PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK MATERI INFLASI DAN INDEKS HARGA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Henik Yulia SMA Negeri 2 Lamongan ABSTRACT Abstract : The implementation of Cooperative Learning Jigsaw Type II constructivist approach, hoping to increase student learning outcomes, and also a change in the role of the teacher who previously tended to dominant in the learning process is converted into a facilitator and mediator, while activities students can construct own knowledge using cognitive structures that have been owned.Therefore it is advisable to apply the cooperative learning Jigsaw type II through a constructivist approach and develop it, because it is proven to enhance the activities of teachers, students, and student learning outcomes also includes the value of educational psychology students who take advantage of teens who are still in the stage of looking for value, but appreciated.
Keywords: Jigsaw II, constructivist approach, learning outcomes Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
yang tuntas pada ulangan harian materi tersebut atau 18 siswa dari 28 siswa yang mendapat nilai diatas KKM 75 berarti masih ada 10 siswa yang belum tuntas. (2)Silabus mata pelajaran ekonomi kelas X, dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan Inflasi dan Indeks harga, materi pokok pembelajaran : Inflasi dan Indeks Harga. Siswa dituntut untuk memahami uraian tentang inflasi dan data-data tentang indeks harga pada proses pembelajaran. Untuk itu perlu adanya suatu model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menyelesaikan masalah rendahnya hasil belajar siswa pada materi inflasi dan Indeks harga kelas X.1 di SMA Negeri 2 Lamongan. Realita selama ini pembelajaran masih dilakukan secara konvensional dengan metode ceramah tanpa dikolaboratif dengan metode yang lainnya. Idealnya proses pembelajaran tidak hanya diarahkan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaiman menggunakan seluruh pengetahuan yang didapat tersebut untuk memecahkan permasalahan atau mengerjakan proyek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang sedang dipelajari.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka setiap warga negara harus ikut berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional tersebut, dan guru memiliki peranan yang sangat penting untuk melaksanankan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Temuan dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan: (1) Materi Inflasi dan Indeks Harga berisi uraian dan data-data, siswa mengalami kesulitan memahami materi, terbukti hanya 65,70% siswa 63
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah(1)Bagaimanakah aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan.(2) Bagaimanakah aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan.(3)Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa materi Inflasi dan Indeks Harga dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan.(4)Apakah kendala-kendala dihadapi siswa dan guru selama penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga siswa kelas X.1 di SMA Negeri 2 Lamongan.(5) Bagaimanakah respon siswa selama penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga siswa kelas X.1 di SMA Negeri 2 Lamongan. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang dicampur kemampuanya untuk saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2004:25).“In Cooperating learning methods, student work together in faur,”. artinya cooperative learning adalah suatu model pembelajaran atau sistem belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 4-6 orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang siswa untuk bersemangat dalam belajar. (Slavin dalam Isjoni, 2007:15). Model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah (Ibrahim, 2005:3).Sedangkan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi 64
pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, menurut Eggen and Kauchak( dalam Trianto, 2011:58). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep sulit, namum juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran Kooperatif tipe JIgsaw II merupakan modifikasi tipe Jigsaw dengan memasukkan sebagian komponen tipe STAD. Model pembelajaran Jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsepkonsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan (Trianto, 2011:75)
Ilustrasi Tim Jigsaw II Kelompok Asal 5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan
Kelompok Ahli
( Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal ) Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw Tabel 1. Sintak Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Fase 1.
Menyampaikan tujuan memotivasi siswa
Kegiatan dan
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar
2. Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi singkat materi, termasuk memberitahukan tugas khusus (topik) kepada setiap siswa
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa kelas telah dibagi atas beberapa kelompok (kelompok asal) heterogen yang berfungsi sebagai wadah bagi siswa untuk memastikan setiap anggota telah menguasai materi pelajaran dan siap mengikuti luis (prinsip STAD). Dijelaskan pula bahwa setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Guru menjelaskan juga bahwa untuk menjadi ahli tentang topik tertentu maka dibentuk kelompok ahli yang beranggotakan siswa-siswa yang menekuni topik yang sama dan setelah menguasai atau menjadi ahli tentang topik tertentu, siswa kembali kedalam kelompok asal untuk secara bergantian menjelaskan kepada teman-teman sekelompok topik yang dikuasainya. Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
65
4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelomok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Terdapat dua kategori kelompok yang akan dibimbing yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pada awalnya para siswa secara individual atau dengan bantuan teman sekelompok (kelompok Asal) akan mempelajari teks materi yang diberikan. Kemudian, siswa dengan topik yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik itu. Setelah itu mereka kembali ke dalam kelompok asal masing-masing untuk secara bergantian mengajarkan apa yang mereka pelajari kepada teman satu kelompoknya
5. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar individu tentang materi keseluruhan yang telah dipelajari pada pertemuan itu. Skor individua kan dihitung berdasarkan konsep skor perkembangan Skor tim (kelompok asal) adalah totalitas skor individu anggota tiap kelompok asal.
6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Penghargaan bagi kelompok
( Sumber: Sambuaga, 2006:25) Pendekatan Konstruktivistik Konstruktivistik lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalaui proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Guru memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8). Adapun tujuan Pendekatan Konstruktivistik adalah: (1)Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri(2). Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya (3). Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemecahan konsep secara lengkap(4). Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri (Riyanto, 2005:107). Kesimpulannya 66
bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuannya dan guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka untuk belajar. Hasil Belajar Hasil belajar adalah semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda (Rusmono, 2012:7). Pendapatan yang lain bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2001:22). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti( Hamalik,2008:30). Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja melainkan komprehensif ( Suprijono,2011:50). Dari definisi hasil belajar tersebut kesimpulannya bahwa guru yang kompeten akan menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal untuk perkembangan fisik dan mental siswa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research dilakukan dikelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran dengan menggunakan empat tahapan yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi (Arinkunto,2007:58). Subyek yang dikenakan tindakan pada penelitian ini adalah kelas X.1 jumlah 28 siswa, SMA Negeri 2 Lamongan berlokasi di jalan Veteran No. 1 Lamongan. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, pada tiap siklus terdiri dari empat tahap rencana, tindakan dan observasi, refleksi, revisi. Tahap Rencana, peneliti menentukan dan merencanakan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian (1) Instrumen penelitian yang berupa lembar observasi aktivitas guru yang digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar, lembar observasi aktivitas siswa, kuis, tes hasil belajar (THB) , angket respon siswa.(2) Perangkat pembelajaran berupa rencana pembelajaran( RPP), Lembar Kerja Siswa LKS, dan Lembar Materi Ahli (LMA). Tahap Tindakan Dan Observasi, tindakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II dengan melalui pendekatan konstruktivistik materi Inflasi dan indeks harga.(3).Menentukan skor awal, skor yang diperoleh siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor kelompok. Setiap sisa diberikan skor dasar, yang diperoleh dari nilai ulangan harian materi Inflasi dan Indeks harga. Siswa memperoleh poin untuk kelompoknya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka menurut kriteria Slavin pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Tahap Refleksi, peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil berupa data-data yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, apa yang telah ada maupun yang tidak ada/tidak terjadi atau keberhasilan atau kegagalan dalam tujuan pembelajaran setelah menerapkan perangkat pembelajran diadakan diskusi untuk menginterpretasikan secara bersama antara peneliti dengan pengamat. Pembahasan yang dilakukan meliputi penerapan dan pengembangan strategi perbaikan serta menentukan perencanaan selanjutnya. Melalui refleksi dapat diketahui kekurangan dan kelebihan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran yang terlihat dalam lembar pengamatan/observasi aktivitas guru. Tahap Revisi, peneliti memperbaiki rancangan sebelumnya sesuai hasil refleksi agar dapat digunakan pada putaran selanjutnya, revisi dilaksanakan untuk evaluasi dari hasil refleksi untuk setiap putaran oleh pengamat yang digunakan sebagai pedoman seterusnya sampai dengan putaran ketiga. Setelah itu dilaksanakan tes berupa Tes Hasil Belajar (THB) untuk mengetahui hasil belajr belajr siswa dan pembagian angket pada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstrutivivstik. Sedangkan tehnik pengumpulan data menggunakan observasi, 67
tes dan angket sedangkan tehnik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Tabel 2 Jenis Data, Instrumen Data, Indikator Keberhasilan Tindakan Pengajaran No 01.
02
03.
04.
Jenis Data
Instrumen Data
Indikator Keberhasilan
H a s i l belajar
a. pre test, L K S , LMA, kuis, Tes Hasil Belajar
U n t u k menyelesaikan pre tes, LKS,LMA, kuis dan THB, jumlah siswa yang memperoleh skor ≥75 sebanyak ≥85% serta meningkat dari siklus ke siklus
Aktivitas Siswa
Aktivitas guru
Respon Siswa
a.Lembar Observasi aktivitas siswa
K e g i a t a n pembelajaran mencapai keberhasilan lebih atau sama dengan 80%
c. Lembar observasi aktivitas guru
K e g i a t a n pembelajaran mencapai keberhasilan lebih atau sama dengan 80%
d.Lembar a n g k e t respon siswa
K e g i a t a n pembelajaran mencapai keberhasila jika presentase respon siswa sudah mencpai ≥ 80%
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dihitung dengan rumus sebagai berikut : P =
x 100 %
N
Keterangan : P = persentase frekuensi kejadian yang muncul f = banyaknya aktivitas guru/Siswa yang muncul N = jumlah aktivitas keseluruhan
(Sudjana,2009:131) Analisis Angket Respons Siswa Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Data ini diperoleh dengan cara memberikan instrument berupa angket (Respon siswa) kepada siswa setelah proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan konstruktivistik. Persentase respons siswa dihitung dengan menggunakan rumus: (Trianto, 2010:243). A Persentase Respons Siswa =
x 100
B Keterangan: P : Persentase Respons Siswa A : Proporsi siswa yang memilih B
: Jumlah siswa (responden)
Hasil Belajar Analisis data hasil belajar siswa secara deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan perolehan dari tes hasil belajar siswa. Data yang dianalisis adalah data dari tes hasil belajar siswa. Penilaian menggunakan penilaianAcuan Patokan (PAP) atau criterion reference, artinya penilaian lebih ditujukan kepada program (penguasaan bahan pelajaran), mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para siswa. Siswa ataupun kelas yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti gagal, atau pengajaran yang diberikan belum berhasil(Sudjana, 2011:130). Analisis Data Pengelolaan Pembelajaran Analisis aktivitas kemampuan guru dalam mengelolah kegiatan belajar mengajar dan aktivitas siswa dilakukan dengan skala
68
,
penilaian sebagai berikut : (1)Skor 4= dilakukan sangat baik (2) Skor 3=dilakukana dengan baik (3) Skor 2= dilakukan cukup baik (4) Skor 1= dilakukan kurang baik. Keberhasilan kemampuan guru dalam mengolah kegiatan belajar mengajar dilihat dari skor rata-rata tiap aspek yang dperoleh dengan rumus : Skor rata-rata tiap komponen =
total nilai tiap aspek dari seluruh pengamat Jumlah pengamat
Kemudian rata-rata tiap aspek tersebut dikonservasikan dengan kriteria sebagai berikut: (1) Skor 3,50 – 4,00=dilakukan sangat baik (2) Skor 2,60 – 3,49=dilakukan dengan baik (3) 1,70- 2,59= dilakukan cukup baik (4) Skor 0,00 – 0,69 = dilakukan kurang baik Penilaian kelompok Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok dengan ketentuan sebagai berikut: 1). Skor tes lebih dari 10 poin di bawah skor awal = nilai peningkatan 0, 2). Skor tes Kurang dari skor awal hingga 10 poin dibawah skor awal= nilai peningkatan 10, 3) Skor tes sama dengan skor awal hingga 10 poin diatas skor awal= nilai peningkatan 20 , 4). Skor tes lebih dari 10 poin diatas skor awal=nilai peningkatan 30, 5) Skor tes mendapat nilai sempurna=nilai peningkatan 30. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus I Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran Hasil observasi aktivitas guru dalam proses belajar dengan menerapkan model kooepratif tipe
Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik pada siklus I mencapai persentase 78,6 % yaitu berada dalam kategori baik, persentase aktivitas guru pada siklus I belum bisa dikatakan berhasil karena belum mencapai persentase ketuntasan yaitu ≥ 80 %. Hasil Observasi terhadap aktivitas siswa Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik siklus I adalah 77,30 %. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini belum mencapai persentase indikator keberhasilan pada aktivitas siswa yaitu 80 %. Hasil Kuis Pertemuan siklus I Hasil tes siswa diperoleh ketuntasan belajar siswa dari 28 siswa yang mengikuti tes, 22 siswa memperoleh nilai ≥ 75 dengan persentase 78,57% dan 6 siswa memperoleh nilai < 75 berarti belum tuntas, dengan persentase 21,43 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes kuis siswa pada pertemuan siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 80% nilai siswa ≥ 75. Penilaian kelompok. Skor perkembangan belajar rata-rata kelompok, kelompok I memperoleh skor perkembangan 23 dengan predikat Tim hebat, kelompok II memperoleh skor perkembangan 24, dengan predikat Tim hebat, sedangkan kelompok III dan V memperoleh skor perkembangan 25 dengan predikat Tim hebat, dan kelompok IV memperoleh skor perkembang 20 juga mendapat predikat tim hebat. Jadi pada pertemuan siklus I masing-masing kelompok mendapat predikat hebat. Hasil Penelitian Siklus II Data aktivitas guru dalam pembelajaran Persentase aktivitas guru dalam pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan 69
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada siklus II adalah 85,71%. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus ini sudah mencapai persentase indikator keberhasilan pada aktivitas guru yaitu sebesar 80 %.
Jigsaw II pada siklus III mencapai persentase 89,28 % yaitu berada dalam kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan sangat baik.
Hasil Observasi terhadap aktivitas siswa.
Hasil Observasi terhadap aktivitas siswa
Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pertemuan siklus II adalah 86,15 %. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah mencapai persentase indikator keberhasilan pada aktivitas siswa yaitu 80 %.
Hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus III.
Hasil Kuis pertemuan siklus II Hasil tes siswa diperoleh hasil belajar siswa adalah: 28 siswa yang mengikuti tes , 25 siswa memperoleh nilai ≥ 75 dengan persentase 89,29 % dan3 siswa memperoleh nilai ≤ 75 dengan persentase 10,71 % . Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes siswa pada pertemuan siklus II telah mencapai ketuntasan atau telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 80 % nilai siswa ≥75. Hasil Penilaian Kelompok Skor Perkembangan Belajar Siswa Dalam Setiap Kelompok Setelah Mengikuti Pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw II Pada Pertemuan II Siklus II. kelompok I memperoleh skor perkembangan 21,6 dengan predikat Tim hebat, kelompok II memperoleh skor 18, dengan predikat Tim hebat, kelompok III memperoleh skor 20, dengan predikat Tim hebat, kelompok IV memperoleh skor 20, dengan predikat Tim hebat, kelompok V memperoleh skor 18,3 juga mendapat predikat Tim hebat. Hasil Penelitian Siklus III Data aktivitas guru dalam pembelajaran Hasil aktivitas guru dalam proses belajar dengan menerapkan model kooepratif tipe 70
Keseluruhan aktivitas siswa yang mencapai 92,95% maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada saat pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooepratif tipe Jigsaw II berjalan dengan baik dan sudah berhasil karena mencapai persentase ketuntasan yang diharapkan yaitu ≥ 80 %. Aktivitas siswa sudah dapat berjalan dengan sangat baik, dan lancar. Hasil Tes Kuis Siklus II Hasil tes siswa diperoleh ketuntasan belajar siswa, dari 28 siswa yang mengikuti tes, 26 siswa memperoleh nilai ≥ 75 dengan persentase 92, 86 % dan 2 siswa memperoleh nilai < 75 dengan persentase 7,14 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes siswa pada pertemuan II siklus II telah mencapai ketuntasan dengan mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 80 % nilai siswa ≥ 75. Hasil Penilaian kelompok Skor perkembangan belajar siswa dalam kelompok adalah kelompok I memperoleh skor perkembangan 18,3 dengan predikat Tim hebat, kelompok II memperoleh skor 26, dengan predikat Tim hebat, kelompok III memperoleh skor 20, dengan predikat Tim hebat, kelompok IV memperoleh skor 22, dengan predikat Tim hebat, kelompok V memperoleh skor 16,7 juga mendapat predikat Tim hebat.
Evaluasi Tes Hasil Belajar (THB) Pada akhir siklus III diadakan Tes hasil Belajar selain kuis dengan tujuan untuk mengukur Hasil belajar siswa terhadap kompetensi Dasar Inflasi dan Indeks harga, selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik, Tes hasil belajar ini diadakan setelah siswa mengikuti pembelajaran siklus I, II dan III dan dilaksanakan di akhir pertemuan III siklus III. Tes Hasil Belajar (THB) diakhir siklus III yang berisikan materi soal siklus I, II dan III terdiri 10 butir soal uraian yang sudah melalui proses uji validasi dan rentabilitas butir soal, tujuan THB untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktif materi inflasi dan Indeks harga dari 28 siswa ada 26 siswa atau 92,86 % yang tuntas dengan mendapat nilai diatas 75 dan hanya 2 siswa 7,14% yang mendapat nilai dibawah 75 dan tidak tuntas,secara klasikal ketuntasan klasikal juga sudah tercapai, karena secara klasikal ketuntasan ditetapkan 85%. PEMBAHASAN Hasil Observasi Aktivitas Guru Aspek pertama yang diamati adalah aktivitas guru, pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel perbandingan aktivitas guru pada siklus I, Siklus II dan siklus III dibawah ini : Tabel aktivitas guru pada siklus I, siklus II dan siklus III jika digambarkan dengan diagram akan diperoleh diagram seperti dibawa ini : 100% 80%
78.6%
85.7%
89.3%
60% 40% 20% 0% Siklus I
Siklus II
(Sumber: hasil penelitian yang diolah)
Siklus III
Diagram Perbandingan Aktivitas Guru Pada Siklus I, II,III Pada siklus I persentase aktivitas guru sebesar 78,57 %. Besar persentase keaktivan guru pada siklus menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus ini belum berhasl karena tingkat aktivitas belum mencapai ≥ 80 %. Pada siklus II aktivita guru mengalami peningkatan yaitu sebesar 85,71%. Besar persentase keaktivitas guru pada siklus II menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus ini sudah berhasil karena tingkat aktivitas sudah mencapai ≥ 80 %. Pada siklus III aktivitas guru mengalami peningkatan yaitu sebesar 89,29%. Besar persentase keaktifan guru pada siklus ini menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus ini juga sudah mencapai persentase melebihi persentase tingkat keaktifan yang telah ditetapkan yaitu ≥ 80 %. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Aspek kedua yang diamati adalah aktivitas siswa, pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada ratarata aktivitas siswa pada siklus I,II dan siklus III adalah : (1) Siklus I 77.30% kategori Baik, (2) Siklus II 86,15% kategori Baik Sekali(3) Siklus III 86,15% Baik Sekali. Dari data-data tersebut di sajikan dalam bentuk diagram rata-rata aktivitas siswa dalam setiap siklus seperti di bawah ini:
(Sumber: hasil penelitian yang diolah)
Diagram Perkembangan Aktivitas Siswa Pada Siklus I, II,III Pada siklus I persentase aktivitas siswa sebesar 77,38 %. Besar persentase keefektivan siswa pada siklus menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini belum berhasil karena tingkat aktivitas belum mencapai ≥ 80 %. Pada siklus II aktivitas guru mengalami peningkatan 71
yaitu sebesar 86,15%. Besar persentase keaktifan siswa pada siklus menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah berhasil karena tingkat aktivitas sudah mencapai ≥ 80%. Pada siklus III aktivitas guru mengalami peningkatan yaitu sebesar 92,95 %. Besar persentase kektivan siswa pada siklus menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah mencapai persentase bahkan melebihi persentase tingkat keaktivan yang telah ditetapkan yaitu ≥ 80 %. Hasil Belajar Siswa Aspek pertama yang diamati adalah hasil belajar siswa, pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat kita lihat perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut: (1) Siklus I 22 siswa (78,57%) tuntas(2) Siklus II 25 siswa (89,20%) tuntas (3) Siklus III 26 siswa (92,86 %) tuntas. Tabel aktivitas siswa pada siklus I, Siklus II dan Siklus III. Jika digambarkan dengan diagram dibawah ini :
(Sumber: hasil penelitian yang diolah). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I,II,III. Hasil tes siswa pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa adalah 78,57%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari siklus I belum mencapai ketuntasan atau belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85 % nilai siswa > 75. Data hasil tes siswa pada siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa adalah 89,20%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari siklus II sudah mencapai ketuntasan atau mencapai mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar klasikal yaitu ≥ 85 % 72
nilai siswa > 75.Meskipun disiklus ke II siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan Klasikal, hal tersebut sudah diperikirakan oleh peneliti meningat input siswa kelas X.1 memang baik, dengan penerapan pembelajaran yang membuat siswa aktif, siswa menjadi bersemangat dan antusias sehingga hasil belajar bisa meningkat. Dan penelitian dilanjutkan ke siklus ke III untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa di siklus ke III dan ternyata data hasil tes siswa pada siklus III diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa adalah 92,86%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari siklus III juga sudah mencapai ketuntasan atau mencapai kriteria diatas ketuntasan klasikal yaitu 85 % nilai siswa ≥ 75. Aktivitas Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran didalam kelas, tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama pembelajaran dan bahwa pembelajaran yang terbaik tercapai ditengah - tengah percakapan diantara siswa (Nur, 2011:2). Guru dituntut menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya. Keberhasilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar disebabkan karena guru telah melakukan perencanaan dengan baik. Materi Inflasi dan Indeks Harga dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan Inflasi dan Indeks Harga, menuntut pemahaman materi yang berupa uraian/deskriptif tentang inflasi dan Indeks Harga. sehingga sangat tepat menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik. Hasil pengamatan Aktivitas guru dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan di setiap
siklusnya, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Memotivasi siswa/memberi apersepsi pada siklus I mendapat skor 2 artinya cukup, guru sudah memotivasi siswa tapi tidak mendapat respon dari siswa,karena motivasi dilakukan dengan cepat tanpa adanya penekanan pentingnya pembelajaran pada siklus II dan III mendapat skor 4 artinya sangat baik meningkat dari siklus I, guru memotivasi siswa, mendapat respon dari siswa dan menghubungkan pengetahuan awal dengan pokok bahasan yang akan dipelajarinya. 2) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran pada siklus I mendapat skor 3 artinya baik, guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran yang dapat dimengerti oleh siswa, hanya tujuan pembelajaran tidak ditampilkana di papan atau Power point di siklus II dan III sudah di tampilkan di power point tetapi tujuan pembelajaran tidak dibaca oleh guru. 3). Menyajikan Informasi siklus I,II,II mendapat skor 4 artinya sangat baik, guru sudah menyampaikan garis besat materi yang diajarkan disertai contoh, yang kontekstual sehingga siswa lebih memahami penjelasan guru. 4) Membimbing siswa diskusi ke dalam kelompok-kelompok belajar, kelompok asal dan kelompok ahli mendapat skor 3 artinya baik, guru telah mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar secara heterogen dipilih, siklus II, III meningkat mendapat skor 4, artinya sangat baik, guru mampu dengan sangat baik mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar secara heterogen (jenis kelampin, kemampuan intelektual, dan etnis yang berbeda). 5) Membagikan dan membimbing siswa mengerjakan LKS dan LMA mendapat skor 3 artinya baik untuk siklus I dan III guru telah memberi bimbingan serta arahan setiap kelompok tapi tanpa memperhatikan kesulitan siswa dalam menyelesaian tugas kelompok yang diberikan, pada siklus II mendapat skor 2 artinya cukup Guru hanya memberikan bimbingan kepada kelompok
tertentu dalam menyelesaikan tugas kelompok tanpa memperhatikan kelompok lain pada siklus II guru lamban membagi LKS dan LMA tertukar dalam membagikan LKS dengan LMA akibatnya siswa ramai. Melakukan Evaluasi berupa kuis dan THB pada siklus I, II dan III mendapat nilai 3 artinya baik, guru telah memberikan lembar instrument evaluasi dan memberikan penjelasan cara mengerjaknnya. Memberikan kesimpulan dan penghargaan kelompok pada siklus I,II dan III mendapat skor 4 artinya sangat baik, guru telah membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran dengan panduan pertanyaanpertanyaan dan memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat skor peningkatan kelompok tertinggi. Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Aktivitas yang dominan dilakukan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II baik pada siklus I, II dan siklus III adalah rata-rata mencapai skor 3 dengan kriteria baik. Dengan demikian aktivitas yang dilakukan siswa tersebut diatas menunjukkan aktivitas yang sudah sesuai dengan pembelajaran kooperatif. Hasil pengamatan aktivitas siswa di setiap siklus dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktif materi Inflasi dan Indeks Harga di kelas X.1 SMA Negeri 2 Lamongan adalah sebagai berikut: Aktivitas memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru pada siklus I siswa mendapat skor rata-rata 3,11 dan artinya dilakukan dengan baik, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa melakukan aktivitas apapun. pada siklus II mendapat skor 3,71 dan siklus III mendapat skor 4,00 artinya sangat baik dilakukan siswa dengan sangat baik, siswa tidak hanya mendengarkan saja 73
penjelasan dari guru,tapi juga memperhatikan serta mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Aktivitas Melaksanakan diskusi kelompok asal dan kelompok ahli pada siklus I siswa mendapat skor rata-rata 3,32 artinya dilakukan dengan baik, siswa ikut aktif berdiskusi dan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain pada siklus II dan III, masing-masing mendapat skor rata-rata 3,64 dan 3,96 artinya sudah dilakukan dengan sangat baik,siswa ikut aktif berdiskusi mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab dan juga menghargai pendapat orang lain. Aktivitas kerja sama dalam mengerjakan tugas Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Materi Ahli (LMA) pada siklus I mendapat skor rata-rata 3,18 artinya sudah dilakukan siswa dengan baik, setiap siswa ikut aktif mengerjakan tugas, berpendapat dan menghargai pendapat orang lain, pada siklus II dan III masing-masing dapat skor rata-rata 3,57 dan 3,78 artinya sangat baik dilaksanakan oleh siswa, siswa ikut aktif berdiskusi mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan juga aktif bertanya jika ada yang kurang jelas dan dimengerti. Aktivitas menyimpulkan materi dan melaporkan hasil diskusi pada siklus I dan II mendapat skor rata-rata 3,14 dan 3,21 artinya sudah baik dilakukan, siswa dapat menyimpulkan materi dengan menjawab pertanyaanpertanyaan dari guru dengan membaca buku sumber dengan tenang dan tertib mencatat hasil rangkuman materi yang disampaikan oleh guru dan menyampaikan laporan hasil diskusi, pada siklus III mendapat skor rata-rata 3,64 berarti meningkat dari siklus I dan II artinya siswa sudah sangat baik melakukan aktivitas menyimpulkan materi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru menggunakan pendapat mereka sendiri dan dengan tenang dan tertib mencatat hasil rangkuman materi yang disampaikan oleh guru. 74
Aktivitas mengerjakan Evaluasi Kuis dan Tes Hasil Belajar (THB) pada siklus I siswa mendapat skor 2,71 siklus II mendapat skor rata-rata 3,17 dan siklus III mendapat skor ratarata 3,21, skor rata-rata meningkat tiap siklus artinya siswa sudah mengerjakan soal tes kuis dan THB dengan baik tapi kadang-kadang masih ada siswa yang bertanya kepada temanya dalam mengerjakan soal evaluasi. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan kontruktivistik materi inflasi dan Indeks harga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti ada peningkatan nilai hasil belajar siswa siklus I 78,57% siklus II meningkat 89,20% dan siklus III juga meningkat 92,86% dan Hasil dari Tes Hasil Belajar (THB) terdapat 26 siswa dari 28 siswa atau 92,86% telah tuntas untuk materi inflasi dan Indeks Harga, Ini terbukti bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivitik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pembelajaran di siklus II 89,20% sudah mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85% namun pembelajaran tetap di lanjutkan ke siklus III, karena ada beberapa indikator dalam Kompetensi Dasar yang belum di sampaikan dalam pembelajaran sehingga harus disampaikan di siklus III yaitu mengenai indikator Indeks Harga. Sikap positif siswa yang bersemangat mengikuti pembelajaran di samping input siswa yang rata-rata bagus sehingga hasil pembelajaran sudah mencapai kriteria pada siklus II. Tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman secara individu maupun secara kelompok, Johson&Johson (dalam Trianto, 57:2011). Sedangkan Jigsaw II paling cocok diterapkan pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sain, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep daripada ketrampilan,Nur (2011:63).
Constructivism merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong, (Riyanto,2005:115). Peningkatan hasil belajar akan ditinjau perindividu yang disebut ketuntasan individu dan ketuntasan secara keseluruhan siswa yang mengikuti pelajaran yang disebut ketuntasan klasikal.Standar ketuntasan nilai minimal yang ditetapkan di SMA Negeri 2 Lamongan yaitu siswa dikatakan tuntas secara individu apabila mencapai KKM minimal 75 % Ketuntasan secara klasikal ditetapkan 85 % dari seluruh siswa yang mencapai proporsi 75%. Dari hasil siklus I, II dan Siklus III dapat dikemukakan bahwa hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik materi inflasi dan indeks harga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh data rata-rata kenaikan hasil belajar siswa dari tiap siklus. Hasil belajar pada siklus I sebesar 78,57% Siklus II meningkat 89,28% dan siklus III meningkat 92,86 %. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga denga bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan, motivasi, produktivitas, dan prestasi belajar (Solihatin, 2007:5). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaukan oleh Aragi Chitose (2008) dalam penelititiannya yang berjudul The Jigsaw The effect of e Learning Metho on Children’s Academic Performance and Learning Attitude (in Japanse) in Japanse Journal of education Psycology yang menyatakan bahwa kelompok Jigsaw dan kelompok bandingan dikendalikan
dari sisi jenis kelamin, hubungan sosimetrik dan pilihan tingkat prestasi belajar menunjukkan bahwa anak dalam kondisi rotasi yang lama mengalami peningkatan prestasi yang lebih baik dari pada anak yang ada dikelompok kontrol, ini membuktikan bahwa penerapan metode Jigsaw telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Sambuaga, Otje,Telly (2006) hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk materi persamaan garis lurus di kelas VII SMP Negerei 32 Surabaya, Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Irma Surya (2011), hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada pembelajaran ekonomi pokok bahasan Inflasi siswa kelas X-ICT SMAN Kebakkeramat. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa terbukti pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terutama penelitian yang dilakukan oleh Irma Surya (2011) bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Inflasi dan Indeks harga. Kendala-kendala Penelitian dan Solusinya Kendala yang dihadapi peneliti selama proses pembelajaran adalah :(1) Siswa baru pertama kali belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan sebelum KBM berlangsung guru memotivasi siswa dengan menjelaskan keuntungan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. (2) Beberapa siswa kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, disebabkan kurang persiapan dan kurang pemahaman tatacara pembelajaran Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik. 75
(3)Terbatasnya waktu untuk pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstuktivistik. Guru hendaknya membuat kesepakatan (transaksional) dengan siswa dan harus dipatuhi siswa dan guru tentang skenario waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran agar waktu yang digunakan efektif dan efisiensi.(4) Kurang aktifnya beberapa siswa dikarenakan kurang melakukan kegiatan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri denga membaca buku, mencari informasi di internet, atau suber belajar lainnya, sehingga mereka lambat dalam menyelesaikan tugas mengerjakan LKS,LMA,oleh sebab itu guru harus selalu mengingatkan/memotivasi mereka untuk membaca buku, mencari informasi di internet atau sumber belajalar lainnya.(5) Beberapa siswa yang masih kerja sama dalam menyelesaikan soal tes hasil belajar(THB) guru hendaknya lebih ketat dalam pengawasan, sehingga hasil tes siswa betul-betul nilai obyektif
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 3 siswa (10,7%) menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan ketika belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Sebanyak 27 siswa (96,4%) menyatakan bahwa bersemangat mengikuti pelajaran Ekonomi materi inflasi dan indeks harga dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 1 siswa (3,57%) menyatakan tidak bersemangat mengikuti pelajaran Ekonomi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik. 23 siswa (82,1%) menyatakan bahwa menyukai sesi diskusi 5 siswa (17,9%) menyatakan tidak menyukai sesi sesi diskusi. 24 siswa (85,7%) menyatakan bahwa proses pembelajaran kooepratif tipe Jigsaw II dapat membuat mereka lebih berani bertanya atau berpendapat. 4 siswa (14,3%) menyatakan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II tidak dapat membuat mereka lebih berani bertanya atau berpendapat.
Respon Siswa terhadap KBM
Respon positif siswa ini muncul karena pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menempatkan siswa dalam situasi belajar harus saling membantu kelompoknya agar mendapat penghargaan. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yaitu yang mencakup 3 (tiga) tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial, Ibrahim (dalam Trianto,2011: 59). Tingginya prosentase kesenangan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ikut mendukung suksenya pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh
Semua siswa ( 28 siswa = 100%) menjawab bahwa mereka tidak pernah mengikuti pelajaran Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, 24 Siswa (85,7%) ssiswa merasa senang dengan diterapkannya pembejaran Ekonomi dengan menggunakanmodel pembelajaran kooepratif tipe Jigsaw II. 4 siswa (14,3%) siswa merasa tidak senang 26 siswa (92,9%) siswa menyatakan bahwa mereka lebih memahami pelajaran Ekonomi materi Inflasi dan Indeks Harga dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 2 siswa (7,14%) menyatakan bahwa mereka tidak memahami pelajaran Ekonomi materi Inflasi dan Indeks Harga walaupun Jigsaw II. 25 siswa ( 89,3%) menyatakan bahwa mereka tidak kesulitan ketika belajar menggunakan model 76
guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan kategori baik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks Harga dapat meningkatkan aktivitas guru. Hal ini terbukti mendapatkan penilaian yang meningkat di setiap siklusnya siklus I dan II mendapat kategori Baik, siklus III Sangat Baik. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui Pendekatan Konstruktivistik materi Inflasi dan Indeks harga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam KBM, pada siklus I kategori Baik , siklus II dan III Sangat Baik berarti mengalami peningkatan disetiap siklus. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meskipun di siklus I siswa belum tercapai ketuntasan klasikal hanya 78,57% siswa yang tuntas namun pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar 89,20% siswa yang tuntas sedang pada siklus III 92,86% dan sudah melampauhi ketuntasan klasikal hal ini terbukti bahwa dengan pembelajaran koopearatif Jigsaw II nilai rata-rata hasil tes belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan. Kendala-kendala yang muncul selama penerapan materi Inflasi dan Indeks harga,karena siswa belum pernah mengenal pembelajaran ini sebelumnya, sehingga pada siklus I kurang memahami tata cara pembelajarannya dan belum terbiasa dengan kooperatif yang harus diterapkan, kendala terbatasnya waktu, masih ada siswa yang kurang serius dalam KBM . Respon siswa terhadap pembelajaran adalah respon positif menunjukkan bahwa siswa senang dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM).
Saran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu yang baik sehingga waktu dalam pembelajaran lebih efektif karena model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama serta cenderung suasana kelas ramai, karena siswa harus begerak dari kelompok asal ke kelompok ahli serta diskusi dan presentasi. Guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II melalui pendekatan Konstruktivistik, agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari sehingga dapat meningkat hasil belajar selain itu pembelajaran ini memuat nilai pendidikan yang memanfaatkan psikologi anak didik remaja yang masih dalam taraf mencari nilai namun dihargai. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ibrahim, M., dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Surabaya. Isjoni.2007. Cooperatif learning. Bandung:Al Fabeta. Nur, Muhammad , Prima Wikandari, 2008, Pengajaran berpusat pada siswa dalam pendekatan – pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran. Surabaya : Unesa Press Nur, Muhammad.2011. Model pembelajaran Kooperatif.Surabaya:Pusat Sain dan Matematika Sekolah Unesa. Rusmono. 2012, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu, Bogor: Ghalia Indonesia Sambuaga, Oltje Telly. 2006.”Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Topik 77
Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMP Negeri 32 Surabaya”. Tesis Magister Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. Surya, Irma.20011,” Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan Hasil belajar pada Pembelajaran Ekonomi pokok bahasan Inflasi siswa kelas X-ICT SMAN Kebakkramat,Solo”.Tesis Magister Pendidikan Ekonomi,Universitas Negeri Solo. Trianto, 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik, Surabaya:Prestasi Pustaka Trianto, 2011. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
78