26
Unmas Denpasar
PEMBERDAYAAN KELOMPOK EKONOMI PRODUKTIF PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DI DESA PAJAHAN DAN MUNDUK TEMU KECAMATAN PUPUAN, TABANAN K. Sumantra1), Anik Yuesti2), IB. Suryatmaja3) dan AA. K Sudiana4) Fak. Pertanian, 2)Fak. Ekonomi, 3)Fak. Teknik dan 4)Fak. Hukum Unmas
[email protected]
1)
ABSTRACT Pajahan and Munduk Temu villages located in the Pupuan subdistrict, and do not have are striking agro-climatic differences, but have different potentials, on the other hand its potential has not been explored so that the number of poor families in the two villages is still quite high. The main livelihood of community in the two villages was farming on dry land with a pattern of poly-culture. Poly-cultures that grow more than 4 species of plants or more in the same fields such as coffee, snake fruit, mangosteen, durian, cocoa and combined with forage crops. The method used was the Sustainable Livelihoods Approach (SLA) consists of three phases of activity, namely (1) the stage of awareness, (2) mentoring phase and (3) the stage of institutionalization. The results of studies and actions show that: 1) Core business for supporting of BUMDes in the two villages was the processing of the coffee beans into the coffee powder, development of Gulapasir salacca and mangosteen as well as the development of processed products based on salacca, mangosteen, durian and as a superior product domestic industry. 2) Development of organic GAP of Gulapasir salacca, and mangosteen as a supporter BUMDes needed to produce standards and certified products. 3) waste utilization of leather coffee husks should be optimized with the addition of technology to result the quality of organic fertilizer. 4) In order the BUMDes in the two villages healthy, the assistance is needed trought prepared a supervisory institutions, agencies and institutions a guarantor of business partnership. Kata kunci: Ekonomi Produktif, Pemberdayaan, BUMDes, Pajahan, Munduktemu
PENDAHULUAN Matapencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan lainnya. Menurut data BPS (2012) penduduk berumur 15 tahun ke atas 40 persen bekerja di sektor primer, 20 persen di sektor sekunder, dan 40 persen di sektor tersier. Apabila dikaitkan antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan maka produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sektor tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan yang rendah ini sudah tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
27
Unmas Denpasar
Data ini menunjukkan kompleksitas permasalahan di sector primer sangat besar. Masalah utama kewilayaahan di dua desa ini adalah : 1) Volume produksi dengan skala usaha kecil (small scale farming), 2) Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar, panjangnya saluran pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4) Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan kurangnya informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6) Rendahnya kualitas sumberdaya manusiadi perdesaan dan tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pascapanen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran. Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah pendekatan pengembangan usaha ekonomi yang berbasis di masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Hal ini guna mengatasi kendala yang ada dimana usaha pengembangan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Pendekatan yang diambil berupaya mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat melalui mekanisme BUMDes (Sanjaya, 2015). BUMDes merupakan bagian dari desa yang akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menjadikan BUMDes menjadi bagian dari suatu proses produksi bagi produk-produk lokal berbahan baku lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha pemdukung bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan produk pangan berbasis produk local; 3) Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi dan standarisasi produk sesuai kegiatan di masing-masing kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar operasi kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda. METODE PELAKSANAAN Metode utama dalam membangun wilayah di desa Pajahan dan Munduktemu adalah aspek peningkatan ekonomi dan sosial menggunakan metode SLA (the sustainable livelihood approach). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable Livelihoods Approach (SLA)pada dasarnya upaya pelibatan masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik, mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka (Hamadeh, 2009). Secara sistemik metode utama kawasan ekonomi masyarakat dalam mengejawantahkan integrated of society and land potential ditunjukkan pada Gambar 1. Pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach) bersendikan pada 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap pengkapasitasan/pendampingan (participating/scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan (institutionalization).
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
28
Unmas Denpasar TOP-DOWN
GUIDANCE
(PROGRAM KEM )
SUPPORT
EXPECTING CONDITION
GOAL (Kepuasan)
potensi wilayah
FIELD ACTIVITYMAPPING KEARIFAN LOKAL, POTENSI WILAYAH, ANALISIS SWOT,PRA,PROGRAM BERSAMA, PENDAMPINGAN, PENGUAT, PELEMBAGAAN PRANATA SOSIAL MASYARAKAT
kearifan lokal EXCITING CONDITION
PROGRAM KERJA
SELF-BELONGING RESPONSIBILITY
NEEDED
BOTTON-UP
(4) INSTITUTIONALIZATION
(3)STRENGTHENING
(2) CAPACITY
(1) AWARENESS
Gambar 1. Metode SLA (the sustainable livelihood approach) penerapan Ipteks bagi Wilayah Model SLA (the sustainable livelihood approach)merupakan model pemberdayaan yang dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan pembelajaran berkelanjutan, bertolak dari potensi wilayah dan budaya lokal masyarakat setempat, melalui tahap penyadaran, pengkapasitasan /pendampingan, dan pelembagaan. Tahap penyadaran (awareness) merupakan tahap inisiasi untuk menyadarkan masyarakt agar mampu memahami kondisi kemiskinan beserta penyebabnya, melakukan self-evaluation terhadap potensi, merefleksi terhadap permasalahan kemiskinannya dan upaya yang dapat ditempuh untuk penanggulangannya, melalui sosialisasi dan penyuluhan intensif, yang diorientasikan pada upaya mengatasi sosio-ekonomi untuk bisa memanfaatkan lahan secara modern. Tahap pengkapasitasan merupakan tahap aksi untuk mengkapasitasi komunitas dalam usaha produktif dengan memberi bantuan investasi infrastruktur fisik, bibit ternak sapi/babi/ayam, rumah sehat, bibit tanaman, biaya pengolahan tanah, dan pelatihan managemen produksi dan pemasaran, sekaligus menyediakan pendampingan pada keluarga miskin untuk membangun, mengelola, dan membesarkan usaha produktifnya. Selanjutnya pada tahapan pelembagaan (institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif pada suatu kelompok institusi/organisasi/koperasi yang dapat memudahkan proses belajar, transfer Ipteks, pemasaran, jaminan legalitas formal dan keberlanjutan dari aktivitas produktif-ekonomi masyarakat di wilayah binaan. Pendekatan kewilayahan untuk mencapai sasaran dari kegiatan disajikan seperti Gambar 2
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
29
Unmas Denpasar
GERBANG PANGAN Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan baku Penerapan teknologi sederhana dan tepat guna
GERBANG EMAS Pelatihan Produk berserta variannya Standar produk
Kegiatan Di Bagian HULU PER. Tinggi (IbW) Bapp da SKPD CSR DLL
Pelatihan Manajemen Kelembagaan Paking dan Labeling
BUMDes DESA PAJAHAN
BUMDes DESA MUNDUKTEMU
Kegiatan Di Bagian HILIR
PEMASARAN : BUMD, SUPERMARKET, HOTEL DLL
Gambar 2. Model pemberdayaan kelompok ekonomi produktif pendukung BUMDes di desa Pajahan dan Munduk Temu
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Unit Usaha Pendukung Bumdes. Pengembangan usaha BUMDes harus dilakukan dengan tumpuan: 1). Ketersediaan potensi yang prospektif. Hal ini perlu dilakukan analisis dan penilaian studi kelayakan; 2). Embrio kegiatan ekonomi produktif sebagai core bisnis; 3). Pengembangan kegiatan ekonomi yang memenuhi hajat hidup orang banyak. Matapencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan lainnya. Jenis tanaman dominan yang ditanam di dua desa ini adalah salak gulapasir, kopi, durian dan manggis (Gambar 3)
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
30
Unmas Denpasar
1
2
Gambar 3. Jenis Tanaman yang diusahakan petani di desa Pajahan (1) dan desa Munduk Temu (2) Berdasarkan potensi dan peluang yang dimiliki di kedua desa maka core bisnis yang dikembangkan adalah proses pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk yang berkualitas tinggi dan memiliki kelayakan pasar. Produk olahan berbasis tanaman salak, manggis, durian dan produk IRT. Melalui inisiasi kelompok, tokoh masyarakat dan pemuka masyarakat, maka mulai bulan Oktober 2014 di kedua desa telah dibentuk BUMDes dengan nama Sri Sedanauntuk desa Munduk Temu, dan Tugu Sari untuk desa Pajahan. Kedua BUMDes ini bergerak dalam bidang Pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk. Kegiatan kedua BUMDes belum beroperasi seperti di harapkan karena dana pendukung dari Pemda Kabupaten Tabanan belum cair. Melalui kegiatan IbW tahun 2015, kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung kegiatan BUMDes yaitu pembentukan Perdes, AD/ART dan pelatihan Manajemen bagi pengelola BUMDes. Untuk mendukung BUMDes di kedua desa, melalui kegiatan IbW tahun 2015 dilakukan inisiasi unit-unit usaha baru yaitu melakukan pembinaan Kelompok Wanita Tani, PKK, Gapoktan, kelompok tani salak Gulapasir Pala sari desa Pajahan, kelompok tani Guna Karya desa Munduk Temu. Untuk meningkatkan jumlah produk industry rumah tangga di masing-masing desa dilakukan pelatihan membuat jajan, sirup, pia dan kripik berbasis bahan pangan dari buah salak lokal. Pemilihan komoditas ini sebagai bahan baku disebabkan salak lokal nilai jualnya sangat rendah yaitu Rp 500 – Rp 1000,- per kilogram tergantung musim. Melalui pelatihan industry rumah tangga ini akan memberikan nilai tambah yang selama ini tidak dilihat sebagai peluang usaha.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
31
Unmas Denpasar
Gambar 3. Pelatihan pembuatan industri rumah tangga berbasis buah salak lokal. Disisi lain, potensi pengembangan salak Gulapasir di desa Pajahan dan Munduk Temu sangat tinggi, namun masih terkendala teknologi produksi dan pembibitan. Melalui kegiatan IbW tahun 2015 telah dilakukan transfer teknologi produksi buah diluar musim melalui pembuatan Demplot dan Pembibitan tanaman salak Gulapasir secara partisipatif. Bibit salak Gulapasir yang direncanakan 2000 pohon di masing-masing desa diharapkan akan ditanam di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, disamping untuk mengganti tanaman salak lakol yang tidak lagi banyak peminatnya. Untuk mengembangkan salak Gulapasir yang bercita rasa khas maka kelompok tani desa Munduk Temu sangat antusias mengembangkan salak Gulapasir dengan system budidaya organic. Sistem ini dipilih dengan pertimbangan bahwa konsumen buah sudah mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi sebagai pilihan utama, disamping teknik ini ramah lingkungan. Di desa ini akan dikembangkan salak Gulapasir organic seluas 5 hektar. Diharapkan melalui kegiatan IbW, salak Gulapasir yang dikembangkan secara organic sudah dapat didaftarkan ke Departemen Pertanian untuk mendafat sertifikat organic. Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat memalui pemasaran yang difasilitasi oleh BUMDes.
Gambar 4. Budidaya salak Gulapasir dan pembibitan salak Gulapasir partisipatif. Mutu buah manggis sangat ditentukan oleh teknik budidaya yang diberikan, disamping itu untuk mendapatkan buah manggis di luar musim diperlukan manajemen kebun yang cermat dengan mempertimbangkan fenologi tanaman tersebut. Untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi dilakukan teknologi produkasi buah di luar musim Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
32
Unmas Denpasar
dengan pemberian pupuk berimbang dan perlakuan pemberian paklobutrazol dan pemberian KNO3 sebagai pematah dormansi.
Gambar 5. Budidaya Manggis di luar musim. Untuk mengoptimalkan bahan baku limbah yang ada baik yang berasal dari ternak babi mapun sekam hasil limbah dari pengolahan kopi menjadi pupuk organic telah dilakukan sosialisasi pemanfaat limbah-limbah tersebut. Hasil sosialisasi diperoleh bahwa masyarakat sulit untuk menerapkan system kandang secara komunal. Hal ini disebabkan jumlah ternak yang dimiliki terbatas 1-2 ekor per rumah tangga, pelaksanaannya sulit diterapkan, dan terbatasnya dana untuk membuat kandang komunal. Pemanfaat sekam kulit kopi sebagai pupuk di kedua desa sudah lazim diperrgunakan, namun didalam pelaksanaannya belum mendapat sentuhan teknologi seperti pemberian mikrobia kedalam bahan baku, sehingga mutu pupuk yang dihasilkan masih rendah.
Gambar 6. Sosialisasi Pembuatan kandang komunal dan potensi sekam kopi sebagai pupuk organic. Untuk meningkat peran lebaga adat teruma subak abian dalam mendukung BUMDes, maka dilakukan inisiasi pembentukan Koperasi Tani Subak Abian Amerta Karya Desa Pajahan. Aktivitas subak abian di desa ini tidak seperti pada subak air. Penyiapan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sehabis panen kopi belum dilakukan, demikian juga aktivitas subak di bidang Agrobisnis. Oleh karena itu melalui pembentukan koperasi tani, diharapkan peran-peran tersebut dapat diinisiasi sehingga muncul unit-unit bisnis pendukung BUMDes.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
33
Unmas Denpasar
Gambar 7. Sosialisasi Pembentukan Koperasi Tani di desa Pajahan. Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan Bumdes adalah masalah permodalan, masalah SDM, manajemen dan informasi teknologi dan masalah akses pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan BUMDes, lembaga pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin. SIMPULAN DAN SARAN 1. Core bisnis pendukung BUMDes desa Pajahan dan Munduk Temu adalah proses pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak Gulapasir dan tanaman manggis serta pengembangan produk olahan berbasis tanaman salak, manggis, durian sebagai produk unggulan industry rumah tangga. 2. Pengembangan tanaman salak Gulapasir, dan Manggis organik sebagai pendukung BUMDes perlu penerapan GAP dan SOP untuk menghasilkan produk berstandar dan bersertifikasi. 3. Pemanfaat limbah sekam kulit kopi perlu dioptimalkan dengan penambahan sentuhan teknologi untuk mengahsilkan pupuk organik berkualitas. 4. Perlu dilakukan pendampingan BUMDes, menyiapkan lembaga pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin untuk terwujud BUMDes yang sehat di desa Pajahan dan Munduk Temu. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada DRPM Ristek Dikti yang telah membiayai kegiatan Ipteks bagi Wilayah (IbW) desa Pajahan dan Munduk Temu, serta pihak-pihak yang telah membantu kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Andre Gunder Frank. 1976.Sociology of Development and Under Development of Sociology. Pluto Press (Terjemahan oleh Yiss) Pustaka Pulsar. Bintarto, Tjokroamidjojo. 1982.Pengantar Pemikiran tentang Teori dan Strategi Pembangunan NasionaL Jakarta: Gunung Agung. Briant and White. 1987.Manajemen Pemhangunan. Jakarta: LP3ES Cemea, Michael. M. 1988.Mengutamakan Manusia di dalam Pemhangunan. Jakarta: Ul Press. Chamber Robert 1983.Pembangunan Desa. Jakarta: LP3ES Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
34
Unmas Denpasar
Desai AR. 1983.Sosiologi Sebuah Pengantar Kepada Penataan Kembali Pedesaan dalam Hak dan Keutuhan Desa. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan, Eka Martinngsih NGAG, dkk. 2009. Usulan Program Ib.W Desa Angkah dan desa Bengkelsari Kecamatan Selemadeg Barat Tabanan Bali 2010/2012. LP2M Unmas Denpasar. Labek Suyasdi Pura, K. Sumantra, Sumeru Ashari, 2013. Potensi hasil dan mutu buah beberapa kultivar salak gulapasir pada habitat baru di Bali dan upaya perbaikkannya. Laporan Hibah Bersaing. Univ. Mahasaraswati Denpasar. Pemdes Munduk temu. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) 2010-2014. Arsip Kantor Desa Melaya. Pemdes Pajahan.2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) 2010-2014. Sumantra, K. Sumeru Ashari, T. Wardiyati, Agus Suryanto, 2011. Hasil dan mutu buah salak gulapasir pada berbagai ketinggian berbeda di daerah pengembangan baru di Bali. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura.Lembang 23-24 Nopember 2011. Sumantra.K., Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agur Suryanto. 2012. The agroecosytem approach as a basis concept in sustainable culttivation of salak Gulapasir in new depelopment areas in Bali. This paper has been prepared for the International Conference on Sustainable Development (ICSD) 6 March 2012, pp.15. Sumantra dan Labek Suyasdi Pura, 2012.Analisis neraca air lahan pada pertanaman salak gulapasir sebagai dasar untk pembuahan di luar musim.Jurnal Agrimeta Vol.02 (03): 1-12.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016