Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI KARAKTER DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL BUDAYA MELAYU RIAU
KUSNADI, ROHANI Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta dan tuntutan bahwa pembelajaran IPS-Geografi sesungguhnya sarat dengan nilai karakter yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 berkarakter. Kenyataannya untuk mengembangkan nilai dan karakter tidak mudah. Terlebih harus menekankan perlunya kearifan lokal budaya Melayu Riau sesuai dengan konsep geosfernya. Untuk menjawab problem tersebut, maka dilakukan penelitian di SMA Negeri 01, 03, 04, 05, 10, dan 12 dengan responden sebanyak 6 orang guru geografi. Sedangkan populasi sebanyak 1011 orang dan sampel diambil sebesar 35% (354 siswa). Pengambilan sampel berdasarkan peringkat kelulusan ujian nasional sekolah bersangkutan (kategori sekolah peringkat tinggi, sedang dan rendah). Pengambilan data meklalui angket, observasi dan wawancara dengan teknik analisis deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan skor keseluruhan dari masingmasing indikator diketahui berada pada skor : 77,404 % yang artinya bahwa pengembangan nilai karakter sudah dilakukan dalam kategiori baik. Demikian juga diketahui pernyataan siswa atas upaya guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter atas budaya berada pada level baik, ditunjukkan dengan skor : 71,66493 %.
Kata kunci : Pembelajaran, Nilai karakter, Kearifan lokal, Budaya Melayu Riau
A. Latar Belakang Sebagai suatu upaya membentuk kepribadian bangsa maka pendidikan harus mengacu kepada harapan masyarakat terhadap perwujudan cita-cita nasional seperti tergambar dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu: ”…untuk berkembangnya potensi peserta didik
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|235
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri …”(pasal 2.3)1. Perlunya manusia yang berakhlak mulia menunjukkan bahwa pembangunan bidang pendidikan sesuai fitrahnya baik sebagai makhluk Tuhan maupun makhluk sosial. Pembentukan kualitas sumberdaya daya manusia Indonesia tidak ada alasan sebenarnya dari konstitusi kita dimana karakter bangsa adalah salah satu yang diinginkan dalam proses pembangunan”. Oleh karena itu sudah semestinya bahwa dalam rumusan tujuan perndidikan nasional telah dirumuskan bagaimana pendidikan karakter termasuk ke di dalamnya. Pembinaan prinsip berakhlak mulia dalam pengembangan kompetensi peserta didik merupakan pilihan tepat yang harus didukung oleh semua pihak. Nilai-nilai karakter tersebut merupakan landasan fundamental dalam pembinaan sumber daya manusia. Dengan berpegang pada prinsip keimanan dan ketakwaan dan akhlak mulia maka pendidikan sebagai upaya mewujudkan generasi bangsa akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan utuh. Disadari bahwa untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang seimbang aspek nilai dan sikap tidaklah mudah karena pembelajaran selama ini masih didominasi oleh pengembangan pengetahuan material, kurang memperhatikan aspek nilai dan sikap. Latar belakang pendidikan di perguruan tinggi yang lebih mengembangkan kemampuan kognitif juga sangat berpengaruh dalam membentuk kemampuan dan pribadi guru. Wajar saja jika sejumlah penelitian menemukan fakta dengan kondisi yang kurang menguntungkan. Umumnya para guru IPS dalam menyusun tujuan pembelajaran tidak diawali dengan analisis terhadap karakteristik siswa, sehingga informasi tentang apa yang seharusnya diajarkan kepada siswa menjadi tidak lengkap. Hal ini berakibat pada kurang bermaknanya isi dan kualitas pembelajaran. Kusnadi (2000), dalam penelitiannya menemukan kesenjangan antara lain: penyajian materi bersifat pragmatis; tanpa pemahaman objek forma yang komprehensif dengan memperhatikan aspek relasi dan interrelasi antar fenomena geosfer. Demikianpun tipe performansi dan sasaran belajar berkutat pada matra kognisi. Sementara evaluasi dilakukan secara parsial pada
1
. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) , Jakarta: Sinar Grafika, hal. 17, 2003.
236|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
matra pengetahuan (kognisi)2.Padahal dalam kurikulum KBK dtegaskan bahwa basis kompetensi harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup, akademik, dan seni, pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia” (KBK Mata Pelajaran Geografi, 20003. Dalam kaitan ini maka perlu upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Di sinilah sebenarnya diperlukan reorientasi strategi dan metodologi pembelajaran yang sesuai sehingga memperkaya pengetahuan serta keterampilan guru dalam merancang model pembelajaran dan strategi yang tepat. Pada akhirnya guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam menanamkan wawasan geografi yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan (iman, rasa dan rasio). Guru dapat menyajikan materi geografi secara utuh baik dalam pengertian fisik maupun sosial geosfernya. Penyelenggaraan
pendidikan
IPS-Geografi
dituntut
untuk
dapat
mengembangkan aspek nilai dan sikap bertanggung jawa dalam konteks sosial. Upaya demikian disamping perlu kemauan yang kuat juga perlu adanya rancangan pembelajaran yang sesuai dengan tipe isi maupun tujuan pembelajaran. Untuk itu maka diperlukan suatu model pembelajaran dan desain yang bernilai dan karakter. Permasalahannya bagaimanakah model desain pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran IPS-Geografi yang berbasis nilai karakter dan bagaimana upaya yang selama ini telah dilakukan seiring diberlakukannya kurikulum berkarakter.
B. Landasan Teori Definisi nilai menurut Fraenkel (1989) yaitu ”...is an idea a concept-about what some one thinks is important in life. When a person values something, He or She deems it worthwhile having, worth doing, or worth trying to obtain”4. Nilai dikatakan sebagai sesuatu yang dianggap memiliki arti sangat penting bagi kehidupan manusia. Nilia
2
Kusnadi, Pengembangan Pembelajaran Integrasi Nilai-nilai Tauhid dalam Pembelajaran Geografi di SMUN 19 Kotamadya Bandung. (Tesis S-2 PPS UPI Bandung), hal.7, 2000. 3 Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Pusat Kurikulum-Balitbang. Depdiknas., hal. 6, 2000 4 Fraenkel, J. How to Teach Values: An Analytic Approach. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall. Hal.23, 1989 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|237
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
berfungsi sebagai acuan bagi seseorang dalam berbuat dan bertindak. Djahiri (1996) mendefinisikan:” Nilai adalah suatu ketentuan mengenai apa yang baik, benar, adil dan indah. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan mendidik perilaku apa yang pantas dan tidak pantas atau tidak baik dilakukan”5. Pendidikan IPS-Geografi baik yang diajarkan di persekolahan maupun perguruan tinggi tidak terlepas dari kandungan nilai-nilai. Nilai eksistensinya identik dan tidak bisa dilepaskan dari materi pendidikan geografi baik nilai ilmiah, filasafat dan Ketuhanan. Sumaatmadja (1996) mengatakan: Tiap bidang ilmu, termasuk ke dalamnya geografi, memiliki nilai, baik nilai bagi dirinya sendiri maupun nilai bagi ilmu lain, atau bahkan bagi kehidupan pada umumnya. Sebagai bidang pengajaran, geografi sarat dengan nilai nilai filsafat, maupun ilmiah. Melalui proses pendidikan, pada akhirnya manusia akan menyadari nilai hubungan dirinya dengan Tuhan Maha Pencipta6. Dengan memahami nilai-nilai pada pendidikan geografi maka diperoleh manfaat berupa pengetahuan juga aspek nilai dan sikap. Dalam kaitan ini Sumaatmadja (1996) mengatakan: Dengan mempelajari geoagrafi manusia akan menyadari nilai hubungan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Di sini geografi tidak hanya menampilkan diri sebagai ilmu yang memiliki nilai filsafat, melainkan juga memiliki nilai Ketuhanan yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Definisi karakter secara harfiah berarti kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak, serta pembeda satu individu dengan lainnya (Koesoema: 2011)7. Sementara menurut Samani (2011) karakter merupakan cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian pendidikan karakter adalah suatu sistem penerapan nilai-nilai moral pada peserta didik melalui kegiatan pendidikan8. Istilah pendidikan karakter juga ditegaskan Zubaedi (2011) antara lain : 5
Djahiri, A.K. Menelusuri Dunia Afektif: Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: LAB. Pengajaran PMP IKIP Bandung.hal. 6, 1996. 6 Sumaatmadja, N. Metodologi Pengajaran geografi. Bandung: Bumi Aksara . hal. 17, 1996 7 Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Kompas Gramedia, hal. 41, 2011. 8 Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya,hal. 43, 2011.
238|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan9. Dalam visi penerapan pendidikan karakter, maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Oleh karenaa itu dalam penerapan pendidikan karakter diperlukan pemahaman tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 ditegaskan: bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir Standar Kompetensi Lulusan. sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif). Sedangkan sasaran pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir Standar Kompetensi Lulusan sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif). Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar; kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responssibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity)10. 9
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 26, 2011. 10 Kemendiknas RI, Tim Penyusun. Desain Induk Pengembangan Karakter, Jakarta: Dikti, hal. 37, 2010.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|239
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
Jenis nilai karakter didapati ada karakter religius dan
moral. Karakter
religius teraplikasi dalam wujud kehidupan berprilaku yang baik; penuh dengan kebajikan; yakni berprilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Karakter moral
menurut Dewantara,
adalah mendukung perkembangan hidup anak, lahir dan batin dari sifat kodratinya menuju kearah suatu peradaban. Di sini jelas pendidikan moral essensinya adalah mengembangkan kecerdasan moral (building moral intelligence) atau mengembangkan kemampuan moral anak, sehingga mampu menentukan benar dan salah, baik dan buruk, yang wajar dan tidak wajar, yang pantas atau tidak pantas, serta yang patut atau tidak patut untuk dikerjakan seseorang (Dewantara, 1962)11 Masih menurut Dewantara bahwa sasaran pendidikan karakter adalah seluruh sekolah di Indonesia negeri maupun swasta dalam berbagai jenjang pendidikan. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan sekolah memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Pekanbaru. Berdasarkan peringkat hasil ujian nasional memiliki variasi mulai dari kategori sekolah paling berkualitas, sedang dan kurang. Pada tingkat SLTA olah karena dari keseluruh materi geografi yang diajarkan di persekolahan ternyata di kelas X dipandang paling sarat dengan muatan nilai dan karakter yang mesti dikembangkan.
11
Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa, hal. 25, 1962.
240|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini implementasi model pendidikan berkarakter dilakukan dengan menggunakan prosedur Research Qualitatif. Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini bermaksud mengetahui model konseptual maupun implementatif mengenai model pembelajaran berkarakter. Pengembangan model penelitian dilakukan melalui tahapan alur sebagaimana model Miles dan Huberman (1984) sebagai berikut:
2. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini difokuskan di SMA Negeri. yang ada di Kota Pekanbaru dengan respondennya guru dan siswa. Untuk sampel dari siswa penelitian ini hanya mengambil siswa kelas X IPS, untuk sampel guru langsung diambil dari guru bidang studi Geografi yang mengajar di SMA Negeri 01, 03, 04, 05, 10, dan 12. Sedangkan untuk sampel siswa berdasarkan jumlah siswa secara keseluruhan di empat sekolah dengan jumlah keseluruhan 1011 orang dan sampel yang diambil sebanyak 35% atau sebanyak Siswa dan berdasarkan stratifikasi area diketahui sampel sebagai berikut: 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data digunakan teknik Pertama, angket yaitu untuk menjaring data guru mengenai pembelajaran IPS-Geografi yang bermuatan nilai, baik nilai relegius maupun nilai yang sesuai dengan sistem nilai budaya masyarakat setempat
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|241
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
seperti nilai-nilai budaya Melayu. Angket juga digunakan kepada siswa untuk menjaring data apakah pembelajaran IPS Geografi yang mereka pelajari memuat nilainilai karakter yang identik dengan penomena geosfernya yaitu budaya Melayu. Kedua obseravasi, teknik ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data secara langsung berkenaan dengan performen kerja guru, respon maupun sikap siswa yang terlihat dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan dalam upaya penyempurnaan draft model pembelajaran IPS Geografi yang tengah dikembangkan dengan memasukkan muatan-muatan nilai sesuai dengan sistem nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Ketiga dokumentasi, dimaksudkan untuk memperoleh data tentang gambaran umum atau
profil
sekolah
masing-masing.
Dokumentasi
juga
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan data tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang diperlukan untuk melihat bagaimana perencanaan yang dilakukan oleh para guru geografi. 4. Tekhnik Analisis Data Sesuai dengan sifat maupun tujuan penelitian ini yakni untuk menghasilkan suatu informsi dan konsep konsep nilai budaya dalam pembelajaran IPS Geografi maka data yang terkumpul dalam pengembangan ini meliputi data: perancanagan pembelajaran, pelaksaanaan, dan evaluasi pembelajaran berkarakter sebagai bentuk kearifan budaya lokal Melayu Riau. D. Hasil dan Pembahasan 1. Pengembangan nilai karakter dan nilai-nilai budaya Melayu Riau Implementasi pendidikan karakter sebagai bentuk kearifan budaya Lokal Melayu Riau dalam mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1, SMA Negeri 03, SMA Negeri 04, SMA Negeri 10 dan SMA Negeri 12, serta SMA Negeri 05. Pekanbaru Sebanyak 506 orang Siswa dijelaskan melalui tiga variabel, yang mencakup : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk msengetahui apakah guru berpedoman kepada rencana pembelajaran berkarakter dan budaya melayu dapat dilihat pada tabel berikut:
242|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
TABEL 01 GURU GEOGRAFI MENGAJAR BERDASARKAN RPP NO.2 1. 2. 3. 4.
KATEGORI Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah JUMLAH
JUMLAH
PROSENTASE
6 0 0 0
100,0% 0% 0,% 0
6
100,00%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru geografi selalu membuat persiapan sebelum mengajar. Artinya dari sisi perencanaan mereka sudah memiliki pragram pembelajaran sesuai kurikulum yang diterapkan. Selanjutnya bagaimana implementasinya yang menggambarkan adanya penerapan nilai karakter dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 02 GURU GEOGRAFI MEMASUKKAN NILAI KARAKTER DAN MERUMUSKANNYA DALAM SK DAN KD PEMBELAJARAN NO.7 1. 2. 3. 4.
KATEGORI Sangat sering Sering Kadang-kadang Tidak Pernah JUMLAH
JUMLAH
PROSENTASE
3 2 1 0
50,0% 33,3% 16,7% 0
6
100,00%
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa guru
Geografi telah
mengaitkan model pembelajaran Geografi dengan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan sistem nilai budaya Melayu hal in dapat dilihat dari jawaban guru atas upayanya memasukkan nilai karakter dan nilai nilai budaya dengan prosentasi 83,3 % yang sangat sering mengaitkan nilai-nilai karakter tersebut, adapun nilai-nilai karakter yang tercermin adalah sikap mendisiplinkan diri atas tugas dan kometmen, nilai disiplin ini dalam istilah melayu sama dengan yang dikemukankan Tenas Efendi (2005)12, sebagai berikut: “Sikap hidup memagang amanah, sifat setia
12
Efendi, Tenas, Pantun Nasehat, Yogyakarta: Balai kajian Melayu bekerjasama dengan Adicita Karya Nusa, hal. 49, 2005. Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|243
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
memegang amanah, kokoh menjunjung sumpah, teguh memegang janji, tekun menjalankan tugas kewajiban dan patuh menjalankan hukum”. Nilai-nilai karakter yang tergambar dari perilaku guru tidak dapat dinafikan bahwa peran guru sebagai pemimpin yang mengayomi “rakyatnya” dalam hal ini adalah peserta didik, dan guru harus dapat memberi contoh kepada semua muridmurid yang diajarnya (dipimpinnya). Mengetahui pernyataan tentang apakah guru membuka pembelajaran dengan berdoa dapat ditelusuri melalui sebagai berikut: TABEL 03 GURU GEOGRAFI MEMBUKA PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN MEMBACA DOA NO.3 1. 2. 3. 4.
KATEGORI Sangat sering Sering Kadang-kadang Tidak Pernah JUMLAH
JUMLAH
PROSENTASE
2 2 1 1
33,3% 33,3% 16,7% 16,7%
6
100,00%
Dari tabel di atas diketahui bahwa guru geografi telah melakukan adab yang beradat dengan memulai pembelajaran dengan membaca doa atau membimbing serta mengarahkan kepada siswa untuk selalu berdoa dalam setiap memulai pekerjaan, hal ini sangat sesuai dengan nilai-nilai Melayu yang melekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang diungkapkan Tenas Efendi (2005)13, bahwa manusia harus memiliki sifat yang menyadari sebagai hamba Allah, karna dengan kesadaran hal tersebutlah yang akan mendorong manusia untuk menjadi taqwa dan menjadikan dirinya berguna bagi semua makhluk Allah dan bertanggung jawab pada pelestarian alam ciptaan Allah SWT. Upaya guru memasukkan nilai karakter dan nilai nilai budaya tersebut dengan prosentasi kategori sangat sering 33,30 % + kategori sering dengan jumlah 33,30 %, sehingga total secara keseluruhan sebanyak 66,30%. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah memberikan contoh tauladan, dalam masyarakat melayu Riau hal ini sangat penting sekali, karena adab belajar dalam nilai budaya melayu dinyatakan oleh Tenas Efendi (2011) sebagai berikut: 13
Ibid, 2010.
244|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
“Menuntut ilmu hendaklah khusuk, Kepada Allah memohon petunjuk, supaya mendapat ilmu yang elok”. “Menuntut ilmu luruskan niat, kepada Allah memohon rahmat, supaya ilmu membawa manfaat, hidup sejahtera dunia akhirat14”. Petikan makna dari sistim nilai budaya melayu di atas menunjukkan bahwa sebagai oarang yang terhimpun dalam suatu tempat/organisasi dan lingkungan yang ada, harus selalu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain apalagi peserta didik yang merupakan bagian terdekat dari komponen sekolah, oleh karenanya adalah sesuatu yang tepat serta memiliki kepantasan dan bahkan seharusnnya dilakukan oleh guru dan selalu mengarahkan siswa untuk saling mendoakan sesama untuk kebaikan. Berdoa adalah pangkal segala perbuatan baik. Petikan makna dari sistim nilai budaya melayu di atas menunjukkan bahwa di dalam melakukan interaksi verbal (bahasa), hendaknya dilakukan dengan komunikasi yang terpuji, beradab, sopan santun dan mempertimbangkan sisi kejiwaan dari oarang yang diajak bicara apalagi dalam kapasitas untuk menegur atas kinerja siswa yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah. Guru juga harus menyesuaikan dengan makna dan tujuan yang jelas sesuai dengan norma dan budaya masyarakat setempat. Meski terdapat 16,7 % yang menjawab dengan alternatif c yang kadangkadang saja memasukkan nilai karaketer ini lebih disebabkan karna belum terbiasa menekankan aspek nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan oleh guru Hj Syofniati, S.Pd (ww, 5 Oktober 2013) yang menyatakan bahwa: “Karna masih di kurikulum 2006 (KTSP) nilai karakter dalam pembelajaran tidak menjadi penekanan utama, oleh karenanya maka kadang kami lebih fokus dalam pencapaian target materi pelajaran yang sudah ditetapkan”15. Oleh karenanya hal ini harus menjadi perhatian sekolah (kepala sekolah) agar dapat meningkatkan kualifikasi guru terlebih untuk tuntutan dari kurikulum 2013. Di sisi lain guru bidang studi Geografi harus selalu kreatif dan inovatif mewariskan nilai-nilai karakter dapat diwariskan kepeserta didik,
karena nilai
tersebut dapat membantu siswa lebih bisa survive dalam kehidupannya untuk masa 14 15
Efendi, tenas, Kesantunan dan Semangat melayu; Pekanbaru: Yayasan Tenas Efendi, hal. 70. 2011. Wawancara dengan guru Hj Syofniati, S.Pd, 5 Oktober 2013
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|245
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
sekarang dan yang akan datang. Upaya guru memasukkan nilai karakter dan nilai nilai budaya demikian memiliki jumlah prosentasi yang tinggi, nilai-nilai yang perlu diperhatikan dan dipertahankan sama dengan nilai yang terdapat dalam sebelumnya. Budaya melayu sangat mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang saling menghargai dalam upaya percepatan tercapainya tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat memiliki kearifan lokal budaya Melayu Riau yang dijunjung tinggi. TABEL 04 GURU GEOGRAFI MENGARAHKAN INTERAKSI EDUKASI ANTAR SISWA DENGAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL SISWA NO.12 KATEGORI JUMLAH PROSENTASE 1. Sangat sering 2 33,3% 2. Sering 2 33,3% 3. Kadang-kadang 1 16,7% 4. Tidak Pernah 1 16,7% JUMLAH
6
100,00%
Berdasarkan data dari tabel di atas guru mengajarkan siswa untuk melakukan interaksi yang bersifat edukasi yang baik dengan kingkungan, pembelajaran tentu berhubungan dengan penugasan kepad siswa terkait dengan Geografi yaitu menjaga alam dan lingkungannya. Upaya guru memasukkan nilai karakter dan nilai nilai budaya dalam interaksi edukasi dengan lingkungan sesuai dengan nilai melayu yang
dikemukankan Tenas Efendi (2010:208), sebagai
berikut: “yang disebut adat di kampung, adat dijaga lembaga dijunjung, rumah beratur dusun dikungkung, halaman luas ladang bersambung, suak dan sungai sama dilindungi, hutan dipelihara hidup bersambung, di sana tempat anak cucu berlindung”16. Proses pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan mengajarkan kepada
siswa
bahwa
sumber
belajar
dapat
berupa
alam
semesta
(lingkungan/lapangan), bisa juga dalam laboraturium atau museum, nilai-nilai yang terkandung dalam kondisi ini menunjukkan bahwa, seperti yang telah dikenalkan
16
Efendi, Tenas, Kearifan Pemikiran Melayu; Pekanbaru: Yayasan tenas Efendi, h. 37. 2010.
246|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
dalam budaya Melayu: “alam ta kambang menjadi guru”. Bahasa lain dalam islam hal tersebut dikenal dengan ayat-ayat kauniyah”. Sementara dalam sistem budaya melayu interaksi edukasi dalam Proses Belajar Mengajar sesuai dengan nilai melayu yang
dikemukankan Tenas Efendi (2010:37), sebagai berikut: “kalau
duduk suruh berguru, kalu tegak suruh bertanya”...”disingkap tabir akalnya, dibukakan pintu ilmunya dibentangkan alam seluas-luasnya”17. Petikan nilai yang terdapat dalam nilai budaya melayu di atas lebih pada penegasan kalau belajar harus memang mencari ilmu yang mendatangkan manfaat pada diri sipelajar juga bermanfaat buat orang lain dan lingkungannya. Penuntut ilmu harus dibantu, supaya jalan tiada buntu, penuntut ilmu harus dibela supaya usaha tidak terkendala, penuntut ilmu harus ditolong supaya berjalan sampai keujung, penuntut ilmu harus diperhatikan supaya tidak patah ditengah jalan”. “Kepada penuntut ilmu nampakkan minat, ditegur disapa diberi semangat, supaya langkahnya tidak terdedat dan ilmu dituntut membawa manfaat”. Petitkan makna dari pernyataan di atas adalah sebagai pelajar harus memiliki jiwa yang kuat pantang menyerah dan sabar atas apa yang diarahkan oleh guru agar tercipta pribadi pembelajar. Pribadi pembelajar sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini sesuai dengan nilai melayu yang dikemukankan Tenas Efendi (2011:247), sebagai berikut: “Apabila hidup percaya diri semangat bangkit marwah berdiri”...”Apabila hendak menegakkan marwah, keyakinan diri jangan berubah, semangat bangkit hati pun tabah, menghadapi cabaran tidaklah goyah, hidup terpandang mati bertuah”18 Petikan makna dari pernyataan di atas adalah dengan percaya diri yang terbbentuk akibat proses pembelajaran yang dilakukan dengan meminta siswa berani menjelaskan apa yang terdapat dalam tugas mereka akan dapat membangun kepribadian yang sangat bagus dalam membangun suatu bangsa dan marwah diri. sebagai pelajar harus memiliki jiwa yang kuat dan tahan serta tangguh atas setiap cabaran dalam bentuk pertanyaan dan persilang pendapat dalam diskusi. Pribadi pembelajar seperti itulah yang diharapkan suatu masyarakat tersebut sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Oleh karenanya hal 17 18
Ibid, 2010. Ibid, 2011.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|247
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
ini harus menjadi perhatian baik guru dan siswa karena sangat sesuai dengan semangat budaya melayu. Dalam hal ini sesuai dengan nilai melayu yang dikemukankan Tenas Efendi (2011:247), sebagai berikut: “Apabila hendak membangun bangsa, pantang sekali berputus asa” di sisi lain terdapat juga nilai budaya Melayu yang berhubungan dengan sikap yang tidak menyerah dan berupaya mengatasi masalah, sebagaimana dalam Tenas Efendi (2005), sebagai berikut: “Arif menyimak kicau murai, arif menepis angin lalu, arif mendengar desau daun, arif menilik bintang di langit, arif melihat kerlingan orang, bijak menepis mata pedang, bijak membuka simpul mati, pandai mengurung dengan lidah, pandai menggadang dengan cakap, pandai mengungkung dengan syarak, pandai menyimpai dengan adat pandai mengikat dengan lembaga”19 Petitkan makna dari pernyataan di atas adalah sosok manusia yang dibutuhkan dalam bermasyarakat adalah orang yang penuh keariifan dalam menghadapi berbagai masalah dan cobaan, memiliki sikap bijaksana, tanggap dan cekatan sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat. Petikan nilai budaya Melayu yang terkait menyatakan bahwa siapapun dengan profesinya atau pekerjaannya terlebih lagi guru harus dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, membuat agenda kerja sebagaimana mestinya, karna guru juga berkerja atas sumpah jabatannya. Secara keseluruhan deskripsi tentang pengembangan nilai karakter berbasis pada kearifan budaya lokal Melayu Riau dapat dilihat pada tabel berikut:
19
Op.Cit, hal.55.
248|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
TABEL 05 PERENCANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MATA PELAJARAN GEOGRAFI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 JML
a 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 67
% 50 50 33,3 33,3 50 50 50 66,7 66,7 66,7 66,7 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 50 50 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3
B 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 52
% 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3 33,3
c 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
% 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 0 0 0 0 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7
d 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15
% 0 0 16,7 16,7 0 0 0 0 0 0 0 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 0 0 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa opsi (a) sebanyak 67 jawaban, opsi (b) sebanyak 52 responden, opsi (c) sebanyak 22 responden, opsi (d) sebanyak 15 responden. Selanjutnya untuk memperoleh nilai total dari data tersaji, jumlah total responden yang memilih masing-masing opsi akan dikalikan dengan standar skor yang telah ditentukan pada masing-masing opsi jawaban yang terdapat dalam angket. Perhitungan tersebut dilakukan sebagai berikut:
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|249
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
TABEL.06 JUMLAH JAWABAN TERHADAP ITEM ALTERNATIF JAWABAN OPSI JAWABAN A (4) 67 B (3) 52 C (2) 22 D (1) 15
SKOR BOBOT TOTAL 67 x 4 268 52 x 3 156 22 x 2 44 15 x 1 15 NILAI F 483 Dengan demikian, maka nilai F dapat ditentukan dari pengolahan data yakni 483 Sedangkan nilai N dapat ditentukan dengan menjumlahkan responden yang memilih opsi a, b, c, d dan e yakni: 67+52+22+15 = 156 Selanjutnya digunakan rumus perhitungan prosentase untuk menentukan bagaimana perencanaan pendidikan karakter dan budaya melayu dalam mata pelajaran Geografi di SMAN 01, SMAN 03, SMAN 04, SMAN 05, SMAN 12 dan SMAN 10 di Pekanbaru dapat diketahui dalam bentuk persentase sebagai berikut :
Maka P = 309,6154 % : 4 (item) = 77,40385 % Dengan melihat dan mengkonsultasikan kepada standar prosentase yang ditentukan untuk mengukur perencanaan pendidikan karakter atas budaya melayu pada mata pelajaran Geografi di SMAN 01, SMAN 03, SMAN 04, SMAN 05, SMAN 12 dan SMAN 10 di Pekanbaru diketahui berada pada level baik, ditunjukkan dengan skor : 77,404 %. Agar data semakin valid diperlukan cek and recek dengan melalui Trianggulasi Data dari pernyataan siswa, data dari siswa hanya digunakan untuk pembuktian tentang bagaimana guru mengimplementasikan pembelajaran yang bermuatan nilai karakter yang sesuai dengan sistem nilai budaya. Penyajian data tidak akan dianalisis karna dalam analisis hanya memerlukan nilai rekapitulasi
250|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
angket yang dianalisis dengan rentang prosentasi yang sudah ditetapkan sebelumbya dalam Bab III di methodologi. Adapun siswa yang menjadi responden adalah siswa kelas X di SMAN 01, SMAN 03, SMAN 04, SMAN 05, SMAN 12 dan SMAN 10 di Pekanbaru. Penelusuran data melalui 26 indikator yang secara keseluruhan apat ditampilkan dalam rekap tabel berikut: TABEL 07 REKAPITULASI PERNYATAAN SISWA ATAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI ATAS NILAI-NILAI KARAKTER total NO a % b % C % D % 1 76 13,69 357 64,32 122 21,98 0 0,00 555 100 2 86 15,50 335 60,36 129 23,24 5 0,90 555 100 3 89 16,04 234 42,16 229 41,26 3 0,54 555 100 4 72 12,97 362 65,23 120 21,62 1 0,18 555 100 5 76 13,69 332 59,82 135 24,32 12 2,16 555 100 6 79 14,23 343 61,80 108 19,46 25 4,50 555 100 7 120 21,62 288 51,89 135 24,32 12 2,16 555 100 8 76 13,69 357 64,32 119 21,44 3 0,54 555 100 9 123 22,16 345 62,16 79 14,23 8 1,44 555 100 10 143 25,77 289 52,07 102 18,38 21 3,78 555 100 11 154 27,75 224 40,36 138 24,86 39 7,03 555 100 12 167 30,09 243 43,78 141 25,41 4 0,72 555 100 13 180 32,43 265 47,75 109 19,64 1 0,18 555 100 14 179 32,25 255 45,95 120 21,62 1 0,18 555 100 15 156 28,11 222 40,00 136 24,50 41 7,39 555 100 16 133 23,96 128 23,06 222 40,00 72 12,97 555 100 17 135 24,32 239 43,06 120 21,62 61 10,99 555 100 18 133 23,96 128 23,06 222 40,00 72 12,97 555 100 19 121 21,80 132 23,78 230 41,44 72 12,97 555 100 20 127 22,88 243 43,78 113 20,36 72 12,97 555 100 21 142 25,59 176 31,71 185 33,33 52 9,37 555 100 22 154 27,75 220 39,64 138 24,86 43 7,75 555 100 23 177 31,89 217 39,10 121 21,80 40 7,21 555 100 24 133 23,96 262 47,21 118 21,26 42 7,57 555 100 25 166 29,91 215 38,74 124 22,34 50 9,01 555 100 26 122 21,98 238 42,88 165 29,73 30 5,41 555 100 JML 3319 6649 3680 782 JML 13276 19947 7360 782
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|251
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
Dengan demikian, maka nilai F dapat ditentukan dari pengolahan data yakni 483 Sedangkan nilai N dapat ditentukan dengan menjumlahkan responden yang memilih opsi a, b, c, d dan e yakni: 3319+6649+3680+782 = 14430 Selanjutnya digunakan
rumus
perhitungan
prosentase
untuk
menentukan
bagaimana
perencanaan pendidikan karakter dan budaya melayu dalam mata pelajaran Geografi di SMAN 01, SMAN 03, SMAN 04, SMAN 05, SMAN 12 dan SMAN 10 dapat diketahui dalam bentuk persentase sebagai berikut :
Sebagaimana yang dinyatakan dalam tabel di bawah ini diketahui hasil data pernyatan siswa atas dalam tabel 4...sampai tabel 4... implementasi nilai karakter dan budaya melayu dalam perbelajaran Geografi kelas X di SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, SMA Negeri 4, SMA Negeri 5, SMA Negeri 10, SMA Negeri 12
Dengan melihat dan mengkonsultasikan kepada standar prosentase yang ditentukan untuk mengukur perencanaan pendidikan karakter atas budaya melayu pada mata pelajaran Geografi di SMAN 01, SMAN 03, SMAN 04, SMAN 05, SMAN 12 dan SMAN 10 di Pekanbaru diketahui pernyataan siswa atas upaya guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter atas budaya berada pada level baik, ditunjukkan dengan skor : 71,66493 %.
252|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
TABEL 08 REKAPITULASI PERBANDINGAN DATA DARI GURU GEOGRAFI DAN SISWA NO
DATA DARI GURU ALTERNATIF JAWABAN a B c D JML 1 3 2 1 0 6 2 3 2 1 0 6 3 2 2 1 1 6 4 2 2 1 1 6 5 3 2 1 0 6 6 3 2 1 0 6 7 3 2 1 0 6 8 4 2 0 0 6 9 4 2 0 0 6 10 4 2 0 0 6 11 4 2 0 0 6 12 2 2 1 1 6 13 2 2 1 1 6 14 2 2 1 1 6 15 2 2 1 1 6 16 2 2 1 1 6 17 3 2 1 0 6 18 3 2 1 0 6 19 2 2 1 1 6 20 2 2 1 1 6 21 2 2 1 1 6 22 2 2 1 1 6 23 2 2 1 1 6 24 2 2 1 1 6 25 2 2 1 1 6 26 2 2 1 1 6 JML 67 52 22 15 156
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
DATA DARI SISWA SMA KELAS X ALTERNATIF JAWABAN A B c d JML 76 357 122 0 555 86 335 129 5 555 89 234 229 3 555 72 362 120 1 555 76 332 135 12 555 79 343 108 25 555 120 288 135 12 555 76 357 119 3 555 123 345 79 8 555 143 289 102 21 555 154 224 138 39 555 167 243 141 4 555 180 265 109 1 555 179 255 120 1 555 156 222 136 41 555 133 128 222 72 555 135 239 120 61 555 133 128 222 72 555 121 132 230 72 555 127 243 113 72 555 142 176 185 52 555 154 220 138 43 555 177 217 121 40 555 133 262 118 42 555 166 215 124 50 555 122 238 165 30 555 3319 6649 3680 782 14430
|253
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
E. Kesimpulan dan Saran Secara konseptual model desain pembelajaran bernilai dan karakter pada mata pelajaran Geografi pada dasarnya merupakan suatu program pendidikan yang mengorganisir dan menyederhanakan sumber-sumber nilai moral dan disajikan dengan mempertimbangkan konteks sosial budaya Melayu Riau. Implementasi pendidikan karakter atas dasar nilai budaya Melayu dalam mata pelajaran Geografi dilihat dari aspek perencanaan pendidikan karakter yang mencakup : (1) Guru Geografi yang berpedoman kepada Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RK-AS) berkarakter, (2) Guru Geografi yang menyusun sillabus pembelajaran berbasis karakter dan sistem nilai budaya melayu, (3) Guru Geografi menyusun RPP berbasis karakter dan budaya Melayu (4) Guru Geografi berpedoman kepada jadwal kegiatan pembelajaran berbasis karakter dan budaya Melayu, (5) Guru Geografi memilih dan menyiapkan media pembelajaran berbasis karakter dan budaya melayu, dan (6) Guru Geografi memilih dan menyiapkan sumber belajar berbasis karakter dan budaya Melayu. Skor keseluruhan dari masing-masing indikator diketahui berada pada level baik, ditunjukkan dengan skor : 77,404 %. Demikian juga pernyataan siswa atas upaya guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter atas budaya berada pada level baik, ditunjukkan dengan skor : 71,66493 %. Adapun faktor pendukung yaitu adanya kebijakan penerapan kurikulum 2013 untuk persekolahan. Sedangkan faktor penghambat dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di di SMAN yaitu minimnya pengetahuan guru akan sistem nilainilai karakter dalam budaya Melayu,kurangnya sumber daya manusia (Kepala Sekolah dan Guru), Kurangnya Sarana dan Prasarana dan rendahnya keterlibatan orangtua dan masyarakat Sehubungan dengan temuan-temuan penelitian di atas maka perlu dikemukakan saran-saran dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Kepada para guru Pendidikan IPS-Geografi hendaknya lebih meningkatkan pemahaman tentang pendidikan nilai dan karakter. Tidak kalah pentingnya yaitu kemampuan implemntatif dalam proses pembelajaran di kelas sehingga nilai dan karakter budaya Melayu Riau dapat dikembangkan.
254|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
2.
Kepada kepala sekolah hendaknya dapat lebih meningkatkan pembinaan pengawasan dan pengarahan kepada guru Pendidikan IPS-Geografi dalam penerapan pendidikan karakter.
3. Orang tua murid hendaknya membangun kebersamaan dan kerjasama dengan Pihak sekolah sebab pembinaan nilai dan karakter tidak bisa hanya diserahkan kepada Pihak sekolah saja.
F. Daftar Pustaka Depdiknas. (2004) UU RI. No. 20 Tahun 2004 (UUSPN) dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: Sinar Grafika Dep.Diknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) , Jakarta: Sinar Grafika, 2003. Dewantara, Ki Hajar. Karja Ki Hadjar Dewatara Bagian Pertama: Pendidikan. Djahiri, A.K. (1985). Strategi Pengajaran Efektif Nilai-Moral VCT dan Games dalam PVCT. Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP-Bandung. Djamari., (1999), Penanaman Wawasan dan Nilai-nilai Esensial dalam Pengajaran Geografi Bagi Pencapaian Tujuan Pendidikan, (Makalah Seminar IMAHAGI di UPI, tanggal 23-09-1999. Efendi, Tenas, Pantun Nasehat, Yogyakarta: Balai kajian Melayu bekerjasama dengan Adicita Karya Nusa, 2005. Efendi, Tenas, Kearifan Pemikiran Melayu; Pekanbaru: Yayasan tenas Efendi, 2010. , Kesantunan dan Semangat melayu; Pekanbaru: Yayasan Tenas Efendi, 2011. Wawancara dengan guru Hj Syofniati, S.Pd, 5 Oktober 2013 Fraenkel, J. (1977). How to Teach Values: An Analytic Approach. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall. Fraenkel, J. How to Teach Values: An Analytic Approach. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall. Hal.23, 1989 Djahiri, A.K. Menelusuri Dunia Afektif: Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: LAB. Pengajaran PMP IKIP Bandung.hal. 6, 1996. Joyce, D., Weil.M. (1972), Model of Teaching. Prentice Hall. Inc. New Jersey. Kusnadi. (2000). Pengembangan Pembelajaran Integrasi Nilai-nilai Tauhid dalam Pembelajaran Geografi di SMUN 19 Kotamadya Bandung. (Tesis S-2 PPS UPI Bandung)
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|255
Kusnadi, Rohani : Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter …….
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2011). Samani, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya,hal. 43, 2011. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 26, 2011.
Lembaga
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Kompas Gramedia, hal. 41, 2011.
256|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014