651
Pemanfaatan protein sel tunggal ... (Muhammad Marzuqi)
PEMANFAATAN PROTEIN SEL TUNGGAL SEBAGAI BAHAN PAKAN UNTUK IKAN KERAPU PASIR (Epinephelus corallicola) Muhammad Marzuqi, Nyoman Adiasmara Giri, Ketut Suwirya, dan Ni Wayan Astuti Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak KAbupaten Buleleng, Kotak Pos 140 Singaraja, Bali 81101 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Ikan kerapu merupakan komoditas penting dalam pengembangan budidaya laut di Indonesia. Keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu sangat tergantung dari pakan. Sumber protein utama pada pakan adalah tepung ikan. Perkembangan budidaya yang pesat menyebabkan permintaan tepung ikan meningkat, di lain pihak hasil tangkapan cenderung menurun. Oleh karena itu, perlu alternatif lain sebagai substitusi tepung ikan. Salah satu sumber protein alternatif adalah protein sel tunggal (PST). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan protein sel tunggal sebagai pengganti tepung ikan dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan yuwana ikan kerapu pasir. Pada penelitian ini menggunakan 225 ekor yuwana ikan kerapu pasir dengan bobot rata-rata awal 17,40 g. Yuwana dipelihara dalam 15 bak fiber dengan volume 200 liter dan kepadatan 15 ekor/bak selama 12 minggu. Masing-masing bak dilengkapi sistem aerasi dan sistem air mengalir untuk memelihara kualitas air yang baik selama penelitian. Pakan yuwana ikan kerapu pasir berupa pelet kering dengan kandungan PST 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dalam pakan. Pakan diberikan 2 kali secara “adlibitum”. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai bobot akhir, pertambahan bobot, laju pertumbuhan spesifik, laju konsumsi pakan tertinggi dicapai pada kandungan protein sel tunggal 0%, (pakan kontrol), tetapi tidak berbeda nyata dengan kandungan protein sel tunggal 5%, 10%, 15% (P>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa protein sel tunggal dapat dimanfaatkan sampai 15% dalam formulasi pakan untuk pertumbuhan ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola).
KATA KUNCI:
protein sel tunggal, kerapu pasir
PENDAHULUAN Ikan kerapu merupakan jenis ikan laut yang mempunyai prospek pasar yang luas dan harga yang relatif tinggi sehingga banyak diminati untuk spesies budidaya. Keberhasilan teknologi pembenihan ikan kerapu akan lebih mendorong berkembangnya budidaya pembesaran di tambak atau keramba jaring apung (KJA). Untuk mendukung kegiatan budidaya, pakan yang mempunyai nilai nutrisi yang lengkap dan seimbang merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Satu di antara kebutuhan nutrien yang penting untuk ikan adalah protein. Dari hasil percobaan nutrisi pakan menunjukkan bahwa kebutuhan protein beberapa spesies kerapu berkisar antara 47,8%–60,0% dan bervariasi menurut spesiesnya (Giri, 1998). Beberapa jenis ikan kerapu membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup tinggi. Pada ikan kerapu bebek (C. altivelis) membutuhkan protein sebesar 54,2% dalam pakan (Giri et al., 1990), ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus) sebesar 48,0% (Giri et al., 2004), ikan kerapu batik (E. polyphekadion) sebesar 48% (Marzuqi et al., 2004a), ikan kerapu lumpur (E. coioides) sebesar 48,0% (Suwirya et al., 2005) dan ikan kerapu sunu (P. leopardus) membutuhkan protein sebesar 48% (Marzuqi et al., 2007). Pada umumnya, formulasi pakan untuk ikan kerapu mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Selama ini penggunaan bahan pakan masih mengandalkan pada tepung ikan sebagai sumber protein. Sementara harga tepung dipasaran cukup mahal sehingga mengakibatkan harga pakan untuk ikan kerapu relatif mahal. Salah satu usaha untuk mendapatkan pakan yang terjangkau maka perlu mendapatkan bahan pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi protein pakan dalam memenuhi kebutuhan protein untuk ikan kerapu. Beberapa percobaan untuk mensubstitusi tepung ikan dengan bahan lokal telah dilakukan pada ikan air tawar maupun ikan laut seperti penggunaan tepung keong (Pomacea sp.), (Utomo et al.,
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
652
2003), penggunaan limbah industri kakao dan minyak kelapa sawit pada ikan mas (Suhenda, 2003), penggunaan tepung kedelai pada ikan kerapu bebek (Marzuqi et al., 2004b) dan pemanfaatan limbah ampas kecap pada ikan kerapu macan (Marzuqi et al., 2008). Satu di antara bahan pakan yang diduga dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan untuk ikan kerapu adalah protein sel tunggal dari hasil samping produksi MSG. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari bahan tetes tebu (molasses) dan dektrose oleh bakteri brevibacterium flavum. Proses produksi MSG ini menghasilkan hasil samping yang terdiri atas molasses dan glukosa serta sisa biomass bakteri. Tepung protein sel tunggal sebagai hasil samping produksi MSG sebagai sumber protein karena memiliki kandungan protein tinggi, di samping itu mengandung asam amino yang lengkap. Kandungan asam amino utama dari protein sel tunggal ini adalah L-glutamat yang merupakan jenis asam amino yang ada dalam protein yang dapat meningkatkan laju konsumsi dan pertumbuhan. Di samping kaya akan asam amino baik esensial maupun non esensial maka hasil samping produksi MSG juga memiliki kandungan bahan mineral yang sangat tinggi. Dengan kandungan nutrien yang lengkap, maka pemanfaatan tepung protein sel tunggal sebagai sumber protein untuk bahan pakan diharapkan dapat mensubstitusi penggunaan protein dari tepung ikan. Hasil analisis proksimat protein sel tunggal di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol mempunyai kandungan bahan kering 90,6% protein 70,81%, lemak 5,60%, serat 1,30%, dan abu 3,30%. Mengingat prospek pemanfaatan tepung protein sel tunggal sebagai sumber protein yang baik untuk bahan pakan ikan kerapu maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tepung protein sel tunggal sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum pakan buatan untuk benih ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) BAHAN DAN METODE Penelitian menggunakan pakan uji berupa pellet kering (dry pellet) dengan kandungan kandungan PST 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dalam pakan. Ukuran pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan uji (3,1 mm) dan disimpan pada suhu 5°C sebelum dan selama penelitian. Bahan baku yang digunakan berupa kasein, tepung rebon, tepung ikan, tepung hati cumi, tepung PST sebagai sumber protein. Pakan dianalisis kandungan protein, lemak, abu, dan energinya. Adapun komposisi pakan dan analisis proksimat ditentukan berdasarkan metode AOAC (1990) disajikan pada Tabel 1. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 level kandungan PST yang berbeda sebagai perlakuan dan tiap perlakuan diulang 3 kali. Hewan uji berupa yuwana ikan kerapu pasir dengan bobot rata-rata 17,4 g dipelihara dalam 15 bak fiber bervolume 200 liter dengan kepadatan 15 ekor/bak. Masing-masing bak dilengkapi sistem aerasi dan sistem air mengalir agar kualitas air terjaga dengan baik selama penelitian berlangsung. Pakan diberikan 2 kali per hari (pagi dan sore) sampai kenyang (ad-libitum). Jumlah pakan yang diberikan per hari dihitung dengan melihat selisih bobot pakan sebelum dan sesudah pemberian pakan. Agar kondisi bak tetap bersih maka kotoran dalam bak disipon setiap hari. Penelitian ini berlangsung 3 bulan. Untuk mengetahui perkembangan bobot ikan maka dilakukan penimbangan secara individu dari masing-masing bak setiap 1 minggu. Parameter biologis yang diamati meliputi pertambahan bobot, efisiensi pakan, laju konsumsi pakan, sintasan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan antar perlakuan diuji dengan nilai tengah pada taraf nyata 95%. Apabila hasil analisis memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Tukey’s untuk mengetahui perlakuan yang memberikan perbedaan serta penentuan perlakuan yang terbaik (Steel & Torrie, 1995). HASIL DAN BAHASAN Hasil pengamatan selama 3 bulan terhadap yuwana ikan kerapu pasir yang diberi pakan dengan kandungan PST yang berbeda terlihat pada Tabel 2. Dari data di atas menunjukkan bahwa kandungan protein sel tunggal (PST) dalam pakan berpengaruh nyata terhadap bobot akhir, pertambahan bobot, laju pertumbuhan spesifik, laju konsumsi pakan, dan efisiensi pakan, (P<0,05), namun tidak mempengaruhi sintasan yuwana ikan
653
Pemanfaatan protein sel tunggal ... (Muhammad Marzuqi)
Tabel 1. Komposisi pakan penelitian (%) Bahan Kasein Tepung ikan Tepung rebon PST Tepung hati cumi Dektrin Minyak ikan Vitamin mix Mineral mix CMC Astaxanthin
Kandungan PST (%) dalam pakan 0
5
10
15
20
5,50 48,0 13,0 0,0 6,0 18,4 3,0 1,3 1,7 3,0 0,1
5,50 44,37 13,0 3,4 6,0 18,48 3,15 1,3 1,7 3,0 0,1
5,50 40,74 13,0 6,78 6,0 18,57 3,30 1,3 1,7 3,0 0,1
5,50 37,11 13,0 10,19 6,0 18,65 3,45 1,3 1,7 3,0 0,1
5,50 33,48 13,0 13,57 6,0 18,75 3,60 1,3 1,7 3,0 0,1
Total
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Komposisi proksimat Protein Lemak Abu Kadar air BETN
49,03 9,21 12,48 8,18 17,24
48,93 8,61 12,08 7,76 12,86
48,80 9,15 11,58 6,72 17,49
48.8 8,46 11,21 6,82 19,68
48.75 8,85 10,44 6,51 20,90
*) Mineral (mg/100 g pakan): KH2PO4 412; CaCO3 282; Ca(H2PO4) 618; FeCl3.4H2O 166; ZnSO4 9.99; MnSO4 6.3; CuSO4 2; CoSO4.7H2O) 0.05; KJ 0.15; Dekstrin 450; Selulosa 553.51 **) Vitamin mix (mg/100 g pakan): Thiamin-HCl 5.0; riboflavin 5.0; Ca-pantothenate 10.0; niacin 2.0; pyridoxin-HCl 4.0; biotin 0.6; folic acid 1.5; cyanocobalamin 0.01; inositol 200; raminobenzoic acid 5.0; menadion 4.0; vit A palmitat 15.0; chole-calciferol 1.9; a-tocopherol 20.0; cholin chloride 900.0
Tabel 2. Bobot awal (IBW), bobot akhir (FBW), pertumbuhan (G), pertambahan bobot (WG), laju pertumbuhan spesifik (SGR), laju konsumsi pakan (FR), sintasan (SR), efisiensi pakan (FE) pada kerapu pasir (Epinephelus corallicola) selama penelitian Parameter biologi Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Pertumbuhan (g) Pertambahan bobot (%) Laju pertumbuhan spesifik (%/bw/hari) Laju konsumsi pakan (g/ind./hari) Efisiensi pakan Sintasan (%)
Kandungan PST dalam pakan (%) 0
5
10
15
20
17,4 50,68 33,285 191,29b
17,4 48,3 30,9 177,59ab
17,4 48,16 30,790 176,78ab
17,4 47,68 30,285 174,05ab
17,4 46,08 28,685 164,86a
1,275b
1,215ab
1,210ab
1,195ab
1,160a
0,625b 0,69b 96,66a
0,550ab 0,69b 96,66a
0,550ab 0,69b 100a
0,545ab 0.68ab 100a
0,510a 0,63a 96,66a
Nilai pada kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
kerapu pasir (P>0,05). Pada pakan dengan kandungan PST 0% (pakan kontrol) memberikan persentase pertambahan bobot yang tertinggi dari perlakuan yang lainnya, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kandungan PST 5%, 10%, dan 15%. Selanjutnya peningkatan kandungan PST sebesar 20%
654
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
menghasilkan pertumbuhan yang terendah yaitu dengan bobot akhir sebesar 46,08 g atau ikan dapat tumbuh sebesar 164,86%, dan mempunyai laju pertumbuhan spesifik sebesar 1,160% bw/hari. Bila dibandingkan dengan perlakuan pakan kontrol dan maka kandungan PST 5%, 10%, 15%, 20%, mengalami penurunan pertumbuhan ikan masing-masing sebesar 13,7%; 0,81%; 2,73%; dan 9,19%. Dari nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung protein sel tunggal sebagai hasil akhir dari limbah pembuatan monosodium glutamat (MSG) dalam pakan buatan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan pada ikan kerapu pasir. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa tepung ikan sebagai sumber protein bagi yuwana ikan kerapu pasir dapat disubstitusi dengan sumber protein dari tepung protein sel tunggal sampai batas 15% dalam pakan. Protein sel tunggal dari limbah pabrik MSG ini mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi karena sumber protein merupakan hasil fermentasi oleh bakteri Brevibacterium flavum pada media mollase dan dektrose menghasilkan MSG. Pemanfaatan protein untuk pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan, kualitas protein, kandungan energi pakan, keseimbangan gizi, dan tingkat pemberian pakan (Furnichi, 1988). Di samping itu, tepung PST ini memiliki kandungan asam amino yang lengkap seperti kandungan asam amino arginin, lisin, dan methionin yang tinggi (Komunikasi Pribadi, 2008). Jenis asam amino ini sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ikan laut Giri et al., 2006a; 2006b; 2006c dalam penelitiannya mendapatkan kebutuhan asam amino arginin, lisin, dan methionin untuk ikan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) masing-masing sebesar 2,56%/setara 5,12 dari protein pakan; 2,77%/setara 5,63% dari protein pakan dan 1,18% dari pakan atau 2,41% dari total pakan. Sedangkan Marzuqi et al., 2008, mendapatkan bahwa pemanfaatan tepung ampas kecap dari 7% sampai 28% cenderung mengalami penurunan pertumbuhan dan meningkat kembali setelah ditambah asam amino methionin. Pada penelitian lain terhadap yuwana ikan kerapu tikus ( C. altivelis ) membutuhkan substitusi 10% tepung kedelai dalam pakan, namun substitusi tepung kedelai sebesar >20% bahkan menghasilkan pertumbuhan yang terhambat (Marzuqi et al., 2004b). Sedangkan Ahmad et al . (1992), menggunakan kedelai sebesar 18% dalam pakan mampu meningkatkan laju pertumbuhan. Beberapa permasalahan pada pemanfaatan sumber protein nabati seperti tepung kedelai adalah sedikitnya kandungan asam amino dan hadirnya faktor antinutrisi seperti enzim penghambat, tanin dan faktor antigen (Khaushik et al., 1995; Francis et al., 2001). Hal ini sesuai pendapat Hasting & Dickie dalam Halver (1989) bahwa faktor utama yang membedakan pertumbuhan ikan diperkirakan akibat adanya ketersediaan protein serta jumlah dan kualitas/jenis asam amino esensial pakan. Hasil pengamatan terhadap bobot rata-rata yuwana ikan kerapu pasir setiap minggu disajikan dalam Gambar 1. Pada gambar di atas menunjukkan bahwa, pakan dengan kandungan PST memberikan pertumbuhan membentuk model linier. Pertumbuhan ikan dari masing-masing perlakuan terlihat hampir sama
55 50 Bobot (g)
45 40 35 30
PST-0% PST-10% PST-20%
25 20
PST-5% PST-15%
15 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Waktu (minggu)
Gambar 1. Perkembangan bobot yuwana ikan kerapu pasir selama penelitian
655
Pemanfaatan protein sel tunggal ... (Muhammad Marzuqi)
dengan pertambahan tepung protein sel tunggal sebagai substitusi tepung ikan. Pada akhir penelitian perkembangan bobot yang terendah dari pakan lainnya adalah ikan yang diberi pakan dengan kandungan PST 20%. Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan dengan jumlah pakan yang dikomsumsi pada ikan kerapu pasir. Efisiensi pakan pada penelitian ini menunjukkan pakan dengan kandungan PST 0% (pakan kontrol) sampai 15% mengalami peningkatan dan mulai menurun pada kandungan PST sebesar 20% dalam pakan. Efisiensi pakan pada ikan yang diberi pakan dengan kandungan PST 5% sampai 15% memberikan nilai yang hampir sama dan tidak berbeda nyata dengan pakan kontrol (P>0,05). Pada peningkatan kandungan PST sebesar 20% maka efisiensi pakan mengalami penurunan (P<0,05). Efisiensi pakan tertinggi pada penelitian ini diperoleh adalah 0,69. Hasil penelitian ini memberikan nilai yang lebih rendah dari penelitian pakan ikan kerapu sebelumnya. Pada ikan kerapu sunu diperoleh nilai efisiensi pakan sebesar 1,01 (Marzuqi et al., 2006), sedangkan pada ikan kerapu tikus menghasilkan efisiensi pakan sebesar 0,80–0,81 (Giri et al., 1999). Hal ini mempunyai kecenderungan bahwa kerapu pasir ini mempunyai pertumbuhan yang lebih lambat dari pertumbuhan ikan kerapu lainnya. Pada penelitian ini diperoleh pertambahan bobot tertinggi pada kandungan pakan kontrol (PST 0%) sebesar 192,20% selama pemeliharaan 84 hari. Sedangkan untuk yuwana ikan kerapu tikus dengan bobot awal yang sama (5,4 g) pertumbuhan hanya mencapai 274,2±12,6% selama 50 hari pemeliharaan (Giri et al., 1999). Data pertumbuhan spesifik harian memberi gambaran pertumbuhan setiap hari pada ikan uji. Pada pakan buatan dengan pemanfaatan kandungan tepung PST 0% menunjukkan tidak berbeda nyata dengan pemanfaatan tepung PST sebesar 5%, 10%, 15%, namun berbeda nyata terhadap pakan yang kandungan tepung PST sebesar 20% (P<0,05). Hasil laju pertumbuhan spesifik tertinggi diperoleh pada pakan dengan kandungan tepung PST sebesar 0% (pakan kontrol) yaitu 1,275% bw/hari, menyusul pakan dengan kandungan tepung PST sebesar 5%, 10%, 15%, 20% masing-masing adalah 1,215%; 1,210%; 1,995%; dan 1,160% bw/hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan PST sebagai sumber protein alternatif pada kandungan 15% dari total pakan dapat diterima yuwana ikan kerapu pasir. Pada penelitian James et al. (1998) dalam Suwirya, et al., 2005 mendapatkan pertumbuhan spesifik ikan kerapu macan diperoleh nilai sebesar 5,19±2,94%/hari dengan bobot awal 0,76–2,22 g dalam waktu pemeliharaan 135 hari. Laju konsumsi pakan pada pemanfaatan tepung PST 0% menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap pakan yang mengandung tepung PST 5%, 10%, 15%, yaitu 0,625, 0,550; 0,550; 0,545; namun berbeda nyata dengan pakan dengan kandungan PST 20% yaitu 5,10 g/ Ind./hari. Pada pemanfaatan PST pada level 20% memberikan nilai yang terkecil. Hal ini menggambarkan bahwa pemanfaatan PST yang tinggi maka mengakibatkan penggunaan tepung ikan dalam pakan semakin berkurang sehingga dapat menurunkan laju konsumsi pakan ikan. Turunnya laju konsumsi pakan ini diduga disebabkan oleh kandungan asam nukleat pada tepung PST. Hal ini sesuai dengan pendapat Tacon & Cooke (1980) bahwa tingginya kandungan asam nukleat pada PST dapat menekan laju konsumsi pakan ikan rainbow trout yang diberi pakan dengan sumber protein yang berasal dari PST sebesar 50%. KESIMPULAN 1. Kandungan PST dalam pakan berpengaruh terhadap bobot akhir, pertambahan bobot, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, namun tidak berpengaruh terhadap sintasan yuwana ikan kerapu pasir 2. Yuwana ikan kerapu pasir dapat memanfaatkan kandungan PST sebagai substitusi tepung ikan sampai sebesar 15% dalam pakan UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada staf teknisi Bapak Kasiyanto, Bapak Sumardi, dan Bapak Sar’i yang telah membantu dalam persiapan sampai berakhirnya pelaksanaan penelitian, juga Bapak Darsudi, Ibu Ari Arsini, Ibu Ayu Kenak, dan Ibu Deni Puji Utami yang telah membantu dalam analisis pakan di laboratorium kimia.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
656
DAFTAR ACUAN AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 1990 Official methods of analysis, 12th edition. Association of Official Analytical Chemists. Washington, D.C., 1,141 pp. Francis, G., Malikar, H.P.S., & Becker, K. 2001. Antinutritional factors present in plant-derivate alternate fish feed ingredients and their effect in fish. Aquaculture, 199: 197–227. Furnichi, M. 1988. Dietary requirement in fish nutrition in mariculture (T. Watanabe ed.) Japan International Cooperation Agency, p. 9–79. Giri, I N.A. 1998. Aspek nutrisi dalam menunjang pembenihan ikan kerapu. In. Sudradjat, A., Heruwati, E.S., Sugama, K., Poernomo, A., Azwar, Z.I., & Giri, N.A. (Eds.). Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Giri, I N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 1999. Kebutuhan Protein, Lemak dan Vitamin C pada juvenile kerapu tikus (Cromileptes altivelis). J. Pen. Perik. Indonesia, V: 38–46. Giri, I N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 2004. Optimum level of dietary protein and lipid for rearing juvenile of tiger grouper (E. fuscoguttatus). Advances in Grouper Aquaculture. ACIAR, p. 98–100. Giri, I N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 2006b. Kebutuhan asam amino lysine untuk benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J. Ris. Akuakultur, 1(2): 143–150. Giri, I N.A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. 2006c. Dietary methionine requirement for growth of juvenil humpback grouper (Cromileptes altivelis). J. Ris. Akuakultur, 1(2): 79–85. Giri, I N.A., Suwirya, K., Marzuqi, M., & Sagala, S.L. 2006a. Kebutuhan asam amino arginine untuk pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Prosiding Masyarakat Aquakultur Indonesia, hlm. 44–50. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academic press. London and New york, 713 pp. Khaushik, S.J., Cravedi, J.P., Lalles, J.P., Sumpter, J., Fauconneau, B., & Laroche, M. 1995. Partial of total replacement of fish meal by soybean protein on growth, protein utilization, potential estrogenic or antigenic effect, cholesterolemia and flesh quality in rauinbow trout, Onchorhynchus mykiss. Aquaculture, 133: 257–274. Marzuqi, M., Giri, I N.A., & Suwirya, K. 2004a. Kebutuhan protein dalam pakan untuk pertumbuhan yuwana ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion). J. Pen. Perik. Indonesia, X(1): 25–32. Marzuqi, M., Giri, I N.A., & Suwirya, K. 2004b. Substitution of fish meal by soybean meal in formulation diet for humpback grouper (Cromileptes altivelis). Indonesian Fisheries Research Journal, X(1): 39– 42. Marzuqi, M., Giri, I N.A., Agustina, E., & Suwirya, K. 2008. Pengaruh tepung ampas kecap sebagai substitusi tepung ikan dalam pakan terhadap pertumbuhan dan nilai kecernaan juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). J. Perikanan Universitas Gadjah Mada, IX(2): 254–260. Marzuqi, M., Giri, I N.A., & Suwirya, K. 2007. Kebutuhan protein optimal dan nilai kecernaan nutrien pakan untuk benih ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Aquaculltura Indonesiana, VIII(2): 113– 119. Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan prosedur statistika. Alih Bahasa: Bambang Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 748 hlm. Suhenda, N., Sulhi, M., & Hikmayani, Y. 2003. Evaluasi penggunaan limbah industri kakao dan minyak kelapa sawit sebagai bahan untuk pakan ikan mas (Ciprinus carpio Linn). Prosiding Semi Loka Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya. Badan Riset Perikanan Budidaya, p. 183–190. Suwirya, K., Giri, I N.A., & Marzuqi, M. 2005. Kebutuhan kadar protein terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides). J. Pen. Perik. Indonesia, XI(1): 63–68. Tacon, A.G. & Cooce, O.J. 1980. Nutritional value of diatary nucleic acids to trout. Nutr. Reports. Int., 22: 631–640. Takeuchi, T. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrient Dalam Watanabe, T. (Ed.). Fish nutrition and mariculture. Tokyo: JICA Kanagawa International Fisheries Training Centro, p. 173–233.
657
Pemanfaatan protein sel tunggal ... (Muhammad Marzuqi)
Utomo, N.B.P., Suryana, Setiawati, M., & Jusadi, D. 2003. Pengaruh penggunaan tepung keong mas (Pomacea sp.) sebagai bahan substitusi tepung ikan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.) Prosiding Semi Loka Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya. Badan Riset Perikanan Budidaya, hlm. 145–150.