PEMATAHAN DORMANSI DAN RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KALIANDRA (Calliandra calothyrsus Meissn.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK DAN KOMPOSISI MEDIA
MERLIN DIANTI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pematahan Dormansi dan Respon Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) terhadap Pemberian Pupuk dan Komposisi Media adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Merlin Dianti NIM E44120051
ABSTRAK MERLIN DIANTI. Pematahan Dormansi dan Respon Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) terhadap Pemberian Pupuk dan Komposisi Media. Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku energi yang dapat diperbarui dan mudah dimanfaatkan. Pertumbuhan awal tanaman kaliandra cenderung lambat akan tetapi pertumbuhan selanjutnya sangat cepat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pertumbuhan bibit kaliandra (C. calothyrsus) terhadap penggunaan komposisi media dan pemberian berbagai jenis pupuk. Perlakuan benih yang direndam dengan air biasa selama 24 jam merupakan perlakuan yang memiliki daya berkecambah paling besar. Perlakuan perendaman benih kaliandra dengan suhu 980 C dapat menurunkan daya berkecambah benih. Pemberian pupuk NPK sebanyak 1 gram dan biourine sapi 20% pada media tanah+arang sekam mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kaliandra karena memberikan respon yang paling baik terhadap tinggi, diameter dan kekokohan bibit kaliandra. Pemberian biourine 20% mampu menggantikan penggunaan pupuk NPK. Media tanah+arang sekam (4:1) merupakan media yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan bibit kaliandra. Kata kunci: biourine, Calliandra calothyrsus, dormansi, pupuk NPK
ABSTRACT MERLIN DIANTI. Dormancy Breaking and Growth Response of Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) Seeds to Fertilizers and Media Composition. Supervised by ANDI SUKENDRO. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) is a species of plant that can be used as an alternative raw material for renewable energy. The initial growth of kaliandra tends to grow slowly, and become more faster in the next growth period. The aim of the experiment is to know the dormancy breaking of kaliandra seed and response of the seeds applied with fertilizer and various media composition. The result showed that kaliandra seeds with water soaked treatment for 24 hours has the best germination capability. Seeds soaked treatment in temperature 98oC can reduce the germination capability. Application NPK 1 gram and biourine 20% on media soil+husk charcoal was able to increase the growth of kaliandra because it showed the best response on height, diameter and rigidness of kaliandra seeds. The aplication of biourine 20% can replace NPK fertilizer. Media soil+husk charcoal (4:1) is the most used for the growth of seeds kaliandra. Key word: biourine, Calliandra calothyrsus, dormancy, NPK fertilizer
PEMATAHAN DORMANSI DAN RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KALIANDRA (Calliandra calothyrsus Meissn.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK DAN KOMPOSISI MEDIA
MERLIN DIANTI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah dormansi benih dan respon pertumbuhan tanaman, dengan judul Pematahan Dormansi dan Respon Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) terhadap Pemberian Pupuk dan Komposisi Media. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Andi Sukendro, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran ataupun masukan kepada penulis demi kelancaran penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu kepada Kak Nok Nurjannah, teman-teman Silvikultur 49, Silvi, Kareena, teman-teman SHut in Progress dan teman-teman Asbunawa penulis ucapkan terima kasih atas doa, motivasi dan juga kebersamaan kalian selama ini. Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa secara khusus dan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan ini secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Oktober 2016
Merlin Dianti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur Kerja
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.)
4
Pematahan Dormansi Benih Kaliandra
5
Pengaruh Komposisi Media dan Pemberian Pupuk terhadap Tinggi dan Diameter Bibit Kaliandra
7
Kekokohan Bibit Kaliandra
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman terhadap daya berkecambah benih kaliandra 2 Hasil uji Duncan pengaruh suhu dan waktu perendaman benih terhadap daya berkecambah benih kaliandra 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap peubah bibit kaliandra umur 3 bulan
6 6 8
4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tinggi bibit kaliandra umur 3 bulan 8 5 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan diameter bibit kaliandra umur 3 bulan 6 Hasil analisis kandungan unsur hara, air dan pH biourine sapi 7 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dengan komposisi media tanam terhadap kekokohan bibit kaliandra
9 11 12
DAFTAR GAMBAR 1 Penampakan a) tanaman; b) bunga; dan c) biji kaliandra 2 Serangan penyakit lodoh pada semai kaliandra 3 Bibit kaliandra umur 3 bulan a) tanah+arang (TA); b)tanah+kompos (TK); c) tanah+kompos+arang (TKA); dan d) tanah
5 7 9
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil sidik ragam setiap parameter pengamatan
17
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya peningkatan industri secara nyata yang diikuti pula dengan peningkatan kebutuhan energi. Saat ini sebagian besar bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar yang berasal dari fosil yang jumlahnya semakin lama semakin sedikit. Oleh karena itu diperlukan alternatif bahan baku energi yang dapat diperbarui dan mudah dimanfaatkan. Salah satunya adalah tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus) yang dapat menghasilkan bahan baku energi secara cepat dan berkualitas untuk produksi wood pellet karena mampu menghasilkan kalor yang tinggi yaitu sebesar 4.7 kkal (Kementerian Kehutanan dan ICCTF 2014). Kaliandra merupakan jenis tanaman energi yang cocok tumbuh di lahan kritis, selain itu kaliandra juga mampu menyuburkan tanah (Kementerian Kehutanan dan ICCTF 2014). Keuntungan menanam kaliandra untuk produksi kayu energi adalah pemanenannya dapat dilakukan secara berulang sehingga tidak perlu menanam kaliandra yang baru setelah pemanenan. Produksi biomassa kaliandra cukup tinggi terutama di areal dengan ketinggian >800 mdpl, akan tetapi kaliandra juga mampu tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 250 mdpl. Produktivitas tanaman kaliandra umur 2.5 tahun ialah sebesar 5-20 m3/ha (Hendrati dan Hidayati 2014). Pertumbuhan awal tanaman kaliandra cenderung lambat akan tetapi pertumbuhan selanjutnya sangat cepat (Kementerian Kehutanan dan ICCTF 2013). Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kaliandra muda. Penggunaan media tanam yang tepat merupakan hal yang perlu diperhatikan karena media tanam merupakan tempat tanaman menyerap unsur hara selama tanaman belum mencapai usia yang siap untuk di tanam di lapang (Pramono dan Kurniaty 2015). Penggunaan pupuk kimia banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, akan tetapi penerapan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunduran sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pupuk organik cair seperti biourine. Biourine adalah urin yang diambil dari ternak umumnya ruminansia seperti sapi, kambing, kerbau dan kelinci dengan terlebih dahulu difermentasi sebelum digunakan. Bahan organik yang terdapat dalam biourine mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dharmayanti et al. 2013). Salah satu jenis urin ruminansia yang dapat digunakan sebagai biourine adalah sapi. Sapi merupakan hewan ternak yang banyak dikembangkan baik untuk sapi pedaging ataupun sapi perah. Oleh karena hal tersebut diperlukan penelitian untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman muda kaliandra dengan penggunaan pupuk dan komposisi media yang tepat.
2 Tujuan Penelitian eeeePenelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kaliandra (C. calothyrsus) terhadap pemberian berbagai jenis pupuk dan komposisi media yang tepat.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan jenis pupuk yang tepat dan pemilihan media yang tepat untuk pertumbuhan bibit kaliandra (C. calothyrsus) sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai Agustus 2016.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah, arang sekam, kompos, pupuk NPK mutiara 16:16:16, urin sapi, dan benih kaliandra merah. Peralatan yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah termometer, karung, polybag, timbangan digital, alat tulis, caliper, label, cangkul, sprayer, ember, gelas ukur, corong, kamera digital, alat tulis, dan laptop dengan aplikasi Microsoft Excel dan aplikasi SAS 9.1.3 portable.
Prosedur Kerja Pematahan dormansi Pematahan dormansi benih kaliandra dilakukan dengan cara perendaman benih pada suhu 700 C, 800 C, 900 C, dan 980 C selama 30, 60 dan 90 detik pada setiap perlakuan suhu dan terdapat perlakuan kontrol yaitu benih yang tidak dilakukan perendaman dengan air panas. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Selanjutnya benih direndam dengan air biasa selama 24 jam. Selanjutnya benih ditanam pada bak kecambah dengan media tanam tanah, kompos dan arang sekam dengan perbandingan tanah sebanyak 45%, kompos 45%, dan arang sekam 10%. Pembuatan biourine sapi Biourine sapi dibuat dengan melakukan fermentasi urin sapi selama 7 hari dengan campuran air dan pada tingkat konsentrasi urin sebanyak 0%, 10% dan 20%.
3 Pemberian biourine Pemupukan dilakukan dengan menggunakan biourine sapi dengan konsentrasi yang berbeda. Biourine diaplikasikan 1 kali dalam 4 minggu selama 13 minggu waktu penelitian, pemupukan ini dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk di samping tanaman. Pembuatan media tanam Media tanam dibuat dengan empat komposisi yang berbeda yaitu media tanam pertama dengan tanah saja, media kedua dengan komposisi tanah+arang dengan perbandingan 4:1, media ketiga tanah+kompos dengan perbandingan 1:1 dan media keempat tanah+kompos+arang sekam dengan perbandingan 2:2:1. Media tersebut kemudian disterilkan dengan cara dijemur selama tiga hari. Selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag berukuran 15 cm x 20 cm. Penyapihan Penyapihan dilakukan dengan memindahkan semai kaliandra yang memiliki tinggi 3-4 cm ke dalam polybag yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan. Penyapihan dilakukan pada pagi hari untuk mengurangi penguapan. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan untuk memberikan kondisi yang baik bagi tanaman kaliandra dalam proses pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan yaitu penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama serta penyakit. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi atau sore. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apa bila terjadi serangan hama atau penyakit. Pengamatan Pengamatan akan dilakukan terhadap peubah sebagai berikut: Daya berkecambah. Pengukuran daya berkecambah benih menggunakan rumus sebagai berikut Daya Kecambah =
dilakukan
jumlah kecambah normal × 100% jumlah benih yang ditanam
Tinggi bibit. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah penyapihan, tinggi diukur setiap minggu selama 13 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai. Diameter bibit. Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada 1 cm dari pangkal batang Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Kekokohan bibit. Kekokohan bibit diamati pada akhir pengamatan dengan membandingkan tinggi tanaman (cm) dengan diameter tanaman (cm). Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan 8 ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah jenis pupuk dan faktor kedua adalah komposisi media.
4 Faktor pupuk P1= biourine sapi 0%; P2= NPK 1 gram/ tanaman; P3= biourine sapi 10%; P4= biourine sapi20%. Faktor komposisi media tanam M1 = tanah; M2= tanah+arang sekam (4:1); M3= tanah+kompos (1:1) dan M4= tanah+kompos+arang sekam (2:2:1). Model rancangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2013): Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan pada pemberian jenis pupuk ke-i dan komposisi media tanam ke-j µ = Rataan umum αi = Pengaruh pemberian jenis pupuk ke-i βj = Pengaruh komposisi media tanam ke-j (αβ)ij = Pengaruh interaksi pemberian jenis pupuk ke-i serta komposisi media tanam ke-j εij = Galat percobaan Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excell dan software SAS 9.1.3 portable. Jika P-value > α (0.05) maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada peubah yang diamati. Jika P-value < α (0.05) maka perlakuan memberikan pengaruh yang bebeda nyata pada peubah yang diamati. Uji Duncan dilakukan setelah analisis keragaman berpengaruh nyata. Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) Kaliandar (C. calothyrsus) adalah tanaman dengan habitus perdu dengan tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Kulit batang berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil. Sistem perakarannya terdiri dari beberapa akar tunggang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Kaliandra berdaun majemuk dengan panjang daun utama mencapai 20 cm dan lebar mencapai 15 cm. Musim berbunga kaliandra di Indonesia sangat bervariasi antara daerah, puncaknya berlangsung antara bulan Januari dan April. Polong berbentuk lurus dan berwarna agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang pipih (Stewart et al. 2001). Penampakan tanaman, bunga, polong dan biji kaliandra dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi tanaman kaliandra menurut Benson (1976) dalam Yuliani (2007) adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Fabaceae
5 Sub-famili Genus Spesies
: Mimosoidae : Calliandra : Calliandra calothyrus Meissn.
b
a
c
Gambar 1 Penampakan a) tanaman; b) bunga; dan c) biji kaliandra Kaliandra berasal dari Amerika Tengah dan Selatan khususnya Meksiko, Suriname dan hampir seluruh kepulauan Karibia. Kaliandra di Meksiko dan Amerika tumbuh di berbagai habitat pada ketinggian sampai 1860 m dari permukaan laut. Kaliandra dapat hidup pada daerah dengan curah hujan antara 1000-4000 mm per tahun, terkadang juga ditemukan pada daerah dengan curah hujan 800 mm per tahun. Kaliandra tumbuh di daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Kaliandra dapat hidup pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah vulkanik dalam, alluvial sampai tanah lempung pasiran yang tererosi. Kaliandra merupakan jenis tanaman intoleran dan tahan terhadap tanah yang agak masam dengan pH 4.5 akan tetapi tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang secara teratur. Di Indonesia kaliandra dapat ditemukan pada ketinggian >250 mdpl, akan tetapi kaliandra akan tumbuh baik pada pada ketinggian >800 mdpl sampai dengan 1700 mdpl (Hendrati dan Hidayati 2014). Manfaat dari kaliandra diantaranya yaitu untuk kayu energi, pulp, kayu bakar, pakan ternak, pengontrol erosi, perbaikan tanah karena kemampuannya mengikat nitrogen dan memproduksi serasah serta penahan api. Kaliandra berbunga sepanjang tahun sehingga dapat digunakan sebagai sumber nektar bagi lebah (Hendrati dan Hidayati 2014). Tanaman yang ditanam di lereng bukit sepanjang garis kontur dapat menahan tanah dan membentuk teras alami (Stewart et al. 2001).
Pematahan Dormansi Benih Kaliandra Dormansi benih adalah kondisi benih yang hidup tidak dapat berkecambah meskipun berada pada kondisi lingkungan yang mendukung untuk benih tersebut berkecambah (Widajati et al. 2013). Kulit benih yang keras merupakan mekanisme dormansi yang terjadi pada benih legum. Kulit benih yang keras pada benih legum menyebabkan kulit benih kedap terhadap air (Gardner et al. 2008). Dormansi pada
6 benih kaliandra tergolong ke dalam dormansi fisik karena benih kaliandra memiliki kulit benih yang keras. Pematahan dormansi fisik yang terjadi pada benih kaliandra dapat dilakukan dengan perendaman dengan air panas. Perlakuan perendaman bertujuan untuk meningkatkan kecepatan proses perkecambahan melalui proses imbibisi (Pancaningtyas et al. 2014). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kaliandra berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih akan tetapi interaksi antara suhu dan waktu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih (Tabel 1). Perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kaliandra yang memberikan pengaruh nyata terhadap daya berkecambah selanjutnya dilakukan uji Duncan (Tabel 2). Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman terhadap daya berkecambah benih kaliandra Peubah Perlakuan Daya berkecambah
Suhu
Waktu
Suhu + waktu
<.0001*
0.0029*
0.0930tn
* = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) < 0.05 (α). tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (Pvalue) > 0.05 (α).
Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh suhu dan waktu perendaman benih terhadap daya berkecambah benih kaliandra Perlakuan Daya berkecambah (%) S1 (kontrol) 57.33a S2 (700 C) 47.11ab S3 (800 C) 39.11bc 0 S4 (90 C) 21.56c S5 (980 C) 11.11d W1 (kontrol) 57.33a W2 (30’) 36.67b W3 (90’) 34.67b W4 (60’) 25.67b Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa benih yang tidak dilakukan perendaman dengan air panas memiliki daya berkecambah yang paling tinggi yaitu 57.33%. Hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan benih yang dilakukan perendaman dengan air panas 700 C yaitu sebesar 47.11%. Perendaman benih kaliandra pada suhu 980 C memberikan hasil persentase daya berkecambah paling rendah yaitu sebesar 11.11%. Benih kaliandra yang diberi perlakuan perendaman selama 30, 60 dan 90 detik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya berkecambah benih kaliandra. Benih kaliandra yang langsung direndam dengan air biasa selama 24 jam tanpa perlakuan perendaman dengan air panas memberikan hasil rata-rata daya berkecambah yang paling tinggi yaitu 57.33%.
7 Nilai daya berkecambah yang lebih tinggi pada perlakuan benih tanpa perendaman dengan air panas diduga karena sebelumnya kulit benih tersebut sudah retak atau terdapat lubang kecil yang menyebabkan kulit menjadi tidak kedap terhadap air. Retaknya kulit benih menyebabkan air lebih mudah masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi berjalan dengan cepat. Imbibisi merupakan proses awal perkecambahan benih yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air benih mencapai persentase tertentu (50-60 %). Apabila air sudah dapat masuk ke dalam benih maka proses perkecambahan akan segera terjadi karena akan terjadi peningkatan laju respirasi benih (Pancaningtyas et al. 2014) Perlakuan perendaman benih pada suhu air 980 C menyebabkan penurunan daya berkecambah benih kaliandra. Menurut Situmeang et al. (2014) suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya proses perkecambahan bahkan dapat mengakibatkan kematian terhadap embrio benih. Oleh karena itu dalam mengecambahkan benih sebaiknya tidak menggunakan suhu yang terlalu tinggi. Terjadinya serangan penyakit lodoh (Gambar 2) pada semai kaliandra juga menyebabkan daya berkecambah menjadi menurun. Serangan lodoh menyebabkan benih yang akan mulai berkecambah tumbuh tidak normal dan membusuk. Penyakit lodoh disebabkan oleh sejumlah fungi penghuni tanah seperti Fusarium spp., Rhizoctonia solani, dan Pythium spp., Phytophthora spp., Botrytis cinerea, Cylindrocarpon sp., Sclerotium sp., dan Pestalozia sp. (Boyce 1961 dalam Achmad 1999).
Gambar 2 Serangan penyakit lodoh pada semai kaliandra Daya berkecambah benih kaliandra yang hanya mencapai 57.33% diduga disebabakan karena benih yang digunakan dalam penelitian merupakan benih yang telah disimpan selama 1 tahun dalam suhu kamar (300 C). Menurut Rahayu dan Widajati (2007) viabilitas benih umumnya akan mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan. Penyimpanan benih pada suhu kamar memiliki ratarata kadar air yang lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan pada ruang AC dan kulkas. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan kadar air benih.
Pengaruh Komposisi Media dan Pemberian Pupuk terhadap Tinggi dan Diameter Bibit Kaliandra Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media, pemberian pupuk dan interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan diameter bibit kaliandra. Perlakuan komposisi media dan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap kekokohan bibit, akan tetapi interaksi
8 keduanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Pengaruh interaksi jenis pupuk dan komposisi media yang memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Tabel 4 dan Tabel 5). Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap peubah bibit kaliandra umur 3 bulan Peubah Perlakuan Jenis pupuk Diameter (cm) Tinggi (cm) Kekokohan bibit
<.0001* <.0001* 0.0016*
Media tanam
Jenis pupuk + media tanam
<.0001* <.0001* 0.0009*
0.0233* 0.0048* 0.6484tn
* = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) < 0.05 (α). tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (Pvalue) > 0.05 (α).
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tinggi bibit kaliandra umur 3 bulan Perlakuan Tinggi rata-rata (cm) M2P3(ta+urin 20%) 54.30a M2P2(ta+NPK) M1P2(tanah+NPK) M2P4(ta+urin 10%) M3P3(tk+urin20%) M4P2(tka+NPK) M1P3(tanah+urin20) M3P2(tk+NPK) M4P3(tka+urin 20%) M1P4(tanah+urin 10%) M4P4(tka+urin 10%) M3P4(tk+urin 10%) M4P1(tka+urin 0%) M2P1(ta+urin 0%) M1P1(tanah+urin 0%) M3P1(tk+urin 0%)
53.50a 37.40b 31.30bc 27.70bcd 22.90bcde 21.30cde 20.30cde 19.80cde 19.60cde 19.10cde 18.30cde 12.20de 11.70f 11.60f 10.50f
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
9 Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan diameter bibit kaliandra umur 3 bulan Perlakuan M2P2 (ta+NPK) M2P3(ta+urin 20%) M1P2(tanah+NPK) M2P4(ta+urin 10%) M3P2(tk+NPK) M3P3(tk+urin20%) M3P4(tk+urin 10%) M4P4 (tka+urin 10%) M4P3(tka+urin 20%) M4P2(tka+NPK) M3P1(tk+urin 0%) M4P1(tka+urin 0%) M1P4 (tanah+urin 10%) M1P3(tanah+urin20) M2P1(ta+urin 0%) M1P1(tanah+urin 0%)
Diameter rata-rata (cm) 5.58a 4.83ab 4.49abc 4.26bcd 4.06bcd 3.80bcde 3.56bcdef 3.36cdef 3.30cdef 3.15defg 3.58efg 3.56efg 2.51fg 2.40fg 2.39fg 1.93g
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Hasil uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan M2P2 (media tanah+arang sekam dengan penambahan pupuk NPK) dan M2P3 (media tanah+arang sekam dengan penambahan biourine sapi 20%) menghasilkan respon pertumbuhan yang paling baik. Pertumbuhan tinggi dan diameter pada perlakuan M2P2 dan M2P3 menunjukkan bahwa media tanah+arang sekam dengan penambahan pupuk NPK ataupun biourine 20% menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penampakan bibit kaliandra umur 3 bulan dari masing-masing perlakuan (Gambar 2)
Gambar 3 Bibit kaliandra umur 3 bulan a) tanah+arang (TA); b)tanah+kompos (TK); c) tanah+kompos+arang (TKA); dan d) tanah
10 Media tanam yang baik menurut Dalimoenthe (2013) yaitu harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Agoes (1994) dalam Yuna AP (2008) menambahkan bahwa media yang baik adalah yang tidak mudah lapuk dan tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Penggunaan media tanah+arang yang memberikan respon paling baik terhadap tinggi dan diameter tanaman kaliandra. Hasil ini sejalan dengan penelitian Irawan dan Kafiar (2015) yaitu media tanah+arang sekam merupakan media yang memberikan respons terbaik terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering pucuk, dan berat kering akar bibit cempaka wasian. Penggunaan tanah dan arang sekam dengan perbandingan 4:1 merupakan perbandingan media yang sesuai bagi pertumbuhan bibit kaliandra karena mampu memberikan respon paling baik terhadap tinggi dan diameter tanaman kaliandra. Hal ini sesuai dengan pernyatan Junaedhie (2007) dalam Riyanti (2009) yaitu arang sekam disarankan sebagai campuran media tanam dengan jumlah yang tidak lebih dari 25%. Penggunaan arang sekam lebih dari 25% akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air. Menurut Prayugo (2007) arang sekam merupakan media tanam yang porus dan memiliki kandungan karbon yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Menurut Danu dan Kurniaty (2015) pemberian arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah diantaranya yaitu mengefektifkan pemupukan dan juga sebagai pengikat hara ketika terjadi kelebihan hara yang dapat digunakan pada saat tanaman kekurangan hara. Penggunaan pupuk NPK maupun biourine sapi 20% pada media arang+tanah mampu meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi bibit kaliandra. Hasil uji Duncan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M2P3 memberikan respon pertumbuhan tinggi yang paling besar yaitu sebesar 54.30 cm nilai tersebut tidak berbeda nyata terhadap perlakuan M2P2 dengan nilai tinggi sebesar 53.50 cm. Hasil uji Duncan pada Tabel 5 juga menunjukkan bahwa perlakuan M2P2 dan M2P3 memberikan respon pertumbuhan diameter yang paling besar dan tidak berbeda nyata dengan nilai diameter pada perlakuan M2P2 sebesar 4.83 mm dan perlakuan M2P3 5.58 mm. Pemberian pupuk NPK yang memberikan respon pertumbuhan yang baik terhadap tanaman kaliandra sejalan dengan hasil penelitian (Wibowo dan Sukendro 1997) yaitu pemberian pupuk NPK 0.75 gram hampir selalu menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik terhadap bibit balsa dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk NPK. Pemberian NPK sebanyak 1 gram yang memberikan hasil terbaik pada peubah pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra karena pupuk NPK memiliki sifat yang slow release atau larut secara perlahan sehingga unsur hara dapat diserap oleh tanaman dengan maksimal. Hal ini didukung oleh pernyataan (Novizan 2007 dalam Wibowo 2014) yaitu pupuk NPK mutiara (16:16:16) mempunyai komposisi unsur hara yang seimbang dan larut secara perlahan sehingga dapat mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian dan penguapan. Penggunaan biourine sapi 20% yang memiliki respon pertumbuhan tinggi dan diameter yang lebih baik dari penggunaan biourine sapi 10% sejalan dengan hasil penelitian Nurjanah (2015) yaitu pemberian biourine sapi 20% pada wadah polybag menghasilkan pertumbuhan tinggi 40.81 cm dan diameter sebesar 3.81 mm
11 sedangkan penggunaan biourine sapi 10% menghasilkan pertumbuhan tinggi sebesar 21.34 cm dan diameter sebesar 1.29 mm. Selain penggunaan pupuk NPK, penggunaan biourine sapi dengan konsentrasi 20% dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kaliandra yang pertumbuhannya cenderung lambat. Penggunaan urin sapi sebagai pupuk (biourine sapi) dengan terlebih dahulu difermentasi selama satu minggu akan meningkatkan kandungan unsur hara seperti unsur N, P, dan K. Unsur hara tersebut merupakan usur hara makro yang berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Hasil analisis kandungan biourine sapi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Hasil analisis kandungan unsur hara, air dan pH biourine sapi Keterangan Kadar unsur hara (%) Nitrogen 1.0 Fosfor 0.5 Kalium 1.5 Air 92.0 Lain-lain 5.0 pH 7.2 (Sumber: Nurjanah 2015)
Hasil analisis kandungan urin sapi setelah difermentasi diketahui bahwa unsur K merupakan unsur hara yang memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan unsur hara N dan P. Hal ini sejalan dengan hasil uji urin sapi setelah difermentasi yang dilakukan oleh Marduwo (2004) dalam Mirna et al. (2013) yaitu kandungan unsur hara kalium pada urin hasil fermentasi sebesar 3.8%, unsur N sebesar 2.7% dan unsur P sebesar 2.4%. Kandungan unsur hara K yang tinggi pada biourine sapi sangat berguna bagi tanaman kaliandra. Unsur kalium pada tanaman berfungsi sebagai aktivator enzim dalam reaksi fotosintesis dan respirasi. Kalium juga berperan dalam mengatur turgor sel seperti membuka dan menutupnya stomata (Lakitan 2008). Menurut Gardner et al. (2008) kalium berperan dalam proses fotosintesis karena dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun. Tanaman yang kandungan kalium yang cukup akan kehilangan sedikit air karena kalium berfungsi dalam pengaturan penutupan stomata. Unsur N dan P yang terdapat pada biourine sapi juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kaliandra. Nitrogen merupakan komponen penyusun senyawa esensial bagi tumbuhan seperti asam amino dan protein. nitrogen juga merupakan unsur penting dalam pembentukan kloforil, hormon sitikonin dan auksin. Fosfor berperan dalam reaksi-reaksi gelap fotosintesis, respirasi dan beberapa proses metabolisme lainnya (Lakitan 2008). Urin sapi adalah limbah hewan ternak yang tidak hanya memiliki unsur hara yang di perlukan oleh tanaman, di dalamnya juga terdapat hormon auksin dan senyawa nitrogen. Auksin yang terkandung dalam urin sapi berasal dari berbagai zat yang terkandung dalam protein hijauan dari makanannya. Auksin tidak terurai dalam tubuh sehingga auksin dikeluarkan bersama dengan urin (Adrian dan Muniarti 2007).n
12 Penggunaan pupuk NPK dan biourine sapi 20% seperti telah dijelaskan diatas memberikan respon positif terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra. Oleh karena itu penggunaan biourine sapi sebanyak 20% mampu menggantikan penggunaan pupuk NPK karena penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunduran sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Keunggulan dari pemupukan menggunakan biourine yaitu lebih merata sehingga tidak terjadi akumulasi disuatu tempat (Priangga et al. 2013). Keunggulan lain dari penggunaan biourine sapi adalah mudah untuk diaplikasikan, urin sapi banyak tersedia di masyarakat, pembuatannya relatif mudah dan murah serta dapat dijadikan sebagai alternatif pemanfaatan limbah cair peternakan. Pemanfaatan limbah cair peternakan sebagai biourine dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi peternak dan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk NPK.
Kekokohan Bibit Kaliandra Nilai kekokohan bibit merupakan perbandingan antara tinggi tanaman (cm) dengan diameter (cm) tanaman (Jayusman 2011 dalam Djamhuri et al. 2012). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk dan komposisi media berpengaruh nyata terhadap kekokohan bibit, akan tetapi interaksi keduanya tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dan media terhadap bibit kaliandra disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dengan komposisi media tanam terhadap kekokohan bibit kaliandra Perlakuan P3 (urin 20%) P2 (NPK) P4 (urin 10%) P1 (urin 0%) M1 (tanah) M2 (tanah + arang) M4 (tanah + kompos + arang) M3 (tanah + kompos)
Kekokohan bibit 88.79a 73.37ab 69.49bc 52.67c 85.50a 83.23a 60.73b 54.96b
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Perlakuan pemberian biourine 20% dan NPK memberikan nilai kekokohan bibit yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan nilai sebesar 88.79 dan 73.37. Perlakuan media tanah dan tanah+arang sekam yang memberikan nilai kekokohan bibit yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan nilai kekokohan bibit sebesar 85.50 dan 83.23. Nilai kekokohan bibit menggambarkan keseimbangan pertumbuhan antara tinggi dan diameter bibit. Nilai kekokohan yang diatas rata-rata menunjukkan kemampuan hidup yang rendah karena tidak seimbangnya perbandingan tinggi dengan diameter tanaman tersebut. Nilai kekokohan bibit di persemaian dikategorikan baik apabila memiliki nilai kekokohan bibit berkisar antara 63-108 (Suyana 2010). Oleh karena itu perlakuan pemberian biourine sapi
13 20%, NPK dan biourine 10% merupakan perlakuan yang memberikan respon yang baik bagi nilai kekokohan bibit karena menggambarkan pertumbuhan yang baik. Nilai kekokohan yang di bawah standar baik pada perlakuan pemberian biourine sapi 0% disebabkan karena tidak adanya suplai unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman seperti halnya pada perlakuan pemberian biourine sapi 20%, NPK dan biourine sapi 10%. Suplai unsur hara yang cukup yang yang berasal dari kegiatan pemupukan mengakibatkan pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat (Adinugraha 2012).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kalaindra berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih, akan tetapi interaksi antara suhu dan waktu perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih. Perlakuan benih yang direndam dengan air biasa (kontrol) selama 24 jam merupakan perlakuan yang memiliki daya berkecambah paling besar. Perlakuan perendaman benih kaliandra dengan suhu 980 C dapat menurunkan daya berkecambah benih. Perlakuan komposisi media, jenis pupuk dan interaksi keduanya memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah tinggi dan diameter bibit kaliandra, akan tetapi pada peubah kekokohan bibit hanya perlakuan komposisi media dan jenis pupuk yang berbeda nyata. Pemberian pupuk NPK sebanyak 1 gram dan biourine sapi 20% pada media tanah+arang sekam mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kaliandra karena memberikan respon yang paling baik terhadap peubah tinggi, diameter dan kekokohan bibit kaliandra. Pemberian biourine 20% mampu menggantikan penggunaan pupuk NPK. Media tanah+arang sekam (4:1) merupakan media yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan bibit kaliandra.
Saran Pengecambahan benih kaliandra lebih baik dilakukan dengan merendam benih menggunakan air biasa selama 24 jam tanpa perlakuan perendaman dengan air panas sebelumnya. Penggunaan biourine sapi 20% atau NPK 1 gram pada media tanam tanah+arang sekam dapat menjadi rekomendasi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman muda kaliandra. Perlu dilakukannya pemilihan dan sterilisasi media perkecambahan secara tepat agar semai tidak terserang penyakit lodoh. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi biourine dan frekuensi pemberian biuorine yang tepat untuk media yang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kaliandra.
14
DAFTAR PUSTAKA Achmad. 1999. Prospek pengendalian terpadu penyakit lodoh pada persemaian tanaman kehutanan. J Man Hut Trop. 5(1):1-9. Adinugraha HA. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di persemaian. Jurnal Pemuliaan Hutan Hutan. 6(2):1-9. Adrian dan Muniarti. 2007. Pemanfaatan urine sapi pada stek batang tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L). Jurnal Saint dan Teknologi. 6:(2):1-8. Dalimoenthe SL. 2013. Pengaruh media tanam organik terhadap pertumbuhan dan perakaran pada fase awal benih teh di pembibitan. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 16(1)1-11 Danu, Kurniaty R. 2015. Penggunaan serbuk sabut kelapa dan arang sekam padi dalam pembibitan bambang lanang (Michelia champaca L.). Di dalam: Mindawati N, Bramasto Y, Astho A, Rahmat M, Sudrajat DJ, editor.teknologi Perbenihan, Silvikultur dan Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivutas Hutan dan Lahan; 2015 Agu 11; Bandar Lampung, Indonesia. Bogor (ID): Badan Litbang dan Inovasi Bogor. Hlm 145-151. Dharmayanti NK, Supadma AN, Artagama. 2013. Pengaruh pemberian biourine dan dosis pupuk anorganik (N,P,K) terhadap beberapa sifat kimia tanah pegok dan hasil tanaman bayam (Amaranthus sp). Jurnal Agroteknologi Tropika. 2(31): 65-174. Djamhuri E, Yuniarti N, Purwani HD. 2012. Viabilitas benih dan pertumbuhan awal bibit akasia krasikarpa (Acacia crasicarpa A. Cunn. Ex. Benth.) dari lima sumber benih di Indonesia. Jurnal Silvikultur Tropika. 3(3):187-195. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta (ID): UI press. Hendrati RL, Hidayati N. 2014. Budidaya Kaliandra (Calliandra calothyrsus) untuk Bahan Baku Sumber Energi. Bogor (ID): IPB Press. Irawan A, Kafiar Y. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis). di dalam: Setyawan AD, Sugiyarto, Pitoyo A, Hernawan UE, Sutomo, Widiastuti A, editor. Manajemen Biodiversitas dalam Melindungi, Mempertahankan dan Memperkaya Sumberdaya Genetik dan Pemanfaatannya. Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia;2015 Mar 21; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta(ID): Masyarakat Biodiversitas Indonesi. hlm 805-808. Kementerian Kehutanan dan Indoneisa Climate Change Trust Fund. 2014. Kaliandra Bersemi Pelet Kayu Berseri. Madura (ID): Kementerian Kehutanan. Kementerian Kehutanan dan Indoneisa Climate Change Trust Fund. 2013. Laporan Desk Study Pembibitan, Pemilihan Jenis dan Desain Tanaman Calliandra calothyrsus. Madura (ID): Kementerian Kehutanan. Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Mirna N, Salim H, Gani ZF. 2013. Pengaruh biourine sapi terhadap pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) asal stum mata tidur. Jurnal Bioplantae. 2(1): 27-32.
15 Nurjanah N. 2015. Respon pertumbuhan bibit sengon (Falcataria moluccana Miq.) terhadap pemberian biourine sapi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pancaningtyas S, Santoso TI, Sudarsianto. 2014. Studi perkecambahan benih kakao melalui metode perendaman. Jurnal Pelita Perkebunan 30(3): 190-197. Prayugo S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Pramono AA, Kurniaty R. 2015. Pertumbuhan bibit jabon putih (Anthocephallus cadamba) umur 5 bulan pada beberapa media dan naungan. Di dalam: Mindawati N, Bramasto Y, Astho A, Rahmat M, Sudrajat DJ, editor.teknologi Perbenihan, Silvikultur dan Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivutas Hutan dan Lahan; 2015 Agu 11; Bandar Lampung, Indonesia. Bogor (ID): Badan Litbang dan Inovasi Bogor. Hlm 177-183. Priangga R, Suwarno, Hidayat N. 2013. Pengaruh level pupuk organik cair terhadap produksi bahan kering dan imbangan daun-batang rumput gajah defoliasi keempat. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1): 365-373. Rahayu E, Widajati E. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassicia chinensis L.). Buletin Agron 35(3):191-196. Riyanti Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.)[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Situmeang M, Purwanto A, Sulandari S. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap perkecambahan dan kesehatan benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Vegetalika 3(3): 27-37. Suyana A. 2010. Uji coba pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah di tiga hak pengusahaan hutan model di Kalimantan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 7(1):1-11. Stewart J, Mulawarman, Roshetko JM,Powell MH. 2001. Produksi dan Pemanfaatan Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Bogor (ID): CIFOR. Wibowo A. 2014. Pengaruh peningkatan dosis pupuk NPK (16:16:16) dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil cabai keriting (Capsicum annuum L.) [skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung. Wibowo C dan Sukendro A. 1997. Pengaruh lama dekomposisi, pemberian nitrogen (urea) serta pupuk NPK terhadap kualitas semai serbuk gergaji dan pertumbuhan semai balasa (Ochroma bicolor) [inetrnet].[diunduh 2016 Sep 2]. Tersedia pada: http://web.ipb.ac.id/~lppm/lppmipb/penelitian/hasilcari .php?status=buka&id_haslit=631.84+WIB+p Widajati E, Murniati E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto, MR, Qadir A. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press. Yuliani E. 2007. Pengaruh penambahan bioaktivator, asam humik dan mikoriza (CMA) terhadap pertumbuhan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16 Yuna AP. 2008. Respon pertumbuhan bibit kenanga (Cananga odorata (Lamk) Hook.f & Thompson forma macrocphylla) pada berbagai intensitas cahaya, penggunaan inang primer kriminil dan jenis media [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil sidik ragam setiap parameter pengamatan Hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman terhadap daya berkecambah benih kaliandra Mean Source DF Anova SS F-value Square Suhu 4 8183.521368 2045.880342 14.67 Waktu 3 8183.521368 845.47008 6.06 Suhu*waktu 5 1488.478632 297.695726 2.13
Pr>F <.0001 0.0029 0.0029
Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap diameter kaliandra umur 3 bulan Mean Source DF Anova SS F-value Pr>F Square Media 3 23.22807375 7.74269125 9.31 <.0001 Pupuk 3 40.16315375 13.38771792 16.10 <.0001 Media*pupuk 9 17.58178125 1.95353125 2.35 0.0233 Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap tinggi kaliandra umur 3 bulan Mean Source DF Anova SS F-value Pr>F Square Media 3 4848.534375 1616.178125 14.03 <.0001 Pupuk 3 5914.059375 1971.353125 17.12 <.0001 Media*pupuk 9 3105.378125 345.042014 3.00 0.0048 Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap kekokohan kaliandra umur 3 bulan Mean Source DF Anova SS F-value Pr>F Square Media 3 14453.47936 4817.82645 6.23 0.0009 Pupuk 3 13213.45704 4404.48568 5.70 0.0016 Media*pupuk 9 5322.08760 591.34307 0.77 0.6484
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pringsewu 9 Mei 1994 dari ayah bernama Sunar dan ibu bernama Sulmiatun. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pringsewu dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2014 dengan jalur Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) dilaksanakan pada tahun 2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKP) dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di Hutan Rakyat Wana Lestari Anak Nusantara (WALATRA) Kabupaten Bandung. Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum matakuliah Silvikultur dan Dendrologi. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus antara lain sebagai anggota Tree Grower Community (TGC) sejak tahun 2013, anggota Departemen Kominfo BEM Fahutan IPB tahun 2014, Ketua Departemen Fokustik BEM Fahutan IPB tahun 2015, panitia BELANTARA 2014, panitia Semarak Kehutanan 2014, panitia Semarak Kehutanan 2015 dan beberapa kegiatan BEM Fahutan 2015. Selama kuliah di IPB penulis mendapatkan beasiswa BUMN Angkasa Pura II pada tahun 2013-2014 dan beasiswa Daya Adi Cipta pada tahun 2014-2016. Penulis juga aktif dalam mengikuti seminar-seminar yang diadakan di dalam ataupun di luar kampus Institut Pertanian Bogor.