PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Pemboran Dalam dan Pengukuran Packer Test di daerah Buanajaya Kalimantan Timur Oleh : Agus Subarnas & Robert L Tobing Kelompok Kegiatan Penyelidikan Energi Fosil SARI Pemboran Dalam dan Pengukuran Packer Test Batubara di daerah Buanajaya (Lembar peta No.1915-43) merupakan salah satu kegiatan yang biayai oleh DIPA Pusat Sumber Daya Geologi TA 2007. Daerah Buanajaya dan sekitarnya merupakan daerah yang cukup potensial dimana terkandung sumberdaya batubara yang cukup besar, hal ini tercermin dengan adanya beberapa Tambang batubara baik yang telah beroperasi maupun yang sedang dalam tahap eksplorasi. Secara administratif lokasi kegiatan terletak di daerah Buanajaya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Pada posisi geografis 1170 00' 00" – 1170 15' 00" Bujur Timur dan antara 00 00' 00" – 00 15' 00" Lintang Selatan. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari Pemetaan endapan batubara, Pemboran inti dan pengukuran Packer Test. Pemboran Dalam dilakukan untuk mendapatkan data endapan batubara pada kedalaman lebih dari 100 m, data tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perencanaan Tambang Dalam. Sedangkan hasil pengujian Packer Test bertujuan untuk mengetahui porositas dan permeabilitas pada lapisan batubara dalam hubungannya untuk mengetahui kandungan dan kualitas gas methane dan akan berguna dalam perencanaan selanjutnya pada studi coalbed methane. Endapan batubara di daerah penyelidikan sebagian besar berada pada struktur lipatan sinklin Separi dan terdapat pada Formasi Balikpapan. Secara megaskopis batubara umumnya berwarna hitam, terang/mengkilap, belahan sub konkoidal, tidak mengotori tangan, tidak terdapat jejak struktur kayu, mengandung resin dan sedikit pirit. Sedangkan dari hasil analisis kimia berdasarkan data terdahulu batubara di daerah penyelidikan mempunyai kalori antara 5600 – 6350 kal/gr, kandungan air 7.82 – 12.9 %, kadar abu 1.17 – 15.66 %, sulfur total antara 0,14 – 2.98 %, Zat terbang 34.15 – 40.67 % dan Berat Jenis 1.35 – 1.48 gr/cm3. Berdasarkan klasifikasi ASTM – ASA batubara tersebut termasuk kedalam jenis batubara Sub Bituminus C. Dari 2 lobang pemboran yang telah dilakukan dengan total kedalaman 700,10 m, yaitu PMG 01 (335.50 m) dan PMG 02 (365.50 m) diperoleh 8 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar antara 1.45 m – 6.00 m. Total sumber daya batubara dalam klasifikasi Hipotetik untuk Tambang Dalam di daerah penyelidikan sebesar 562.829.601,3 ton. Pada zona 100 m – 200 m terdapat sekitar 171.408.083,2 ton, zona 200 m - 300 m 144.139.542,5 ton. zona 300 m - 400 m sebesar 131.665.524,7 ton dan pada zona antara 400 -500 m sebesar 115.616.450,9 ton. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun Anggaran 2007 ini telah dilakukan pekerjaan Pemboran Dalam dan Pengukuran Packer Test Batubara di daerah Buanajaya (Lembar peta No.1915-43) yang dibiayai oleh DIPA Pusat Sumber Daya Geologi. Dipilihnya daerah Buanajaya sebagai lokasi kegiatan Pemboran Dalam dan Pengukuran Packer Test Batubara antara lain karena secara umum daerah Buanajaya dan sekitarnya merupakan daerah yang cukup potensial dimana terkandung sumberdaya batubara yang cukup besar, hal ini tercermin dengan adanya beberapa Tambang
batubara baik yang telah beroperasi maupun yang sedang dalam tahap eksplorasi. 1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dilakukan karena pada saat ini sudah semakin sulit menemukan lapangan batubara dengan ratio yang kecil, sehingga nilai perbandingan antara volume batubara dengan batuan penutup (OB) akan semakin tinggi dan menjadi tidak ekonomis. Adapun maksud kegiatan Pemboran Dalam ini adalah untuk
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
mendapatkan data yang penting mengenai keadaan endapan batubara pada kedalaman lebih dari 100 m dan mendapatkan nilai porositas dan permeabilitas lapisan batubara daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran geometri, kuantitas dan kualitas lapisan batubara pada kedalaman >100 m yang selanjutnya data tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perencanaan Tambang Dalam. Sedangkan hasil pengujian Packer Test bertujuan untuk mengetahui porositas dan permeabilitas pada lapisan batubara dalam hubungannya untuk mengetahui kandungan dan kualitas gas methane dan akan berguna dalam perencanaan selanjutnya pada studi coalbed methane. 1.3 Hasil yang diharapkan Kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sumber daya batubara pada kedalaman > 100 m dan diharapkan menjadi data yang dapat digunakan untuk perencanaan tambang dalam di daerah tersebut Hasil kegiatan selanjutnya dituangkan dalam satu format laporan dilengkapi dengan peta zonasi sumber daya batubara dan kualitas nya. 1.4 Lokasi Daerah Penyelidikan Secara geografis daerah yang diselidiki menempati lembar peta No. 1915-43 lembar BAKOSURTANAL sekala 1 : 50.000 pada koordinat antara 0o 00’ – 0o 15’ LS dan 107o 00’ – 107o 15’ BT. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang dan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. 1.5 Waktu Penyelidikan Pelaksanaan kegiatan lapangan dimulai pada tanggal 29 Juni hingga 6 Oktober 2007. Pelaksanaan kegiatan pemboran dalam dilaksanakan oleh satu tim dari Pusat Sumber Daya Geologi yang terdiri atas ahli geologi, juru bor, pelaksana packer test dan petugas dari Pemda Kabupaten Kutai Kartanegara. Kegiatan lapangan berlangsung selama 100 hari diikuti dengan dengan kegiatan kantor yang meliputi analisis dan pemerosesan data, analisis conto di laboratorium, pembuatan peta-peta dan penyusunan laporan akhir. 1.6 Metode Penyelidikan 1.6.1 Pekerjaan Lapangan Pemetaan Geologi Endapan Batubara ●Mencari lokasi singkapan batubara ●Dilakukan pengukuran kududukan, tebal lapisan,pemerian dan diplotkan pada peta da sar/peta topografi sekala 1 : 50.000 ●Dokumentasi singkapan seperlunya. ●Dilakukan pengambilan conto batubara seca
secara komposit dan chanelling untuk keper keperluan analisis di Laboratorium Pemboran Inti Pemboran inti dilakukan sebanyak 2 titik dengan mesin bor Long Year LF 70 dan dilaksanakan pada lokasi yang mewakili lapisan-lapisan batubara yang ada didaerah tersebut. Penempatan titik bor disesuaikan dengan singkapan batubara yang ada, sebaran batubara dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, diantaranya kondisi lapangan, pertimbangan faktor kondisi geologi, kemudahan akses untuk membawa peralatan bor dan ketersediaan air. Kegiatan pemboran berlangsung selama 24 jam non stop, dibagi dalam 3 regu/3 ship. Lokasi bor 1 (PMG 01) telah menembus lapisan A/6, B/7 dan C/8 pada kedalaman ± 304,85 m dengan penempatan titik bor berjarak sekitar 985 m ke arah downdip dari singkapan SA. Lokasi bor 2 (PMG 02) berjarak sekitar 2 Km sebelah tenggara PMG 01 dan menembus lapisan D/16, E/17, F/18, G/19 dan H/20 pada kedalaman sekitar 287 m dengan penempatan titik bor 390 m ke arah downdip dari singkapan SD/16. (Gambar 4 dan 5) Pertimbangan pemilihan lapisan yang dijadikan target pemboran dintaranya adalah kualitas batubara yang cukup baik, kemiringan lapisan yang cukup landai dan ketebalan lapisan ± 2 m. Packer Test Kegiatan Packer Test dilakukan untuk mengetahui permeabilitas dan porositas lapisan batubara dengan tujuan untuk mengetahui nilai porositas dan permeabilitas yang akan digunakan untuk mengetahui potensi gas pada studi Coal bed methane. Pengujian dengan alat pakcer test dilakukan pada lobang bor yang telah menembus lapisan batubara terutama yang mempunyai ketebalan > 1,5 m 1.6.2 Pekerjaan non Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri atas analisis laboratorium yang terdiri dari analisis kimia dan pengamatan petrografi batubara serta
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
pengolahan dan penyusunan laporan akhir. Analisis kimia dilakukan terhadap conto batubara yang dipilih dan dianggap dapat mewakili endapan dan lapisan batubara di daerah penyelidikan. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis proksimat dan ultimat. Keseluruhan data yang didapat baik dari hasil kegiatan lapangan maupun dari hasil analisis laboratorium selanjutnya diolah dan dituangkan dalam satu bentuk laporan akhir. 2.
KEADAAN GEOLOGI
2.1 Geologi Regional Daerah inventarisasi termasuk dalam bagian Peta Geologi Lembar Samarinda sekala 1 : 250.000 (S. Supriatna, Sukardi dan E. Rustandi: Puslitbang Geologi Bandung, 1995). Daerah ini merupakan bagian dari cekungan Kutai. Cekungan Kutai terbentuk sebelum Eosen dan selama kurun waktu antara Eosen – Oligosen Bawah telah terjadi penurunan cekungan sehingga menyebabkan terjadinya genang laut yang terjadi dari arah Timur ke Barat. Peristiwa genang laut yang cukup lama ini menjadikan cekungan Kutai merupakan cekungan yang mempunyai endapan sedimen yang tebal dan luas. 2.1.1 Tatanan Tektonika Pulau Kalimantan merupakan daerah tektonik yang stabil dimana merupakan bagian dari lempeng Mikro Sunda yang mempunyai karakteristik dan tatanan struktur yang cukup berbeda dengan pulaupulau lainnya di Indonesia. Menurut Geologi sejarah, Lempeng Mikro Sunda merupakan pecahan atau fragmental Lempeng Eurasia yang terpisah ke bagian Tenggara akibat tumbukan dengan kerak benua Asia. Dengan demikian maka perkembangan dan pola tektonik yang yang terjadi pada Cekungan Kutai di Kalimantan mengikuti pola tektonik dalam Lempeng Mikro Sunda ini. Pada dasarnya pola tektonik yang terjadi dari lempeng Mikro Sunda merupakan proses pemisahan akibat stress yang terjadi pada lempeng itu sendiri, disamping adanya faktor internal lainnya yakni adanya gerak rotasi kearah yang berlawanan dari Lempeng Sunda. Faktor eksternal lain yang ikut berperan dalam perkembangan tatanan tektonik di Pulau Kalimantan adalah akibat interaksi antara Lempeng Sunda dengan Lempeng Lempeng Pasifik disebelah Timur, Lempeng Hindia-Australia di Selatan dan Lempeng Laut Cina Selatan.
2.1. 2 Stratigrafi Regional Daerah ini merupakan bagian dari cekungan Kutai. Cekungan ini disebelah Barat dibatasi oleh Tinggian Kuching, sebelah Utara oleh Tinggian Mangkalihat, sebelah Selatan oleh Cekungan Barito dan di sebelah Timur terbuka ke selat Makasar. Proses sedimentasi yang terjadi pada cekungan ini mempunyai kontinuitas yang tidak pernah terhenti sejak Jaman Tersier hingga kini (Jaman Kuarter). Proses Regresi mempunyai trend ke arah Timur dan terjadi diantara rentang panjang siklus transgresi. Secara umum cekungan Kutai didaerah penyelidikan diisi oleh batuan sedimen Tersier klastika halus yang terdiri atas batupasir, batulempung, batulanau dan sisipan-sisipan batubara.yang berasal dari formasiformasi berumur antara Oligosen sampai Holosen yaitu formasi Pamaluan, formasi Berai, formasi Pulaubalang, formasi Balikpapan dan formasi Kampungbaru serta endapan kuarter aluvium. 2.1.3 Struktur Gelogi Regional Struktur geologi geologi regional yang terjadi di daerah penyelidikan terdiri atas struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan umumnya mempunyai arah sumbu Timur laut – Barat Daya dengan sayap lipatan dibagian tenggara umumnya lebih curam dibanding sayap lipatan dibagian Barat laut. Struktur sesar yang berkembang terdiri atas tiga jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar normal dan sesar mendatar. Sesar naik kemungkinan terjadi pada Miosen Akhir, sesar-sesar ini kemudian terpotong oleh sesar mendatar yang terjadi kemudian, sedangkan sesar normal terjadi lebih muda yaitu pada kala Pliosen. 2.2 Geologi Daerah Penyelidikan 2.2. 1 Morfologi Morfologi daerah inventarisasi terdiri atas tiga satuan morfologi, yaitu morfologi dataran rendah, morfologi perbukitan bergelombang sedang dan morfologi endapan aluvium. Bentuk morfologi bergelombang sedang tersebar sekitar 65 % dari seluruh luas daerah pemetaan dengan ketinggian antara 45-150m dpl, batuannya terdiri
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dari perselingan antara batupasir, batulempung, batu lempung karbonan atau batugamping formasi Balikpapan, Pulaubalang, Pamaluan dan formasi Bebulu. Morfologi dataran rendah pada umumnya berada diantara morfologi bergelombang. Aliran sungai umumnya mempunyai pola yang hampir paralel (Sub paralel), sungai-sungai yang ada didaerah penyelidikan umumnya merupakan sungai-sungai intermitten dengan lebar tidak lebih dari 6 m serta alur-alur. 2.2.2 Stratigrafi Formasi batuan yang ada didaerah ini berdasarkan urutan dari tua-muda adalah Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang dan Formasi Balikpapan serta endapan aluvium. Formasi Pamaluan disusun oleh batupasir berwarna abu-abu, berbutir halus-sedang, berlapis baik dan pada umumnya berstruktur sedimen silang siur, gelembur gelombang. Terdapat sisipan batulempung, serpih, batugamping dan batulanau. Formasi Bebuluh sebagian besar tersusun oeh batugamping masif berwarna kuning-kuning, bersifat kristalin seringkali bersisipan dengan batugamping pasiran. Formasi Pulaubalang terdiri atas perselingan batupasir greywacke, batupasir kuarsa, batugamping, batulempung dan terkadang lapisan tufa. Formasi Pulaubalang ini diperkirakan berumur Miosen Tengah Bagian Atas – Miosen Akhir Bagian Bawah, diendapkan selaras diatas Formasi Bebuluh Formasi Balikpapan terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dan batulempun dengan sisipan lanau, batugamping dan batubara. Formasi ini berumur Miosen Tengah –Miosen Akhir. Pada perselingan antara batupasir dan batulempung terdapat lapisan batubara. 2.2.3 Struktur Geologi Struktur geologi lebih didominasi oleh struktur lipatan dan cenderung membentuk lipatan antiklinorium, arah sumbu lipatan Utara Timurlaut – Selatan Barat Daya. Didaerah penyelidikan, struktur lipatan yang penting adalah dua buah sinklin, pertama adalah sinklin Separi dimana sinklin ini di bagian utara atau pada koordinat sekitar 117° 12΄.5 BT/ 00° 04΄LU dan keselatan menerus sampai keluar daerah pemetaan. Sinklin separi ini menjadi penting karena batubara dapat diidentifikasikan berada pada kedua sayapnya. Kedua adalah sinklin Utara, sinklin ini diperkirakan menunjam dibagian selatan pada koordinat sekitar 117° 13΄.5 BT / 00° 03΄ LU Pada umumnya Formasi Pamaluan, Bebuluh dan Formasi Balikpapan sebagian terlipat kuat dengan kemiringan antara 40° – 75°, sedangkan
batuan yang lebih muda seperti Formasi Kampungbaru terlipat lemah 2.3 Indikasi Endapan Batubara PT Kaltim Prima Coal telah melakukan Eksplorasi besar-besaran pada pertengahan tahun 1990 an dimana hasilnya mengindikasikan bahwa batubara terakumulasi pada cekungan Kutai. Kesimpulan awal dari hasil eksplorasi PT Kaltim Prima Coal bahwa endapan batubara di daerah yang akan di inventarisasi kemungkinan terakumulasi dalam suatu sub cekungan atau terakumulasi pada sayap sinklin yang memanjang dengan arah sumbu Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya yang dikenal dengan nama Sinklin Separi. Kearah Selatan sinklin ini menerus sampai keluar lembar peta daerah penyelidikan sampai kedaerah Ambalut, didaerah ini PT Kitadin-Banfu sampai saat ini masih beroperasi dan menambang batubara. Dilapangan indikasi adanya endapan batubara dapat diamati dibeberapa tempat sepanjang jalan antara Samarinda – Muarakaman, dimana singkapan batubara muncul sebagai sisipan diantara batulempung abu abu kehitaman. 3. HASIL PENYELIDIKAN 3.1 Geologi Endapan Batubara Selama dilakukannya pemetaan geologi batubara, singkapan batubara hanya terdapat pada dua formasi saja yaitu pada formasi Pamaluan dan formasi Balikpapan. Prospek lebih jauh endapan batubara dalam formasi Pamaluan tidak bisa diharapkan karena dari sekitar 25% luas formasi yang tersebar hanya ditemukan 3 singkapan dengan ketebalan sekitar 0.1m. Prospek endapan batubara pada formasi Balikpapan terkonsentrasi pada kedua sayap sinklin Separi yang memanjang dengan arah hampir Timur laut – Barat Daya di bagian tengah hingga ke selatan lembar peta, pada bagian yang lain batubara terdapat di bagian utara lembar peta dan terkonsentrasi pada suatu lipatan (sinklin) yang mengarah Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya dan menunjam dibagian selatannya, dalam
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
jumlah yang lebih kecil, batubara juga tersingkap dibagian Timur lembar peta. 3.2. Pembahasan Hasil Penyelidikan 3.2.1 Data Lapangan dan Interpretasi Endapan Pemboran Batubara Dari 2 lobang pemboran yang telah dilakukan didaerah penyelidikan dengan total kedalaman 700,10 m, yaitu PMG 01 (335.50 m) dan PMG 02 (365.50 m) diperoleh 8 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar antara 1.45 m – 6.00 m dan beberapa sisipan-sisipan batubara yang mempunyai ketebalan mulaidari 0.30 m – 0.96 m. Pengambilan conto batubara Conto batubara untuk analisa laboratorium diambil pada semua lapisan lapisan batubara yang dijumpai. Analisa conto yang akan dilakukan adalah kandungan air total, kandungan air tertambat (inherent moisture), abu, sulfur, karbon tertambat, kalori, kandungan zat terbang dan berat jenis batubara. Sedangkan analisis pertografi akan dilakukan untuk mengetahui komposisi maseral batubara Pengukuran Packer Test Pengukuran dengan alat Packer Test merupakan metode pengujian kelulusan air bertekanan pada lobang bor, dimana hasil akhirnya akan diperoleh koefisien kelulusan air dan nilai Lugeon dari lapisan batubara. Data kelulusan air pada batubara diperlukan untuk perencanaan tambang dalam, diantaranya memprediksi rembesan air pada area tambang dibawah permukaan dan dapat digunakan untuk keperluan mendeteksi kebocoran gas. Pada masa mendatang nilai kelulusan air pada batubara sangat diperlukan dalam kajian coalbed methane, yakni untuk mengetahui kemungkinan potensi gas methan dalam lapisan batubara. Pengukuran sifat kelulusan batubara dilakukan pada lapisan batubara yang mempunyai ketebalan diatas 1,5 m. Dari 8 seam batubara yang ada telah dilakukan sebanyak 8 kali pengukuran dengan alat Packer Test, masing-masing pengukuran dilakukan 5 kali pengamatan. Hasil perhitungan pada pengukuran tersebut disarikan pada tabel 4 dibawah ini. Interpretasi kelulusan air pada lapisan batubara : 1. Pada lapisan batubara A/6 terjadi kondisi Pengikisan, yakni pelebaran rekahan akibat hilangnya material pengisi atau akibat kikisan pada saat pengujian kelulusan air bertekanan.
2. Pada lapisan batubara B/7 terjadi kondisi Penyumbatan, yaitu terjadi pengisian atau penyumbatan rekahan oleh material pada saat pengujian kelulusan air bertekanan. 3. Pada lapisan batubara D/16 terjadi kondisi Turbulen, yakni bidang atau celah yang menyebabkan batuan bersifat tidak menerus antara lain dapat berupa perlapisan, kekar atau sesar. 4. Pada lapisan E/17 terjadi kondisi Turbulen. 5. Pada lapisan batubara F/18 terjadi kondisi Penyumbatan 6. Pada lapisan batubara G/19 terjadi kondisi Turbulensi Pengukuran Kandungan gas Methane Pengukuran kandungan gas methan telah dilakukan untuk pengembangan Coalbed Methane dengan cara memasukan core batubara kedalam tabung Canester sebanyak 14 buah. Hasil pengukuran kandungan gas methane masih dalam pengamatan oleh ”Tim Pengukuran Gas dalam Batubara”. 3.2.2
Potensi Endapan Batubara Secara umum endapan batubara didaerah penyelidikan merupakan endapan yang terendapkan dalam lipatan sinklin dan terbentuk dengan jumlah lapisan yang cukup banyak. Berdasarkan data singkapan dan data pemboran, maka dari hasil korelasi lapisan batubara, diperkirakan bahwa umumnya lapisan batubara didaerah ini mempunyai ketebalan yang berubah-ubah atau seringkali terjadi penebalan dan penipisan lapisan. Terjadinya jumlah lapisan yang cukup banyak kemungkinan berhubungan dengan sejarah terjadinya endapan batubara tersebut. Diperkirakan batubara didaerah ini terendapkan dalam lingkungan delta. Dimana saat suplai material organik pembentuk batubara ada, terjadi subsiden (penurunan cekungan) dalam waktu yang relatif cepat. Selanjutnya terjadi perulangan seperti itu dalam kurun waktu panjang selama Miosen Atas sampai Pliosen atau sepanjang terjadinya proses terakumulasinya material organik
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
pembentuk batubara pada formasi Balikpapan. 3.2.3
Korelasi Batubara
dan
Penamaan
Lapisan
Selama pemetaan geologi berlangsung didapatkan data singkapan sebanyak 133 buah. Rekonstruksi dan korelasi yang dibuat berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa endapan batubara di daerah penyelidikan bagian terbesar atau hampir 90% menempati bagian tengah – selatan lembar peta dan mempunyai penyebaran mengikuti pola lipatan sinklin separi dengan arah umum Timur Laut – Barat Daya, dengan kemiringan lapisan umumnya sekitar 20° dan bervariasi antara 8° – 68°. Jumlah seam yang dapat dikorelasikan sebanyak 29 seam batubara. Ketebalan tiap seam bervariasi antara 0.1 m sampai 6.00 m. Akan tetapi sebagian besar seam batubara umumnya mempunyai tebal antara 0.8 m–3.00 m. Endapan batubara di daerah penyelidikan pada umumnya mempunyai kontinuitas ketebalan yang tidak selalu ideal, oleh karenanya sering didapatkan dalam satu seam ketebalannya sangat bervariasi atau sering terjadi penebalan dan penipisan lapisan batubara dalam seam yang sama. Akumulasi endapan batubara terbesar terjadi pada sayap Barat Laut dan Tenggara sinklin Separi, pada zona ini dinamakan Blok Separi dengan notasi lapisan batubara/seam S 2, S 7, S 9A…dst. Penamaan seam batubara pada sayap Baratdaya diberi notasi S1, S2…dst sedangkan untuk sayap Timur dibedakan misalnya S 1A, S 2A …dst. Ketebalan lapisan sangat bervariasi yaitu antara 0.10 m sampai paling tebal mencapai 6 m. Secara umum batubara didaerah ini berwarna hitam, kilap/terang, keras, belahan konkoidal, kadar abu relatip rendah (tidak mengotori tangan), pada beberapa tempat banyak mengandung resin, dan kadar sulfur diperkirakan rendah. Seluruh batubara tersebut merupakan batubara yang terdapat dalam formasi Balikpapan. Pada umumnya lapisan batubara dalam formasi Balikpapan di daerah penyelidikan merupakan lapisan batubara yang diapit oleh batuan pengapit batulempung baik batulempung abu abu atau dalam lapisan batulempung karbonan. Korelasi lapisan batubara dilakukan terutama dengan mengamati ciri-ciri lapisan dalam satu sekuen singkapan dan data pemboran, diantaranya dengan memperhatikan lapisan pengotor, batuan samping/pengapit dan arah penyebaran lapisan.
Sumber daya Batubara Sumber daya batubara untuk penambangan dalam ditentukan oleh beberapa kriteria, diantaranya lapisan batubara yang akan ditambang memiliki ketebalan yang memadai dan cukup ekonomis untuk untuk ditambang dengan ketebalan antara 2 m – 4 m, kualitas batubara cukup baik dan kemiringan lapisan relatif landai. Berdasarkan beberapa parameter diatas dan data dari 2 titik pemboran dalam, maka didaerah penyelidikan terdapat beberapa lapisan batubara yang dianggap dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu lapisan batubara A/6, B/7, G/19 dan H/20 Penghitungan sumber daya batubara untuk tambang dalam dibagi atas 4 zonasi yaitu zona kedalaman 100 – 200 m, 200 – 300, 300 - 400 m dan 400 – 500 m. Batas-batas zona kedalaman ini searah sebaran batubara yang diyakini masih menerus kemudian diproyeksikan ke permukaan sehingga diperoleh luas daerah pengaruh masing-masing zona tersebut. Sumber daya batubara dihitung dalam klasifikasi Sumber Daya Hipotetik dengan rumus Sumber Daya = Luas Daerah Pengaruh x Tebal Lapisan Batubara x BJ Perhitungan ini akan menghasilkan sumber daya per lapisan per zona, sehingga sumber daya per zona kedalaman akan diperoleh dari penjumlahan sumber daya masing-masing lapisan. Penghitungan Sumber Daya batubara untuk Tambang Dalam di daerah Penyelidikan dapat dilihat pada tabel 6 sbb : Kualitas Batubara Kualitas batubara ditentukan dari Analisis labratorium, yang terdiri atas analisis kimia, fisika dan petrografi batubara. Analisis kimia yang dilakukan terdiri atas analisis proksimat dan ultimat, yaitu untuk mengetahui kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
(St). Analisis fisika terutama untuk mengetahui nilai kalori (CV), berat jenis (SG) dan indeks kekerasan (HGI) sedangkan analisis petrografi terutama untuk mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi, pirit). Kualitas batubara saat ini, masih diolah dilaboratorium sehingga belumdapat dilaporkan. 3.2.4
Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara Kenampakan megaskopis batubara di memperlihatkan ciri-ciri berwarna hitam, terang/bright, tidak mengotori tangan menandakan bahwa batubara didaerah ini dari segi kualitas cukup layak untuk ditambang. Dari segi kuantitas dimana secara hipotetik daerah Buanajaya dan sekitarnya mempunyai sumber daya batubara lebih dari 500 juta ton merupakan sumber daya yang cukup memadai. Dari acessability, daerah penyelidikan terletak sejauh 16 km dari jalan poros yang menghubungkan antara kota SamarindaTenggarong atau terletak sejauh ± 23 km dari lokasi penyelidikan ke Sungai Mahakam sehingga dapat dimanfaatkan sebagai Stock Pile. Selanjutnya batubara dapat diangkut melalui S. Mahakam ke Samarinda sejauh 80 km. Sementara jarak darat antara persimpangan jalan masuk ke lokasi dengan Samarinda hanya sekitar 50 km dan hanya sekitar 45 km ke Tenggarong dengan kondisi jalan beraspal, hal ini sangat memudahkan untuk pengurusan surat menyurat atau keperluan administratip lainnya. Sementara jarak darat antara persimpangan jalan masuk ke lokasi dengan Samarinda hanya sekitar 50 km dan hanya sekitar 45 km ke Tenggarong dengan kondisi jalan beraspal, hal ini sangat memudahkan untuk pengurusan surat menyurat atau keperluan administratip lainnya. Walaupun masih sangat banyak faktor/aspek dan parameter lain yang perlu dikaji, terutama kelayakan dari segi geologi teknik, akan tetapi secara sederhana daerah ini sangat memberikan harapan dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut untuk tambang dalam. Kendala yang mungkin timbul kemungkinan terbesar adalah masalah lingkungan dan sosial, karena daerah tersebut sebagian besar merupakan daerah transmigrasi dan persawahan milik penduduk sehingga perlu perencanaan yang lebih matang.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penyelidikan, interpretasi dan hasil pengujian conto yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara geologi daerah penyelidikan berada agak kebagian Timur dari cekungan Kutai 2. Di daerah penyelidikan batubara hanya dijumpai dalam formasi Balikpapan berumur Miosen Atas – Pliosen. Batubara umumnya berwarna hitam, terang/bright, kadar abu relatif rendah. 3. Umumnya batubara merupakan interseam atau sisipan dalam batu lempung formasi Balikpapan. Ketebalan rata-rata kebanyakan antara 0.80 – 3.00 m, walaupun beberapa seam menunjukan ketebalan yang tinggi yaitu antara 6.00 sampai > 8.00 m. 4. Pemboran dilakukan pada dua lokasi yaitu PMG-01 dan PMG-02, dengan kedalaman masing-masing 365.50 m dan 335.50 m. 5. Dari pemboran 2 lokasi terdapat 8 lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi antara 1.45 m – 6.00 m. Dari 8 lapisan tersebut 4 seam diantaranya yaitu seam A, B, G dan H termasuk kriteria lapisan batubara yang dapat diperhitungkan untuk perhitungan Sumber Daya tambang dalam. 6. Secara megaskopis kenampakan batubara berwarna hitam, terang/mengkilap, keras, berlapis, keras, belahan subkonkoidal, tidak mengotori tangan, kandungan resin pada tempat-tempat tertentu cukup tinggi, kandungan pirit/mineral sulfida pada beberapa tempat cukup tinggi, struktur kayu sama sekali tidak terlihat. 7. Hasil perhitungan Sumber daya batubara dalam klasifikasi Hipotetik untuk Tambang Dalam di daerah penyelidikan pada zona 100 m – 200 m terdapat sekitar 171.408.083,2 ton. Pada zona 200 m - 300 m adalah 144.139.542,5 ton. Pada zona 300m 400 m sebesar 131.665.524,7 ton dan pada zona antara 400 -500 m sebesar 115.616.450,9 ton
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
8. Disarankan untuk menindaklanjuti penyelidikan ini dengan tahapan penyelidikan yang lebih sistematis agar diperoleh data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA 1. Agus Subarnas, 1994, Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara Di Daerah Tabang dan sekitarnya, Kabupaten Kutai, Propinsi Kalimantan Timur, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung. 2. Agus Subarnas, 2004, Inventarsasi Bersistem Endapan Batubara Di Daerah Buanajaya dan sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung. 3. Eddy R Sumaatmaja, 2002, Inventarisasi batubara bersistem di daerah Bontang dan sekitarnya sekala 1 : 50.000, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung. 4. H.G. Reading , 1980, Sedimentary Environment and Facies. 5. Selayang Pandang Kabupaten Kutai Kartanegara Edisi Tahun 2002. 6. Shell Internationale Petroleum Maatschappij B.V., The Hague. Exploration and Minning Division (SCEH).Coal Exploration and Minning Manual Part 1. Introduction to coal Geology (1976). 7. S. Supriatna, Sukardi dan E. Rustandi, 1995, Peta Geologi Lembar Samarinda, Kalimantan, Pusat Pengembangan Geologi, Bandung. 8. PT Kayan Putra Utama Coal, 2003, Laporan Eksplorasi PT Kayan Putra Utama Coal. 9. PT Kymco Armindo, 2003, Laporan Eksplorasi PT Kymco Armindo.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Top (m) 18.85 34.00 63.00 112.60 166.54 191.50 202.30 218.10 239.93 278.93 303.40
Tabel 3. Data Batubara pada lobang Bor PMG 01 Bottom (m) Tebal (m) Keterangan 19.15 0.30 Sisipan Batubara 34.40 0.40 Sisipan Batubara 63.30 0.30 Sisipan Batubara 117.30 4.00 Batubara seam A/6 167.50 0.96 Sisipan Batubara 192.02 0.52 Sisipan Batubara 202.71 0.41 Sisipan Batubara 224.10 6.00 Batubara seam B/7 239.51 0.16 Sisipan Batubara 279.63 0.70 Sisipan Batubara 304.85 1.45 Batubara seam C/8
No 1 2 3 4 5 6
Top (m) 13.70 39.10 61.00 91.65 195.15 284.50
Tabel 4. Data Batubara pada lobang Bor PMG 02 Bottom (m) Tebal (m) Keterangan 14.30 0.60 Sisipan Batubara 40.60 1.50 Batubara seam D/16 65.10 4.10 Batubara seam E/17 96.20 4.55 Batubara seam F/18 197.50 2.35 Batubara seam G/19 287.00 2.50 Batubara seam H/20
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 5. Hasil Penghitungan Packer Test Batubara No. Titik Bor
Sea m
Kedalaman Batubara (m) Top
Bottom
A/6
112.60
117.30
B/7
218.10
224.10
C/8
303.40
304.85
D/16
39.10
40.60
E/17
61.00
65.10
F/18
91.65
96.20
G/19
195.15
197.50
H/20
284.50
287.00
PMG 01
PMG 02
Koefisien Kelulusan Air (k) cm/det
Nilai Lugeon (Lu)
6.95 x 10-6 0.09173 1.17 x 10-7 0.09366 1.57 x 10-6 0.12492 -7 1.23 x 10 0.10205 1.32 x 10-7 0.10447 1.05 x 10-9 0.00788 -8 9.18 x 10 0.00718 8.65 x 10-8 0.00676 9.21 x 10-8 0.00731 0,02705 3.71 x 10-9 Tdk dilakukan karena tebal batubara < 1.50 m 2.61 x 10-9 0.00277 9.49 x 10-9 0.00968 -1 1.02 x 10 0.01047 1.05 x 10-1 0.01070 0.00847 7.96 x 10-9 2.26 x 10-7 0.2205 -6 3.48 x 10 0.2728 4.26 x 10-7 0.3032 4.78 x 10-7 0.3759 -7 0.3238 3.94 x 10 1.20 x 10-7 1.6879 2.38 x 10-7 1.6846 2.93 x 10-6 1.3722 -7 1.41 x 10 0.9890 1.05 x 10-7 1.4945 3.63 x 10-8 0.01691 1.09 x 10-8 0.00898 1.28 x 10-8 0.01182 1.15 x 10-8 0.01060 2.08 x 10-8 0.01932 Tdk dpt dilakukan karena kerusakan Manometer
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 6. Penghitungan Sumber daya Batubara untuk tambang dalam di daerah Penyelidikan Lap Batubara S6 (A) S7 (B) S19 (G) S20 (H) Total
Luas Daerah Pengaruh (m2)
Sumber Daya (ton)
Tebal (m)
BJ
8.406.1 7.991.1 7.618,1
4,70
10.709.5 10.016.5 9.368.4 8.306,1 4.619.76
100-200 8.854.8
4.095,2
200-300
300400
2.864.,9 1.504.5
400500
400-500
∑ Sumber Daya (ton)
100-200
200-300
300-400
1,35
56.183.756,7
53.336.867,6
50.703.770,8
48.337.135,8 208.561.531,0
6,00
1,35
86.746.835,6
81.133.636,2
75.884.050,4
67.279.315,1 311.043.837,2
2,35
1,35
14.656.176,3
2,50
1,35
13.821.314,6
14.656.176,3 9.669.038,7
5.077.703,5
28.568.056,8
171.408.083,2 144.139.542,5 131.665.524,7 115.616.450,9 562.829.601,3
Muara Wahau
KALIMANTAN
T
K
A
IM
N
N
Sepinang
R Sangkulirang
1° LU
Tanah Merah Tanjung Bengalun Sangkinah
BONTANG Muara Kaman
0° Muara Badak
Tenggarong
SAMARINDA R
Adas
L
A
T
A
IM
U
M
A
K
A
SA
Pulung
T
J A W A
BALIK PAPAN
A
Penajam
L
T
S
Belimbing
E
L A U Muara Payang
Longikis
115° BT
116° BT
TANAH GROGOT 117° BT
Gambar. 1 Peta lokasi daerah penyelidikan
Peta Indek Daerah Penyelidikan
118° BT
1° LS
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Stratigrafi Daerah Penyelidikan
510.000
0° 02'
04'
520.000
515.000
05'
05'
07'
08'
09'
10'
525.000 11'
12'
13'
0° 02'
14'
Tomp
Tomp
G. Batukotak
Tmpb
G. Pasir K
9.995.000
M
8°
Muara Wahau
L A U T
KALIMANTAN
J A W A
T
Ki r i
9.995.000
S.
L
au
02'
117° 15'
117° 00'
03' 02'
8°
03'
03' 9°
J
u
Tmpb
Adas
7°
Ma
M
K
4°
.
I
S
IM
L
A
A
N
T
A
IM
U
R
Sepinang
Sangkulirang
1° LU
Tanah Merah
N
Tanjung Bengalun Sangkinah
BONTANG Muara Kaman
0° Muara Badak
SAMARINDA
Tenggarong
7°
N 8°
04'
Pulung
A
S
5°
A
Tomp
R
A
G
04'
A
K
E
Muara Payang
B
BALIK PAPAN
Penajam
S
E
Belimbing
H
1° LS
LA
6° 5°
T
M
7°
6°
F
7°
Keterangan :
D
Longikis 6°
C
05'
05'
Daerah Penyelidikan
115° BT
9.990.000
116° BT
06'
TANAH GROGOT 117° BT
06'
Tomp
118° BT
PETA PETUNJUK
9.990.000
U
HK09 64°
Tmpb 07'
07'
ko
p
KUTAI
ng
BHS1
No
9°
KPC8
tu
KPC7 11°
KPC24
12°
KPC1
S.
Sebulu
KPC23
9°
Ba
08'
9.985.000
08'
12°
KPC2
17°
16°
G. Batunongkop
KPC5
S.
Tmpb
KPC6
12°
Lo a
G. Tanggabarat
10°
Ai
TENGGARONG
ra ba ng
0
DMK 28
4
5
6
2
7
3
8
9
10 Cm 5 Km
4
KETERANGAN:
DMK 27
35°
3
1
09'
eb S . S un t o
10°
62°
2
21°
Tmbp
11°
1
26°
KPC3 KPC4
DMK 29
0
HK02
HK01
09'
SKALA 1 : 50.000
9.985.000
HK03
10°
Tmbp
Formasi Balikpapan
Tmpb
Formasi Pulubalang
Tomp
Formasi Pamaluan
Singkapan Batuan
30°
10'
10'
10°
DMK16
DMK18
BH.02
S6
Lubang Bor
Sebaran Batubara
S7 S20
DMK33 8°
76°
Mulawarman
DMK22
9.980.000
Karyaharapan
11'
9.980.000
KP-12
40°
10°
5°
DKM08
DMK05
31°
KPC9
12°
G. Separi
KPC10 12°
DMK34 60°
PMG.01
KP41
6°
18°
DMK35
DMK12 20°
17°
15°
Tmbp
DMK11
KP19
Karyabakti
HK08 KPC25 32°
Batas formasi i K an a
KP22 10°
DMK04
.
19°
13'
S
4°
CK18 32°
Bukitpariaman
KPC20
12°
CK24
26°
DMK45
CK13
CK17
25°
DSK09
9.975.000
10°
15°
10°
KPC19
DMK36 10°
KPC17
DMK13
i
68°
a p
50°
CK57
CK40
30°
15°
Tmpb
DMK38
KPC15
60°
DMK37
12°
u
Sukamaju
S . Ba u b a t
13'
i Be sar
G. Tengkorak
Se p
15°
Singkapan Batubara
DMK49
ar
KP-02
Sidomulyo
. E n t
CK58
Binamulya
DBK02 14°
300 - 400 meter
200 - 300 meter
400 -- 500 500 meter meter 400
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
14'
Tmbp DBK04
S
F
HK07 34°
Muarabadak
DBK06
Sidomakmur
05'
s er a aT Lo
HK11
26°
DSK10 81°
05'
S.
117° 15'
117° 00'
10°
Buana Jaya HK05
11° Pulomas 08'
07'
510.000
09'
10'
11'
520.000
515.000
12'
13'
14'
525.000
0° 15'
PETA SEBARAN DAN ZONASI BATUBARA DAERAH BUANA JAYA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Disusun
: Ir. Agus S
Digambar : Robert L.Tobing
S7A
0-100 m
S19A
300-400m
200-300m
400-500m
100-200m
0-100 m
100-200m
S19
400-500m
300-400m
100-200m
S7
200-300m
100-200m
Penampang Zonasi Skala 1 : 50.000
100
100
0 100 200 300
0 100
400 500
Penampang
100 - 200 meter
DAFTAR ISIAN CK73 27°
32°
04'
B
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL BADAN GEOLOGI
DBK03
30°
A
9.975.000
26°
15'
Perhitungan Sumberdaya
n
25°
KP46 35°
03'0°
Batas Kecamatan
12'
S . Sep a r i Ki r i
KP23
10°
34°
S. S epa r
KP40
G. Hantu
14'
Sungai
Sesar mendatar
13°
Giriagung
12'
Sinklin
DMK09
PMG.02
KP09 26°
KP20
40°
Sidodadi
Jalan
Antiklin
11'
24°
KP17
Tmbp
200 300 400 500
Diperiksa :
Tahun
Disetujui :
No. Peta :
: 2007
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
GEOLOGICAL RESOURCES CENTER
BORE HOLE LOG BUANA JAYA AREA (SHEET NO. 1915 - 43) EAST KALIMANTAN PROVINCE
BORE HOLE NO AREA LOCATION STARTED FINISHED SCALE
DEPTH (m)
THICKNESS (m)
: PMG - 01 : Buana Jaya : Mulawarman : juli 2007 : Agustus 2007 : 1 : 200
GRAIN SIZE & SED. STRUCTURE
LITHOLOGY
Grav C.S M.S F.S Silt Clay
CORE RECOVERY (%) 40
60
SAMPLE NUMBER
: : : : :
00° 11' 30.0" 117° 06' 58.6" m 365.50 m Agus Subarnas : Hasyim S Cs.
DESCRIPTIONS
80
5.50
Soil, brown, soft, friable plant remain abundant.
1.70
11.30
Sandstone, grey, fine - mediumgrain size, sub angular,hard. Claystone, grey, weakly cemented, contain fragment &coal string
18.50
Sandstone, fine to medium grain size, grey, weakly cemented. Coal layer at the lower part (18.85-19.15 m)
5.40
20.00
FOSSILS
20
0.00 5.50 7.20
COORDINATE X Y ELEVATION DEPTH WELL SITE GEOLOGIST DRILLER
23.90
40.00
50.10
Silty claystone, grey, hard, thin layer (± 10 cm) of sandstone & coal (± 40 cm at 34 m and 36 m)
60.00
74.00
27.50
80.00
101.50
Sandstone, grey, fine grain size, hard. Interlamination with carbonaceous clay, contain of coal fragment at the lower part
15.80
100.00
Claystone, blackishgrey, hard.
120.00
117.30 119.50
Coal, black, banded bright, hard, sub conc, resin occured, pyrite < 1 %. 2.20
Coaly caly, black, laminated, soft. Contain of resin & coal fragment
140.00 47.04
Silty claystone, grey, hard, paralel lamination. Sandstone, fg, grey, hard at 144.00-144.50 m & 146-146.50 m
160.00
166.54 167.50
Coal, black, banded bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured.
Claystone, Greenishgrey to black, hard, paralel lamination, contain of coal fragment. Siltstone, grennish grey, very hard at 187.70-188.30 m.
24.00
180.00
0.96
191.50
200.00 26.60
Silty claystone, greenishgrey, hard. At the bottom the colour is black. Thin layer of coal at 191.50-192.02 & 202.30-202.71 m.
218.10
Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite < 1 %. Collly clay at the top and bottom
6.00
220.00
2.00
Claystone, darkgrey, bedded, contain of coal string
Clayey siltstone, grey, hard, parallel lamination. Thin layer of coal at 239.35- 239.51m.
16.60
224.10 226.10
240.00
29.74
242.70
272.44 274.34 278.40
1.90
4.15
280.00
4.06
260.00
20.85
282.55
. . . . . . .. . . . . .. . .. . .. . .. . . . .
Sandstone, dark grey to black, medium to coarse grain size, mostly quartz, weakly cemented, paralel lamination, contain of fragment & coal string, intensive at 259.70-260.50m.
Sandstone, dark grey to black, fine to med grain size, mostly quartz, weakly cemented, paralel lam, contain of fragment & coal string. Siltstone, dark grey, hard, paralel lam, intercalation with coally clay. Coaly caly, black, laminated, soft. Contain of resin & coal fragment. Coal layer at 278.93-279.63 m. Siltstone, dark grey, hard, paralel lam, contain of coal fragment. Intercalation with coally clay.
300.00 1.45 1.30
14.03
303.40 304.85 306.15
340.05
Siltstone, dark grey, hard, paralel lam, contain of coal fragment. Sandstone, dark grey to black, fine to med grain size, mostly quartz, weakly cemented, paralel lamination.
17.95
340.00
1.92
Siltstone, dark grey, hard, paralel lamination.
10.05
320.18 322.10
Coaly caly, black, laminated, soft. Contain of resin & coal fragment. Coal layer at 278.93-279.63 m.
Silty claystone, darkgrey, very hard, massive.
15.40
320.00
Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite < 1 %. Collly clay at the top and bottom
Siltstone, dark grey, very hard, paralel lamination.
350.10
360.00
365.50
End of drilled at 365.50 m
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
GEOLOGICAL RESOURCES CENTER
BORE HOLE LOG BUANA JAYA AREA (SHEET NO. 1915 - 43) EAST KALIMANTAN PROVINCE
BORE HOLE NO AREA LOCATION STARTED FINISHED SCALE
DEPTH (m)
THICKNESS (m)
: PMG - 02 : Buana Jaya : Mulawarman : Agustus 2007 : Oktober 2007 : 1 : 200
GRAIN SIZE & SED. STRUCTURE
LITHOLOGY FOSSILS
Grav C.S M.S F.S Silt Clay
CORE RECOVERY (%) 20
0.00
: : : : :
00° 11' 40.4" 117° 08' 11.6" m 335.50 m Agus Subarnas : Hasyim S Cs.
COORDINATE X Y ELEVATION DEPTH WELL SITE GEOLOGIST DRILLER
40
60
SAMPLE NUMBER
DESCRIPTIONS
80
10.00
Soil, brown, soft, friable plant remain abundant.
10.00 10.00
Claystone, lightbrown, hard, coal layer at 13.70-14.80 m.
20.00
Siltstone, dark grey, very hard, paralel lamination. Intercalation with carbonaceous clay.
19.10
20.00
39.10 40.60
1.50
Coal, black, banded bright, hard, sub conc, resin occured, pyrite < 1 %.
20.40
40.00
Siltstone, dark grey, very hard, paralel lamination. Intercalation with carbonaceous clay.
61.00
Siltstone, dark grey, very hard, paralel lamination. Intercalation with carbonaceous clay.
14.02
65.10
Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite < 1 %. Coally clay at the top and bottom
4.10
60.00
Sandstone, darkgrey, fine-med, very hard, paralel lam. interlamination with carb clay and coal layer. Contain of coal fragment at the lower part.
12.53
80.00
79.12
91.65 4.55
Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite. Coally clay at the top and bottom
96.20
100.00
Siltstone, grey, very hard, interlamination with carbona ceous clay and quartz sandstone (grey, fine-med, hard at 107.80 m, 125.141.90 m, 154.80 m, 159.70 m). 120.00
72.50
Coal, black, bright, hard, sub conconcoidal cleaved, resin occored at 125.55-125.95 m.
140.00
Coally clay and coal fragment at 142.40-142.90 m.
160.00
2.20
Sandstone, grey, fine-med grain size, hard, sub angular. Interlamination with carbonaceous clay, contain of coal fragment at the lower part.
12.10
168.70 170.90
Siltstone, grey, very hard, paralel lam. Interlamination with quartz sandstone (grey, fine-med, hard) and coal at 173.20 and 177.35 m.
180.00
10.15
183.00
195.15 197.50
Siltstone, grey, very hard, paralel lamination. Coal layer at 184.81 m.
2.35
Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite < 1 %. Coally clay at the top and bottom
8.46
200.00
Siltstone, grey, very hard, paralel lamination.
205.96 12.49
Sandstone, grey, medium-coarse grain size, sub angular, very hard.
218.45
Silty claystone, grey, hard, paralel lamination. Thin layer of coal at 221.32-221.90 m.
12.25
220.00
230.70
Clayey siltstone, grey, hard, parallel lamination. 24.23
240.00
Coally clay, black, soft, contain of coal string at 232.70 m-233.40 m. 254.93
32.47
260.00
0.78
5.32
278.40 279.18
1.00
14.20
284.50 287.00 288.00
2.50
280.00
.. . . . . .. . . . . .. . . . . . .
Quartz Sandstone, dark grey to black, medium to coarse grain size, weakly cemented, paralel lamination, contain of fragment & coal string.
Coal, black, banded bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured. Siltstone, dark grey, hard, paralel lamination. Coal, black, bright, hard, sub concoidal cleaved, resin occured, pyrite. Coally clay at the top and bottom Carbonaceous clay, black, hard, sub concoidal cleaved, resin, occured, pyrite. Siltstone, dark grey, very hard, paralel lamination.
300.00 7.15
302.20
Silty claystone, darkgrey, very hard, massive.
309.35
26.15
320.00
335.50
Siltstone, grey, very hard, paralel lamination.
End of drilled at 335.50 m