas Black. Nama hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris sebagai penghargaan atas jasajasanya, yakni Joseph Black (1728–1799). Pengukuran kalor sering dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Jika kalor jenis suatu zat diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan temperatur zat tersebut. Kemudian, dengan menggunakan persamaan:
17
Q = m c ΔT (2.4) Besarnya kalor dapat dihitung. Ketika menggunakan persamaan ini, perlu diingat bahwa temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan temperatur turun berarti zat melepaskan kalor (Pujiyanta,2007). E. KonduktivitasTermal Membahas kalor tentunya tidak lepas dari konduktivitas termal bahanbahan pengantar panas. Konduktivitas atau keterhantaran termal (k) adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Secara matematis konduktivitas termal dapat ditulis :
(2.5) Keterangan : K = konduktivitastermalzat = laju aliran panas L = jarak A = luas = perubahan suhu
F. Daya Hantar Panas Telah kita ketahui bahwa kalor itu berpindah dari suhu yang tinggi kesuhu yang rendah. Sebagai ilustrasi, pernahkah kalian menanak nasi? Menurut pendapatmu, peristiwa apa yang menyebabkan beras yang bertekstur keras dapat berubah menjadi nasi yang lunakdan lembut? Tentu hal ini terjadi karena adanya perpindahan kalor dari api kompor ke beras dan air yang berada dalam wadah pemasak itu. Bagaimanakah cara kalor berpindah? Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi (Mudi, 2013).
18
1. Konduksi Konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan zat penghantar.Misalnya, salah satu ujung batang besi kita panaskan. Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas. Coba perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.2 Proses memanaskan batang logam di dalam nyala api Jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan di dalam nyala api, sedangkan ujung yang satunya lagi dipegang, bagian batang yang dipegang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak kontak langsung dengan nyala api itu.Batang logam ini terdiri dari partikel-partikel logam yang sangat berdekatan letaknya.Sehingga saat ujung logam dikenai panas maka partikel diujung tersebut memperoleh
energi
panas
yang
membuatnya
bergetar
dan
bertumbukan dengan partikel disebelahnya tanpa ikut berpindah. Akibatnya partikel partikel terus bergetar dan membuat partikel lainnya ikut bergetar dan memperoleh energi berupa panas dan proses berjalan terus hingga ujung logam satunya lagi. Dalam hal ini dapatdikatakan bahwa panas sampai di ujung batang yang bertemperatur lebih rendah secara konduksi (hantaran) sepanjang atau melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat terjadi dalam suatu benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada suhu yang tidak sama, dan arah
alirannya selalu dari titik yang
mempunyai suhu lebih tinggi ke titik yang mempunyai suhu lebih rendah. Pada prinsipnya jika terdapat perbedaan suhu dari dua ujung benda padat, maka akan terjadi perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke
19
suhu yang rendah. Jadi, syarat terjadinya konduksi kalor pada suatu zat adalah adanya perbedaan suhu. Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah menghantarkan kalor (penghantar yang baik) seperti besi tembaga dll. Isolator adalah zat yang sulit menghantarkan kalor (penghantar yang buruk) seperti air dll. Adanya perpindahan kalor tentunya mengakibatkan perubahan panas pada suatu benda. Kuantitas perubahan panas dQ yang dipindahkan selama waktu dt disebut juga sebagai laju panas(H) tergantung pada luas penampang A dan gradien suhu T / x : H
dQ T k. A. dt x
(2.6) dengan k adalah koefisien konduktivitas panas dari zat. Lajupanas (H) didefinisikan sebagai daya hantar panas (
),
sehingga
(2.7)
2. Konveksi
Gambar 2.3 Proses konveksi Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan disertainya perpindahan partikel. Konveksi ini umumnya terjadipada zat fluid (zat yang mengalir) seperti air dan udara. Konveksidapat terjadi secara alami ataupun dipaksa. Jika bahan yang dipanaskan dipaksa bergerak dengan alat peniup atau pompa, prosesnya disebut konveksi yang
20
dipaksa, kalau bahan itu mengalir akibat perbedaan rapat massa, prosesnya disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas. Konveksi alamiah misalnya saat memasak air terjadi gelembung udara hingga mendidih dan menguap.Sedangkan konveksi terpaksa contohnya hair dryer yangmemaksa udara panas keluar yang diproses melalui alat tersebut. Pada konveksi alami, pergerakan atau aliran energi kalor terjadi akibat perbedaan massa jenis. Sehingga dirumuskan: H = h A T (2.8) Dimana: H
= laju perambatan kalor (J/s)
A
= luas penampang yang dilalui (m2)
h
= koefisien konveksi termal (J/m2 s ºC)
T = perbedaan suhu (ºC)
proses terjadinya konveksi saat memasak air
Gambar 2.4 Proses memasak air Air merupakan zatcair yang terdiri dari partikel-partikel penyusun air. Saat memasak air dalam panci, api memberikan energi kepada panci dalam hal ini termasuk proses konduksi. Kemudian panas yang diperoleh panci kemudian dialirkan pada air.partikel air paling bawah yang pertama kali terkena panas kemudian lama kelamaan akan memiliki massa jenis yang lebih kecil karena sebagian berubah menjadi uap air. Sehingga saat massa jenisnya lebih kecil partikel tersebut akan berpindah posisi naik ke permukaan. Air yang masih diatas permukaan kemudian turun ke bawah menggantikan posisi partikel yang tadi. Begitulah seterusnya
21
hingga mendidih dan menguap seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Proses konveksi yang berlangsung saat memasak air 3. Radiasi Radiasi merupakan proses perpindahan kalor yang tidak memerlukan medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari proses radiasi juga berlaku saat kita berada didekat api unggun. Kita akan meninjau proses radiasi yang berasal dari matahari. Matahari adalah sumber cahaya di bumi, sinarnya masuk ke bumi melewati filter yang disebut atmosfer, sehingga cahaya yang masuk ke bumi adalah cahaya yang tidak berbahaya. Cahaya yang masuk ke bumi melalui lapisan atmosfer itu dikenal dengan gelombang elektromagnetik yang terbagi ke dalam gelombang pendek dan gelombang panjang. Seperti Radio, TV, Radar, Inframerah, Cahaya Tampak, Ultraviolet, Sinar X dan Sinar Gamma.
Gambar 2.6 Proses memanaskan tangan diatas api unggun
22
Sinar
Gelombang
Elektromagnetik
tersebut
dibedakan
berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya.Semakin besar panjang gelombang semakin kecil frekuensinya.Energi radiasinya tergantung dari besarnya frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi semakin besar energi radiasinya.Sinar Gamma adalah gelombang elektromagnetik dan sinar radio aktif dengan energi radiasi terbesar. Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang dikenainya juga makin besar. Hal ini adalah fakta seharihari. Saat kita menjemur pakaian hitam dan putih dibawah sinar matahari berwarna dengan jenis dan tebal yang sama, maka pakaian warna hitam akan lebih cepat kering dibandingkan dengan pakaian berwarna putih. Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya dengan sempurna. Sehingga emisivitas bahan (kemampuan menyerap panas) untuk warna hitam e = 1 sedangkan warna putih e = 0.Untuk warna lainnya berkisar antara 0dan1. Laju pancaran kalor oleh permukaan hitam, menurut Stefan dinyatakan sebagai berikut. Energi total yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam sempurna dalam bentuk radiasi kalortiap satuan waktu, tiap satuan luas permukaan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu. Secara matematis, laju kalor radiasi ditulis dengan persamaan : H=
Q = AT4 t
(2.9)
adalah konstanta Stefan – Boltzmann dengan nilai 5,67 x 10-8 W/m2k4. Persamaan tersebut berlaku dengan permukaan hitam sempurna. Untuk setiap permukaan dengan enisifitas e (0 ≤ e ≥ 1) sehingga menjadi :
23
H=
Q = e AT4 t
(2.10) Sehingga untuk mendalami materi mengenai radiasi ini dikenal alat yang bernama termoskop. Termoskop adalah alat untuk menyelidiki sifat pancaran dari permukaan zat. Sebuah termoskop terdiri atas dua bola kaca hitam dan putih yang dihubungkan dengan pipa U.
24
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop tertera pada Tabel 3.1 Alat dan Bahan. Tabel 3.1 Alat dan Bahan No
Gambar alat
Nama alat
Jumlah
1.
Bolam
2 buah
2.
Alkohol
Secukupnya
3.
Lilin
1 batang
4.
Selang
30cm
5.
Papan
Secukupnya
25
6.
Cat Piloks Hitam
Secukupnya
7.
Bor
1 buah
8.
Paku Klem
3 buah
9.
Ginju
Secukupnya
10.
Lem Timbalbalik
Secukupnya
11.
Paku
1 buah
12.
Palu
1 buah
13.
plastisin
secukupnya
26
3.1.1
Fungsi alat dan bahan Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah: 1. Bolam
: alat penerima/penyerap kalor
2. Alkohol
: cairan untuk analisis penyerapan kalor
3. Lilin
: sumber kalor
4. Selang
: aliran berisi alkohol
5. Papan
: penyangga bolam dan selang berisi alkohol
6. Cat Piloks
: pewarna untuk bolam
7. Bor
: pelubang dudukan bolam
8. Paku Klem
: penyangga selang
9. Ginju
: pewarna alkohol
10. Lem Timbalbalik : penghubung selang dan bolam 11. Paku
: penghubung papan rangkaian
12. Palu
: alat bantu pemasangan paku
13. Plastisin
: bahan penutup sambungan piting bolam dan selang berisi alkohol berwarna.
3.2 Waktu dan tempat Telah dikerjakan pembuatan alat peraga sederhana termoskop: Waktu pengerjaan
: 26 Juni 2014- 22 Juli 2014
Tempat pengerjaan
: Jl.Semangka 9 panorama singgaran pati Bengkulu
3.3 Langkah-langkah kerja Langkah kerja pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah: 1. Siapkan alat dan bahan pada tabel alat dan bahan diatas. 2. Buatlah papan 1 dengan panjang dan lebar 22x16cm dan sepasang papan dengan panjang dan lebar 22x8cm.
27
Papan 22x16cm
Papan 22x8cm Gambar 3.1 Petunjuk langkah 2a Gambar 3.2 Petunjuk langkah 2b 3. Rangkai ketiga papan hingga membentuk penopang seperti gambar 3.3
Sepasang
Papan
Papan
22x16cm
22x8cm Gambar 3.3 Petunjuk langkah 3 4. Bor sisi atas papan bagian kiri dan kanan hingga membentuk lubang lingkaran.
Bagian
Bagian
atas
atas
papan
papan
lubang
lubang
kiri
Gambar 3.4 Petunjuk langkah 4
5. Lubangi bolam pada bagian fitingnya, dan keluarkan isi bolam. Bagian hitam piting dibawah bolam dibuang
Gambar 3.5 Petunjuk langkah 5
kanan
28
6. Cat salah satu bolam dengan warna hitam.
Gambar 3.6 Petunjuk langkah 7 7. Campurkan alkohol dan gincu. 8. Bentuk selang seperti pipa U, gunakan paku klem sebagai penyangga dan masukkan alkohol berwarna kedalam selang sehingga membentuk ketinggian alkohol yang sama.
Gambar 3.7 Petunjuk langkah 8 9. Hubungkan kedua bolam dengan selang berisi alkohol berwarna dan letakkan lilin ditengahnya. Lilin Selang dan
berada
bolam
tepat
terhubung
ditengah
Gambar 3.8 Petunjuk langkah 9
29
3.4 Rangkaian alat (Rujukan) Rangkaian alat (Rujukan) pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop terlihat pada gambar 3.10
Gambar 3.10 Rangkaian rujukan
3.5 Ekstimasi pembiayaan Ekstimasi pembiayaan pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop, adapun pembiayaannya adalah sebagai berikut: 1. 2 buah bolam doop
@4000
= Rp. 8000
2. 1 botol alkohol 95%
@9000
= Rp. 9000
3. 1 batang lilin
@1000
= Rp. 1000
4. Cat piloks hitam
@27000
= Rp.23000
5. 25cm selang bening
@3000
= Rp. 2000
6. Plastisin
@2000
= Rp. 2000
7. Lem timbal balik
@5000
= Rp. 5000 Rp.50.000
+
30
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Gambar hasil akhir pembuatan alat peraga termoskop terlihat pada (gambar 4.1).
Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP
31
4.2 Pembahasan Dalam pembuatan alat peraga termoskop ini didapat hasil yang sesuai dengan gambaran dan rujuakan yang saya ambil dari buku-buku pembelajaran sekolah menengah pertama pada tingkat kedua. Ditinjau dari rangkaian dan hasil yang didapat kesemuanya sesuai dengan yang diharapkan. Dimana pada pembuatan alat peraga termoskop, dibuat dengan alat dan bahan utama yaitu: bolam, air alkohol berwarna, dan lilin. Untuk fungsi ketiga alat dan bahan ini adalah: Bolam berfungsi sebagai alat yang berguna untuk menangkap/menyerap kalor. Disini ada dua bolam, dengan bolam satu di cat piloks berwarna hitam dan bolam yang satunya tetap berwarna bening. Hal ini nantinya untuk menunjukkan daya serap kalor secara radiasi disebabkan oleh beda warna bahan, yaitu bolam hitam dan bolam bening. Kemudian alkohol berwarna berfungsi sebagai bahan yang diguna untuk membuktikan pengaruh tangkapan/serapan kalor terhadap bolam. Disini digunaka alkohol 95% dan terlebih dahulu diberi gincu agar alkohol kelak ketika dimasukkan kedalam selang tampak pergerakkannya. Dan lilin berfungsi
sebagai
sumber
kalor,
yang
nantinya
digunakan
untuk
membuktikan daya serap kalor pada kedua bolam. Gambar hasil dapat dilihat pada bab 4 (Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP). Adapun alat dan bahan penunjang yang digunakan dalam proses pembuatan alat peraga termoskop ini adalah: gincu, palu, paku, lem timbal balik, paku klem, bor, cat piloks hitam, papan, dan selang. Dengan fungsi alat dan bahan dapat dilihat pada bab 3 fungsi alat dan bahan. Dengan perangkaian alat sesuai dengan langkah, menggunakan alat dan bahan sesuai dengan kegunaannya maka didapat hasil yang baik. Alat peraga sederhana termoskop ini bekerja untuk membuktikan daya serap kalor terhadap warna bahan yang digunakan. Dimana saat lilin dinyalakan terjadi penyerapan kalor oleh bolam berwarna hitam dan bolam bening, perbedaan penyerapan kalor yang terjadi pada kedua bolam menyebabkan air alkohol berwarna didalam selang yang dihubungkan dengan bolam bereaksi. Pada percobaan didapat bahwa air alkohol yang berada dibawah bolam hitam terdorong kebawah dan air alkohol berwarna dibawah bolam bening naik. Hal
32
ini menunjukkan bahwa kalor yang diserap oleh bolam hitam lebih cepat dibandingkan kalor yang diserap pada bolam bening. Konsep kerja ini merupakan perinsip kerja perpindahan kalor secara radiasi dimana dipengaruhi oleh warna bahan penyerap kalor. Secara lebih lengkap diterangkan pada landasan teori pada bab 2. Dalam perangkaian alat peraga termoskop ini terdapat beberapa tantangan dan kesulitan, diantaranya: 1. Saat penyetelan bolam dan peletakannya pada lubang dudukan harus hati-hati, karena bolam yang tipis permukaan kacanya menyebabkan bolam mudah pecah. 2. Pada saat menghubungkan selang dengan kedua bolam hendaklah piting lubang bolam tertutup rapat tanpa celah, agar kerja alat maksimal. Dengan adanya hambatan yang terjadi pada saat pembuatan alat peraga sederhana ini menimbulkan rancangan pembiayaan awal yang terlampir pada bab 3 menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan saya harus menambah pembelian 2 bolam lagi yang sebelumnya hanya direncanakan 2 bolam saja, karena kurangnya kehati-hatian saat penggerjaan sehingga 2 bolam pecah dan harus diganti. Kendala lain saat penggunaan alat termoskop ini adalah lambannya kalor yang diberikan oleh lilin terhadap bolam sehingga untuk melihat reaksi kenaikan dan penurunan air pada alkohol berwarna membutuhkan waktu yang lama. Sehingga saat persentasi dilakukan, saya tidak dapat menunjukkan secara langsung hasil kerja alat peraga. Tetapi dapat saya buktikan melalui vidio hasil (alamat Youtube vidio terlampir). Akan tetapi alat peraga sederhana termoskop ini memudahkan guru dalam pembelajaran kalor nantinya. Dengan alat termoskop ini guru dapat dengan sederhana dan mudah mengajarkan materi perpindahan kalor secara radiasi sehingga menarik minat siswa untuk lebih termotivasi dan berpikir kreatifdalam proses pembelajaran, karena alat peraga ini telah dikemas dengan sangat menarik dan mudah digunakan.
33
Untuk para pembaca sekalian yang ingin lebih mendalami konsep perpindahan kalor secara radiasi ditinjau dari daya serap kalor yang dipengaruhi oleh warna bahan anda bisa menggunakan ide kreatif lain misalnya anda membuat miniatur yang terbuat dari kain fanel berbentuk boneka yang satunya diberi baju berwarna hitam dan satunya diberi baju berwarna putih. Kedua boneka ini dapat menggantikan bolam pada percobaan alat peraga yang saya buat. Dengan menggunakan boneka sebagai alat penyerap kalornya diharapkan sistem kerja dari termoskop menjadi lebih cepat dibandingkan bolam pada alat peraga yang saya buat. Untuk para pembaca selamat mencoba.
34
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari pengerjaan alat peraga termoskop ini didapat kesimpulan: 1. Saat lilin dihidupkan kalor yang dipancarkan lilin diserap oleh kedua bolam sehingga didapat bolam yang berwarna hitam menyerap kalor lebih cepat dibandingkan kalor yang diserap pada bolam bening, alkohol pada bagian bawah bolam hitam terdorong kebawah dan alkohol dibawah bolam bening terdorong keatas. Bolam hitam menyerap lebih cepat kalor karena warna yang lebih gelap dapat dengan mudah menyerap kalor dibandingkan dengan yang berwarna cerah. Terbukti melalui proses perpindahan kalor secara radiasi sebagai akibat dari daya serap kalor pada warna. Dimana warna hitam lebih cepat menyerap kalor dibandingkan warna cerah. 2. Dari percobaan pembuatan alat peraga sederhana termoskop siswa mampu untuk memecahkan masalah yang ada dan berpikir kreatif bagaimana cara mereka dalam membuktikan daya serap bahan terhadap perbedaan warna. Dimana bolam hitam lebih cepat menyerap panas dibandingkan bolam bening. 3. Siswa berpikir dan bertindak kreatif dengan antusias menemukan hasil yang sesuai dengan penunjang dan sumber belajar yang tersedia.
5.2 Saran 1.
Untuk para praktikan yang ingin mencoba membuat alat peraga ini diharapkan untuk berhati-hati dalam pengerjaan, agar kecelakaan pecahnya bolam pada saat perangkaian alat tidak terjadi dan melukai praktikan.
2.
Diharapkan untuk lebih banyak membaca literatur, agar semua materi yang berkaitan dengan kerja alat peraga termoskop dapat memberikan pembelajaran yang baik.
35
3.
Untuk para guru yang ingin menggunakan alat peraga ini sebaiknya menggantikan sumber kalor agar nantinya penyerapan bolam akan terjadi secara cepat sehingga reaksi dari alkohol dapat terlihat jelas tanpa menunggu waktu yang lama.
4.
Sebaiknya alat dapat dikemas lebih menarik lagi sehingga dapat menstimulasi siswa untuk bersemangat dalam penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2012. Jenis-jenis Media Pembelajaran. http://www.asikbelajar.com/2012/10/jenis-jenis-media-pembelajaran.html. Diakses 3 juli 2014.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Haryanto. 2012. Pengertian Media Pembelajaran. http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/. Diakses 3 juli 2014. Hendri. 2012. Suhu. http://suhu-kalor-dan-perpindahan-kalor_29.html .Diakses 29 Juni 2014. Herminegari. 2012. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. http://herminegari.wordpress.com/perkuliahan/fungsi-dan-manfaat-mediapembelajaran/. Diakses 3 Juli 2014. Jabbar. 2008. Kalor. http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/23/kalor/. Diakses 3 Juli 2014. Mudi, Gomuda. 2013. Perpindahan Kalor: Konduksi, Konveksi dan Radiasi . http://perpindahan-kalor-konduksi-konveksi-dan.html. Diakses 29 juni 2014. Purjiyanta, Eka dkk. 2007. IPA FISIKA untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga Purwanto, budi dkk. 2004. Sains fisika konsep dan penerapannya. Solo: Tiga Serangkai Santoso, Agus.2010. Teknik pembuatan media pembelajaran berbasis komputer : model simulasi . http://4mathagus.blogspot.com/2010/08/teknik-pembuatanmedia-pembelajaran.html . Diakses 3 Juli 2014.
LAMPIRAN 1. Vidio pembelajaran “Termoskop Seftia Haryani (FKIP Fisika UNIB)” pada http://youtu.be/Zo35_F4cLXs . 2. CD media pembelajaran Termoskop (Vidio, Laporan PDF, Powerpoint)