PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tematik) Oleh: Hasan Ikhwani Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS Pendahuluan Allah telah menjadikan planet bumi ini untuk tempat tinggal Adam dan anak keturunannya suatu tepat yang nyaman, tempat yang segala kebutuhan hidup telah dipersiapkan Allah sebelum manusia menempatinya. Susunan yang seimbang dalam planet bumi ini bukannya suatu kebetulan, namun oleh Sang Perancang Allah SWT memang dibuat untuk demikian itu. Keseimbangan susunan planet bumi di antara planet-planet lainnya dalam tata surya, keseimbangan siklus air tawar-air laut-angin di dalam planet bumi itu sendiri, keseimbangan panas-dingin di belahan bumi, keseimbangan jumlah spesies yang hidup baik di darat dan lautan, dsb merupakan bukti ke-Esa-an Allah sebagaimana yang Allah SWT berikan dalam Al Qur‟an Surat Al Mulk ayat 3 sebagai berikut:
ٍاىَّزٌٔ خَيَ َق عَثِ َع عَََاوَاخٕ طٔثَاقًا ٍَا ذَ َشيٰ فٍٔ خَيْقِ اى ٖشحََِِِٰ ٍِِٔ َذفَاوُخٕ فَا ِسجِ ِع اىَْثصَشَ َٕوْ ذَ َشيٰ ٍِِٔ فُطُىس Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?1 Kalau dilihat komposisi planet bumi ini, ternyata planet bumi terdiri dari 71% berisi air laut dan 29% berupa daratan.2 Perbandingan yang sangat “tidak seimbang” antara laut dan darat ini, lebih tepat kalau bumi kita ini dikatakan planet air. Daratan atau benua hanyalah sebuah biduk yang mengapung pada lautan saja. Fakta demikian ini bukanlah suatu kebetulan kalau jumlah ayat-ayat yang berkenaan dengan laut/lautan dalam Al Qur‟an juga “tidak seimbang” dengan jumlah ayat-ayat yang berkenaan darat. Dr. Tariq Al Swaidan sebagaimana yang dikutip Agus Jamil, menyatakan bahwa jumlah ayat-ayat yang berhubungan dengan laut ada 32 ayat, dan yang berkaitan dengan ayat-ayat daratan berjumlah 13 ayat. Perbandingan tersebut sama persis dengan perbandingan antara luas lautan dan daratan, yaitu 71 % dan 29%.3 Sementara itu Ahmad Yusam Thobrani mendapatkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan lautan sebanyak 41 kata.4 Data ini diperkuat oleh temuan penulis dengan menggunakan bantuan Software Zekr,5 terdapat 41 kata bah}r dan derivasinya. Banyaknya jumlah ayat-ayat yang berkaitaan dengan laut/lautan ini apabila dibandingkan dengan darat, merupakan petunjuk dari Allah SWT bahwa laut mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Laut bukanlah tempat yang menyeramkan, namun potensi yang ada di laut haruslah dikembangkan untuk meningkatkan taraf kehidupan umat manusia. Paradigma pembangunan di Indonesia yang selama ini beroreintasi ke darat (land orieintation), haruslah dirubah dengan oreintasi ke laut (blue orientation). Apalagi secara geografis Indonesia ¾ wilayahnya berupa laut, hanya ¼ saja berupa daratan yang terbagi menjadi ribuan pulau. Ungkapan jalas veva jaya mahe, di darat kita menang di laut kita jaya, bukanlah sekedar jargon tanpa makna. Jargon tersebut merupakan akumulasi pemikiran dari nenek 1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Tanjung Mas Inti, 1992), 449. George L Pickard and William J Emery, Descriptive Physical Oceanography, An Introduction, (Oxford: Butterworth-Heinemann, 1990), 5. 3 Agus S Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2012), 63 4 Lihat kutipan Ahmad Yusam Thobroni atas Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi dalam Fikih Kelautan, Perspektif alQur’an tentang Pengelolaan Potensi Laut, (Jakarta: Dian Rakyat, 2012), 23. 5 The Zekr Project, www.zekr.org, Software Zekr V.1.0.0 2
1
moyang Bangsa Indonesia, yang konon katanya adalah para pelaut. Generasi yang akan datang, haruslah menjadikan laut sebagai “kekayaan emas karunia Allah SWT” yang harus digali potensinya untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa. Term Kata Laut/Lautan di Dalam Al Qur’an. Term kata laut atau lautan, dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah bahari atau kebaharian. Kata tersebut sebetulnya berasal dari Bahasa Arab, yaitu bah}r ()بحر. Berdasarkan penelusuran penulis dengan menggunakan Software Zekr, kata بحرdan derivasinya di dalam Al Qur‟an semuanya berjumlah 41 ayat, dengan perincian sebagai berikut: -
38 mufrad dan 3 jamak, 37 ayat ma‟rifah dan 4 ayat nakirah, 12 ayat beri‟rab nashab, 22 jar, dan 7 ayat rofak, 34 ayat di Surat Makkiah dan 7 ayat di Surat Madaniah.
Dalam makalah ini, pembahasan dibatasi perincian berdasarkan tartib nuzu>l dan klasifikasi ayat dalam Surat Makkiah atau Madaniah. Untuk ayat-ayat Makkiah, terdapat kata bah}ru dalam satu ayat, yaitu dalam Al Kahfi ayat 109 disebut dua kali. Sedangkan dalam Luqma>n ayat 27, diulang satu kali dalam bentuk mufrad dan satu kali dalam bentuk jamak, abh}ar ()أبحر. Pengulangan kata بحرdi berbagai ayat yang berbeda, namun masih terdapat dalam satu surat adalah sebagai berikut: Pengulangan dua kali, terdapat dalam : -
Surat Al A’ra>f ayat 138 dan 163, Al Naml ayat 61 dan 63, Yu>nus ayat 70 dan 90.
Pengulangan tiga kali: -
Al Isra>’ ayat 66, 67 dan 70, Al An’a>m ayat 59, 63 dan 97, Luqma>n ayat 27, 27, dan 31
Pengulangan enam kali: -
Al Kahfi ayat 60, 61, 63, 79, 109, 109.
Hasil penelusuran selengkapnya dengan pembagian ayat berdasarkan Surat-Surat Makkiah dan Madaniah dan tartib nuzu>l -nya dapat dilihat dibawah ini: Surat-Surat Makkiah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Al Takwi>r ayat 6, urutan tartib nuzu>l ke 7, urutan tartib mus}h}af ke 81. Al A’ra>f ayat 138, urutan tartib nuzu>l ke 39, urutan tartib mus}h}af ke 7. Al A’ra>f ayat 163, urutan tartib nuzu>l ke 39, urutan tartib mus}h}af ke 7. Al Furqa>n ayat 53, urutan tartib nuzu>l ke 42, urutan tartib mus}h}af ke 25. Fa>t}ir ayat 12, urutan tartib nuzu>l ke 43, urutan tartib mus}h}af ke 35 T{aha ayat 77, urutan tartib nuzu>l ke 45, urutan tartib mus}h}af ke 20. Al Syu’ara>’ ayat 63, urutan tartib nuzu>l ke 47, urutan tartib mus}h}af ke 26 Al Naml ayat 61, urutan tartib nuzu>l ke 48, urutan tartib mus}h}af ke 27. 2
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Al Naml ayat 63, urutan tartib nuzu>l ke 48, urutan tartib mus}h}af ke 27. Al Isra>’ ayat 66, urutan tartib nuzu>l ke 50, urutan tartib mus}h}af ke 17. Al Isra>’ ayat 67, urutan tartib nuzu>l ke 50, urutan tartib mus}h}af ke 17. Al Isra>’ ayat 70, urutan tartib nuzu>l ke 50, urutan tartib mus}h}af ke 17. Yu>nus ayat 70, urutan tartib nuzu>l ke 51, urutan tartib mus}h}af ke 10. Yu>nus ayat 90, urutan tartib nuzu>l ke 51, urutan tartib mus}h}af ke 10. Al An’a>m ayat 59, urutan tartib nuzu>l ke 55, urutan tartib mus}h}af ke 6. Al An’a>m ayat 63, urutan tartib nuzu>l ke 55, urutan tartib mus}h}af ke 6. Al An’a>m ayat 97, urutan tartib nuzu>l ke 55, urutan tartib mus}h}af ke 6. Luqma>n ayat 27, urutan tartib nuzu>l ke 57, urutan tartib mus}h}af ke 31. Luqma>n ayat 27, urutan tartib nuzu>l ke 57, urutan tartib mus}h}af ke 31. Luqma>n ayat 31, urutan tartib nuzu>l ke 57, urutan tartib mus}h}af ke 31. Al Syu>ra> ayat 32, urutan tartib nuzu>l ke 57, urutan tartib mus}h}af ke 42. Al Dukha>n ayat 24, urutan tartib nuzu>l ke 64, urutan tartib mus}h}af ke 44. Al Ja>thiyah ayat 12, urutan tartib nuzu>l ke 65, urutan tartib mus}h}af ke 45. Al Kahfi ayat 60, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Kahfi ayat 61, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Kahfi ayat 63, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Kahfi ayat 79, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Kahfi ayat 109, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Kahfi ayat 109, urutan tartib nuzu>l ke 69, urutan tartib mus}h}af ke 18. Al Nah}l ayat 14, urutan tartib nuzu>l ke 70, urutan tartib mus}h}af ke 16. Ibra>hi>m ayat 32, urutan tartib nuzu>l ke 72, urutan tartib mus}h}af ke 14. Al T}u>r ayat 6, urutan tartib nuzu>l ke 76, urutan tartib mus}h}af ke 52. Al Infit}a>r ayat 3, urutan tartib nuzu>l ke 82, urutan tartib mus}h}af ke 82. Al Ru>m ayat 41, urutan tartib nuzu>l ke 84, urutan tartib mus}h}af ke 30.
Surat-Surat Madaniah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Al Baqarah ayat 50, urutan tartib nuzu>l ke 87, urutan tartib mus}h}af ke 2. Al Baqarah ayat 164, urutan tartib nuzu>l ke 87, urutan tartib mus}h}af ke 2. Al Rahman ayat 19, urutan tartib nuzu>l ke 97, urutan tartib mus}h}af ke 55. Al Rahman ayat 24, urutan tartib nuzu>l ke 97, urutan tartib mus}h}af ke 55. Al Nu>r ayat 40, urutan tartib nuzu>l ke 102, urutan tartib mus}h}af ke 24. Al H}aj ayat 65, urutan tartib nuzu>l ke 103, urutan tartib mus}h}af ke 22. Al Ma>’idah ayat 86, urutan tartib nuzu>l ke 112, urutan tartib mus}h}af ke 5.
Kata yang sering diulang-ulang dalam Al Qur‟an, sebagaimana kata بحرini, dalam ilmu tafsir berarti mengandung maksud Allah SWT memberikan penekanan yang berlebih atas kata tersebut. Dengan kata lain, pengulangan tersebut agar menjadi perhatian yang lebih bagi manusia karena dibalik penekanan kata tersebut ada rahasia dan makna yang lebih besar. Adalah kewajiban bagi kita untuk mengungkap tabir misteri tersebut. Demikian pula kalau kita lihat dari sisi jumlah ayat yang turun di Mekah dan Madinah, adalah suatu komposisi yang menarik untuk dikaji. Sejumlah 34 kata بحرada di Surat Makkiah, dan hanya 7 kata بحرyang ada di Surat Madaniah, yang kalau dibuat perbandingan antara surat Makkiah dibanding dengan Surat Madaniah berkomposisi 83% : 17%. Sebagaimana kita ketahui, Mekkah pada saat itu adalah menjadi urat nadi dan pusat perdagangan di Jazirah Arab. Mayoritas suku Qurai‟sy bermata pencarian
3
sebagai pedagang, yang berdagang ke Yaman sewaktu musim dingin dan ke Syam sewaktu musim panas6 sebagaimana Allah SWT gambarkan dalam Al Qur‟an Surat Quraish ayat 1 dan 2:
ٔ بَِيَافٔهٌِِ ِسحِيَحَ اىؾِّرَا ِء وَاىصُِٖف,ٍٔىةَِيَافٔ قُشََِؼ Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.7 Berbeda dengan penduduk Madinah yang mayoritas waktu itu bermata pencarian petani. Perekonomian Mekkah sangat tergantung dari roda perdagangan tersebut. Secara geografis, letak Laut Merah hanya berjarak kurang lebih 80km saja dari Mekkah, dimana sekarang terkenal dengan nama kota Jeddah. Apabila kita kaitkan dengan fakta tersebut di atas, nyatalah bahwa petunjuk Allah SWT bahwa laut adalah roda penggerak perekonomian yang sangat dominan di suatu negara. Negara-negara yang maju perekonomiannya, selalu ditandai dengan kegiatan maju di sector lautnya. Ayat-ayat yang turun di Makkah mempunyai sifat pengokohan ketauhidan, yaitu pengenalan kepada Allah yang Esa sebagai Tuhan.8 Dengan banyak berfikir dan merenung ciptaan-ciptaan Allah SWT yang ada di alam sekitar, akan menjadikan seseorang akan kenal dengan Tuhannya, zat yang menciptakan dirinya, lalu dengan kesadaran diri mau tunduk patuh untuk menyembahNya, taat kepadaNya dan selalu manjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai-Nya. Dengan banyaknya kata بحرyang diulang-ulang dalam Surat-Surat yang turun di Mekkah, itu juga menunjukkan agar manusia selalu merenung ciptaan Allah SWT berupa lautan. Adalah petunjuk Allah SWT bahwa lautan mempunyai rahasia terpendam yang harus digali dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah diarahkan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan laut yang tak terhingga nilainya. Allah juga menegaskan, usaha-usaha manusia dalam menggali ilmu-ilmu Allah SWT, salah satunya kelautan, tidak akan pernah habis walau ditulis dalam beribu juta artikel ilmiah, dengan menggunakan kata abh}ur sebagai bentuk jamak dari bah}r sebagaimana dalam Al Qur‟an Surat Luqma>n ayat 27:
ٌُُِْٔ اىئََّ عَضَِضْ حَن َّ خ اىيَّ ٔ ب ُ َوىَىِ ؤَََّٖا فٍٔ اْىَإ ِسضِ ٍٔ ِِ َؽجَ َشجٕ ؤَقْيَا ًْ وَاىَْثحِشُ ََُ ٗذُٓ ٍِِٔ َتعِ ٔذ ٔٓ عَِثعَحُ ؤَِتحُشٍ ٍَا َّفٔذَخِ مَئََا Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.9
Ayat ini adalah tantangan bagi ilmuwan muslim untuk mengembangkan ilmu dan teknologi kelautan guna untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dan umat Islam. Fenomena Laut Lautan menyelubungi permukaan bumi dengan luas permukaan mencapai 71%. Dasar laut tidaklah rata sebagaimana permukaan lautan. Namun lebih menyerupai perbukitan dan jurang (palung) yang dalam dan curam. Palung laut yang paling dalam berada di Mariana dengan kedalaman mencapai 11.524 meter. Bandingkan dengan ketinggian Gunung Himalaya yang hanya 8.848 meter. Bahkan 6
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz 30, (Singapura: Pustaka Nasional, 1988), 8120. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 1106. 8 Mohammadd Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras, 2013), 43. 9 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 656 7
4
kedalaman rata-rata perairan seluruh lautan di bumi ini mencapai kedalaman 3.800 meter, mampu menenggelamkan Gunung Merapi di Yogyakarta yang hanya berketinggian 2.913 meter. Daratan di seluruh dunia, ketinggian rata-rata hanya 840 meter saja.10 Fakta ini menunjukkan, seandainya seluruh gunung dan dataran tinggi di dunia diratakan, maka semua akan tenggelamlah permukaan bumi ini oleh lautan. Sehingga benarlah kalau Allah SWT memberikan isyarat kedahsyatan Hari Kiamat ditandai dengan meluapnya seluruh lautan sebagaimana terdapat dalam Al Qur‟an :
َِوبِرَا اىِْثحَا ُس عُجِّشَخ dan apabila lautan dijadikan meluap
11
َِوبِرَا اىِْثحَاسُ فُجِّشَخ 12
dan apabila lautan menjadikan meluap
Dua ayat tersebut di atas sama-sama menggunakan kata biha>}r, yang merupakan bentuk jamak dari bah}r. Ini menunjukkan bahwa kejadian di Hari Kiamat nanti, seluruh lautan akan meluap dan menenggelamkan permukaan bumi, dikarenakan permukaan bumi akan rata karena gunung-gunung akan meletus dan berhamburan seperti kapas.
ِوَذَنُى ُُ اْىجِثَاهُ مَاْىعٔهِ ِِ اىََِْْفُىػ dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.13 Ayat tersebut menggunakan kata aljiba>l dalam menyebut gunung dengan menggunakan kata jamak, bukan aljabal yang bermakna mufrad. Ini berarti semua gunung-gunung di atas bumi akan meletus dan bumi diratakan oleh Allah SWT, sehingga air laut akan menenggelamkan semua permukaan bumi ini. Hal ini bisa masuk akal secara ilmiah, karena rata-rata kedalaman perairan di seluruh dunia adalah 3.800 meter, sedangkan rata-rata ketinggian daratan hanya 840 meter. Ada perbedaan angka sebesar 3.800 meter – 840 meter = 2.960 meter, suatu angka yang sangat signifikan untuk menenggelamkan keseluruhan permukaan bumi dengan mudah sekali. Potensi dan Sumber Daya Kelautan Al Qur‟an banyak sekali mengungkap potensi-potensi yang ada di lautan. Beberapa diantaranya akan dibahas dalam makalah ini, yaitu antara lain: 1. Laut Sebagai Sumber Makanan Perikanan laut dapat dibedakan manjadi dua, yaitu perikanan tangkap dan budidaya. Ikan laut yang didapat dari laut baik dari tangkap maupun budidaya memberikan arti penting dalam penyediaan gizi masyarakat. Sebagaimana survey di beberapa kota besar di Indonesia, konsumsi masyarakat terhadap ikan laut menduduki peringkat pertama disusul daging sapi dan ayam.14 Konsumsi ikan laut yang demikian tingginya karena disamping kelezatannya, ikan laut yang segar mengandung omega 3 yang 10
Djamil, Al Qur’an Menyelami, 41-42. Ibid, 1028. 12 Ibid, 1032. 13 Ibid, 1093. 14 Jajak pendapat yang dilakukan Kompas 20-22 November 2013 di 12 kota besar Indonesia,makanan daging yang paling disukai adalah Ikan (33.2%), Sapi (30.1%), Ayam (24.4%) dan lainnya (12.3%). Lihat Aloysius B Kurniawan dan Cokorda Yudhistira, “Kala Partai Bebek Menyerbu Kota”, Kompas, (24 November 2013), 13 11
5
sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kecerdasan, disamping kadar kolesterol yang rendah. Kelebihan ikan laut sebagai makanan yang lezat tersebut Allah SWT gambarkan dalam Al Qur‟an Surat Al Ma>idah ayat 96 sebagai berikut:
ٔ َُُِشًَ عَيَُِنُ ٌِ صَُِ ُذ اىْثَشِّ ٍَا ُدٍِرٌُِ حُ ُشٍّا وَاٖذقُىا اىيَّ َٔ اىَّزٌٔ ِبى ِّ ُؤحٔوَّ ىَنُ ٌِ صَُِ ُذ اىَْثحِ ِش وَ َطعَأٍُُ ٍَرَاعّا ىَنُ ٌِ َوىٔيغُٖٖا َس ٔج َوح َُُذحِؾَشُو Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.15 Bahkan Rasulullah SAW juga menghalalkan bangkai ikan yang mati di laut, sebagaimana hadis berikut ini:
ظإَّْا تِ ٔ عَطٔؾَِْا ٖ َ أّٖا َّشِ َمةُ اْىَثحِ َش وَ ٍَعََْا اْىقَئُِوُ ٍَِٔ ْادلَاءِ َفأُْ ذَى:َ َعإَهَ َسجُوٌ سَعُىِ َه اهللِ ؿ َفقَاه:َعَِِ اَتًِ ُٕشََِ َشجَ قَاه 711 :ٌ سق،186 :1 ًٍ اىذاس.ُُٔ ُٕ َى اىطَّهُ ِىسُ ٍَا ُئُٓ اْحلٔوُّ ٍَُِرَر:ظُإ ٍِِٔ ٍَاءِ اْىَثحِشِ؟ َفقَاهَ سَعُىِ ُه اهللِ ؿ ٖ ََافََْرَى Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, ia berkata, "Sesungguhnya kami biasa berlayar dan kami membawa bekal air tawar hanya sedikit. Jika kami berwudlu dengan air tersebut maka kami bisa kehausan. Maka bolehkah kami berwudlu dengan air laut ?". Rasulullah SAW menjawab, "Laut itu suci airnya dan halal bangkainya". [HR. Darimiy juz 1, hal. 186, no. 711]
َُٔجعَِْا جُ ِىعّا ؽَذَِٔذّا َفَاْىقًَ اْىَثحِشُ حُىِذّا ٍَُٓرّا َىٌِ َّشَ ٍٔثْي ُ ط وَ ُآٍشَ اَتُى عُثَُِ َذجَ َف ٔ غَضَوَِّا جَُِؼَ اْخلََث:ُعَِِ جَاتِشٍ سض َقُىِه َُّٖٔف ؽَهِشٍ َفَاخَزَ اَتُى عُثَُِ َذجَ عَظَّْا ٍِِٔ عٔظَأٍ ٔ فَََشٖ اىشٖا ٔمةُ َذحِرَُٔ َفَاخِثَشًَِّ اَتُى اىضٗتَُِشِ ا َ ص ِ ِّ ٍُِْٔٔ َُقَاهُ َىُٔ اْىعَِْثَشُ َفاَمَيَْْا ُ مُيُىِا ِسصِقًا َاخِ َشجَ ُٔ اهلل:َ فَيََٖا قَ ٔذٍَِْا ْادلَذََِْٔ َح رَمَشَِّا رىٔلَ ىٔيْٖثٍِٓ ؿ َفقَاه، مُيُىا:َ قَاهَ اَتُى عُثَُِ َذج.ُعََٔعَ جَاتِشّا َقُىِه 114 :5 اىثخاسي.ََٔا ْط ٔعَُىَِّا أُْ مَاَُ ٍَعَنٌُِ فَأذَآُ َت ِععُهٌُِ َفاَمَي Dari Jabir, ia berkata : Kami berperang yakni Pasukan Khabath, sedang Abu Ubaidah diangkat sebagai pemimpinnya. Lalu kami tertimpa kelaparan yang sangat. Kemudian air laut mendamparkan ikan yang besar yang kami belum pernah melihat seperti itu, yang dinamakan ikan Anbar, lalu kami memakannya selama setengah bulan. Kemudian Abu Ubaidah mengambil tulang rusuknya dan menyuruh seseorang mengendarai untanya melewati di bawahnya. Abu Zubair mengkhabarkan kepadaku bahwa ia mendengar Jabir berkata : Abu Ubaidah berkata, “Makanlah kalian”. Setelah kami tiba di Madinah, kami menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, lalu beliau bersabda, “Makanlah rezqi yang dikeluarkan oleh Allah, dan berilah kami jika masih”. Maka sebagian dari mereka memberikan kepada beliau, lalu beliau memakannya”. [HR. Bukhari 5 : 114]
15
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 178. 6
Allah SWT telah menyediakan ikan di lautan untuk manusia secara cuma-cuma, dan lautan telah dimudahkan Allah SWT sehingga manusia mampu mengarunginya sebagaimana dalam QS Al Nah}l ayat 14:
ٍِِٔ َوُٕ َى اىَّزٌٔ َعخٖ َش اىَْثحِشَ ىَٔرإْمُيُىا ٍُِْٔٔ َىحَِّا طَشَِ٘ا وَذَغَِرخِ ِشجُىا ٍُِْٔٔ حٔيَُْحً ذَيْثَغُىَّهَا وَذَشَي اْىفُيْلَ ٍَىَاخٔشَ فُٔٔ َوىٔرَثَِرغُىا ََُفعِئٔ َوَىعَيَّنٌُِ ذَؾِنُشُو Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.16 Allah SWT menundukkan lautan, dengan menggunakan kata سخرyang menurut kamus Al Munawir, artinya memaksa/menundukkan/merendahkan.17 Artinya, dijadikannya lautan itu oleh Allah SWT mudah bagi manusia untuk menguasainya, walaupun secara dhohir lautan mempunyai kondisi gelombang yang ganas sampai mencapai ketinggian 30 meter dan kedalaman 3000 meter lebih. Dengan peralatan yang canggih dan modern, kapal-kapal mampu menaklukkan kondisi seperti itu untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan yang ada di dalamnya. Laut yang amat luas itu merupakan habitat dari jutaan spesies ikan laut, yang kesemuanya disediakan Allah SWT untuk manusia. Di dalamnya tidak hanya berupa ikan laut saja, namun juga mengandung perhiasan berupa mutiara yang sangat berharga. Mutiara tersebut berasal dari kerang yang di dalam cangkangnya kemasukan benda asing. Penemuan ilmiah akhir-akhir ini, ganggang/rumput laut merupakan makanan yang sangat bergizi di samping bahan dasar obat-obatan dan kosmetika. Itu semua merupakan nikmat dan karunia Allah SWT agar manusia bersyukur kepada-Nya. 2. Laut Merupakan Sumber Daya Ekonomi Lautan dapat dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu daerah pesisir, suatu daerah dimana pengaruh pantai masih dirasakan sampai daratan, atau daerah peralihan antara ekositem darat dan latan, selanjutnya adalah daerah pasang surut, dan yang terakhir adalah daerah lepas pantai. Di daerah pesisir, akitifitas perekonomian sangat dominan. Fakta menunjukkan bahwa 60% penduduk dunia berada di daerah pesisir. Bahkan di Australia, daratan pesisirnya hanya 17% dari luas total benua, 86% penduduknya ada di daerah pesisir.18 Demikian pula kota-kota besar yang tumbuh, selalu mempunyai pantai. Sedang kota-kota yang tidak berkembang bahkan mati, dapat dipastikan kota tersebut jauh dari pantai atau tidak mempunyai pantai. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa kegiatan ekspor-impor, pelabuhan dan jasa selalu menggunakan media transportasi laut sebagai andalan utama. Selain itu, pantai dan lautnya merupakan potensi wisata yang menjanjikan. Bahkan di daerahdaerah tertentu di belahan dunia, menjadikan potensi wisata laut sebagai andalannya seperti misal di Hawai, Bali dan Bunaken di Manado. Potensi ekonomi yang demikian itu, dapat ditafsirkan dari ayat berikut:
16
Ibid, 904. Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 618. 18 Rokhmin Dahuri, “Kebutuhan Riset Untuk Mendukung Implementasi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu”, Jurnal Pesisir dan Lautan, Vol. 1, No. 2, 1998, 53. 17
7
َخِ ُشجُ ٍِْٔهََُا, ُٔ فَِثإٌَِّ آىَاءِ سَتِّنََُا ذُنَزِّتَا,ُٔ تََُِْهََُا تَ ِش َصخْ ىَا َِثغَُٔا,ُٔ تََُِْهََُا تَ ِش َصخْ ىَا َِثغَُٔا,ُٔج اىَْثحِشََِِِ َيَْرقَُٔا َ ٍَ َش .ُُاىيُّ ِاىُ ُا وَاىََْ ِشجَا Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.19 Kata اىيُّاِىُاdalam kamus Al Munawir diartikan mutiara, dan ُُ اىََْشِجَاdiartikan batu mutiara, biji marjan, batu kapur (coral reef). Mutiara dan coral reef adalah dua hal penting dalam sudut pandang perekonomian. Mutiara adalah jenis batu perhiasan yang sangat mahal harganya, sedang coral reef adalah habitat bagi ikan-ikan pelagis yang juga berpotensi ekonomi tinggi. Keduanya akan dijumpai pada photic zone, yaitu daerah dimana sinar matahari masih mampu berpenetrasi. Penetrasi matahari akan mencapai kedalaman 200 meter pada perairan terbuka yang bersih, kemudian menurun sekitar 40 meter untuk daerah paparan (continental shelves), dan sekitar 15 meter pada daerah pantai tertentu.20 Selain sebagai habitat ikan-ikan pelagis, daerah dimana terdapat coral reef ini sangat berpotensi untuk wisata snorkeling dan selam sebagaimana di Bunaken, Sanur, Raja Ampat dan lain-lain tempat. 3. Laut Merupakan Sumber Energi Pemanfaatan laut sebagai ciptaan Allah SWT tidak hanya terbatas pada makhluk hidup yang ada di dalamnya saja, namun lautan sendiri msemberikan sumber energi yang berlimpah. Potensi tersebut secara umum Allah SWT berikan pada Surat Al Isra>’ ayat 70 sebagai berikut :
خ وََفعٖيَْْإٌُِ عَيًَٰ مَثٔريٍ ٍَِِٖٔ خََيقَْْا َذ ْفعُٔيًا ٔ َش وَاىَْثحِ ِش َو َسصَقَْْإٌُِ ٍٔ َِ اىطَُِّّثَا ِّ َوَىقَذِ مَ ٖشٍَِْا تٍَِْ آ َد ًَ َوحَََيَْْإٌُِ فٍٔ اىْث Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.21 Kata مَ ٖشٍَِْاpada ayat di atas, menurut Al Qur‟an & Tafsirnya Kemenag RI, dapat diartikan Allah SWT telah memuliakan manusia. Sedang dengan adanya tambahan tasydid, menunjukkan banyaknya kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia.22 Selanjutnya frase ِوَحَََيَْْإٌُِ فٍٔ اىْثَشِّ وَاىْثَحِش menunjukkan bahwa Allah SWT telah menjadikan kemudahan transportasi baik di darat maupun di laut. Transportasi di laut tidak hanya sebatas pada perkapalan sebagai alat angkut antar pulau, namun juga transportasi bahan tambang dan mineral dengan menggunakan pipa bawah laut (submarine pipeline). Pipa bawah laut saat ini merupakan alat transportasi paling handal untuk mendistribusikan minyak dan gas antar pulau bahkan antar negara. Energi tambang yang bersumber dari laut tersebut, secara eksplisit Allah SWT terangkan dalam QS Al T{ur ayat 6 sebagai berikut :
ِغجُىس ِ ََْوَاىَْثحِ ِش اى dan laut yang di dalam tanahnya ada api23
19
Ibid, 886. John Wright, Seawater: Its Composition, Properties and Behaviour, Prepared by an Open University Course Team, (England: Pergamon, 1995), 63. 21 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 436. 22 Kementrian Agama RI, Al Qur’an & Tafsirnya Jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 516 23 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 865. 20
8
Api yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah reservoir minyak dan gas yang berada di bawah dasar laut. Reservoir tersebut mempunyai tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, yang siap mengeluarkan kobaran api sewaktu-waktu. Untuk mengambil minyak/gas tersebut, telah dikembangkan teknologi pengeboran dengan menggunakan tiang pancang atau floating body semisal jack up atau semisubmersible.24 Hasil pengeboran tersebut, yaitu berupa minyak mentah (crude oil) atau gas, ditransportasikan dengan menggunakan jaringan pipa bawah laut dengan panjang ratusan bahkan ribuan kilometer. Teknologi perpipaan bawah laut, saat ini telah dikembangkan pula untuk teknologi kabel bawah laut, baik kabel listrik maupun serat optik untuk komunikasi. Ini semua adalah bentuk dari rezki Allah SWT kepada manusia atas pemanfaatan laut sebagaimana frase dari ayat ٔ وَسَصَقَْْإٌُِ ٍَِٔ اىطَُِّّثَاخdi atas. Rezki Allah SWT atas lautan, tidak terbatas pada alat transportasi dan sumber energi minyak dan gas saja, namun dari fisika lautnya dapat menghasilkan energi listrik yang tak terbatas jumlahnya. Fiskia laut yang dimaksuda adalah gelombang, arus, pasang surut dan perbedaan suhu antara permukaan dan kedalaman. Energi listrik yang berasal dari lautan tersebut, selain jumlahnya tak terbatas (abundance), juga tidak mengandung polusi. Konsep Pengelolaan menurut Al Qur’an Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya kelautan adalah antara lain: sustainable, tidak over exploitation, dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Prinsip-prinsip dalam sdalam pengelolaan sumber daya tersebut akan diuraikan di bawah. Beberapa ayat diberikan untuk memberikan argumentasi ataupun penjelasan. a. Sustainable Sustainable yang dimaksud adalah keberlangsungan dari sumber daya laut tersebut diharapkan terus berlangsung, tidak terputus hanya dalam rentang waktu tertentu. Artinya, konsep ini harus mempertimbangkan generasi yang akan datang. Jangan sampai pemanfaatan suatu sumber daya kelautan hanya terbatas pada waktu sesaat, tidak memikirkan jangka panjang. Pengambilan manfaat dalam waktu sesaat tanpa memikirkan dampak jangka panjang, umumnya menyalahi sunnatullah. Sebagai misalnya, pengambilan ikan dengan cara meledakkan dengan potasium di suatu daerah, secara sepintas akan mendapatkan ikan dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat. Namun, dengan rusaknya habitat terumbu karang tersebut, akan menyebabkan larinya ikan-ikan pelagis ke tempat lain. Usaha untuk merenovasi terumbu karang yang rusak ini dibutuhkan waktu puluhan tahun, bahkan mencapai ratusan tahun. Allah SWT telah mengingatkan kepada kita agar selalu memperhatikan masa depan (hari esok), sebagaimana tertera dalam Al Qur‟an Surat Al H{ashr ayat 18:
َُُِ اىئََّ خَثِريْ تََِا َذعََِيُى َّ ََا ؤََٗهَا اىَّزََِٔ آٍَُْىا اٖذقُىا اىيَّ َٔ َوىْرَِْظُشِ َّفْظْ ٍَا قَ ٖذ ٍَدِ ٔىغَذٕ ۖ وَاٖذقُىا اىئََّ ۚ ب Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.25 Sebagian penafsir mengartikan ٕ ٔىغَذdisini adalah akhirat. Namun dapat kita artikan pula masa depan, masa depan tidak hanya kehidpuan di akhirat namun juga di dunia sekarang ini. Sebagaimana Allah SWT juga isyaratkan agar masing-masing diri mencari kebahagian di akhirat dengan sungguh-
24
Lihat Soegiono, Teknologi Pembangunan dan Perawatan Bangunan Laut, (Surabaya: Fakultas Teknologi Kelautan ITS, 2004), 9-12. 25 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 919. 9
sungguh, namun juga tidak benar manakala kita melupakan kehidupan kita di dunia. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an Surat Al Qas}as} ayat 18:
ِوَاتِرَ ِغ فََُٔا آذَا َك اىيَّ ُٔ اىذٖا َس اىْأخٔ َشجَ ۖ َوىَا ذَِْظَ َّصُٔثَلَ ٍٔ َِ اىذَُِّٗا ۖ َوَؤحِغِِِ مَََا َؤحِغَ َِ اىئَُّ ِبىَُِلَ ۖ َوىَا ذَثِغ ََِٔة اىْ َُفْغِذ ٗ ح ٔ َُ ُِ اىئََّ ىَا َّ اْىفَغَا َد فٍٔ اْىَإ ِسضِ ۖ ب Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.26 Ayat tersebut juga menyatakan bahwa Allah SWT melarang kita untuk berbuat kerusakan. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam dengan cara merusak, adalah termasuk perbuatan yang dilarang Allah SWT. b. Tidak over exploitation Over exploitation yang dimaksud adalah pemanfaatan berlebih. Sebagai contoh di beberapa tempat di perairan Jawa, telah terindikasi over fishing atas sumber daya perikanan. Sifat over, berlebihan, mengandung afti sifat tamak. Perbuatan ini tidak Allah SWT sukai sebagaimana firmanNya dalam Al Qur‟an Surat Al Furqa>n ayat 67:
وَاىَّزََِٔ بِرَا ؤَِّ َفقُىا ىٌَِ َُغِشِفُىا َوىٌَِ َقْرُشُوا وَمَاَُ تَُِ َِ ٰرَىٔلَ قَىَاٍّا Dan orang-orang yang apabila membelanjakan, mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.27 Ayat di atas menggambarkan sifat orang yang beriman, dalam pola hidupnya tidak berlebihan dalam membelanjakan apapun, termasuk pemanfaatan sumber daya yang Allah SWT berikan kepada manusia. Sebaliknya, orang yang berlebihan adalah bukan sifat orang yang beriman. Karena dalam berlebihan (boros) ada unsur pemuasan nafsu, dimana hal tersebut merupakan bentuk ketaatan pada syaitan sebagaimana dalam Al Qur‟an Surat Al Isra‟ ayat 26-27:
ََُزسََِِ مَاُّىا ِبخِىَاَُ اىؾَُٖاطٔنيِ ۖ وَمَا ِّ ُِ اىَُْث َّ ب, َزسِ ذَثِزَٔشّا ِّ ني وَاتَِِ اىغٖثُِ ِو َوىَا ذُث َ ٔخ رَا اْىقُشِتًَٰ حَقَّ ُٔ وَاىَْٔغِن ٔ وَآ اىؾُِٖطَاُُ ىٔشَتِّ ٔ َمفُىسّا Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.28
26
Ibid, 623. Ibid, 568. 28 Ibid, 428. 27
10
c. Tidak Merusak Lingkungan Kerusakan lingkungan yang terjadi di darat dan di laut, pada hakekatnya ulah tangan manusia sebagaiamana telah diterangkan pada poin di atas, karena ada sifat tamak. Kerusakan lingkungan di laut, tidak sebatas pengrusakan habitat terumbu karang dengan peledakan bom saja, namun yang lebih parah adalah terjadinya pencemaran laut sebagaimana yang telah melanda wilayah pantai di berbagai tempat. Dampak dari pencemaran laut ini banyak sekali, selain matinya ikan-ikan tertentu dalam jumlah besar, juga akan merusak ekosistem secara keseluruhan. Kerusakan lingkungan yang demikian itu, telah Allah SWT indikasikan dalam Al-Qur‟an Surat Al Ru>m ayat 41:
َُط اىَّزٌٔ عََٔيُىا َىعَيَّهٌُِ َ ِش ِجعُى َ َِش وَاىَْثحِشِ تََِا مَغََثدِ ؤََِذٌٔ اىْٖاطِ ىُٔزَٔقَهٌُِ َتع ِّ ظَهَ َش اْىفَغَادُ فٍٔ اىْث Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).29 Ayat di atas menunjukkan akibat perbuatan tangan manusia, kerusakan terjadi di lingkungan darat dan laut. Akibat dari kerusakan tersebut, terjadilah banyak bencana seperti tanah longsor, banjir bandang dan kekeringan. Sementara dalam kaitanya dengan sumber daya kelautan, dengan rusaknya ekosistem laut akan mengakibatkan menurunnya jumlah produksi perikanan, bahkan berakibat punahnya sepesies biota laut. Perbuatan yang bersifat destruktif ini, adalah larangan Allah SWT sebagaimana terdapat dalam AlQur‟an Surat Al A’raf 56:
َد اىيَّ ٔ قَشَِةْ ٍٔ َِ اىْ َُحِغِِْني َ ََ َِوىَا ُذفْغِذُوا فٍٔ اْىَإ ِسضِ َتعِذَ بِصِيَاحٔهَا وَا ِدعُىُٓ خَىِفًا وَطَ ََعّا ۚ بَُِّ َسح Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.30 Penutup Al Qur‟an adalah petunjuk dari Allah SWT diturunkan ke dunia, agar manusia dapat hidup selamat sesuai fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini. Pengertian selamat tidak hanya mengandung makna keselamatan di akhirat saja, namun keselamatan di dunia yang meliputi keselamatan diri, masyarakat, alam dan lingkungan di mana manusia ada di dalamnya. Sebagaimana doa yang selalu dipanjatkan :
ِسَتَْٖا آذَْٔا فٍٔ اىذَُِّٗا حَغََْ ًح وَفٍٔ اىْأخٔ َشجٔ حَغََْ ًح وَقَْٔا عَزَابَ اىْٖاس Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.31 Sumber daya kelautan yang abundance, Allah SWT berikan kepada manusia secara cuma-cuma. Namun karena dalam memanfaatkan sumber daya tersebut tidak digunakan etika, maka timbullah dampak negatif seperti adanya kerusakan ekosistem, turunnya produksi perikanan dan punahnya spesies ikan, serta pencemaran di wilayah pesisir maupun lautan. Al Qur‟an telah memberikan rambu-rambu agar manusia 29
Ibid, 647. Ibid, 230. 31 Ibid, 49. 30
11
dalam memanfaatkan sumber daya tersebut memenuhi etika yang dituntunkan Allah SWT sehingga tidak terjadi dampak-dampak negatif tersebut.
Bibliografi Dahuri, Rokhmin. “Kebutuhan Riset Untuk Mendukung Implementasi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu”. Jurnal Pesisir dan Lautan, Vol. 1, No. 2, 1998 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Tanjung Mas Inti, 1992. Djamil, Agus S. Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan, Bandung: Mizan Media Utama, 2012. Gufron, Mohammad dan Rahmawati. Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras, 2013. Hamka. Tafsir Al Azhar Juz 30. Singapura: Pustaka Nasional, 1988. Kementrian Agama RI. Al Qur’an & Tafsirnya Jilid V. Jakarta: Lentera Abadi, 2010. Kurniawan, Aloysius dan Cokorda Yudhistira. “Kala Partai Bebek Menyerbu Kota”, Kompas, 24 November 2013. Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir, Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Pickard, George L. and William J Emery. Descriptive Physical Oceanography, An Introduction. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1990. Soegiono. Teknologi Pembangunan dan Perawatan Bangunan Laut. Surabaya: Fakultas Teknologi Kelautan ITS, 2004. Thobroni, Ahmad Yusam., Fikih Kelautan, Perspektif al-Qur’an tentang Pengelolaan Potensi Laut, Jakarta: Dian Rakyat, 2012. Wright, John. Seawater: Its Composition, Properties and Behaviour. Prepared by an Open University Course Team, England: Pergamon, 1995. www.zekr.org., The Zekr Project, Software Zekr V.1.0.0, 2013.
12