Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
PEMBINAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS AGAMA BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DAN DINIYYAH TAKMILIYYAH AWWALIYAH (DTA) DI KOTA JAMBI Dr. Supian, S.Ag.,M.Ag, Drs. H. Ishak Muhammad, M.Pd, dan Dr. K. A. Rahman, S.Ag., M.Pd.I Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Staf Pengajar FKIP dan Staf Pengajar Fakultas Hukum ABSTRAK Pendidikan Karakter Berbasis Agama berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola sikap dan prilaku baik yang berdasarkan nilai-nilai agama dan religiusitas, yang lebih dikenal dengan berakhlak mulia (akhlaqul karimah). Mempunyai akhlak mulia tidak secara otomatis dimiliki oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan. Dalam istilah bahasa Arab karakter ini mirip dengan akar kata khuluk (akhlak), yaitu proses pengukiran tabiat atau kebiasaan melakukan hal yang baik. AlGhazali menggambarkan bahwa akhlak adalah tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik.Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, orang tua, guru, keluarga, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan guru-guru MI dan DTA se-Kota Jambi, MI berjumlah 34 sekolah dan DTA berjumlah 129 sekolah, sehingga total berjumlah 163 sekolah, dalam upaya menerapkan pembinaan pendidikan karakter berbasis agama di sekolah masing-masing.Inimerupakan tanggung jawab sosial, tanggung jawab ilmiah sekaligus tanggung jawab keagamaan serta kepedulian terhadap persoalan-persoalan ummat dan daerah. Dari jumlah tersebut, jumlah peserta yang hadir sebanyak 91 orang. Kegiatan pengabdian ini menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan, dalam kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) ditemukan jawaban positif dari beberapa kepala sekolah dan guru yang didatangi, 100% mereka menjawab bahwa apa yang sudah disampaikan melalui penyuluhan sangat baik dan efektif ketika diterapkan dalam proses belajar mengajar maupun mengelola kelas dan sekolah. Bahkan mereka menyatakan bahwa ketika diterapkan, ternyata memang banyak perubahan yang didapat, baik itu dalam aspek kedidiplinan sekolah, ketenangan proses belajar mengajar, kebersihan dan kerapian serta aspek-aspek lain yang sudah didapat melalui pelatihan, meskipun dengan sarana dan pra sarana yang pada umunya masih terbatas. Mereka juga berjanji akan terus menerapkan metode pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama ini di MI dan DTA tempat mereka mengajar. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Akhlaqul Karimah, MI, DTA. PENDAHULUAN Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. Banyak pakar, filosof, ahli pendidikan dan orang-orang bijak yang
menyebutkan bahwa akhlak adalah faktor yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera dan berakhlak yang mulia. Nilai-nilai moral atau akhlak
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 1
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
yang ditanamkan merupakan fondasi penting bagi terbentuknya karakter sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan berakhlak. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis. Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa. Menurut Lickona, dalam bukunya Educating for Character, ada 10 tanda zaman sebuah bangsa menuju jurang kehancuran, tanda-tanda lunturnya karakter suatu bangsa, tanda-tanda tersebut adalah; (i) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (ii) Membudayanya ketidak jujuran, (iii) Sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, (iv), Rendahnya rasa hormat kepada orang tua & guru, (v) Semakin kaburnya moral baik & buruk, (vi) Penggunaan bahasa yang memburuk, (vii) Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti Narkoba & Seks Bebas, (viii) Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, (ix) Menurunnya etos kerja & adanya rasa saling curiga, dan (x) Kurangnya kepedulian di antara sesama. (Lickona. Educating for Character, New York: Bantam Books, 1992:12-22 ) Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Kata karakter berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Mempunyai akhlak mulia tidak secara otomatis dimiliki oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan. Dalam istilah bahasa Arab karakter ini mirip dengan akar kata khuluk (akhlak), yaitu proses pengukiran tabiat atau kebiasaan melakukan hal yang baik. Al-Ghazali menggambarkan bahwa akhlak adalah tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, orang tua, guru, keluarga, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 2
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal yang dapat dijadikan modul pendidikan karakter. Kesembilan pilar ini adalah (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/amanah, bijaksana, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka menolong dan gotong royong, (6) percaya diri, kreatif dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan. Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga seyogyanya pendidikan karakter juga diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group, Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sederajat. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas dan di sekolah, yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Apalagi Guru agama yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak pendidikan karakter berbasis agama di sekolah. Dalam buletin Character Educator yang diterbitkan oleh Character Education Partnership, Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukkan bahwa peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelaskelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Demikian pula sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success karya Joseph Zins, mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anakanak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 3
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Faktor kelurga sangat berperan dalam membentuk karakter anak. Namun kematangan emosi sosial ini selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah sejak usia dini sampai usia remaja. Bahkan menurut Daniel Goleman, banyaknya orang tua yang gagal dalam mendidik anak-anak, kematangan, emosi sosial anak dapat dikoreksi dengan memberikan latihan pendidikan karakter kepada anak-anak di sekolah terutama sejak usia dini. Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Indonesia belum mempunyai pendidikan karakter yang efektif untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai negeri yang berkarakter (tercermin dari tingkah lakunya). Padahal ada beberapa mata pelajaran yang berisikan tentang pesan-pesan moral, misalnya pelajaran agama, kewarganegaraan, dan pancasila. Namun proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan kemampuan anak menjawab soal ujian (terutama dengan pilihan berganda). Karena orientasinya hanyalah semata-mata hanya untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana mata pelajaran dapat berdampak kepada perubahan perilaku, menjadi terabaikan dan jarang diperhatikan. Sehingga apa yang terjadi adalah kesenjangan antara
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
pengetahuan moral (cognition) dan perilaku (action). Semua orang pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan melanggar ketentuan agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap melakukannya. Tujuan akhir dari pendidikan karakter adalah bagaimana manusia dapat berperilaku sesuai dengan ajaran dan nilai agama. Iklim sekolah yang kondusif dan keterlibatan kepala sekolah dan para guru di setiap MI dan DTA khususnya adalah faktor penentu dari ukuran keberhasilan interfensi pendidikan karakter di MI dan DTA. Dukungan sarana dan prasarana sekolah, hubungan antar murid, serta tingkat kesadaran kepala sekolah dan guru juga turut menyumbang bagi keberhasilan pendidikan karakter berbasis agama ini, kemudian dukungan dan kerja sama yang baik dari orang tua/wali murid, di samping kemampuan siswa itu sendiri yang mampu menyerap dan menerapkan pendidikan karakter berbasis agama ini dengan baik, setelah mereka mendapatkan penerapan dan menjadi proses pembiasaan sehari-hari. TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition (a project of The Joseph Institute of Ethics). Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal. (2) Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain. (3) Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 4
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. (4) Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain. (5) Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam. (6) Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan cokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah maupun lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Para ahli pendidikan memandang pentingnya pendidikan karakter sangat mendesak karena adanya kepentingan untuk mengintegrasikan
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
capaian akademik dengan pembentukan karakter bagi peserta didik dalam proses pendidikan. Program Pendidikan karakter berbasis agama yang dimaksud dalam konseptual model ini adalah bentuk-bentuk penanaman nilai-nilai karakter melalui pengajaran, pembiasaan, peneladanan, pemotivasian serta penegakan aturan. Sedangkan Proses pendidikan karakter dalam Islam meliputi, kurikulum, pendidik, siswa, sarana dan prasarana pendidikan, strategi dan metode. METODE PENGABDIAN Metode pengabdian yang dipilih adalah melalui pelatihan/penyuluhan atau workshop, dengan sasaran sebanyak 91 orang guru dan Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) se-Kota Jambi. Pelaksanaan workshop dilaksanakan selama 1 hari di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ihsaniyhah Danau Sipin RT. 24 Kel. Legok Kec. Telanaipura Kota Jambi, dan pada saat monitoring dapat dilihat tingkat keberhasilan kegiatan ini dan efektifitas pelatihan pada sasaran pengabdian, yakni sekolah dan guruguru MI dan DTA di Kota Jambi. PEMBAHASAN “jagalah perkataan, hati dan pikiran, karena itu yang akan melahirkan perbuatan. jagalah perbuatan, karena perbuatan akan melahirkan kebiasaan. jagalah kebiasaan, karena kebiasaan akan melahirkan karakter. jagalah karakter, karena karakter akan menentukan nasib dan kesuksesan di masa depan” Demikian ungkapan Dr. Aan Hasanah, M.Ed dalam kata persembahan karyanya, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 5
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
agama akan membentuk karakter akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Khususnya terhadap para siswa MI dan DTA, sebagai sekolah yang berada dalam pengawasan Kementerian Agama, pendidikan agama tentu saja menjadi sangat penting dan bagian terbesar dari proses pembelajaran dan mata pelajaran yang yang ditekuni sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik. Terlebih saat ini, realitas menunjukkan bahwa anakanak usia dini sudah banyak terlibat dengan prilaku tidak baik, seperti tawuran, prilaku amoral/asusila, narkoba, pornografi dan pornoaksi dan lain-lain. Berdasarkan hasil survey Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan kita dan Buah hati menunjukkan bahwa 67 % siswa SD pernah mengakses pornografi melalui media komik dan internet. Survey yang dilakukan meliputi 2.818 siswa SD kelas 4-6 di Indonesia sejak Januari 2008 s/d Februari 2010. Akibat lebih jauh dari minimnya pendidikan agama sejak SD, maka prilaku menyimpang di usia SMP semakin meningkat. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 % remaja putri SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Hasil lain, ternyata 93,7 % siswa SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 % remaja SMP mengaku pernah aborsi dan 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. Kenyataan ini seyogyanya menyadarkan kita untuk membekali anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) khususnya dengan dasar ilmu agama yang layak. Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembinaan dan bimbingan melalui pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, artinya nilainilai agama yang diperolehnya menjadi bagian dari pribadinya yang dapat mengatur segala tindak tanduknya secara otomatis.
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
Kaitannya dengan meminimalisir dekadensi moral sangat besar sekali. Pendidikan agama mengarahkan kepada setiap siswa untuk komitmen terhadap ajaran agamanya. Tidak terbuai dengan lingkungan yang tidak baik. Tidak berprilaku buruk dalam setiap aktivitasnya. Pendek kata, dengan pendidikan agama prilaku siswa dapat diarahkan. Oleh karena itu, melalui kegiatan Pembinaan Pendidikan karakter berbasis agama ini, upaya praktis dalam mewujudkan nilai-nilai moral yang islami lewat pendidikan agama harus senantiasa diupayakan agar penanaman pendidikan agama betul-betul maksimal. Sehingga para siswa mampu untuk mengantisipasi pengaruh buruk dari lingkungan yang ada di sekitar mereka. Saat ini, kita sangat prihatin melihat dekadensi moral yang melanda usia anak-anak. Suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar bahwa pembekalan ilmu agama sejak dini harus dilakukan semaksimal mungkin. Intinya, pembekalan sejak dini ilmu agama terhadap anak-anak sangat signifikan. Pendidikan agama mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam meminimalisir dekadensi moral anakanak hari ini. Besarnya tarikan pengaruh yang tidak baik dari lingkungan harus diimbangi dengan besarnya pendidikan agama kepada para peserta didik. Bila dampak pergaulan yang tidak baik tidak dicegah sedini mungkin maka akibatnya akan semakin bobroklah kualitas moral dan kualitas kelilmuan anak-anak kita, generasi muda Jambi ke depan. Dosen MPK-PAI Universitas Jambi khususnya dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Universitas Jambi pada umumnya melihat keadaan ini sebagai tantangan dan bagian dari tanggung jawab yang harus dilaksanakan dan melalui Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Universitas Jambi, berusaha untuk menjalankan misi penting bagi eksistensi Dosen MPK-PAI Universitas Jambi dan
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 6
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama di Provinsi Jambi, sebagai tanggung jawab sosial, tanggung jawab ilmiah sekaligus taggung jawab keagamaan serta kepedulian Dosen MPK-PAI Universitas Jambi terhadap persoalan-persoalan ummat dan daerah. Sebagai pilar keagamaan di Universitas Jambi, Dosen MPK-PAI Universitas Jambi melalui Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi bersama Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Universitas Jambi merasa berkewajiban untuk menjalankan amanah ummat ini, dipilihnya MI dan DTA di Kota Jambi sebagai objek pengabdian tim Dosen MPKPAI Universitas Jambi, di dasarkan kepada beberapa hal, yang pertama, jumlah MI dan DTA di kota Jambi yang sangat signifikan, yakni MI sebanyak 34 sekolah dan DTA sebanyak 129 sekolah, sehingga total 163 sekolah menjadi sebuah objek yang sangat layak untuk dilakukan pembinaan dan pemberdayaan, meskipun karena keterbatasan dan pengurangan dana dari rencana semula, kemudian sebanyak 91 peserta yang hadir dalam kegiatan ini. yang kedua, sebagai ibukota Provinsi, Kota Jambi seharusnya menjadi pilar dan model pengembangan pendidikan karakter berbasis agama, sehingga diharapkan dapat menjadi percontohan bagi wilayah-wilayah lainnya dalam provinsi Jambi, yang ketiga, karena MI dan DTA adalah merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah kementerian agama, yang tentu saja secara logis harus terlebih dahulu menerapkan metode pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama, sehingga kemudian diharapkan dapat menjadi “icon” pendidikan karakter di masa yang akan datang, dan yang keempat, sebagai ibukota Provinsi, Kota Jambi tentunya harus mendapatkan prioritas dalam upaya Universitas Jambi melaksanakan kegiatan pengabdiannya. Berdasarkan analisis situasi di atas, maka perlu dilakukan langkah yang kongkret
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
melalui pelatihan, pembinaan, pendidikan dan pemahaman tentang pendidikan karakter berbasis agama sebagai berikut : 1. Memberi pelatihan, pembekalan dan pemahaman kepada Kepala Sekolah dan Guru di MI dan DTA se-Kota Jambi, tentang metode Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama, untuk kemudian diterapkan di sekolah masing-masing, melalui pembiasaan, pembelajaran dan check list serta semua aktivitas sekolahsehari-hari. 2. Memberikan bimbingan langsung dan praktis kepada Kepala Sekolah dan Guru MI dan DTA, sehingga mereka dapat pula secara praktis dan sungguh-sungguh menerapkannya sesuai dengan keadaan dan pra sarana yang ada di sekolah masingmasing. 3. Para Kepala Sekolah dan Guru MI dan DTA mengimplementasikan metode Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama di sekolah masing-masing, Sehingga akan tercapai tujuan utama dari program ini yakni menjadikan anak-anak menjadi insan yang berkarakter religious dan islami sebagai harapan kita semua. HASIL PENGABDIAN Hasil pengabdian ini antara lain tergambar dari kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) tim pengabdian, yang dilaksanakan dengan mengunjungi dan melihat (observasi) langsung Ke sekolah– sekolah MI dan DTA yang menjadi peserta kegiatan workshop dan terlibat dalam penerapan metode ini. Ada 15 MI dan DTA yang sempat dikunjungi oleh tim pengabdian, dengan membawa kuesiner/instrumen monev. Dari catatan yang disimpulkan dari kuesioner dan instrument monev, di dapat beberapa data sebagai berikut:
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 7
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
1. 100% responden (15 orang kepala sekolah/guru MI dan DTA yang dikunjungi) menjawab: point a, Sangat Baik dan Efektif. Ketika diajukan pertanyaan setelah mengikuti kegiatan pengabdian tim dosen PAI/FIB Universitas Jambi ini, bagaimana penilaian anda terhadap Metode pendidikan karakter berbasis agama ini? 2. 92% responden (14 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: sangat baik/sangat tinggi (point 5), dan 8 Persen (1 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab baik/tinggi (point 4). Ketika ditanya bagaimana menurut saudara materi pelatihan Pendidikan Karakter Berbasis Agama yang disampaikan dalam workshop tim pengabdian FIB Universitas Jambi? 3. 70% respoden (10 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: sangat baik/sangat tinggi (point 5). Ketika ditanya bagaimana menurut saudara penerapan pendidikan karakter ini di MI/DTA masing-masing. Sedangkan sisanya, 30% (5 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: baik/tinggi (point 4). 4. 75% responden (11 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: sangat baik/sangat tinggi (point 5). Ketika ditanya bagaimana antusias, daya tangkap dan penerimaan siswa-siswi terhadap metode ini. Sedangkan sisanya, 25% (4 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: baik/tinggi (point 4). 5. 45% responden (7 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: sangat baik/sangat tinggi (point 5). Ketika ditanya bagaimana sikap dan dukungan orang tua anak didik terhadap proses pembelajaran
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
di MI/DTA yang anda bina. Sedangkan sisanya, 35% (5 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: baik/tinggi (point 4). Sisanya 20% (3 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: biasa/cukup (point 3). 6. Dan 100% responden (15 orang guru MI/DTA yang dikunjungi) menjawab: sangat baik/sangat tinggi (point 5). Ketika ditanya bagaimana pendapat saudara apabila program ini seterusnya dilanjutkan dan diterapkan di MI/DTA? Dari harapan, kesan dan saran-saran yang disampaikan, sebagian guru MI dan DTA berharap agar kegiatan semacam ini sering dilakukan, terutama bagi Mi dan DTA untuk memperkaya dan menambah pengalaman mereka, mengingat tantangan yang dihadapi sekarang ini sudah semakin berat dan kompleks. Mereka merasa sangat senang, dapat berbagi pengalaman dan diberikan fasilitas-fasilitas yang sangat berharga. Apabila mungkin tim diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan lain yang diperuntukkan kepada guru-guru MI dan DTA agar guru-guru MI dan DTA tidak tertinggal dalam informasi dan penemuanpenemuan baru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Harapannya tentu saja bagaimana ke depan MI dan DTA tidak dipandang sebelah mata, tetapi mampu menjadi sekolah-sekolah favorit, terutama dengan keunggulan dari aspek karakter religius siswa-siswinya. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang bertemakan Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) se- Kota Jambi, sejak dari awal survey, pelaksanaan pelatihan/workshop hingga monitoring dan
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 8
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
evaluasi, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: (1) Kegiatan pengabdian ini disambut antusias oleh semua pihak, terutama pihak MI Ihsaniyah Danau Sipin Kel. Legok Kec.Telanaipura Kota Jambi, pihak Kantor Kementerian Agama Kota Jambi dan Kepala Sekolah/Guru-Guru MI/DTA yang menjadi peserta kegiatan, ini terbukti dengan antusiasnya para peserta mengikuti, mendengar, menyimak dan mendiskusikan materi-materi pelatihan, hingga antusias mereka menyambut tim pegabdian saat melaksanakan monitoring dan evaluasi di MI dan DTA masing-masing. Semuanya menyatakan bahwa selama ini kegiatan yang seperti ini masih sangat langka merkea terima. Oleh karena itu mereka berharap kegiatan seperti yang dilakukan oleh tim Pengabdian Universitas Jambi, dapat dilanjutkan, supaya semakin banyak guru-guru MI dan DTA yang mendapatkan pencerahan dalam menerapkan pendidikan karekter berbasis agama ini. (2) Dari apa yang disampaikan oleh Kepala Sekolah/guru-guru MI dan DTA ini, materi pembinaan pendidikan karakter berbasis agama ini sangat baik dan sangat efektif saat mereka menerapkannya di sekolah mereka masing-masing. Selama ini mereka sebagain sudah menerapkan metode ini, tetapi dengan system yang tidak seperti yang dikehendaki dan diharapkan, bahkan ada yang mereka tidak mengetahui apa yang mereka terapkan. Setelah mengikuti kegiatan ini, mereka merasa semakin bersemangat dan semakin mudah dalam menerapkan metode ini mengajarkan anak didiknya masing-masing. (3) Dari pemantauan dan pelaksanaan kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini sangat berhasil, karena melibatkan banyak orang. Dalam gambaran umumnya, jika 91 orang peserta masingmasing memiliki minimal 30 anak didik saja, maka berarti ada 2.730 anak didik yang dapat merasakan pengaruh dari kegiatan ini. Tingkat keberhasilan itu juga terlihat dari harapan yang disampaikan para guru MI dan
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
DTA baik saat pelatihan maupun saat monev. Sehingga tim kemudian merekomendasikan agar kegiatan ini dapat dilanjutkan di masa-masa yang akan datang. Sebagaimana yang juga disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Muaro Jambi pada acara pembukaan kegiatan ini. Dari kesimpulan dan pengalaman di lapangan, dapat disampaikan beberapa saran-saran sebagai berikut: (1) Kepada pihak pemerintah daerah dan Kantor Kementerian Agama diperlukan upaya yang signifikan dan terus menerus mendorong kegiatan Pendidikan karakter bagi MI dan DTA dan mendorong serta memberikan perhatian kepada para guru-guru MI dan DTA, yang sesungguhnya memiliki tugas dan niat mulia dalam membina anak-anak dan generasi muda Muslim, khususnya dalam aspek pembelajaran dan penerapan pendidikan karakter berbasis agama ini di setiap MI dan DTA. (2) Perhatian yang besar khususnya kepada DTA yang sekarang sangat kurang perhatian. Ironi sekali ketika di satu sisi pemerintah ingin membangun karakter berbangsa, tetapi di sisi lain DTA sebagai sentra pendidikan karakter justru diabaikan. DTA hanya hidup dari keikhlasan para gurunya, sehingga banyak DTA yang kemudian tutup, anak-anak di sekitarnya kemudian mengisi waktu setelah sekolah pagi dengan bermain atau kegiatan yang tidak terkoordinir. (3) Kepada Guru-Guru MI dan DTA sebagai ujung tombak, syiar dan berkembangnya karakter islami di muka bumi, karena dengan merekalah anak-anak dan generasi muda Muslim menjadi generasi berakhlak mulia, teruskan perjuangan, jihad dan niat tulus menyebarkan ayat-ayat AlQuran di muka bumi Allah SWT. Sebagai sebuah upaya dan usaha mulia, tentu saja niat dan keikhlasan adalah yang paling utama, disamping terus membekali diri dengan peningkatan kemampuan dan memperkaya diri dengan penguasaan ilmuilmu alat, seperti penguasaan metode
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 9
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
penerapan dan pembinaan pendidikan karekter islami dan keilmuan yang lain yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan (4) Kepada semua pihak, seperti Universitas Jambi, untuk terus pula memberikan peluang bagi terlaksananya kegiatan ini. Kegiatan ini tidak saja sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, tetapi sebagai bagian dari dakwah dan li I’la I kalimatillah (meninggikan kalimah Allah swt di muka bumi, yang tidak saja bermanfaat dari aspek akademik dan keduniaan, tetapi membawa barokah dan pahala pula di akhirat, di hadapan Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Anne D. Mather & Louise B. Weldon, 2006, Character Building Day by Day, ed. Eric Braun, Minneapolis. Azra, Azyumardi, 2002, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Waca Ilmu. Fadhil al-Ghamaly, Muhammad, 1995. alFilsafah at-Tarbiyah fi Al-Qur’an. Terjemah Asmuni S., Jakarta: Pustaka Kausar. Ghazali, al-, 2000, Ihya ‘ulum al-din, vol. II, Qairo Mesir: Daar al-Taqwa. Hamzah Ya’qub, 1993 Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah, Bandung: Diponegoro.
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
Hasanah, Aan, 2012. Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, Bandung: Insan Komunika Kusuma, Doni, A., 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Grasindo. Lickona, Thomas, 1991. Educating for Character: How our Schools can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam. M. Berkowitz, 2002. The Science of Character Education. In W. Damon (Ed.), Bringing in A New Era in Character Education, Stanford, CA: Hoover Institute Press. Rusnak, Timothy, 1998. The Six Principles of Integrated Character Education, dalam An Integrated Approach to Character Education California: Corwin Press Inc. S. Winatapura, Udin., 2010. Implementasi, Kebijakan, Nasional Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Karakter (Konsep, Kebijakan, dan Kerangka Programatik), Jakarta: Rineka Cipta. Supian, dkk, 2013. Buku Pedoman Pembinaan Pendidikan Karakter Religius dan Best Practice Tingkat Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Jambi: Diknas Prov. Jambi dan Gaung Persada Press Jakarta.
Pembinaan Pendidikan Karakter Berbasis Agama Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Diniyyah Takmiliyyah Awwaliyah (DTA) di Kota Jambi 10