KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN PROBLEMA KAPASITAS LAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Syamsul Ma’arif Staf Pengajar Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung ABSTRACT This study is aimed at determining the capacity of health services at the local level after a decade of health decentralization policy implementation. This study uses qualitative research and descriptive type. The results showed that the implementation of the decentralization policy of health for a decade turned out to be characterized by the high gab between the capacity of health services to the complexity of the health problems in the area. For the improvement of the quantity and quality of health services should continue to be done through increased financial capacity, facilities, infrastructure, and medical personnel, who accompanied the expansion of access of the poor to obtain health care services through the provision of health insurance. Key Word: decentralization, health, care capacity
dan promotif dengan didukung oleh
PENDAHULUAN Tugas utama sektor kesehatan adalah
memelihara
dan
kesehatan yaitu
meningkatkan warga keluarga,
negara dan
layanan kuratif dan rehabilitatif. Pengembangan
sektor
kesehatan
segenap
dimaksudkan
dalam
rangka
individu,
melaksanakan
misi
berupa
meningkatkan
derajad
kesehatan
masyarakat
tanpa
meninggalkan upaya menyembuhkan
masyarakat. Misi ini merupakan
penyakit dan memulihkan kesehatan
landasan
penderita. Untuk dapat menunjang
kesehatan di Kota Bandar Lampung.
terselenggaranya tugas itu, ditempuh
Pembangunan kesehatan merupakan
upaya-upaya yang bersifat preventif
upaya untuk memenuhi salah satu
55
bagi
pembangunan
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk
gizi kurang dan gizi buruk; masih
memperoleh pelayanan kesehatan.
tingginya kejadian penyakit menular
Misi
berbasis
ini
memandang
bahwa
lingkungan;
pembangunan kesehatan merupakan
rendahnya
suatu investasi untuk meningkatkan
lingkungan; belum optimalnya mutu
kualitas sumber daya manusia dalam
pelayanan
jangka panjang.
pelayanan
Sejalan dengan era otonomi daerah,
Dinas
Bandar
Kesehatan
Lampung
kewenangan
untuk
kondisi
masih
dan
kesehatan
keterjangkauan
kesehatan;
masih
kurangnya jumlah SDM kesehatan
Kota
yang
memiliki
profesional;
tingginya
melaksanakan
masih
angka
cukup
pertumbuhan
penduduk; masih cukup tingginya
desentralisasi kesehatan. Kebijakan
angka keluarga pra sejahtera.
ini secara teoritis memungkinkan Dinas
Kesehatan
Kota
Bandar
KERANGKA TEORITIK
Lampung untuk merancang programprogram pelayanan
dan yang
Kebijakan
kegiatan-kegiatan sesuai
desentralisasi
sektor kesehatan merupakan strategi
dengan
penting dalam
rangka
reformasi
kesehatan.
Prinsip
kondisi lokal. Namun setelah satu
pelayanan
dekade pelaksanaan otonomi daerah,
dasarnya adalah pelayanan publik
kondisi kesehatan masyarakat Kota
akan lebih efisen jika dilaksanakan
Bandar
belum
oleh otoritas yang memiliki kontrol
Lampung
memperlihatkan
perbaikan
yang
geografis paling minimal. Hal ini,
berarti.
Kesehatan
Kota
menurut Cheema dan Rondinelli
Dinas
Bandar Lampung mengidentifikasi
(1983),
beberapa
alasan: pertama, pemerintah daerah
permasalahan
yang
didasari
dihadapi, antara lain: masih cukup
lebih
tingginya
masyarakatnya;
angka
kematian
ibu
oleh
memahami
beberapa
kebutuhan
kedua,
keputusan
melahirkan; masih cukup tingginya
pemerintah
daerah
angka kematian bayi dan balita;
responsif
terhadap
masih cukup tingginya pravalensi
masyarakatnya sehingga mendorong
56
dinilai
lebih
kebutuhan
pemerintah lokal untuk melakkan
Kapasitas, sebagai sebuah konsep
efisiensi dalam penggunaan dana
yang sangat teknokratis, di dalamnya
yang berasal dari masyarakat; ketiga,
mengandung
persaingan
keahlian,
antar
memberikan
daerah
pelayanan
masyarakatnya
akan
pemerintah
tersebut
dalam kepada
makna
ketrampilan,
profesionalitas,
mendorong
efektivitas.
untuk
efisiensi,
dan
Fiszbein
mendefisinikan
meningkatkan inovasinya.
tentang
(1997)
kapasitas
sebagai
kemampuan individu, organisasi, dan
Pemerintah daerah mungkin
sistem untuk menjalankan fungsi-
memiliki kewenangan politik dan
fungsinya secara efisien, efektif, dan
akses yang luas terhadap sumber-
berkelanjutan.
sumber
dilihat sebagai kemampuan mencapai
daya.
Akan
tetapi
jika
Kapasitas
harus
kewenangan yang luas tersebut tidak
kinerja,
untuk
didukung dengan kapasitas yang
keluaran
(output)
memadai,
(outcomes). Kapasitas tidak dapat
maka
tujuan
menghasilkan dan
desentraslisasi tersebut sulit untuk
dipandang sebagai
dapat terwujud. Akibatnya, kapasitas
statis, melainkan harus ditempatkan
yang tidak memadai menurut Azfar
dalam suatu konteks yang dinamis
(1999), seringkali dijadikan sebagai
dengan
argumen
maupun perkembangan jaman yang
untuk
menolak
setiap
usulan yang menghendaki dilakukan
kebijakan
kondisi-kondisi
yang
kerangka
berubah.
kebijakan desentralisasi. Oleh karena itu,
sesuatu
hasil
Cheema
desentralisasi
(1983)
dan
Rondinelli
menjelaskan
bahwa
kesehatan perlu didukung dengan
desentralisasi adalah membangunan
pengembangan
kapasitas
kapasitas
layanan
kesehatan di tingkat lokal.
sebelum
menyerahkan
tanggungjawab atau pendapatan ke
Kapasitas merupakan basis
tingkat pemerintahan di bawahnya.
otonomi daerah, karena kapasitas
Pengembangan kapasitas menurut
atau kemampuan ini
merupakan
Pramusinto
dan
Purwanto
kemandirian.
(2009:364),
secara
sederhana
modal
dasar
bagi
57
dipahami sebagai sebuah proses dan
langsung
aktivitas
arsip,
yang
digunakan
untuk
melalui
dokumen,
sumber-sumber maupun
media
meningkatkan kemampuan personal
massa. Selanjutnya data dianalisis
dan
untuk
dengan teknis analisis data kualitatif
mewujudkan tujuan-tujuan. Secara
yang mencakup tahapan: reduksi,
umum desentralisasi dimaksudkan
verifikasi, display, dan interpretasi.
atau
institusional
untuk meningkatkan kapasitas lokal. HASIL PENELITIAN
Hal itu terjadi sebagai dampak dari akses
yang
lebih
besar
KAPASITAS
dari
KESEHATAN
pemerintah lokal untuk mendapatkan
Pembangunan
jatah sumber daya nasional dan
kesehatan
mengelola sendiri sumber daya lokal,
manajemen
2015
Jangka
Menengah
dilakukan
dalam
rangka
mewujudkan sasaran-sasaran sebagai berikut: (a) cakupan kunjungan ibu
METODE PENELITIAN ini
dengan
menggunakan
penelitian
kualitatif
penelitian
Rencana
Daerah Kota Bandar Lampung 2010-
dan
perencanaan publik.
Penelitian
sektor
dalam
Pembangunan
sehingga mendorong pengembangan ketrampilan
LAYANAN
dilakukan
hamil mencapai 100%, (b) cakupan
jenis
komplikasi kebidana yang ditangani
dan
deskriptif.
tipe
mencapai
80%,
(c)
Alasan
persalinan
mencapai
cakupan 90%,
(d)
penggunaan jenis dan tipe penelitian
cakupan pelayanan nifas mencapai
ini
90%,
adalah
keinginan
untuk
(e)
cakupan
neunatus
mendapatkan pemahaman melalui
komplikasi ditangani mencapai 80%,
deskripsi
(f)
terkait
realitas
cakupan
mencapai
oleh pemerintah daerah. Jenis data
kelompok UCI mencapai 100%, (h)
mencakup
melalui
cakupan anak balita mencapai 100%,
wawancara dengan para informan
(i) cakupan MP ASI mencapai 90%,
dan data sekunder berupa data tak
(j) cakupan balita gizi buruk yang
primer
58
(g)
bayi
penyelenggaraan layanan kesehatan
data
90%,
kunjungan
cakupan
mendapat 100%,
perawatan
(k)
cakupan
mencapai
Bandar Lampung yang masih rendah.
penjaringan
Harian KOMPAS 16 Juni 2005
kesehatan siswa SD mencapai 100%,
pernah
(l) cakupan KB aktif mencapai
jumlah balita penderita gizi buruk
100%, (m) cakupan penemuan dan
hingga Mei 2005 tercatat sebanyak
penanganan
penyakit
26 orang. Selain gizi buruk, 287 anak
mencapai 85-100%, (n) cakupan
balita dinyatakan berada di bawah
pelayanan
dasar
garis merah dalam Kartu Menuju
masyarakat miskin mencapai 100%,
Sehat yang dikeluarkan Pos Yandu.
(o) cakupan pelayanan kesehatan
Data
rujukan untuk masyarakat miskin
Kesehatan Kota Bandar Lampung
mencapai
pada
penderita
kesehatan
100%,
(p)
cakupan
mengungkapkan
yang
tahun
dikeluarkan
2006
bahwa
Dinas
kembali
pelayanan Gawat Darurat Level 1
mengungkapkan fakta-fakta berikut:
yang
sarana
(a) terjadi peningkatan jumlah kasus
kesehatan di kota mencapai 100%,
kematian bayi dari 193 kasus pada
(r) cakupan KLB yang dilakukan PE
tahun 2005 menjadi 194 kasus pada
24 jam mencapai 100%, (s) cakupan
tahun 2006; (b) terjadi peningkatan
Desa Siaga Aktif mencapai 100%, (t)
jumlah kasus kematian ibu maternal
tersedianya
bagi
dari 14 kasus pada tahun 2004
masyarakat, (u) berkurangnya jumlah
menjadi 16 kasus pada tahun 2006
penyandang masalah kesejahteraan
dengan jumlah terbanyak di wilayah
sosial,
korban
kerja Puskesmas Simpur, Palapa,
bencana, (w) tersedianya sarana dan
Gedung Air, dan Sukabumi; (c)
prasarana penanggulangan korban
terjadi peningkatan jumlah kasus
bencana.
penyakit menular seksual dari 375
harus
(v)
diberikan
asuransi
jiwa
tertanganinya
Keinginan Pemerintah Kota Bandar
kasus pada tahun 2005 menjadi 466
Lampung
untuk
derajad
kesehatan
penyakit malaria di Kota Bandar
masyarakat didasari keprihatinan atas
Lampung sebesar 8,9 persen; (e)
derajad kesehatan masyarakat Kota
terjadi peningkatan kasus kematian
meningkatkan
pada
59
tahun
2006;
(d)
rata-rata
karena diare dari 1 kasus pada tahun
2006-2010.
Sasaran
yang
ingin
2005 menjadi 58 kasus diare dengan
dicapai sektor kesehatan pada tiap
3 kasus kematian pada tahun 2006;
tahun cukup jelas dituangkan dalam
(f) terjadi peningkatan jumlah kasus
rencana strategis. Semua sasaran itu
penyakit demam berdarah dengue
ditunjukkan dalam bentuk angka-
dari 403 kasus dengan jumlah rata-
angka target yang ingin dicapai pada
rata 50,1 per 100.000 penduduk.
tahun berjalan dan tahun mendatang. Sebagai contoh, balita bawah garis
Status kesehatan masyarakat di Kota Bandar Lampung sebenarnya
merah
masih rendah kembali terungkap
penurunan dari 19 persen pada tahun
dalam data yang dikeluarkan Dinas
2006 menjadi 15 persen pada tahun
Kesehatan Kota Bandar Lampung
2010.
tahun 2008. Pada tahun 2008, angka
pertolongan persalinan oleh bidan
kematian ibu mencapai 18 jiwa dan
dan tenaga kesehatan diharapkan
angka kematian bayi mencapai 96
meningkat dari 80 persen pada tahun
jiwa.
2006 menjadi 90 persen pada tahun
Balita yang terancam gizi
ditargetkan
mengalami
Sedangkan
cakupan
buruk mencapai 541 jiwa. Sedangkan
2010.
ibu
dalam bentuk angka dalam renstra
hamil
yang
memerlukan
Pencantuman nilai sasaran
makanan tambahan karena kurang
merupakan
hal
energi kronik mencapai 946 orang.
Sayangnya
dalam
Dalam rangka meningkatkan kinerja
dicantumkan pentahapan yang ingin
pelayanan, Dinas Kesehatan Kota
dicapai
Bandar Lampung telah menetapkan
sampai tahun 2010.
dalam
yang
tepat.
renstra
tidak
periode
tahunan
sasaran pencapaian indikator kinerja standar pelayanan minimal tahun Tabel 1. Sasaran Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal NO 1.
INDIKATOR KINERJA
2006
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI Cakupan kunjungan ibu dan hamil K-4 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
60
87 84
TARGET PER TAHUN (%) 2007 2008 2009 2010
90 85
92 87
94 90
95 90
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
kompetensi kebidanan Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk Cakupan kunjungan neonatus Cakupan kunjungan bayi Cakupan bayi berat rendah yang ditangani PELAYANAN KESEHATAN ANAK PRA SEKOLAH DAN USIA SEKOLAH Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih Cakupan pelayanan kesehatan remaja PELAYANAN KELUARGA BERENCANA Cakupan peserta aktif KB PELAYANAN IMUNISASI Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) PELAYANAN PENGOBATAN Cakupan rawat jalan Cakupan rawat inap PELAYANAN KESEHATAN JIWA Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA Balita yang naik berat badannya Balita bawah garis merah PELAYANAN GIZI Cakupan balita mendapat kapsul viamint A dua kali setahun Cakupan ibu hamil mendapat 90 kapsul tablet Fe Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah garis merah dari keluarga miskin Balita gizi buruk mendapat perawatan PELAYANAN OBSTETRIK &NEONATAL EMERGENSI DASAR DAN KOMPREHENSIF Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani Neonatal resiko tinggi yang diangani PELAYANAN GAWAT DARURAT Sarana kesehatan dan kemampuan layanan dapat diakses masyarakat PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB & GIZI BURUK Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani 24 jam
61
75 86 86 90
80 87 87 92
90 88 88 95
95 89 89 97
100 90 90 100
72
76
82
86
90
65
70
80
90
100
65
70
72
75
80
70
70
70
70
70
100
100
100
100
100
12 1,0
12 1,2
13 1,3
14 1,4
15 1,5
9
11
13
14
15
80 <19
80 <18
80 <17
80 <16
80 <15
85
86
87
88
90
90
90
90
90
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
65
70
72
75
80
65 80
70 80
72 80
75 80
80 80
80
90
90
90
90
100
100
100
100
100
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20. 21.
22.
23.
24.
25.
26.
Kecamatan bebas rawan gizi PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT POLIO Acute Flacid Paralysis rate per 100.000 penduduk<15 tahun PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT TB PARU Kesembuhan penderita TB paru BTA positif PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT ISPA Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN HIV-AIDS Klien yang mendapatkan penanganan Infeksi menular yang diobati PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DONGUE Penderita DBD yang ditangani PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DIARE Balita dengan diare yang ditangani PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN Institusi yang dibina PELAYANAN PENGENDALIAN VEKTOR Rumah/bangunan bebas jentik malaria PELAYANAN HYGIENE SANITASI Tempat umum yang memenuhi syarat PENYULUHAN PRILAKU SEHAT Rumah tangga sehat Bayi yang mendapat ASI ekslusif Desa/kelurahan bergaram yodium Pos yandu purnama PENYULUHAN DAN PENANGGULANGAN NAPZA Upaya penyuluhan oleh petugas kesehatan PELAYANAN PENYEDIAAN OBAT & PERBEKALAN KESEHATAN Ketersediaan obat sesuai kebutuhan Pengadaan obat esensial Pengadaan obat generik PELAYANAN PENGGUNAAN OBAT GENERIK Penulisan resep obat generik PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN PELAYANAN PERSEORANGAN Cakupan jaminan kesehatan pra bayar PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN KELUARGA MISKIN DAN MASY RENTAN
62
65
70
70
75
80
3
3
3
3
1
85
85
85
85
85
57
68
79
90
100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
100
100
100
100
82
87
92
96
100
64
65
65
70
70
87
89
90
92
>95
77
78
78
80
80
50 68 90 20
55 70 90 25
60 73 90 30
65 75 90 35
65 80 90 40
9
11
13
14
15
80 90 90
90 90 90
90 100 100
90 100 100
90 100 100
80
80
90
90
90
45
50
60
75
80
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masy rentan
45
55
70
80
100
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2012 Secara
umum
jumlah
meningkat lebih dari 14 persen.
anggaran yang dialokasikan untuk
Tetapi trend belanja langsung urusan
pembangunan
kesehatan
kesehatan hanya naik satu persen.
dalam APBD Kota Bandar Lampung
Hal ini belum cukup optimal menuju
meningkat. Secara nominal, total
target
belanja urusan kesehatan terhadap
Sementara itu trend belanja tidak
total
langsung
sektor
belanja
kenaikan.
daerah
mengalami
20
persen
urusan
APBD.
kesehatan
belanja
mengalami kenaikan cukup tinggi.
subsektor kesehatan terhadap total
Hal ini mengindikasikan belanja
belanja daerah juga meningkat dari
yang terserap ke aparatur lebih besar
Rp 46 milyar (Tahun Anggaran
dibanding belanja langsung di sektor
2007) menjadi Rp 53 milyar (Tahun
kesehatan.
Anggaran
Prosentase
ideal
2010).
Selama
empat
tahun total belanja urusan pendidikan Tabel 2. Anggaran Sektor Kesehatan Kota Bandar Lampung URAIAN
2007
2008
2009
2010
Total Belanja
46.669.025.280
53.127.538.568
72.482.643.691
53.582.556.787
Belanja Tidak Langsung
19.325.135.705
23.965.813.928
29.028.224.881
28.039.596.869
Belanja Pegawai
19.325.135.705
23.965.813.928
29.028.224.881
28.039.596.869
Belanja Langsung
27.343.889.575
29.161.724.640
43.454.418.810
25.542.959.918
Belanja Pegawai
1.670.837.600
979.947.900
1.043.469.000
1.004.863.000
Belanja Barang dan Jasa
8.485.270.125
10.946.830.590
10.632.098.610
13.521.720.750
Belanja Modal
17.187.781.850
17.234.946.150
31.778.851.200
11.016.376.168
Sumber: APBD Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2007-2010 Prosentase urusan
total
kesehatan
belanja
terhadap
nominal meningkat selama 3 tahun.
total
Trend
belanja
langsung
urusan
belanja daerah selama 3 tahun secara
kesehatan naik, tetapi masih jauh
nominal tidak mengalami kenaikan
dari target ideal 20%. Sementara itu,
atau
trend belanja tidak langsung urusan
konstan
walaupun
secara
63
kesehatan juga naik, baik secara
juta (0,20%); kemudian meningkat
nominal maupun prosentase, namun
menjadi Rp 174,7 juta (0,21%) pada
angkanya kecil. Belanja program
2008; tetapi turun menjadi Rp 123,8
kesehatan pada tahun 2007-2009
juta (0,14%).
masih
prioritaskan
infrastruktur belanja
dasar,
belanja
Sesuai dengan salah satu misi
sedangkan
peningkatan
akses
Pemerintah
Kota
tahun
2005-2010
menempati porsi kedua. Belanja
Meningkatkan
administrasi
Masyarakat,
dan
aparatur
setiap
Bandarlampung yaitu
Derajat
Kesehatan
maka
Pemkot
tahun menurun dengan nominal yang
Bandarlampung
relatif kecil pada belanja aparatur.
meningkatkan pelayanan kesehatan
Sedangkan
kepada seluruh masyarakat Kota
peningkatan meningkat,
prosentase akses juga
belanja cenderung
pada
berusaha
Bandarlampung.
belanja
meningkatkan
Upaya derajat
untuk kesehatan
peningkatan mutu. Anggaran belanja
masyarakat
meliputi
upaya:
yang dialokasikan untuk mengurangi
menurunkan angka mortalitas, (b)
angka kematian ibu hamil pada tahun
menurunkan angka morbiditas, (c)
2007 adalah Rp 328,8juta (0,40%);
meningkatkan status gizi masyarakat,
kemudian meningkat menjadi Rp
(d)
359,3 juta (0,45%) pada 2008; tetapi
lingkungan
hidup
turun menjadi Rp 223,8 juta (0,24%)
membudayakan
perilaku
pada target tahun 2009. Sedangkan
bersih dan sehat, (e) meningkatkan
anggaran yang dialokasikan untuk
sumberdaya
mengurangi angka kematian anak
meningkatkan
pada tahun 2007 adalah Rp 158,8
layanan
meningkatkan
kualitas dan
kesehatan akses
(a)
hidup
serta dan
(f) mutu
kesehatan.
Tabel 3. Perkembangan Jenis Sarana Kesehatan di Kota Bandar Lampung Jenis Sarana
2005
2006
2007
2008
2009
3
3
6
8
8
Puskesmas Pembantu
27 51
27 53
22 57
22 57
22 55
Puskesmas Keliling/ambulan
22
22
25
25
25
Puskesmas Rawat Inap Puskesmas
64
Pos Yandu
557
567
568
568
568
Balai Pengobatan
54
53
67
67
67
Rumah Bersalin
33
33
33
33
33
Rumah Sakit Bersalin
1
1
1
1
1
Rumah Sakit TNI/Polri
2
2
2
2
2
Rumah Sakit Swasta
6
6
6
6
6
Apotik
84
84
100
100
100
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka. Pemerintah
Kota
Bandar
Bandar Lampung secara keseluruhan
Lampung sejak tanggal 1 Januari 2007
telah
pengobatan
telah mencapai 8 unit.
memberlakukan
gratis
bagi
Salah satu upaya yang telah
seluruh
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
masyarakat Kota Bandar Lampung
Bandar
yang
menggratiskan
mendapatkan
pelayanan
Lampung biaya
selain berobat
di
kesehatan di Puskesmas. Pada tahun
Puskesmas sejak tahun 2007 juga
2006,
melalui
Pemerintah
Kota
Bandar
peningkatan
Puskesmas
Lampung telah memiliki tiga unit
menjadi Puskesmas Rawat Inap. Dari
Puskesmas
beberapa Puskesmas yang ada di
Puskesmas
Rawat
Inap,
Tanjung
yaitu Karang,
Kota
Bandarlampung,
Puskesmas Panjang, dan Puskesmas
Puskesmas
Kedaton. Upaya untuk meningkatkan
menjadi Puskesmas Rawat Inap.
jumlah
Inap
Kedelapan Puskesmas itu meliputi:
dilakukan pada tahun 2007 dengan
(a) Puskesmas Kota Karang; (b)
membangun 3 unit Puskesmas Rawat
Puskesmas Panjang; (c) Puskesmas
Inap yaitu Puskesmas Sukabumi,
Kedaton; (d) Puskesmas Gedong Air;
Puskesmas
Gedong
(e)
Puskesmas
Sukamaju.
Puskesmas
Rawat
Air,
dan
Hal
ini
telah
delapan
Puskesmas
status
Sukamaju;
(f)
Puskesmas Sukabumi; (g) Puskesmas
kembali dilakukan pada tahun 2008
Sukarame
dengan
dilaksanakan
membangun
beralih
Puskesmas
(pembangunan tahun
gedung
2008);
(h)
Sukarame dan Puskesmas Simpur.
Puskesmas Simpur (pembangunan
Hingga
gedung dilaksanakan tahun 2008).
tahun
2009,
jumlah
Puskesmas Rawat Inap di Kota
65
Di
samping
program
RSUD pada tahun 2008. Setelah
pembangunan Puskesmas rawat jalan
mendapatkan
dan
inap,
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung,
Pemerintah Kota Bandar Lampung
maka pada tahun 2009 telah dimulai
juga telah berhasil melaksanakan
realisasi pembangunan RSUD tahap
Pembangunan Rumah Sakit Umum
pertama.
Puskesmas
rawat
Daerah (RSUD).
rekomendasi
dari
Pembangunan
RSUD Kota Bandarlampung
RSUD dipandang menjadi bagian
merupakan rumah sakit tipe C milik
yang
dalam
pemerintah yang wajib menyediakan
Pemerintah
pelayanan kesehatan, sarana dan
Kota Bandar Lampung di bidang
prasarana kesehatan bagi masyarakat
kesehatan karena RSUD di tingkat
Kota Bandar Lampung. Sebagai
Kota/Kabupaten merupakan salah
Rumah Sakit Pemerintah, pelayanan
satu
kesehatan ditujukan bagi seluruh
sangat
pelaksanaan
program
tahapan
kesehatan.
penting
rujukan
pelayanan
Pembangunan
RSUD
masyarakat
terutama
masyarakat
Kota Bandar Lampung ini telah
golongan ekonomi kelas menengah
melalui
yaitu
kebawah dengan biaya terjangkau
diawali dengan studi kelayakan pada
dan jenis pelayanan yang lengkap
tahun 2004 oleh Bappeda Kota
dan beragam. Adapun tujuan dari
Bandar
Pembangunan
berbagai
tahapan,
Lampung
dengan
bekerjasama
konsultan
yang
merekomendasikan
Bandarlampung
RSU
Kota
adalah
sebagai
bahwa
berikut: (a) Memantapkan sistem
pembangunan RSUD Kota Bandar
pelayanan kesehatan rujukan bagi
Lampung layak untuk dibangun di
penderita dari pelayanan kesehatan
wilayah
dasar
kecamatan
Telukbetung
(puskesmas
dan
institusi
Utara. Berdasarkan studi kelayakan
pelayanan kesehatan dasar diluar
tersebut, maka Pemerintah Kota
milik pemerintah); (b) Mendukung
Bandar Lampung telah menindak
pelaksanaan pembangunan daerah
lanjutinya dengan membuat Master
Kota Bandarlampung dalam rangka
Plan
upaya menyejahterakan masyarakat
pada
menentukan
tahun lokasi
2007
dan
pembangunan
Kota Bandarlampung.
66
RSUD
Kota
Bandar
Pembangunan
sektor
Lampung yang diberi nama RSUD A
kesehatan merupakan implementasi
Dadi Tjokrodipo ini terletak di
misi Rencana Pembangunan Jangka
Kelurahan Sumur Putri Kecamatan
Menengah
Telukbetung Utara dan dibangun di
Lampung
atas lahan
meningkatkan pelayanan kesehatan
seluas
2,5 Ha. Pada
Daerah yang
Kota
Bandar
bertujuan
pembangunan tahap I, Pemerintah
masyarakat
Kota
berhasil
pembangunan keluarga berencana.
membangun beberapa gedung atau
Tingkat keberhasilan pembangunan
ruangan dengan berbagai peralatan
dapat dilihat dari tingkat pencapaian
kedokterannya antara lain: Ruang
sasaran. Sasaran pertama berupa
Unit Gawat Darurat (UGD), Ruang
menurunnya angka kematian ibu
Operasi, Ruang Bersalin, Ruang
dapat dilihat dengan tolok ukur
Sterilisasi, Ruang Poliklinik yaitu
penurunan hingga lebih kecil atau
Poli Umum, Poli Anak, Poli Mata,
sama
Poli THT, Poli Obgyn/ Kebidanan,
Pembangunan
Poli Bedah, Poli Fisioterapy, Poli
Daerah
Penyakit Dalam, Poli gigi, poli
penurunan dari 16 kasus menjadi 10
fisioterafi, Ruang Apotek, Ruang
kasus. Terdapat beberapa kegiatan
Radiology,
Laboratorium,
atau program yang sudah dilakukan
Ruang Gizi/Dapur, Ruang Laundry,
untuk menekan angka kematian ibu
Ruang Workshop, dan Ruang Rawat
di
Inap. Dengan fasilitas ruangan yang
penyediaan obat-obatan bermutu di
telah ada tersebut, RSUD Kota
Puskesmas, sosialisasi yang regular,
Bandar
dan penyediaan media informasi
Bandar
Lampung
Ruang
Lampung
menyediakan
pelayanan kesehatan Spesialis antara lain
Spesialis
THT,
dan
untuk
dengan
I
meningkatkan
18
kasus.
Jangka
Menengah
menunjukkan
antaranya
Hasil
melalui
terjadi
program
kesehatan bagi ibu dan anak.
Spesialis
Sasaran
kedua
berupa
Obgyn/Kebidanan, Spesialis Mata,
menurunnya angka kematian bayi
Spesialis Anak, Spesialis Bedah,
dapat dilihat dengan tolok ukur
Spesialis Anastesi, dan Spesialis
kurang
Penyakit Dalam.
Pembangunan
67
dari
178
kasus.
Jangka
Hasil
Menengah
Daerah
I
menunjukkan
terjadi
penyakit berbasis lingkungan (DBD,
peningkatan 1 kasus menjadi 28
Diare, Pneumonia, TBC, Malaria)
kasus
Namun
dapat dilihat dengan tolok ukur (1)
beberapa program yang dilakukan
untuk DBD meliputi Angka Bebas
dirasakan membantu meminimalisasi
Jentik lebih besar atau sama dengan
angka kematian bayi, di antaranya
95%, CFR lebih kecil atau sama
adalah program peningkatan status
dengan 2%, dan IR lebih kecil atau
gizi masyarakat, penyuluhan pola
sama
hidup sehat, dan penyediaan tenaga
penduduk; (2) untuk Diare berupa
penyuluh kesehatan.
cakupan
kematian
Sasaran
bayi.
ketiga
berupa
iaredengan
penanganan
30/100.000
mencapai
100%; (3) untuk TBC meliputi
menurunnya prevalensi kurang gizi
cakupan
pada anak dan balita dapat dilihat
mencapai 87%, Angka Kesembuhan
dengan
besarnya
mencapai lebih besar atau sama
prosentase anak dan balita kurang
dengan 85%, dan CDR lebih besar
gizi berada di bawah angka 11,5%.
atau sama dengan 70%; (3) untuk
Hasil
Jangka
Malaria berupa Angka AMI lebih
Menengah Daerah I menunjukkan
kecil atau sama dengan 50 per mil.
terjadi penurunan angka prevalensi
Hasil
kurang gizi pada anak dan balita. Hal
Menengah Daerah I menunjukkan
ini terjadi berkat beberapa program
jumlah kasus DBD meningkat dari
yang positif untuk menekan angka
38 kasus menjadi 89 kasus, angka
prevalensi kurang gizi pada anak dan
ABJ meningkat dari 81,9% menjadi
balita.
tersebut
88,0%, CFR meningkat dari 1,9%
meliputi: program peningkatan status
menjadi 2,2%, dan IR meningkat dari
gizi masyarakat, program regular
50,1% menjadi
mengenai Keluarga Berencana, serta
kasus diare menurun dari 20.248
program
kasus menjadi 14.128 kasus disertai
tolok
ukur
Pembangunan
Program-program
peningkatan
kualitas
kesehatan ibu dan anak. Sasaran menurunnya
keempat angka
penanganan
Pembangunan
peningkatan
pneumonia
Jangka
57,36%. Jumlah
cakupan
penanganan
berupa
diare dari 84% menjadi 100%. Pada
kesakitan
penyakit TBC, terjadi peningkatan
68
kasus dari 799 kasus menjadi 946
sebanyak 86 tenaga terlatih, dan
kasus meskipun cakupan penanganan
pemeriksaan
TBC juga mengalami peningkatan
orang.
dari 62,1% menjadi 100%. Angka kesembuhan
dari
pasien
ANC
Sasaran
TBC
sebanyak
kelima
terkendalinya
79
berupa
pertumbuhan
meningkat dari 89% menjadi 92,80%
penduduk dapat dilihat dengan tolok
dan CDR meningkat dari 62,10%
ukur berupa angka pertumbuhan
menjadi 70,90%. Pada penderita
penduduk 1,68% dan Total fertility
malaria, angka AMI menurun dari
Rate 2,231. Beberapa program yang
9,71 per mil menjadi 4,79 per mil.
dilakukan
Begitu pula pada kasus pneumonia
Jangka
terjadi
berkorelasi
penurunan
dari
45,5%
menjadi 32,0%. Walaupun
selama Menengah
terdapat
penduduk
Daerah
positif
minimalisasi masih
Pembangunan
angka dan
I
terhadap pertumbuhan
TFR.
Program-
banyak kendala, namun terdapat
program yang berkorelasi positif
beberapa
telah
meliputi penyediaan alat kontrasepsi
dilakukan untuk mengatasi masalah
berupa pil KB, suntik KB, pelayanan
tersebut. Program-program tersebut
pemasangan
meliputi peningkatan kualitas obat di
pembinaan terhadap 26 kelompok
Puskesmas, pemanfaatan tanaman
BKB, BKR, dan BKL.
obat keluarga, penyediaan media
Sasaran
program
yang
alat
kontrasepsi,
keenam
informasi, penyuluhan pola hidup
meningkatnya
sehat, penyediaan tenaga penyuluh
dapat dilihat dengan tolok ukur
kesehatan sebanyak 27 orang, dan
penurunan
terbentuknya
Kesehatan
sejahtera
(UKBM).
penurunan angka keluarga sejahtera I
Dalam konteks penyakit berbasis
menjadi 18,75%, kenaikan angka
lingkungan, data juga menunjukkan
keluarga sejahtera II menjadi 22,9%,
bahwa kasus DBD yang tertangani
kenaikan angka keluarga sejahtera III
sebanyak 275 kasus, tercapai deteksi
menjadi 18,95%, dan kenaikan angka
dini penyakit APF, imunisasi oleh
keluarha sejahtera IV dari 4,41%
Berbasis
Unit
masyarakat
69
kualitas
berupa
angka
keluarga
keluarga
menjadi
pra
33,15%,
menjadi 5,45%. Walaupun dalam
Keberadaan
Pembangunan
swasta
Jangka
Menengah
rumah
sakit
dirasakan
umum
membantu
Daerah I tidak ada data capaian yang
mengatasi
kekurangan
sarana
kongkrit, namun terdapat beberapa
pelayanan
kesehatan.
Namun
program yang berkorelasi positif,
mahalnya tarif pelayanan kesehatan
diantaranya Program Pembentukan
rumah sakit umum swasta membuat
UPPKS dan Program Peningkatan
sebagian warga masyarakat tidak
Status Gizi Masyarakat.
dapat menikmati fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan rumah sakit
PROBLEMA KAPASITAS
umum didukung dengan kehadiran
Sarana kesehatan di Kota
27 Puskesmas induk, 20 Puskesmas
Bandar Lampung mencakup: rumah
keliling, 44 Puskesmas Pembantu,
sakit, Puskesmas, Pos Pelayanan
dan 602 Posyandu di
Terpadu (Posyandu), dan sarana
wilayah Kota Bandar
pelayanan kesehatan swasta. Rumah
kesehatan swasta yang terdiri atas:
yaitu: Rumah Sakit Umum Propinsi
67 Balai Pengobatan, 1 Rumah Sakit
(Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel
Bersalin, 33 Rumah Bersalin, 100
Moeloek), Rumah Sakit Umum Kota
apotik, 23 toko obat berizin, 6 klinik
(Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Tjokrodipo),
Rumah
Lampung.
Selain itu, terdapat sarana pelayanan
sakit umum berjumlah delapan buah
Dadi
berbagai
spesialis, 99 praktek dokter swasta,
Sakit
296 praktek bidan swasta, dan 58
Tentara, dan lima rumah sakit swasta
praktek perawat.
(Rumah Sakit Bumi Waras, Rumah Sakit
Immanuel,
Advent,
Rumah
Rumah
Sakit
Sakit
Oerip
Soemoharjo, Rumah Sakit Graha. Tabel 4: Banyaknya Tenaga Kesehatan Kota BL Tenaga Kesehatan 1. Dokter Ahli a. Spesialis Penyakit Dalam b. Spesialis Bedah c. Spesialis Penyakit Anak
2005 80 9 14 11
70
2006 1 -
2007 60 9 6 10
2008 102 12 13 13
2009 115 13 15 16
d. Spesialis Obgin e. Spesilais Jantung f. Spesialis Kulit & Kelamin g. Spesialis THT h. Spesialis Mata i. Spesialis Paru j. Spesialis Lainnya 2. Dokter Umum 3. Dokter Gigi 4. Bidan
12 3 3 5 5 3 15 128 48 124
1 58 36 138
5 1 2 6 6 2 13 121 45 223
16 2 2 6 6 4 18 230 55 375
17 2 4 6 6 4 31 308 65 447
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka. Tabel 5: Banyaknya Sarana Kesehatan Kota Bandar Lampung
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Balai Pengobatan Pos Yandu
2005 12 27 51 22 83 617
2006 12 27 53 20 86 598
2007 10 22 57 14 65 65
2008 11 22 57 20 67 67
2009 9 22 55 25 53 53
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka.
71
Kelemahan
pelayanan
kesehatan
untuk
mengakses
alat
kesehatan juga menjadi perhatian
kontrasepsi, serta masih banyak ibu-
kalangan elemen masyarakat Kota
ibu yang enggan membawa anaknya
Bandar Lampung. Helda Khasmy,
ke posyandu karena lebih memilih
aktivis
bekerja
Lembaga
Advokasi
dengan
harapan
Perempuan Damar, mengungkapkan
mendapatkan upah harian.
bahwa
bagi
Damar juga menemukan kenyataan
Kota
bahwa
hak
perempuan
kesehatan
dan
Bandarlampung
anak
di
terkesan
para
Pihak
Pembantu
Petugas
masih
Keluarga
terabaikan. Fakta lapangan yang
(PPKBD)
bertolak belakang dengan semangat
semangat sukarela sebelumnya telah
kemajuan kota ini di antaranya
dijanjikan
tampak
layanan
insentif, namun janji tersebut belum
untuk
kunjung terealisasi. Hal ini tak lepas
dari
kesehatan
minimnya reproduksi
Berencana yang
Daerah
bekerja
akan
mendapatkan
masyarakat miskin dan pengadaan
dari
layanan posyandu yang masih kurang
dialokasikan
optimal. Selain itu, sarana pengadaan
pelayanan
alat kontrasepsi yang masih terbatas
Damar mengusulkan agar konsep
dan kurang menjangkau masyarakat
layanan posyandu diubah di beberapa
kota ini. Kondisi ini diperparah
tempat dengan sistem jemput bola.
dengan
angka
Artinya kader posyandu diharapkan
serta
bisa mendatangi rumah ibu-ibu yang
maraknya kasus gizi buruk (Radar
tidak sempat mengakses layanan
Lampung, 25 Juni 2011).
karena kesibukan mereka bekerja
masih
kematian
ibu
tingginya dan
bayi
Lembaga
minimnya
dengan
anggaran
yang
untuk
program
kesehatan
reproduksi.
Advokasi
sehingga kondisi kesehatan rumah
Perempuan Damar bersama Serikat
tangga miskin bisa terpantau. Selain
Perempuan Bandar Lampung (SPBL)
itu, Damar terus mendorong adanya
di Kecamatan Panjang menemukan
pengalokasian
posyandu yang tidak memberikan
berorientasi
makanan tambahan untuk balita,
rakyat. Diharapkan, anggaran untuk
pengadaaan pil KB yang masih harus
layanan kesehatan bisa ditingkatkan
membayar,
sehingga petugas kesehatan bisa
minimnya
sarana
72
anggaran pada
yang
kesejahteraan
bekerja
secara
lebih
optimal
upaya
pembinaan
kesehatan
menjalankan kewajibannya (Radar
masyarakat akan berkurang. Pada
Lampung, 25 Juni 2011).
gilirannya dikhawatirkan perhatian
Salah
yang
kepada masyarakat miskin, upaya
melaksanakan aktivitas pelayanan
pencegahan penyakit menular, dan
kesehatan di tingkat bawah adalah
penyelenggaraan pelatihan kesehatan
Puskesmas.
Bandar
masyarakat akan merosot padahal
Lampung terdapat 27 Puskesmas
Kota Bandar Lampung merupakan
induk, 20 Puskesmas keliling, 44
wilayah endemik demam berdarah.
Puskesmas Pembantu. Pelaksanaan
Mengingat terbatasnya dana untuk
otonomi daerah belum menyebabkan
pengelolaan Puskesmas, Pemerintah
perubahan nyata dalam pelayanan
Kota merencanakan akan melakukan
Puskesmas.
yang
uji coba pengoperasian Puskesmas
dirasakan adalah menurunnya dana
dengan sistem swadana. Dengan
operasional
sistem ini tarif Puskesmas perlu
gedung,
satu
Di
unit
Kota
Perubahan (transpor,
alat-alat)
Puskesmas.
perbaikan
yang diterima
Sejalan
disesuaikan
dengan
dengan
biaya
yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan
minimnya anggaran yang dimiliki
Puskesmas
Dinas
bantuan Pemerintah Daerah, kecuali
Kesehatan,
anggaran
yang
maka
jumlah
diserahkan
ke
untuk
dengan
gaji
baik,
staff.
tanpa
Asumsinya,
masing-masing Puskesmas juga amat
Puskesmas swadana akan berusaha
minim. Anggaran ini dipakai untuk
meningkatkan
berbagai
hal,
pemeliharaan
pelayanan
agar
termasuk
biaya
mendapat sebanyak mungkin pasien,
gedung
serta
karena seluruh biaya pengelolaan
membayar bensin, listrik, dan air.
Puskesmas
Anggaran tersebut masih jauh dari
tanggungjawab Puskesmas. Namun
mencukupi, karena biaya rata-rata
di pihak lain, kenaikan tarif ini juga
per bulan untuk listrik, air, dan
dikhawatirkan
telepon cenderung melebihi jumlah
kesempatan
anggaran yang dialokasikan.
berobat ke Puskesmas.
Dengan
minimnya
sepenuhnya
akan orang
menjadi
mengurangi miskin
untuk
dana
Untuk menutup kekurangan
operasional Puskesmas, dapat diduga
anggaran yang diterima dari Dinas
73
Kesehatan, Puskesmas diberi hak
kemampuan APBD. Pemerintah Kota
untuk
selama ini cenderung lebih banyak
mengelola
sebagian
dana
restribusi pelayanan kesehatan yang
mengangkat
dibayar pasien. Alternatif lain untuk
sementara
mengatasi
medis seperti dokter, perawat, dan
pengelolaan
keterbatasan
dana
Puskesmas
adalah
bidan
tenaga
administrasi,
pengangkatan
bidan
jarang
tenaga
dilakukan.
dengan cara penerapan sistem JPKM
Akibatnya, persebaran tenaga medis
(Jaminan Perlindungan Kesehatan
menjadi tidak merata dan terkumpul
Masyarakat). Rencana pelaksanaan
di kawasan perkotaan saja.
sistem JPKM masih dalam tahap
Sementara
perumusan.
Untuk
itu,
meskipun
menganalisis
Rumah Sakit Umum Daerah dr. A.
kelayakan JPKM, Dinas Kesehatan
Dadi Tjokrodipo berhasil dibangun,
pernah menghitung kebutuhan dana
namun pelayanan di rumah sakit ini
pelayanan
seluruh
sampai tahun 2012 masih terkendala
Puskesmas yang besarnya mencapai
oleh kurangnya tenaga dokter dan
Rp 12 milyar/tahun (termasuk biaya
sarana layanan kesehatan seperti
operasional dan obat).
mobil ambulans, ruang perawatan,
kesehatan
di
Sisi lain dari permasalahan
dan peralatan ICU. Menurut Kepala
yang dihadapi Puskesmas adalah
Dinas
berkaitan dengan status tenaga medis
Lampung, dr. Wirman, kekurangan
dan
tenaga
paramedis.
Sebagian
besar
Kesehatan
dokter
Kota
khususnya
Bandar
dokter
tenaga medis dan paramedis di
spesialis anak terjadi karena dokter
Puskesmas
spesialis
merupakan
tenaga
anak
yang
bekerja
di
kontrak. Hal ini membuat komitmen
Rumah Sakit Umum Daerah dr A
mereka dalam melayani pasien tidak
Dadi
seperti para pegawai tetap. Sumber
spesialis anak yang dipinjam dari
informasi di Dinas Kesehatan Kota
Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi
Bandar
(RSUD Abdoel Moeloek). Pihak
Lampung
menyebutkan
Tjokrodipo
Dinas
di lingkungan Dinas Kesehatan amat
Lampung
bergantung
untuk memenuhi sendiri kebutuhan
besarnya
74
sedang
Kota
dokter
bahwa pengangkatan pegawai tetap
pada
Kesehatan
adalah
Bandar
mengupayakan
dokter
dengan
ICU, pihak Dinas Kesehatan Kota
menugaskan salah seorang dokter
Bandar Lampung sedang berupaya
umum untuk menempuh pendidikan
melengkapi
spesialis ke Perguruan Tinggi di
dibutuhkan
Jawa. Mengenai kekurangan sarana
November 2012).
mobil
spesialis
anak
ambulans,
pihak
peralatan (Radar
yang
Lampung
2
RSUD
mengakui baru memiliki satu mobil ambulans hasil pinjaman dari Dinas KESIMPULAN & SARAN
Kesehatan Provinsi Lampung dan
Setelah lebih dari satu dekade
sedang melaksanakan proses tender
pelaksanaan otonomi daerah, Kota
untuk pengadaan dua unit mobil
Bandar Lampung masih dihadapkan
ambulans serta satu unit mobil
pada beberapa permasalahan antara
jenazah. Pada tahun 2013 jumlah
lain: masih cukup tingginya angka
mobil ambulans direncanakan akan
kematian ibu melahirkan; masih
ditambah lagi sebanyak lima unit.
cukup tingginya angka kematian bayi
Selanjutnya mengenai kekurangan ruang
perawatan,
Pihak
dan balita; masih cukup tingginya
Dinas
pravalensi gizi kurang dan gizi
Kesehatan Kota Bandar Lampung
buruk; masih tingginya kejadian
menyatakan memang saat ini hanya tersedia
78
tempat
tidur,
penyakit
yang
kesehatan
di ruang rawat inap E1, serta 33 di
masih
sedang melakukan penambahan 104
pembangunan
dua
lantai
kurangnya
jumlah
SDM
kesehatan yang profesional; masih
tempat tidur melalui pembangunan Saat
belum
keterjangkauan pelayanan kesehatan;
Kesehatan Kota Bandar Lampung
lantai.
lingkungan;
optimalnya mutu pelayanan dan
ruang rawat inap E3. Pihak Dinas
empat
berbasis
lingkungan; masih rendahnya kondisi
meliputi: 14 di ruang kebidanan, 31
gedung
menular
cukup tingginya angka pertumbuhan
ini
penduduk; masih cukup tingginya
untuk
angka keluarga pra sejahtera. Di saat
menampung 50 tempat tidur sedang
yang bersamaan, Pemerintah Kota
dalam tahap penyelesaian terlebih
Bandar Lampung masih dihadapkan
dahulu. Begitu pula untuk ruang
75
pada upaya memecahkan kendala
(build, operate, transfer) di samping
keterbatasan sumber-sumber daya,
memanfaatkan Dana Alokasi Khusus
baik sumber daya keuangan, tenaga
(DAK) bidang kesehatan.
medis
dan
paramedis,
sarana,
Peningkatan
tenaga
medis
maupun prasarana kesehatan. Hal ini
dan paramedis dari sisi jumlah secara
menunjukkan bahwa masih adanya
dini
gab yang amat lebar antara kapasitas
kerjasama
layanan
Pendidikan
kesehatan
kompleksitas
dengan
permasalahan
dengan
menjadi
melalui
Kementerian
dalam
rangka
spesialis
maupun
dan
peningkatan alokasi beasiswa daerah
kualitas layanan kesehatan perlu
bagi sekolah-sekolah keperawatan &
terus menerus dilakukan melalui
kebidanan. Sementara itu, solusi atas
peningkatan
keuangan,
ketimpangan alokasi distribusi antar
sarana, prasarana, maupun tenaga
kawasan maupun perluasan akses
medis, yang disertai perluasan akses
masyarakat miskin untuk saat ini
masyarakat
yang
memperoleh
kuantitas
dilakukan
peningkatan status dokter umum
kesehatan di daerah. Peningkatan
dapat
kapasitas
miskin
untuk
layanan
kesehatan
melalui
pemberian
jaminan
pelayanan
kesehatan.
Kapasitas
paling
dilakukan optimalisasi layanan
memungkinkan adalah
melalui
penyelenggaraan kesehatan
berbasis
keuangan yang meningkat dapat
komunitas serta melalui pemanfaatan
diperoleh
efisiensi
program-program Corporate Social
penggunaan anggaran daerah menuju
Responsibility oleh pihak korporasi
rasio yang lebih seimbang antara
di daerah.
melalui
belanja langsung dan tidak langsung, di samping melakukan peningkatan mobilisasi Pendapatan
DAFTAR PUSTAKA
sumber-sumber Asli
Daerah. Azfar, Kahkonen, Lanyi, Meager, dan Rutherford, 1999, Decentralization, Governance and Public
Peningkatan sarana dan prasarana dapat dilakukan melalui pelibatan pihak swasta dengan pola BOT
76
Services: the Impact of Institutional Arrangement: a Review Litarature, College Park: Iris Center, University of Maryland.
Development, Vol. 25 No. 7: 1029-1043. LAPORAN Badan Pusat Statistik, 2010, Bandar Lampung Dalam Angka.
Cheema, Shabbir G., dan Dennis A. Rondinelli (editor), 1983, Decentralization and Development: Policy Implementation in Developing Countries, Beverly Hills: Sage Publication.
Pemerintah Kota Bandar Lampung, 2010, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandar Lampung 2007-2010. Dinas
Pramusinto, Agus, dan Purwanto, Erwan Agus (Editor), 2009, Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan, dan Pelayanan Publik: Kajian tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta: Gava Media.
MEDIA MASSA KOMPAS, June 16, 2005, “Ditemukan Lagi 26 Penderita Busung Lapar Kritis”.
JURNAL Fiszbein, Ariel, 1997, Emergence of Capacity: Lesson Columbia”,
Kesehatan Kota Bandar lampung, 2012, Laporan Pencapaian Sasaran Kinerja Standar Pelayanan Minimal.
Radar Lampung, June 25, 2011, “Hak Kesehatan Masih Terabaikan”
“The Local from World
Radar Lampung, November 2, 2012, “Diskes Siap Berubah”.
77