perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP
Skripsi
Oleh : Juli Allim Istamah NIM X2306023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP
Oleh : Juli Allim Istamah NIM X2306023
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Jamzuri, M. Pd NIP. 19521118 198103 1 002
Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Ketua
:
Sekretaris
:
Anggota I
:
Anggota II
:
Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP. 19582708 198403 2 003 Drs. Sutadi Waskito, M.Pd NIP. 19500522 197603 1 001 Drs. Jamzuri, M. Pd NIP. 19521118 198103 1 002 Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iv
Tanda Tangan (
)
(
)
(
)
(
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Juli Allim Istamah. PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (2) perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (3) interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 2 . Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, masing-masing terdiri atas 35 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data menggunakan uji anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara
penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan
penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode discoveryinquiry bebas termodifikasi; (2) ada perbedaan pengaruh antara minat belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar kategori rendah.; (3) tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar discovery-inquiry dan minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry sebagai metode pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan kalor.
Kata Kunci : discovery-inqury learning, minat belajar, kemampuan kognitif
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Juli Allim Istamah. PHYSICS LEARNING THROUGH GUIDED AND MODIFIED DISCOVERY-INQUIRY METHOD PERCEIVED FROM STUDENTS’ INTEREST IN LEARNING AT KALOR CONCEPT IN JUNIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta : Teacher Training And Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, November 2010. The research aims are to know: (1) the difference effect between using guided ang modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at physics learning; (2) the difference effect of interest in learning between high and low categories students’cognitive ability at physics learning; (3) The interaction of effect between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning to students’ cognitive .ability at physics lerning. This research use experimental method with 2 x 2 factorial design. The population in this research are entire students of VII class in SMP N 16 Surakarta. The sample is taken with cluster random sampling technique and obtained two classes as a research sample, each classes consist of 35 students. Data collecting use documentation, questionnaire, and test. Data analysis use anava test with different content of cell, furthermore use double comparison of Scheffe method with level of significance 0,05. The result of research shows: (1) there is no a significant difference influence between using guided and modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is given learning with guided discovery-inquiry method obtain same cognitive ability with the student that is given learning with modified discovery-inquiry method; (2) there is a difference effect of interest in learning between high and low categories students’cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is having a interest in learning with high category having cognitive ability better than student that having a interest in learning with low category ; (3) there is no interaction between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning toward student’s cognitive ability in Physics. So between using discovery-inquiry method as study method and students’ interest in learning level
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
give the each influences to student’s cognitive ability at kalor fundamental concept. Keywords:
discovery-inqury learning, interest in learning, cognitive ability
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du:11) Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S. AlInsyirah : 6-8 ) Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan motivasi akan tumbuh jika ada harapan. (Penulis) Hidup optimis penuh manfaat. (Penulis)
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ayahanda dan Ibunda tercinta Mbakku tersayang (Nur ’Allimah Lestari Adikku tersayang (’Allim Awaludin Rachman) Calon Imamku (?) Teman-teman Cendrawasih (Chensy Mania) Teman-teman Fisika 2006
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi. 6. Ibu Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi. 7. Rekan- rekan mahasiswa Fisika 2006 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan. Surakarta, November 2010 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………..........
i
HALAMAN PENGAJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
iv
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
x
KATA PENGANTAR ..................................................................................
xi
DAFTAR ISI …………………………………………............……………
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xix
BAB I.
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………
5
C. Pembatasan Masalah …………………………………………
6
D. Perumusan Masalah ……………………………………….....
6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….…....
6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………….
7
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESI.......................
8
A. Kajian Teori …………………………………………….....
8
1. Hakikat Belajar ………………………………………….
8
a. Pengertian Belajar …………………………………….
8
b. Proses belajar …………………………….......................
9
c. Tujuan Belajar .................................................................
11
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar .............................................................................
commit to user xii
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hakikat Fisika ......................................................................
17
3. Metode Pembelajaran ........................................................
18
a. Metode Discovery ............................................................
18
b. Metode Inquiry.................................................................
20
c. Discovery-Inquiry Terbimbing.........................................
24
d. Discovery-Inquiry Bebas yang Dimodifikasi...................
25
4. Minat Belajar ....................................................................
26
a. Arti Minat Belajar ............................................................
26
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar............
28
c. Cara Mengetahui Minat Belajar........................................
29
5. Kemampuan Kognitif ........................................................
29
6. Pokok Bahasan Kalor .......................................................
31
a. Pengertian Kalor ............................................................
31
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor.......................................
32
c. Perubahan Wujud Zat.......................................................
32
d. Perpindahan Kalor............................................................
34
B. Kerangka Berpikir....................................................................
36
C. Hipotesis...................................................................................
39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………......…………………
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
40
B. Metode Penelitian ...................................................................
40
C. Populasi dan Sampel ..............................................................
41
D. Variabel Penelitian ..................................................................
41
1. Variabel Bebas ...................................................................
41
2. Variabel Terikat .................................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
42
1. Teknik Dokumentasi...........................................................
42
2. Teknik Tes..........................................................................
43
3. Teknik Angket....................................................................
43
F. Instrumen Penelitian ................................................................
44
1. Instrumen Angket ..............................................................
44
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Validitas Angket ............................................................
45
b. Reliabilitas Angket ........................................................
46
2. Instrumen Tes ....................................................................
47
a. Daya Pembeda Item .......................................................
48
b. Derajat Kesukaran..........................................................
50
c. Fungsi Distraktor............................................................
51
d. Reliabilitas .....................................................................
51
e. Keputusan Analisis Soal ................................................
52
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
53
1. Penyajian Data....................................................................
53
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal...........………......................
54
3 Uji Prasyarat Analisis.........................................................
55
a. Uji Normalitas ................................................................
55
b. Uji Homogenitas ............................................................
56
4 Pengujian Hipotesis ..........................................................
57
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan .....................................
57
b. Uji Lanjut Anava............................................................
61
BAB IV HASIL PENELITIAN …………..……………….................
63
A. Deskripsi Data .........................................................................
63
1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa .......................................
63
2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa .....................................
65
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa ............................
66
B. Hasil Analisis Data ..................................................................
68
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal .............................................
68
2. Uji Prasyarat Analisis ........................................................
69
a. Uji Normalitas ..............................................................
69
b. Uji Homogenitas ............................................................
70
3. Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................
70
a. Hasil Analisis Variansi ..................................................
70
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi ................................
71
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................
72
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Hipotesis Pertama .........................................................
72
2. Uji Hipotesis Kedua ............................................................
74
3. Uji Hipotesis Ketiga ............................................................
75
D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ……............…
76
A. Kesimpulan .............................................................................
76
B. Implikasi ..................................................................................
76
C. Saran .......................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………......……
78
LAMPIRAN .................................................................................................
80
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman Tabel 3.1
Desain Fatorial 2 x 2 ......................................................
40
Tabel 3.2
Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket …............
45
Tabel 3.3
Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal ..................
47
Tabel 3.4
Klasifikasi
Indeks
Diskriminasi
Item
dan
Interpretasinya ...............................................................
49
Tabel 3.5
Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda ........
49
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya
50
Tabel 3.7
Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran Soal ................................................................................
50
Tabel 3.8
Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor…...
51
Tabel 3.9
Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes Klasik .............................................................................
52
Tabel 3.10
Persiapan Uji Anava Dua Jalan .....................................
59
Tabel 3.11
Rangkuman Anava ……………………………………
61
Tabel 4.1
Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................
Tabel 4.2
Normalitas
Distribusi
Frekuensi
Awal
Kelas
Eksperimen Dengan Metode Chi Kuadrat ..................... Tabel 4.3
Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif
66
Fisika
Kelas Eksperimen dan Kontrol ………………………. Tabel 4.6
65
Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol …………......................
Tabel 4.5
64
Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas Kontrol Dengan Metode Chi Kuadrat ……………………….....
Tabel 4.4
63
66
Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen Dengan Metode Chi Kuadrat ………………………….
commit to user xvi
67
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7
digilib.uns.ac.id
Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol Dengan Metode Chi Kuadrat ......................................................
Tabel 4.8
Tabel 4.9
68
Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel Tak Sama .......................................................................
71
Rangkuman Komparasi Ganda ………………………..
72
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ........................................................................
Gambar 2.2
12
Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ............................................................................
16
Gambar 2.3
Skema Perubahan Wujud Zat …………………………
32
Gambar 2.4
Panci Tekan (Pressure Cooker) .....................................
33
Gambar 2.5
Konveksi pada Zat Cair ……………………………….
35
Gambar 3.1
Batasan Daya Pembeda ……………………………….
48
Gambar 4.1
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen ...............................................
Gambar 4.2
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol ............................………………..
Gambar 4.3
65
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ……………………
Gambar 4.4
64
67
Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol .......................................
commit to user xviii
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1
Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi ....................
80
Lampiran 2
Program Satuan Pembelajaran .......................................
81
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................
84
Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa
106
Lampiran 5
Kisi-Kisi Penulisan Soal Try Out Tahun Ajaran 2009 / 2010
130
Lampiran 6
Soal Uji Coba Penelitian I
133
Lampiran 7
Soal Uji Coba Penelitian II
142
Lampiran 8
Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Kemampuan Kognitif
Lampiran 9
Tahun Ajaran 2009 / 2010
151
Soal Tes Kemampuan Kognitif
154
Lampiran 10 Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa...
162
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa.
163
Lampiran 12 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Fisika
165
Lampiran 13 Angket Uji Coba Minat Belajar Fisika
166
Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Fisika
171
Lampiran 15 Angket Minat Belajar Fisika
172
Lampiran 16 Lembar Telaah Kualitatif Butir Soal Try Out I
176
Lampiran 17 Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Reliabilitas Try Out Fisika Lampiran 18 Analisis Fungsi Distraktor Item Try Out Fisika
179 183
Lampiran 19 Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket Minat Belajar
191
Lampiran 20 Data Nilai Kemampuan Awal Sampel
198
Lampiran 21 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen
199
Lampiran 22 Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas
commit to user xix
200
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kontrol
201
Lampiran 24 Grafik Kemampuan Awal Kelas Kontrol
202
Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa
203
Lampiran 26 Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa Dengan Uji-t 2 Ekor
205
Lampiran 27 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen
208
Lampiran 28 Data Induk Penelitian Kelas Kontrol
209
Lampiran 29 Data Nilai Kemampuan Kognitif Sampel
210
Lampiran 30 Uji
Normalitas
Kemampuan
Kognitif
Kelas
Eksperimen
211
Lampiran 31 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen
212
Lampiran 32 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol
213
Lampiran 33 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol
214
Lampiran 34 Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa
215
Lampiran 35 Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Isi Sel Tak Sama
217
Lampiran 36 Uji Pasca Anava Komparasi Ganda Dengan Metode Scheffe
222
Lampiran 37 Daftar Nama Siswa
224
Lampiran 38 Foto-foto Penelitian
225
Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik
226
Lampiran 41 Surat-surat Perijinan
231
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berubah dan berkembang serta problem ilmiah yang selalu meningkat, maka salah satu tugas sekolah ialah melatih atau mendidik siswa supaya dapat melaksanakan tugastugasnya di masyarakat. Selama bertahun-tahun metode mengajar IPA/Fisika yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan juga di perguruan tinggi ialah metode mengajar secara informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Secara tradisional, pembelajaran IPA/Fisika ditekankan pada penghafalan rumus-rumus, konsep-konsep atau bentuk-bentuk problem tertentu. Pengajaran IPA lebih ditekankan pada produk dari pada proses-proses IPA. Berdasarkan situasi dan kondisi inilah, maka sejak berapa tahun terakhir hingga saat ini strategi pembelajara IPA untuk tingkat sekolah dasar dan SMP/MTs serta Fisika di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, senantiasa diperbaharui dan dikembangkan Sebenarnya kementrian pendidikan nasional (pemerintah RI) telah dan terus berusaha membiayai pengembangan pendidikan. Miliaran rupiah telah habis digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan kurikulum IPA, matematika, ilmu sosial, bahasa, dan sebagainya. Namun, pada kenyataannya sistem pembelajaran di sekolah-sekolah menengah masih lebih sering bersifat konvensional. Sehingga siswa hanya menerima apa adanya materi yang diajarkan oleh guru tanpa berusaha mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari. Padahal tujuan utama dari proses pembelajaran itu adalah meningkatnya kemampuan kognitif dari siswa. Di mana kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Sedangkan jika pembelajaran masih bersifat konvensional, maka upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif akan sangat sulit. Itulah
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan berbagai pola pendekatan, model/metode dan media pembelajaran yang bervariasi, disesuaikan dengan materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya monoton dilakukan dengan ceramah di depan kelas atau belajar secara individual dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja, karena kalau hanya dengan ceramah siswa akan cepat bosan dan pada akhirnya dapat melemahkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran. Apabila guru dapat menggunakan pola pendekatan, metode dan media pembelajaran yang bervariasi, maka kebosanan siswa dapat dihindari sehingga dapat meningkatkan minat dan kemampuan kognitif siswa Minat belajar akan muncul dengan sendirinya apabila ada perhatian, oleh karena itu untuk memunculkan minat belajar sebaiknya seorang guru memiliki strategi-strategi untuk menarik perhatian siswa pada materi tertentu. Seorang peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh bila tidak berminat pada materi yang diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang aktif yang dimungkinkan dapat mempengaruhi sikap positif siswa sehingga siswa akan lebih terarik bahkan tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Program untuk mengembangkan metode mengajar yang modern di sekolah dasar dan sekolah menengah sebenarnya tidak perlu yang baru asalkan mampu menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar yang aktif. Salah satu program yang diusulkan adalah metode pembelajaran yang berorientasikan pada discovery-inquiry. Karena siswa akan termotivasi lebih baik apabila terlibat secara langsung dalam proses belajar melalui kegiatan-kegiatan discovery-inquiry. Dengan demikian, meningkatlah minat belajar dan kemampuan kognitif yang dipicu dari dalam diri siswa itu sendiri untuk mempelajari fisika dengan senang hati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Discovery adalah suatu proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya, siswa mungkin menemukan “apa atom itu”, yaitu siswa membuat suatu konsep tentang atom, atau kemudian siswa mungkin menemukan suatu prinsip ilmiah bahwa “atom tidak dapat dibagi lagi“. Suatu kegiatan inquiry ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsipprinsip melalui proses mentalnya sendiri. . Metode pembelajaran discovery-inquiry terbagi menjadi tujuh sistem yang
penggunaannya
disesuaikan
dengan
kebutuhan.
Dua
di
antara
pengembangan kemampuan discovery-inquiry pada diri siswa melalui IPA yang akan diteliti adalah discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan inquiry
bebas
melaksanakan
yang
dimodifikasi
discovery-inquiry
(modified
terbimbing,
dicovery-inquiry). seorang
guru
Dalam
memberikan
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada para siswa, sehingga siswa tidak merumuskan problem yang akan diteliti itu sendiri melainkan telah disiapkan oleh guru lengkap dengan modul yang mencakup petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Sedangkan dalam discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi, guru hanya memberikan problem dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui penelitian. Disini guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan saja. Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan metode pembelajaran discovery-inquiry. Kebanyakan pendekatan yang digunakan juga sama dengan yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Penelitian-penelitian terdahulu paling banyak diuji cobakan di tingkat perguruan tinggi yaitu pada mahasiswa semester awal terutama pada mata kuliah Praktikum Fisika Dasar dengan tinjauan yang berbeda-beda. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Isro’ Siti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Nangimah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Discovery-Inquiry pada Praktikum Fisika Dasar II Ditinjau dari Kemampuan Logika Terhadap Kemampuan Analisis Kognitif Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2004/2005”. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah bahwa penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada praktikum fisika dasar II memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan analisis kognitif mahasiswa daripada pendekatan discovery-inquiry terbimbing. Peneliti lainnya adalah Rahmulyo dengan judul “Pembelajaran Fisika Dasar I Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Dan Metode Discovery-Inquiry Di Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada pokok Bahasan Viskositas Ditinjau Dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2005 / 2006”. Hasil yang diperoleh
bahwa
mahasiswa
yang
diberi
pembelajaran
Fisika
dengan
menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dan masih ada peneliti lain dengan konsentrasi sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup banyak penelitian yang meneneliti metode discovery-inquiry sehingga penulis lebih mantap untuk mengadakan penelitian terhadap metode yang sama, namun dengan tinjauan yang berbeda dan sasaran yang berbeda pula. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis mencoba mengadakan penelitian yang sama namun untuk diujicobakan di tingkat SMP. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry) terhadap kemampuan kognitif siswa yang ditinjau dari seberapa besar minat belajar siswa. Materi yang diperkirakan sesuai untuk menunjang metode yang diteliti adalah materi kalor, karena dalam materi kalor banyak dipelajari sub-sub materi yang untuk memahamkan konsepnya perlu dilakukan pengamatan langsung melalui penemuan eksperimen. Sehingga penulis mencoba mengambil judul Skripsi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
”PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP”
B. Identiikasi Masalah Identifikasi
masalah
oleh
penulis,
diantaranya
adalah
bahwa
pembelajaran IPA di sekolah-sekolah sebagian besar masih konvensional. Di mana metode mengajar yang digunakan bersifat informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Metode semacam itu tidak menuntut siswa untuk mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari. Sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang secara optimal. Selain itu siswa lebih cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang diajarkan. Apalagi mata pelajaran Fisika, yang secara umum dikenal sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Rasa bosan, tidak tertarik, dan menakutkan dapat mengakibatkan kurangnya motivasi dari dalam diri siswa. Akibatnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika menjadi rendah, sehingga dapat mempengaruhi hasil prestasi belajarnya. Untuk itu perlu adanya peranan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif agar dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pula hasil belajar Fisika siswa. Metode yang dirasa tepat adalah metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, karena akan mempengaruhi tinggi rendahnya minat belajar Fisika siswa. Salah satu metode yang diusulkan yaitu metode pembelajaran discovery-inquiry. Namun demikian penggunaan metode pembelajaran tidak boleh sembarangan. Harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan maka masalah penelitian ini dibatasi: 1.
Kegiatan pembelajaran Fisika yang digunakan adalah metode discoveryinquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas termodifikasi.
2.
Indikator yang diamati adalah kemampuan kognitif yang dicapai siswa dari hasil pembelajaran
3.
Pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif. Minat belajar siswa dikategorikan dalam kategori tinggi dan rendah.
4.
Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Kalor
D. Perumusan Masalah Masalah yang akan menjadi fokus analisis dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1.
Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing
dan
discovery-inquiry
bebas
yang
dimodifikasi
pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa? 2.
Adakah perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?
3.
Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discoveryinquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2.
Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
3.
Ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode discoveryinquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat: 1.
Memberi gambaran tentang pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing
dan
discovery-inquiry
bebas
yang
dimodifikasi
pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. 2.
Memberi gambaran tentang pengaruh minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
3.
Memberi gambaran ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar a. Pengertian Belajar Proses belajar telah lama menarik perhatian khalayak umum. Banyak tokoh yang berusaha memikirkan secara spekulatif maupun lewat eksperimeneksperimen untuk menjelaskan peristiwa belajar. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari aktivitas belajar. Berikut ini akan disampaikan pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu: Menurut.Chaplin dalam Dicionary of Psychology, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2003 : 89) menyatakan bahwa “…acquisition of any relatively permanent change behavior as a result of practice and experience (belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman)”. Merangkum dari pendapat Syaiful Sagala (2009: 11-12) bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan dengan kegiatan atau tingkah laku yang terdiri dari kegiatan psikis maupun fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Sedangkan menurut Winkel (1996 : 53) mengatakan bahwa: “ Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuanpemahaman, keterampilan dan nilai-sikap “. Begitu pula menurut Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku
yang baru
secara
keseluruhan,
sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Merangkum dari pendapat Slameto (1995:3-7) mengenai perubahan tingkah laku diperoleh pengertian belajar antara lain :
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
1). Perubahan yang terjadi secara sadar 2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5). Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan psikis maupun fisis yang dijalani seseorang sehingga orang itu mengalami perubahan tingkah laku yang melibatkan proses mengingat, melihat, dan memahami sesuatu melalui berbagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan keterampilan, sikap, pengetahuan, kebiasaan, pemahaman, dan lain-lain.
b. Proses Belajar Peristiwa belajar itu ternyata merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Secara sederhana proses belajar menunjukkan pada aktifitas individu. Secara teknis belajar menunjukkan terjadinya proses perubahan tingkah laku individu. Merangkum dari pendapat Bruner dalam Syaiful Sagala (2009: 35) bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: 1) Informasi, kemudian ada yang menambah pengetahuan yang dimiliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya 2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. 3) Evaluasi, kemudian dinilai hingga pengethuan yang diperoleh transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Menurut Brunner yang dikutip Slameto (1995: 11), “dalam proses belajar, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu”. Sehingga dibutuhkan lingkungan belajar yang mendukung. Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari siswa, antara lain : 1) Enactive
: Seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan
bermacam-macam ketrampilan motorik. 2) Ionik
: Seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat di mana
bukunya yang penting diletakkan. 3) Symbolik : Seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula. Menurut Bruner pula, dalam proses belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini|: 1). Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa. 3). Menganalisis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataanpernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari. 4). Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-back). Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya. (Slameto, 1995: 12) Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar selalu ada tiga fase yaitu informasi, transformasi dan evaluasi yang akan lebih baik jika ketiga fase tersebut ditekankan pada partisipasi aktif dari tiap siswa, sehingga perbedaan kemampuan yang dimiliki tiap siswa dapat dipahami dengan baik. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning environment ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
c. Tujuan Belajar Tujuan belajar secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psiomotorik. Adapun taksonomi atau klasifikasinya menurut Benjamin Bloom dan kawan-kawan yaitu sebagai berikut: 1). Ranah Kognitif (Cognitive Domain) Ranah Kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu: a). Pengetahuan (Knowledge) b). Pemahaman (Comprehension) c). Penerapan (Aplication) d). Analisis (Analysis) e). Sintesis (Syntesis) f). Evaluasi (Evaluation) 2). Ranah Afektif / Sikap (Afective Domain) Ranah Afektif meliputi lima tingkatan,yaitu : a). Kemampuan menerima (Receiving) b). Kemampuan menanggapi (Responding) c). Berkeyakinan (Valuing) d). Penerapan Kerja (Organization) e). Ketelitian (Correcteration by value) 3). Ranah Psikomotor (Psycomotoric Domain) Ranah psikomotrik meliputi empat tingkatan , yaitu: a). Gerak Tubuh (Body movement) b). Koordinasi gerak (Finaly coordinated movement) c). Komunikasi non verbal (Non verbal communication set) d). Perilaku bicara (Speech behaviors) (Gino et al, 1998:19) Tujuan belajar pada intinya adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman sikap/nilai, dan ketrampilan. Yang mana pencapaian tujuan belajar dapat diidentifikasikan dari hasil belajar. Untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal diperlukan sistem lingkungan/ kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen- komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang ingin dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia. Sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat disajikan dengan elaborasi sebagai berikut: ENVIRONMENTAL INPUT
RAW INPUT
LEARNING TEACHING PROCESS
OUTPUT
INSTRUMENTAL INPUT Gambar 2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Gambar 2.1 menyajikan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku pengalaman belajar. Raw input diharapkan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan klasifikasi tertentu setelah melewati proses belajar mengajar (learning teaching process). Proses belajar-mengajar ikut dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan. Masukan lingkungan (environmental input) merupakan faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang tercapainya keluaran (output) yang dikehendaki. Kelompok faktor lainnya adalah faktor instrumental (instrumental input). Berbagai faktor tersebut saling berinteraksi dalam menghasilkan keluaran tertentu. Menurut Slameto yang dirangkum dari bukunya (1995: 54 - 72), ”Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Faktor intern dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu : 1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. 2) Faktor Psikologis Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah : a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. b) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah “Keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek”. (Slameto, 1995 : 56). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar. c) Minat Menurut Hilgard dalam Slameto (1995, 57) memberi rumusan tentang minat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Minat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. d) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard “ Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih”. (Slameto, 1995, 57). Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. e) Motif Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan sangat diperlukan dalam belajar. f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. g) Kesiapan Menurut Jamies Drever “Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis). Faktor ekstern dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Faktor Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama 2) Faktor Sekolah Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat antara lain, adanya mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar. Berbagai faktor yang telah diuraikan diatas dapat diperjelas sebagai berikut: a) Bahan atau hal yang harus dipelajari b) Faktor-faktor lingkungan c) Faktor-faktor instrumental d) Kondisi individual pelajar Faktor individual dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Kondisi fisiologis (2) Kondisi psikologis Dari faktor-faktor yang telah disampaikan tersebut, dapat juga disajikan dalam bentuk ikhtisar sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Lingkungan
Alami Sosial
Luar
Kurikulum Intrumental
Program Sarana/fasilitas
Faktor
Tenaga Pengajar Fisiologis
Kondisi fisiologis umum Kondisi panca indera
Dalam Psikologis
Minat Kecerdasan Bakat Motivasi Kemampuan kognitif
Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar terutama faktor luar yang ada di sekolah yang diteliti pada dasarnya sudah cukup mendukung pembelajaran. Yaitu dengan lingkungan belajar yang cukup tenang karena dipagari secara menyeluruh sehingga kebisingan yang ada di luar lingkungan sekolah dapat diminimalkan. Begitu pula dengan faktor instrumentalnya juga mendukung yaitu sarana/fasilitas pembelajaran sudah cukup lengkap serta tidak kekurangan tenaga pengajar. Demikian pula dengan kurikulum yang digunakan yaitu sudah mencanangkan KTSP. Dengan adanya faktor luar yang mendukung, seharusnya tujuan belajar yang dicapai oleh sekolah bisa maksimal yaitu menghasilkan peserta didik yang berkemampuan kognitif tinggi. Namun demikian dirasa masih kurang karena pada kenyataannya masih ada faktor dalam yang justru berpengaruh sangat besar dalam menentukan hasil belajar. Diantaranya yaitu minat belajar siswa dan kemampuan kognitif. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Jika siswa memiliki minat belajar yang tinggi, dimungkinkan akan berdampak positif pada meningkatnya kemampuan kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Untuk meningkatkan minat belajar maka diperlukan peran penting dari guru yang merupakan faktor luar dari proses belajar. Sehingga faktor sekolah yang demikian belum bisa sepenuhnya mendukung, kalau kemampuan guru untuk menarik minat belajar siswanya masih dirasa kurang. Untuk menarik minat belajar siswa diperlukan metode yang bervariasi sesuai dengan kondisi siswa di sekolah. Sehingga peneliti memilih sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh metode yang diteliti terhadap proses dan hasil belajar dengan kondisi lingkungan yang demikian.
2. Hakikat Fisika Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sehingga ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA, yang mencakup gejala-gejala alam. Kata Fisika berasal dari bahasa Yunani "Physic" yang berarti "alam" atau "hal ikhwal alam" sedangkan fisika (dalam bahasa inggris "Physic") ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukumhukum elementemya. Menurut Harrys Siregar (2003:3) Fisika adalah ilmu yang paling fundamental dan mencakup semua Sains, baik Sains benda-benda hidup maupun Sains fisika. Dalam pengertian secara luas fisika itu cabang dari ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam bumi serta penomenanya. Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku yang telah dipelajari melalui pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejala-gejala itu selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu yang disebut hukum-hukum fisika. Harrys Siregar (2003:1) . Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari bagianbagian dari alam dan interaksi antara bagian tersebut. Sebagaimana diketahui,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
benda-benda di alam terbagi atas 2 bagian: alam makro yaitu benda-benda yang ukurannya besar dapat dilihat dengan alat-alat yang ada saat ini; alam yang besar ini termasuk benda-benda yang sangat besar dengan jarak antara 2 benda juga besar kali, misalnya bulan, matahari, bumu dan lain-lain. Alam mikro adalah benda-benda kecil sekali dengan jarak antara benda tersebut sangat kecil, bendabenda mikro ini tak dapat dilihat dengan alat-alat biasa. Tujuan belajar fisika adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, melalui belajar fisika diharapkan pula untuk dapat meningkatkan perkembangan IPTEK, pelestarian lingkungan serta kekayaan alam. Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik dan dapat dipelajari secara pengamatan dan eksperimen serta teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung di laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan
teori
yang
selanjutnya
dimanfaatkan
untuk
memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Pembelajaran a. Metode Discovery Menurut Sund, yang dikutip Roestyah N. K. (2001 : 20) dicovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental
tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Menurut Carl J. Wenning dalam jurnal internasional “Levels of inquiry” (2004:3) “Discovery learning is perhaps the most fundamental form of inquiry-oriented learning. The focus of discovery learning is not on finding applications for knowledge but, rather, on constructing meaning or knowledge from experiences. As such, discovery learning employs reflection as the key to understanding. (Pembelajaran discovery merupakan bentuk paling dasar dari inquiry. Focus dari pembelajaran discovery tidaklah terpancang pada aplikasi pengetahuan saja, tetapi lebih diartikan untuk membangun pengetahuan dari pengalaman. Sedemikian rupa sehingga pembelajaran discovery merupakan kunci dari pemahaman).” Cara belajar dengan metode discovery menurut E. Mulyasa (2005:110), menempuh langkah-langkah berikut : 1) Adanya masalah yang akan dipecahkan 2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik 3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas. 4) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan. 5) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar. 6) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data. 7) Garu harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data informasi yang diperlukan peserta didik Adapun keunggulan teknik discovery yang dirangkum menurut pendapat Roestiyah N.K (2001:20-21) adalah : 1). Teknik
ini
mampu
membantu
siswa
untuk
mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif / pengenalan siswa. 2). Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3). Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. 4). Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5). Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6). Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7). Strategi ini berpusat pada diri siswea tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja. Sedangkan kelemahannya antara lain : 1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadan sekitarnya dengan baik. 2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. 4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan
proses
pengertian
saja,
kurang
memperhatikan
perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 5) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. b. Metode Inquiry dibentuk
Inquiry
dan
meliputi
discovery,
karena
siswa
harus
menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi Inquiry adalah perluasan proses-proses discovery yang digunakan dengan cara yang lebih dewasa.
inquiry
tingkatannya.
mengandung
Misalnya,
proses–proses
merumuskan
mental
problem,
yang
mendesain
lebih
tinggi
eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menaarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Dalam jurnal internasional
(Randy L. Bell, dkk, 2005:1) dipaparkan
penggambaran oleh The National Science Education Standards bahwa “inquiry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
instruction as involving students in a form of active learning that emphasizes questioning, data analysis, and critical thinking. (Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang menyertakan siswa untuk aktif dalam proses belajar yang menekankan pada tanya jawab, analisa data, dan kritis berfikir).” Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005 : 109) mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut : 1) Inquiry terbimbing (Guide inquiry ) Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. 2) Inquiry bebas (free inquiry) Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertantu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data dan pengevaluasi proses. 3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Adapun keunggulan teknik inquiry dirangkum dari pendapat (Roestiyah N.K,2001:76-77) sebagai berikut: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa. 2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk intuitif dan merumuskan hipotesis sendiri. 5) Memberi kepuasan yaang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa daripada cara-cara belajar yang tradisional. 9) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.. Sedangkan kelemahannya adalah : 1) Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua tingkatan kelas 2) Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya. 3) Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek afektif. 4) Memerlukan banyak waktu. (Slameto, 1991:117) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan discoveryinquiry, dalam proses menemukaan (discovery), siswa menggunakan proses – poses mentalnya untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental ini, antara lain: mengamati, menggolong-golongkan, mengukur, membuat dugaan, dan sebagainya.
Dalam proses menyelidiki (inquiry), siswa mungkin
menggunakaan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip, ditambah proses-proses mental lain yang memberikan ciri-ciri seorang dewasa yang sudah matang. Moh. Amin (1988: 23) menguraikan tentang tujuh jenis discoveryinquiry yang dapat diikuti sebagai berikut : 1) Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. 2) Modified Discovery-Inquiry Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3) Free Inquiry Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan. 4) Invitation Into Inquiry Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : a) merancang eksperimen b) merumuskan hipotesis c) menetapkan control d) menentukan sebab akibat e) menginterpretasi data f) membuat grafik 5) Inquiry Role Approach Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut: a) koodinator tim b) penasihat teknis c) pencatat data d) evaluator proses e) Pictorial Riddle Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu. 6) Synectics Lesson Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c. Discovery Inquiry Terbimbing Istilah discovery-inquiry terbimbing
digunakan
apabila
kegiatan
discovery-inquiry guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Menurut Rini Budiharti (1998 : 54-55), pada umumnya suatu guided discovery-inquiry Laboratorium Lesson terdiri dari: 1) Pernyataan Problem Problem untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa. 2) Kelas atau semester Menunjukkan tingkat siswa yang akan diberi pelajaran. 3) Konsep atau prinsip yang diberikan Konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan harus ditulis dengan jelas dan tepat 4) Alat atau bahan Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan. 5) Diskusi pengarahan Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa ( kelas) untuk mendiskusikan sebelum siswa melakukan kegiatan discovery-inquiry. 6) Kegiatan metode penemuan oleh siswa Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsepkonsep dengan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. 7) Proses berpikir kritis dalam ilmiah Proses berpikir kritis dan ilmiah harus ditulis dan dijelaskan untuk menunjukkan kepada guru lain tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung. 8) Pertanyaan yang bersifat open ended Pertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan atau percobaan yang dapat dilakukan oleh siswa. 9) Catatan guru Catatan guru berupa catatan untuk guru lain yang meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
a) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan atau pelajaran. b) Isi materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan c) Faktor-faktor atau variabel-veriabel yang dapat mempengaruhi hasilhasilnya terutama penting sekali apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal ). Keunggulan discovery inquiry terbimbing di laboratorium adalah : 1) Membantu berpikir siswa terutama dalam memproses bermacam-macam keterangan. 2) Siswa memperoleh penemuan-penemuan tentang konsep-konsep dasar dan ide-ide yang baik. 3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 4) Mendorong siswa berpikir open-ended sehingga memberikan kepuasan intrinsik. 5) Membantu sikap-sikap obyektif dan jujur. 6) Memberikan kesempatan siswa untuk mengakomodasi dan mengasimilasi informasi. Adapun kelemahan discovery inquiry terbimbing di laboratorium adalah: 1) Apabila sekolah dalam memiliki perlengkapan laboratorium, maka pengunaan metode ini mengalami kesulitan. 2) Relatif memakan waktu yang banyak dan sering lebih memakan waktu lebih dari satu sesi. 3) Membutuhkan guru yang mempunyai kreatifitas tinggi. 4) Membuat bahan pelajaran menjadi kabur dan kacau, terutama kalau PBM kurang . (Moh. Amien, 1988:139-140) d. Discovery Inquiry Bebas yang Dimodifikasi Metode ini berlainan dengan dicovery-inquiry terbimbing, di mana guru hanya memberikan problem saja kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem tersebut melalui pengamatan eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Dalam metode ini siswa didorong untuk memecahkan problem-problem dalam kerja kelompok atau perorangan. Guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat berpikir dengan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Misalnya guru harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan. Guru dalam hal ini dituntut untuk tidak merampok kesempatan siswa untuk berbuat dan berpikir lebih kreatif. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Fisika di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi yang menggunakan “discoveryinquiry” dapat lebih mengembangkan sifat menyelidiki pada diri siswa. Di lain pihak pembelajaran menggunakan “discovery-inquiry” akan menciptakan pembelajaran yang student centered bukan lagi teacher centered. Bila yang terjadi sebaliknya, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak bermakna. Dengan demikian harapan mewujudkan siswa menjadi manusia seutuhnya akan mendapat peluang yang besar mewujudkannya bila proses pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan semisal “discovery-inquiry”. Hal itu memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi dari setiap guru-guru IPA atau guru Fisika
4. Minat Belajar a. Arti Minat Belajar Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu ( Winkel, 1996 : 188 ). Hilgrad memberikan rumusan minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan ( Slameto, 1995 : 57 ). Berbeda dengan Winkel dan Hilgrad, dikemukakn bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar ( Kurt Singer, 1987 : 78 ). Dari beberapa pendapat mengenai pengertian minat belajar yang tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar timbul karena adanya perhatian, oleh karena itu untuk menimbulkan minat belajar sebaiknya harus menimbulkan perhatiannya pada materi tertentu. Seorang peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh- sungguh bila ia tidak berminat pada materi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika Untuk itu perlu diperhatikan pula unsur- unsur yang berperan dalam mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang antara lain disebutkan sebagai berikut: 1) Perhatian Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu obyek pelajaran atau dikatakan sebagai banyak sediitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2005: 45). Seseorang yang menaruh minat terhadap seuatu hal biasanya akan mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan. 2) Perasaan Perasaan dibedakan menjadi perasaan senang dan perasaan tidak senang. Perasaan senang merupakan ungkapan menyukai terhadap sesuatu hal. Perasaan ini merupakan perasaan tanggapan yang mempunyai makna perasaan yang mengiri apabila kita menganggap suatu keadaan (Agus Sujanto, 2004: 77). Perasaan tanggapan menimbulkan keinginan untuk mengadakan interaksi dengan hal yang disenanginya. Dapat dikatakan perasaan senang menimbulkan minat terhadap sesuatu hal sedang perasaan tidak senang berperan sebaliknya yaitu menurunkan minat. 3) Konsentrasi Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar (Sardiman, 2005: 40). Konsentrasi adalah pemusatan perhatian secara menyeluruh terhadap sesuatu hal. Adanya konsentrasi menunjukkan bahwa seseorang dikatakan berminat pada sesuatu hal. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan. 4) Kesadaran dan Kemauan Apabila seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak melaksanakan putusan itu (Sardiman, 2005: 89). Adanya kesadaran dan kemauan untuk berbuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
atau melakukan sesuatu hal menandakan minat seseorang. Karena adanya kesadaran maka timbul keingintahuan dan kemauan untuk melakukan sesuatu. Agar dapat menarik minat belajar siswa diperlukan beberapa teknik antara lain merasionalkan apa yang masih menjadi perhatian ataupun menjelaskan esensi isi/ materi pelajaran yang telah didiskusikan. Dalam kegiatan belajarmengajar, seorang guru berupaya membangkitkan minat dengan menerapkan sebanyak mungkin teknik dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu yang merupakan faktor penting untuk menumbuhan minat siswa. Kondisi-kondisi tersebut antara lain disebutkan sebagai beriut: Merangkum dari pendapat Kurt Singer (1987 : 92) tentang persyaratan penting yang mempengaruhi minat belajar meliputi: 1) Pelajaran yang menari perhatian jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata. 2) Pelajaran menarik harus mempertimbangkan minat pribadi peserta didik. 3) Pelajaran akan lebih menarik bagi peserta didik jika mereka memberi kesempatan untuk giat dan mandiri. 4) Minat peserta didik akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa yang dipelajari itu dapat mencapai tujuan tertentu. Crow mengatakan bahwa minat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Faktor-faktor dari dalam, kebutuhan dapat berupa kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan fisik, kebutuhan untuk mempertahankan diri, dll. 2) Faktor motif sosial, yaitu faktor yang dapat membangkitkan minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas demi kebutuhan sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
3) Faktor-faktor emosional yaitu faktor emosi, perasaan yang erat dengan minat terhadap obyek tertentu. Suatu aktivitas yang berhubungan dengan obyek tertentu kemudian dapat menimbulkan perasaan tertarik dan senang. (Abdul Rahman Abror, 1981 : 169). Berdasakan pendapat-pendapat yang disampaikan di atas mengenai sesuatu yang berkaitan dengan minat, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa yaitu: 1) Faktor yang berasal dari dalam siswa 2) Faktor yang berasal dari lingkungan termasuk budaya 3) Faktor motif sosial dari masyarakat 4) Faktor emosional yang berupa perasaan yang dapat menimbulkan adanya minat belajar. c. Cara Mengetahui Minat Belajar Ada empat cara untuk mengukur minat yaitu metode observasi, kuesioner, interview, dan inventori. Pengukuran minat dengan menggunakan metode observasi dapat dilakukan dengan mengamati minat seseorang dalam kehidupan nyata. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Pada metode kuesioner, daftar-daftar berupa pertanyaan tentang minat diajukan kepada responden untuk dijawab dengan menuliskan persyaratan. Metode berikutnya yaitu metode interview dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden. Selanjutnya metode yang terakhir yaitu metode inventori adalah metode penguuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner hanya saja responden memberi jawaban dengan memberi tanda lingkaran, menyilang, atau tanda lain
yang berupa jawaban singkat dari
pertanyaan lengkap.
5. Kemampuan Kognitif Kognitif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk pemikiran, kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau bentuk usaha untuk mencapai sesuatu melalui pengalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sendiri, serta suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang untuk memperoleh hasil yang berupa pengetahuan. Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan kognitif, mustahil siswa dapat memahami manfaat dan menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Adapun taksonomi atau klasifikasi kemampuan kognitif menurut Bloom dan kawan-kawannya adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge) Kemampuan kognitif mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang diketahui. b. Pemahaman (comprehension) Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. c. Penerapan (application) Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. d. Analisis (analysis) Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponenkomponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
e. Sintesis (synthesis) Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan atau konsep. f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan kognitif mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama pertanggungjawaban pendapat tersebut
yang berdasarkan kriteria tertentu, kemampuan ini
dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori-kategori dalam kemampuan kognitif disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin menjadi bersifat kompleks, mulai dari yang tingkatan pertama sampai dengan yang terakhir (enam tingkatan), dan dalam penguasaan tiap tingkatannya itu disesuaikan dengan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.
6. Pokok Bahasan Kalor a. Pengertian Kalor Kalor bukn zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1 kalori = 4,2 joule 1 joule = 0,24 kalori Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan. Kalor juga dapat berpindah dari suhu rendah ke suhu yang lebih tinggi jika dibantu dengan alat yaitu mesin pendingin. Besarnya kalor (Q) yang diperlukan oleh suatu benda sebanding dengan massa benda (m), bergantung pada kalor jenis (c), dan sebanding dengan perubahan suhu (Δt). Secara matematis dapat dituliskan : Q = m c t
commit to user
(1)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Dimana satuan massa benda dalam SI adalah (gram atau kilogram), kalor jenis (kal g-1oC-1 atau joule kg-1k-1), dan perubahan suhu (oC atau k)
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat sehingga suhunya naik sebesar 10C. Secara matematis kalor jenis suatu zat dapat dituliskan :
c
Q m Δt
(2)
Sedangkan kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu benda sehingga suhunya naik 10C. Secara matematis kapasitas kalor dapat dituliskan : C=mc
(3)
Karena : Q = m c Δt
maka
Q = C Δt
(4)
Dimana C adalah kapasitas kalor benda dengan satuan (J/0C) dan Δt adalah kenaikan suhu dengan satuan (0C). Sedangka Δ adalah delta yang berarti pengurangan sehingga: Δt = t1 – t0 dengan t1 adalah suhu akhir setelah diberi kalor dan t0 adalah suhu mula-mula sebelum diberi kalor. Teguh-Sugiyarto (2008 :102)
c. Perubahan Wujud Zat Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan dalam skema berikut:
Gambar 2.3 Skema Perubahan Wujud Zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Keterangan: 1 = mencair / melebur
4 = mengembun
2 = membeku
5 = menyublim
3 = menguap
6 = mengkristal Anni Winarsih (2008:122)
1) Menguap Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan, antara lain: a) Memanaskan b) Memperluas permukaan zat cair c) Meniupkan udara di atas permkaan zat cair d) Mebgurangi tekanan Beberapa peristiwa penguapan, antara lain: a) Merebus air 100 0C. b) Menjemur pakaian basah menjadi kering. c) Penguapan gas freon dalam lemari es. d) Alkohol ataupun spiritus yang diteteskan pada kulit tangan dapat menguap. Teguh-Sugiyarto (2008 :102) 2) Mendidih Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi di seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas dalam zat.
Gambar 2.4 Panci Tekan (Pressure Cooker)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:
U
Q m
atau
Q=mU
Dimana Q adalah kalor yang diserap/dilepaskan dalam joule, m adalah massa zat dalam kg, dan U adalah kalor uap dalam joule/kg Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap. kalor uap = kalor embun titik didih = titik embun 3) Melebur Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut. L
Q m
atau
Q=mL
Dengan L adalah kalor lebur dalam satuan (joule/kilogram) Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku. kalor lebur = kalor beku titik lebur = titik beku Anni Winarsih (2008:126-131)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
d. Perpindahan Kalor Kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran. 1) Konduksi atau hantaran Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Konduktor Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik. Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll b) Isolator Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik. Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll 2) Konveksi atau aliran. Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Dapat dipahami peristiwa konveksi, antara lain: a) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal system pemanasan air, sistem aliran air panas. b) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
Gambar 2.5 Konveksi pada Zat Cair
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
3) Radiasi atau Pancaran Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai permukaan disebut termoskop diferensial. a) Dalam peristiwa radiasi, kalor berpindah dalam bentuk cahaya, karena cahaya dapat merambat dalam ruang hampa, maka kalor pun dapat merambat dalam ruang hampa; b) Radiasi kalor dapat dihalangi dengan cara memberikan tabir/ penutup yang dapat menghalangi cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya.
B. Kerangka Berpikir Pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, sehingga guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa, misalnya metode pembelajaran mana yang dipakai dalam menyajikan suatu bahan untuk memberi kesan positif dan dapat membantu kejelasan konsep pada diri siswa selama ini, sehingga dapat membantu meningkatkan minat siswa dalam belajar terutamanya pelajaran fisika yang bagi sebagian orang dikategorikan sebagai pelajaran yang sulit. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa sehingga melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan siswa. Dengan demikian, tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan kajian teori dan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh penggunaan metode mengajar dan minat belajar siswa. Metode pembelajaran fisika yang dicobakan dalam proses penelitian adalah metode discovery-Inquiry. Seperti yang telah diuraikan pada kajian teori sebelumnnya, maka dapat dikemukakan kerangka berfikir sebagai berikut: 1. Pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Melalui penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing, siswa dilatih secara perlahan untuk menemukan sendiri beberapa konsep atau pengetahuan melalui bimbingan dan pengarahan yang cukup luas dalam pelaksanaannya. Petunjuk dan pedoman-pedoman tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. Sehingga siswa dapat mengembangkan mental dan pola pikirnya secara bertahap. Penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi, siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban atas persoalan yang telah dirumuskan guru. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok maupun perseorangan. Dalam proses belajar guru hanya berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan sebatas yang diperlukan. Dengan metode ini kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa dilatih dan dikembangkan. Penggunaan metode mengajar yang berbeda dimungkinkan akan memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam mempelajari Fisika bagi siswa. Kedua metode discovery-inquiry dalam pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diduga bahwa metode discovery-inquiry terbimbing akan memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa daripada metode discovery-inquiry bebas termodifikasi karena melihat karakteristik siswa SMP yang belum berpengalaman dalam pembelajaran yang menggunakan metode discovery-inquiry. Sehingga diperlukan tahapan untuk membiasakan siswa melakukan penemuan tentang konsep secara mandiri. 2. Pengaruh antara minat belajar kuat dan lemah terhadap kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan teori, dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang meliputi faktor luar dan faktor dalam. Minat belajar siswa merupakan bagian dari faktor dalam diri siswa. Minat belajar siswa berkaitan dengan dorongan diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan minat belajar yang tinggi tentu akan menimbulkan dampak terhadap naiknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
kemampuan kognitif siswa. Sebaliknya jika minat belajar siswa rendah, maka akan mengakibatkan kemampuan kognitif siswa juga menurun. Dengan demikian, minat belajar siswa juga turut mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu minat belajar tinggi dan rendah. Diperkirakan melalui minat belajar yang tinggi kemampuan kognitif cenderung lebih meningkat dari kemampuan kognitif semula dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3. Interaksi antara pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry dengan minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa. Telah diuraikan pada pemikiran sebelumnya bahwa penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan kognitif siswa. Demikian pula dengan pengelompokan kategori minat belajar siswa tinggi dan rendah yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Apabila faktor penggunaan metode pembelajaran tersebut berinteraksi dengan faktor tingkatan minat belajar siswa, maka interaksi pun akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa. Sehingga terdapat empat interaksi yaitu antara metode discovery-inquiry terbimbing dengan minat belajar tinggi, metode discovery-inquiry terbimbing dengan minat belajar rendah, metode discovery-inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar tinggi, dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar rendah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa interaksi antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dengan minat belajar siswa kategori tinggi akan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa. Secara sederhana kerangka berfikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Minat belajar tinggi
Kelas eksperiment
Metode Discovery -Inquiry Terbimbing Minat belajar rendah
S a m p e l
Kemampuan awal sama
Kemampuan akhir kognitif siswa
Minat belajar tinggi
Metode Discovery -Inquiry bebas temodifikasi
Kelas kontrol
Minat belajar rendah
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing
(A1)
dan
penggunaan
metode
discovery-inquiry
bebas
termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. 2. Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. 3. Ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta kelas VII semester 2 tahun ajaran 2009/2010. Pada Semester Genap mulai bulan Februari sampai dengan Maret Tahun Akademik 2009/2010. Pemilihan sekolah tersebut dengan pertimbangan bahwa lokasinya yang cukup strategis menurut peneliti. Selain lokasinya cukup dekat, fasilitas yang dimiliki sekolah juga mendukung pelaksanaan penelitian serta faktor-faktor lain yang mendukung. Sedangkan pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal materi yang telah disesuaikan dengan kurikulum.
B. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode eksperimen desain faktorial A x B dengan sampel acak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan uji t dua pihak digunakan untuk uji kemampuan kedua kelompok sehingga diperoleh keadaan awal yang sama. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan metode discovery-inquiry termodifikasi. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok dites kemampuan kognitifnya dengan alat tes yang sama. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Fatorial 2 x 2 Metode Pembelajaran (A)
A B
discovery-inquiry
Discovery-inquiry
terbimbing (A1)
termodifikasi (A2)
Minat Belajar
Tinggi (B1)
A1 B1
A2 B 1
Fisika Siswa (B)
Rendah (B2)
A1 B2
A2 B 2
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Setelah pengajaran diberi tes untuk mengetaui kemampuan akhir kognitif siswa sebagai hasil dari pembelajaran.
C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas yaitu dari kelas VII A sampai kelas VII E dengan jumlah 175 siswa. Peneliti tidak meneliti semua populasi, melainkan hanya mengambil dua kelas sebagai sampel. Pengambilan sampel dipilih dengan teknik cluster random sampling yakni teknik pengambilan sampel penelitian secara acak dari populasi yang terdiri atas cluster-cluster tertentu, misalnya terdiri atas kelas-kelas. Sampel kemudian diuji kemampuan awalnya. Kemampuan awal yang digunakan adalah nilai ulangan Fisika siswa pada pokok bahasan pemuaian. Kemudian dua kelas yang terpilih dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen dipilih kelas VII A sedangkan untuk kelas kontrol dipilih kelas VII C.
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas a Metode Discovery-Inquiry 1) Definisi operasional Metode discovery-Inuqiry adalah cara menyajikan kegiatan belajar dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan menemukan konsep secara mandiri sehingga siswa mampu memperoleh kesadaran dan mengembangkan konsep dirinya menjadi lebih baik. 2) Indikator Tercapainya proses belajar sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang telah direncanakan. 3) Skala Pengukuran : nominal 4) Kategori : penggunaan metode discovery – inquiry terbimbing dan discovery - inquiry.bebas termodifikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
b Minat Belajar 1) Definisi operasional Minat Belajar Siswa adalah suatu kecenderungan yang menetap pada diri seseorang dan menyebabkan seseorang tersebut memberikan perhatian dengan rasa senang terhadap bidang studi fisika dalam proses pembelajaran. 2) Indikator: skor angket minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika pokok bahasan kalor. 3) Skala Pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal, 4) Kategori: terdiri dari dua kategori yaitu (a). Minat belajar siswa kategori tinggi, (b).Minat belajar siswa kategori rendah
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. a. Definisi operasional: kemampuan kognitif siswa adalah hasil usaha yang dicapai
siswa
setelah
melakukan
proses
pembelajaran,
sehingga
mengakibatkan perubahan kemampuan kognitifnya yang ditunjukkan pada nilai tes pokok bahasan kalor. b. Indikator
: nilai tes kemampuan kognitif siswa pokok bahasan kalor.
c. Skala pengukuran : Interval
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Dokumentasi Digunakan metode dokumentasi untuk mengetahui keadaan awal siswa terhadap mata pelajaran fisika. Dokumen keadaan awal siswa diambil dari nilai ulangan fisika siswa pada pokok bahasan pemuaian yang digunakan untuk menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2. Teknik Tes Pengumpulan data dengan teknik tes adalah dengan menggunakan tes yang telah dibuat penulis. Perangkat tes tersebut berupa tes objektif sejumlah 35 butir soal dengan alternatif empat jawaban dan sebelumnya telah dilakukan uji kualitatif oleh team ahli (dalam penelitian kali ini adalah dosen pembimbing) serta diuji cobakan secara kuantitatif untuk mengetahui daya pembeda, derajat kesukaran, fungsi distraktor, dan reliabilitas. Tes yang telah teruji tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pelaksanaan tes dilakukan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan
3. Teknik Angket Untuk mendapatkan data minat siswa terhadap pelajaran fisika digunakan metode angket. Angket terdiri dari pertanyaan-pernyataan yang mengandung kondisi mengenai minat belajar siswa yang terdiri dari 45 soal pilihan dengan 4 alternatif jawaban. Penilaian angket adalah: Untuk butir angket pertanyaan positif a. Jawaban SS nilai: 4 b. Jawaban S nilai: 3 c. Jawaban TS nilai: 2 d. Jawaban STS nilai: 1 Untuk butir angket pertanyaan negatif a. Jawaban SS nilai: 1 b. Jawaban S nilai: 2 c. Jawaban TS nilai: 3 d. Jawaban STS nilai: 4 Keterangan: a. SS
: Sangat Sesuai
b. S
: Sesuai
c. TS
: Tidak Sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
d. STS
: Sangat Tidak Sesuai Penggunaan empat alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghindari
banyaknya siswa yang lebih memilih alternatif jawaban tengah. Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan konsultan pendidikan yang berkompeten mengenai kelayakan angket tersebut. Apakah memenuhi syarat sebagai angket atau tidak.
F. Instrumen Penelitian Instrumen saat penelitian meliputi, Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing. Instrumen saat pengambilan data, yaitu angket minat siswa terhadap fisika dan tes kemampuan kognitif siswa dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum diteskan, angket minat belajar siswa terhadap fisika dan instrumen tes kemampuan kognitif harus diuji cobakan terlebih dahulu. 1.Instrumen Angket Angket minat siswa terhadap fisika digunakan untuk mengukur minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika. Langkah-langkah dalam pembuatan angket: a
Membuat kisi- kisi angket minat siswa dengan langkah- langkah: 1) Menyusun aspek dan indikator minat siswa. 2) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masingmasing indikator.
b Menyusun item sesuai dengan indikator c
Mengujicobakan terlebih dahulu angket minat siswa terhadap mata pelajaran fisika.
d Menghitung reliabilitas dan validitas angket. Untuk menghitung validitas dan reliabilitas angket digunakan rumus sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
a. Validitas Angket Untuk menguji validitas butir angket pada penelitian ini digunakan rumus korelasi produk moment sebagai berikut:
rxy
N XY X Y
N X
2
X . N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy = koefisien korelasi suatu butir atau item
X
= menyatakan nilai dari variabel X (Skor butir nomor tertentu).
Y = menyatakan nilai dari variabel Y (Skor subyek nomor tertentu). N = menyatakan jumlah subyek Σ = menyatakan sigma / jumlah nilai. Untuk rxy > rtabel maka soal valid sedangkan untuk rxy < rtabel maka soal invalid. Di mana untuk mencari rtabel dengan menggunakan inerpretasi db = N – nr. (Anas Sudijono, 2008:181) Tabel 3.2: Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket Kategori
Nomor Item
Jumlah
Ket.
40
Valid (-)
5
Invalid (+)
1, 2, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, rpbi > r tabel
16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
rpbi < r tabel
3, 4, 7, 21, 40
Keterangan : butir item yang valid dipakai, sedangkan butir item yang invalid tidak dipakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
b. Reliabilitas Angket Untuk pengujian reliabilitas angket dengan kemungkinan jawaban 1, 2, 3, dan 4 digunakan rumus koefisien alpha yang dinyatakan sebagai berikut: 2 n Si 1 r11 2 S t n 1
Keterangan: r11
= reliabilitas butir secara keseluruhan
n
= banyaknya butir pertanyaan
Si St
2
t
= jumlah varian butir = varians total
Si 2
St 2
X
X
2
2 i
i
N
N
X
X
2
2 t
t
N
N
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reabilitas angket (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 1) Apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reabilitasnya dinyatakan telah memiliki reabilitas tinggi (= reliable). 2) Apabila r11 < 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reabilitasnya dinyatakan belum memiliki reabilitas tinggi (un-reliable). (Anas Sudijono, 2008:208-209) Nilai realibilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,952 sehingga instrumen tes dapat dikategorikan memiliki nilai reliabilitas Tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
2. Instrumen Tes Metode tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif yang dicapai siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai data nilai prestasi belajar. Untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa maka perlu disusun instrumen terlebih dahulu untuk diujicobakan. Tes kognitif ini memuat tentang materi- materi yang memuat sub pokok bahasan kalor sebanyak 35 soal tes obyektif dengan empat alternatif jawaban. Sebelum tes dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes. Kemudian dikonsultasikan dengan pembimbing sebagai analisa kualitatif butir soal. Pengujian soal tes secara kualitatif diperoleh dengan menelaah butir tes untuk aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa hingga diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.3: Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal Kriteria
Butir Soal
Diterima
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 36,
Jumlah
%
34
76
37, 38, 39, 41, 44, 45 Direvisi
1, 2, 3, 15, 17, 19, 33, 34, 40, 42, 43
11
24
Ditolak
-
0
0
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 Langkah selanjutnya soal hasil analisa kualitatif kemudian diujicobakan. Pengujian soal tes secara kuantitatif dilakukan pada siswa kelas VII di sekolah yang dinilai memiliki prestasi yang sebanding dengan sekolah yang akan diteliti yaitu SMP Negeri 20 Surakarta. Hasil pengujian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Kegunaannya adalah untuk memilih butir soal yang baik dan memenuhi syarat- syarat daya pembeda, taraf kesukaran, validitas dan reliabilitas. Butir soal yang memenuhi syarat dapat digunakan sebagai instrumen dan yang tidak memenuhi tidak digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
a. Daya Pembeda Item Daya pembeda item adalah kemampuan sesuatu butir tes hasil belajar untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Untuk menentukan daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari nilai teratas sampai terbawah. Indeks pembeda (diskriminasi) berkisar antara 0,0 sampai 1,0 walaupun ada tanda positif dan negatif. D =-1,00
D = 0,00
Daya pembeda item bersifat negatif
Item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama
D = +1,00 Daya pembeda item bersifat positif
Gambar 3.1. Batasan Daya Pembeda D
BA BB PA PB JA JB
Dengan: J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelas atas JB = banyaknya peserta kelas bawah BA = banyaknya kelas atas menjawab soal itu benar BB = banyaknya kelas bawah menjawab soal itu benar
PA
BA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JA
PB
BB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Diskriminasi Item dan Interpretasinya Besarnya Angka
Klasifikasi
Interpretasi
Indeks Diskriminasi Item (D) Kurang dari 0,20
Butir
poor
item
yang
bersangkutan
daya
pembedanya lemah sekali (jelek) dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik 0,20- 0,40
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
satisfactory
daya pembeda yang cukup (sedang). 0,40- 0,70
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
good
daya pembeda yang baik. 0,70- 1,00
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
excellent
daya pembeda yang baik sekali. Bertanda negatif
Butir
–
item
yang
bersangkutan
daya
pembedanya negative (jelek sekali) (Anas Sudijono, 2008: 389) Tabel 3.5: Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda (D) Kategori D < 0,20 Jelek 0,20- 0,40 Sedang 0,40- 0,70 Baik 0,70- 1,00 Baik sekali Bertanda (-) Jelek sekali
Nomor Butir
Jumlah
Ket.
2, 10, 17, 20, 22, 23, 26, 36, 38, 41,
10
(+)
26
(-)
4, 5, 8, 19, 21, 27, 29, 42, 43
9
(-)
-
0
(-)
-
0
(+)
1, 3, 6, 7, 9, 11,12, 13, 14, 15,16, 18, 24, 25, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 44, 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b. Derajat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menunjukkan sukar atau mudah digunakan indeks kesukaran. Dalam istilah evaluasi indeks kesukaran diberi simbol p. Indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu sulit sedangkan indeks kesukaran 1,0 menunjukkan bahwa soal mudah. Indeks kesukaran dirumuskan sebagai berikut: P=
B JS
Dimana:
P = angka indeks kesukaran item B = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan benar JS = jumlah testee yang mengikuti tes hsil belajar
Interpretasi terhadap angka indek kesukaran item, Robeet L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya yang berjudul Measurement and Evaluation in Psycology and Education mengemukakan sebagai berikut: Tabel 3.6: Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya Besarnya P
Interpretasi
Kurang dari 0,30
Terlalu sukar
0,30-0,70
Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70
Terlalu mudah (Anas Sudijono, 2008:372)
Tabel 3.7: Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran Soal (p) Kategori Mudah P > 0.70
Nomor Item
Jumlah
20, 22, 23,
3
Ket. Tidak Baik (+)
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,13, 14, Sedang
15, 16, 18, 19, 21, 24, 25, 26, 27,28,
0.30 p 0.70
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
40
Baik (-)
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45 Sukar P < 0.30
10, 17,
commit to user
2
Tidak Baik (+)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Keterangan : ( + ) = tidak memenuhi kriteria item soal yang baik ( - ) = memenuhi kriteria item soal yang baik
c. Fungsi Distraktor Pada tes obyektif bentuk multiple choice, setiap butir itemnya yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban atau sering dikenal dengan istilah option atau alternatif. Dari kemungkinan-kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (= kunci jawaban); sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salh itulah yang biasa dikenal dengan istilah distraktor (= pengecoh). Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes Tabel 3.8: Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor. Kategori
Nomor Item
Jumlah
Ket.
37
(-)
8
(+)
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, ≥ 5%
14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 42, 43, 44, 45
< 5%
2, 20, 22, 23, 26, 36, 38, 41
d. Reliabilitas Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat akan dilakukan pengukuran lagi pada responden yang sama pada waktu yang berlainan. Reliabel tes hasil belajar diuji dengan KR- 20 yaitu: n p i q i r11 1 2 st n 1
Dengan; r11
= Koefisien reliabilitas tes
n
= Banyaknya butir item
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
1
= Bilangan konstan
St
2
= variansi total
pi
= proporsi testee yang menjawab benar pada butir ke- i
qi
= proporsi testee yang menjawab salah 1- pi (Anas Sudijono, 2008:252-253)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas instrumen tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 1) Apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reabilitas tinggi (= reliable). 2) Apabila r11 < 0,70 berarti tes angket yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reabilitas tinggi (un-reliable). Nilai realibilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,847. sehingga instrumen tes dapat dikategorikan memiliki nilai reliabilitas Tinggi.
e. Keputusan Analisis Soal Berdasarkan karakteristik daya pembeda, derajat kesukaran, dan fungsi distraktor yang telah dicari melalui teori tes klasik tersebut, maka dapat diambil keputusan item soal yang dipakai dan yang di buang. Lebih jelasnya disajikan dalam tabel 3.8 sebagai berikut: Tabel 3.9: Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes Klasik No.
Kriteria Item p.e
Keterangan
D
p
1
-
-
-
dipakai
2
+
-
+
ditolak
3
-
-
-
dipakai
4
-
-
-
dipakai
5
-
-
-
dipakai
6
-
-
-
dipakai
7
-
-
-
dipakai
8
-
-
-
dipakai
9
-
-
-
dipakai
10
+
+
-
ditolak
11
-
-
-
dipakai
12
-
-
-
dipakai
13
-
-
-
dipakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
14
-
-
-
dipakai
15
-
-
-
dipakai
16
-
-
-
dipakai
17
+
+
-
ditolak
18
-
-
-
dipakai
19
-
-
-
dipakai
20
+
+
+
ditolak
21
-
-
-
dipakai
22
+
+
+
ditolak
23
+
+
-
ditolak
24
-
-
-
dipakai
25
-
-
-
dipakai
26
+
-
+
ditolak
27
-
-
-
dipakai
28
-
-
-
dipakai
29
-
-
-
dipakai
30
-
-
-
dipakai
31
-
-
-
dipakai
32
-
-
-
dipakai
33
-
-
-
dipakai
34
-
-
-
dipakai
35
-
-
-
dipakai
36
+
-
+
ditolak
37
-
-
-
dipakai
38
+
-
+
ditolak
39
-
-
-
dipakai
40
-
-
-
dipakai
41
+
-
+
ditolak
42
-
-
-
dipakai
43
-
-
-
dipakai
44
-
-
-
dipakai
45
-
-
-
dipakai
Perhitungan secara lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran
G. Teknik Analisis Data 1. Penyajian Data Normalitas distribusi frekuensi nilai kognitif yang dimiliki, baik berupa data keadaan awal maupun data hasil penelitian disajikan dalam bentuk kurva yang diperoleh dengan menggunakan metode Chi kuadrat sebagai berikut: a. Rentang Kelas Merangkum dari Anas Sudijono (2008: 322-345) tentang pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes belajar menjadi standar dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok (Norm Reference Evaluation) > X + 2SD X + 1SD s.d X + 2SD X s.d X + 1SD X - 1SD s.d X X - 2SD s.d X -1SD < X - 2SD X : rerata keseluruhan
Keterangan:
SD : standar deviasi b. Distribusi Frekuensi Pembentukan kurva didasarkan pada pembandingan nilai frekuensi relatif hasil pengamatan dan frekuensi harapan sesuai dengan metode Chi kuadrat, dengan kurva yang dipilih adalah kurva berbentuk linier tipe XY (Scatter).
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti maka dicari dahulu kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan uji-t 2 ekor. Prosedur uji-t 2 ekor sebagai berikut : a. Hipotesis H0 : μ 1 μ 2
: tidak ada perbedaan keadaan awal antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. H1 : μ 1 μ 2
: ada perbedaan keadaan awal antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. b. Statistik Uji
x1 x 2
t=
s
1 1 n1 n 2 (Nana Sudjana,2005:239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Keterangan : x 1 : rata-rata kelompok eksperimen x 2 : rata-rata kelompok kontrol
n1 : cacah anggota kelompok eksperimen n2 : cacah anggota kelompok kontrol s2 : varians gabungan Kriteria : H0 diterima jika :-t tab < t hitung < t tab H1 ditolak jika : t hitung t tab atau t hitung t tab Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
3. Uji Prasyarat Analisis Untuk menguji hipotesis, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode liliefors adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan rumus : Z1 =
X1 X dengan X rerata dan SD simpangan baku. SD
2) Data dari sampel kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian dihitung peluang F( Zi ) = P ( Z Zi ). 4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek dengan subyek n yaitu n
S Z i
i 1
fi
n
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Keterangan : fi : cacah Z dimana Z Zi n : cacah semua observasi n 5) Statistik uji
L obs Max FZ i SZ i 6) Daerah kritik DK = L L obs L α,n
7) Keputusan uji Jika Lobs < Ltabel maka hipotesis H0 diterima. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Budiyono, 2004 :170) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sample berasal dari populasi yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett yang prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : σ12 σ 22 σ 32 σ 24 (sampel homogen) H1 : σ12 σ 22 σ 32 σ 24 (paling sedikit terdapat satu variansi yang berbeda atau sampel tidak homogen) 2) Statistik uji χ2
2,303 f log RK G f j log S 2j c
Keterangan : f
:
derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N :
banyaknya seluruh nilai
k :
cacah sampel
fj :
derajat kebebasan untuk Sj2= nj – 1; j=1,2,….,k
nj :
cacah pengukuran pada sampel ke-j
c
= 1
1 1 1 3k 1 fj f
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
SS RKG = rataan kuadrat galat = f
Σx n 2
j
; SS j Σx j
2
j
nj
j
1 S j
2
3) Daerah Kritik
2 DK = χ 2 χ 2 χ αj; k 1
4) Keputusan Uji Jika χ 2hitung < χ 2j: k -1, maka kedua populasi homogen.
4. Pengujian Hipotesis a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Anava digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi terhadap variabel terikat. 1) Model Xijk = = i + j + ij +
ijk
(Budiyono, 2004 : 228) Keterangan Xijk :
observasi pada subyek ke-k dibawah faktor A kategori ke-i faktor B kategori ke-j
:
rerata besar
i
:
efek faktor A kategori i
j
:
efek faktor B kategori j
ij :
ijk
interaksi faktor A dan B : kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal
i = 1,2,3,....,p ; p : cacah kategori A j = 1,2,3,....,q ; q : cacah kategori B k = 1,2,3,....,n ; n : cacah kategori pengamatan setiap sel 2) Hipotesis a) H01 : i = 0 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry tebimbing dengan metode discovery-inquiry bebas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. H11:i≠0 Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry tebimbing dengan metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. b) Ho2:j=0: Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa H12:j≠0 Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. c) Ho12:()ij=0 Ada interaksi pengaruh antara tingkatan minat belajar siswa
dengan
penggunaan
metode
discovery-inquiry
pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. H112:()ij≠0 Tidak ada interaksi pengaruh antara tingkatan minat belajar siswa dengan penggunaan metode discovery-inquiry pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa. 3) Komputasi Keterangan A : penerapan pengajaran dengan menggunakan metode DiscoveryInquiry B : minat belajar siswa A1 : metode Discovery-Inquiry terbimbing A2 : metode Discovery-Inquiry bebas yang dimodifikasi B1 : minat belajar siswa tinggi B2 : minat belajar siswa rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tabel 3.10. Persiapan Uji Anava Dua Jalan B B1
B2
Total
A1
A1B1
A1B2
A’1
A2
A2B1
A2B2
A’2
Total
B’1
B’2
G
A
4) Komponen jumlah kuadrat a) =
G' 2 pq
b) =
SS
X C dan C
2
ij
i, j
c) =
d) = e) =
A
dengan SS ij X ijk
2
k
2 i
i
q
B
2 i
i
p
A' B'
2 ij
ij
5) Jumlah kuadrat JKA
= nh 3 1
JKB
= nh 4 1
JKAB = nh 5 4 3 1
SS
JKG
=
JKT
= nh 5 1 SS ij
ij
6) Derajat kebebasan dkA
=
p –1
dkB
=
q –1
dkAB
=
(p –1)(q –1)
commit to user
ijk
n ijk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dkG
=
pq (N –1)
dkT
=
Npq –1 = N – 1
7) Rerata Kuadrat RKA
=
JKA/ dkA
RKB
=
JKB / dkB
RKAB
=
JKAB / dkAB
RKG
=
JKG / dkG
8) Statistik Uji FA
= RKA/ RKG
FB
= RKB/ RKG
FAB = RKAB/ RKG 9) Daerah Kritik DKA = FA > F;q-1,N-pq DKB = FB > F;q-1,N-pq DKAB= FAB > F;(p-1)(q-1),N-pq 10) Keputusan uji H01 ditolak jika Fa > F;q-1,N-pq H02 ditolak jika Fb > F;q-1,N-pq H03 ditolak jika Fab > F;(p-1)(q-1),N-pq 11) Rangkuman ANAVA Tabel 3.11. Rangkuman Anava Sumber Variansi
JK
dk
RK
F
P
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
FA
> α atau<α
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
FB
> α atau<α
(AB)
JKAB
(p-1)(q-1)
RKAB
FAB
Kesalahan
JKG
N-pq
RKG
-
Total
JkT
N-1
Efek Utama
Interaksi
commit to user
> α atau<α
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
b. Uji Lanjut Anava Uji lanjut anava digunakan uji komparasi ganda scheffe. Uji ini untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel, langkah-langkah dalam menggunakan metode scheffe. 1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata 2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. 3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j Fi j
x
xj
2
i
1 1 RK G n i nj
b) Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j Fi j
x
xj
2
i
1 1 RK G n i nj
c) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel kj Fij kj
x
x kj
2
ij
1 1 RK G n ij n kj
d) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel ik Fijik
x
x ik
2
ij
1 1 RK G n ij n ik
4) Menentukan tingkat signifikansi () 5) Menentukan DK dengan rumus sebagai berikut :
= F F (q 1)F = F F (pq 1)F
a) DKi-j = Fi j Fi j (p q)Fα:p1, N pq b) DKi-j
c) DKij-kj
i j
i j
ij kj
α:q 1, N pq
ij kj
α:pq 1, N pq
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
d) DKij-ik = Fijik Fijik (p q)Fα:pq 1, N pq
6) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda) 7) Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasangan komparasi rerata. (Budiyono, 2004 : 228)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian dilaksanakan di SMP N 16 Surakarta dengan menggunakan dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas adalah penggunaan metode discovery – inquiry terbimbing dan metode discovery inquiry.bebas termodifikasi serta minat belajar siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Jumlah kelas yang digunakan adalah 2 kelas yaitu kelas VII C yang terdiri dari 35 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelas kontrol, secara keseluruhan terdapat 70 siswa. Data yang diperoleh adalah hasil dokumentasi nilai ulangan siswa pada pokok bahasan pemuaian sebagai data keadaan awal siswa, skor angket dan nilai hasil tes pokok bahasan kalor setelah diberi perlakuan. Secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa Data nilai keadaan awal siswa diambil dari nilai ulangan Fisika pada pokok bahasan pemuaian. Deskripsi nilai kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Ukuran Tendensi Sentral
Ukuran Dispersi
Rerata (X )
Median (Me)
Min
Max
Jangkauan (J)
Eksperimen
60,49
60
45
80
35
Standar Deviasi (SD) 9,886
Kontrol
59,71
63
43
80
37
10,815
Kelompok
Nilai
Kriteria normalitas distribusi frekuensi keadaan awal siswa kelompok eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
63 Tabel 4.2. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Frekuensi Relatif
Harapan
(%)
(%)
0
0
0
(70,34 – 80,25)
5
14
15
(60,49 – 70,34)
10
29
35
(50,61 – 60,49)
12
34
35
(40,73 – 50,61)
8
23
15
( < 40,73)
0
0
0
Rentang
Mutlak
( >80,25)
: frekuensi harapan : frekuensi hasil penelitian
23% 40,73
34% 50,61
29% 60,49
14% 70,34
80,25
Gambar 4.1. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen . Kriteria normalitas distribusi frekuensi keadaan awal siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Frekuensi Relatif
Harapan
(%)
(%)
0
0
0
(70,52 - 81,33)
5
14
15
(59,71 - 70,52)
13
37
35
(48,90 - 59,71)
10
29
35
(38,09 - 48,90)
7
20
15
( < 38,09 )
0
0
0
Rentang
Mutlak
( > 81,33)
: frekuensi harapan : frekuensi hasil penelitian
20% 38,09
29% 48,90
37% 59,71
14% 70,52
81,33
Gambar 4.2. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol 2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa Data tingkat minat belajar siswa diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa tentang minat siswa dalam belajar Fisika. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah. Siswa dikatakan memiliki minat belajar Fisika kategori tinggi apabila skornya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
lebih dari atau sama dengan median gabungan dari kedua kelas, sedangkan siswa dikatakan memiliki minat belajar fisika kategori rendah apabila skornya kurang dari median gabungan kedua kelas. . Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi. Deskripsi perolehan nilai angket kedua kelas yaitu: Tabel 4.4. Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol Ukuran Tendensi Sentral Kelompok
Ukuran Dispersi Nilai
Rerata (X )
Median (Me)
Min
Max
Standar Deviasi (SD)
Eksperimen
140,8
140
102
170
16,4
Kontrol
131,6
137
92
155
16,8
Rata-rata gabungan minat belajar
136,2
Median gabungan minat belajar
138,5
Sehingga siswa yang memiliki skor minat belajar Fisika lebih dari atau sama dengan 138,5 maka termasuk kategori tinggi, sedangkan siswa yang memiliki skor kurang dari 138,5 termasuk kategori rendah. (lampiran). 3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Deskripsi nilai kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.5. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran). Tabel 4.5. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol Ukuran Tendensi Sentral Kelompok
Eksperimen
Ukuran Dispersi Nilai
Rerata (X )
Median (Me)
Min
Max
Jangkauan (J)
62,63
63
37
83
46
commit to user
Standar Deviasi (SD) 11,13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Kontrol
59,60
60
31
86
55
15,56
Kriteria normalitas distribusi frekuensi kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen ditunjukkan tabel 4.6 Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Frekuensi Rentang
Mutlak
Relatif
Harapan
(%)
(%)
(> 84,89)
0
0
0
(73,76 – 84,89)
5
14
15
(62,63 – 73,76)
15
43
35
(51,50 – 62,63)
8
23
35
(40,37 – 51,50)
6
17
15
(< 40,37)
1
3
0
: frekuensi harapan : frekuensi hasil penelitian
3%
17% 40,37
23%
51,50
43% 62,63
14% 73,76
84,89
Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen Kriteria normalitas distribusi frekuensi kemampuan kognitif siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Frekuensi Rentang
Mutlak
Relatif
Harapan
(%)
(%)
(> 90,70)
0
0
0
(75,15 – 90,70)
8
23
15
(59,60 – 75,15)
10
29
35
(44,05 – 59,60)
9
26
35
(28,50 – 44,05)
8
23
15
(<28,50)
0
0
0
: frekuensi harapan : frekuensi hasil penelitian
23% 28,50
44,05
29%
26% 59,60
23% 75,15
90,70
Gambar 4.4. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol B. Hasil Analisis Data 1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian adalah nilai ulangan siswa pada pokok bahasan pemuaian. Uji kesamaan keadaan awal dilakukan dengan menggunakan rumus uji t-dua pihak. Sebelum dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Uji-t dua pihak terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan Homogenitas. Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan rumus lilliefors diperoleh hasil: a. Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,09 dan harga kritik L0,05;
35
= 0,15. Karena Lobs < L0,05;35, maka dapat dikatakan bahwa
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lampiran ) b. Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0.09 dan harga kritik L0.05;35 = 0,15 atau (Lobs < L0.05;35), yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lampiran ) Hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlett untuk sampel kelas 2 eksperimen dan kontrol diperoleh harga hitung 0,34 . Harga ini tidak melebihi
2 harga tabel = 3,84 untuk dk =1 dan taraf signifikansi 5 %, yang berarti sampel
berasal dari populasi yang homogen. (lampiran ) Uji kesamaan keadaan awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keadaan awal yang sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga ttabel = 1,99 dengan db = (35+35-2) = 68 dan taraf signifikansi 5 % dan dari hasil perhitungan uji t didapatkan thitung = 0,03 sehingga - ttabel = -1,99 < thitung =0,03 < ttabel = 1,99 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara keadaan awal kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. 2. Uji Prasyarat Analisis Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai postes kemampuan kognitif pada pokok bahasan kalor. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara Lobs dan Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sample berasal dari populasi berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs>Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,06 dan harga kritik L0.05; 35= 0,15. Karena Lobs tidak melebihi harga Ltabel (L0.05; 35) maka dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran) 2) Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,09 dan harga kritik L0.05; 35 = 0,15. Karena Lobs < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Bartlett. Dari hasil perhitungan diperoleh 2 2 hitung 3,69 . Apabila dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5%
2 diperoleh 02.05;1 = 3,84. Karena hitung 02.05;1 atau 3,69 < 3,84 maka dapat
dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.(Lampiran) 3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Analisis Variansi Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas. Pertama adalah metode discovery – inquiry terbimbing dan discovery – inquiry yang dimodifikasi. Kedua adalah minat belajar siswa yang dibedakan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Untuk variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Hasil Anava dua jalan isi sel tak sama terhadap kemampuan kognitif siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode pembelajaran dan kemampuan pemahaman konsep siswa disajikan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel Tak Sama. Sumber Variansi Efek Utama
JK
dk
RK
Fobs
Fα
P
A (Baris)
59,20
1
59,20
0,32
3,99
> 0.05
B (Kolom)
7410,74
1
7410,74
40,57
3,99
< 0.05
Interaksi (AB) Ralat Total
369,34 12056,68 19895,97
1 66 69
369,34 182,68
2,02
3,99
> 0.05
Keputusan uji: Berdasarkan tabel 4.8. dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1) Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor, sebab Fhitung = 0,32 < Ftabel = 3,99. (Lampiran ) 2) Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor, sebab Fhitung= 40,57 > Ftabel = 3,99. (Lampiran ) 3) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor, sebab Fhitung = 2,02 < Ftabel = 3,99. (Lampiran ) b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan antar rerata pada Anava, maka dilakukan uji komparasi ganda antar kolom dan antar baris dengan metode scheffe, dengan rangkuman komparasi ganda sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.9. Rangkuman Komparasi Ganda Rerata
Komparasi Ganda B1 vs B2
Statistik
Harga
Uji
Kritik
1
2
(F)
0,05
70,74
49,69
42,48
3,99
P
kesimpulan
<0,05
B1 > B2
Perhitungan uji uji komparasi ganda selengkapnya terdapat pada lampiran. Keputusan uji: Berdasarkan tabel 4.9. dapat disimpulkan hasil uji coba rerata yaitu: FB12 = 42,69 > F0.05; 1.66 = 3,99 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (minat belajar tinggi) dengan baris B2 (minat belajar rendah) terhadap kemampuan kognitif siswa. (Lampiran ) C. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan analisis variansi dan Uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal sebagai hasil penelitian: 1. Uji Hipotesis Pertama H 0A :i 0
Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry
bebas
termodifikasi
(A2)
terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor
H 0A :i 0 :
Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discoveryinquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan
metode
discovery-inquiry
discovery-inquiry
bebas
termodifikasi
melalui (A2)
sistem terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor Hasil penelitian setelah diuji anava
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
didapatkan nilai FA12 = 2,02 lebih kecil dari F0,05;1.66 = 3,99. Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa perbedaan rerata kemampuan kognitif siswa antara penggunaan
metode
discovery-inquiry
melalui
sistem
discovery-inquiry
terbimbing dan penggunaan metode discovery-incuiry melalui sistem discoveryinquiry bebas termodifikasi tidak signifikan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing menghasilkan kemampuan kognitif yang hampir sama dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi. Berbeda dengan hasil penelitian relevan yang digunakan sebagai referensi oleh peneliti. Dalam penelitian yang relevan diperoleh hasil bahwa penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi memberikan pengaruh yang lebih baik teradap kemampuan analisis kognitif daripada pendekatan discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan pada penelitian yang lain menyatakan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dari perbedaan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memiliki kecocokan yang berbeda sesuai dengan jenjang pendidikan dari peserta didik. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab ditolaknya hipotesis dari peneliti. Penyebab lain ditolaknya hipotesis adalah pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi belum bisa berjalan secara optimal. Karena metode discoveryinquiry merupakan metode pembelajaran yang diadopsi dari luar dan baru pertama kali digunakan di sekolah yang diteliti sehingga tidak semua siswa langsung paham dalam mengikuti pembelajaran baik dengan metode discovery-inquiry terbimbing maupun metode discovery-inquiry bebas termodifikasi. Dimungkinkan karena siswa SMP kelas VII kurang terbiasa dengan kemandirian dalam pembelajaran penemuan. Mereka lebih cenderung menerima daripada mencari dan menemukan konsep materi yang dipelajari. Upaya untuk dapat memancing siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
agar lebih aktif dalam pembelajaran telah dilakukan, namun karena baru pertama kali kedua metode pembelajaran discovery-inquiry tersebut diberikan, sehingga siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengungkap konsep materi. Dan untuk menghindari kesalahan konsep dalam pembelajaran, maka penelitian yang dilakukan dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi guru masih harus terlibat aktif dalam pembelajaran yang seharusnya keterlibatan guru hanya dilakukan saat menggunakan discovery-inquiry terbimbing saja. Hal seperti itulah yang menyebabkan hasil belajar kognitif kedua kelas memiliki perbedaan rerata yang tidak signifikan. . 2. Uji Hipotesis Kedua H 0 B : j 0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1)
dengan
minat
belajar
rendah
(B2)
terhadap
terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor H 1B : j 0 : Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1)
dengan
minat
belajar
rendah
(B2)
terhadap
terhadap
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa: Ada perbedaan pengaruh minat belajar siswa yang tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa. Dari uji lanjut anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Rerata siswa yang memiliki minat belajar tinggi 70,74 sedangkan siswa yang memiliki minat belajar rendah 49,69. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Dengan perbedaan semacam ini maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
3. Uji Hipotesis Ketiga H 0 AB : ij 0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode belajar
discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. H 1 AB : ij 0 :
Ada interaksi antara penggunaan metode belajar discoveryinquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode discovery-inquiry baik melalui sistem discovery-inquiry terbimbing maupun penggunaan metode discoveryinquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa D. Keterbatasan Penelitian Proses penelitian memiliki beberapa keterbatasan. Kurang optimalnya pelaksanaan
penggunaan
metode
discovery-inquiry
terbimbing
maupun
penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terbimbing, ternyata tidak semua siswa belajar secara aktif. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discoveryinquiry bebas termodifikasi, peneliti masih harus membimbing karena sebagian besar siswa belum memahami proses pembelajarannya. Peneliti mengidentifikasi penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik pengambilan sample, kemampuan awal sample yang tidak mendukung keberlangsungan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan, waktu yang tersedia untuk penyesuaian materi pembelajaran dengan metode yang digunakan masih kurang. Dari Keterbatasan yang telah disebutkan tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat memperoleh hasil mengenai metode mana yang lebih efektif berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan: 1. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa yang
diberi
pembelajaran
dengan
metode
discovery-inquiry
bebas
termodifikasi. 2. Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar kategori rendah. 3. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode belajar discoveryinquiry dan minat belajar siswa terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode belajar discoveryinquiry sebagai metode pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.
B. IMPLIKASI Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode belajar discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry yang
dimodifikasi
dapat
membantu
siswa
dalam
menemukan
dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Kedua metode ini sama baiknya jika digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu Fisika untuk materi Kalor di SMP. Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah minat belajar siswa yang tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Oleh karena itu, minat belajar siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh kemampuan kognitif yang optimal. Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah bahwa minat belajar siswa memberikan pengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi memperoleh peningkatan kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan minat belajar rendah. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini di sekolah adalah minat belajar siswa merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh guru selain pendekatan dan metode pembelajaran. Peningkatan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, penggunaan multimedia dalam pembelajaran, penggunaan contoh-contoh nyata dalam pembelajaran untuk memperjelas konsep serta meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
C. SARAN Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan pendekatan dan metode-metode mengajar, sehingga dapat memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk suatu kompetensi tertentu. 2. Guru sebaiknya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya minat belajar siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. 3. Kepada rekan mahasiswa, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang lain dengan mengkaitkan beberapa aspek yang belum dikembangkan dari variabel yang telah disebutkan.
commit to user