PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG
ARTIKEL
Oleh: SUARDI 608311454745
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2013
Artikel oleh Suardi yang berjudul “Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Yang Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Segitiga Kelas VII-G SMP Negeri 7 Malang” ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Malang, 31 Juli 2013 Pembimbing I,
Dr. Edy Bambang Irawan, M.Pd NIP 19600223 198503 1 003
Malang, 31 Juli 2013 Pembimbing II,
Dra. Santi Irawati, M.Si, Ph.D NIP 19650729 199103 2 002
PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG Suardi (
[email protected]) Pembimbing (I) Edy Bambang Irawan Pembimbing (II) Santi Irawati Universitas Negeri Malang ABSTRAK. Hasil belajar matematika siswa kelas VII-G SMP Negeri 7 Malang masih terbilang rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah Contextual Teaching and Learning. Artikel ini membahas hasil penelitian tindakan kelas yang mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi segitiga. Hasil penelitian dari 2 siklus menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari skor tes akhir siklus I (72,5) ke skor tes akhir siklus II (87,5 %). Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, hasil belajar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Menurut Hamzah (2001:7) matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan menurut Sujono (2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu siswa mengembangkan karakternya. Untuk itu matematika diberikan mulai sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja sama. Model pembelajaran matematika yang berkembang di dasarkan pada teori-teori belajar. Hakikat dari teori-teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran matematika perlu dipahami sungguhsungguh sehingga tidak keliru dalam menerapkannya. Teori-teori belajar itu menjadi tidak berguna jika makna dari konsep-konsep yang dikembangkan tidak dipahami dengan baik. Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara terhadap guru bidang studi matematika pada tanggal 25 April 2013 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII-G SMP Negeri 7 Malang terlihat menurun dari nilai rata-rata 80 sampai 62,5 dan sekitar 65% siswa terlihat kurang antusias dalam menerima materi pelajaran matematika. Hanya ada beberapa siswa yang antusias mengikuti pelajaran, sedangkan sebagian besar sekitar 65% siswa yang lain kurang begitu memperhatikan pelajaran. Mereka terlihat enggan untuk menyimak penjelasan guru dan mengeluh bahwa matematika itu sulit. Fakta tersebut didapati oleh peneliti setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan guru matematika di SMPN 07 Malang bahwa guru telah melakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika yaitu memperbanyak pekerjaan rumah (PR) dan memberikan banyak remedi untuk beberapa siswa.
Walaupun berbagai usaha telah dilakukan oleh guru, namun hasil belajar siswa di kelas VII-G masih mengalami kendala. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL) . Menurut Rahadian (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual kegiatan dan keaktifan siswa menjadi kegiatan yang utama. Serta dapat ,meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya menurut Muhtar (2011) dalam penelitiannya menyebutkan dengan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta pembelajarannya dapat menimbulkan rasa senang karena dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Trianto (2007: 103-104) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mampu membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama, yakni: Konstruktivisme (Constructivism), Menemukan (Inquiry), Bertanya (Questioning), Masyarakat Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection) dan Penilaian autentik (Authentic Assesment). Alasan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengatasi masalah tersebut yaitu : (1) dengan menggunakan CTL diharapkan siswa mampu membangun sendiri pengatahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama proses belajar mengajar; (2) siswa dapat menemukan sendiri permasalahan yang diberikan oleh guru (3) siswa dapat aktif bertanya; (4) siswa dapat belajar dalam kelompok. Sehingga melalui kegiatan tersebut diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2001:2) bahwa bila penelitian tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan suatu kelas, maka penelitian ini dinamakan PTK. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi (obseving) dan (4) refleksi (reflection) (Kurt Lewin dalam Dekdipbud, 1999:20). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Malang yang beralamatkan di jalan Lembayung, Bumiayu, Kecamatan. Kedungkandang, Malang, Subjek penelitiannya adalah 40 siswa kelas VII-G semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yaitu pada bulan April-Mei 2013. Data yang dikumpul dari penelitian ini adalah data dari : (1) Hasil pengamatan/observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, (2) hasil tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus, (3) hasil wawancara antara peneliti dengan siswa yang dijadikan subjek penelitian mengenai pembelajaran segitiga dengan mengunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL), (4) dokumentasi berupa foto-foto aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa (LKS). Mereduksi data dalam proses kegiatan menyeleksi dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh meliputi hasil tes, hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dan wawancara. Penyajian dilakukan dengan cara menyusun hasil reduksi berupa sekumpulan informasi yang telah diperoleh secara naratif, yaitu diuraikan dengan kalimat verbal sehingga memungkinkan untuk membuat kesimpulan yaitu apakah pembelajaran tersebut menggunakan pembelajaran contextual teaching and learnig dan apakah siswa paham terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan pembelajaran contextual teaching and learnig. Menarik kesimpulan adalah kegiatan memberikan kesempatan terhadap hasil evaluasi dan tindakan. Hasil data evaluasi yang akan dianalisi adalah (a) data hasil evaluasi siswa pembelajaran siswa diperoleh dari skor ulangan pada akhir pembelajaran (setiap siklus). Untuk menghitung data ini menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai =
X 100% (Arikunto, 2008:236)
(b) Data hasil observasi ini diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang di bantu oleh obsever selama proses pembelajaran berlangsusng. Untuk menghitung tindakan oleh peneliti dan siswa maka dapat ditentukan suatu taraf keberhasilan yang berpedoman pada skala interval yang disajikan seperti tabel berikut ini: Tabel 1. Kriteria Penilaian Nilai 85% NR 100% 70% NR 85% 65% NR 70% 55% NR 70% 0% NR 55%
Kategori Nilai Sangat Baik Baik Cukup baik Kurang Sangat kurang
(Sumber: adaptasi dari Arikunto, 2008)
untuk menghitung data hasil observasi selama pembelajaran ini mengunakan rumus seperti berikut : Presentasi nilai rata-rata (NR) =
X 100%
Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila secara KKM 85% siswa telah mencapai KKM yang telah ditetapkan disekolah yaitu 85. Hasil Hasil penelitian utama yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dan data hasil tes. Pada siklus I diperoleh hasil observasi, yaitu yang pertama hasil observasi aktivitas guru seperti yang tersaji pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I Skor Siklus 1 Persentase No Obsever Rata-rata Pertm. 1 Pertm. II Pertm. I Pertm. II 1 Observer 1 42 48 80,76% 92,30% 86,54% 2 Observer 2 45 47 86,53% 90,38% 88,45% Dari Tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 86,54%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 88,45%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian observer 1 dan observer 2 pada siklus I, keberhasilan tindakan sebesar 87,49%. Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I dapat dikategorikan sangat baik. Yang kedua data hasil observasi aktivitas siswa yang sudah dianalisis tersaji pada tabel berikut. Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I No 1
Observer Observer
Skor siklus I Pertm. I Pertm.II 28 29
Persentase Pertm. I 77,77%
Pertm. II 80,55%
Rata-rata 79,16%
Dari Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktivitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 79,16%, Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus1 dapat dikategorikan baik. Data ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4. Ketuntasan belajar siswa siklus I Jumlah Tuntas Belum tuntas siswa belajar belajar 40 29 11
Ketuntasan belajar (%) 72,5%
Berdasarkan Standar KKM di SMP Negeri 7 Malang, siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai tes telah mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 85. Dilihat dari tabel di atas, 72,5% siswa kelas VII-G telah tuntas belajar. Karena kurang dari 85% siswa yang tuntas belajar, maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar belum tercapai untuk itu diperlukan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan beberapa kekurangan atau kendala dalam proses pembelajaran, yaitu ada beberapa siswa yang masih binggung dalam mengamati masalah yang diberikan oleh peneliti pada saat penyampain tujaun pembelajaran, siswa terlihat malas jika harus pindah dari tempat duduk mereka pada saat diskusi kelompok, kurangnya komunikasi yang
dilakukan siswa pada saat diskusi kelompok sehingga ada siswa yang berdiskusi dengan kelompok lain, pada saat presentasi siswa hanya menyajikan/menulis hasil diskusinya setelah itu siswa kembali ke kelompoknya dan siswa kurang percaya diri dalam menyimpulkan tentang apa yang telah dipelajari selama proses pembelajaran berlangsung sehingga kegiatan didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Pada siklus II diperoleh hasil observasi aktivitas guru yang tersaji pada tabel berikut. Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II Skor Siklus 1I Presentase No Obsever Pertm.IV Pertm.V Pertm. IV Pertm.V 1 Observer 1 47 48 90,38% 92,30% 2 Observer 2 49 49 94,23% 94,23%
Rata-rata 91,34% 94,23%
Dari Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 91,34%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Menurut observer 2, rata-rata keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 94,23%, sehingga taraf keberhasilan dapat diklasifikasikan sangat baik. Secara klasikal, berdasarkan rata-rata penilaian observer 1 dan observer 2 pada siklus I, keberhasilan tindakan sebesar 92,78%. Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II dapat dikategorikan sangat baik. Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II tersaji pada tabel berikut. Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II No
Observer
1
Observer
Skor Siklus II Pertm. IV 30
Pertm.V 33
Persentase Pertm.IV 83,33%
Pertm. V 91,66%
Rata-rata 87,49%
Dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa menurut observer rata-rata keberhasilan aktivitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I sebesar 87,49%, Sehingga dapat diartikan bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II dapat dikategorikan Sangat baik. Data ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran siklus II tersaji pada tabel berikut: Tabel 7. Ketuntasan belajar siswa siklus II Jumlah Tuntas Belum siswa belajar tuntas belajar 40 35 5
Ketuntasan belajar (%) 87,5%
Berdasarkan Standar KKM di SMP Negeri 7 Malang, yaitu siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai tes telah mencapai nilai 85. Dilihat dari tabel di atas, 87,5% siswa kelas VII-G telah tuntas belajar. Karena lebih dari 85% siswa tuntas belajar, maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar telah dicapai. Pembahasan Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Menurut Komalasari (2010: 6) pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Langkah- langkah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran contextual teaching and learning yaitu : Langkah pertama “Diawali dengan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dengan memberikan suatu permasalahan kepada siswa”, langkah kedua “Peneliti mengecek pemahaman siswa dengan bertanya”, langkah ketiga “Peneliti melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen”, langkah keempat “Peneliti mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi dan mendemonstrasikan cara siswa melakukan kerja kelompok, Langkah kelima “Pada saat diskusi, peneliti menuntun siswa yang mengalami kesulitan untuk menemukan permasalahan tersebut”, langkah keenam “Peneliti memilih secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menyampaikan gagasannya.” dan langkah ketujuh “Diakhir pembelajaran peneliti mengarahkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan”. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan kekurangan atau kendala dalam proses pembelajaran dan akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada kegiatan perencanaan siklus II, peneliti memperbaiki tahapan-tahapan dari pembelajaran pada tindakan sebelumnya, yaitu, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh peneliti dengan kelompoknya masing-masing, sehingga akan memudahkan siswa untuk memahami permasalahan yang diberiakan oleh peneliti pada saat pembelajaran, siswa diminta untuk bergabung dengan kelompoknya sebelum pelaksanaan pembelajaran agar siswa tidak akan terlihat malas apabila berpindah tempat pada saat diskusi, peneliti memberikan penguatan dengan nilai tambah bagi siswa dan kelompok yang aktif bertanya serta memberikan arahan kepada siswa agar berdiskusi dengan kelompok yang sudah ditentukan dan mendemonstrasikan cara siswa melakukan kerja kelompok, sehingga siswa akan lebih aktif berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, pada saat presentasi peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada kelompok lain hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan peneliti memberi nilai tambah bagi siswa yang aktif bertanya dan menjawab serta peneliti menunjuk siswa secara acak untuk menyampaikan kesimpulannya, dimana siswa akan lebih percaya diri lagi dalam memberikan kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari selama proses
pembelajaran berlangsung sehingga kegiatan tidak didominasikan oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja. Perbandingan data hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut. Tabel 8. Perbandingan Data Hasil Belajar Siswa pada siklus I dan II Belum Kriteria Tuntas Siklus Tuntas Ketuntasan Keterangan Belajar Belajar Minimal (≥85%) Siklus I
Siklus II
29 (72,5%)
11 (27,5%)
Belum Tuntas
35 (87,5%)
6 (12,5%)
Tuntas
Meningkat (15%)
Berdasarkan Tabel 8 tersebut terlihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 29 siswa (72,5%) sehingga dapat dikatakan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (≥85%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 35 siswa (87,5%) sehingga dapat dikatakan sudah mencapai KKM. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Sardiman (1990:87) menyatakan bahwa melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetisi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini akan menjadi salah satu keinginan setiap individu. Pada proses kegiatan pembelajaran dapat diciptakan suasana kompetisi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi. Menurut Sardiman (1990:92) saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai motivasi untuk mendorong belajar siswa. Siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar maka dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran contextual teaching and learning mengalami peningkatan. Begitu pula dengan jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan yang cukup berarti. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Langkah-langkah inti pembelajaran contextual teaching and learning yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi segitiga di kelas VII-G SMP Negeri 7 Malang meliputi: a. Pada tahap awal pembelajaran peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah-masalah yang diberikan oleh peneliti pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih termotivasi, aktif berdiskusi dalam kelompok, dan siswa memiliki semangat mengikuti pembelajaran. b. Pada tahap bagian inti peneliti memberi intruksi/perintah dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu siswa yang bisa atau berkemampuan tinggi menjelaskan kepada teman
kelompoknya yang mengalami kesulitan. Sehingga memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berargumen dan bertanya agar siswa dapat lebih memahami materi yang dipelajari. c. Pada saat diskusi, peneliti menuntun siswa yang mengalami kesulitan untuk menemukan permasalahan tersebut. Sehingga siswa dapat lebih berani untuk berargumen, bertanya dan menyajikan hasil diskusinya, serta siswa lebih memahami materi yang dipelajari. d. Peneliti memilih secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menyampaikan gagasannya.Sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari. e. Diakhir pembelajaran peneliti mengarahkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan tentang apa yang didapat selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa dapat mencapai indikator hasil belajar siswa. 2) Ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 29 siswa (72,5%) sehingga dapat dikatakan belum mencapai kreterial ketuntasan minimal (≥85%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 35 siswa (87,5%) sehingga dapat dikatakan sudah mencapai kreterial ketuntasan minimal. 3) Hasil belajar siswa meningkat sebesar 15% yang ditunjukkan dari hasil tes siklus I dan II. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat diajukan peneliti, sebagai berikut. a. Bagi peneliti yang menginginkan untuk meneliti lebih lanjut diharapkan untuk dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan lain yang memungkinkan diterapkannya pembelajaran contextual teaching and learning. b. Pembelajaran contextual teaching and learning dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran di kelas karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. c. Guru sebaiknya menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang baru, seperti pembelajaran contextual teaching and learning karena strategi ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran yang sederhana sehingga sangat mudah diterapkan.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cetakan ketujuh, Jakarta : Bumi Aksara. Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud. Hamzah. 2001. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (online), (WWW.DEPDIKNAS.GO.ID, diakes 20 April 2013) Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama Sadirman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali. Sujono. 2001. Pembelajaran Matematika Untuk sekolah menegah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Presentasi Pustaka Publisher.