PEMANFAATAN TIK DALAM PEMBELAJARAN DI USD: PENGEMBANGAN KE ARAH BLENDED LEARNING1 T. Sarkim I. Pendahuluan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dikelompokkan ke dalam tiga jenis pemanfaatan yaitu: 1) Pembelajaran jarak jauh; 2) Blended learning; dan 3) administrasi dan manajemen (Tan, 2011:1). Di USD, pemanfaatan TIK untuk bidang administrasi dan menajemen diwujudkan melalui berbagai bentuk sistem informasi, sedangkan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran diwujudkan melalui ExeLSa. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran jarak jauh sampai saat ini belum dikembangkan oleh USD. Tahun ini ExeLSa berusia 10 tahun (Pada laman ExeLSa tertulis “Sejak 14 November 2007”). Sebuah usia yang cukup panjang bagi pengembangan Learning Management System (LMS). Akan tetapi kita semua di USD mengetahui bahwa jumlah dosen pemakai ExeLSa secara rutin belum sampai 50%. Selain soal jumlah, pemanfaatan ExeLSa dalam pembelajaran di USD juga belum menunjukkan perkembangan yang terarah dan sistemik. Hal tersebut disebabkan oleh belum adanya kebijakan mengenai pemanfaatan TIK di USD. Kebijakan tersebut, selain memuat pengaturan-pengaturan praktis mengenai pemanfaatan TIK untuk pembelajaran, harus pula didasari oleh suatu landasan atau kajian mengenai kecenderungan global tentang pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, serta teori yag mendasarinya atau sekurang-kurangnya hasil kajian awal mengenai pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Agar pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di USD dapat berkembang secara terarah dan pengembangan itu dapat dikomunikasikan di dalam komunitas akademik maka pemanfaatan tersebut perlu dilakukan di dalam kerangka atau ruang lingkup yang diterima oleh komunitas akademik global dan pengembangannya haruslah metodologis. Kerangka atau ruang lingkup tersebut adalah Blended Learning. melalui tulisan singkat ini ditawarkan suatu kerangka teori dan strategi. II. Blended Learning Blended learning (BL) secara sederhana dapat didefinikan sebagai pembelajaran yang memadukan pemanfaatan TIK secara optimal dengan pembelajaran tatap muka. Pada pembelajaran tatap muka tradisional, seluruh pengalaman belajar siswa/mahasiswa diatur/dikoordinasikan melalui tatap muka guru/dosen dengan siswa/mahasiswa. Sementara itu pada pembelajaran online seluruh pengalaman dan bahan belajar difasilitasi oleh internet, tidak ada tatap muka antara mahasiswa dengan dosen. Blended learning mengoptimalkan pembelajaran melalui tatap muka dengan memanfaatkan internet. Fokus atau tujuan dari pemanfaatan dua model belajar yaitu dengan mengoptimalkan TIK di mana siswa dapat belajar secara mandiri, dengan kecepatan sesuai dengan kemampuannya serta di dalam waktu yang mereka miliki serta pembelajaran tatap buka di mana guru dapat memfasilitasi pembelajaran secara langsung adalah kualitas belajar yang tinggi yaitu pembelajaran yang terarah pada
1
Disampaikan sebagai catatan pengantar dalam Lokakarya Sumbr Belajar Digital, 30 Januari 2017
1
pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Secara visual, pembelajaran tatap muka, daring dan blended ditampilkan dalam Gambar 1.
Gambar 1: Diagram Blended Learning
Pengertian mengenai blended learning seperti dirumuskan di atas sejalan dengan rumusan yang dikemukakan oleh Clayton Christensen dari Institute for Disruptive Innovation), blended learning adalah “a formal education program in which a student learns at least in part through online delivery of content and instruction with some element of student control over time, place, path and/or pace.” Blended learning berbeda dengan pembelajaran daring secara penuh karena siswa/mahasiswa tidak hanya belajar melalui sumber yang tersedia secara online tetapi juga disertai tatap muka dengan guru/dosen. Hal tersebut di atas juga dinyatakan oleh Graham dll, Blended learning, the deliberate fusion of the on‑line (asynchronous and/or synchronous) and face‑to‑face contact time between teaching staff and students and/or between students in a course, has been promoted and encouraged in an increasing number of HEIs (Graham, Woodfield, & Harrison, 2013).
2
Mengingat kondisi USD dan juga situasi mayoritas universitas saat ini di mana tatap muka menjadi aktivita sutama dalam pembelajaran sementara internet sudah menjadi bagian keseharian saat ini, maka pemanfaatan TIK bagi pembelajaran yang paling relevan adalah pengembangan ke arah blended learning. Tujuan utama pengembangan blended learning adalah peningkatan kualitas belajar mahasiswa. Bagi para dosen yang berusaha mengembangkan blended learning, tujuan utama tersebut perlu sungguh-sungguh dijadikan acuan agar ukuran keberhasilannya selalu dilihat dari kualitas belajar mahasiswa dan bukan dari sudut pandang kecanggihan teknologi yang dipakai atau mewahnya fasilitas belajar yang dipakai. Dalam konteks pembelajaran di USD, pengembangan blended learning tentu perlu dikembangkan di dalam kerangka pengembangan pembelajaran dengan paradigma Pedagogi Ignasian (PI). Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran bukan upaya yang berbeda atau di luar kerangka penerapan PI, namun sebaliknya, pemanfaatan TIK dalam pembelaaran di USD harus ditempatkan dalam kerangka memperkuat penerapan PI dalam pembelajaran di USD. Dari uraan singkat di atas teridentifikasi dua tantangan utama di samping persoalan-persoalan teknis, dalam pengembangan blended learning yaitu persoalan peningkatan kualitas belajar dan persoalan penerapan PI ke dalam pembelajaran. III.
Pengembangan Blended Learning secara metodologis
Sampai saat ini USD sebagai sebuah lembaga akademik belum memiliki pengetahuan yang terdokumentasi dengan baik mengenai persoalan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di USD. Pengetahuan tersebut sangat penting agar proses perkembangan pemanfaatan TIK di USD dapat dijalankan berdasarkan data yang akurat serta keberhasilannya dapat diukur secara metodologis. USD perlu memulai pengembangan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran secara terarah dan metodologis. Persoalan mengenai terarah sudah dibahas di atas yaitu terarah pada pengembangan blended learning. Persoalan yang kedua adalah pengembangan secara metodologis. Sebagai sebuah lembaga akademik USD perlu memulai mengembangkan suatu proses yang menjadi inti dari pendidikan di USD yaitu interaksi pembelajaran secara metodologis. Yang dimaksud pengembangan secara metodologis adalah penembangan dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan di dalam komunitas akademik yaitu dengan menerapkan metode penelitian. Penerapan metode penelitian di dalam pengembangan blended learning di USD akan menjamin tersedianya proses yang dapat dikaji serta hasilnya dapat dipertangngungjawabkan, hasilnya dapat diuji kembali di kemudian hari, dan yang paling penting adalah terjadinya kesinambuungan dalam proses pengembangan. Yang dimaksud terjadi kesinambungan adalah proses pengembangan yang terjadi kemudian mengacu kepada proses pengembangan yang telah terjadi sebelumnya. Hal-hal yang disebutkan tadi hanya mungkin terjadi apabila proses pengembangan blended learning dilaksanakan dalam kerangka penelitian. 3
Oleh karena proses yang menjamin pengembangan berkesinambungan adalah menalui penelitian, maka hibah yang selama ini dikenal sebagai hibah Sumber Belajar Digital diarahkan agar prosesnya dikembangkan dalam skema penelitian. Pada tahap awal, masalah yang diteliti sebaiknya mulai dengan masalah-masalah yang sederhana dan dapat dijawab dengan metode penelitian yang tidak terlalu kompleks. Di dalam penelitian, kualitas penelitian pertama-tama diukur dari ketepatan metode yang dipakai termasuk validitas instrument, ketepatan cara pengumpulan data dan ketepatan metode analisis data. Agar penelitian mengenai pemanfaatan TIK alam pembelajaran di USD terarah, maka perlu dikembangkan peta jalan (road map) penelitian, dan penelitian dapat dimulai dari yang paling sederhana. Beberapa masalah yang dapat diteliti pada tahap awal pengembangan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di USD misalnya persoalan mengenai kesiapan (readiness). Kesiapan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dapat diukur dari sisi mahasiswa, dari sisi dosen, atau dari sisi lembaga. Persoalan mengenai kesiapan dapat dijawab dengan metode survey dan akan lebih valid bila disertai wawancara serta observasi. Beberapa persoalan lain yang mengemuka di dalam beberapa laporan penelitian mengenai pemanfaatan TIK dalam pembelajaran adalah: 1. Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran (studemt engagement) 2. Dampak pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di perguruan tinggi (Youssef & Dahmani 2008); Dampakpemanfaatan TIK di sini dapat dirinci lagi terkait berbagai aspek pembelajaran seperti: a. Dampak terhadap waktu belajar mahasiswa b. Dampak terhadap kemampuan/penguasaan materi 3. Efektivitas penerapan blended learning (Alecsic & Ivanovic, 2013) 4. Evaluasi pembelajaran (Selma Koc ed., 2015). a. Blended Learning and Assessment Through Dynamic Digital Portfolios: The EScape Approach.( 215 – 234) Kay Stables, Osnat Dagan, and Dan Davies; b. Discussions in Online and Blended Learning: A Tool for Peer ssessment (253 – 268)David S. Stein and Constance E. Wanstreet Penelitian mengenai pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dapat juga meliputi persoalan cara atau metode yang tepat untuk penerapan aplikasi tertentu, misalnya aplikasi untuk tes, aplikasi untuk forum diskusi, aplikasi untuk quiz, dll. Persoalan yang lebih mendasar lagi utuk diteliti adalah bagaimana pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dapat memfasilitasi implementasi PI atau semakin memperkuat implementasi PI di dalam pembelajaran di USD. Sebagai sebuah proses penelitian, hasil akhir dari proses tersebut adalah artikel yang dipublikasikan, bukan hanya laporan penelitian. Dalam konteks hibah Sumber Belajar Digital pada semester ini diatur agar prose spenelitian selesai selaa semester berlangsung dan setelah semester berakhir dilanjutkan dengan analis data serta pembuatan laporan. Apabila proses tersebut ditempuh maka dosen melaksanakan dua aktivitas sekaligus yaitu peningkatan kualitas pembelajaran 4
Penerapan skema penelitian ke dalam hibah Sumber Balajar Digital dilaksanakan dalam skema penelitian, maka proses pelaksanaan hibah SBD mengikuti mekanisme penelitian yang telah balu diterapkan oleh LPPM. IV. Penutup Dua topik utama yang dibahas di muka menyajikan persoalan-persoalan yang tidak sederhana, namun demikian kiranya itulah jalan yang akan membawa kemajuan bagi proses pembelajaran di USD. Persoalan mengenai pengembangan pemanfaatan TIK di dalam pembelajaran ke arah blended learning bukan pertama-tama pada persoalan teknis melainkan persoalan pengembangan belajar, peningkatan kualitas belajar. Hal tersebut mengandaikan bahwa peroslan teknis terkait pemanfaatan TIK sudah atau sekurang-kurangnya diatasi secara simultan. Persoalan lain yang herus tetapmenjaid perhatian para dosen di USD adalah menerapkan PI di dalam setiap pembelajarannya. Pengembangan blended learning dalam pembelajaran di USD secara metodologis tidak dimaksudkan untuk menghilangkan pembelajaran tatap muka melainkan upaya untuk mengembangkan alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan TIK menajdi pembelajaran yang sungguh-sungguh bermakna bagi mahasiswa, yaitu mengembangkan potensi-potensi mahasiswa secara utuh dan optimal. Rujukan: Tan, L.C. 2011. Use of ICT for higher education: An overview of case studies from the Asia and Pacific region. Dalam ICT for higher education case studies from Asia and the Pacific. Bangkok: UNESCO. H. 1-6. Thorne, Kaye.2003. Blended learning : how to integrate online and traditional learning. London: Kogan Page. Clayton Christensen Institute Website. Blended Learning Definitions Webpage. http://www.christenseninstitute.org/blended-learning-model-definitions/
5