TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA DARAH MENCIT YANG DI INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA
PUGUH SANTOSO
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA DARAH MENCIT YANG DI INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA
PUGUH SANTOSO NIM 0990761041
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA MENCIT YANG DI INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUGUH SANTOSO NIM 0990761041
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 19 Agustus 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK NIP.194606191976021001
Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S,AIF NIP. 195012311980031015
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Bomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS Sudewi, Sp.S(K) NIP. 194612131971071001 NIP.195902151985102001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. DR.dr.A.A Raka
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 19 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No: 1334/UN14.4/HK/2011 Tanggal : 01 Agustus 2011
Ketua
: Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
Sekretaris
: Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S.,AIF
Anggota
: 1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And 2. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Rep. 3. dr. Komang Januartha P. Pinatih, M. Kes.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Puguh Santoso,S.Si.,Apt
NIM
: 0990761041
Program Studi
: Ilmu Biomedik
Instansi Asal
: Akademi Farmasi Saraswati Denpasar
Tempat/ tanggal lahir
: Kediri, 9 Februari 1967
Alamat
: Jl. Karangsari I Blok G-18 Denpasar
Telpon
: 081338644867
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau sepenuhnya tesis orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 19 Agustus 2011 Yang Membuat Pernyataan,
Puguh Santoso,S.Si.,Apt
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyusun tesis yang berjudul ”Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Menurunkan Kadar Malondihaldehida Mencit (Mus Musculus) Yang di Induksi Karbon Tetra Klorida. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar magister pada Program Pasca Sarjana Ilmu Biomedis Kekhususan Ilmu Kedokteran Dasar Bidang Farmakologi Universitas Udayana. Penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Udayana yang telah menerima kami sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Universitas Udayana Denpasar. 2. Direktur Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti Program Pascasarjana Ilmu Biomedik. 3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila FAACS., Sp. And. selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Biomedis Universitas Udayana. 4. Prof. dr. I G.M. Made Aman, Sp.FK selaku pembimbing I yang telah memberi banyak masukan, saran ilmiah, dan bimbingan serta dorongan selama penulis menyeleseikan tesis ini.
5. Prof. dr. K. Tirtayasa, M.S.,AIF selaku pembimbing II yang telah memberi banyak masukan, penuh perhatian dan saran kepada penulis. 6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And selaku penguji proposal yang telah banyak memberi masukan, saran ilmiah, dan metode penelitian. 7. Dr. dr. Komang Bagus Satriyasa, M. Rep. selaku penguji proposal yang telah banyak memberi masukan, saran ilmiah, dan terutama dalam kajian pustaka. 8. dr. Komang Januartha P. Pinatih, M.Kes, selaku penguji proposal yang telah banyak memberi masukan, saran ilmiah. 9. Dosen-dosen lain yang telah banyak memberikan saran selama penulisan tesis ini. 10. Staf administrasi dan teman-teman mahasiswa Program Magister Biomedik Kekhususan Kedokteran yang telah banyak memberikan dorongan, semangat dan masukan kepada penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyeleseian tesis ini. Denpasar, 20 Oktober 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan berserat dan buah-buahan segar sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Keseimbangan nutrisi, pola makan teratur diikuti olah raga yang baik dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Selain faktor nutrisi, lingkungan luar juga perlu mendapat perhatian seperti terpapar asap rokok, bahan kimia toksik, polusi udara dan radiasi. Salah satu faktor timbulnya penyakit adalah radikal bebas. Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, karena radikal bebas memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya sehingga bersifat reaktif untuk bereaksi dengan molekul lain. Radikal bebas dapat merusak lipid membran sel, DNA, protein yang menyebabkan stress oksidatif (Valko et al.,2006). Sel tubuh manusia selama kehidupan bermetabolisme untuk membentuk energi, selalu menghasilkan senyawa oksigen reaktif (SOR) yang selanjutnya menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas diyakini dapat menimbulkan kerusakan pada komponen sel, seperti lipid, protein dan asam nukleat, serta dapat menyebabkan mutasi dan bersifat karsinogenik (Thanical dan Clarkson, 2000; Droge, 2002). Pembentukan radikal bebas berlangsung terus menerus di dalam sel sebagai konsekuensi dari reaksi enzimatik dan non enzimatik. Reaksi enzimatik bersumber dari rantai respirasi, fagositosis, sintesis prostaglandin, serta sistem pada sitokrom P450. Radikal bebas juga berasal dari reaksi non enzimatik oksigen dengan melibatkan komponen organik, termasuk reaksi yang dimulai dengan ionisasi radiasi. Beberapa sumber internal radikal bebas meliputi mitokondria, fagositosis, xanthine oxsidase, reaksi yang melibatkan logam transisi, seperti Fe dan Cu, jalur arachidonate, peroxisomes, latihan fisik, inflamasi, iskemia/reperfusi. Beberapa 1 sumber radikal eksternal : asap, rokok, polusi lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu, pestisida, pelarut pada industri kimia, ozon (Droge 2002, Setiati, 2003) Kadar radikal bebas dapat meningkat akibat iskemia-reperfusi, terik matahari, radiasi, toksin dan peningkatan aktivitas enzim lipoksigenase dan siklooksigenase (Thannical dan Droge, 2000). Radikal bebas memainkan peranan penting dalam sejumlah proses biologis, beberapa yang penting untuk kehidupan, seperti membunuh
bakteri intraseluler oleh sel fagosit seperti granulosit dan makrofag. (Pacher et al., 2007). Jumlah berlebihan dari radikal bebas dapat menyebabkan cedera sel dan kematian, yang menyebabkan banyak penyakit seperti kanker, stroke, infark miokard, diabetes (Karthikeyan et al., 2010). Stres oksidatif menyebabkan terjadinya kerusakan pada asam-basa nukleus, lemak dan protein yang mempengaruhi kondisi kesehatan sel dan viabilitasnya atau menginduksi terjadinya berbagai macam respon seluler melalui pembentukan senyawa reaktif sekunder dan akhirnya kematian sel oleh karena nekrosis atau apoptosis (Dalle-Done et al., 2006) Keadaan stress oksidatif biasanya terjadi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah sistem antioksidan. Tingkat kerusakan oksidatif sel/jaringan tubuh akibat radikal bebas dapat ditentukan dengan mengukur kadar Malondihaldehide (MDA) di dalam darah dan pentane di dalam pernapasan yang merupakan indikator dari peroksidasi lipid (Clarkson, 2000). Sumber radikal bebas yang didapat dari luar yang dapat menimbulkan stress oksidatif adalah senyawa toksik seperti karbon tetra klorida (CCl4), bahan toksik tersebut banyak digunakan dalam laboratorium, bila tubuh terpapar dapat menyebabkan kerusakan hati. Antioksidan merupakan satu komponen bahan makanan yang bermanfaat bagi kesehatan, karena dapat menghambat spesies oksigen reaktif, spesies nitrogen maupun radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Antioksidan berfungsi untuk melindungi tubuh dari sejumlah penyakit berat seperti penyakit jantung, kanker, stroke, arthritis, serta berbagai kondisi kesehatan lainnya. Antioksidan diyakini dapat melindungi biomolekul terhadap stress oksidatif, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular serta jenis kanker tertentu (Huang et al.,
2004). Secara umum antioksidan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Antioksidan nonenzimatik yang disebut juga antioksidan pemutus rantai meliputi vitamin C, vitamin E dan β karoten (Ji, 1999; Chevion, 2003). Antioksidan enzimatik yang disebut juga antioksidan pencegah terdiri atas superoxide dismutase (SOD), catalase dan glutathione peroxidase (GSH).
Enzim antioksidan yang sering diukur untuk mengevaluasi
perubahan status antioksidan dan meredam efek buruk oksidan adalah superoxide dismutase
(SOD)
(Suryohusodo,1995;
Halliwell
dan
Gutridge,1999).
Penelitian tanaman obat saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan melalui Perguruan Tinggi yang ada di seluruh Indonesia melalui multidisiplin ilmu yang ada di Perguruan tinggi. Banyak tanaman obat yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan empiris, belum semua tanaman obat yang telah digunakan oleh masyarakat telah diteliti manfaatnya secara klinis. Salah satu tanaman yaitu mengkudu (Morinda Citrifolia). Penggunaan tanaman mengkudu/pace sebagai pengobatan, perlu diketahui macam-macam zat yang terkandung dan mekanismenya agar dapat dibuat formula yang tepat, guna mendapatkan hasil yang efektif (Wijayakusuma, 2007). Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman mengkudu meliputi flavonoid, alkaloid ( xeroin), damnacanthal, scopoletin, antraquinon (Scot, 2006). Mengkudu juga mengandung sejumlah senyawa sebagai antioksidan seperti betacaroten, asam askorbat, terpenoid, alkaloid, polifenol seperti flavonoid, flavonoid
glikosida, rutin (Ying et al.,2002). Secara invitro ektrak metanol akar, daun dan buah mengkudu telah diteliti mempunyai khasiat antioxidan (Zin et al., 2001). Penelitian ini bertujuan mengetahui manfaat ekstrak buah mengkudu menurunkan kadar malondialdehid. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut : 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA dalam darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida ? 2. Apakah peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan MDA dalam darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida? 1.3 Tujuan penelitian 1. Tujuan umum : mengetahui efek pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap kadar malondialdehid pada serum mencit yang di induksi karbon tetra klorida dan dosis berapa dapat menurunkan MDA. 2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui pemberian ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA b. Untuk mengetahui peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah: Penelitian ini merupakan upaya penggalian, peningkatan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang Kedokteran dan Farmasi terutama pemanfaatan bahan alam
2. Manfaat Aplikasi : Bila menunjukkan hasil yang positif ektrak etanol buah mengkudu berkhasiat sebagai antioksidan, dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut untuk diaplikasikan sebagai anti aging.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Radikal Bebas Radikal bebas (R·) merupakan suatu atom, gugus atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Sifat radikal bebas yang reaktif dapat menginaktifkan protein, merusak DNA dan menginduksi peroksidasi lipid di membran sel (Halliwell and Gutteridge ,1999). Radikal bebas dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh untuk proses fisiologis, diantaranya anion superoksida melalui derivatnya radikal hidroksil menstimulasi guanilat cyclase dan membentuk second messenger cGMP, menaikkan produksi Interleukin-2 (IL-2) dan menginduksi ekspresi gen heme oxygenase (OH-1). Radikal bebas dapat dihasilkan dari dalam tubuh (endogen) dan juga dari luar tubuh (Eksogen). Radikal bebas endogen adalah radikal yang dihasilkan dari dalam tubuh, misalnya radikal dari mitokondria, xantin oxidase, NADPH oxidase, mikrosom, membran inti sel dan peroksisom. Radikal bebas eksogen adalah radikal yang dihasilkan dari lingkungan luar seperti asap rokok, radiasi UV, bahan kimia toksik. Jenis-jenis radikal bebas yang merusak sel terdiri dari : (Setiati, 2003). a. Reactive Oxygen Species (ROS), yaitu senyawa reaktif turunan oksigen misalnya radikal superoksida (O2*), radikal hidroksil (OH*), radikal alkoksil (RO*), radikal peroksil (RO2*) serta senyawa bukan radikal yang berfungsi sebagai pengoksidasi atau senyawa yang mudah mengalami perubahan menjadi radikal bebas seperti hydrogen peroksida (H2O2), ozon (O3) dan HOCl.
7
b. Reactive Nitrogen Species (RNS), misalnya nitrogen dioksida (NO2), dan peroksinitrit (ONOO*) dan bukan radikal seperti HNO2 dan N2O4. Radikal bebas umumnya merusak seluler dan subseluler melalui tiga tahapan yaitu : tahap inisiasi (pembentukan radikal bebas), tahap propagasi (reaksi berantai radikal) dan tahap terminasi (reaksi dengan radikal lain atau dengan antioksidan untuk membentuk senyawa yang stabil. (Halliwell dan Guttridge , 1999).
Jumlah radikal bebas dalam tubuh diseimbangkan oleh antioksidan yaitu suatu senyawa yang terdapat dalam kadar yang sangat rendah dibandingkan dengan substratnya yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi substrat (Winarsi, 2007) 2.2 Stres Oksidatif Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketika jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk meredam efek buruk radikal bebas yang dapat merusak membran sel, protein dan DNA, berakibat fatal bagi kelangsungan hidup sel/jaringan. Jika hal ini terjadi berkepanjangan maka akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan, menyebabkan kehilangan fungsinya dan akhirnya mati. Penumpukan hasil perusakan radikal bebas merupakan penyebab utama terjadinya penuaan (Bagiada, 2001) Stres oksidatif menginduksi peroksidasi membran lipid yang dapat menimbulkan kerusakan yang akan menyebabkan perubahan terhadap struktur biologis dari membran, seperti kadar cairan, serta dapat menonaktifkan ikatan membran dengan reseptor atau enzim yang dapat mengganggu fungsi normal sel, lebih jauh memberikan kontribusi besar kerusakan sel yang merupakan produk peroksidasi lipid (Dalle-Done et al.,2006). 2.3 Peroksidasi Lipid Peroksidasi lipid merupakan salah satu penyebab utama kerusakan sel. Proses peroksidasi asam lemak terutama terjadi pada membran phospolipid. Peroksidasi lipid mengubah psikokemikal lapisan membran lipid menyebabkan disfungsi sel yang signifikan. Berbagai produk dihasilkan akibat peroksidasi lipid seperti MDA (4hydroxy-2-noneal (HNE), 4-hydroxy-2-hexenal (4HHE) (Catala, 2006). Proses peroksidasi lipid terdiri atas tiga fase yaitu : inisiasi, propagasi dan terminasi.
Gambar 2.1 : Mekanisme Peroksidasi Lipid (Catala, 2006) Tahap pertama reaksi inisiasi terjadi antara radikal hidroksil (٠OH) dengan asam lemak tak jenuh menghasilkan radikal lipid. Tahap kedua reaksi propagasi terjadi antara radikal lipid dengan molekul oksigen (O2) membentuk radikal lipid peroksil. Tahap ketiga terminasi, adalah reaksi antara radikal lipid dengan radikal lain atau bereaksi dengan antioksidan untuk membentuk senyawa yang lebih stabil. 2.4 Antioksidan Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donors), Secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negative oksidan dalam tubuh. Secara umum antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH). Antioksidan non-enzimatis masih dibagi menjadi 2 kelompok : 1. Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin. 2. Antioksidan larut air, seperti asam ascorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat heme
Antioksidan enzimatis dan non-enzimatis bekerja sama memerangi aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh. Terjadinya stress oksidatif dapat dihambat oleh kerja enzimenzim antioksidan dalam tubuh dan antioksidan non-enzimatis (Winarsi, 2007).
Mekanisme Kerja Antioksidan Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990). Komponen terpenting membran sel adalah fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua komponen pertama mengandung asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh sangat rawan serangan radikal terutama radikal hidroksil ( OH ) menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi lipid (lipid peroxidation). LH
+ OH
Asam lemak
L*
+
Radikal lipid
H2O
L*
+
O2
LOO* Radikal peroksilipid
LOO*
+
LH
L*
+
LOOH
Akibat akhir reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai macam aldehida seperti malondihaldehida (MDA), hidrokarbon seperti (C2H6) dan pentane (C5H12) (Catala, 2006). Antioksidan bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi penetralan oksidan/radikal bebas (enzim SOD, katalase dan glutation peroksidase),
menyingkirkan logam
transisi, sehingga mencegah ion logam mengkatalisis pembentukan radikal bebas (Frei et al., 1992)
Gambar 2.2 : Mekanisme antioksidan enzimatis (Halliwell and Gutteridge 1999)
2.5 Karbon Tetra Klorida Karbon tetraklorida (tetraklorometana) adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan untuk sintesis kimia organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam pemadam api dan refrigerasi, namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah cairan yang mudah terbakar, jernih, tidak berwarna, sifat pelarutnya sama dengan kloroform. Dapat bercampur dengan alkohol, eter, benzene, dan pelarut organik lainnya, tetapi praktis tidak larut dalam air. Harus disimpan dalam wadah tertutup dan kedap cahaya (Doerge, 1982). Pertama kali dibuat tahun 1849 dan digunakan untuk anestesi, shampo kering dan obat cacing. Namun semua kegunaan dalam rumah tangga telah ditinggalkan karena toksisitasnya yang hebat, dan hanya digunakan untuk industri, ilmu pengetahuan dan penggunaan non rumah tangga (Klassen, 2001). Pemberian CCl4 secara oral dengan mudah diabsorbsi dari saluran cerna, berlangsung lambat dan tidak
mudah diramalkan. Absorbsi ini mengalami peningkatan jika bersamaan dengan pemberian lemak dan alkohol (Fauci et al., 1998). Sifat toksik CCl4 telah terbukti dari beberapa penelitian bahwa dosis kecil sekalipun dapat menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati, ginjal. Efek toksik CCl4 yang paling terlihat adalah pada hati, Kerusakan hati akibat terpapar CCl4 tergantung pada dosis yang diberikan. Absorbsi CCl4 selain berlangsung melalui seluruh permukaan tubuh termasuk kulit. Pada prinsipnya kerusakan sel hati akibat pembentukan radikal bebas, peroksidasi lemak dan penurunan aktivitas enzim-enzim antioksidan. Manifestasi kerusakan secara histologis terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobuler, dan akhirnya sirosis (Gene et al., 1999). Pemberian CCl4 pada hewan coba akan menyebabkan terjadinya perlemakan disebabkan karena adanya gangguan sintesis lipoprotein VLDL yang berfungsi sebagai alat transport lipid dalam tubuh. Biotransformasi CCl4 dalam hati melalui sistem retikulum endoplasma (sitokrom P450), mekanismenya CCL4 masuk ke dalam hati, kemudian diubah menjadi radikal triklorometil (CCl3*) dan (Cl*). CCL4 Reduksi elektron CCl3* + Cl Sitokrom P450 Radikal CCl3* yang terbentuk dengan adanya oksigen akan mempercepat reaksi membentuk radikal CCl3O2*, Reaksi ini akan semakin komplek membentuk reaksi berantai (Winarsi, 2007). 2.6 Malondihaldehid (MDA) Malondialdehid adalah senyawa organik dengan rumus CH2(CHO)2, struktur senyawa ini lebih komplek dari pada rumusnya, senyawa reaktif ini hasil alami dan penanda dari stress oksidatif. Malondialdehid merupakan senyawa yang sangat reaktif yang tidak biasanya diamati dalam bentuk murni. Di laboratorium dapat dihasilkan dengan hidrolisis dari 1,1,3,3-tetramethoxypropane, yang tersedia secara komersial. (Nair et al, 2008). Reaktif oksigen spesies mendegradasi lemak tak jenuh membentuk malondihaldehid. Senyawa ini merupakan aldehida reaktif dan merupakan salah satu dari banyak senyawa elektrofil reaktif yang menimbulkan stres toksik dalam sel dan
bentuk protein kovalen yang disebut produk lipoxidation sebagai hasil akhir (Davoine dan Farmer, 2007). Produk aldehid ini digunakan penanda tingkat stress oksidatif dari suatu organism (Del et al., 2005). Malondialdehid bereaksi dengan deoxyadenosine dan deoxyguanosine dalam DNA, membentuk komplek DNA yang mutagenik. (Marnett, 1999). Analisis
malondihaldehid dan zat reaktif tiobarbiturat lain membentuk
kondensasi yang setara dengan dua asam tiobarbiturat menghasilkan warna merah derivative yang bisa diamati dengan spektrofotometer (Botsoglu,1994). 2.7 Etanol Etanol (C2H5OH) adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Etanol terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai bahan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.(Myers et al., 2007)
2.8 Klasifikasi Mencit galur Balb/c (Mus Musculus) Kingdom Phylum Subphylum Class Ordo Famili Genus Species
: Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Rodentia : Muridae : Mus : Mus musculus
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (Mencit-Mencitan) yang Gambar 2.3 : Mus musculus (Moore, 2000)
berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Mencit memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga. sebagian besar Mencit diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam biomedis. 2.9 Tanaman Mengkudu (Morinda Citrifolia)
Mengkudu (Basa Aceh: keumeudee, Jawa: pace, kemudu, kudu); cengkudu (Sunda), kodhuk (Madura), tibah (Bali) berasal daerah Asia Tenggara, tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Aceh (bahasa Hindi). Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam. Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan rujak. Daunnya juga digunakan sebagai salah satu bahan nicah peugaga yang sering muncul sebagai menu wajib buka puasa. Mengkudu (keumeudee) karena itu sering ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Klasifikasi tanaman (Sambamurty, 2005) : Kerajaan
: Plantae
Ordo
: Gentianales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda Citrifolia
Gambar2.4 : Morinda Citrifolia (Sambamurty, 2005)
2.9.1 Kandungan Kimia Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C, mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada buah
mengkudu
merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : flavonoid, xeronine, plant steroid, alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium (Abdul, R. 2005). Terpenoid membantu dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. (Scot, 2006)
Zat anti bakteri, Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus. (Wien et al., 2009) Scopoletin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi, zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal. (Will, 2002) Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan proteinprotein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif. 2.9.2 Senyawa Bioaktif dalam Buah Mengkudu Vitamin C, Flavonoid dan selenium merupakan senyawa yang terdapat dalam buah mengkudu yang berperan sebagai antioksidan. Vitamin C merupakan bagian pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 2000). Sebagai antioksidan vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara memindahkan satu electron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C juga dapat
menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel neutrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin ini dapat juga berinteraksi dengan Feferitin. Di luar sel vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL terokidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol teroksidasi, dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan (Levine, 2003). Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C kemidian akan berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C (Belleville-Nabeet,1996) Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor
asam
askorbat
akan
mendonorkan
satu
elektron
membentuk
semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi
membentuk
dehidroaskorbat
yang
bersifat
tidak
stabil.
Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007). Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisologis mirip enzim SOD sebagai berikut : 2Oˉ2 + 2H+ +Askorbat → 2H2O2 + Dehiroaskorbat
dengan kerja
Reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase (Asada, 1992) H2O2 + 2 Askorbat → 2H20 + 2 Monodehidroaskorbat Penelitian Bono. A 2007, aktivitas antioksidan flavonoid buah mengkudu dengan memakai uji DPPH. Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat penggumpalan keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, juga menghambat pertumbuhan sel kanker. Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil dan alkoksil (Huguet et al., 1990). Aktivitas antioksidan flavonoid tidak hanya melalui struktur nya, tetapi juga keberadaanya dalam membran. Efek proteksi flavonoid penting untuk diaplikasikan penyakit-penyakit yang diakibatkan radikal bebas (Saija et al., 1995). Dari hasil penelitian tampak bahwa peran antioksidan non enzimatis berkaitan erat dengan kerja antioksidan enzimatis. Selenium dikenal terbaik untuk perannya dalam glutation peroksidase (GSH Px-) sistem enzim. Dalam total sel (GSH Px-) didistribusikan antara sitosol dan matriks mitokondria (Ji, L. 1999). Distribusi enzim memungkinkan untuk peningkatan efisiensi radikal bebas oleh sistem GSH-Px. Enzim ini sebagai sistem pertahanan pertama dalam tubuh. melawan radikal bebas. Pada peroksidase menggunakan glutation tereduksi untuk menghentikan peroksidasi sel dengan hidrogen peroksida H2O2 dan lipid (Burk, R.1999). BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini didasarkan bila jumlah radikal bebas melebihi antioksidan tubuh akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan, yang menyebabkan sel/jaringan tersebut kehilangan fungsinya dan akhirnya mati. Dalam keadaan fisiologis akibat buruk radikal bebas dapat diredam tubuh baik secara enzimatis maupun non enzimatis oleh senyawa-senyawa yang termasuk antioksidan. Pemberian CCl4 pada hewan coba akan menyebabkan terjadinya perlemakan disebabkan karena adanya gangguan sintesis lipoprotein VLDL yang berfungsi sebagai alat transport lipid dalam tubuh. Biotransformasi CCl4 dalam hati melalui sistem retikulum endoplasma (sitokrom P450), mekanismenya CCL4 masuk ke dalam hati, kemudian diubah menjadi radikal triklorometil (CCl3*) dan (Cl*). Peroksidasi lipid menyebabkan hilangnya rantai asam lemak tidak jenuh, dengan demikian pengukuran peroksidasi lipid bertujuan untuk memeriksa kehilangan asam lemak. Peroksidasi lipid dapat dicegah dengan pemberian antioksidan. Antioksidan enzimatis merupakan antioksidan endogen yang meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GSH-Px). Enzim-enzim ini bekerja dengan cara melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas seperti anion superoksida (O2*), radikal hidroksil (*OH) dan hydrogen peroksida (H2O222 ). Selain antioksidan enzimatis, tubuh dapat
memperoleh antioksidan berasal dari nutrisi seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, antioksidan fenolik (salah satunya flavonoid) dapat menghambat peroksidasi lipid melalui donasi atom H kepada radikal peroksil (ROO*) . Mengkudu mengandung vitamin C, selenium dan flavonoid yang bekerja untuk memaksimalkan aktivitas scavenger terhadap radikal bebas dengan cara menurunkan aktivitas radikal hidroksil (OH) sehingga tidak terlalu reaktif lagi. Berdasarkan kajian tersebut diharapkan pemberian mengkudu dapat menurunkan kadar malondialdehid mencit jantan yang diinduksi dengan CCl4.
3.2 Konsep Ektrak buah mengkudu Faktor Internal
Faktor Eksternal
Umur
Mencit Stres oksidativ
Genetik Stres
MDA Menurun
psikologis
Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
Polusi udara Asap rokok CCl4
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Pemberian ektrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) dapat menurunkan kadar MDA dalam darah Mencit yang di induksi /karbon tetra klorida 2. Peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu meningkatkan efek penurunan kadar MDA darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimental murni randomized pre test post-test control group design (Pocock, 2008). Skema rancangan penelitian sebagai berikut :
P0 O1
O2 P1
R P
O3
O4
S
P2 O5
O6 P3
O7
O8
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian Keterangan : P = Populasi S = Sampel R = Random O1 = kelompok control pre test
O3 = perlakuan I pre test
25
O5 = perlakuan II pre test
O7 = perlakuan III pre test
P0 = perlakuan pada kontrol ( 1 ml + CCl4 10% 1 ml) P1 = perlakuan 1 (dosis 6 mg/hari + CCl4 10% 1 ml) P2 = perlakuan 2 (dosis 12 mg/hari + CCl4 10% 1 ml) P3 = perlakuan 3 (dosis 18 mg/hari + CCl4 10% 1 ml) O2 = kelompok kontrol post tes O4 = kelompok perlakuan I pos test O6 = kelompok perlakuan II pos test O8 = kelompok perlakuan III pos test
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Unud, Waktu penelitian 20 Februari – 15 Juni 2011.
4.3 Sampel 4.3.1 Perhitungan Besar Sampel Dalam penelitian ini digunakan mencit putih galur Balb/c dewasa jantan yang sehat, berat 20 – 22 gram umur 2 – 3 bulan.
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock (2008) :
n =
2σ2 f (α,β) (µ2 - µ1)2
N = jumlah sampel σ = simpang baku α = tingkat kesalahan 1 (α = 0,05) β = tingkat kesalahan II (β = 0,1) Sehingga f (α,β) = 10,5 (table 9.1) (Pocock, 2008) µ1 = rerata nilai pada kelompok kontrol µ2 = rerata nilai pada kelompok perlakuan Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapatkan rerata kelompok kontrol 11,05 mmol/l dengan simpang baku 1,56 mmol/l rerata kelompok perlakuan = 7,8 mmol/l. Dengan menggunakan rumus diatas maka hasilnya adalah :
n =
2 x (1,56)2 x 10,5 (11,05 − 7,8)2
n = 7,92 Besar sampel tiap kelompok adalah 8 Ada 4 kelompok = 4 x 8 = 32 32 x 10% = 3,2 Jumlah mencit yang diperlukan 32 + 3 = 35
4.3.2 Kriteria Sampel
Sampel yang digunakan sebagai obyek penelitian ini adalah Mencit putih jantan galur Balb/c yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Mencit putih jantan dewasa sehat galur Balb/c umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 - 22 g. 2. Kriteria drop out Yang termasuk kriteria drop out dalam penelitian ini adalah mencit yang mati dalam penelitian 4.4.1Klasifikasi Variabel 1. Variabel Bebas
: Ekstrak etanol buah mengkudu
2. Variabel tergantung
: Kadar MDA dalam darah mencit
3. Variabel Kendali
: dalam penelitian ini adalah kualitas serta
kuantitas makanan, umur, jenis kelamin, galur dan berat badan mencit.
4.4.2 Definisi Operasional Variabel 1. Ektrak etanol buah mengkudu adalah ektrak yang dibuat dari buah mengkudu dengan pelarut etanol yang diberikan pada mencit secara oral, dosis 6 mg, 12 mg dan 18 mg per hari 2. Malondihaldehid adalah senyawa organik dengan rumus CH2(CHO)2, senyawa reaktif ini hasil metabolit peroksidasi lipid dan penanda dari stress oksidatif yang diukur dengan alat spektrofotometer. 3. Karbon tetraklorida adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4 10% sebanyak 1ml, sebagai penyebab terbentuknya radikal bebas akibat peroxidasi lipid.
4. Makanan yang diberikan adalah makanan standar yang lazim diberikan pada hewan percobaan secara ad libitum. 5. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit berumur 2-3 bulan dengan bobot badan 20 - 22 g. yang ditimbang sebelum diberi perlakuan.
4.5 Alat dan Bahan Penelitian 4.5.1 Alat : -
Jarum per oral
-
Spuit Injeksi
-
Holder mencit
-
Mikro pipet
-
Timbangan Analitik
-
Spektro fotometer
-
Sentrifuge (Mini Spin)
4.5.2 Bahan : -
Buah Mengkudu
-
Mencit jantan galur swiss webster yang berumur 2-3 bulan dengan bobot badan 20 - 22 g.
-
Etanol
-
CCl4
-
Aquadest
-
Tricloro Acetat (TCA)
-
Thiobarbiturat Acid (TBA)
-
Tetra metoksipropane
4.6 Prosedur Penelitian Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi preparasi simplisia, ekstraksi, preparasi hewan uji, uji MDA dan pengolahan data. 4.6.1 Preparasi Simplisia 1. Buah mengkudu dicuci bersih di bawah air mengalir. 2. Buah mengkudu diiris tipis 3. Irisan buah mengkudu dijemur ditempat teduh hingga irisan buah mengkudu berubah menjadi kering. 4. Buah mengkudu yang telah kering kemudian dihancurkan hingga berbentuk serbuk.
4.6.2 Ekstraksi 1.
Serbuk
mengkudu ditimbang
sebanyak 100
gr
dan dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 96 % sebanyak 500 ml selama 24 jam. 2.
Setelah 24 jam, rendaman disaring dengan corong gelas yang telah dilapisi kertas saring.
3.
Residunya dipisahkan dan filtrat I yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapat ekstrak etanol kemudian ekstrak dikeringkan.
4.
Residu dimaserasi ulang seperti cara di atas sebanyak tiga kali perulangan sehingga diperoleh filtrat II dan III lalu diuapkan menggunakan rotary evaporator.
4.6.3 Perlakuan Hewan Coba 1. Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan diambil sebanyak 35 dengan berat 20 - 22 gram berumur 3 bulan kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu di tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan. 2. Setelah itu dibagi secara random 4 kelompok @ 8 ekor mencit. Dilakukan pengukuran kadar MDA sebelum perlakuan untuk Pre test. 3. Kelompok I diberikan aquades 1 ml selama 7 hari, kelompok II diberikan ekstrak 6 mg/hari selama 7 hari, kelompok III diberikan ekstrak 12 mg/hari selama 7 hari, kelompok IV diberikan ekstrak 18 mg/hari selama 7 hari 4. Kelompok I, II, III dan IV pada hari ketujuh diberikan CCl4 10 % 1 ml. 5. Pada hari kedelapan diambil darah kemudian diukur MDA untuk Pos test
4.6.4 Alur Penelitian Populasi Mencit
Dipilih 35 ekor mencit sehat Mencit diadaptasi di kandang selama 7 hari
Diambil 32 mencit Dibagi dalam 4 kelompok @ 8 ekor mencit Pre Test Diukur kadar MDA
Kelompok I 1 ml Aquades + CCl4 10% 1 ml
Kelompok 2 6 mg/hari + CCl4 10% 1 ml
Kelompok 3 12 mg/hari + CCl4 10% 1 ml
Pos test Diukur kadar MDA
Analisisis Data
Kelompok 4 18 mg/hari + CCl4 10% 1 ml
4.6.5 Penentuan Dosis Penentuan dosis berdasarkan LD50 ekstrak buah mengkudu dan penelitian pendahuluan. Dalam literature didapatkan bahwa LD50 ekstrak buah mengkudu adalah 5,39 gr/kgBB tikus putih jantan, berarti LD 50 ekstrak buah mengkudu cukup tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi (Waspodo, 2000). Mencit dengan berat badan 20 gram diberikan dosis 300 mg/kgbb, 600 mg/kgbb dan 900 mg/kgbb dikonversi ke mg/grambb diperoleh 6 mg/grambb, 12 mg/grambb dan 18 mg/grambb. 4.6.6 Pemeriksaan MDA Darah Mencit Kadar MDA pada mencit diambil melalui sinus orbitalis canthus. Pemeriksaan kadar MDA darah dilakukan dengan metode thiobarbiturate acid-reactive substances (TBARS) dan dikerjakan di laboratorium Gizi UGM Yogjakarta. Pemeriksaan MDA darah mengikuti metode yang dijabarkan Wuryastuti (1996). Sebanyak 0,75 ml asam fosfat dimasukkan ke dalam tabung polypropylene yang telah berisi 0,25 ml larutan thiobarbiturate acid (TBA). Selanjutnya 0,05 ml sampel plasma darah ditambahkan ke dalam tabung, diikuti dengan 0,45 ml air. Campuran dikocok selama 2 menit. Setelah dipanaskan dalam water bath selama 60 menit dengan suhu 1000 C, campuran selanjutnya didinginkan selama 1 – 2 jam sehingga suhunya mencapai 300 C. Kemudian dimasukkan ke dalam sep-park C 18 dan dicuci dengan 5 ml
metanol dan air. Ke dalam campuran kemudian ditambahkan 4 ml metanol dan ditampung dalam kuvet. Kepekatan warna diamati dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm. 4.7. Pengolahan Data Dalam penelitian ini seluruh data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Program SPSS Versi 16.0, Analisis data meliputi : 1. Analisis deskriptif : Analisis deskriptif akan meliputi perhitungan rerata dan simpangan baku dari data hasil penelitian. 2. Uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilks, didapat distribusi normal (p > 0,05) 3. Uji Homogenitas Analisis homogenitas data dilakukan dengan uji varians (Levene’s test of varians) didapat varians homogen (p > 0,05). 4. Uji Komparasi Oleh karena data berdistribusi normal dan homogen maka dipakai One Way Anova untuk membandingkan antar kelompok.
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Pengukuran MDA Tabel 5.1 Hasil pengukuran MDA pre-post test PRE POST Kelompok TEST TEST MDA mmol/l 2,06 10,64 2,25 10,96 Kelompok 1 1,87 11,06 CCl4 10% 1 ml 1,35 11,41 1,74 11,09 1,54 11,54 1,93 11,32 1,41 11,40 1,87 7,80 1,48 8,38 2,32 7,41 Kelompok 2 2,51 7,54 Ekstrak 6 mg + 2,00 8,06 CCl4 10% 1 ml 1,61 8,32 1,41 7,67 1,80 7,74 1,54 6,06 1,74 5,87 2,06 5,74 Kelompok 3 2,38 5,61 Ekstrak 12 mg + 1,80 5,93 CCl4 10% 1 ml 2,25 6,19 2,12 5,80 2,07 5,88 1,74 3,67 1,61 3,35 1,93 3,16 Kelompok 4 2,00 3,80 Ekstrak 18 mg + 2,45 3,22 CCl4 10% 1 ml 2,19 2,90 1,87 3,03 2,06 3,54
35
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 32 ekor tikus putih, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompk P0 (CCl4 10% 1 ml), kelompok P1 (Ekstrak mengkudu 6 mg/hari + CCl4 10% 1 ml), kelompok P2 (Ekstrak mengkudu 12 mg/hari + CCl4 10% 1ml), dan kelompok P3 (Ekstrak mengkudu 18 mg/hari + CCl4 10% 1ml). Perlakuan dilakukan selama satu minggu. Masing-masing berjumlah 8 ekor. Pembahasan ini meliputi uji normalitas, homogenitas data, dan uji efek perlakuan. 5.2. Uji Normalitas Data Kadar MDA Data karakteristik subjek, dan kadar MDA
diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kadar MDA Kelompok Sebelum dan Sesudah perlakuan Kelompok Subjek MDA (CCL4 10% 1 ml) Pre MDA (ekstrak mengkudu 6 mg) pre MDA (ekstrak mengkudu 12 mg) pre MDA (ekstrak mengkudu 18 mg) pre MDA (CCL4 10% 1 ml)Post MDA (ekstrak mengkudu 6 mg) post MDA (ekstrak mengkudu 12 mg) post MDA (ekstrak mengkudu 18 mg) post
n
p
Ket
8 8 8 8 8 8 8 8
0,816 0,667 0,818 0,979 0,175 0,521 0,979 0,874
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5.3. Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok Data kadar MDA diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s
test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok Perlakuan Kelompok Subjek
F
p
Keterangan
MDA Sebelum Perlakuan (pre)
0,567
0,641
Homogen
MDA Sesudah Perlakuan (post)
2,141
0,117
Homogen
5.4. Kadar MDA 5.4.1. Uji Komparabilitas Kadar MDA Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan n
Rerata Kadar MDA
SB
Kontrol
8
1,77
0,32
Ekstrak Mengkudu 6 mg
8
1,88
0.39
Kelompok Subjek
Ekstrak Mengkudu 12 mg
8
1,99
0,28
Ekstrak Mengkudu 18 mg
8
1,98
0,26
F
p
0,889
0,549
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 1,770,32, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 1,880,39, rerata
kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 1,990,28, dan rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg adalah 1,980,26. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,889 dan nilai p = 0,549. Hal ini berarti bahwa keempat kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar MDA tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). 5.5. Analisis Efek Pemberian Ekstrak Mengkudu antar Kelompok Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan n
Rerata Kadar MDA
SB
Kontrol
8
11,05
0,50
Ekstrak Mengkudu 6 mg
8
7,87
0.35
Kelompok Subjek
Ekstrak Mengkudu 12 mg
8
5,89
0,18
Ekstrak Mengkudu 18 mg
8
3,33
0,32
F
p
673,65
0,001
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 11,050,50, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 7,870,35, rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 5,890,18, dan rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg adalah 3,330,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 673,65 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MDA pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok Kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD).
Hasil uji
disajikan pada Tabel 5.6 di bawah ini. Tabel 5.6 Beda Nyata Terkecil Kadar MDA Sesudah Diberikan Ekstrak Mengkudu antar Dua Kelompok Beda Rerata 3,18
p
Interpretasi
0,001
Berbeda bermakna
5,16
0,001
Berbeda bermakna
Kontrol dan Ekstrak mengkudu 18 mg
7,72
0,001
Berbeda bermakna
Ekstrak mengkudu 6 dan 12 mg Ekstrak mengkudu 6 dan 18 mg Ekstrak mengkudu 12 dan 18 mg
1,98 4,54 2,56
0,001 0,001 0,001
Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna
Kelompok Kontrol dan ekstrak mengkudu 6 mg Kontrol dan Ekstrak mengkudu 12 mg
Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) di atas mendapatkan hasil sebagai berikut. 1. Rerata kelompok
kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak
mengkudu 6 mg
(rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata
kelompok ekstrak mengkudu 6 mg). 2. Rerata kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak mengkudu 12 mg (rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg).
3. Rerata kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak mengkudu 18 mg (rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg). 4. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak mengkudu 12 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg). 5. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak mengkudu 18 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg). 6. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak mengkudu 18 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg).
12
11.05
10 7.86
8
5.88
6
PRE 3.33
4 2
1.77
1.88
2
1.98
0 CCl4 1 ml
Ekstrak 6 mg + CCl4 1 ml
Ekstrak 12 mg + CCl4 1 ml
Ekstrak 18 mg + CCl4 1 ml
POST
Gambar 5.1 Perbedaan Rerata Kadar MDA pada Kelompok Sebelum dan sesudah Perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Subyek Penelitian Penelitian ini didasari oleh adanya penelitian Bono pada tahun 2007 yang telah menguji aktivitas antioksidan fenolik total dan flavonoid dari buah mengkudu secara invitro dengan metode difenil fikril hidrazin, serta vitamin C, flavonoid dan selenium merupakan senyawa yang terdapat dalam buah mengkudu yang berperan sebagai antioksidan. Vitamin C merupakan bagian pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 2000). 6.2 Induksi CCl4 Keadaan stres oksidatif terjadi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah sistem antioksidan. Stres oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas tersebut dapat ditentukan dengan mengukur salah satu parameter berupa malondihaldehid (MDA). Bila kadar MDA tinggi dalam plasma dipastikan sel mengalami stres oksidatif (Valko et al., 2006). Sumber radikal bebas yang dihasilkan dari luar yang dapat menimbulkan stres oksidatif adalah senyawa toksik seperti karbon tetraklorida (CCl4). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah bahan kimia yang bersifat toksik. CCl4 sebagai pelarut lipid memudahkan senyawa tersebut melintasi membran sel dan terdistribusi ke semua organ. Sifat toksik CCl4 telah terbukti pada beberapa penelitian, bahwa dosis yang kecil sekalipun dapat menimbulkan efek berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati, ginjal dan peredaran darah. Efek toksik
41
yang paling terlihat adalah pada hati (efek toksik CCl4 melebihi kloroform), walaupun keduanya sama-sama merusak organ lain. Kerusakan hati akibat CCl4 tergantung dosis yang diberikan. Absorbsi CCl4 selain berlangsung melalui saluran nafas juga dapat melalui seluruh permukaan tubuh termasuk kulit. Pada prinsipnya kerusakan sel hati akibat pemberian CCl4 disebabkan oleh pembentukan radikal bebas, peroksidasi lemak dan penurunan aktivitas enzim-enzim antioksidan. Manifestasi kerusakan hati secara histologis terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobuler, dan akhirnya sirosis (Gene, 1999). 6.3. Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu Pemakaian dosis berdasarkan penelitian pendahuluan dan literature didapatkan bahwa LD 50 ekstrak buah mengkudu adalah 5,39 gr/kgBB tikus putih jantan, berarti LD 50 ekstrak buah mengkudu cukup tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi (Waspodo, 2000). Berdasarkan bobot mencit hanya 20 gram, maka dosis toksik mencit 107,8 gram. Jadi pemberian dosis 6 mg, 12 mg dan 18 mg per hari jauh dari toksik. Pengambilan waktu satu minggu didasarkan atas penelitian yang dilakukan (Jawi et al., 2008) bahwa dalam satu minggu telah terjadi penurunan kadar MDA signifikan, juga berdasarkan hasil peneltian pendahuluan penulis, bahwa waktu satu minggu ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA darah mencit. 6.4 Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu terhadap MDA Darah Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok control, kelompok P1, P2 dan P3 menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan
homogenitas (Lavene test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 1,770,32, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 1,880,39, rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 1,990,28, dan rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg adalah 1,980,26. Hal ini berarti bahwa keempat kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar MDA tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Uji perbandingan post-test antara keempat kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 11,050,50, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 7,870,35, rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 5,890,18, dan rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg adalah 3,330,32. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MDA pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05), juga antara kelompok P1 dengan kelompok P2, kelompok P1 dengan kelompok P3, dan kelompok P2 dengan kelompok P3. Pada penelitian yang dilakukan penulis hasilnya menunjukkan terdapat peningkatan kadar MDA setelah di induksi CCl4 10% 1ml pada kelompok kontrol, P1, P2 dan P3. Kadar MDA pada kelompok P1 dosis 6 mg,
kelompok P2 dosis 12 mg dan kelompok P3 dosis 18 mg nampak memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan peningkatan dosis akan menurunkan kadar MDA darah mencit yang diinduksi CCl4 10% 1ml yang signifikan. Pengaruh negatif dari radikal bebas dapat diatasi dengan sistem antioksidan. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua yaitu antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Antioksidan endogen adalah antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh yang terdiri atas enzim-enzim superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx), serta enzim catalase dan antioksidan non enzimatik seperti glutation (GSH), transferin, asam urat (Suryohusodo,1995 Halliwell dan Gutridge, 1999). Antioksidan eksogen adalah antioksidan yang dibutuhkan dari luar seperti senyawa-senyawa flavonoid, vitamin C, vitamin E dan karotenoid yang banyak ditemukan dalam sayur-sayuran dan buah-buahan (Winarsi, 2007). Buah mengkudu mengandung sejumlah senyawa antioksidan seperti beta-caroten, asam askorbat, terpenoid, alkaloid, polifenol seperti flavonoid, flavonoid glikosida, rutin dan betasitosterol (Ying et al.,2002). Bono (2007) telah meneliti aktivitas antioksidan kandungan fenolik total dan flavonoid total ekstrak buah mengkudu dengan metode DPPH scavenging radikal digunakan untuk menemukan dan mengkorelasikan aktivitas ekstrak. Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil dan alkoksil (Huguet et al., 1990). Aktivitas
antioksidan flavonoid tidak hanya melalui struktur kimianya, tetapi juga keberadaanya dalam membran. Efek proteksi flavonoid penting untuk diaplikasikan penyakit-penyakit yang diakibatkan radikal bebas (Saija et al., 1995). Vitamin C merupakan bagian pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 2000). Sebagai antioksidan vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara memindahkan satu electron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C juga dapat menyumbangkan electron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel neutrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin ini dapat juga berinteraksi dengan Fe-feritin. Di luar sel vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL terokidasi, mentransfer electron ke dalam tokoferol teroksidasi, dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan (Levine et al.,1995). Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C kemidian akan berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C (Belleville-Nabeet,1996) Sebagai zat pencegah radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi
membentuk
dehidroaskorbat
yang
bersifat
tidak
stabil.
Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007). Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisologis mirip
dengan kerja
enzim SOD sebagai berikut. 2Oˉ2 + 2H+ +Askorbat → 2H2O2 + Dehiroaskorbat Reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase (Asada, 1992) H2O2 + 2 Askorbat → 2H20 + 2 Monodehidroaskorbat Karoten meupakan komponen yang terdapat dalam buah mengkudu, karotenoid merupaka senyawa isoprenoid C40 dan tetraterpenoid yang terdapat dalam plastida jaringan tanaman, baik yang melakukan fotosintesis maupun tidak. Namun peran yang lebih penting adalah dalam detoksifikasi berbagai bentuk oksigen teraktivasi dan klorofil triplet, hasil eksitasi kompleks fotosintesis oleh cahaya. Sebagai pigmen turunan karotenoid bersifat larut lemak dan berfungsi sebagai peredam oksigen dan radikal bebas (Krinsky, 1989)
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pem berian ekstrak etanol buah mengkudu pada mencit balb/c jantan sehat dengan dosis 6 mg/hari, 12 mg/hari dan 18 mg/hari selama satu minggu yang di induksi dengan CCl4 10% 1 ml, didapatkan simpulan sebagai berikut : 1. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 6 mg telah memberi efek menghambat peningkatan kadar MDA darah. 2. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 12 telah memberikan efek menghambat peningkatan kadar MDA darah. 3. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 18 mg menghambat peningkatan kadar MDA darah secara bermakna. 4. Peningkatan dosis ekstrak etanol buah mengkudu meningkatkan efek penghambatan kadar MDA darah mencit balb/c yang di induksi CCl4 10% 1 ml. 7.2. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak buah mengkudu sebagai antioksidan
2. Perlu penelitian mengenai teknik pemberian ekstrak etanol buah mengkudu yang paling efektif untuk menghambat kadar MDA darah pada mencit balb/c yang di induks CCl4, apakah diberikan per oral, intra muscular atau intravena. 47 3. Mengkudu mempunyai berbagai kandungan bahan seperti vitamin C, karoten, flavonoid, rutin dan selenium yang bermanfaat sebagai antioksidan, oleh karena itu perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut untuk memastikan terdapatnya senyawa tersebut pada buah mengkudu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, R. dan Riyanto, S. 2007. “Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Buah Mengkudu, Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universita Gajah Mada Arianto, Y. 2002. Khasiat Buah Mengkudu, PT. Dian Rakyat Jakarta. 101 – 102. Asada, K. 1992. Ascorbate Peroxidase-Hydrogen Peroxydescavenging Enzyme in Plants.dalam: Physiologia Plantarum. 85:23241 Bagiada, N. A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar : Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Hal: 22. Bejma, J., Ramires, P., Ji L.L. 2000. Free radical generation and oxidative stress with aging and exercise : diferential effects in the myocardium and liver. Acta Physiol Scand. 169:343-51. Belleville-Nabet, F.1996. sat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan dalam Sistem Biologis. Dalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan:Reaksi BIOMOLEKULAR, Dampak terhadap Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan Kedutaan Besar Perancis-Jakarta. Bono, A.,Praveen K.R.”Antioxidant Activity, Total Phenolic and Flavonoid Conten Of Morinda Citrifolia Furits Extrac from Various Extraction Processes”, Journal of Engineering Science and Technology School of Engineering, Taylor’s University College Vol. 2, No. 1 (2007) 70 - 80 Botsoglou, N.A. 1994. Rapid, Sensitive, and Specific Thiobarbituric Acid Method for Measuring for Measuring Lipid Peroxidation in Animal Tissue, Food and Feedstuff Samples, J. Agric. Food Chem. 42, 1931-1937. Catala, A. 2006. Lipid Peroxidation. Int. Biochem Cell Bioll. 2006;38:1482-95 Chevion, S., Moran, D.S., Heled, Y. 2003. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical exercise, Proc Nati Acad Sci USA, 100: 5119-5123. Clarkson, P.M., Thomson, H.S. 2000. Antioxidants: What role do they play in physical activity and health ?, Am J Clin Nutr. 729 (Suppl): 637-646 Craig, W.J. 2002. Vegetarian phytochemicals: guardians of our health, a continuing education article at http://.Andrews.edu/NUFS/phyto.html 49
Dalle-Donne, I., Rossi, R., Colombo, R., Giusstarini, D., Milzani, A. 2006. Biomarkers of Oxidative Damage in Human Deasease, Availabel from:http://www.recorbit.com/news/science/473334/biomarkers ofoxidative damage in human disease/index.html Accessed at 04/072009 Del Rio, D., Stewart, A.J., Pellegrini, N. 2005. "A review of recent studies on malondialdehyde as toxic molecule and biological marker of oxidative stress". Nutr Metab Cardiovasc Dis 15 (4): 316–28 Droge, W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function, Physiol Rev 82: 47-95 Farmer, E.E., Davoine C. 2007. "Reactive electrophile species". Curr. Opin. Plant Biol. 10 (4): 380–6. Frei,B., Stocker, R., Ames, B.N. 1992, Small Molecule Antioxidant Defences in Human Extracellular Fluids. In: Scandalios JG, ed. Moleculer biology of free radical scavenging system. 1st ed, cold Spring Harbor Laboratory Press, p. 2345,NewYork Fuhrman and Aviram. 2007. Pholifenols, Flavonoids and LDL Protection edisi II dalam : E Cadenas and L, Pacher, Handbook of Antioxidant, Taylor and Francis, California. Genaro, L., Suman, P., Sukhdev, S. 2008. Extraction Technologyes for Medicine and Aromatic Plants, International Centre for Science and High Technologi, Padriano, Trieste, Italy. Gene, D.L. 1999, Acute carbon tetrachloride feeding induces damage of large, Jurnal Medical. Halliwell B., Guttrigde John, M.C. 1999. Free Radicals in Biology and Medicine, Oxford University Press, Newyork. Halliwell, B. 2002. Handbook of Antioxidant. Second Edition Revised and Expanded Food-derived Antioxidants: How to Evaluate Their Importance in Food and in vivo: 1 - 33 Hodgson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 157 diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata ITB: Bandung.
Huang, H.Y., Chang, C.K., Tso, T.K., Huang, J.J., Chang, W.W., Tsai, Y.C. 2004. Antioxidant Activities of Various Fruits and Vegetables Produced in Taiwan. Int J Food Sci Nutr. 2004 Aug; 55(5)423-9. Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Subawa, A.A.N. 2008. Sirup atau Ekstrak Air Umbi Jalar ungu(Ipomea batatas L) Dosis 4 ml Efektif sebagai Antioksidan pada Tikus Putih yang diberikan Beban Aktivitas Fisik Maksimal. Medicinus, Vol: 21, No.4. Ji, L.L. 1999. Antioxidant and oxidative stress in exercise. Proceeding of the Society for Experimental Biology and Medicine 222: 283-292. Karthikeyan, Manivasagam, T., Anantharaman, P., Balasubramanian, T., Somasundaram, S.T. (2010). "Chemopreventive effect of Padina boergesenii extracts on ferric nitrilotriacetate (Fe-NTA)-induced oxidative damage in Wistar rats". J. Appl.Pscol. Krinsky, N.I. 1989. “Antioxidant Function of Carotenoid.”Free Radical Biology and Medicine.7: 617-635. Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogjakarta : Gajah Mada University Press. Langseth, L. 1996. Oxidant, Antioxidants and Disease Prevention. ILSI European Monograph Series. Brussel: 1996; I-24. Levine, M., 1 February 2003. "Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease prevention". J Am Coll Nutr 22 (1): 18 – 35. Marnett, L.J. 1999 Lipid Peroxidation-DNA Damage by Malondialdehyde, Mutat. Res. 424, 83-95 McClatchey, Will. 2002. "From Polynesian Healers to Health Food Stores: Changing Perspectives of Morinda citrifolia (Rubiaceae)" (PDF). Integrative Cancer Therapies 1 (2): 110–120 Myers, Richard, L., Rusty, L. 2007. The 100 most important chemical compounds: a reference guide. Westport, Conn.: Greenwood Press. hlm. 122 Nair, C. L. O'Neil, P. G. Wang “Malondialdehyde” Encyclopedia of Reagents for Organic Synthesis, 2008, John Wiley & Sons, New York.
Nelson, Scot C. (2006) "Nutritional Analysis of Hawaiian Noni (Noni Fruit Powder)" The Noni Website. Retrieved 15-06-2009 Pacher, P., Beckman, J.S., Liaudet, L. 2007. "Nitric oxide and peroxynitrite in health and disease". Physiol. Rev. 87 (1): 315–424. Pocock, S.J. 2008. Clinicals Trials A Pratical Approach. John Willey & Sons Ltd, The Atrium, Shouthern Gate, Chichester, West Sussex PO 198 SQ, England. Rajamani Karthikeyan, Manivasagam, T., Anantharaman, P., Balasubramanian, T., Somasundaram, S.T. 2010. "Chemopreventive effect of Padina boergesenii extracts on ferric nitrilotriacetate (Fe-NTA)-induced oxidative damage in Webster rats". J. Appl. Raymond, F.B., Kuldeep, P., James, M.L. 1983, Reduced glutathione against rat liver microsomal injury by carbon tetrachloride, J.Biochem Gastr. Nut., edisi 215,p. 441 – 45. Saija, A., M. Scalese, M., Lanza, D., Marzullo, F., Bonina, dan F. Castelli. 1995. “Flavonid as Antioxidant Agents: Importance of Their Interaction with Biomembranes.” Dalam: Free Radical Biology and Medicine. 19(4): 481-486. Sambamurty, A.V.S.S. 2005. Taxonomy of Angiosperms. I. K. International Pvt Ltd. p. 404. ISBN 9788188237166. http://books.google.com/books?id=FrdidPp6HuAC Setiati, S. 2003.” Radikal bebas, antioksidan dan proses menua”, Majalah Medika; Jakarta, edisi 6 (19); hal. 366 – 368. Shobana, S and Naidu, K.A. 2000. Antioxidant activity of selected Indian Spices., Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 2000 Feb: 62(2): 107-10. Sies, H. 1997. "Oxidative stress: oxidants and antioxidants" (PDF). Exp Physiol 82 (2): 291–5. PMID 9129943. http://ep.physoc.org/cgi/reprint/82/2/291.pdf Smith, J.B., Mangkuwidjoyo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Mencit Laboratorium (Mus musculus): 37 – 57, Penerbit Universitas Indonesia Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gajah Mada Yogjakarta.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfa Beta Bandung. Suhartono, E., Fachir, H. dan Setiawan, B. 2007. Kapita Sketsa Biokimia Stres Oksidatif Dasar dan Penyakit. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin: Pustaka Benua Suryohusodo, P.1995 ”Oksidan, Antioksidan, dan Radikal Bebas.” dalam:Makalah Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia. Surabaya. Thannical, V.J., Fanburg, B.L. 2000. Reactive oxygen species in cell signaling, Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol. 279: 1005-1028. Tjokroprawiro A. 1993. Radikal Bebas, Aspek Klinik dan Kemungkinan Aplikasi Terapi, Simposium Oksidan dan Antioksidan, Surabaya. Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M., Mazur, M., Telser, J. 2006. "Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human disease". Int J Biochem Cell Biol 39 (1): 44–84. Vertuani, S., Angusti, A., Manfredini, S. 2004. "The antioxidants and proantioxidants network: an overview". Curr Pharm Des 10 (14): 1677–94. Waspodo, I. S. 2000, Mengkudu: Si Noni Jelek Berkhasiat Obat, [Homepage of Indomedia],[Online]Availableat: http//www.deherba.com/intisari/2000/maret [22 Agustus 2008] Wien, W. dan Pudjiastuti. 2009. Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbang Depkes RI. ISSN 1412-2855 Vol.7 Juli 2009. Wijayakusuma, H. M. H. 2007, Penyembuhan dengan Mengkudu, Penerbit Sarana Pustaka Afiat Jakarta. Williams, J., Keller., Jerry, L., McLaughlin, Ba-Ningsu, Hyun-Ah Jung,2004, Chemical Constituen of Fruits of Morinda Citrifolia and Their Antioxidant Activity, Utah Wills, E.D. 1987. Evaluation off Lipid Peroxidation and Biologycal Membranes. In: Snell K, Mullock B. eds, Biochemical Toxicology. A Practical Approach : IRL Press Limited England
Winarsi. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Ying, W. M., West, B. J., Jensen, C.J., Nowicki, D., Chen, S., Palu, A. K. & Anderson, G. (2002). Morinda citrifolia (noni): a literature review and recent advances in noni research. Acta Pharmacology, 23, 1127-1141 Zakaria, F.R., B. Irawan, S.M., Pramudya, dan Sanjaya. 2000 “Intervensi Sayur dan Buah Pembawa Vitamin C dan E Meningkatkan Sistem Imun Populasi Buruh Pabrik di Bogor.” Dalm : Buletin Teknologi dan Industri Pangan. 11(2): 2127. Zin, A., Hamid, A., Osman. 2001. Departement of Food Science, Faculty of Food Science and Biotechnology Universiti Putra Malaysia, Sendang Selangor Malaysia.
Lampiran 1 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok MDA_Pr CC14 1ml e Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
.961
8
.816
.139
8
.200
.130
8
.200*
.946
8
.667
.217
8
.200*
.961
8
.818
.132
8
.200*
.984
8
.979
.205
8
.200*
.877
8
.175
.198 8 1ml Ekstrak 12 mg + .152 8 CC14 1ml Ekstrak 18 mg + .141 8 CC14 1ml a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.200*
.930
8
.521
.200*
.984
8
.979
.200*
.967
8
.874
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml Ekstrak 18 mg + CC14 1ml MDA_po CC14 1ml st Ekstrak 6 mg + CC14
Lampiran 2 Uji One Way Anova
N MDA_ CC14 1ml Pre Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
95% Confidence Interval for Mean
Std. Deviatio n
Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
8
1.7688
.31845 .11259
1.5025 2.0350
8
1.8750
.39005 .13791
1.5489 2.2011
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml
8
1.9950
.28000 .09899
1.7609 2.2291
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
8
1.9812
.26210 .09267
1.7621 2.2004
32
1.9050
.31478 .05565
1.7915 2.0185
Total MDA_ CC14 1ml post Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
8 11.0525
.49612 .17541 10.6377 11.4673
8
7.8650
.35472 .12541
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml
8
5.8850
.18119 .06406
7.5684 8.1616 5.7335 6.0365
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
8
3.3337
.31550 .11155
3.0700 3.5975
7.0341 2.88678 .51031
5.9933 8.0749
Total
32
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic MDA_Pre MDA_post
.567 2.141
df1
df2 3 3
Sig. 28 28
.641 .117
ANOVA Sum of Squares MDA_Pre
Between Groups
Mean Square
df
.267
3
.089
Within Groups
2.805
28
.100
Total
3.072
31
254.808
3
MDA_post Between Groups
F
Sig.
.889
.459
84.936 673.648
.000
Within Groups Total
3.530
28
258.338
31
.126
Lampiran 3 Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD Depende nt Variable (I) Kelompok MDA_p CC14 1ml ost
Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
(J) Kelompok
Mean Difference (IJ)
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
3.18750*
.17754
.000
2.8238
3.5512
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml
5.16750*
.17754
.000
4.8038
5.5312
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
7.71875*
.17754
.000
7.3551
8.0824
CC14 1ml
-3.18750*
.17754
.000
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml
1.98000*
.17754
.000
1.6163
2.3437
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
4.53125*
.17754
.000
4.1676
4.8949
CC14 1ml
-5.16750*
.17754
.000
-5.5312 -4.8038
Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
-1.98000*
.17754
.000
-2.3437 -1.6163
Ekstrak 18 mg + CC14 1ml
2.55125*
.17754
.000
CC14 1ml
-7.71875*
.17754
.000
-8.0824 -7.3551
Ekstrak 6 mg + CC14 1ml
-4.53125*
.17754
.000
-4.8949 -4.1676
-3.5512 -2.8238
2.1876
2.9149
Ekstrak 12 mg + CC14 1ml *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
-2.55125*
Lampiran 4. Foto-foto penelitian
Gbr. 1. Pengeringan Mengkudu
Gbr. 2. Pengeringan Mengkudu
.17754
.000
-2.9149 -2.1876
Gbr. 3. Ekstrasi
Gbr. 4. Penyaringan
Gbr. 5. Penguapan Ekstrak
Gbr. 6. Ekrtak Mengkudu
Gbr.7. Mencit Percobaan
Gbr. 8. Pengambilan darah