BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun. Ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu merupakan sebagai sebab dari terjadinya kecemasan. Kecemasan menghasilkan peringatan yang berharga dan penting dalam upaya untuk memelihara keseimbangan dan melindungi diri yang dapat dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005). Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah merupakan suatu peristiwa komplek yang menegangkan, karena selain mengalami gangguan fisik akan dapat memunculkan masalah psikologis. Reaksi emosional dari pasien, diantaranya adalah kecemasan akan selalu didahului dalam prosedur pembedahan. Kecemasan adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah akibat ancaman atau penyebab yang tidak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif (Carpenito, 2001). Sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannnya yang tinggi, sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, status sosial ekonomi yang rendah, jenis histopatologi dan derajat pendidikan sesorang ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita (Rasjidi, 2007). Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian kanker serviks telah menurun karena suksesnya program pemeriksaan sel. Akan tetapi, secara umum kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya. Angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Menurut Depkes (2009) faktor resiko terjadinya kanker
Universitas Sumatera Utara
serviks dapat terjadi pada perempuan yang melakukan aktivitas seksual sebelum usia 18 tahun, perempuan yang berganti-ganti pasangan seksual, dan menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Di Indonesia, setiap hari ditemukan 41 kasus dan 20 kematian sekaligus (Rasjidi, 2007). Sedangkan dari data yang didapatkan dari RSU Dr.Pirngadi Medan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Mei 2012 terdapat 51 kasus kanker serviks. Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai respon antisipasi pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan pasien, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya (Brunner & Suddarth, 2002). Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien yang akan berpengaruh kepada fungsi tubuh pasien menjelang operasi. Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, ketakutan, mual/muntah, gelisah, pusing, diaforesis, gemetar rasa panas dan dingin. Karena dengan adanya tanda-tanda tersebut maka biasanya operasi akan ditunda oleh dokter. Terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas penderita. Menurut Snyderman (dalam Hawari, 2004) bahwa terapi medis saja tanpa disertai do’a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataannya banyak penderita yang belum mendapat bimbingan terhadap pendekatan keagamaan untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan do’a dan dzikir baik dari tenaga pelayanan kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini terjadi karena disebabkan kurang pengetahuan tentang keagamaan dan bimbingan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do’a dan dzikir. Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan pasien, kepercayaan spritual memiliki peranan penting. Tanpa memandang anutan keagamaan pasien, kepercayaan spritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya harus dibuat untuk membantu pasien mendapat bantuan spritual yang pasien inginkan. Kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu pasien harus dihargai dan didukung karena keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar (Brunner&Suddarth, 2002). Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara tenaga pelayanan kesehatan, penderita, dan keluarga penderita, dengan cara menyiapkan tenaga pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pendekatan secara keagamaan, memberikan bimbingan tentang peningkatan keimanan, dan pelaksanaan do’a dan dzikir. Atau bisa mendatangkan seorang pemuka agama untuk membimbing dalam memberikan support psikologis dengan melakukan do’a dan dzikir, sehingga kecemasan berkurang dan imunitas meningkat. Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2006). Penelitian dilakukan di RSUD Swadana Pare Kediri. Subyek penelitian adalah pasien pre operasi di RSUD
Universitas Sumatera Utara
Swadana Pare Kediri, yang masing-masing diambil sebanyak 20 orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien pre operasi antara pasien yang diberi bimbingan doa dan dzikir dengan yang tidak (t=3,344 dan p=0,002), dengan kesimpulan bahwa pemberian doa dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Hal yang sama dapat lihat pada penelitian yang dilakukan oleh Hammad (2009) yang mengkaji peran terapi Al-Qur’an terhadap kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi dimana hasilnya menunjukkan nilai yang signifikan pada kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi (p=0.016). Dengan kesimpulan bahwa terapi Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan imunitas pasien yang sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Dengan demikian, berdasarkan dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah apakah ada pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengidentifikasi pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan Kelompok Intervensi sebelum dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan 1.3.2.2.
Untuk
mengetahui
tingkat
kecemasan
Kelompok
Intervensi sesudah dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan. 1.3.2.3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan.
1.3.3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan antara lain : 1.3.3.1. Praktik Keperawatan Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi perawat dalam memahami pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU
Universitas Sumatera Utara
Dr.Pirngadi Medan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.3.3.2. Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan yang akan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan. 1.3.3.3. Penelitian Keperawatan Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara