i
PEMBELAJARAN IPA DAN IPS BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI DENGAN PAI (STUDI KASUS DI MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI
MA‟ARIF
KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014)
Oleh FAJRUL „AROFAH NIM .MI. I2. 024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Agama Islam
PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN) SALATIGA 2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Fear God and you will have no cause to fear any one (Takutlah kepada Tuhan dan tidak ada alasan bagimu takut kepada sesuatu yang lain) Knowledge is wisdom and educated man is the wise man Ilmu pengetahuan adalah hikmah dan orang yang terdidik adalah orang yang bijak Barang siapa sungguh-sungguh dalam usahanya, maka akan tercapailah kesuksesannya (penulis) ......maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS. An Nahl : 43) Jangan anggap dirimu pandai jika sudah mengetahui sesuatu, jangan anggap dirimu kaya jika sudah memiliki sesuatu, karena masih ada yang serba Maha, Dialah Allah Swt
v
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada : 1.
Ayahanda yang tercinta H. Djuwandi, S. Pd. I yang telah damai dalam RabbNya.
2.
Suamiku Mas Harbani yang telah membiayai dan membimbingku dengan sabar.
3.
Anakku tercinta, Raichan Bachtiar Ahmad Arfani yang selalu menjadi penyejuk dalam hidupku.
4.
Semua dosen Pascasarjana STAIN Salatiga
5.
Bu Akhri Istianah dan keluarga yang selalu memberi semangat
6.
Teman-teman di MI Ma‟arif kebonsari Borobudur.
7.
Rekan-rekan mahasiswa pasca STAIN Salatiga
vi
vii
ABSTRAK Fajrul „Arofah, “Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi dan Interkoneksi dengan PAI (Studi Kasus di MIN Mlangen Salaman dan MI Kebonsari Borobudur Tahun Pelajaran 2013/2014)”. Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pasca Sarjana, Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga, pembimbing DR. H. Sa‟adi, M. Ag. dan DR. Budiyono Saputro, M. Pd. Latar Belakang penelitian ini adalah pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi sehingga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Namun proses perubahan yang tidak seimbang antara perkembangan dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok spesialis materi tertentu yang kurang memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang cukup rentan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses integrasi interkoneksi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI dan kendala yang dihadapi serta kebijakan yang diambil untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI bertujuan untuk mengatasi perkembangan yang serba kompleks dan tak terduga pada masa saat ini serta tanggung jawab global sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan sumber daya manusia yang memiliki kualitas. Sedangkan sistematika pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI belum adanya buku standar berakibat proses pengintegrasian diserahkan secara menyeluruh kepada masing-masing guru. Kebijakan yang ditempuh dengan menggunakan tiga pola, justifikasi, spiritualisasi dan pendekatan pembelajaran terpadu dengan tipe integrated pada pola justifikasi guru melakukan pembenaran dengan nilai Islam terhadap materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS.
vii
viii
ABSTRACT Fajrul 'Arafah, "Learning Science Education (IPA) and Social Education (IPS) using Integrasion and Interconnection With Islamic Education (PAI) (Studi case in MIN Mlangen Salaman and MI Ma’arif Kebonsari Borobudur in the school year 2013/2014)". A Thesis of Islamic Education Study Program (PAI), for Post Graduate Programs, Academy of Islamic Study Salatiga. The counselors: DR. H. Sa'adi, M. Ag. Dan DR. Budiyono Saputro, M. Pd. Background of this study is for education since this time future. It can be increase so fast. Howefer the change of the process unbalance between the students being a particular matter who didn’t have attention in the environment. National education is for develop the ability and create the character and nationality in context to educate the life of the nation. The purpose of this research to know the process of integration and interconnection to learn science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) and the problem that happen with the problem solving. This research used qualitative method as observation, interviews and review of document (questioner). The date showed in verbal not numerical. Based of the research the writer find that the learning science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic studies (PAI) using integration and interconnection nothing the standard book that the teacher used with consist of science education/social education refers to Islamic value. It cause the process integration gave to the each teacher while the systematic learning science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) using observation, comprehension and application in life. The problem that happen in learning science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) nothing the standard book. It cause the process of integration gave to the each theacher. The policy implemented using three pattern such as justification, spiritualization and integrated learning approach with the Islamic value of the material the teaching learning science education (IPA)/social education (IPS)
viii
ix
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat : 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Ketua STAIN Salatiga
2.
Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawi, M. Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN Salatiga
3.
Bapak Dr. H. Sa‟adi, M. Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd. yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.
4.
Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana STAIN Salatiga.
5.
Bapak Nasikhun, S. Pd.I. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen Salaman
6.
Bapak Najmudin, S. Pd. I. Kepala Madrasah MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
7.
Rekan-rekan guru di
MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur 8.
Ayah, Ibu dan Suamiku tercinta serta keluarga atas doa restu dan motivasinya
9.
Semua pihak yang telah membantu menyelesaiakan tesis ini
ix
x
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. ….
ii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………
v
ABSTRAK ………………………………………………………………..
vii
PRAKATA ……………………………………………………………….
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xiii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN …………………………………
1
A. Latar Belakang………………………………….
1
B. RumusanMasalah ……………………………….
4
C. Tujuan Penelitian ……………………………….
5
D. Kegunaan Penelitian ……………………………
7
E. Kajian Pustaka …………………………………
7
F. Kerangka Pemikiran………………………..…
9
G. Metode Penelitian……………………………..
12
H. Sistematika Pembahasan ………………………
17
: LANDASAN TEORI …………………………
19
A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi Terhadap Ilmu Pengetahuan ………..................
19
B. Munculnya Dikotomi Ilmu dalam Islam ………
21
C. Hubungan Islam dalam pembelajaran Sains …..
29
D. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial 34 E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ……………
51
F. Konsep Integrasi dan Interkoneksi IPA dan IPS Dengan PAI
…………………………………
xi
54
xii
BAB III
: DESKRIPSI DATA MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI KEBONSARI BOROBUDUR …………. . ………..
59
A. MIN Mlangen Salaman …………………… ……. . 59 B. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur ……………….. . 81
BAB IV
: ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DAN IPS DENGAN PAI BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI……... 89 A. Proses Pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI ………………..…………………….
89
B. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI…….. ……..….
BAB V
96
: PENUTUP ………………………………………………..
100
A. Kesimpulan………………………………………
100
B. Saran ……………………………………………
102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS
xii
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Terpadu ………………… ….
55
Tabel 2.2 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas 1 semester I ………………………………………………
57
Tabel 2.3 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas II Semester I……………………………………………
58
Tabel 2.4 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas III Semester I ……………………………………………...
58
……………………….. …
66
Tabel 2. 5 Data Guru MIN Mlangen Salaman
Tabel 2.6 Daftar Karyawan MIN Mlangen Salaman …………………… .
67
Tabel 2.7 Jumlah Peserta Didik MIN Mlangen
68
……………………….
Tabel 2.8 Data Jumlah Guru MI Kebonsari Borobudur
xiii
……………….
87
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
adalah
suatu
bentuk
perwujudan
kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya
terjadi
sejalan
dengan
perubahan
budaya
kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Proses pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi, sesuai dengan perkembangan dan kemampuan manusia itu sendiri, sehingga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal itu terbukti dengan
adanya
penemuan-penemuan
ilmu
pengetahuan
baru
yang
sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan selalu bersifat maju dan berorientasi
ke
depan.
pendidikan abad potensi
manusia,
teknikal
dalam
21 dan
Dalam
kelihatannya tidak
melakukan
lagi
perkembangannya, berorientasi
pada
memusatkan
eksplorasi
dan
pada
trend
dunia
pengembangan kemampuan
eksploitasi
alam
sebagaimana abad 20. Namun
proses
perkembangan dengan
perubahan
yang
tidak
kematangan kepribadian
seimbang
antara
yang dialami
anak
didik pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok
1
2
spesialis
materi
tertentu
yang
kurang
memiliki
rasa
kepedulian
terhadap lingkungan sekitar yang cukup rentan. Sebagaimana yang tercantum Nasional watak
dalam
UU
berfungsi serta
nomor
20
tahun
mengembangkan
peradaban
bangsa
peserta
didik
agar
bahwa
Pendidikan
dan
membentuk
kemampuan
yang
bermartabat
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan potensi
2003
menjadi
dalam
rangka
untuk mengembangkan
manusia
yang
beriman
dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1 Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sangat sulit terwujud tanpa adanya pemahaman yang integral antara materi satu dengan yang lain. Sisi tujuan dari UU Nomor 20 Tahun 2003, esensinya
adalah terkait
dengan pengembangan masalah
keimanan
dan ketaqwaan, maka akan sangat penting untuk dapat diaplikasikan dengan adanya pengintegralisasian materi dengan nilai-nilai muatan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen tersebut adalah materi yang akan diajarkan, proses mengajarkan materi dan hasil
dari
pentingnya 1
proses
pembelajaran
karena
merupakan
tersebut. satu
Ketiga
kesatuan
aspek yang
ini
sama
membentuk
Depdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Dirjen pendidikan Dasar dan menengah), 5.
3
lingkungan
pembelajaran.
Satu
kesenjangan
yang
selama
ini
dirasakan dan dialami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif
dalam
menjalankan
proses
pembelajaran.
Selama
ini,
di
sekolah para guru banyak yang hanya terpaku pada materi dan hasil pembelajaran.
Mereka
menetapkan
tujuan
disibukkan
(kompetensi)
oleh
berbagai
yang
ingin
kegiatan
dicapai,
dalam
menyusun
materi apa saja yang perlu diajarkan, dan kemudian merancang alat evaluasinya.Namun satu hal penting yang seringkali dilupakan adalah bagaimana
mendesain proses
menjembatani
antara
pembelajaran secara
materi
baik agar
(tujuan/kurikulum)
dan
bisa hasil
pembelajaran.2 Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat
SD/MI
merupakan
program
untuk
menanamkan
dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan ilmiah siswa serta rasa mencintai dan mengagumi kebesaran materi
Ilmu
bersumber menggunakan
Pengetahuan dari
Sosial
kehidupan
konsep-konsep
merupakan
sosial ilmu
Allah. Sedangkan
mata
masyarakat sosial
yang
pelajaran yang
yang
diseleksi
digunakan
untuk
kepentingan pembelajaran. Pada tanggal 11 Juli 2014 penulis melakukan pra penelitian di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur bahwa pembelajaran 2
2013, 3.
IPA
maupun
IPS
di
tingkat
MI
dalam
dataran
Hamruni, Pembelajaran Berbasis Edutainment, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
4
aplikasinya hanya menekankan pada aspek kognitif dan hafalan saja. Padahal salah satu tujuan dan nilai dalam pembelajaran IPA di tingkat MI
salah
Tuhan
satunya
YME
adalah
melalui
meningkatkan
bukti-bukti
nilai
ilmiah
keyakinan
yang
tersusun
terhadap secara
sistematis dalam wujud alam semesta beserta kelengkapannya yaitu dengan keberadaan makhluk hidup maupun benda mati. Sedangkan dilihat dari tujuan materi IPS pada hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian sosial yang baik. Pembelajaran IPA dan IPS di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur telah ada upaya dari lembaga dengan cara
mengintegrasikan
materi
IPA
dan
IPS
khususnya
dengan
pendidikan nilai Islam, namun masih perlu adanya evaluasi dan lebih dikembangkan
lagi
dalam
Implementasi
kurikulum
KTSP
proses juga
pembelajarannya. perlu
adanya
Dalam
pengintegrasian
dalam berbagai mata pelajaran, menjadikan satu kesatuan sehingga dapat membentuk siswa yang mempunyai karakter yang diharapkan. Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis akan meneliti proses pembelajaran di MIN Mlangen Salaman dan MI Kebonsari Borobudur
dengan judul
Ma‟arif
Pembelajaran IPA dan IPS
Berbasis Integrasi dan Interkoneksi dengan PAI B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna dan komprehensif Islam memuat semua sistem ilmu pengetahuan.
5
Namun
kenyataannya
pemisahan
antara
yang
ilmu
terjadi
keduniaan
adalah yang
sebaliknya, kemudian
terdapat melahirkan
perkembangan sains dan teknologi yang dihadapkan ada ilmu-ilmu agama pada sisi lain. Madrasah
dalam hal ini memiliki peran yang
sangat besar guna menjembatani dikotomi antar bidang studi yang dimulai dari pendidikan tingkat dasar. Dalam hal ini penulis mencoba meneliti tentang Pembelajaran IPA dan IPS berbasis Integrasi Interkoneksi dalam PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Maarif Kebonsari Borobudur. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur ? 2. Kendala
apa
sajakah
yang
terjadi
dalam
proses
pembelajaran
materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur serta kebijakan apa saja yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut 1. Untuk
mengetahui
proses
pembelajaran IPA dan IPS
integrasi
interkoneksi
dengan PAI di
Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
PAI
dalam
MIN Mlangen
6
2. Untuk
mengetahui
kesulitan
yang
terjadi
dalam
proses
pengintegrasian dan interkoneksi dengan materi pelajaran IPA dan IPS dengan PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur
serta
mengetahui
kebijakan-kebijakan
yang diambil untuk mengatasi hal tersebut. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara
teoritis
pengembangan
penelitian ilmu
ini
merupakan
pendidikan,
pembelajaran IPA dan IPS
salah
khususnya
berbasis
integrasi
satu
upaya
pengembangan dan
interkoneksi
dengan PAI pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif perbaikan
sistem
pembelajaran,
khususnya
pengembangan
pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi PAI. Beberapa pihak yang memperoleh kemanfaatan dari penelitian ini antara lain pemerintah, praktisi pendidikan, guru materi IPA dan IPS
di
MIN
Borobudur
Mlangen
sebagai
Salaman
lembaga
dan MI
yang
secara
Ma‟arif
Kebonsari
langsung
yang
berhubungan dengan penelitian ini. E. Kajian Pustaka 1. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2010) menyimpulkan bahwa Pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi di MIN
7
Sumberrejo Mertoyudan tiga pola: justifikasi, spiritualisasi dan pendekatan
pembelajaran
terpadu
dengan
type
integrated.
Beberapa kendala yang muncul di antaranya belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah memuat materi IPA/IPS yang terintegrasi dalam Islam, tidak semua materi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam, belum ada ketentuan baku dan peraturan yang mengikat secara pasti tentang kebijakan pembelajaran integratif dengan Islam.3 2. Trianto (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan
antar
bidang studi dengan cara
bidang
studi,
menggabungkan
menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan ketrampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topic tertentu, misalnya suatu masalah di mana semua pelajaran dengan mengacu pada topik tertentu, sedangkan pembelajaran
terpadu
type connected adalah pembelajaran
yang
dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan dengan ketrampilan, dan dapat juga
3
Muhamad Ngali Zainal Makmun, Pendidikan IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi (Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang), Tesis Pasca Sarjana UIN Yogyakarta, 2012.
8
mengaitkan 11 pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam satu bidang studi. Pembelajaran dikatakan
terpadu
sebagai suatu
sebagai
pendekatan
suatu belajar
konsep
dapat
mengajar
yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pegalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak didik akan memahami konsep-konsep yang
mereka
pelajari
itu
melalui
pengamatan
langsung
dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.4 3. Abd.
Rachman
keterpaduan
Assegaf
kebenaran
mengungkapkan wahyu
dengan
integratif
adalah
bukti-bukti
yang
ditemukan di alam semesta. Struktur keilmuan yang integrative disini tidak berarti antara berbagai ilmu tersebut lebur jadi satu bentuk ilmu yang identik melainkan karakter corak dan hakekat ilmu
tersebut
terpadu
dalam
kesatuan
dimensi
material
dan
hakekat ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material spiritual, akal wahyu, ilmu umum-ilmu agama, jasmani rohani dan dunia akherat. Sedang interkoneksitasitas adalah keterkaitan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain akiabat adanya hubungan yang saling mempengaruhi.5
4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, 138-141. http://Pendidikan kita-kamal. Blogspot. Com/2013/01, Pendidikan Integratif Interkonektif. Html. Diakses 13/11/14 5
9
Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu, maka perbedaan yang
penulis lakukan sekarang adalah untuk mengetahui bagaimana praktek di lapangan untuk penerapan KTSP yang mengharuskan semua pembelajaran di kelas rendah yaitu kelas I, II, III dengan tematik (integrasi dan interkoneksi). F. Kerangka Pemikiran 1. Makna Integrasi Interkoneksi Pengertian
interkoneksi
dan
integrasi
dalam
Kamus
Bahasa
Indonesia.6 Integrasi: pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat.
Interkoneksi : hubungan satu sama lain. Dalam
integralisme versi Islam dalam pandangan Armehedi Mahzar yang dikenal dengan dua jenjang kesepaduan, yaitu vertikal (materi, informasi, nilai, dan sumber nilai) dan jenjang horizontal (bermula dari
manusia
mesokosmos,
sebagai dan
alam
mikrokosmos, semesta
masyarakat
sebagai
sebagai
makrokosmos
dan
sekalian alam-alam lain sebagai suprakosmos dan berakhir pada Tuhan sebagai nilai
dan
perumusan
metakosmos.
sumber kembali
nilai, dalam
Jenjang materi, yang
demikian
bahasa
energi, tersebut
kontemporer,
informasi, merupakan
sebagaimana
yang oleh Imam Ghazali disebut sebagai jism, nafs, ‘aql, dan ruh.7
6
Pusat Bahasa Dep. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,2010 437. 7 Armahedi Mahdar, Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam, Bandung: Mizan Media Utama, 2004, xxxlx.
10
Dikatakan struktur keilmuan integrasi di sini bukan berarti antara berbagai ilmu melebur menjadi satu bentuk ilmu yang identik, melainkan
karakter,
corak,
dan
hakikat
antara
ilmu
tersebut
terpadu dalam kesatuan dimensi material spriritual, akal-wahyu, ilmu
umum-ilmu
Sedangkan
agama,
interkoneksitas
jasmani adalah
ruhani,
dan
keterkaitan
dunia
satu
akhirat.
pengetahuan
dengan pengetahuan lain akibat adanya hubungan yang saling mempengaruhi.8
2. Pendidikan Agama Islam Umat Islam dididik dengan seperangkat ilmu pengetahuan atau mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan agama yang mempunyai fungsi tersendiri, yaitu sebagai : a.
Pengembangan dan peningkatan keimanan dan ketakwaan
b.
Penyaluran bakat dan minat dalam mendalami agama
c.
Perbaikan
kesalahan,
kekurangan
dan
kesalahan
dalam
keyakinan mendalami agama d.
Pencegahan hal-hal negatif dalam lingkungannya atau budaya asing yang berbahaya
e.
Sumber
nilai
atau
pedoman
hidup
untuk
mencapai
kebahagiaan dunia akhirat f. 8
xii.
Pengajaran atau penyampaian pengetahuan keagamaan
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
11
Kebijakan tentang pembinaan pendidikan agama Islam secara terpadu di sekolah umum misalnya, antara lain menghendaki agar pendidikan
agama
memadukan umum.
dan
antara
Namun
kesulitan
sekaligus
mata
pelajaran
demikian
terutama
ketika
para
guru
agama
agama
dengan
kadang-kadang berhadapan
mampu pelajaran
dirasakan
dengan
adanya
dasar
pemikiran
dan
teknologi
sarjana
Muslim
yang berbeda, sehingga terjadi konflik antar keduanya9 3. Integrasi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI Ketertinggalan memunculkan kontemporer.
umat
Islam
keprihatinan Kesadaran
di
dan
akan
sains
kalangan
tekad
untuk
kembali
menguasai
sains dan teknologi, sebagaimana pada masa kejayaan sarjana muslim awal, pun menyeruak di mana-mana. Misi kekhalifahan yang rahmatan lil al‘alamin tidak mungkin dapat direalisasikan jika umat muslim bodoh, lemah, dan bergantung pada belas kasihan pihak luar.10 Dalam
kerangka
Islamisasi
ilmu
Islamisasi
proses
pengetahuan
pembelajaran,
sebagaimana
teori
diintrodusir
tentang oleh
Tohari Musnamar yang dikutip oleh Muzhafar Akhwan dapat digunakan untuk menjelaskan pola integrasi nilai Islam dalam proses pembelajaran terutama terkait dengan peneltian ini, yaitu
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda , 2001, 44. Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta, Bandung: Mizan, 2012, 131.
10
12
materi sains dan ilmu pengetahuan sosial yang ada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar.11 Dalam implementasi KTSP yang mengharuskan pembelajaran di
kelas
rendah
dengan
pembelajaran
tematik
(integrasi
dan
interkoneksi) untuk semua mata pelajaran, peneliti berusaha mengkaji bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
IPA
dan
IPS
yang
diintegrasikan dan dikoneksikan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Secara
umum
penelitian ini
menggunakan metode penelitian
kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.12 Karena data yang akan disajikan lebih banyak data kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.13 Di samping itu Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif dengan
menggunakan
dilakukan paradigma 11
pada yang
metode
kondisi
naturalistik
alamiah
melandasinya
karena
(natural
adalah
dari
penelitiannya
setting).
Adapun
kajian
filsafat
Muzhafar Akhwan, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press, 1992, IX-X. 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, 9. 13 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996, 29.
13
pospositifisme/ intepretatif konstruktif, yang memandang realitas sosial dalam hal ini pengintegrasian nilai
Islam14 pembelajaran
IPA/IPS, sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. 2. Sumber data a.
Menentukan sumber data yang dapat dipercaya baik dari sumber observasi maupun wawancara sebagai pendukungnya.
b.
Menggali data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan focus dalam penelitian.
c.
Mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh dalam bentuk catatan lapangan (field note) dan transkrip wawancara (interview transcript).
Field
note
pada
dasarnya
merupakan
catatan
hasil
observasi
partisipatorik yang dilakukan penulis dalam mengamati kegiatan/proses yang
terjadi
dalam
kaitannya
dengan
keterlibatannya
dalam
pengembangan kurikulum. Sedangkan interview transcript adalah catatan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap subyek penelitian. Transkrip wawancara ini ditulis dalam gaya bahasa naratif dari pokok pembicaraan subyek yang tercatat dalam transkrip wawancara. Hal ini didasarkan atas pertimbangan praktis sekaligus untuk memudahkan dalam melakukan analisis data selanjutnya.
14
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, Bandung: 2008, 14.
14
3. Subjek penelitian Dalam
penelitian
kualitatif
tidak
menggunakan
istilah
populasi
tetapi situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity)
orang-orang
(place).15Peneliti dipelajari
(actors)
menggunakan
yang
ada
sampel
pada sebagai
tempat
tertentu
obyek
yang
atau sebagai sumber data. 16 Subjek penelitian ini adalah
Guru IPA, IPS, PAI, Waka kurikulum dan Kepala Madrasah MIN Mlangen Salaman Magelang dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur Magelang. 4. Teknik Pengumpulan Data a.
Interview Interview dilakukan oleh penulis dengan para
guru
kelas pengampu kelas I, II, III di MIN Mlangen dan MI Kebonsari. Interview dalam
penelitian ini digunakan sebagai
metode untuk mencari data yang argumentasi tentang respon masyarakat
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
di
MIN
Mlangen dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur. Di samping itu,
teknik
ini
juga
digunakan
untuk
mendapatkan
data
tentang sistem dan hubungan antar pelaksana pembelajaran 15
215
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ..., 216.
15
(tenaga
pendidik)
di
MIN
Mlangen
dan
MI
Ma‟arif
Kebonsari. Dalam proses ini, peneliti menerima kenyataan apa adanya dan seobjektif mungkin. b.
Observasi Obsevasi terlibat
yang
(participant
dilakukan
adalah
observation).
pengamatan
Teknik
secara
observasi
yang
dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan (field note) tentang
fenomena-fenomena
yang
terjadi
secara
nyata
di
lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin, namun sekaligus melibatkan diri dalam dan
pandangan
hidup yang diselidiki
dan
pencatatan
dengan
sistematis
konsepsi-konsepsi melalui pengalaman
terhadap
fenomena-
fenomena yang diselidiki. Secara nyata, peneliti mengamati segala
fenomena
yang
terjadi
pembelajaran di MIN Mlangen
dalam
pelaksanaan
Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur. c.
Dokumentasi Metode
dokumentasi
merupakan
alat
pengumpulan
data dengan sumber data berupa silabus, kurikulum, jadwal kegiatan dan pengampunya. d.
Teknis Analisis Data Analisis data dilakukan sejak data dikumpulkan. Bersamaan dengan pengumpulan data dilakukan reduksi data.
16
Reduksi
data
klarifikasi
dilakukan
data,
dan
dengan
cara
kodefikasi
data.
indentifikasi
data,
kemudian
data
dideskripsikan dan dianalisis secara seksama. Untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti melakukan
trianggulasi
data
dengan
menggunakan
sumber
data lain. Trianggulasi data dilakukan dengan cara mengambil data dari subjek lain (selain yang ditetapkan dalam penelitian) sebagai data verifikasi. Trianggulasi juga mungkin dilakukan dengan mendiskusikan hasil analisis data dengan pakar atau teman sejawat. Berdasarkan
sifat
data
yang
dikumpulkan,
maka
metode analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif. Analisa
ini
dilakukan
dengan
cara
menghubungkan
data
sehingga akan diketahui adanya relasi kausalitas (hubungan sebab akibat), korelasi (hubungan saling mempengaruhi) dan relasi linear (adanya pengaruh data yang satu terhadap data yang lainnya). Pola pikir adalah
pola
induksi,
yang digunakan dalam analisa ini
yaitu
proses
berpikir
yang
diawali
dengan pengamatan yang khusus untuk kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.17
17
Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997, 3.
17
H. Sistematika Pembahasan Bab I, berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan. Bab II, disajikan tentang landasan teoritis yang membahas beberapa kajian yang sifatnya teoritis yang mengandung tema sentral. Pada sub bab pertama dibahas tentang perkembangan siswa didik usia Madrasah
Ibtidaiyah
berkaitan
dengan
pandangan
dikotomi
terhadap
Ilmu
(1)
Historisitas
pengetahuan,
(2)
munculnya Munculnya
dikotomi ilmu dalam Islam di Indonesia, (3) Hubungan Islam dalam pembelajaran
Sains,
(4)
Hubungan
agama
Islam
dengan
Ilmu
Pengetahuan Sosial, (5) Karakteristik siswa sekolah dasar. Bab III, berisi deskripsi data Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
Mlangen
Salaman
Magelang
dan
MI
Ma‟arif
Kebonsari
Borobudur yang terdiri dari dua sub pembahasan. Pertama adalah profil
madrasah MIN Mlangen Salaman, (1)
sejarah berdirinya madrasah, dan (3)
letak geografis (2)
visi dan misi madrasah. Kedua
memaparkan kondisi objektif MIN Mlangen Salaman, (1) struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas, (2) keadaan guru, karyawan dan siswa (3) sarana dan prasarana. Bab IV, berisi analisis pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi dan interkoneksi di MIN MLangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur berbasis integrasi
18
interkoneksi yang dibagi dalam tiga sub pembahasan, yaitu, (1) proses pembelajaran IPA dan IPS dari kelas I, II dan III berbasis integrasi interkoneksi,
(2)
sistematika
integrasi
nilai
Islam
dengan
materi
pembelajaran IPA dan IPS, (3) kendala dan kebijakan yang diambil dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi. Bab V, merupakan bagian akhir dari pembahasan berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran teoritis maupun praktis
19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi Terhadap Ilmu Pengetahuan Dalam kajian historis, dikotomi ilmu muncul bersamaan atau setidak-tidaknya beriringan dengan masa renaissance di Barat. Dalam perkembangannya, dikotomi ilmu memiliki sejarah yang panjang dan mengenaskan. Pada mulanya kondisi sosia-intelektual, dikuasai oleh gereja. Kebijakan-kebijakannya mendominasi dalam berbagai aspek kehidupan. Ajaran-ajaran Kristen dilembagakan dan menjadi penentu kebenaran ilmiah. Bahkan semua penemuan hasil penelitian ilmiah dianggap sah dan benar jika sejalan dengan doktrin-doktrin gereja. Sedangkan jika para ilmuwan pada saat itu tidak mau mengikuti aturan semacam itu, maka pihak gereja akan menangani dengan cara kekerasan. Dalam kenyataannya, ternyata banyak para ilmuwan yang menentang peraturan tersebut dan berpegang teguh terhadap penelitian ilmiahnya, akhirnya mereka jadi korban kekejaman gereja. Akibat
dari tekanan
tersebut, para ilmuwan melawan kebijakan gereja yang semacam itu. Mereka mengadakan koalisi dengan raja untuk menumbangkan dominasi kekuasaan gereja. Dengan tumbangnya kekuasaan gereja, maka dengan sendirinya muncullah renaissance. Dalam kelanjutannya, masa renaissance
19
20
melahirkan sekularisasi. Kemudian dalam sekularisasi ini melahirkan dikotomi ilmu.18 Pertanyaan klasik yang selalu menjadi perdebatan umum dalam dikotomi ilmu adalah pengetahuan manusia itu “bawaan”(inborn) atau “bentukan” (acquired). Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki rangka bangun karakter sejenis dalam perdebatan umum pencarian ilmu pengetahuan tentang asal mula kehidupan. Apakah kehidupan dimulai dari benda mati (abiogenesis) atau makhluk hidup (biogenesis). Pertanyaan sejenis bipolaritas kutub berlawanan ini pula yang menjadi ciri utama gejala semesta “ada”. Pada sisi lain, awal mula perdebatan dikotomi ilmu dalam Islam dimulai dengan kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu pengetahuan (maha ‘alim). Ilmu pengetahuan yang diberikan pada manusia hanya merupakan bagian terkecil dari ilmuNya, namun manusia diberi kebebasan untuk meraih sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu sangat tidak pantas jika ada manusia yang bersikap sombong dalam masalah ilmu atau memilki kecongkakan intelektual. 19 Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu agama yang dilawankan dengan kelompok ilmu non Islam atau ilmu umum. Kelompok ilmu yang termasuk ilmu Barat atau Umum atau ilmu yang tidak Islam adalah filsafat, logika, dan kedokteran.
18
http://Mustamiranwar86. Histori dikotomi ilmu, Wordpress. Com, Diakses 13/12/2014. 19 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 203.
21
Sedangkan lawannya yaitu ilmu-ilmu Islam atau agama adalah fikih, teologi, sufisme, dan tafsir. Dikotomi ilmu “Barat” dan “Timur” diidentikkan dengan kecenderungan masing-masing kelompok ilmu pada objek fisik (tubuh) dan metafisik (ruh). Barat cenderung mengutamakan objek fisik dan Timur mengutamakan
objek
metafisika.
Meskipun
anggapan
ini
tidak
sepenuhnya benar, namun telah menjadi ciri umum antara Barat dan Timur. Sebagian orang menganggap ilmu agama sebagai ilmu yang sakral dan lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu umum tanpa penjelasan yang tepat. Sedangkan ilmu umum diistilahkan dengan ilmu-ilmu profane, yaitu ilmu-ilmu keduniawian yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio dan logika. Ilmu umum berkembang dan diidentikkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa penjelasan yang jelas pula. 20
B. Munculnya Dikotomi Ilmu Dalam Islam di Indonesia 1. Akar masalah dikotomi ilmu Islam di Indonesia Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu Islam dalam pengertian ilmu agama ini berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Akibatnya muncul pula istilah sekolah-sekolah agama dan
20
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam… ,206.
22
sekolah-sekolah umum. Sekolah agama berbasis ilmu-ilmu “Agama” dan sekolah umum berbasis ilmu-ilmu “Umum”. Kemunculan
dikotomi
sekolah
umum
dan
sekolah
madrasah yang merupakan perwakilan sekolah agama pada sisi lain merupakan wujud konkret dikotomi dalam pendidikan Islam. Kondisi ini lebih parah dengan dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kebudayaan dan Menteri Agama pada tahun 1975 yang telah mempersamakan pedudukan sekolah umum dengan madrasah yang statusnya masih sebagai sekolah agama. Pengintegrasian ini menimbulkan kesalahpahaman dalam dunia pendidikan. Pendidikan Islam yang bersifat umum disamakan dengan pendidikan agama Islam dalam arti khusus. Akibatnya penunggalan
dalam
“Pendidikan
Islam”
makin
rancu
pada
penggunaan istilah bagi semua jenis, jenjang, model, dan bidang studi. Pendidikan Islam yang lebih tepat bagi sebutan institusi yang sebagai bagian dari sebuah institusi. Pendidikan agama Islam yang lebih tepat bagi sekolah umum disebut sebagai pendidikan Islam atau sebaliknya tanpa penjelasan konseptual. Sekolah Islam, madrasah dan pesantren yang tepat disebut pendidikan Agama Islam, atau sebaliknya. Di sekolah ini pun masih terdapat pembelajaran pendidikan agama Islam.21
21
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam..., 216.
23
2. Penyebab dan akibat munculnya dikotomi ilmu dalam Islam Kemunculan dikotomi ilmu Islam dan ilmu umum, menurut Azyumardi Azra yang dikutip oleh Jasa Ungguh Muliawan, bermula dari historical accident atau kecelakaan sejarah, yaitu ketika ilmu-ilmu umum (keduniaan) yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio, dan logika mendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha.22 Dunia Islam kemudian mengembangkan “ideologi ilmiah” dengan menempatkan seluruh khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai kebatilan. Jarang ilmuwan muslim berpikiran bahwa dalam beberapa hal, dikotomi ilmu mempunyai sisi baik. Inti dari persoalan keberatan atau tidak setuju keberadaan dikotomi ilmu semacam itu lebih banyak berkaitan dengan persoalan politik. Bagi umat Islam, lembaga-lembaga pendidikan Islam pada umumnya dijadikan simbol kejayaan Islam. Persoalan pendidikan Islam bukan murni lagi terkait masalah sistem keilmuan, tetapi menyangkut juga ideologi, atau proses ideologisasi. Akibatnya, pemikiran pendidikan Islam secara kefilsafatan juga mengalami ideologisasi ilmiah tersebut. Salah satu faktor mencolok lain penyebab kemunculan dikotomi ilmu adalah fanatisme dalam beragama. Sikap fanatisme
22
dalam
beragama
dalam
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam…, 207.
kehidupan
bermasyarakat
24
melahirkan sikap eksklusivisme. Gerakan Islam termasuk dalam kategori gerakan eksklusif tersebut.23 Secara normatif
konseptual dalam Islam tidak dijumpai
istilah dikotomi ilmu.24 Jika menoleh pegangan Islam yakni al-Quran dan Hadis tidak ditemukan baik secara tersirat terlebih lagi tersurat menemukan dalil mengenai dikotomi ilmu. Justru sebaliknya Islam mengajarkan untuk menuntut semua cabang ilmu, Allah berfirman dalam QS. al-Mujadalah, 58:11
yang artinya Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dari firman tersebut sangat jelas bahwa, Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Nabi Saw juga bersabda:
طلب العلم فرضة عل كل مسلم واملسلمة
23
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam …, 207. Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam buku Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, vii. 24
25
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim (Lelaki maupun perempuan)”. Ini mengindikasikan Islam sangat menjunjung tinggi keutamaan ilmu. Lantas, mengapa terjadi dikotomi ilmu? Dikotomi dalam pendidikan Islam timbul akibat dari beberapa hal. Pertama, faktor perkembangan pembidangan ilmu itu sendiri, yang bergerak demikian pesat sehingga membentuk berbagai cabang disiplin ilmu, bahkan anak cabangnya. Hal ini menyebabkan jarak ilmu dengan induk, filsafat, dan antara ilmu agama dengan ilmu umum kian jauh. Epistemologi merupakan salah satu wilayah kajian filsafat yang disebut juga dengan fisafat umum (philosophy of knowledge). Epistemologi membahas tentang apa itu “tahu” bagaimana cara mengetahui, untuk apa mengetahui, juga tentang dasar-dasar, sumber, tujuan dan klasifikasi pengetahuan. Dari epistemologi muncullah struktur ilmu pengetahuan sampai ke anak cabang.25 Sebagai contoh, ketika filsafat sebagai induk segala ilmu mengalami pembidangan dalam struktur ilmu, termasuk dalam hal ini adalah ilmu pendidikan, disiplin ilmu pendidikan terpecah menjadi cabang ilmu yang makin spesifik: teknologi pendidikan,
psikologi
pendidikan,
sosiologi
pendidikan,
dan
seterusnya. Kemudian cabang ilmu pendidikan tersebut pecah lagi
25
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LKIS, 2008, 27-101
26
menjadi anak cabang, semisal perencanaan pendidikan perencanaan kurikulum, strategi belajar mengajar dan seterusnya. 26 Kedua faktor historis perkembangan Islam ketika mengalami stagnan atau kemunduran sejak abad pertengahan (tahun 12501800M), yang pengaruhnya bahkan masih terasa sampai kini atau meminjam istilah Azyumardi Azra, hal ini disebabkan karena kesalahan sejarah (historical accident). Pada masa ini, dominasi fugaha dalam istilah Islam sangatlah kuat, sehingga terjadi kristalisasi anggapan bahwa ilmu agama tergolong fardu’ain atau kewajiban individu, sedangkan ilmu umum termasuk fardu kifayah atau kewajiban kolektif.27 Ketiga faktor internal kelembagaan pendidikan Islam yang kurang mampu melakukan upaya pembenahan dan pembaruan akibat kompleksnya
problematika ekonomi, politik, hukum, sosial, dan
budaya yang dihadapi umat dan Negara yang berpenduduk mayoritas Islam.28 Sedangkan secara jelas Azyumardi Azra menyebutkan bahwa permasalahan dikotomi pendidikan (ilmu) pertama berkaitan dengan situasi objektif pendidikan Islam, yaitu adanya krisis konseptual baik itu pada tataran epistemologinya. Krisis konseptual tentang definisi atau terjadinya pembatasan ilmu-ilmu dalam sistem pendidikan Islam 26
Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, vii. 27 Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan…, viii. 28 Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan …, ix.
27
itu sendiri atau melihat konteks Indonesia adalah Sistem Pendidikan Nasional. Kedua adalah krisis kelembagaan, hal ini berkaitan dengan permasalahan yang pertama. Krisis kelembagaan ini adalah adanya dikotomisasi antara lembaga-lembaga pendidikan yang menekankan pada salah satu aspek dari ilmu-ilmu yang ada, apakah ilmu-ilmu agama ataukah ilmu-ilmu umum. Keadaan ini jelas terefleksi di Indonesia, misalnya dengan adanya dualism system pendidikan, pendidikan agama yang diwakili madrasah dan pesantren dengan pendidikan umum. Mulai dari tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah) sampai ke tingkat pendidikan tinggi terdapat IAIN dan perguruan tinggi umum.29 3. Mengintegrasikan ilmu umum dan agama Selain di dunia Barat dikotomi yang sama sebenar juga terjadi di dunia Islam. Akan tetapi hal itu berbeda dengan terjadinya di Barat yang menolak penyatuan (integrasi), di Islam sebaliknya diupayakan tumbuhnya
penyatuan ilmu, sehingga tidak ada lagi dikotomi.
Prinsipnya tidak adanya tidak adanya dikotomi dalam Islam ini, sebenarnya dapat juga dilihat dalam al-Quran, misalnya kata ilmu dalam berbagai bentuk terulang 854 kali. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang berbentuk dari akar katanya mempunyai arti kejelasan. Perhatikan kata ‘alam (bendera), 29
Azyumardi Azra, Paradigma Pendidikan Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Buku Kompas, 2002, 114-116.
28
‘ulmat (bibir sumbing), ‘a’alam (gunung-gunung), ‘alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan’arafa (mengetahui), a’rif (yang mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan).30 Sehingga wajarlah dari penjelasan diatas Islam agama yang rahmat untuk seluruh alam tidak pernah membedakan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Persoalan pengategorian kelompok ilmu umum dan ilmu dalam Islam, umumnya muncul lebih didorong atas kepentingan politik. Hal ini terlihat menonjol dengan kemunculan alasan akumulasi kuantitatif wilayah dan filsafat lebih banyak dipelajari di Negara-negara Barat dan agama dipelajari di Negara Timur, maka pertentangan ini menjadi dua pertentangan dua kelompok ilmu dengan istilah “Barat” dan “Timur”.
Dalam
pandangan
Islam,
bukan
berarti
“Barat”
kedudukannya lebih tinggi dari “Timur” atau sebaliknya. 31 Integrasi ilmu agama dan umum hakikatnya adalah usaha menggabungkan atau menyatupadukan ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu-ilmu pada kedua bidang tersebut. Integrasi kedua ilmu tersebut merupakan sebuah keniscayaan tidak hanya untuk kebaikan umat Islam semata, tetapi bagi peradaban umat manusia seluruhnya, karena dengan integrasi, ilmu akan jelas terarah, yakni mempunyai ruh yang jelas untuk selalu mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan dan 30
M Quraish Shihab, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Ummat, Bandung: Mizan, 2007, 434-435. 31 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,211.
29
kebajikan jagat raya, bukan malah menjadi alat dehumanisasi, eksploitasi dan desruksi alam. Nilai-nilai itu tidak bisa tercapai bila dikotomi ilmu masih ada seperti saat ini. Integrasi ilmu bukan hanya tuntutan zaman, tetapi legitimasi yang kuat secara normatif dari al-Quran dan hadits serta secara historis dari perilaku para ulama Islam yang telah membuktikan sosoknya sebagai ilmuwan integratif yang memberikan sumbangan luar ilmuwan integratif yang memberikan sumbangan luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia.32 Dalam pandangan penulis untuk mewujudkan madrasah yang berkualitas,
salah
mengintegrasikan
satunya
dengan
materi yang sifatnya
mensinergikan
dengan
umum dengan nilai-nilai
Islam. Itulah yang memberikan nilai lebih dan menjadi karateristik madrasah dari lembaga lainnya, sehingga siswanya tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga emosi dan spiritualnya, dengan harapan menjadi insan-insan muslim yang berkualitas dan berakhlak.
C. Hubungan Islam dalam Pembelajaran Sains 1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Secara umum IPA adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam semesta, cara melakukan investigasi dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan. Dengan memperhatikan karakteristik 32
http://funavie. Bogspot..com/2011/05/Integrasi ilmu agama dan umum. Html, diakses 20/12/2014
30
peserta didik Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah bersifat terpadu dari disiplin ilmu fisika, biologi dan kimia. Selain itu pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah
hendaknya
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung dalam menemukan
dan mengembangkan
konsep IPA.33 2. Posisi agama dan sains Sains sebagai produk manusia tidak dapat dikecualikan atau diistimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu kreatornya, sains selain lebih abstrak, juga tidak memilki bandingan. Di dunia musik, orang mengenal musik Barat, India, music padang pasir ataupun musik lokal, sedangkan sains hanya punya satu sains dominan, yakni sains modern atau sains Barat. Tanpa sains, kita tidak mampu mengelola sumber daya alam yang umumnya melimpah di negerinegeri muslim.34 3. Al-quran sumber ilmu pengetahuan Secara sederhana sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyibak realitas. Terkait dengan pengertian ini, maka sains juga menjadi produk tunggal, atau dengan kata lain, akan ada lebih dari satu sains, dan satu sains dengan yang lain dibedakan pada makna realitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui
33
IG. A.K. Wardani, Perspektif Pedidikan di SD, Universitas Terbuka, 2009, 8.15. Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran yang Terlupakan, Bandung: Mizan, 2008, 197 . 34
31
realitas tersebut. Setiap bangunan ilmu atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis, dan epistemologis. Tiga pilar sains Islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat la ilaha ilallah dan terdiskripsi dalam rukun iman dan rukun Islam.35 Pilar pertama ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu, Islam harus menerima realitas material maupun nonmaterial. Makhluk tidak dibatasi oleh yang material dan terindra, tetapi juga yang immaterial. Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri dari tiga keadaan fundamental, yaitu keadaan material, psikis, dan spiritual. Pilar kedua aksiologis, terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun atau dirumuskan. Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah mengenal sang pencipta. Tujuan sains Islam adalah mengetahui watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang diberikan oleh Tuhan. Islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahi. Pilar ketiga epistemologi. Al-quran yang merupakan mukjizat terbesar Nabi SAW. Sekaligus al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam. Ia merupakan pijakan bukan
35
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran …, 192.
32
hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, melainkan juga bagi semua jenis pengetahuan. 36
4. Tujuan pendidikan IPA Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar berfungsi sebagai wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya serta prospek lebih lanjut dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan IPA di sekolah dasar sebagai berikut:37 a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran
tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA/sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar. e. Memecahkan masalah dan membuat keputusan.
36 37
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran …, 192. Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2006, 484.
33
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam h. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke tingkat SLTP Dari tujuan tersebut di atas jelas bahwa ada keterkaitan antara sains dan agama yang pada prinsipnya antara sikap dan karakter ilmiah dari sains dapat digunakan untuk meningkatkann kualitas keimanan dan ketaqwaan pada umumnya dalam proses pembelajaran, sehingga adanya sinergi/hubungan antara sains dan agama. Sedangkan guna mencapai tujuan dan memenuhi fungsi dari pendidikan IPA tersebut, proses belajat mengajar yang biasa digunakan antara lain:38 1) Pendekatan lingkungan 2) Pendekatan ketrampilan proses 3) Pendekatan inquiry 4) Pendekatan terpadu
38
Sumaji, Pendidikan Sains, Jakarta: UT, 2009, 36.
34
D. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS, seperti halnya IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan
keilmuannya,
melainkan
pada
kenyataan
kehidupan
kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi telah ditelaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Memperhatikan kerangka kerja IPS, seperti yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian IPS sebagai berikut: IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan diajarkan mulai dari dasar sampai Perguruan Tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi mempelajari IPS/studi sosial ataupun ilmu sosial di Perguruan Tinggi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh
35
ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu social, dapat dimanfaatkan oleh IPS.39 b. Tujuan pembelajaran IPS Secara keseluruhan tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut: 1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah social yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.40 Dalam kegiatan pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan mayarakat. Dengan lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab
dengan kondisi setempat sehingga
mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran IPS secara nyata. 39 40
Sardiyo,Pendidikan IPS di SD, Jakarta: UT,2011, 1.27 Sardiyo,Pendidikan IPS …, 1.29.
36
Arthur K Ellis menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah sebagai berikut: Social studies is designet to help children explain their world. Jean Piaget wrote that two most important task of childhood are organization and adaption. By organization, he basically meant the ability to understand and calssify things with respect to how they work. For example, a child’s initial insights to the U. S economic system or to the location of continents on the world map represent examples of organization. Adaption refers to the process of accommodating oneself to one’s environment. A child who enters schools has already adapted considerably to the environment throught speech, dress, rules at home, and so forth, but school is designed to expand such adaption greatly through formal learning processes these processes are intellectual, social, emotional and physical.41 Artinya bahwa IPS dirancang untuk membantu anak-anak menjelaskan dunia mereka. Jean Piaget menulis bahwa dua tugas yang paling penting dari masa kanakkanak adalah organisasi dan adaptasi. Organisasi berarti kemampuan untuk memahami dan mengklasifikasikan halhal yang berkaitan dengan bagaimana mereka mengerjakan. Adaptasi mengacu pada proses menampung diri dengan lingkungan seseorang. Seorang anak yang memasuki sekolah telah disesuaikan jauh dengan lingkungan melalui percakapan, seragam, aturan di rumah, dan sebagainya, namun sekolah ini dirancang untuk memperluas adaptasi
41
Arthur K Ellis, Teaching and Leaning Elementary Social Studies, USA: Seattle Pasific University, 1997. 6.
37
tersebut sangat melalui pembelajaran formal proses proses ini intelektual, sosial, emosional dan fisik Pengertian tersebut diatas juga mengutip pendapat Piaget yang menyatakan bahwa IPS dirancang untuk membantu siswa dalam menjelaskan dunianya. Ada dua perkembangan pada masa kanak-kanak yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengorganisasian dan adaptasi. Dengan pengorganisasian anakanak pada dasarnya dapat memahami dan mengklasifikasikan sesuatu dengan cara bagaimana hal itu dikerjakan. Adaptasi merujuk pada akomodasi terhadap lingkungannya. Seorang anak yang mulai masuk sekolah berarti telah siap beradaptasi melalui percakapan, baju (seragam), aturan di rumah dan sebagainya. Sekolah dirancang untuk memperluas adaptasi melalui proses pembelajaran formal. Proses-proses ini meliputi intelektual, sosial, emosional, dan fisik.42 c. Prinsip pembelajaran IPS Sesuai dengan sebutan ilmu, ilmu sosial itu tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial secara khusus dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ilmu yang masuk ke dalam ilmu sosial tidak hanya di ajarkan pada satu jurusan atau lebih lebih luas satu fakultas, 42
Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2008, 88.
38
melainkan dikembangkan di berbagai fakultas, seperti ilmu-ilmu sosial,
fakultas
sosial
politik,
fakultas
pendidikan
ilmu
pengetahuan sosial dan lain sebagainya. 43 Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackenzie (1975) yang dikutip oleh Sardjiyo mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Seperti kita mengalami sendiri, hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi aspek-aspek yang cukup luas. Aspek-aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, antara lain:44 a. Aspek antar hubungan manusia dengan kelompok b. Aspek kejiwaan c. Aspek kebutuhan materi d. Aspek norma, peraturan dan hukum e. Aspek pemerintahan dan kenegaraan f. Aspek kebudayaan g. Aspek kesejahteraan h. Aspek komunikasi i. Aspek kebijaksanaan dan kesejahteraan sosial
43 44
Sardiyo,Pendidikan IPS di SD, Jakarta: UT,2011, 1.22. Sardiyo,Pendidikan IPS …, 1.27.
39
j. Aspek hubungan manusia dengan alam lingkungan k. Aspek pengelolaan, pengurusan, pengaturan dan lain-lain l. Aspek pendidikan Dalam pendidikan dasar ilmu social yang dipelajari
masih
dalam tingkatan sederhana, hanya sekedar sebagai pengenalan . 2. Hubungan Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu sosial adalah ilmu yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Termasuk ilmu sosial adalah seluruh kegiatan masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas untuk kegiatan keperluan sesama manusia. Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan muamalah dalam arti luas. Keterkaitan agama dengan kemanusiaan
menjadi
penting,
jika
dikaitkan
dengan
situasi
kemanusiaan pada zaman ini. 45 Selain agama berperan penting dalam mengarahkan tingkah laku dan sikap manusia, pengetahuan ilmiah juga telah lama dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Ajaran Islam juga mengandung penjelasan tentang fenomena alam dan masyarakat secara objektif dan tuntunan sikap atau sifat tertentu dari penganutnya. Dengan demikian, agama dan ilmu sosial dari satu segi sama-sama
45
Abudin Nata, Meodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2010, 53.
40
berfungsi menjelaskan gejala alam dan masyarakat, serta merupakan pedoman untuk menentukan sikap dalam kehidupan.46 Karakeristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajaran di bidang ilmu sosial. Ajaran Islam di bidang ilmu sosial termasuk paling menonjol, karena seluruh bidang ajaran Islam pada akhirnya ditujukan untuk kesejahtaraan manusia. Dalam ilmu sosial ini, Islam dituntut untuk menjujung tinggi sifat tolong menolong saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, dan kebersamaaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyang, kebangsaannya, warna kulit, dan jenis kelamin. Kualiatas dan ketinggian derajat sesorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditujukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.47 Dengan demikian pada saat ini nampaknya sudah sangat penting untuk memilki Ilmu Pengetahuan Sosial yang mampu membebaskan
manusia
dari
berbagai
problema
sosial.
Ilmu
Pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu sosial ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nlai agama. 3. Ilmu Sosial yang bernuansa Islami Ilmu sosial yang berkembang saat ini bisa dikatakan mengalami stagnasi dalam mengahadapi berbagai gejolak yang berkembang dalam
46
Bustanudin Agus, Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Sudi Banding Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, 114. 47 M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006, 19.
41
kehidupan sosial, hal yang demikian dikarenakan ilmu sosial yang dikembangkan hanya dalam wilayah penjelasan yang berhubungan dengan fenomena sosial
yang banyak diperankan oleh lembaga
pendidikan, sehingga kondisi yang demikian tersebut ilmu social dalam dataran aplikasinya yaitu kondisi riil kurang menampakan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, solusi yang ditawarkan menurut Kuntowijoyo
memformulasikan desain ilmu
profetik: yaitu ilmu sosial tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi juga member petunjuk ke arah mana tranformasi itu dilakukan, yaitu ilmu social mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu yang menurutnya berdasarkan tiga hal, sebagai berikut:48 a. Cita-cita kemanusiaan (humanisasi) Tujuan luhur yang diangkat humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi di era industrialisasi yang salah satu akibatnya manusia menjadi masyarakat yang abstrak dari sisi kemanusiaannya. b. Liberasi Esensi dari liberalisasi adalah pembebasan manusia dari kungkungan teknologi sebagai simbol kekuatan ekonomi yang terkadang berimbas pada munculnya “hukum rimba” secara ekonomi.
48
Abuddin Nata, Metodologi…, 55-56
42
c. Transedensi Maksudnya adalah menumbuhkan sekaligus menguatkan dimensi transedental dalam kebudayaan, sehingga manusia terjebak dalam perangkap kehidupan hedonisme, materialisme, dan budaya dekaden yang lainnya. Cita-cita profetik dapat diderivikasi dari misi historis Islam dalam kandungan surat (ali-Imran ayat 110)
yang artinya kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Dalam ilmu sosial profetik tersebut akan menumbuhkan suatu pandangan bahwa sumber ilmu bukan dari rasio dan empirik sebagaimana yang dianut dalam masyarakat Barat, tetapi juga wahyu. Dengan ilmu sosial yang demikian itu maka umat Islam akan dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahuan, yang dapat diawali dari dunia pendidikan sebagai pondasi awal. Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual,
43
respon normatifnya mereflaksikan kondisi sosial aktual itu. Meskipun jelas bahwa al-Quran memiliki cita-cita sosial tertentu. Bukti sejarah memperlihatkan dengan jelas bahwa
sejak
kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah tampil sebagai agama terbuka akomodatif. Serta berdampingan dengan agama, kebudayaan, dan peradaban lainnya.49 Dengan demikian ajaran Islam mempunyai perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial. Untuk itu maka kehadiran ilmu sosial membicarakan tentang manusia dan kebudayaanya tersebut dapat diakui oleh Islam.
E. Karakteristik Siswa Pendidikan Dasar 1. Perkembangan anak usia Madrasah Ibtidaiyah Dengan berlakunya SKB 3 Menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri) pada tahun 1975 maka kedudukan madrasah telah sejajar dengan sekolah-sekolah umum. Dari segi organisasi madrasah sama dengan sekolah umum; dari segi jenjang pendidikan, MI, MTs dan MA sederajat dengan SD, SLTP dan SMU; dari segi muatan pelajaran, murid-murid madrasah pun memperoleh pengajaran ilmu sosial, sejarah, antropologi, geografi,
49
Abuddin Nata, Metodologi…, 58-59.
44
kesenian, bahasa (Indonesia dan Inggris), fisika, matematika, dan lainlain.50 Siswa Madrasah Ibtudaiyah merupakan individu unik yang memiliki
karakteristik
tertentu,
bersifat
khas,
dan
spesifik.
Perkembangan siswa akan dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal ini pendidikan maupun pembelajaran sangat dominan memberikan kontribusi untuk membantu dan mengarahkan perkembangan siswa supaya menjadi positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan yang berbedabeda dan bersifat individual. Perkembangan siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam proses belajar. Seluruh aktivitas proses belajar harus berpusat pada kebutuhan siswa (child centered) dan pada aspek tuntutan masyarakat (society centered). Fase-fase perkembangan yang dialami siswa harus dipahami oleh guru supaya dalam pembelajaran tidak mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil belajar yang tidak optimal. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembanga sebagai berikut:51 a. Perkembangan Fisik Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan dan perkembangan motorik. Siswa pada Sekolah
50
Departeman Agama RI, Sejarah Madrasah, Direktorat kelembagaan Agama Islam:
2004, 142.
51
Sri Anitah, Srategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009, 2.20.
45
Dasar, kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah (refined motor skills), tetapi berat badan laki-laki lebih ramping dari pada perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat dari pada laki-laki. Gerakan-gerakan yang dilakukan siswa sudah mulai mengarah pada gerakan yang kompleks, rumit, dan lebih cepat serta keseimbangan dengan tepat. b. Perkembangan Bahasa Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada pemisahan kelompok jenis kelamin (separation of the sexes) sehingga dalam pengelompokan, siswa lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan belajar. Rasa kepemimpinannya sangat tinggi dan ini perlu dikembangkan supaya siswa lebih mampu mengatur diri sendiri dan mengatur orang lain. Rasa kerja sama dan empati dan simpati sudah mulai tumbuh dalam usia ini walaupun konflik dan rasa persaingan tetap masih berlangsung dalam dirinya. Pada usia ini sudah dapat dikembangkan kemampuan-kemampuan sosial siswa. Pada kelas tinggi Sekolah Dasar sudah mulai mengenal dan mampu melakukan tugas dan tanggung jawab dalam kelas atau kelompok, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota.
46
c. Perkembangan bahasa Pada
masa
ini
perkembangan
bahasa
siswa
terus
berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa yang halus dan kompleks. Siswa di kelas tinggi gaya bicaranya sudah mulai bergeser dari gaya bicara egosentris (egocentric style) ke gaya bicara sosial (social speech). Pada kelas rendah Sekolah Dasar sudah mampu membaca dan mampu menganalisis kata-kata serta mengalami peningkatan kemampuan dalam tata bahasa. Pada usia 6 sampai 10 tahun penggunaan kalimat tidak lengkap sudah berkurang sehingga siswa sudah bisa menggunakan kalimat yang panjang, lengkap dan benar. d. Perkembangan Kognitif Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara belajar baik yang berorientasi pada peningkatan berpikir logis mampu kemampuan manipulatif. Siswa dapat melihat beberapa factor dan mengkombinasikannya dengan berbagai cara untuk mencapai hasil yang sama. Perkembangan kognitif pada siswa Sekolah Dasar berlangsung secara dinamis. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dalam fase konkret operasional pada Sekolah Dasar, acuannya adalah terbentuknya hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema.
47
e. Perkembangan Moral Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah kemampuan bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain yang dianggap baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila orang lain merasa senang. Tidak hanya itu, pada usia Sekolah Dasar siswa harus mampu berperilaku baik menurut orang lain seperti menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial. f. Perkembangan Ekspresif Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan seni (art). Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya. Dalam dirinya sudah timbul keinginan menjadi orang terkenal.
2. Sifat khas anak usia Madrasah Ibtidaiyah Beberapa sifat khas anak-anak pada masa Madrasah Ibtidaiyah yaitu antara 7 sampai 11 tahun menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah sebagai berikut:52
52
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rhineka Cipta, 2008, 125.
48
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis. b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran urakhusus. d. Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. e. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya anak dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturanaturan permainan yang tradisional, mereka membuat permainan sendiri. 3. Kebutuhan dasar anak usia Madrasah Ibtidaiyah Menurut Oemar Hamalik, anak mempunyai kebutuhan dasar antara lain:53 a. Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat karena mereka belum memilki konsep waktu yang jelas. b. Kebutuhan akan sukses berdasarkan aspirasi dan pengalaman masa lampau dan konsep tentang dirinya.
53
102-105.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009,
49
c. Kebutuhan akan hal-hal rutin dan konsisten karena adanya perubahan-perubahan
sering
menyebabkan
gangguan
emosional tertentu. d. Kebutuhan untuk bermain, ini merupakan kegiatan alami dan bermakna bagi anak. e. Kebutuhab untuk diterima dan dibenarkan oleh lingkungan untuk mencegah terjadinya frustasi dan perasaan tidak berharga. f. Kebutuhan akan pendidikan dari orang tua, ini sangat besar pengaruhnya terhadap tindakan anak di luar maupun di sekolah. 4. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah dasar Ada tiga dorongan yang dialami pada usia dasar yaitu doromgan untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, dorongan fisik untuk melakukan permainan dan kegiatan yang ,diperlukan ketrampilan fisik, dan dorongan mental untuk memasukidunia konsep, logika, simbolis dan komunikasi orang. Lebih lanjut Nana Syaodih mengemukakan beberapa perkembangan yang dituntut pada masa usia sekolah dasar yaitu:54 a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan dalm permainan b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. 54
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2003, 12.
50
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya. d. Belajar melakukan peranan sosial sebagai
laki-laki
atau
perempuan. e. Belajar untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan intelektual dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung. f. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. g. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. h. Memiliki
motivasi
kemerdekaan
pribadi
dalam
memilih,
merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa bantuan orang dewasa lainnya. i. Pengembangan sikap terhadap lembaga atau kelompok. Tugas-tugas perkembangan tersebut di atas harus dipenuhi oleh setiap individu yang berkembang dan harus diselesaikan dalam proses perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan pada suatu tahap akan menghambat atau menimbulkan kesulitan pada tahap berikutnya. 5. Karakteristik Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah a. Karakteristik umum pendidikan MI Pendidikan MI mempunyai ciri khas yang membedakan dari satuan penndidikan lainnya. Paling tidak ada empat sasaran dalam pendidikan MI, yaitu sebagai berikut:55
55
IG. A.K. Wardani, Perspektif Pendidikan SD, Jakarta: Universitas terbuka, 2009, 2.8.
51
1) Melek wacana (literacy) Pendidikan MI diarahkan pada pembentukan kemampuan akademik. Melek wacana merujuk kepada pemahaman siswa tentang berbagai fenomena/gagasan di lingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dan kehidupan. Misalnya dalam berlalu lintas siswa paham akan makna rambu-rambu lalu lintas, sehingga jika dia melihat lampu merah, dia akan berhenti. Karakteristik seperti ini tentu berbeda dengan pendidikan SMP dan SMA yang lebih menekankan pada pembentukan kemampuan akademiknya. 2) Kemampuan berkomunikasi Pendidikan MI diarahkan untuk pembentukan kemampuan berkomunikasi yaitu mampu mengkomunikasikan sesuatu baik buah pikiran sendiri maupun informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3) Kemampuan memecahkan masalah Mencakup
kesadaran
adanya
masalah,
mengidentifikasi
masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengeksplorasi alternatif pemecahan masalah dan memilih alternatif yang paling layak.
52
4) Kemampuan bernalar (reasoning) Kemampuan bernalar yaitu menggunakan logika dan buktibukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada kesimpulan. Pendidikan MI diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir logis sehingga kemampuan bernalarnya berkembang. b. Karakteristik khusus pendidikan MI Pembahasan karakteristik khusus pendidikan MI akan meliputi pembahasan komponen pendidikan MI secara khusus, yang meliputi:56 1) Siswa Siswa anak MI adalah anak-anak berusia 6-12 tahun, yang tentu saja berbeda dengan usia pada satuan pendidikan lainnya. Disamping dari segi usia, siswa MI juga mempunyai karakteristik fisik dan mental yang berbeda. 2) Guru Meskipun dengan terbit UU tentang kualifikasi akademik guru dan dosen sama dengan kualifikasi guru SMP dan SMA, namun tugas guru SD berbeda dengan tugas guru SMP dan SMA. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan paling tidak lima mata pelajaran. Selain sebagai guru kelas,
56
IG. A.K. Wardani, Perspektif Pendidikan …, 2. 12.
53
guru SD bertanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya 3) Kurikulum Kurikulum MI merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan Dasar.yang mempunyai tujuan khas yaitu mengembangkan kemampuan dasar anak MI. 4) Pembelajaran Pembelajaran di MI untuk kelas awal haruslah mengakomodasi pandangan holistic anak serta perkembangan kognitif anak yang masih dalam tahap akhir praoperasional dan operasi kongkret. Pembelajaran terpadu atau tematik, kegiatan kongkret, kegiatan manipulative berupa pemberian kesempatan untuk mengutak-atik benda-benda tertentu, serta pengalaman langsung (hands-on experiences) merupakan cirri utama pembelajaran di MI. 5) Gedung dan peralatan pembelajaran Gedung dan peralatan pembelajaran sangat sederhana. Seperti yang sering muncul dalam media massa. Ada yang sedang atau cukup saja, ada yang mewah, ada pula yang menyedihkan.
54
F. Konsep Integrasi dan Interkoneksi IPA, IPS dengan PAI Model integrasi adalah melibatkan diskusi tim interdisipliner ketika merencanakan kurikulum. Menurut Trianto dalam Saputro kelebihan dan kekurangan model integrasi antara lain sebagai berikut:57 Kelebihan: (1) adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan menfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir ketrampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi semakin diperkaya dan berkembang, (2) memotivasi siswa dalam belajar, (3) tipe terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Kekurangan: (1) terletak pada guru yang harus menguasai konsep, sikap dan ketrampilan yang diprioritaskan, (2) penerapannya, yakni sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh, (3) tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya, (4) pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam. Menurut Fogarty dalam Saputro (2014)
sepuluh model
keterpaduan secara umum. Model tersebut antara lain fragmented model, connected model, nested model, sequenced model, shared model, webbed model, threaded model, integrated model, immersed model, dan networked model. Badan Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa terdapat 57
Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum,Salatiga: Stain Salatiga Press, 2014, 9-15.
55
tiga
model
keterpaduan
dalam
pembelajaran
IPA
yang
sesuai
dikembangkan di Indonesia, yaitu model connected, webbed dan integrated.58 Karakteristik tiga model tersebut diatas sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Connected, webbed dan Integrated Model Karakteristik Kelebihan 1 2 3 Keterpaduan Membelajarkan 1. Pemahaman (integrated) beberapa KD yang terhadap konsepnya konsep lebih beririsan/tunpang utuh (holistik) tindih 2. Lebih efisien 3. Sangat kontektual
Keterbatasan 4 1. KD berbeda yang konsepnya beririsan berada dalam semester atau kelas yang berbeda 2. Menuntut wawasan dan pengetahuan materi yang luas 3. Sarana prasarana belum mendukung laba- Membelajarkan 1. Pemahaman 1. KD yang beberapa KD yang terhadap berkaitan berkaitan melalui konsep utuh berada dalam sebuah tema 2. Kontekstual semester atau 3. Dapat temakelas yang tema menarik berbeda yang dekat 2. Tidak mudah dengan menemukan kehidupan tema pengait yang tepat
Jaring laba
58
Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu…, 11.
56
Keterhubungan Membelajarkan sebuah (connected) KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain
1. Melibatkan permasalahan tidak hanya satu bidang kajian 2. Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam SI, tetapi harus dikaitkan dengan KD yang relevan
4 Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu
Langkah-langkah Pembelajaran IPA, IPS dengan PAI sebagai berikut: (1)
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
(2)
Pengembangan model pembelajaran terpadu dengan mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetakan pada semua SK dan KD.
(3)
Menentukan tema pemersatu antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(4)
Membuat matrik keterhubungan Kompetensi Dasar dan tema/topik pemersatu.
(5)
Penjabaran ke dalam indikator pencapaian hasil belajar
(6)
Menyusun silabus pembelajaran yang dikembangkan dari beberapa indicator
(7)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
57
Berikut ini kondisi nyata dalam pemetakan SK dan KD pembelajaran IPA, IPS dengan PAI yang dilaksanakan Madrasah Ibtidaiyah Tabel 2. 2 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas I semester I
1 SK
IPA IPS 2 3 Mengenal anggota Memahami tubuhdankegunaannya identitas diri dan serta perawatannya keluarga serta sikap yang saling menghormati dalam kemajemukan keluarga
PAI TEMA 4 5 Mampu Diri mengenal sendiri rukun iman yang enam dan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam asma al husna, terbiasa berakhlak terpuji dan mennghindari akhlak tercela
Mengenal bagian- Mengidentifikasi bagian anggota tubuh identitas diri, dan kegunaannya keluarga dan kerabat
Mengenal Allah melalui pengenalan terhadap rukun iman
KD
58
Tabel 2.3 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas II semester I IPA SK Mengenal bagian bagianbagian utama tubuh hewan dan tumbuhan serta berbagai makhluk hidup KD Mengenal bagian utama hewan dan tumbuhan disekitar rumah dengan sekolah melalui pengamatan
IPS Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
PAI Memahami kalimah al asma al-husna (ar-razaq, almughni, asysyakur)
Membandingkan dokumen dan koleksi benda berharga miliknya
Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al asma al-husna (ar-razaq, almughni, asysyakur)
Tema Peristiwa
Tabel 2.4 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI Kelas III semester I IPA Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga kesehatan lingkungan KD Membedakan cirri lingkungan sehat berdasarkan pengamatan SK
IPS PAI Memahami Membiasakan lingkungan dan akhlak terpuji melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah
Menceritakan Membiasakan lingkungan akhlak terpuji alam buatan disekitar rumah dan sekolah
Tema kesehatan
59
BAB III DESKRIPSI DATA MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI MA’ARIF KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG
A. MIN Mlangen Salaman 1. Tinjauan umum MIN Mlangen Salaman59 a. Letak Geografis dan Keadaan MIN Mlangen Salaman Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen terletak di dusun Mlangen, Desa Menoreh kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. MIN Mlangen berdiri di atas areal tanah wakaf seluas 890 m². Gedung yang didirikan di areal tanah tersebut adalah milik MIN Mlangen dan dibangun oleh umat islam di wilayah desa Menoreh dan sekitarnya. Madrasah ini mempunyai 3 unit bangunan. Tiga unit tersebut terbagi menjadi 7 lokal besar untuk ruang kelas, 2 lokal utuk kantor kepala madrasah dan kantor guru, 3 lokal kecil untuk perpustakaan, UKS dan musholla serta 5 lokal kecil untuk WC/toilet. Madrasah Ibtidaiyah Mlangen ini terletak di kawasan pedesaan, namun lokasinya sangat mudah dijangkau dengan transportasi umum karena berada sekitar 250 meter dari jalan raya Salaman – Purworejo (Jalan Diponegoro Salaman). Letaknya yang berada di kawasan pedesaan yang asri tersebut sangat mendukung
59
Data ini diperoleh penulis dari TU MIN Mlangen Salaman pada tanggal 8 november 2014
59
60
proses kegiatan belajar mengajar karena jaraknya cukup jauh dengan kebisingan lalu lintas jalan raya. Secara geografis, letak Madrasah Ibtidaiyah Mlangen dibatasi dengan : 1) Sebelah utara berbatasan dengan jalan desa Mlangen, Menoreh 2) Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan kebun milik bapak Abu Hamid 3) Sebelah timur berbatasan dengan jalan desa MenorehKalisalak. b. Sejarah Berdirinya MIN Mlangen Salaman Madrasah
Ibtidaiyah
Negeri
Mlangen
adalah
lembaga
pendidikan dasar yang mempunyai ciri khas Islam di bawah naungan Kementrian Agama. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen ini berdiri sejak tanggal 10 Juni 1962. Secara historis, awal berdirinya MIN Mlangen ini dipelopori oleh yayasan Ma‟arif Nahdlatul Ulama Salaman. Setelah 35 tahun berada di bawah naungan yayasan Ma‟arif NU, pada tahun 1997 MI tersebut dinegerikan berdasarkan surat keputusan Kementrian Agama Nomor. 107/3/1997. Sampai dengan sekarang MIN Mlangen Menoreh ini sudah berusia hampir setengah abad dan menjadi salah satu madrasah ibidaiyah negeri di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
61
c. Visi dan Misi Sekolah Visi Sekolah “ Terwujudnya peserta didik religius, berdisiplin tinggi dan unggul prestasi “ Misi Sekolah 1) Mendidik peserta didik untuk mengetahui ibadah-ibadah
wajib dan tata cara mengerjakannya dengan benar 2) Mendidik dan membiasakan berperilaku mulia baik dalam
ucapan dan perbuatan 3) Mendidik dan membiasakan peserta didik berperilaku disiplin
dan taat aturan 4) Mendidik dan membekali ilmu yang memadai sehingga
mampu berprestasi
d. Tujuan MIN Mlangen 1) Membentuk peserta didik yang mengetahui ibadah wajib dan bisa mengerjakan secara benar 2) Membentuk peserta didik yang terbiasa berperilaku mulia dalam ucapan dan perbuatan 3) Membentuk peserta didik yang disiplin dan taat aturan 4) Membentuk peserta didik yang berkualitas unggul dan berprestasi
62
Untuk mencapai Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen juga menyelenggarakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Seluruh siswa tersebut di samping mengikuti kegiatan belajar yang telah terjadwal sebagai pelajaran yang wajib diikuti sebagai siswa MIN Mlangen, terdapat juga kegiatan pengembangan diri yang dipergunakan untuk membiasakan dan membudayakan sikap, nilai, tata karma, dn keterampilan lunak (soft skills) lainnya. Adapun beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di MIN Mlangen antara lain:60 a)
Pramuka Kegiatan pramuka ini dilaksanakan oleh siswa-siswa MIN Mlangen dari kelas III sampai V, dengan mengambil hari kamis siang sebagai waktu pelaksanaan. Kelas VI tidak diikutsertakan karena untuk siswa kelas VI telah dibebastugaskan dari kegiatan ekstrakkurikkuler.
Penanggungjawab
pada
kegiatan
ekstrakurikuler pramuka ini adalah Ibu Mutma‟inah, S. Pd. I. b)
Rebana Kegiatan ekstrakurikuler rebana ini diikuti oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai, dan kegiatan ini mengambil lwaktu siang hari yang diikuti oleh siswa kelas III sampai kelas V yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah dibentuk oleh
60
Sumber TU MIN MLangen Salaman November 2014
63
sekolah berdasarkan kelas masing-masing. Ekstrakurikuler rebana ini diampu oleh Bapak Arif. c)
Seni baca tulis Qur‟an Kegiatan ekstrakurikuler seni baca Qur‟an diikuti oleh siswa kelas III-V kegiatan ini dilaksanakan sesuai jadwal masingmasing kelas. Penanggung jawab dari kegiatan baca tulis Qur‟an adalah Bapak Muntoha.
d)
Olah Raga Kegiatan ekstrakurikuler olah raga ini mencakup bola voli dan tenis meja. Kegiatan ini dilaksanakan pda hari sabtu siang setelah jam pelajaran berakhir. Ekstrakurikuler olah raga diampu oleh Bagus Sulistyo
e. Sasaran MIN Mlangen Salaman 1) Lulusan Madrasah mampu membiasakan mengucapkan salam, mengucapkan kalimat thayyibah, hafal asmaul husna, juz 30, membiasakan sholat fardlu dan sunat secara benar, dan gemar infak. Dengan kelulusan UAMBN rata-rata 8,0 2) Lulusan madrasah mampu memiliki kedisiplinan tinggi baik dalam madarasah maupun dalam kehidupan sehari-hari meliputi disiplin waktu, disiplin dalam beribadah, rapi dan kerja. Dengan nilai kelulusan UN rata-rata 7,5
64
3) Lulusan Madrasah mampu mencapai prestasi yang unggul dalam bidang akademik dengan nilai kelulusan UN rata-rata 7,5 dan UAMBN 8,0 serta non akademik dengan mengikuti berbagai event lomba. f. Program MIN Mlangen 1) Menjelaskan macam-macam ibadah wajib 2) Menjelaskan tatacara ibadah secara benar dengan menguraikan syarat, rukun dan sunah-sunahnya 3) Menjelaskan
beberapa
akhlaq
mulia
dan
membiasakan
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari 4) Menjelaskan tata cara aturan yang harus di taati dan membiasan dengan member contoh dan mengingatkan secara terus menerus sampai terbentuk sebuah kebiasaan perilaku disiplin 5)
Membekali
ilmu
yang
memadai
sehingga
mampu
berprestasi tinggi
g. Prestasi Yang Pernah Diraih Berikut ini beberapa prestasi yang pernah diraih oleh MIN Mlangen baik prestasi akademik ataupun non akademik :61 1) Juara II tenis meja putra dalam rangka pecan olahraga dan kesenian madrasah ibtidaiyah kabupaten Magelang tahun 2000
61
Sumber TU MIN MLangen Salaman November 2014
65
2) Juara II lomba mata pelajaran bidang IPS dan PPKn dalam rangka pecan olahraga dan seni madrasah ibtidaiyah kabupaten Magelang tahun 2002 3) Juara II lomba mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat kabupaten magelang tahun 2005 4) Juara II pesta siaga SD/MI kwaran Salaman tahun 2006 5) Juara III lomba senam sehat Indonesia UPT dinas pendidikan kecamatan Salaman tahun 2007 6) Regu tergiat III jambore SD/MI kwartir cabang kabupaten Magelang 13-15 Oktober 2011 7) Barung tergiat I putrid pesta siaga MI kwaran XI.08.18 kecamatan Salaman 12 Februari 2012 8) Juara I pidato bahasa arab dalam rangka porseni MI 2012 HAB kementrian agama kabupaten Magelang 9) Juara III rebana dalam rangka porseni MI 2012 HAB kementrian agama kabupaten Magelang 10) Juara III tenis meja putra dalam rangka porseni MI 2012 HAB kementrian kabupaten Magelang 11) Juara III pidato bahasa Jawa dalam rangka porseni MI 2012 HAB kementrian agama 2012 12) Juara III pidato bahasa inggris dalam rangka porseni MI 2012 HAB kementrian agama kabupaten Magelang
66
3. Kondisi tenaga pendidik MIN Mlangen a. Keadaan guru MIN Mlangen Guru merupakan elemen yang terpenting dalam proses belajar dan mengajar karena gurulah yang mampu dan bisa dekat dengan peserta didik, gurulah yang mampu mengetahui kondisi peserta didik, sehingga pantas kiranya seorang guru dikatakan sebagai agen pembelajaran, dan gurulah sebagai salah satu faktor penentu akan peningkatan kualitas peserta didik. Oleh karena itu, sebuah keharusan untuk dilakukan pembagian tugas bagi para guru untuk memudahkan dalam mendidik peserta didik, saat ini jumlah guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen memiliki 14 guru, dengan klasifikasi 11 guru PNS dan 3 guru non PNS. Adapun nama guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen sebagai berikut :
Tabel 2.5 Data jumlah guru MIN Mlangen Salaman (Sumber Tata Usaha MIN Mlangen November 2014) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Guru NNasichun, S. Pd. I SSholikah, S. Pd. I SSalimah, S. Pd. I NNurul Fadhilah, S. Pd. I NNidaul Chasanah, S. Pd.I MMutma‟ inah, S. Pd. I PPurhisam Saputro AAkhmadFakhruddin, . Pd. I MMusdi, S. Pd. I Z Zul Wahniyati, S. Pd. I MMaryana, S, Pd BBagus Sulistyo, S.E
NIP 195905191983041001 196902011992022001 197205202007012007 197511082007012015 197303042007102002 197205172007102002 197301112007101002 197806042007101002 197312271998031002 -
Jabatan Kepala Madrasah Guru Kelas V Guru Kelas VI Guru Kelas IV Guru Kelas III Guru Kelas IA Guru Mapel Guru Kelas II Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel Guru Mapel
67
b. Karyawan Karyawan merupakan tenaga non kependidikan yang tidak memiliki peran langsung dalam proses pembelajaran, akan tetapi tenaga yang membantu memperlancar kegiatan di sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, adapun jumlah karyawan di Madarasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen berjumlah 3 orang terdiri dari 2 orang pegawai tata usaha dan 1 orang pegawai keamanan. Di bawah ini tabel nama-nama pegawai tetap dan tidak tetap di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen tahun 2013-2014.
Tabel 2.6 Daftar karyawan MIN Mlangen (Sumber TU MIN Mlangen November 2014) No Nama 1 AAgni Pratiwi 2 SrSri Rokhayati 3 UUlia Rofik
NIP 198508102005012001 -
Jabatan Tata Usaha Tata Usaha Keamanan
c. Peserta Didik Siswa atau peserta didik merupakan subjek sekaligus obyek pendidikan
memiliki
sekolah/madrasah,
siswa
peranan juga
penting menjadi
dalam
unsur
dinamika
primer
dalam
pendidikan, oleh karena itu, segala aktivitas yang ada di sekolah secara
mutlak
diorientasikan
untuk
peneneman
nilai
dan
pengembangan peserta didik untuk menghadapi kehidupannya di masa
68
depan. Di bawah ini, akan penulis deskripsikan kondisi peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Mlangen secara kuantitatif dalam tabel di bawah ini Tabel 2. 7 Jumlah peserta didik MIN Mlangen Salaman (Sumber Tata Usaha MIN Mlangen November 2014) Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah IA 14 7 21 IB 12 11 23 II 17 17 34 III 25 12 37 IV 16 11 27 V 9 16 25 VI 13 7 20 Jumlah 106 80 186
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa MIN Mlangen pada Tahun Ajaran 2013/2014 adalah 186 siswa. Tiap-tiap ruangan kelas rata-rata dihuni 17-25 siswa. Jumlah ini sudah lebih dari standart minimal siswa dalam I kelas yaitu 10 orang. Jumlah ini cukup baik bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, sebab siswa tidak banyak dan juga tidak terlalu sedikit, sehingga guru bisa mengontrol siswa dengan baik dan mudah dari pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak.
4. Sarana dan Prasarana Sebagai penunjang penyelenggara pendidikan, sarana dan prasarana digunakan sebagai pendukung terciptanya proses pendidikan yang baik di suatu Madrasah MIN Mlangen sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik.
69
5. Struktur Organisasi Kepala Madrasah Nasichun, S.Pd.I
Waka Keuangan Nidaul Chasanah
Akademik & Kurikulum Sholikah, S. Pd. I
Kepala Perpustakaan Nidaul Chasanah
Litbang & Prestasi Zul Wahniyati, S. Pd. I
Wali Kelas I A Mutmaínah, S. Pd. I
Wali Kelas II Achmad Bakhrudin
Ketua Komite Muslih Efendi
Tata Usaha Agni Pratiwi
Wali Kelas III Musdi, S. Pd. I
Wali Kelas I A Mutmaínah, S. Pd. I
Wali Kelas I B Zul Wahniyati, S. Pd. I
Wali Kelas II Achmad Bakhrudin
Keamanan Ulia Rofiq Siswa
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi MIN Mlangen ( Sumber : Tata Usaha MIN Mlangen, 2014 ) 6. Job Descripsion Pengelola sekolah terdiri dari :62 a.
Ketua Komite Nama
62
Waka Rumah Tangga Nurul Fadilah, S. Pd. I
Waka Kesiswaan Salamah, S. Pd. I
: Muslih Efendi
Sumber TU MIN Mlangen November 2014
Wali Kelas III Musdi, S. Pd. I
70
Fungsi dan Tugas : 1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 2) Melakukan
kerja
(perorangan/organisasi/
sama dunia
dengan usaha/dunia
masyarakat industri)
dan
pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
b.
Kepala Sekolah Nama
: Nasichun, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas
:
1) Kepala Sekolah selaku edukator a) Mengajar di kelas. b) Membimbing guru. c) Membimbing karyawan. d) Membimbing siswa. e) Mengembangkan staf. f) Mengikuti perkembangan IPTEK. g) Memberi contoh Bimbingan Konsling / Karier yang baik. h) Mengatur perencanaan proses belajar mengajar secara cepat, tepat dan akurat.
71
2) Kepala Sekolah selaku manajer a) Menyusun perencanaan. b) Mengorganisasikan kegiatan. c) Mengarahkan kegiatan. d) Melaksanakan pengawasan. e) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan. f) Melakukan evaluasiterhadap kegiatan. g) Menentukan kebijaksanaan. h) Mengadakan rapat. i) Mengambil keputusan. j) Mengatur proses belajar mengajar. k) Mengatur administrasi : ketatausahaan, siswa, ketenagaan, sarana prasarana, keuangan /RAPBS. l) Mengatur organisasi siswa intra sekolah (OSIS). m) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait. 3) Kepala Sekolah selaku administrator a) Perencanaan. b) Pengorganisasian. c) Pengarahan. d) Pengkoordinasian. e) Pengawasan. f) Kurikulum.
72
g) Kesiswaan . h) Ketatausahaan. i) Ketenagaan. j) Kantor. k) Keuangan. l) Perpustakaan. m) Laboratorium. n) Ruang Ketrampilan/Kesenian. o) Bimbingan Konseling. p) UKS. q) Gedung Serbaguna. r) OSIS. s) Media. t) Gudang. 4) Kepala Sekolah selaku supervisor a) Proses belajar mengajar. b) Kegiatan bimbingan dan konseling. c) Kegiatan ekstrakurikuler. d) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait. e) Sarana dan prasarana. f) Kegiatan OSIS. 5) Kepala Sekolah selaku pemimpin a) Dapat dipercaya, jujur dan bertanggungjawab.
73
b) Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa. c) Memiliki visi dan memahami visi sekolah. d) Mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah. e) Membuat, mencari dan memilih gagasan baru. 6) Kepala Sekolah selaku inovator a) Melakukan pembaharuan di bidang : (1) KBM. (2) BK. (3) Ekstrakurikuler. (4) Pengadaan. b) Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan. c) Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di komite sekolah dan masyarakat. 7) Kepala Sekolah selaku motivator a) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk bekerja. b) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk KBM dan BK. c) Mengatur
ruang
laboratorium
yang
kondusif
untuk
praktikum. d) Mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar. e) Mengatur halaman / lingkungan sekolah yang sejuk dan teratur. f) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan.
74
g) Menerapkan prinsip penghargaan dan hukum
c.
Waka Keuangan Nama
: Nidaul Chasanah
Fungsi dan Tugas
:
1) Mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran uang. 2) Mengadakan pemeriksaan keuangan dalam rangka serah terima dan pembuatan laporan tahunan. 3) Menyiapkan bukti-bukti kas untuk keperluan pemeriksaan keuangan.
d.
Akademik & Kurikulum Nama
: Sholikah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas
:
1) Menyusun dan menjabarkan Kalender Pendidikan 2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran 3) Menyusun pembagian program penjabaran (program semester, program satuan pelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum) 4) Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler 5) Menyusun kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB
75
6) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran 7) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pelajaran 8) Mengatur mutasi siswa 9) Melakukan supervisi administrasi dan akademis 10) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala
e.
Waka Kesiswaan Nama
: Salimah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas
:
1)
Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
2)
Mengatur
dan
mengkoordinasikan
pelaksanaan
8
K
(Keagamaan, Kebersihan, Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan, Keindahan, Kerindangan, dan Kesehatan ) 3)
Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS)
4)
Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah
5)
Menyelenggarakan cerdas cermat, olahraga prestasi
6)
Membuat dan melaporkan statistik pendidikan
7)
Membukukan dan mengarsipkan data prestasi siswa
8)
Mencatat data-data prestasi ujian nasional
9)
Melayani legalisir
76
f.
Waka Rumah Tangga Nama
: Nurul Fadilah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas
:
1) Memberikan pengarahan siswa dalam belajar 2) Mengarahkan siswa dalam bersosialisasi dengan masyarakat 3) Memberikan perlindungan kepada siswa 4) Memperkenalkan dan mengajak siswa dalam kehidupan beragama 5) Memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara siswa 6) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam lingkungan sekolah
g.
Kepala Perpustakaan Nama
: Nidaul Chasanah
Fungsi dan Tugas
:
1) Menyusun program kerja perpustakaan 2) Menyiapkan ketatausahaan surat menyurat perpustakaan 3) Memberi layanan sirkulasi buku-buku perpustakaan 4) Membantu tugas-tugas perpustakaan 5) Membantu tugas di kantor 6) Pengetikan surat-surat 7) Mengisi data-data perpustakaan dan mendindingkan
77
8) Menata ruang dan buku-buku perpustakaan h.
Litbang & Prestasi Nama
: Zul Wahniyati, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas
:
1) Menciptakan, teknologi
merekayasa, pembelajaran
dan dan
mengembangkan rekomendasi
inovasi kebijakan
pembangunan sumberdaya manusia MIN Mlangen di bidang pendidikan sesuai dinamika kebutuhan dewasa ini. 2) Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasi kepada para pengguna serta meningkatkan penjaringan umpan balik inovasi pendidikan/pembelajaran. 3) Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan IPTEK dan peningkatan peran Badan Litbang MIN Mlangen dalam pengembangan pembelajaran dan kualitas pendidikan. 4) Mengembangkan kapasitas institusi MIN Mlangen Bekasi menuju pengelolaan litbang yang profesional dan berintegritas moral tinggi. 5) Memperbanyak kuantitas dan meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan
i.
Tata Usaha Nama
: Agni Pratiwi
78
Fungsi dan Tugas
:
1) Mengkoordinator urusan Tata Usaha 2) Melengkapi isian buku induk pegawai 3) Pembuatan permintaan tunjangan keluarga 4) Pengetikan DP 3 Pegawai Negeri 5) Usul kenaikan gaji berkala 6) Membuat usul penetapan angka kredit 7) Membuat usul menduduki jabatan 8) Kurir kantor 9) Pengarsipan surat-surat 10) Mencatat dan peningkatan kompetensi guru/karyawan 11) Menuliskan agenda kegiatan Kepala Sekolah 12) Mengerjakan tugas-tugas lain jika da perintah pimpinan yang bersifat insedentil.
j.
Wali Kelas Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer dan motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa untuk beprestasi di kelas. Tugas pokok dan fungsi wali kelas sebagai berikut : (1) Pengelola kelas (2) Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
79
(3) Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi : Denah
tempat duduk siswa, papan absen siswa, Daftar
Pelajaran di kelas, Daftar Piket Kelas, Struktur Organisasi Pengurus Kelas, Tata Tertib siswa di kelas, Buku Kemajuan Belajar, Buku Mutasi Kelas, Buku Peta Kelas, Buku Inventaris barang-barang di kelas, Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa, Buku Rapor, Buku Daftar Siswa Berprestasi di kelas (4) Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguhsungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah. (5) Memantapkan
siswa
di
kelasnya,
dalam
mel;aksanakan
tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah maupun di luar sekolah. (6) Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan sekolah pada umumnya. (7) Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti egiatankegiatan sekolah seperti (8) Upacara Bendera, Ceramah, Pertandingan dan kegiatan lainnya. (9) Membimbing siswa kelasnya dalam melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler (Peran serta kelas dalam hal pengajuan calon pengurus OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa berprestasi, acara kelas, dll ).
80
(10) Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua ) atau kelauarganya. (11) Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi siswa di kelasnya. (12) Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor) kepada Wali siswa. (13) Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah mengenai siswa yang menjadi bimbingannya. (14) Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan peduli dengan lingkungannya (15) Membuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.
k.
Keamanan Nama
: Ulia Rofig
Fungsi dan Tugas
:
1) Mengisi buku catatan kejadian 2) Mengantar/member petunjuk tamu sekolah 3) Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, UNAS, Rapat 4) Menjaga ketenangan dan keamanan sekolah siang dan malam 5) Merawat peralatan jaga malam 6) Melaporkan kejadian secepatnya, bila ada l.
Siswa Siswa wajib mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
81
Fungsi dan Tugas
:
1) Belajar a) Memahami dan mempelajari materi yang diajarakan b) Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. c) Mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan mengerjakan PR jika Ada PR. 2) Taat pada peraturan sekolah 3) Patuh dan hormat pada guru 4) Menuruti semua perintah guru. 5) Menghargai guru. 6) Memperhatikan jika diterangkan materi oleh guru 7) Disiplin a) Disiplin dalam sekolah b) Disiplin dalam belajar 8) Menjaga nama baik sekolah
B. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur 1. Letak Geografis63 Madrasah Ibtidaiyah Kebonsari terletak jauh dari jalan raya di dusun Cengkir desa Kebonsari kelurahan Kebonsari kecamatan Borobudur kabupaten Magelang. Batas lokasi Madrasah Ibtidaiyah sebelah Utara berbatasan irigasi, sebelah Timur berbatasan dengan 63
Data penulis dapatkan dari Kepala Madrasah MI Kebonsari Borobudur, November 2014
82
jalan dusun
sebelang Selatan berbatasan dengan ruamah bapak
Marsodi, dan sebelah Barat berbatasan dengan rumah milik bapak Misbakhul Munir64. Jarak sekolah dengan ibu kota kecamatan 6 km, jarak dengan ibu kota kabupaten
9 km, jarak dengan kantor
kementerian agama 15 km. 2. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari Borobudur Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Ma‟arif Cabang Magelang. Madrasah Ibtidaiyah adalah nama yang diambil dari bahasa Arab, yang artinya sekolah dasar. Sesuai dengan nama yang diambil dari bahasa Arab, maka Madrasah Ibtidaiyah dalam mata pelajarannya lebih menonjolkan pendidikan Agama Islam. Lokasi di mana Madrasah Ibtidaiyah ini berada adalah di Desa Kebonsari, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Yang mendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari adalah keinginan dari masyarakat dan sekitarnya akan adanya sekolah dasar yang berlandaskan ajaran Islam.
Karena
terdorong rasa tanggung jawab yang besar atas segala kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang Islami dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, cerdas dan berwawasan jauh ke depan sebagai wujud pribadi muslim. Maka atas kehendak
64
Sertifikat tanah
83
Kebonsari
pada tanggal 15 Januari 196965 berdirilah Madrasah
Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari. Dengan segala keterbatasannya, Madrasah Ibtidaiyah baru tersebut dalam proses belajar mengajarnya sering menempati rumah penduduk di sekitarnya. Madrasah Ibtidaiyah tersebut pada tahun 1978 mendapat pengesahan atau ijin dengan nomor, NO: LK/3.C/96/Pem.MI/1978,66 dengan status terdaftar. Dan dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 15.2.03.62. No. Bangunan :67
NSB
152030802033
83
MI
Adapun tokoh-tokoh yang ikut memprakarsai berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari adalah : a. Bapak Harus Rosyid b. Bapak Achmad Syafi‟i c. Bapak K.H. Abdul Jabar d. Bapak K. Abdul Hadi
65 66 67
Data SK pendirian.tanggal 15 januari 1969 Dokumen Madrasah.1978 Ijin Bangunan.
84
Adapun status Madrasah Ibtidaiyah semenjak didirikan sampai sekarang masih terdaftar dengan akriditasi B68. Dan yang menjabat kepala sekolah adalah sebagai berikut : 1) Sukaemi, yaitu mulai didirikan tahun 1969 sampai tahun 1970. 2) Tanwin, mulai tahun 1970 sampai tahun 1982. 3) Juwandi, S.Pd.I mulai tahun 1982 sampai tahun 2009. 4) Datun, S.Pd. mulai tahun ajaran 2009/2010 sampai tahun ajaran 1011/2012 5) H. Suprapto Pada tahun ajaran 2012/2013. 6) Najmudin, S.Pd.I mulai tahun ajaran 2013/2014 sampai sekarang.
3. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan a. Visi Visi dari Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari adalah ”Terbentuknya Insan Beriman, Bertaqwa, Berahlaqul Karimah, dan Berkwalitas‟69. Indikator Visi: Terwujudnya Peserta Didik yang beriman kepada Alloh SWT. 1) Terwujudnya Peserta Didik yang tekun melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah
68 69
Sertifikat Akreditasi. Tanggal 27 Oktober 2011 KTSP MI Ma’arif Kebonsari. Tahun Ajaran 2013/2014, 4.
85
2) Terwujudnya Peserta Didik yang santun dalam berperilaku sesuai dengan tuntunan agama Islam 3)
Terwujudnya generasi ummat yang unggul dalam prestasi akademik dan non akademik sebagai bekal melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan atau hidup mandiri.
b. Misi 1)
Membekali Imtaq,
2)
Membekali Iptek,
3)
Membentuk peserta didik berahlaqul Karimah
4)
Memfasilitasi peserta didik ke jenjang sekolah berikutnya.
c. Tujuan Pendidikan Madrasah Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari
Kecamatan Borobudur adalah
meletakkan dasar
Keimanan, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan dasar
tersebut,
Madrasah
Ibtidaiyah
Ma‟arif
mempunyai tujuan sebagai berikut:70 1)
Mewujudkan peserta didik yang beriman,
2)
Mewujudkan peserta didik bertaqwa,
Kebonsari
86
3)
Mewujudkan perilaku Islami di lingkungan Masyarakat.
4)
Mewujudkan peserta didik didiplin,
5)
Mewujudkan peserta didik terampil,
6)
Mewujudkan peserta didik mandiri, dan berahlaq mulia.
4. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari yang menjabat kepala adalah Najmudin, S.Pd.I, komite Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif
Kebonsari dijabat Oleh H. Suprapto, A.Md.Pd, dan
diwakili oleh Durotul Yatimah, A.Ma, Muhammad Ajmin, S.Pd.I sebagai bendahara
Madrasah, Datun, S.Pd. sebagai sekretaris
madrasah, seksi UKS adalah Musribatun, seksi Pembina pramuka adalah Wunarni, A.Ma, seksi kebersihan keindahan dan kerapian adalah Fajrul Arofah, S.Ag, dan seksi humas adalah Lilik Yuniarsih, S.Hum. 5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari mempunyai 9 orang pengajar, 6 orang sebagai guru tetap dan 2 orang sebagai tidak guru tetap dan satu orang guru berstatus PNS diperbantukan. Adapun pembagian tugas dalam proses belajar mengajar di MI Kebonsari pada tahun 2013/2014 adalah sebagai berikut:71
71
Data penulis peroleh dari Kepala MI Kebonsari Borobudur, November 2014.
87
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 2. 8 Data jumlah guru MI Kebonsari Borobudur Tahun 2013/2014 (Sumber Kepala Madrasah MI Kebonsari November 2014) Nama Guru NIP Jabatan N Najmudin, S. Pd. I Kepala Madrasah D Durotul Yatimah, A.Ma Guru Kelas I Musribatun, S. Pd. I Guru Kelas II Muhamad Ajmin, S. Pd.I Guru Kelas III D Wunarni, A. Ma. Guru Kleas IV FFajrul „Arofah, S. Ag. Guru Kelas V M Datun, S. Pd 19670611200604 Guru Kelas VI LLilik Yuniarsih, S. Hum. Guru Mapel PAI Muhamad Fatoni, S. Pd. I Guru Penjaskes
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Adapun mengenai keadaan sarana dan prasarana madrasah adalah sebagai berikut a. Keadaan gedung madrasah (1) Bangunan gedung
: Permanen
(2) Status pemilikan
: Wakaf
(3) Status penggunaan
: Milik
(4) Gedung madrasah tersebut dipakai bersama dengan RA Muslimat NU. (5) Ijin pendirian
: IK/3.C/96/Pem.MI/197872
b. Keadaan ruang Madrasah tersebut terdiri dari 8 ruang, yaitu : (1) 6 ruang kelas (2) 1 ruang guru (3) 3 ruang WC
72
Dokumen Madrasah
88
(4) 1 ruang perpustakaan c. Sarana Pendidikan Alat-alat kantor perlengkapan pengaajran, sarana olahraga, dan perlengkapan kesenian. 7. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan
ekstrakurikuler
di
Madrasah
Ibtidaiyah
Ma‟arif
Kebonsari meliputi: a. Kepramukaan Kepramukaan kegiatan ini diikuti oleh siawa kelas III sampai dengan kels V, dan dilaksanakan setiap hari Jum‟at sore jam 14.30 sampai dengan jam 16.00 dengan dua orang pembina pramuka yaitu kak Muhammad Ajmin, dan kak Wunarni. b. Rebana Rebana kegiatan ini diikuoleh siswa kelas IV dan V, dan dilaksanakan setiap hari sabtu sore jam 14.00 sampai dengan jam 16.00 dengan seorang guru pembina yang bernama Wunarni A.Ma. c. Pengenalan Komputer Pengenalan Komputer diberikan kepada siswa kelas VI sebagai mata pelajaran setelah kegiatan ujian sekolah berakhir.
89
BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DAN IPS DENGAN PAI BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI
A. Proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur 1. MIN Mlangen Salaman Penelitian semester
gasal,
ini
dilakukan
yang
oleh
menjadi
penulis
responden
pada
adalah
akhir kepala
madrasah, para guru di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari
kurikulum
KTSP
Borobudur. perlu
adanya
Dalam
Implementasi
pengintegrasian
dalam
berbagai mata pelajaran, menjadikan satu kesatuan sehingga dapat
membentuk
siswa
yang mempunyai
karakter
yang
sebagaimana
yang
diharapkan. Hal
yang
demikian
tersebut
yang dikatakan oleh Kepala Madrasah Mlangen Salaman Nasikhun (2014) bahwa Pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS
berbasis
integrasi
interkoneksi
dengan
PAI
sangat
diperlukan sebab untuk mengatasi perkembangan yang serba kompleks
dan tak terduga pada masa saat ini serta tanggung
jawab global sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan
89
90
sumber daya manusia yang memiliki kualitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI di Madrasah Ibtidaiyah menggunakan pendekatan
tiga
pola,
pembelajaran
justifikasi, terpadu
spiritualisasi
dengan
tipe
dan
integrated
pada pola justifikasi guru melakukan pembenaran dengan nilai Islam terhadap materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS. Pada pola spiritualisasi guru tidak menyisipkan nilai Islam sebagai materi yang relevan dengan tema kajian, melainkan
melakukan
spiritualisasi
dalam
pembelajaran.
Namun tidak semua materi pelajaran dapat dengan mudah diintegrasikan
dengan
nilai
Islam
oleh
guru,
maka
manajemen waktu di kelas perlu dilakukan secara ketat dan baik, karena ketika ada pengintegrasian
nilai Islam dengan
sendirinya
yang
menambah
materi
pelajaran
memerlukan
waktu tersendiri. Mutma‟inah
(2014)
guru
kelas
1
MIN
Mlangen
menjelaskan contohnya dalam materi kelas I semester gasal khususnya pelajaran IPA (mengenal bagian-bagian anggota tubuh
dan
kegunaannya)
bisa
diintegrasi
interkoneksikan
dengan PAI (mengenal Allah melalui pengenalan terhadap rukun iman). Pelajaran IPS (mengidentifikasi identitas diri,
91
keluarga
dan
kerabat)
diintegrasikan
interkoneksi
dengan
PAI (membiasakan diri berakhlak terpuji).73 Akhmad Fakhrudin (2014) menjelaskan bahwa dalam materi IPA kelas II semester gasal pelajaran IPA (mengenal bagian
tubuh
hewan
dan
tumbuhan
dapat
diintegrasi
interkoneksi dengan PAI (asmaul husna), bahwa tumbuhan dan hewan dapat di manfaatkan untuk mencukupi kebutuhan manusia.
Dengan
terpenuhinya
kebutuhan
merupakan
bagian dari kenikmatan yang diberikan Allah sehingga kita wajib bersyukur atas kenikmatan tersebut. Dalam pelajaran IPS
(Peristiwa
penting
dalam
keluarga),
dalam
sebuah
keluarga terdiri dari ada ayah, ibu dan anggota keluarga yang lain, harus bias hidup rukun sehingga bias terjalin komunikasi yang baik dengan sesama anggota yang lain. Maka perlu adanya pembiasaan akhlaq yang terpuji dalam sebuah keluarga.74 Menurut
Nidaul
Chasanah
(2014)
guru
kelas
III
bahwa materi IPA kelas III juga bisa diintegrasi interkoneksi dengan PAI. Materi IPA (Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga kesehatan 73
lingkungan)
ada
kaitannya
dengan
pembiasaan
Mutma’inah, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 1 diintegrasi interkoneksi dengan PAI, 15 November 2014. 74 Akhmad Fakhruddin, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 2 diintegrasi interkoneksi dengan PAI, 15 November 2014
92
akhlaq
terpuji
yaitu
menjaga
kebersihan
lingkungan
(merupakan bagian dari keimanan). Materi IPS (memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah) kaitannya dengan manusia sebagai makhluk sosial tidak bias hidup sendiri membutuhkan bantuan orang lain maka harus bias menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Supaya bisa terjalin dengan baik maka kita harus punya akhlaq terpuji (rendah hati, santun, ikhlas dan dermawan).75 Menurut Mutma‟inah, Salimah)
beberapa Akhmad
dalam
guru
Fakhruddin,
merencanakan
(Zul
Wahniyati,
Nidaul
Chasanah,
dan
melaksanakan
pembelajaran materi IPA dan IPS selalu mengaitkan dengan PAI. Metode yang diterapkan dengan
pendekatan saintifik.
Sedangkan faktor penunjangnya dari lingkungan sekitar, IT, masyarakat sekitar (kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat seperti TPA), buku-buku yang relevan (buku-buku IPA, IPS dan Agama) Sedangkan
sistematika
pembelajaran
materi
IPA
dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam kehidupan 75
sehari-hari.
Materi
IPA,
IPS
yang
dapat
Nidaul Chasanah, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 3 diintegrasi interkoneksi dengan PAI, 15 November 2014
93
diintegrasikan dengan PAI di antaranya ciri-ciri makhluk hidup (IPA kelas III) dengan PAI (asmaul husna, rukun iman). Rumah
sehat
(IPS
kelas
I)
dengan
PAI
(hadis
kebersihan). Dan masih banyak contoh materi IPA, IPS yang bisa dikaitkan dengan PAI. Pemetaan langkah-langkah pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI selalu mengacu pada SKL, SK, KD dan indikator yang sesuai
dengan
silabus.
Sedangkan
sumber
belajar
yang
digunakan di antaranya lingkungan sekitar, buku-buku yang relevan, dan internet. Evaluasi
yang
digunakan
untuk
pembelajaran materi IPA dan IPS
menilai
dalam
dengan PAI berbasis
integrasi interkoneksi dengan PAI melalui
dengan lesan dan
tertulis. Baik dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. 2. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur Dalam
Implementasi
kurikulum
KTSP
di
MI
Kebonsari Borobudur pelaksanaan pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI, menurut Bapak Najmudin selaku Kepala Madrasah MI Ma‟arif
Kebonsari
mengembangkan spiritual
potensi
keagamaan,
Borobudur anak
untuk
pengendalian
bahwa memiliki diri
pendidikan kekuatan kepribadian
94
kecerdasan dan ketrampilan. Upaya Kepala Madrasah dalam mendukung pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi
interkoneksi
dengan PAI yaitu
dengan
cara memaksimalkan kemampuan guru dalam penguasaan materi,
buku
dan
alat
peraga
harus
dipersiapkan,
memberikan sosialisasi kepada wali murid. Sedangkan menurut guru kelas 1 (Durotul Yatimah, A. Ma), guru kelas II (Musribatun, S. Pd.I) dan guru kelas III
(Muhammad
Ajmin,
S.
Pd.I)
dalam
merencanakan
pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI yaitu dengan membuat
rancangan
materi
pembelajaran tersebut sumber belajar/alat
IPA/IPS
dengan
mengaitkan
kejadian alam,
peraga yang dapat
materi
menyiapkan
menunjang dalam
pelaksanaan KBM, serta evaluasi untuk guru dan siswa Sebagai contoh dalam materi IPA kelas I perubahan cuaca yang terjadi bisa dikaitkan dengan materi PAI, cuaca sering berubah-rubah tentunya ada yang merubahnya. Metode
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
materi
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI diskusi,
yaitu dengan ceramah, Inquiri, penugasan,
demonstrasi
dan
saintifik.
Model
pembelajaran
examples non examples, mind mapping, think pair and
95
share.76 Yang menjadi faktor penunjangnya yaitu keadaan alam
yang
beraneka
keaneragaman
ragam
sosial
jenis
budaya
dan
bentuknya
masyarakat,
alat
serta peraga
(gambar-gambar, kaset, OHP). Sistematika pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI
berbasis
integrasi
interkoneksi
dengan
PAI
yaitu
dengan mencari materi IPA, IPS dan PAI yang mempunyai hubungan dan dapat dipadukan antara ketiganya dalam satu pembelajaran. yaitu,
Contoh
perubahan
husna),
materi
cuaca
keluragaku,
yang
(kelas
I)
dapat
diintegrasikan
dengan
lingkungan.
PAI
Pemetaan
(asmaul langkah-
langkahnya dengan melihat Kompetensi Dasar (KD) dengan menempatkan pembelajaran PAI sebagai dasar untuk untuk memperjelas dan mendukung kedua materi tersebut. Sumber
belajar
yang
dapat
digunakan
yaitu
buku-
buku pelajaran IPA, IPS, PAI, al-Quran, gambar-gambar, kaset,
vcd,
keadaan
alam
sekitar,
keadaan
sosial
di
masyarakat yang dapat dimanfaatkan. Untuk evaluasi yang diterapkan
dengan
lesan
dan
tertulis.
Baik
dari
pengetahuan, sikap dan ketrampilan.77
76
Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum,Salatiga: Stain Salatiga Press, 2014, 9-15. 77 Wawancara penulis dengan Ibu Salimah (Guru MIN Mlangen) November 2014.
96
B. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi di MIN Mlangen Salaman dan MI Kebonsari Borobudur serta kebijakan yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut 1. MIN Mlangen Salaman Berdasarkan wawancara penulis dengan kepala MIN Mlangen menjelaskan bahwa kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi IPA dan IPS integrasi
interkoneksi
dengan
PAI
dengan PAI berbasis adalah
belum
adanya
buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah memuat IPA/IPS yang terintegrasi dengan nilai Islam, hal ini
berakibat
menyeluruh
proses kepada
pengintegrasian masing-masing
diserahkan guru.
secara Sehingga
kelemahannya tidak setiap guru memiliki kapasitas yang memadai dari sisi kedalaman dalam memahami Islam. Kelemahan pembelajaran materi IPA dan IPS di MI sejauh ini lebih menekankan pada aspek kognitif/hafalan padahal salah satu tujuan dan nilai dalam pembelajaran IPA di MI adalah meningkatkan nilai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui bukti-bukti ilmiah yaitu dengan keberadaan
makhluk
hidup
maupun
benda
mati
melalui
langkah kinerja ilmiah. Sedangkan dari tujuan IPS pada hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian
97
social yang baik, tetapi dalam pembelajaran IPS di MI masih mengalami kekeringan spiritualitas, sehingga kurang optimal dalam membentuk karakter sosial anak.
2. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur Sedangkan
menurut
kepala
Ma‟arif
MI
Borobudur kendala yang terjadi dalam
Kebonsari
pembelajaran materi
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI bahwa tidak semua materi IPA dan IPS dapat dipadukan dengan PAI, kurang atau minimnya pengetahuan guru untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, kurangnya buku
dan
alat
peraga
keluarga
dan
membaca
buku-buku
di
masyarakat.
sekolah, Untuk
penunjang
dan
kondisi
lingkungan
mengatasinya
dengan
memanfaatkan
alam
sekitar dalam pembelajaran. Keunggulan
pembelajaran
materi
IPA
dan
IPS
dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI di antaranya anak yang nilainya diatas KKM akan merasa senang, suasana kelas akan hidup tidak membosankan, guru dan siswa aktif. Sedangkan kekurangannya nilainya
dibawah
KKM
akan
ketinggalan
yaitu anak yang pelajaran
atau
tidak bisa mengikuti pelajaran sehingga anak yang pandai semakin
pandai
sedangkan
yang
lambat
semakin
98
ketinggalan, guru yang tidak menguasai tiga mapel (IPA, IPS dan PAI) akan merasa kesulitan.78 Hasil penelitian senada dengan hasil penelitian Saputro (2014) bahwa pembelajaran terpadu efektif dan efisien. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan menfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir ketrampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi semakin diperkaya dan berkembang, memotivasi siswa dalam belajar, tipe terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Demikian menyimpulkan
juga bahwa
hasil
penelitian
Pembelajaran
IPA
Makmun dan
IPS
(2010) berbasis
integrasi interkoneksi menggunakan justifikasi, spiritualisasi dan pendekatan pembelajaran terpadu dengan type integrated. Sedang penulis temukan di lapangan bahwa dalam pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah memuat IPA/IPS yang terintegrasi dengan nilai Islam, hal ini
berakibat
menyeluruh
proses
kepada
pengintegrasian
masing-masing
guru,
diserahkan tidak
semua
secara materi
dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam, belum ada 78
Wawancara penulis dengan bapak Najmudin (Kepala Madrasah MI Kebonsari), November 2014.
99
ketentuan baku dan peraturan yang mengikat secara pasti tentang kebijakan pembelajaran integratif dengan Islam.
100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi Salaman
interkoneksi dan
MI
kelas
I,
Ma‟arif
II,
III
Kebonsari
di
MIN
Mlangen
Borobudur
tahun
pelajaran 2013/2014 sebagai berikut: a. Pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI dengan melakukan pemetaan SK, KD dan penentuan tema dari silabus. b. Menyusun RPP materi IPA, IPS dan PAI yang sudah diintegrasikan interkoneksi melalui tema pelajaran yaitu diri sendiri, peristiwa dan kesehatan. c. Pelaksanaan pembelajaran IPA, IPS dan PAI secara integrasi interkoneksi malalui tema diri sendiri, peristiwa, dan kesehatan d. Metode yang diterapkan dengan pendekatan saintifik, ceramah, Inquiri, penugasan, diskusi, dan demonstrasi. Sedangkan faktor penunjangnya dari lingkungan sekitar, IT, masyarakat sekitar, buku-buku yang relevan, keadaan alam yang beraneka ragam jenis dan bentuknya
serta
keaneragaman sosial
budaya
masyarakat, alat peraga (gambar-gambar, kaset, OHP). e. Model pembelajaran examples non examples, mind mapping, think pair and share. Sedangkan sistematika pembelajaran materi
100
101
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. f. Evaluasi yang digunakan untuk menilai dalam pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui
dengan lesan dan tertulis. Baik
dari
pengetahuan, sikap dan ketrampilan. 2. Kendala yang terjadi dalam dengan
PAI
berbasis
pembelajaran materi IPA dan IPS
integrasi
interkoneksi
dengan
PAI
sebagai berikut: a.
Belum
adanya
pegangan
buku
standar
yang
yang
telah
memuat
guru
dapat
dijadikan
IPA/IPS
yang
terintegrasi dengan nilai Islam, hal ini berakibat proses pengintegrasian diserahkan secara
menyeluruh kepada
masing-masing guru. b.
Tidak setiap guru memiliki kapasitas yang memadai dari sisi kedalaman dalam memahami Islam.
c. Kebijakan yang ditempuh bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi
interkoneksi
Ibtidaiyah spiritualisasi dengan
tipe
dengan
menggunakan dan
tiga
pendekatan
integrated
pada
PAI
di
pola, pembelajaran pola
Madrasah justifikasi, terpadu
justifikasi
guru
102
melakukan
pembenaran
dengan
nilai
Islam
terhadap
materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS. Pada pola spiritualisasi guru tidak menyisipkan nilai Islam sebagai
materi
melainkan
yang
relevan
melakukan
dengan
tema
spiritualisasi
kajian, dalam
pembelajaran. B. Saran 1. Guru Dalam melaksanakan proses pembelajaran integrasi interkoneksi IPA, IPS dengan PAI seorang guru harus memiliki sikap dan kemampuan: a.
Menguasai kurikulum dan perangkat pembelajaran
b.
Penguasaan materi bidang studi secara holistic
c. Dapat melakukan pemetaan integrasi dan interkoneksi serta menyusun tema d. Penguasaan metode dan teknik penilaian e. Komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya f. Disiplin g. Pemanfaatan lingkungan, prasarana dan sarana h. Pengembangan tes dan evaluasi belajar i. Hubungan sekolah dengan masyarakat 2. Kementrian Agama Kabupaten Magelang Agar menfasilitasi pelatihan integrasi dan interkoneksi pembelajaran IPA, IPS dan PAI di semua Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang.
103
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. Paradigma Pendidikan Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Buku Kompas, 2002. Departemen Agama. Sejarah Madrasah. Direktorat Kelembagaan Agama Islam: 2004. Depdiknas. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Dirjen pendidikan Dasar dan menengah. Hamruni. Pembelajaran Berbasis Edutainment. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013. Kamal,http://Pendidikan
kita-kamal.
Blogspot.
Com/2013/01.
Pendidikan
Integratif Interkonektif. Html. 13/11/14. Mahdar, Armahedi. Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam. Bandung: Mizan Media Utama, 2004. Makmun, Muhamad Ngali Zainal. Pendidikan IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi (Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang). Tesis Pasca Sarjana UIN Yogyakarta, 2012. Muliawan, Jasa Ungguh. Pelajar, 2005.
Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Muhajir,Noeng. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung, Rosda Karya, 2001. Muliawan, Jasa Ungguh. Pelajar, 2005.
Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka
Mustamiran, http://Mustamiran86. Histori dikotomi ilmu. Wordpress. Com, 13/12/2014. Purwanto, Agus. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Bandung, Mizan, 2012. Pusat Bahasa Dep. Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka, 2010.
104
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Alfa beta, Bandung, 2008. Saputro, Budiyono. IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum. Salatiga: Stain Salatiga Press, 2014. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
105
BIOGRAFI PENULIS Di bawah ini adalah riwayat hidup pendidikan penulis secara singkat : Nama
: Fajrul „Arofah, S. Ag
NIM
: M1.12.024
JenisKelamin
: Perempuan
TempatTanggalLahir
: Magelang, 3 Januari 1974
Alamat
: Gupit, Kebonsari, Borobudur, Magelang
Program Studi
: PAI
BiografiPendidikan : MI Ma‟arifKebonsari
: Lulus Tahun 1984/1985
MTs. N Borobudur
: Lulus Tahun 1987/1988
PGA N Magelang
: Lulus Tahun 1990/1991
S1. STAIN Salatiga/Tarbiyah/PAI
: Lulus Tahun 1999
D2 IAIN Walisongo Semarang
: Lulus Tahun 2003
S2. STAIN Salatiga/PAI
: Masuk Tahun 2012
Demikian riwayat hidup penulis dalam perjalanan pendidikan, semoga dapat menjadi perkenalan awal untuk menjalin tali persaudaraan.Mohon maklum adanya.
Salatiga, Tertanda Fajrul „Arofah, S. Ag
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah : MIN Mlangen Salaman Tema : Kesehatan Kelas / Semester : III / I Alokasi waktu : 1 hari (1xpertemuan) A. STANDAR KOMPETENSI IPA : Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga kesehatan lingkungan IPS : Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah PAI : Membiasakan akhlak terpuji B. KOMPETENSI DASAR IPA : Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan IPS : Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah PAI
: Membiasakan akhlak terpuji
C. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA : - Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia - Siswa dapat menjelaskan hubungan rekreasi, olah raga, istirahat dan kesehatan - Siswa dapat menyebutkan macam-macam pencemaran lingkungan IPS : Siswa dapat melakukan perawatan lingkungan sekitar rumah PAI : Siswa dapat membiasakan ikhlas dan jujur dalam kehidupan sehari-hari Karakter siswa yang diharapkan:
Religius Disiplin ( Discipline ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness) Kerja sama ( Cooperation ) Toleransi ( Tolerance ) Percaya diri ( Confidence ) Keberanian ( Bravery )
D. MATERI POKOK IPA
: Ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup dan tak hidup. Perubahan pada makhluk hidup IPS : Kerja sama di lingkungan rumah
122
PAI
: ikhlas dan jujur
E. METODE PEMBELAJARAN 1. Informasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Demontrasi 5. Pemberian tugas F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Kegiatan awal Apresepsi: a. Mengisi daftar kelas, berdo‟a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga. b. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. c. Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu 2. Kegiatan inti a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: IPA 1) Meminta siswa mengamati photo seorang anak dari usia balita hingga dewasa, siswa diminta menjelaskan perubahan yang terjadi dari usia balita hingga dewasa 2) Secara kuantitatif guru dapat menunjukkan grafik di dalam KMS. Guru meminta siswa menyerahkan KMS yang dibawa siswa, kemudian guru menggambarkan grafik tinggi dan berat badan seperti yang ada di dalam KMS siswa 3) Siswa diminta mencari informasi tentang bermacam-macam vitamin dan bahan makanan yang mengandung vitamin tersebut 4) Berdiskusi tentang pertumbuhan dua orang anak yang berbeda tingkat kesehatannya. Permasalahan yang perlu didiskusikan : - Bagaimana pertumbuhan anak yang sakit? - Bagaimana pertumbuhan anak yang sehat? - Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesehatan anak? - Pola makan bagaimana yang paling baik agar tumbuh sehat? Setelah diskusi siswa diminta mengungkapkan pendapatnya. IPS a. Membagi siswa menjadi dua kelompok untuk melakukan praktek kesadaran lingkungan b. Mengajak siswa untuk mempersiapkan alat-alat kebersihan
123
1) Kelompok satu : mengumpulkan sampah yang ada di lingkungan sekolah, memisahkan antara sampah kering dan sampah besar kemudian menguburkan sampah basah tersebut 2) Kelompok dua : Menanam pohon di sekolah PAI 1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pelaksanaan sholat lima waktu 2) Guru menanyakan bacaan sholat pada siswa 3) Guru memberi tugas pada siswa untuk mencatat shalat yang sering ditinggalkan b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; 4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; 6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan Akhir, guru: 1.Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan 2.Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan 3.Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan G. ALAT DAN SUMBER BAHAN Sumber Belajar 1. Buku IPA Erlangga kelas 3 2. Buku IPS Yudistira kelas 3 3. Buku Aqidah akhlak Tiga Serangkai kelas 3 Alat Peraga
124
1. Gambar kenampakan alam 2. Gambar kenampakan buatan 3. Gambar peristiwa alam
H. PENILAIAN Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
1. IPS: Melakukan perawatan Tes lisan lingkungan sekitar Tes rumah tertulis 2. IPA: Menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia Menjelaskan pentingnya makanan bergizi seimbang untuk pertumbuhan Menjelaskan pengaruh bahan makanan tambahan (zan aditif) terhadap tubuh Menjelaskan hubungan rekreasi, olah raga, istirahat dan kesehatan Menyebutkan macam-macam pencemaran lingkungan 3.PAI Menjelaskan pengertian jujur
Bentuk Instrumen uraian isian
Contoh Instrumen 1. IPS: Jelaskanlah cara melakukan perawatan lingkungan sekitar rumah 2. IPA: Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia Jelaskanlah pentingnya makanan bergizi seimbang untuk pertumbuhan Jelaskanlah hubungan rekreasi, olah raga, istirahat dan kesehatan Sebutkan macam-macam pencemaran lingkungan Jelaskanlah penyebab pencemaran tanah Jelaskanlah penyebab pencemaran air Jelaskanlah penyebab pencemaran udara Sebutkan akibat pencemaran lingkungan terhadap kesehatan 3.PAI Jelaskan pengertian jujur Jelaskan pengertian ikhlas
125
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Menjelaskan pengertian ikhlas
Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi ) No. 1.
Aspek Konsep
2. Performansi No. Aspek 1. Kerjasama
2.
Partisipasi
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
Skor 4 3 2 1
Kriteria * bekerjasama * kadang-kadang kerjasama * tidak bekerjasama
Skor 4 2 1
* aktif berpartisipasi * kadang-kadang aktif * tidak aktif
4 2 1
3. Lembar Penilaian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10..
Nama Siswa
Performan Kerjasama Partisipasi Produk
Jumlah Skor
Nilai
126
127
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah : MIN Mlangen Salaman Tema : Peristiwa Kelas / Semester : II / I Alokasi waktu : 1 hari (1xpertemuan) A. STANDAR KOMPETENSI IPA : Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan serta berbagai makhluk hidup IPS : Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis PAI : Memahami kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asy-syakur) B. KOMPETENSI DASAR IPA : Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan serta berbagai makhluk hidup melalui pengamatan IPS PAI
: Membandingkan dokumen dan koleksi benda berharga miliknya :Mengenal Allah melalui kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asysyakur)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA : Mengidentifikasi bagian utama tubuh hewan di sekitar rumah. Mengidentifikasi bagian utama tumbuhan IPS : Menceritakan peristiwa yang berkesan waktu kecil tentang diri dan keluarga melalui dokumen. Menceritakan cara memelihara dokumen pribadi. Menyampaikan pendapat/ komentar tentang peristiwa yang dialami teman PAI : Mengenal Allah melalui kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asysyakur Karakter siswa yang diharapkan : Religius Disiplin ( Discipline ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness) Kerja sama ( Cooperation ) Toleransi ( Tolerance ) Percaya diri ( Confidence ) Keberanian ( Bravery )
128
D. MATERI POKOK IPA IPS PAI
: Bagian utama tumbuhan dan hewan : Dokumen pribadi dan keluarga dan Manfaat dokumen : Asmaul husna
E. METODE PEMBELAJARAN 1. Informasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Demontrasi 5. Pemberian tugas F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Kegiatan awal Apresepsi: a.Mengisi daftar kelas, berdo‟a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga. b.Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. c.Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu 2. Kegiatan inti a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: IPA Melalui pengamatan dan percobaan sederhana siswa dapat mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan IPS 1) Melalui penugasan siswa menunjukkan dokumen diri dan keluarga. 2) Siswa dapat memperlihatkan contoh akte kelahiran dan kartu keluarga 3) Secara individual siswa menceritakan pengalaman / peristiwa yang berkesan pada waktu kecil. 4) Siswa menuliskan riwayat keluarganya. PAI 1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai nikmat yang diberikan Allah 2) Guru menanyakan tentang tatacara bersyukur kepada Allah 3) Guru memberi tugas pada siswa untuk mencatat bacaan hamdalah b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:
129
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; 4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan Akhir, guru: a) Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan b) Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan c) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan G. ALAT DAN SUMBER BAHAN Sumber Belajar 1. Buku IPA Erlangga kelas 2 2. Buku IPS Yudistira kelas 2 3. Buku Aqidah akhlak Tiga Serangkai kelas 2 Alat Peraga 1. Gambar tumbuhan 2. Gambar peristiwa alam
H. PENILAIAN Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
1. IPS: Menyebutkan contoh Tes lisan dokumen penting Tes Menjelaskan tertulis peristiwa penting
Bentuk Instrumen uraian isian
Contoh Instrumen 1. IPS: Sebutkan contoh-contoh dokumen penting Sebutkan peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga
130
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
dalam keluarga 2. IPA: Menyebutkan bagianbagian tumbuhan Menjelaskan fungsi bagian tumbuhan 3.PAI Menjelaskan pengertian syukur nikmat Menjelaskan arti almughni, ar-razaq, asy-syakur
Contoh Instrumen 2. IPA: Sebutkan bagian-bagian tumbuhan Jelaskanlah fungsi bagian tumbuhan (daun,akar) 3.PAI Jelaskan pengertian syukur Jelaskan arti al-mughni, arrazaq, asy-syakur
Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi ) No. 1.
Aspek Konsep
2. Performansi No. Aspek 1. Kerjasama
2.
Partisipasi
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
Skor 4 3 2 1
Kriteria * bekerjasama * kadang-kadang kerjasama * tidak bekerjasama
Skor 4 2 1
* aktif berpartisipasi * kadang-kadang aktif * tidak aktif
4 2 1
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142