137
bunyi sebanyak satu kali. Jika transaksi tidak berhasil dilakukan dikarenakan saldo tidak mencukupi atau tag RFID tidak terbaca maka sistem akan memberitahukan kepada operator yang bertugas dan konsumen melalui bunyi peringatan sehingga dapat dilakukan prosedur pembayaran secara manual.
Mobil keluar
Deteksi plat nomor polisi
ANPR
Data Plat nomor
Valid ?
Tidak
Panggilan kepada operator
Ya
Cek STNK, No.Pol, KTP/SIM,
Transaksi dilanjutkan
Jalankan prosedur pengamanan
Selesai
Cek saldo
Saldo mencukupi?
Tidak
Panggilan kepada operator
Ya
Scanning kartu smart card pada alat pengenal di loket
Transaksi berhasil
Jalankan prosedur pembayaran manual
Laporan
Diagram 4.11 Flow chart sistem pembayaran
Selesai
138
• Cara mengganti tag RFID yang hilang atau rusak Untuk mendapatkan mengganti tag yang hilang maka konsumen harus datang ke customer service center dan mengisi formulir kerusakan atau kehilangan yang termasuk didalamnya nama, nomor kartu identitas, tipe kendaraan, nomor polisi kendaraan dan lain-lain.
Gambar 4.12 Flow chart mengganti tag RFID yang hilang atau rusak • Cara mengambil tiket parkir jika tag RFID tidak berfungsi Untuk mendapatkan tiket parkir jika tag RFID tidak berfungsi maka konsumen harus menekan tombol pada dispenser tiket manual. Pada saat
139
bersamaan kamera tetap akan mengambil gambar mobil dan nomor polisi kendaraan yang digunakan. Untuk proses pembayaran harus dilakukan secara manual sesuai dengan prosedur pembayaran secara manual.
Gambar 4.13 Flow chart mengambil tiket parkir jika tag RFID tidak berfungsi
4.3.2 Seleksi Konsep Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama, yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan seringkali disebut seleksi konsep Pugh. Tujuan dari penyaringan konsep ini adalah mempersempit jumlah
140
konsep secara cepat dan untuk memperbaiki konsep. Penilaian konsep digunakan agar peningkatan jumlah alternatif penyelesaian dapat dibedakan lebih baik di anatara konsep yang bersaing. Proses seleksi konsep ini dilakukan pada fokus grup yang beranggotakan 10 orang. • Penyaringan Konsep Tabel 4.18 Penyaringan konsep Pugh Konsep Kriteria Seleksi Kecepatan pengambilan tiket parkir (Responsiveness) Kemudahaan mengambil tiket parkir (Empathy) Informasi ketersediaan lot/area parkir (Reliability) Kemudahaan mencari lot/area parkir (Emphaty) Kejelasan rambu-rambu dan penunjuk jalan (Tangible) Kecepatan antrian pembayaran tiket parkir (Responsiveness) Kemudahan pembayaran tiket parkir (empathy) Keamanan area parkir (Assurance) Jumlah + Jumlah 0 Jumlah Nilai akhir Peringkat Lanjutkan?
Referensi D (The Plaza Semanggi)
A
B
C
+
+
+
0
0
+
+
0
0
0
+
0
+
+
+
0
0
0
+
0
+
+
+
0
+
+
+
0
-
-
0
0
4 3 1 3 3 Tidak
5 2 1 4 2 Ya
7 1 0 7 1 Ya
0 8 0 0 4 Tidak
141
Konsep dinilai terhadap konsep referensi yaitu The Plaza Semanggi dengan kode sederhana (“+” untuk lebih baik, “-“ untuk lebih buruk, dan “=” untuk sama dengan). Dari hasil diatas, konsep yang akan dilanjutkan adalah konsep B dan C. • Penilaian Konsep Proses penilaian konsep dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 50 orang, mengingat sudah cukup banyak survei yang dilakukan sebelumnya dan waktu yang diberikan sangat terbatas oleh pihak kedua mal, maka konsep yang dipilih dianggap telah mewakili kebutuhankebutuhan yang teridentifikasi. Format kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 5. Untuk hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada lampiran 5. Dalam menilai konsep, setiap kriteria diberi beban terlebih dahulu secara subjektif dengan persentase tertentu untuk setiap kriteria. Selanjutnya untuk setiap konsep diberi rating. Nilai beban didapat dari hasil perkalian antara beban dan rating. Berikut ini adalah hasil dari penilaian konsep.
142
Tabel 4.19 Penilaian konsep Konsep Beban (%)
Kriteria Seleksi Kecepatan pengambilan tiket parkir (Responsiveness) Kemudahaan mengambil tiket parkir (Empathy) Informasi ketersediaan lot/area parkir (Reliability) Kemudahaan mencari lot/area parkir (Emphaty) Kejelasan rambu-rambu dan penunjuk jalan (Tangible) Kecepatan antrian pembayaran tiket parkir (Responsiveness) Kemudahan pembayaran tiket parkir (empathy) Keamanan area parkir (Assurance)
B Rating
C
Nilai Nilai Rating Beban Beban
15,89%
4,45
0,71
4,5
0,72
10,00%
3,98
0,40
4,06
0,41
14,44%
3,21
0,46
3,99
0,58
20,78%
3,59
0,75
3,92
0,82
4,89%
2,97
0,15
3,02
0,15
9,61%
3,96
0,38
4,04
0,39
15,00%
4,03
0,61
4,12
0,62
9,39%
3,65
0,34
3,84
0,36
Total nilai Peringkat Lanjutkan?
3,79
4,02
2
1
Tidak
Ya
Dari hasil penilaian konsep diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep C lebih unggul dari konsep B sehingga konsep C dipilih sebagai konsep akhir. Berikut ini adalah DFD nol dari konsep C:
143
144
4.3.3 Arsitektur Produk Dalam menetapkan arsitektur produk Konsep ini sangat diperlukan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Fungsi-fungsi komponen secara garis besar dapat digambarkan dengan skema produk sebagai berikut.
Gambar 4.14 Arsitektur produk (chunk) Gambar diatas adalah susunan komponen-komponen geometris yang dirancang. Gambar diatas disusun berdasarkan skema produk dan diagram fungsi untuk memastikan susunan komponen tidak saling bertentangan dalam hal fungsinya.
145
4.3.4 Desain Industri 4.3.4.1 Kebutuhan Ergonomik Kebutuhan ergonomik yang harus diperhatikan disini adalah kemudahan pemakaian, kemudahan perawatan, kualitas interaksi pemakai, pembaruan interaksi pemakai dan keamanan. Tabel 4.20 Kebutuhan-kebutuhan ergonomik KebutuhanLevel kepentingan kebutuhan Rendah Menengah Tinggi
Kemudahan pemakaian
Kemudahan perawatan Kualitas interaksi pemakai Pembaruan interaksi pemakai
Keamanan
Penjelasan peringkat Produk sangat penting sebagai pengganti alat identifikasi, pembayaran dan untuk memandu konsumen dalam mencari tempat parkir. Oleh karena itu, cara penggunaan sangat penting. Penggunaan RFID dan elektronik lainnya hanya memerlukan sedikit perawatan Terdapat beberapa interaksi yang terjadi sehingga kualitas interaksi pemakai perlu dipertimbangkan lebih lanjut Pembaruan tidak terlalu penting mengingat desain yang telah dibuat mengacu pada kemudahan interaksi pemakaiannya Produk harus didesain seaman mungkin mengingat akan digunakan pada mobilmobil.
146
4.3.4.2 Kebutuhan Estetis Untuk kebutuhan estetis yang harus diperhatikan adalah diferensiasi produk, gengsi kepemilikan, mode atau kesan dan motivasi tim. Tabel 4.21 Kebutuhan-kebutuhan estetis Kebutuhankebutuhan
Level kepentingan Rendah Menengah Tinggi
Diferensiasi produk
Gengsi kepemilikan , mode atau kesan
Motivasi tim
Penjelasan peringkat Diferensiasi produk tidak terlalu diperhatikan karena produk yang dibuat merupakan platform baru yang masih jarang Produk ini diharapkan dapat menjadi salah satu simbol mode atau kepemilikan dari orang yang menggunakannya Pengembangan produk ini diharapkan dapat memotivasi tim dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang ada sekarang
4.3.4.3 Penilaian Kualitas Desain Industri Penilaian kualitas desain industri terdiri dari kualitas antar muka pelanggan, daya tarik emosional, kemampuan memelihara dan memperbaiki produk, ketepatan penggunaan sumber daya dan perbedaan produk.
147
Tabel 4.22 Penilaian kualitas desain industri Kebutuhankebutuhan
Kualitas antar muka pelanggan
Daya tarik emosional Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk Ketepatan penggunaan sumber daya Diferensiasi produk
Level kepentingan Rendah Menengah Tinggi
Penjelasan peringkat Produk ini sangat mudah untuk digunakan, aman dan nyaman. Contohnya proses pembayaran tidak perlu dilakukan secara manual karena sudah menggunakan sistem elektronik Produk ini mempunyai daya tarik emosional yang tinggi, karena menggunakan teknologi yang cukup tinggi Kemampuan pemeliharaan dan perbaikan bukan hal utama bagi pengguna, bila terjadi kerusakan maka tidak semua komponen harus diganti Bahan dan komponen yang digunakan murah dan cukup handal dalam penggunaannya Penampilan dan bentuk dari produk unik dan mudah dikenali di publik ketika digunakan
148
4.3.5 Design for Manufacturing (DFM) Pada tahapan DFM akan dibuat perkiraan perhitungan biaya komponen dengan menggunakan sumber-sumber data dari struktur produk, BOM, AC, dan OPC yang berguna dalam memberikan informasi mengenai jumlah komponen yang dibutuhkan. Berikut ini adalah struktur produk, BOM, AC, dan OPC dari produk Snello.
Gambar 4.15 Struktur produk
149
Tabel 4.23 Bill of Material (BOM) No. komponen
Level
Description
Code
Quantity
BOM UOM
1
1
Assembly 5
A5
1
Each
2
.2
Assembly 4
A4
1
Each
3
..3
Assembly 3
A3
1
Each
4
…4
Assembly 2
A2
1
Each
5
….5
Assembly 1
A1
1
Each
6
…..6
Sub assembly 1
SA1
1
Each
7
......7
Sub sub assembly 1
SSA1
1
Each
8
.......8 Mainboard
MB
1
Each
9
.......8 Zigbee
ZB
1
Each
10
......7
Speaker
SP
1
Each
11
…..6
LED indicator
LI
1
Each
12
….5
Sub assembly 2
SA2
1
Each
13
…..6
Transponder
TR
1
Each
14
…..6
Reader Tag RFID
RD
1
Each
15
…4
Screen
SC
1
Each
16
..3
Buttons
BT
4
Each
17
.2
Battery
BR
1
Each
18
1
Casing
CS
1
Each
150
Gambar 4.24 Assembly Chart
151
OPERATION PROCESS CHART NAMA OBJEK : Snello DIPETAKAN OLEH : TIM TANGGAL : 3 JUNI 2009
SEKARANG USULAN Mainboard 1 unit produksi Komponen elektronika
Reader Tag RFID Transponder Kawat Timah
O-1 O-5
Penyolderan Mesin Solder
Penggabungan Solder
I-1
Pemeriksaan Meja Periksa
I-5
Pemeriksaan
S-1
Meja Periksa
S-5
Peletakan Buffer
Peletakan Buffer
Zigbee Kawat Timah
O-2 I-2
Penggabungan Solder Pemeriksaan Meja Periksa
S-2
Peletakan Buffer
Speaker Kawat Timah
O-3 I-3
Penggabungan Solder Pemeriksaan Meja Periksa
S-3
Peletakan Buffer
LED Indikator Kawat Timah
O-4 I-4
Penggabungan Solder Pemeriksaan Meja Periksa
S-4
Peletakan Buffer
A
B
Gambar 4.17 OPC
152
153
C Ringkasan Keterangan
Kegiatan
Jumlah
I-10
Proses
11
S10
Pemeriksaan
Peletakan Total
10 11 32
Pemeriksaan Meja Periksa Peletakan Buffer
Kardus Selotip
O11 S11
Packing Meja Packing Peletakan Warehouse
Gambar 4.17 OPC (lanjutan)
Hasil perhitungan biaya produksi untuk membuat 1 unit produk adalah +Rp.155.690,-. Rincian perhitungan biaya produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.24 Perkiraan biaya material Biaya Tetap (biaya dibagi units)/ 50.000 unit Solder Rp. 5.000.000 Rp. 100 Biaya tenaga kerja Rp. 132.000.000 Rp. 2.640 Biaya Variabel Rp. 500.000.000 Rp. 10.000 Mainboard Rp. 500.000.000 Rp. 10.000 Zigbee Rp. 47.500.000 Rp. 950 Speaker LED indikator Rp. 5.000.000 Rp. 100 Rp.4.250.000.000 Rp. 85.000 Transponder Tag RFID Rp. 350.000.000 Rp. 7.000 Rp. 800.000.000 Rp. 16.000 Screen Rp. 15.000.000 Rp. 300 Button Rp.1.000.000.000 Rp. 20.000 Battery Rp. 175.000.000 Rp. 3.500 Casing Kawat Timah Solder Rp. 5.000.000 Rp. 100 Total Rp.7.784.500.000 Rp.155.690
154
4.3.6 Analisis Ekonomi Tahapan akhir dari suatu proses pengembangan produk adalah analisis ekonomi untuk memperkirakan gambaran atau prospek dari produk ini beberapa periode ke depan. Hasil dari analisis ini menentukan keputusan untuk terus menjalankan pengembangan produk ini. Analisis ekonomi dalam perhitungan ini akan digunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif dengan menggunakan pertimbangan faktor-faktor kualitatif. Berikut merupakan asumsi data-data yang digunakan dalam menghitung cashflow dengan metode NPV : • Perhitungan dilakukan untuk periode 5 tahun dengan pertimbangan investasi untuk bangunan merupakan investasi jangka panjang, dengan pembagian 2 semester (6 bulanan). Hal ini dimaksudkan untuk penyajian tabel yang lebih ringkas dan sederhana. • Berdasarkan data dari APPBI, hingga tahun 2008 akan ada 80-90 mal yang beroperasi di Jakarta. Dengan asumsi bahwa sistem ini akan diimplementasikan oleh +10% mall dari jumlah mal yang ada maka akan ada sekitar 10 mall yang akan menjadi pengguna sistem ini. • Budget
biaya
pengembangan
sistem
diasumsikan
sebesar
Rp.10.000.000.000 selama dua tahun. Biaya ini termasuk biaya untuk riset, penyusunan konsep dan uji pasar. Biaya ini akan didistribusikan
155
bebannya terhadap 10 mal pengguna
berupa biaya lisensi sebesar
Rp. 1.000.000.000. • Diasumsikan bahwa proyek ini akan digunakan sebagai open system dan tidak terbatas pada hanya satu tempat parkir saja dan dapat diimplementasikan untuk banyak tempat parkir di pusat perbelanjaan. Namun, untuk analisis ini dibatasi pada The Plaza Semanggi. • Penjualan diasumsikan meningkat secara bertahap dan konstan dari tahun ke tahun sementara budget untuk promosi dan marketing turun bertahap seiring meningkatnya pengguna. • Diasumsikan investasi untuk perakitan produk tidak diikutsertakan dalam perhitungan karena dirakit dan diproduksi oleh pihak ketiga. • Tingkat suku bunga pinjaman diasumsikan sebesar 11% berdasarkan data dari bank BCA tahun 2009. Dari tabel pada lampiran 7 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan data-data di atas. Nilai kumulatif dari NPV pada periode awal bernilai positif mulai tahun ke empat semester kedua. Artinya, BEP (Break Event Point) dicapai pada periode tersebut. Modal akan kembali dalam waktu 4 tahun pada semester ke dua dengan memberikan nilai sebesar Rp. 877.298.000,-. Nilai bersih proyek selama 5 tahun adalah sebesar Rp. 3.952.260.000,-. Maka secara analisis kuantitatif maka proyek layak untuk direalisasikan.
156
Metode Kualitatif Hasil dari analisis di atas belum disesuaikan dengan keadaan pasar, lingkungan, dan keadaan ekonomi Indonesia untuk periode sekarang. Analisa kualitatif akan meningkatkan keyakinan akan kelayakan produk ini dengan menggunakan beberapa skenario sebagai pertimbangan antara lain : • Skenario 1 : Peningkatan suku bunga Suku bunga kredit untuk sekarang adalah pada kisaran 11% , dengan asumsi bahwa ada kemungkinan untuk fluktuasi hingga +2% hasil perhitungannya tetap memberikan hasil NPV dengan perbedaan yang relatif kecil, yakni di tahun keempat semester kedua dengan cashflow positif sebesar Rp. 965.459.000,- untuk suku bunga 9% sedangkan pada suku bunga 13% adalah sebesar Rp. 872.545.000,-. Nilai proyek masing-masing setelah 5 tahun adalah sebesar Rp 4.190.625.000 untuk suku bunga sebesar 9% dan Rp. 3.888.220.000 untuk suku bunga 13%. Tidak ada perbedaan yang terlalu jauh sehingga proyek ini cenderung stabil terhadap perubahan ekonomi dalam skala kecil dengan asumsi kenaikan ataupun penurunan bunga sebesar 2%. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 7. •
Skenario 2 : Pertumbuhan rata-rata cenderung stabil Apabila diasumsikan bahwa pertumbuhan penjualannya adalah stabil setiap semesternya dengan angka rata-rata penjualan sebesar 20.000 unit
157
per semesternya. Maka BEP akan terjadi pada tahun kelima semester pertama dan nilai proyek untuk 5 tahun menjadi sebesar Rp. Rp. 827.298.000. Nilai proyek menjadi jauh lebih kecil, namun masih memberikan keuntungan sebesar Rp. 240.741.000,- pada tahun ke-5 semester pertama sehingga proyek ini masih menguntungkan apabila difokuskan untuk jangka panjang. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 4.25 Rekapitulasi analisa ekonomi Kondisi
Bunga
Nilai Proyek (5 tahun)
BEP
Saat ini
11%
Rp3,952,260
Th 4/ Smt 2
Skenario I (Fluktuasi suku bunga)
9%
Rp3,888,220
Th 4/ Smt 2
13%
Rp4,190,625
Th 4/ Smt 2
Rp827,298
Th 5 / Smt 1
Skenario II (penjualan 11% rendah, stagnan) *** dalam ribuan
Nilai BEP
Produksi
meningkat +5.000 unit/semester meningkat Rp965,459 +5.000 unit/semester meningkat Rp872,545 +5.000 unit/semester Rp877,298
Rp240,741
20.000 unit/ semester
158
4.3.7 Perbandingan Waktu Transaksi Berikut ini adalah perbandingan dari waktu transaksi yang dibutuhkan untuk 1 unit kendaraan jika menggunakan sistem pelayanan dan transaksi manual dan dengan menggunakan sistem transaksi secara elektronik.
4.3.7.1 Sistem Pelayanan dan Transaksi Manual Ketika
sebuah
kendaraan
memasuki
area
parkir
untuk
mengambil tiket, mereka harus berhenti terlebih dahulu dan mengantri untuk mengambil tiket masuk begitu juga ketika sebuah kendaraan hendak keluar dari area parkir. Mereka harus terlebih dahulu berhenti dan mengantri untuk melakukan transaksi pembayaran dan ini akan memakan waktu terutama ketika hari libur atau akhir pekan. Berikut ini adalah perhitungan waktu jika menggunakan sistem pelayanan dan transaksi secara manual dengan asumsi bahwa waktu pelayanan ketika masuk dan keluar adalah sama. Waktu transaksi sama dengan waktu perlambatan/deceleration ditambah dengan rata-rata waktu delay (waktu menunggu ditambah waktu pelayanan) dan juga ditambah waktu akselerasi untuk mencapai kecepatan normal.
159
Biasanya kecepatan kendaraan saat memasuki area parkir berada diantara 20 Km/h sampai 40 Km/h. Untuk perhitungan ini diasumsikan kendaraan bergerak dengan kecepatan normal 40 Km/h. • Waktu perlambatan/ deceleration Untuk menghitung waktu perlambatan/ deceleration, harus terlebih dahulu diketahui tingkat deceleration, yaitu untuk
pengereman
secara
normal
dan
untuk
pengereman mendadak. Pada perhitungan ini diasumsikan pengemudi melakukan pengereman secara normal. Sehingga waktu perlambatan/deceleration adalah:
Dimana: 0,278 = Konversi dari satuan Km/h ke m/s V
= Kecepatan (m/s)
a
= Percepatan (m/s2)
• Waktu delay Untuk waktu delay rata-rata, harus diketahui terlebih dahulu waktu pelayanan rata-rata dan waktu menunggu rata-rata. Sistem yang digunakan untuk perhitungan waktu delay rata-rata adalah satu server dengan antrian paralel yang berarti setiap server
160
melayani jumlah kedatangan dibagi dengan jumlah server dengan tingkat kedatangan acak untuk tiap server. Dalam hal ini server adalah loket parkir. Ketika menggunakan model ini diasumsikan bahwa kendaraan yang baru datang ikut mengantri tidak perduli sepanjang apa antrian tersebut, tidak diperbolehkan memotong antrian yang sudah ada dan juga diasumsikan bahwa waktu delay disebabkan oleh proses registrasi dan pemberian tiket parkir. Rumus: o
Waktu
menunggu
rata-rata
o
Waktu
pelayanan
rata-rata
o
Total waktu delay
=
Waktu menunggu rata-rata + waktu pelayanan rata-rata Keterangan: -
Kapasitas maksimum
-
Tingkat kedatangan
161
Pada lampiran 8 dapat dilihat jumlah traffic mobil yang masuk dan keluar dari The Plaza Semanggi selama bulan Maret 2009 yang rata-rata tiap hari mencapai 7174 unit mobil atau 399 unit mobil setiap jam. Sedangkan untuk kapasitas pelayanan maksimum satu loket parkir diasumsikan sebanyak 470 unit mobil. Data ini didapatkan dari hari dengan jumlah kedatangan paling tinggi yaitu pada tanggal 21 Maret 2009 yang mencapai 8451 unit mobil. • Waktu pelayanan rata-rata
• Waktu menunggu rata-rata
• Total waktu delay = 7,632 detik + 43,05 detik = 50,682 detik. • Waktu akselerasi Untuk waktu akselerasi diasumsikan 2,5 m/s2 dari kendaraan benar-benar berhenti sampai ke kecepatan normal. Jika kecepatan normal adalah 40 Km/h maka waktu yang dibutuhkan adalah:
162
• Total waktu transaksi Total waktu transaksi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi (proses registrasi dan pengambilan tiket). Total waktu transaksi = waktu perlambatan/deceleration + waktu delay + waktu akselerasi = 3,271 detik + 50,682 detik + 4,445 detik = 58,401 detik. Total waktu transaksi berbeda tergantung dari kecepatan kendaraan, jadi berikut ini adalah tabel estimasi total waktu transaksi dari kecepatan 20 Km/h sampai dengan 40 Km/h. Tabel 4.26 Estimasi total waktu transaksi manual Kecepatan kendaran (Km/h) 20 30 40
Waktu deceleration (detik) 1,635 2,453 3,271
Waktu Waktu Jumlah delay akselerasi waktu (detik) (detik) (detik) 50,682 2,224 54,541 50,682 3,336 56,471 50,682 4,445 58,401
4.3.7.2 Sistem pelayanan dan transaksi elektronik Ketika kendaraan melewati jalur Electronic Toll Collection pada jalan tol, pengemudi tidak perlu berhenti. Mereka hanya perlu memperlambat kendaraan mereka. Ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi dan juga mengurangi antrian
163
masuk ataupun keluar kendaraan. Konsep pada Electronic Park Collection ini diadopsi dari konsep Electronic Toll Collection sehingga keduanya memiliki kemiripan. Yang membedakan hanyalah prosedur yang berjalan. Oleh karena itu perhitungan dari rumus Electronic Toll Collection menjadi dasar perhitungan ini. • Waktu perlambatan/deceleration Dengan menggunakan sistem secara elektronik maka kendaraan hanya perlu memperlambat kecepatannya. Diasumsikan bahwa kecepatan normal kendaraan adalah 40 Km/h dan hanya perlu memperlambat kendaraannya sampai pada kecepatan 20Km/h dengan tingkat deceleration 3,4 m/s2. Untuk rumus perhitungan yang digunakan sama dengan diatas, maka: o Waktu deceleration kecepatan 40 Km/h adalah 3,27 detik o Waktu deceleration kecepatan 20 Km/h adalah 1,64 detik Sehingga waktu kendaraan untuk memperlambat kecepatan dari 40 Km/h ke 20 Km/h adalah: 3,27 detik – 1,64 detik = 1.63 detik. • Waktu delay Berdasarkan thesis “The Study of RFID for electronic tool collection system implementation in Jabodetabek” oleh Sofa Sofwan Sungkar, sistem pelayanan dengan menggunakan
164
Electronic Toll Collection dapat melayani sampai dengan 1200 transaksi per jam dengan rata-rata waktu pelayanan 3 detik. Untuk waktu menunggu rata-rata diasumsikan bahwa tingkat kedatangan sama dengan menggunakan sistem manual, yaitu 399 unit mobil per jam walaupun pada kenyataannya dengan semakin cepatnya waktu pelayanan maka tingkat kedatangan akan meningkat. • Waktu menunggu rata-rata
• Total waktu delay = 3 detik+1,50 detik = 4,50 detik. • Waktu akselerasi Waktu akselerasi dari kecepatan 20Km/h ke kecepatan normal yaitu 40 Km/h dengan waktu akselerasi 2,5 m/s2 adalah: o Waktu akselerasi kecepatan 40 Km/h adalah 4,45 detik o Waktu akselerasi kecepatan 20 Km/h adalah 2,22 detik Sehingga waktu kendaraan untuk dapat sampai pada kecepatan normal adalah: 4,45 detik – 2,22 detik = 2,23 detik. • Total waktu transaksi Total waktu transaksi yang dibutuhkan dengan sistem elektronik adalah:
165
Total waktu transaksi = waktu perlambatan/deceleration + waktu delay + waktu akselerasi = 1,63 detik + 4,50 detik + 2,23 detik = 8,36 detik. Total waktu transaksi berbeda tergantung dari kecepatan kendaraan, jadi berikut ini adalah tabel estimasi total waktu transaksi dari kecepatan 20 Km/h sampai dengan 40 Km/h. Tabel 4.27 Estimasi total waktu transaksi elektronik Kecepatan kendaran (Km/h) 20 30 40
Waktu deceleration (detik) 0 0,818 1,635
Waktu delay (detik) 4,50 4,50 4,50
Waktu akselerasi (detik) 0 1,112 2,224
Jumlah waktu (detik) 4,50 6,42 8,36
Dari perbedaan waktu transaksi diantara sistem manual dengan elektronik
dapat
dilihat
dengan
sangat
jelas
bahwa
dengan
mengimplementasikan Electronic Park Collection akan mengurangi waktu transaksi dengan sangat signifikan.