PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI PADA PETANI TANAMAN HIAS DI BOGOR
RATIH SITI AMINAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi pada Petani Tanaman Hias di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Ratih Siti Aminah NRP. I35210011
RINGKASAN RATIH SITI AMINAH. Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi pada Petani Tanaman Hias di Bogor. Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan KRISHNARINI MATINDAS. Tanaman hias merupakan salah satu produk pertanian yang perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan pertanian tanaman hias, para petani memerlukan informasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk memperoleh informasi diperlukan sumber informasi yang tepat. Salah satu sumber informasi yang kini banyak dipergunakan adalah media internet. Di Indonesia saat ini media internet sudah banyak dipergunakan masyarakat untuk berbagai bidang pembangunan, termasuk dalam pengembangan dan pembangunan bidang pertanian. Saat ini informasi tentang pembangunan dan pengembangan pertanian di Indonesia masih sangat terbatas. Dalam mengembangkan usaha taninya, petani memerlukan informasi yang tepat dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung tugas dan fungsinya. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pertanian bidang hortikultura khususnya tanaman hias adalah mengetahui sejauhmana petani tanaman hias memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Media internet didefinisikan sebagai jaringan luas komputer yang dengan perizinan dapat saling berkoneksi antara satu dengan lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta memperpendek jarak antar negara. Penelitian ini menganalisis karakteristik petani tanaman hias, motif menggunakan media internet, persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi oleh petani tanaman hias; menganalisis hubungan karakteristik petani tanaman hias dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi, menganalisis hubungan antara motif petani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi dan menganalisis hubungan antara persepsi petani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tanaman hias. Penelitian dilakukan di Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman hias yang menggunakan media internet sebagai sumber informasi. Jumlah populasi 35 petani. Data dikumpulkan melalui kuesioner, observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi pada bulan Juni sampai Desember 2012. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Statistik deskriptif dipergunakan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan frekuensi, persentase, skor dan total skor. Analisis statistik inferensial dipergunakan untuk melihat hubungan antara variabel X dan Y dengan uji rank Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia petani tanaman hias didominasi usia sedang 35-51 tahun dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar petani berpendidikan formal rendah SMA dan sebagian besar petani pernah mengikuti pendidikan non formal. Pada karakteristik sumber pembelajaran, sebagian besar petani menjadikan teman sebagai sumber pembelajaran, sebagian besar petani berskala usahatani rendah (<600ribu/bulan) dan sebagian besar memiliki lahan <300 meter persegi (sempit). Sebagian besar petani beraksesibilitas media tinggi. Mengenai
motif, secara umum petani memiliki motif tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Sebagian besar petani memanfaatkan media internet untuk menambah informasi, memperluas wawasan, memudahkan mengatasi masalah, memperluas jaringan sosial dan memuaskan rasa ingin tahu. Sebagian besar petani memiliki persepsi cukup baik tentang media internet dan keuntungan pemanfaatan media internet. Pada pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi, sebagian besar petani memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi tentang teknik budidaya, pemasaran tanaman dan pemilihan jenis tanaman. Pada karakteristik pengalaman berusahatani berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tentang pemasaran tanaman hias. Pada motif memperluas jaringan sosial berhubungan sangat nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Persepsi petani tentang media internet berhubungan sangat nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hal ini mengindikasikan semakin baik persepsi petani tentang internet akan semakin tinggi pemanfaatan petani terhadap media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias.
Kata kunci: media internet, sumber informasi tanaman hias
SUMMARY RATIH Siti Aminah. Utilization of the Media Internet as Information Source for Ornamental Plant Farmers in Bogor. Supervised by NINUK PURNANINGSIH and KRISHNARINI MATINDAS.
Ornamental plant is one of the agricultural products to be developed. For such necessities, the ornamental plant farmers need informations from the right sources. One of the sources frequently used is the internet media. Now adays, the people of Indonesia have been familiarized to use such a useful media for many field of development, including the agriculture. At present, the information on the growth and development of agriculture is still very scarce. Whereas, farmers need the right information of agricultural development to support their functions. The question is at what extent do the ornamental plant farmers have utilized internet as the source of information on cultivation techniques, marketing, or the selection of ornamental plants. Internet media is defined as a vast network which is licensed not only to be able to connect each other to disseminate and share digital files, but also to shorten the distance between countries. This research analyzes: the characteristics of ornamental plant farmers, their motivation in using internet media, their perception about internet media, and the internet media usage as a source of information; the relationship between the characteristics of ornamental farmers and internet media utilization as a source of information; the relationship between farmers’ perceptions and internet usage as the sources of information; and the relationship between perceptions of farmers with the use of the internet as an ornamental plant resources. The study was conducted in the Bogor branch of Indonesian Floriculture Association. The populations in this study are all the 35 ornamental plant growers who use the internet as a source of information. Data were collected through questionnaires, observation, in-depth interviews and documentation from June to December 2012. The Data collected in this study consists of primary data and secondary data. Data were analyzed by descriptive statistics and inferential statistical analysis. Descriptive statistics were used to describe the data in general by using frequency, percentage, score and total score. Inferential statistical analysis is used to examine the relationship between variables X and Y with the Spearman Rank test and Chi Square. The results show that the age of ornamental plant farmers was dominated by 3551 years of age and most were female. Most farmers have low level of formal education, and most farmers had attended non-formal education. On the characteristics of learning resources, the majority of farmers conduct friends as a source of learning, Most of the farm-scale farmers is low (<600rb/month) and most have land only <300 square feet (narrow). Most farmers have high accessibilities of media. Regarding motives, farmers generally have a higher motive in using the internet as a source of information. Most of the farmers use internet media to add information, to broaden horizons, to overcome the problem, to expand social networks and to satisfy curiosity. Most farmers have a pretty good perception about the internet media and internet media utilization gains. On the use of the internet as a source of information, most of the farmers use the internet as a source of information on cultivation techniques, crop marketing and selection of plant species.
The characteristic of farming experience has real connection to the usage of internet media as the source of information on ornamental plant marketing. Motivation to enlarge social network really connected to the usage of internet media as the source of information on the ornamental plant cultivation technique. Farmer’s perception about internet media has relevance to internet media utilization as the sources of information on the ornamental plant. It indicates that the better the farmer’s perception about internet the higher their usage of internet media as the source of ornamental plant marketing information. Keyword: internet media, ornamental plant, information source.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI PADA PETANI TANAMAN HIAS DI BOGOR
RATIH SITI AMINAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis
. . -IU.LU
Tesis : Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Infonnasi pada Petani Tanarnan Hias di Bogor : Ratih Siti Aminah
: 052100111
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir NinukPurnaningsih, Msi Ketua
/~g~~
Dr dra Krishnarini Matindas, MS Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr
Tanggal Ujian: 25 Juni 2013
,
Tanggal Lulus:
Judul Tesis : Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi pada Petani Tanaman Hias di Bogor Nama : Ratih Siti Aminah NIM : I352100111
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir NinukPurnaningsih, Msi Ketua
Dr dra Krishnarini Matindas, MS Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Ujian: 25 Juni 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya sesuai dengan harapan dan keinginan penulis. Tesis yang berjudul “PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI PADA PETANI TANAMAN HIAS DI BOGOR ini disusun untuk menunjang pelaksanaan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir dalam usaha mencapai gelar Magister Sains pada Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Dr. Ir. Djuara P Lubis, MS selaku koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan. 2. Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis yang bersifat membangun. 3. Dr. dra. Krishnarini Matindas, MS selaku pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran. 4. Para pengurus dan anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia Pusat dan di cabang Kota Bogor. 5. Ibunda tercinta Hj. Sri Retnowati yang selalu memberikan dukungan, doa dan kesabaran sejak penulis memutuskan melanjutkan pendidikan sampai penelitian ini selesai. 6. Teman-teman KMP 2010 dan Mas Sigit serta Mas Sardi (KMP 2009) atas segala kerjasama, keceriaan dan semangat nya. 7. Keluarga kecil penulis, Mas Suhardiyoto Haryadi, Selma Matahari Kebidupan Kirana Haryadi, Annan Samudra Kehidupan Kesawa Haryadi. 8. Teman-teman di PT Indomedia Global, khususnya Pak Sarbinoor Karim selaku Pemilik perusahaan yang telah memberikan dukungan semangat sejak penulis mulai kuliah sampa menyelesaikan tugas akhir. 9. Teman-teman di Universitas Pakuan, Ibu Agnes, Ibu Sita, Ibu Rina, Pak Muslim, Ibu Dini dan lainnya yang rutin mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Amin.
Bogor, September 2013
Ratih Siti Aminah
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada 11 Maret 1972 sebagai anak pertama dari pasangan Drs. Achmad Effendi (alm) dan Hj. Sri Retnowati. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar Jakarta pada 1985. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 161 Jakarta pada 1988. Pada 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 29 Jakarta. Pendidikan jenjang Strata 1 ditempuh di dua Perguruan Tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Ilmu Jurnalistik lulus tahun 1997 dan di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, Depok, lulus tahun 1998. Pendidikan Magister ditempuh tahun 2010 di Program Studi Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dengan biaya sendiri. Penulis bekerja di PT Indomedia Global sejak tahun 2002 sampai sekarang. Selain itu, sejak 2009 sampai sekarang penulis mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pakuan, Bogor.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
xi xv xvi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 2 3 3
2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Massa Media Massa Internet Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Internet Usahatani Tanaman Hias Petani Tanaman Hias Teori Uses and Gratifications Sumber Informasi Motif penggunaan Media Internet Persepsi Tentang Penggunaan Media Internet Karakteristik Petani Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Disain Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Data dan Instrumen Definisi Operasional Validitas dan Reliabilitas Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Perhimpunan Florikultura Indonesia Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Bogor
5 5 7 8 9 10 11 12 14 15 16 18 21 23 25 25 25 25 26 26 29 30 31
33 33 34 36
KARAKTERISTIK PETANI TANAMAN HIAS Karakteristik Petani Menurut Usia Karakteristik Petani Menurut Jenis Kelamin Karakteristik Petani Menurut Pendidikan Formal Karakteristik Petani Menurut Pendidikan Non Formal Karakteristik Petani Menurut Pengalaman Bertani Karakteristik Petani Menurut Status Kepemilikan Lahan Karakteristik Petani Menurut Alasan Berusahatani Karakteristik Petani Menurut Sumber Pembelajaran Karakteristik Petani Menurut Skala Usahatani Karakteristik Petani Menurut Luas Lahan Karakteristik Petani Menurut Aksesibilitas Media MOTIF PENGGUNAAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Motif Menambah Informasi Motif Memperluas Wawasan Motif Memudahkan Mengatasi masalah Motif Memperluas Jaringan Sosial Motif Memuaskan Rasa Ingin Tahu PERSEPSI TENTANG PENGGUNAAN MEDIA INTERNET Persepsi Tentang Media Internet Persepsi Tentang Keuntungan Penggunaan Media Internet PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya, Pemasaran dan Pemilihan Jenis Tanaman Hias HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI TANAMAN HIAS DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET
39 39 39 40 40 40 41 42 42 43 43 44
46 46 46 48 48 49 50 50 50 51
51
53
Hubungan Usia dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi tentang Teknik Budidaya Tanaman Hias
53
Hubungan Usia dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
54
Hubungan Usia dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
55
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi tentang Teknik Budidaya Tanaman Hias
55
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
56
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
57
Hubungan Pendidikan Formal dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
58
Hubungan Pendidikan Formal dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
59
Hubungan Pendidikan Formal dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
60
Hubungan Pendidikan Non Formal dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
61
Hubungan Pendidikan Non Formal dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
62
Hubungan Pendidikan Non Formal dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
63
Hubungan Pengalaman Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
64
Hubungan Pengalaman Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
64
Hubungan Pengalaman Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
65
Hubungan Luas Lahan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
66
Hubungan Luas Lahan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
66
Hubungan Luas Lahan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
67
Hubungan Status Kepemilikan Lahan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
68
Hubungan Status Kepemilikan lahan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
69
Hubungan Status Kepemilikan Lahan dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
69
Hubungan Skala Usahatani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
70
Hubungan Skala Usahatani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
71
Hubungan Skala Usahatani dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
72
Hubungan Alasan Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
72
Hubungan Alasan Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
73
Hubungan Alasan Bertani dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
74
Hubungan Sumber Pembelajaran dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
75
Hubungan Sumber Pembelajaran dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
75
Hubungan Sumber Pembelajaran dengan Pemanfaatan Media Internet sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
76
Hubungan Aksesibilitas Media dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
77
Hubungan Aksesibilitas Media dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
78
Hubungan Aksesibilitas Media dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
78
HUBUNGAN MOTIF PENGGUNAAN MEDIA INTERNET DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Hubungan Motif Menambah Informasi dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
79
79
Hubungan Motif Menambah Informasi dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
80
Hubungan Motif Menambah Informasi dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
80
Hubungan Motif Memperluas Wawasan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
81
Hubungan Motif Memperluas Wawasan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
81
Hubungan Motif Memperluas Wawasan dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
82
Hubungan Motif Mengatasi Masalah dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
82
Hubungan Motif Mengatasi Masalah dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
83
Hubungan Motif Mengatasi Masalah dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
84
Hubungan Motif Memperluas Jaringan Sosial dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
85
Hubungan Motif Memperluas Jaringan Sosial dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
86
Hubungan Motif Memperluas Jaringan Sosial dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
87
Hubungan Motif Memuaskan Rasa Ingin Tahu dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
88
Hubungan Motif Memuaskan Rasa Ingin Tahu dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
89
Hubungan Motif Memuaskan Rasa Ingin Tahu dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias Jenis Tanaman Hias
89
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MEDIA INTERNET DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI
90
Hubungan Persepsi Tentang Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
90
Hubungan Persepsi Tentang Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
91
Hubungan Persepsi Tentang Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
91
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KEUNTUNGAN PENGGUNAAN MEDIA INTERNET Hubungan Persepsi Tentang Keuntungan Menggunakan Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Teknik Budidaya Tanaman Hias
92
92
Hubungan Persepsi Tentang Keuntungan Menggunakan Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemasaran Tanaman Hias
93
Hubungan Persepsi Tentang Keuntungan Menggunakan Media Internet dengan Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Informasi Pemilihan Jenis Tanaman Hias
94
SIMPULAN DAN SARAN
95
DAFTAR PUSTAKA
97
DAFTAR LAMPIRAN
100
RIWAYAT HIDUP
103
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jumlah sampel penelitian Karakteristik petani tanaman hias Motif penggunaan media internet sebagai sumber informasi Persepsi tentang media internet sebagai sumber informasi Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknk budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias Persentase petani berdasarkan usia dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan usia dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan usia dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan jenis kelamin dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan pendidikan formal dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan pendidikan formal dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan pendidikan formal dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan pengalaman bertani dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan pengalaman bertani dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan pengalaman bertani dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan luas lahan dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan luas lahan dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Persentase petani berdasarkan luas lahan dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias Persentase petani berdasarkan status lahan dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Persentase petani berdasarkan status lahan dan pemanfaatan
25 45 49 50 51 53 54 55 56 56 57 58 59 60 61 62 63 64 64 65 66 66 67 68
media internet untuk pemasaran tanaman hias 26 Persentase petani berdasarkan status lahan dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 27 Persentase petani berdasarkan skala usaha dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 28 Persentase petani berdasarkan skala usaha dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 29 Persentase petani berdasarkan skala usaha dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 30 Persentase petani berdasarkan alasan bertani dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 31 Persentase petani berdasarkan alasan bertani dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 32 Persentase petani berdasarkan alasan bertani dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 33 Persentase petani berdasarkan sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 34 Persentase petani berdasarkan sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 35 Persentase petani berdasarkan sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 36 Persentase petani berdasarkan aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 37 Persentase petani berdasarkan aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 38 Persentase petani berdasarkan aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 39 Persentase petani berdasarkan motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 40 Persentase petani berdasarkan motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 41 Persentase petani berdasarkan motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 42 Persentase petani berdasarkan motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 43 Persentase petani berdasarkan motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 44 Persentase petani berdasarkan motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 45 Persentase petani berdasarkan motif memudahkan mengatasi masalah dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 46 Persentase petani berdasarkan motif memudahkan mengatasi masalah dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 47 Persentase petani berdasarkan motif memudahkan mengatasi masalah dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias
68 69 70 71 72 72 73 74 75 75 76 77 77 78 79 80 80 81 81 82
83
84
84
48 Persentase petani berdasarkan motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 49 Persentase petani berdasarkan motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 50 Persentase petani berdasarkan motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 51 Persentase petani berdasarkan motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 52 Persentase petani berdasarkan motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 53 Persentase petani berdasarkan motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 54 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 55 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 56 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias 57 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias 58 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias 59 Persentase petani berdasarkan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan Jenis Tanaman Hias
85 86 87 88 89 89 90 91 91
92
93
94
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias di Bogor
22
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bukti Penelitian 2. Peta Kota Bogor 3. Dokumentasi Penelitian
100 101 102
1
1 PENDAHULUAN
Latar belakang Saat ini media internet sudah banyak digunakan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kehadiran media internet kian melengkapi keberagaman media massa yang telah ada dalam menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi. Masyarakat kian bergantung pada media internet yang dianggap praktis dalam menyajikan informasi teribuaru, mudah dipahami isi pesannya dan menarik penyajiannya karena dilengkapi dengan gambar, foto dan data. Beribuagai manfaat dirasakan masyarakat Indonesia dengan kehadiran media internet. Promosi pemasaran produk dan jasa, pengumpulan dana, penyebaran informasi, pencitraan, penggalangan suara, publikasi dan sosialisasi program kerja dan berkomunikasi dengan teman dapat dilakukan melalui media internet. Kehadiran media internet telah mempermudah banyak hal dan memperpendek jarak. Mengenai hal ini Bungin (2009) berpendapat, perkembangan teknologi informasi juga mampu menciptakan masyarakat dunia global dan secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat sehingga tanpa disadari komunikasi manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya (cybercommunity). Kehadiran media internet dalam menunjang pembangunan nasional juga telah dirasakan pemerintah dan masyarakat Indonesia. Banyak kementerian dan bidang pembangunan yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi untuk mensosialisasikan program kerja dan kerjasama dengan masyarakat. Saat ini Kementerian di tingkat pusat dan daerah di segala tingkatan hampir semua memiliki website yang merupakan salah satu fasilitas yang disediakan di media internet sebagai sumber informasi. Bagaimana dengan bidang pertanian di Indonesia? Apakah para petani di Indonesia telah memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi untuk menunjang dan mengembangkan pertaniannya serta untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi? Saat ini kondisi pertanian di Indonesia menuntut petani untuk mampu menciptakan inovasi agar dapat bersaing dengan pertanian di negara lain dalam menghadapi pasar bebas. Selain itu, dalam mengadopsi teknologi baru, petani harus selektif dan mampu memilih teknologi yang sesuai dengan jenis pertanian, kondisi wilayah dan kebutuhan sosialnya. Petani memerlukan sumber informasi yang tepat untuk menjadi petani yang mampu bersaing. Di Indonesia, ada beragam jenis pertanian. Salah satunya pertanian tanaman hias. Tanaman hias merupakan komoditas pertanian yang cukup banyak diminati karena cukup prospektif dalam perkembangannya. Manfaat informasi adalah untuk membantu memberi kejelasan dari sesuatu ketidakpastian atau mengurangi ketidakpastian tersebut sehingga manusia dapat membuat sesuatu keputusan dengan kepastian yang lebih baik dan menguntungkan. Makin besar bantuannya untuk mengurangi ketidakpastian makin tinggi nilai informasi tersebut.
2
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi serta adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang pertanian menyebabkancepatnya arus penyampaian informasi melalui beribuagai media massa, salah satunya media internet. Ketersediaan informasi di media internet mengakibatkan masyarakat dapat bebas mencari, memilih dan mencukupi dirinya dengan beribuagai informasi yang dikehendaki. Selain itu, keberadaan media internet telah menjadikan petani lebih mampu berkomunikasi dengan individu di luar sistem sosialnya dan lebih mampu berkomunikasi melalui media internet. Kondisi ini berdampak positif pada kemampuan petani memanfaatkan informasi dalam mengelola usahataninya yang berorientasi pada pengembangan pemasaran Saat ini para petani, khususnya petani tanaman hias dapat memajukan pertanian dengan memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Komoditi tanaman hias yang beragam dan memiliki sifat khusus, membuat petani tanaman hias aktif mencari, menyeleksi dan memanfaatkan informasi dari media internet untuk meningkatkan pengelolaan usahataninya. Rumusan Masalah Penelitian Perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia dipengaruhi banyak fakor. Salah satunya adalah ketersediaan informasi dan kemudahan dalam mengakses informasi. Setelah berkembangnya media internet di Indonesia, penyebaran informasi dan berita pertanian lebih banyak dilakukan menggunakan media internet. Menurut Saleh (2006) pengaruh positif internet bagi dunia pertanian salah satunya memicu peralihan pengelolaan pertanian secara konvensional kepada pertanian berkebudayaan industri. Pertanian berkebudayaan industri akan sangat tergantung pada informasi agar berjalan dengan analisis pasar yang benar. Beberapa penelitian komunikasi melalui media internet pernah dilakukan antara lain oleh Zhang (1999). Dalam penelitiannya Zhang mengamati perkembangan teknologi komunikasi baru dan komunikasi massa di Shanghai. Media massa yang diteliti dalam penelitian Zhang adalah televisi dan website di internet. Dalam penelitiannya Zhang mengamati perubahan masyarakat dengan kehadiran teknologi informasi baru dengan menggunakan teori Mc Luhan. Penelitian Joshi (2001) pada pengguna internet di Cafe di Gujarat. Penelitian tentang penggunaan media internet di bidang politik pernah dilakukan oleh Wang (2007). Penelitian ini mengamati sikap politik dan partisipasi politik masyarakat melalui media internet. Penelitian Mulyandari (2011) tentang pemanfaatan Cyber Extension sebagai media komunikasi inovasi pertanian yang bersifat massa namun dapat sekaligus menjadi media yang interaktif dalam perspektif hybrid media oleh petani sayuran. Beribueda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini melihat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi oleh petani tanaman hias di Kota Bogor dalam mengembangkan usahataninya. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik petani tanaman hias, motif penggunaan media internet, persepsi tentang internet, persepsi tentang keuntungan pemanfaatan media
3
internet dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi oleh petani tanaman hias di Kota Bogor ? 2. Bagaimana hubungan karakteristik dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias di Kota Bogor ? 3. Bagaimana hubungan antara motif dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias di Kota Bogor? 4. Bagaimana hubungan antara persepsi tentang media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias di Kota Bogor ? Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani tanaman hias, motif penggunaan media internet, persepsi dan pemanfaatan sumber informasi oleh petani tanaman hias. 2. Menganalisis hubungan karakteristik dengan pemanfaatan media internet sumber informasi. 3. Menganalisis hubungan antara motif petani dengan pemanfaatan sumber informasi. 4. Menganalisis hubungan antara persepsi petani terhadap media internet dengan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Penelitian ini untuk memperoleh gambaran umum mengenai pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias Perhimpunan Florikultura Indonesia di Kota Bogor . 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha mengembangkan pertanian tanaman hias. 3. Pengembangan dan pengayaan kajian dalam studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. 4. Referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi, khususnya pada petani tanaman hias.
4
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Komunikasi Massa Menurut Effendy (2005) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behaviour). Hovland dalam Effendy (2005) mendefinisikan Komunikasi sebagai upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. Dengan kemampuan membantu masyarakat, media memiliki potensi pembebas yang meluaskan cakrawala pemikiran agar tidak terpenjara dalam batas-batas ketidaktahuan dan keteribuatasan lain yang umum ditemui pada masyarakat yang belum maju terutama di pedesaan. Media diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang ditampilkan dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan. Media pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan, termasuk di dalamnya mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mengubah keadaan suatu bangsa yang sedang membangun. Menurut Bungin (2009) Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan beribuagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Komunikator dalam Komunikasi massa adalah : 1. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehinggadapat menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. 2. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba bebagi informasi pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimanapun tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. 3. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi. Media komunikasi merupakan saluran yang digunakan dalam proses komunikasi agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Nurudin (2011) mengatakan bahwa media massa adalah suatu saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern dan merupakan alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Nurudin (2011) menjelaskan bentuk media massa, antara lain adalah televisi dan radio (elektronik), surat kabar, majalah, tabloid dan buku (cetak). Dalam perkembangannya, ditemukan media massa lain, seperti Compact Disk-Read Only Memory (CD-ROM) dan internet. Ditinjau dari ciri, fungsi, dan elemennya jelas internet masuk dalam bentuk komunikasi massa. Kelebihan media massa internet dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah pada kemampuan mengatasi hambatan ruang dan
6
waktu, dan bahkan mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak teribuatas. Karena itu, internet dapat menjadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan informasi. Media Massa Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya (Mc Quail, 1994). Sedangkan menurut Bungin (2009) Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal yang dapat diakses secara massal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal , bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Saluran media massa adalah semua alat penyampaian pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audien yang luas dan tidak teribuatas. Pesanpesan dalam media massa memang kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali pesanpesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan audien. Saluran komunikasi yang tepat harus dipilih berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan disampaikan pada audien. Schramm dalam Jahi (1988) mengatakan bahwa media massa mencerminkan sistem kontrol sosial suatu negara, yang menentukan hubungan antara lembaga-lembaga dan individu-individu. Bungin (2009) menulis, Media Massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan: 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, teribuuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. 3. Media massa sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, saat ini dikenal adanya media massa baru. Istilah media massa baru memiliki arti sebagai media massa yang telah menggunakan aplikasi teknologi informasi multimedia, diantaranya adalah komputer, telepon, genggam dan jaringan internet. Media massa baru ini memiliki ciriciri: 1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui sms atau internet) 2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual. 3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada masing-masing individu dan komunikasi mengalir (berlangsung ke dalam).
7
Internet Pada awal perkembangannya, internet bukan merupakan jaringan publik, melainkan merupakan suatu sistem komunikasi data menggunakan komputer untuk menunjang sistem informasi sistem keamanan nasional di Amerika Serikat. Pada 1972 jaringan komputer terwujud dan melahirkan ARPANET dan didemonstrasikan di depan konferensi Internasional dalam bidang komputer dan komunikasi. Internet merupakan salah satu media komunikasi yang popular dan disukai oleh para pencari informasi dikarenakan akses yang cepat dan data yang akurat serta selalu up to date. Internet dapat dibagi ke dalam lima modalitas dasar yang secara fleksibel dapat digunakan untuk tujuan intervensi komunikasi Leeuwis (2009) : 1. Jaringan di seluruh dunia: Banyak organisasi dan individu kini memiliki website. Ini pada pokoknya merupakan brosur (buku) multi-saluran yang maju (tekstual, auditif, visual) yang dapat “dibuka” di alamat elektronik khusus, misal, sebuah komputer yang terhubung dengan jaringan komputer di seluruh dunia. “Brosur tersebut dapat berisi beberapa halaman saja, tetapi juga dapat memasukkan animasi, gambar, potongan video, suara, atau musik. Untuk membuka “halaman-halaman”yang beribueda dari brosur, pengguna harus “meng-klik” (dengan mouse komputer) pada kata-kata khusus dalam teks atau pada “tombol” khusus dan melalui semacam “hubungan” dapat melompat bolak-balik. Hubungan semacam juga eksis dalam website dan demikian juga kalau mungkin misalnya secara langsung “melompat” dari website sebuah perusahan di Indonesia ke website yang berhubungan dengan perusahaan tersebut di AS, karena desainer website India membuat hubungan dapat terjadi. 2. Surat elektronik. Selain website, ada kotak surat elektronik. Individu atau organisasi dapat menggunakan cara ini untuk mengirimkan dan menerima pesan elektronik. 3. Newsgroup: Newsgroup dapat dilihat sebagai kotak surat tematis yang dapat diakses secara publik. 4. Ruang untuk chatting (percakapan): Surat elektronik dan newsgroup bekerja dalam cara yang tidak sinkron. Pihak-pihak yang berkomunikasi tidak perlu aktif di internet pada saat yang sama. 5. Mentransfer file: Melalui internet kita dapat mentransfer tidak hanya pesan tetapi juga paket elektronik (file). Misalnya, mengirimkan file bersama dengan surat elektronik, mengunduh (download) file dari website maupun mengirimnya (misal, Gambar) kepada orang-orang yang diajak chatting. Menurut Darmawan (2012) internet memiliki beribuagai macam teknologi yaitu: website, transfer file, email, jaringan pertemanan, forum, milis dan sebagainya. 1. Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada di dalam World, Wide Website (WWW) di internet. Sebuah halaman website adalah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang hampir selalu dapat diakses melalui Hypertext Transfer Protocol (HTTP), yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan kepada pemakai
8
2.
3.
4.
5.
melalui website browser. Semua publikasi dari website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar. Email atau electronic mail berfungsi seperti layaknya surat pada umumnya, yaitu mengirimkan pesan secara tertulis dari satu orang ke orang lainnya atau ke beberapa orang sekaligus. Bedanya , email memerlukan account layanan email melalui jaringan internet. Mailing List (milis) adalah daftar yang berisi alamat email dalam jumlah banyak (. Millis adalah group diskusi di internet dimana setiap orang dapat berlangganan dan turut serta di dalamnya. Anggota milis dapat membaca surat dari orang lain dan kemudian mengirimkan balasannya. Secara sederhana, milis adalah sebuah daftar alamat surat elektronik yang mempunyai kesukaan/kepentingan sama. Facebook adalah website jaringan sosial pertemanan yang diluncurkan pada Februari 2004. Pada 2010 tercatat 500 juta orang menggunakan facebook sebagai media pertemanan dan pengiriman pesan serta mengupdate profil pribadi para penggunanya. Forum internet merupakan fasilitas yang tersedia di internet, dan penggunanya dapat berdiskusi. Forum biasanya digunakan untuk membahas permasalahan yang sedang dihadapi oleh suatu anggota forum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media internet Novak et.al dalam Pancaputra (2003) menjelaskan adanya tiga faktor kunci dalam perubahan informasi, yaitu akses, sarana dan keahlian. Dengan dasar ini, faktor yang dianggap mempengaruhi pemanfaatan internet adalah : 1. Ketersediaan komputer sebagai sarana mengakses internet yang biasanya juga berhubungan dengan masalah finansial. 2. Ketersediaan waktu untuk untuk mengakses internet. 3. Kredibilitas sumber informasi, yaitu kaitannya dengan mutu informasi yang terdapat di internet (keterpercayaan pengguna atas informasi yang disajikan dalam internet) karena sekarang ini siapa saja bisa membuat halaman situs, sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap nilai kandungan informasinya. 4. Ketersediaan biaya untuk mengakses internet. 5. Perilaku penggunaan internet untuk mencari informasi yang dibutuhkan dan kebiasaan dengan menggunakan medium konvensional. 6. Aplikasi yang sederhana dan mudah dipergunakan (user friendliness). Perkembangan Teknologi Informasi (TI) memungkinkan terciptanya perangkat lunak yang makin canggih dan mudah dipergunakan sehingga dapat dipergunakan setiap orang. 7. Kecepatan akses internet. Pengguna internet adalah orang yang paling tidak loyal, juga sulit untuk menaruh kepercayaan pada mereka. Sekali pengguna internet mengalami kesulitan atau kelambatan dalam mengakses, akan sulit mereka untuk kembali mencoba. Selain biaya, kebiasaan cara berpikir dengan menggunakan medium konvensional, kemudahan penggunaan menu dalam internet, dan relevani isi situs bagi pengakses maka kecepatan akses merupakan hal yang penting dalam akseptabilitas pengguna dalam memanfaatkan internet.
9
Menurut Garcia dalam Pancaputra (2003) keunggulan internet adalah sebagai berikut: 1. Kecepatan komunikasi. Pengiriman data melalui internet berlangsung dengan cepat karena langsung dikirim dari komputer. 2. Persepsi-persepsi pihak yang berkomunikasi melalui internet lebih mendalam. 3. Kapasitas storage dan fasilitas tempat mengakses informasi dengan menggunakan mail box yang disiapkan bagi tiap pengguna oleh tiap website tidak sama. 4. Densitas (kepekaan atau kepadatan) terhadap informasi yang disediakan di internet. 5. Kekayaan arus-arus informasi. 6. Jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. 7. Kerahasiaan. Setiap pengguna yang terdaftar untuk menjadi pelanggan internet akan mendapatkan fasilitas password. 8. Efisien dan efektif. Usahatani Tanaman Hias Menurut Kepas (1988) usahatani adalah suatu organisasi produksi, petani sebagai pengelola usahatani mengorganisasikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja dan modal) yang ditujukan kepada perolehan produksi pertanian, baik yang didasarkan pada perolehan laba maupun yang bukan. Cabang-cabang usaha yang dikelola petani mengikuti urutan tertentu membentuk suatu sistem usahatani. Pilihan komoditinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kepentingan keluarga petani yang bersangkutan. Nicholson (1998) mengemukakan, berusahatani adalah suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dan pendapatan di bidang pertanian. Pendapatan berupa selisih nilai produksi atas biaya-biaya yang secara eksplisit dikeluarkan petani dalam usahatani. Dalam hal ini salah satu cara yang dapat dilakukan petani dalam efisiensi usahatani yaitu dengan meminimumkan biaya untuk suatu tingkat produksi tertentu. Berdasarkan dua pendapat tersebut, yang dimaksud usahatani adalah organisasi produksi yang ditujukan pada perolehan produksi pertanian untuk mendapatkan laba dengan meminimumkan biaya produksi komoditi yang dipilih yang telah disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kepentingan petani. Menurut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura (2012) tanaman florikultura merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi, bahkan memberikan kontribusi yang besar dalam perdagangan dunia sekitar US $ 80 milyar. Beberapa negara memberikan perhatian kepada pembangunan industri tanaman florikultura di negaranya sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam perolehan devisa negara tersebut (lebih dari 40%), seperti Belanda, Kolombia, Kenya, Costarica, Thailand, Taiwan dan lain-lain. Sekitar tahun 2005, pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian kepada pengembangan agribisnis tanaman florikultura, karena dinilai bahwa komoditas tersebut ternyata memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, memberikan sumber pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2008, sumbangan sub sektor agribisnis tanaman florikultura terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp. 6,4
10
trilyun. Namun, kontribusi Indonesia dalam perdagangan tanaman florikultura dunia masih sangat kecil, baru sekitar US $ 12 juta (2008). Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 2012 menyatakan bahwa pembangunan florikultura masih menghadapi permasalahan berkenaan dengan penerapan teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana produksi, sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan modal serta kelembagaan. Petani tanaman hias Secara teoritis, petani didefinisikan sebagai orang yang seluruh atau sebagian mata pencahariannya didapat dari sektor pertanian. Moore dalam Setiawa (2012) mengatakan bahwa “tak mungkin mendefinisikan perkataan petani dengan ketepatan mutlak, karena batasannya memang kabur pada ujung kenyataan sosial itu sendiri. Winarni dalam Setiawan mengatakan bahwa “meskipun perilaku petani pada beribuagai karakteristik beribueda-beda, namun data empiris mikro di Indonesia menunjukkan bahwa petani sesungguhnya sudah cukup lama meninggalkan pemikiran dan cara-cara tradisional ke arah cara-cara modern yang berorientasi self-sufficient”. Bahkan, petani yang sesungguhnya sudah rasional senantiasa menggunakan strategi di dalam menjalankan usahataninya, baik di dalam mengembangkan potensi dan pemanfaatan peluang, maupun dalam mengelola risiko dan ketidakpastian. Dalam perkembangan pengertian dan pendefinisian kata petani, muncul istilah petani berdasi. Petani jenis ini identik dengan pengusaha pertanian, baik yang bergeak dalam perkebunan, tanaman pangan, sayuran, buah-buahan maupun tanaman hias. Baik yang diusahakan pada lahan-lahan yang luas maupun dalam rumah-rumah produksi (seperti sistem hydroponic, aerophonic). Mereka umumnya berpendidikan tinggi, bermodal besar, berjaringan luas, tinggal di kota dan kebanyakan tidak berlatar belakang dari keluarga non petani. Petani jenis ini sering disebut sebagai pebisnis agro atau investor pertanian, di samping ada yang sekedar hobi. Jenis usahanya bukan hanya berskala luas, berteknologi modern, berorientasi pasar (termasuk ekspor) dan melibatkan banyak tenaga kerja, tetapi juga bermanajemen profesional. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan petani tanaman hias adalah orang yang mengusahakan tanaman hias berdaun indah, beribuunga indah termasuk anggrek dan non anggrek yang dikelola secara mandiri untuk mendapakan penghasilan dengan melakukan salah satu atau beribuagai tahap produksi seperti pembibitan, pembesaran ataupun pembungaan /pembenahan/pengepotan melalui pemeliharaan sebagai hasilnya dapat diperjual belikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Hasyim (2009) tanaman adalah mahluk hidup yang selalu tumbuh dan berkembang.Setiap tanaman memiliki ciri dan karakter sendiri yang membuatnya beribueda satu dengan yang lainnya. Keindahan dan keunikan suatu tanaman membuat tanaman tersebut menjadi popular dan dicari oleh banyak orang dan memiliki harga yang tinggi dan diinginkan kehadirannya dalam sebiuah taman. Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan.Tanaman hias memiliki beribuagai macam jenis mulai dari tanaman beribuunga sampai tanaman yang beribuentuk unik. Bentuk tanaman hias sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi. Menurut Wijayanti (2003) tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata
11
untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Tanaman hias mempunyai peranan penting dalam dunia agribisnis antara lain dapat memberikan keindahan dan kesejukan bagi pemilik tanaman hias, sebagai lahan bisnis bagi pebisnis yang menyukai produk ini, sebagai tanaman obat, keindahan (estetika), pemelihara lingkungan, kesehatan serta ekonomi dan sosial, dan sebagai komoditi hortikultura yang dapat mendatangkan penghasilan bagi pelakunya. Teori Uses and Gratifications Teori Uses and Gratifications memfokuskan pada pengguna (khalayak) dan menelaah perilaku khalayak dalam hal pengalamannya secara langsung terhadap media yang menerpanya. Menurut teori Law of effect, perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila Khalayak media tidak memberikan pada kebutuhan kita (Rakhmat, 2005). menggunakan media massa karena didorong motif-motif tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. McQuail (1994) mengatakan bahwa motif penggunaan media meliputi mencari informasi dan saran, mempelajari masyarakat dan dunia, memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang, mempunyai dasar untuk hubungan sosial, merasa terhubung dengan yang lain, memperoleh jalan ke dunia fiktif, mengisi waktu dan melepas ketegangan. Pemikiran Katz, Blumler, Gurevitch dalam (Rakhmat, 2002) menguraikan sebagian waktu individu dipergunakan untuk mengkonsumsi media tertentu dalam upaya memenuhi sebagian kebutuhan dasar mereka. Dalam memenuhi kebutuhannya akan suatu informasi, individu memilih satu atau beberapa media untuk mendapatkan informasi sesuai yang dibutuhkan. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media internet. Para petani tanaman hias memilih mempergunakan media internet untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi tentang usahatani tanaman hias. Blumler dan Katz dalam Fiske (2012) merumuskan asumsi-asumsi dari teori Uses and Gratifications sebagai berikut: Pertama, audiens aktif. Bukan penerima pasif dari apapun yang disiarkan media. Artinya, sebagian hal penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. Kedua, dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengkaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Ketiga, media massa harus bersaing dengan sumbersumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan media merupakan bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan.Keempat,banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. Kelima, penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan dan lebih berorientasi pada khalayak. Teori Uses and Gratifications secara tak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. Dalam melihat media, Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi. Artinya, manusia itu memiliki otonomi dan wewenang dalam
12
memperlakukan media. Khalayak mempunyai banyak alasan untuk menggunakan media. Selain itu, konsumen mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media (lewat media mana) dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (Fiske, 2012). Sehubungan dengan pendapat Fiske tentang khalayak yang aktif dalam bermedia. McQuail (1994) mengatakan bahwa motif penggunaan media meliputi : 1.Mencari informasi dan saran 2.Mempelajari masyarakat dan dunia 3.Memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang 4.Mempunyai dasar untuk hubungan sosial 5.Merasa terhubung dengan yang lain 6.Memperoleh jalan ke dunia fiktif 7.Mengisi waktu dan melepas ketegangan.
Sumber Informasi Wardhani (1994) mengemukakan bahwa sumber informasi adalah partisipan atau peserta yang menghasilkan informasi. Sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam suatu proses komunikasi. Sumber informasi memegang peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertania.. Tersedianya sumber informasi akan memberikan pesan pembangunan yang dapat dipergunakan sebagai sumber informasi oleh petani. Petani akan menggunakan sumber informasi yang relevan dengan kebutuhannya. Menurut Purnaningsih (1999) sumber informasi memegang peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Tersedianya sumber informasi yang akan memberikan pesan pembangunan pedesaan belum dapat menjamin digunakannya sumber informasi tersebut oleh petani. Petani akan mempergunakan sumber informasi yang relevan dengan kebutuhannya. Soekartawi (2005) menjelaskan, petani akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak adopsi inovasi, salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang dimilikinya. Mengenai informasi Rogers (2003) mengemukakan, masyarakat informasi adalah “Suatu bangsa yang mayoritas angkatan kerjanya sudah menjadi pekerja informasi”. Untuk memahami informasi Fiske (2012) mengemukakan tiga konsep informasi sebagai berikut : 1. Informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama proses komunikasi. Informasi dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain, individu satu kepada individu lain, atau medium yang satu ke medium lainnya. Semakin banyak memperoleh data atau fakta, secara kuantitas seseorang juga memiliki banyak informasi. 2. Informasi menunjukkan makna data. Peranan seseorang sangat dominan di dalam memberikan makna data. Suatu data akan mempunyai nilai informasi bila bermakna bagi seseorang yang menafsirkannya. Kemampuan seseorang untuk memberikan makna pada data akan menentukan kepemilikan informasi. Penafsiran terhadap data atau stimulus yang diterima otak akan menentukan kualitas informasi. Sebagai produk sebuah “pabrik” (otak kita), kualitas informasi sangat ditentukan oleh beribuagai unsure yang digunakan untuk
13
mengolah setiap stimulus yang masuk ke dalam diri seseorang melalui panca indera, kemudian diteruskan ke otak untuk diolah berdasarkan pengetahuan (frame of reference), pengalaman (field of experience), selera (frame of interest), dan keimanan (spiritual) seseorang. Semakin luas pengetahuan, pengalaman, dan semakin baik selera dan moralitas, maka informasi yang dihasilkan akan semakin berkualitas. Proses di dalam otak kita tersebut dikenal sebagai proses intelektual (intellectual process). 3. Informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang diukur dengan cara mereduksi sejumlah alternatif yang ada. Informasi berkaitan erat dengan situasi ketidakpastian. Keadaan yang semakin tidak menentu akan menimbulkan banyak alternatif informasi, yang dapat digunakan untuk mereduksi ketidakpastian itu. Informasi memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya beribuagai informasi yang akan menyebarkan atau menyampaikan informasi tentang teknologi pertanian akan dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di perdesaan. Menurut Yusup dalam Zam (2009) informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang. Sebuah fenomena akan menjadi informasi jika ada orang yang melihatnya atau menyaksikannya, atau bahkan kemudian mungkin merekamnya. Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat atau menyaksikan peristiwa atau fenomena itu yang dimaksudkan dengan informasi. Dalam hal ini informasi lebih bermakna berita. Berita adalah bentuk dari pesan-pesan komunikasi. Petani memanfaatkan sumber informasi untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan meliputi petani-petani lain, penyuluh, pedagang, agen pemerintah, organisasi petani dan swasta, media massa dan peneliti. Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Suryantini (2001) jika seseorang sadar dan merasakan adanya kebutuhan atau masalah, maka ia akan berusaha mencari keterangan mengenai hal-hal baru/inovasi untuk memenuhi kebutuhannya. Seorang pengguna informasi kebutuhan informasinya dipengaruhi oleh (1) subyek bidang keahliannya dan (2) fungsi pengguna. Jadi, informasi digunakan untuk menambah pengetahuan, melengkapi informasi yang diperoleh dan menerapkan informasi yang diperoleh tersebut. Seseorang dalam melakukan suatu tindakan didasari oleh adanya suatu kebutuhan yang dirasakan. Hal ini akan dapat menimbulkan adanya suatu motif pada diri orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Soekartawi (2005) petani akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak adopsi inovasi, salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang dimilikinya. Petani memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai beribuagai topik untuk mengelola usahataninya dengan baik, seperti : 1. Hasil penemuan dari penelitian beribuagai disiplin pengelolaan usahatani dan teknologi produksi; 2. Pengalaman petani lain; 3. Situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input dan hasil-hasil produksi; dan 4. Kebijakan pemerintah.
14
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sumber informasi adalah partisipan atau peserta yang menghasilkan informasi. Sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam suatu proses komunikasi. Petani akan menggunakan sumber informasi yang relevan dengan kebutuhannya yang meliputi : (1) informasi tentang hasil penelitian beribuagai disiplin pengelolaan usahatani dan teknologi produksi, (2) informasi mengenai pengalaman petani, (3) informasi pasar input dan output sesuai perkembangan terakhir dan (4) informasi kebijakan kebijakan dan pemerintah. Motif penggunaan media internet sebagai sumber informasi Motif adalah kondisi intern yang mengatur dan menggalakkan tingkah laku menuju arah tertentu (Rakhmat, 2005). Faktor-faktor sosial yang menyebabkan timbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan media yaitu : (1). Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan pertentangan, orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu. (2). Situasi sosial menciptakan kesadaran akan adanya masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi; informasi tersebut bisa dicari lewat media. (3). Situasi sosial menawarkan kesempatan-kesempatan peningkatan taraf hidup dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu yang semuanya bisa dipenuhi melalui media massa. (4). Situasi sosial memberikan dukungan yang menguatkan pada nilai-nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras. Motif merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang beribuuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Tujuan tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan. Dalam konteks pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi,, motif merupakan salah satu faktor yang mendorong petani untuk memenuhi kebutuhan informasi dengan menggunakan media internet. Motif penggunaan media dipengaruhi oleh jenis kebutuhan informasi dan ketersediaan media serta kemudahan mendapatkan dan menggunakan media Ada beribuagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Petani menggunakan media massa karena didorong oleh beraneka ragam motif. Pada setiap orang motif yang mendorong konsumsi media tidak sama. Motif penggunaan media, meliputi : mencari informasi dan saran; mempelajari masyarakat dan dunia; memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang; mempunyai dasar untuk hubungan sosial; merasa terhubung dengan yang lain; memperoleh jalan ke dunia fiktif; mengisi waktu dan melepas ketegangan. Menurut Wardhani (1994), motif merupakan daya penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif menurut McQuail (1994) adalah penggunaan media meliputi mencari informasi dan saran, mempelajari masyarakat dan dunia, memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang, mempunyai dasar untuk hubungan sosial, merasa terhubung dengan yang lain, memperoleh jalan ke dunia fiktif, mengisi waktu dan melepas ketegangan. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motif adalah daya pendorong yang menyebabkan seseorang beribuuat sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya melalui pemanfaatan media internet yang meliputi mencari informasi dan saran, mempelajari masyarakat dan dunia (mengatasi masalah dan memperluas wawasan), memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang (mengatasi masalah),
15
mempunyai dasar untuk hubungan sosial (memperluas jaringan sosial), memuaskan rasa ingin tahu dan mengisi waktu dan melepas ketegangan (memuaskan rasa ingin tahu terhadap informasi). Mengenai motif yang mendorong orang menggunakan media massa, Rakhmat (2005) menjelaskan, manusia menggunakan media massa karena didorong oleh motifmotif tertentu. Ada beribuagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Menurut McQuail (1994) motif penggunaan media, meliputi: mencari informasi dan saran; mempelajari masyarakat dan dunia; memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang; mempunyai dasar untuk hubungan sosial; merasa terhubung dengan yang lain; memperoleh jalan ke dunia fiktif; mengisi waktu dan melepas ketegangan. Motif merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri manusia yang menggerakkan ke arah tujuan untuk memuaskan kebutuhan. Motif khalayak mengkonsumsi media massa menyebabkan ia aktif dan selektif mencari dan menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan informasinya. Pemilihan media dan isi atau acara tertentu yang disukai didasarkan pada motif-motif tertentu dalam mengkonsumsi media massa. Motif itu biasanya didasarkan oleh kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan biologis. Rakhmat (2005) menyebutkan tiga orientasi sebenarnya daftar motif penggunaan media massa: (1) orientasi kognitif: kebutuhan akan informasi, surveillance (pengamatan lingkungan), atau eksplorasi realitas (2) diversi: kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan (3) identitas personal: menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi sendiri. Motif penggunaan media internet merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri manusia, dalam penelitian ini adalah petani tanaman hias yang menggerakkan ke arah tujuan untuk memuaskan kebutuhan melalui penggunaan media internet. Menurut Teori Uses and Gratifications peribuedaan motif dalam mengkonsumsi media menyebabkan seseorang bereaksi pada media massa secara beribueda. Ini berarti bahwa efek media massa juga berlainan pada khalayaknya. Pendekatan Uses and Gratifications mempersoalkan beberapa hal yang dilakukan khalayak pada media, yakni menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan akan informasi. Teori Uses and Gratifications memfokuskan pada kemampuan media dalam menambah pengetahuan, mnegubah sikap, dan menggerakkan perilaku. Motif khalayak mengkonsumsi media massa menyebabkan seseorang aktif, selektif mencari dan menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan akan informasi. Persepsi tentang penggunaan media internet Persepsi sangat penting kedudukan dan peranannya sebagai inti di dalam proses komunikasi karena akan sangat menentukan proses penafsiran dalam penerimaan pesan oleh penerima. Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi inderanya. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan apa yang diserap dan apa makna yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran (DeVito, 1997). Riyanto (2010) Persepsi adalah proses dimana suatu individu berhubungan dengan beribuagai hal di luar dirinya lalu mencoba memberinya makna yang dikaitkan dengan kondisi dirinya dan dimana dia berada. Intinya, seseorang mempersepsi sesuatu karena dia mampu menangkap sesuatu tersebut melalui inderanya. Dengan kata lain,
16
seseorang dapat mempersepsi sesuatu karena dia memiliki beribuagai kerangka rujukan yang memungkinkannya untuk menginterpretasikan, memahaminya dan memberi makna terhadap sesuatu tersebut. Persepsi akan menentukan bagaimana dia bisa menerima dan memahami pesan sehingga dapat meresponnya dengan tepat. Persepsi juga mengarahkan orang untuk memilih pesan-pesan tertentu dan meresponnya sementara pesan-pesan lainnya diabaikan. Anderson dalam Rakhmat (2005) menguraikan 13 dalil perhatian selektif yang penting diperhatikan dalam proses persepsi dan komunikasi, yaitu : (1) Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli-stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. (2) Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting menonjol atau melibatkan diri kita. (3) Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. (4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. (5) Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. (6) Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup di dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. (7) Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi. (8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi yang tidak jarang menimbulkan efek difraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). (9) Intensitas perhatian tidak konstan. (10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada obyek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek tertentu, kembali lagi pada obyek keseluruhan. (11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti. (12) Kita mampu menaruh perhatian pada beribuagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman stimuli yang diperhatikan, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tersebut. (13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian. Karakteristik petani Menurut Far-Far (2011), karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecenderungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Kemampuan atau potensi yang dimiliki petani dapat dipelajari melalui karakteristik yang melekat pada diri petani itu sendiri. Karakteristik individu tersebut meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman dan luas lahan petani merupakan karakteristik yang berhubungan nyata dan sangat nyata
17
dengan perilaku komunikasi interpersonal. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi umur, pendidikan, pendapatan dan luas lahan yang dimiliki petani, cenderung komunikasi interpersonal semakin tinggi dan baik. Hasil penelitian Prihandoko et al. (2012) menyebutkan salah satu profil nelayan adalah tingkat pendidikan (pendidikan formal dan nonformal). Minimnya tingkat capaian nelayan terhadap akses pendidikan formal ternyata tidak beribueda dengan kondisi nelayan ketika mereka mengakses jenis pendidikan nonformal seperti dalam bentuk kursus, magang atau pelatihan. Sehubungan dengan penelitian ini, karakteristik individu petani tanaman hias yang akan diamati adalah umur, jenis kelamin, pendidikan (formal maupun nonformal), pengalaman, alasan berusahatani, luas lahan, jumlah tanaman dan aksesibilitas media. Pada penelitian ini karakteristik petani tanaman hias yang diteliti terdiri dari: umur, jenis kelamin, pendidikan (formal maupun nonformal), pengalaman, alasan berusahatani, luas lahan, status kepemilikan lahan, jumlah tanaman, sumber pembelajaran, dan aksesibilitas media. Umur Umur atau usia merupakan rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Hasil penelitian Nurmalia dan Lumintang (2006) menyatakan umur yang produktif mempengaruhi kemampuan dalam melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan asin. Beribueda dengan penelitian Aprolita et al. (2008) yang menyatakan umur tidak mempengaruhi kemandirian responden dalam kegiatan usaha budidaya ikan patin, baik pada aspek pengelolaan modal, proses produksi, maupun pemasaran. Pada lokasi penelitian umur pembudidaya tidaklah menjadi aspek penghalang pembudidaya dalam kemandirian usaha budidaya ikan patin, di mana usia muda, sedang, dan tua masingmasing memiliki kemandirian yang sama dalam melakukan usaha budidaya ikan patin. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa umur dalam penelitian ini adalah rentang kehidupan yang dijalani oleh petani tanaman hias sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan Menurut Sudjana (2004) sistem pendidikan nasional Indonesia terdiri dari subsistem pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, subsistem pendidikan informal yang berlangsung di dalam keluarga dan lingkungannya, dan subsistem pendidikan nonformal yang berlangsung secara optional dapat di mana saja. Pada umumnya seseorang yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Semakin tinggi pendidikan formal akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menerima, menyaring dan menerapkan inovasi yang dikenalkan kepadanya. Menurut Rogers (2003) orang yang mengadopsi inovasi lebih awal dalam proses difusi, cenderung lebih berpendidikan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Jahi (1988) merangkum pendapat beberapa ilmuan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis sumber informasi dan lebih teribuuka terhadap media massa. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang ditempuh di bangku sekolah dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
18
Sekolah Menengah Atas.Sedangkan pendidikan non formal merupakan pendidikan di luar tingkatan formal, seperti kursus dan pelatihan. Hasil penelitian Purnaningsih dan Sugihen (2008) menunjukkan peubah tingkat pendidikan secara positif berpengaruh nyata terhadap model kinerja petani dalam hal ini penggunaan teknologi produksi, dan penggunaan pestisida tepat guna. Semakin tinggi pendidikan petani, kinerjanya semakin baik. Dengan memiliki tingkat pendidikan tertentu baik itu pendidikan formal ataupun nonformal, maka seseorang akan meningkat pengetahuannya, sikapnya dan keterampilannya. Pendidikan non Formal Menurut Jahi (1988) pendidikan non formal merupakan pendidikan di luar tingkatan formal, seperti kursus dan pelatihan. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem sekolah yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonf ormal tersebut mempunyai beragam nama misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading, bimbingan belajar, tutorial. Pengalaman Menurut Gagne dalam Wardhani (1994), pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar mengajar yang dialami oleh seseorang. Kecenderungan seseorang untuk beribuuat tergantung dari pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan. Hasil penelitian Murtiyeni (2002) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman berusaha ternak sapi perah, semakin tinggi pula respons responden pada saluran interpersonal. Menurut Bird (2001), pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman memberikan kemampuan (ability) bagi seseorang untuk: 1) belajar dari pengalaman yang berasal dari kegagalan dan keberhasilan; 2) merefleksikan pengalaman dengan melibatkan ego, emosi dan asumsi untuk melihat apa yang akan terjadi; 3) mengabtraksi pengalaman yang dialami dan menghubungkan dengan pengalaman orang lain, kemudian membuat prediksi apa yang akan dilakukan; 4) mencoba sesuatu yang baru pada masa yang akan datang. Penelitian terdahulu 1. Penelitian Wijayanti (2003) berjudul „Kebutuhan Informasi Petani tanaman hias (kasus di Kota Jakarta Barat)‟. Kesimpulan dari penelitian sebagai berikut: a. Pola pencarian informasi oleh petani tanaman hias di Jakarta Barat secara umum termasuk sedang, dengan dukungan faktor : (1) usaha pencarian informasi termasuk sedang (petani cenderung mencari sendiri, tetapi tidak dilakukan secara rutin); (2) sumber informasi rendah sedang (menggunakan petani dan pedagang/konsumen sebagai sumber informasi);(3) inisiatif pencarian informasi tinggi; dan komunikasi informasi rata-rata sedang (petani lebih menyukai kontak langsung secara informal atau kalau menggunakan media lebih menyukai yang terlihat dan terdengar).
19
b. Pola pencarian informasi petani tanaman hias di Jakarta Barat berhubungan secara tidak nyata dengan ciri pribadi petani. c. Pola pencarian informasi petani tanaman hias di Jakarta Barat berhubungan sangat nyata dengan cirri usahatani tanaman hias. Faktor cirri usahatani yang berhubungan sangat nyata dengan pola pencarian informasi adalah sttus usaha, skala usaha, dan cara usaha, factor yang berhubungan nyata dengan pola pencarian informasi adalah profesionalisme, lokasi dan pengalaman usahatani. d. Pola pencarian informasi petani tanaman hias Jakarta Barat berhubungan secara tidak nyata oleh kebutuhan informasi pertanian. 2. Penelitian Zam (2009) tentang Pemanfaatan Friendster sebagai media komunikasi antar pribadi. Pemanfaatan media online Friendster menunjukkan adanya hubungan antara profil pengguna friendster dengan frekuensi penggunaan Friendster, tingkat pendidikan dan akses penggunaan media. Internet sebagai media penyebaran dan pertukaran informasi menghadapi beribuagai kendala dalam pemanfaatannya, diantaranya adalah ketidakcocokan antara kepentingan pengguna dan teknologi (Allen dan Tedd 1995) dalam Zam (2009). Pemanfaatan Friendster sebagai media komunikasi dilihat dari sumber pengetahuan dan pendidikan memiliki skor tertinggi. Hal ini disebabkan karena Friendster dijadikan sebagai tempat untuk menambah wawasan, mendapatkan informasi, lebih kreatif, meningkatkan pengetahuan dan memperluas jaringan pertemanan. 3. Penelitian Mulyandari (2011) berjudul „Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani tanaman hias.‟ Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : a. Petani di Jawa Barat memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan petani di Jawa Timur. Hal ini disebabkan oleh lebih proaktifnya petani di Pacet dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani terutama dalam menghadapi penetrasi pasar dan pengembangan jaringan pemasaran. Namun, sikap petani di Jawa Timur terhadap pemanfaatan teknologi informasi lebih positif dibandingkan dengan petani di Jawa barat. Pengalaman yang kurang baik dari petani di Jawa Barat terkait dengan content yang belum komprehensif dan tepat guna cenderung membuat petani lebih berhati-hati dalam memanfaatkan informasi melalui teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani. Karakteristik individu yang dipersepsikan dengan tingkat kekosmopolitanan merupakan factor dominan yang memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap perilaku dalam pemanfaatan teknologi informasi. b. Pemanfaatan cyber extension dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kekosmopolitanan, persepsi terhadap karakteristik cyber extension, dan perilaku petani dalam memanfaatkan teknologi informasi. Faktor lingkungan yaitu ketersediaan sarana teknologi informasi secara langsung tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan cyber extension yang dipersepsikan dengan tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi, dan kualitas beribuagi informasi. Sedangkan perilaku petani dalam pemanfaaatan teknologi informasi dan semakin terampil dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahataninya, semakin tinggi tingkat keberdayaan petani utamanya yang ditunjukkan dengan tingginya kemampuan petani dalam menentukan mengatur input, mengolah hasil pertanian, dan mengakses teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan usahataninya. Di samping itu, dengan tingginya
20
tingkat ketersediaan sarana teknologi informasi yang dapat diakses untuk mendukung kegiatan usahatani juga akan meningkatkan keberdayaan petani khususnya dalam mengatur input produksi dan mengakses teknologi pertanian. c. Strategi konvergensi komunikasi dalam pemanfaatan cyber extension dalam pemberdayaan petani sayuran disusun dengan mengembangkan komunikasi banyak tahap atau multi step flow communication dan kombinasi media sesuai dengan karakteristikm petani. Peningkatan kapasitas petani dalam pemanfaaatan teknologi informasi dan cyber extension dapat dilakukan melalui proses pendampingan dan pengembangan forum media dengan mengoptimalkan kelembagaan komunikasi local. Interaksi dengan pihak luar sistem social (tingkat kosmopolitan petani) dapa ditingkatkan melalui pengembangan access point yang disertai dengan operator yang mampu memfasilitasi petani dalam mengakses dan mengelola informasi. d. Mekanisme penguatan kinerja lembaga dalam pemanfaatan cyber extension dibagi menjadi empat tipe berdasarkan subyek pertama penggunanya, yaitu: 1) Pemanfaatan cyber extension oleh petani maju dan disebarkan kepada petani lain melalui beribuagai media komunikasi yang ada I tingkat lokal, 2) Pemanfaatan cyber extension oleh fasilitator telecenter dan disebarkan ke petani lain, 3) Pemanfaatan cyber extension oleh komunitas (lembaga komunikasi lokal) dan disebarkan ke petani lain, 4) Pemanfaatan cyber extension oleh penyuluh dan disebarkan secara interaktif secara langsung maupun tidak langsung ke petani. 4. Penelitian Hapsari (2012) berjudul Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : a. Pemanfaatan sumber informasi usahatani oleh petani sayuran di Desa Ciaruteun Ilir termasuk kategori rendah yaitu mempraktekkan satu hingga dua jenis informasi. Adapun rata-rata jumlah informasi yang dipraktekkan terdapat empat jenis informasi yaitu, pemasaran, bibit, pemupukan dan hama penyakit. b. Karakteristik individu yang berhubungan nyata dan positif dengan tingkat keterdedahan sumber informasi adalah umur dengan ragam informasi yang diperoleh, pendidikan, pendapatan dan lama usahatani sayuran. Karakteristik petani sayuran yang berhubungan nyata dan negative dengan tingkat keterdedahan sumber informasi adalah umur dengan durasi mengakses sumber informasi, jumlah tanggungan, dan persepsi petani terhadap usahatani sayutan (dimensi afeksi). c. Adanya hubungan nyata antara persepsi petani sayuran terhadap pelayanan pertanian dengan beberapa peubah tingkat keterdedahan sumber informasi. Persepsi petani sayuran terhadap pelayanan pertanian yang berhubungan nyata dengan keterdedahan sumber informasi yakni pedagang sarana produksi pertanian (saprotan), penyuluh pertanian, kelompok tani dan tengkulak. d. Ada hubungan nyata antara keterdedahan sumber informasi yaitu jumlah sumber informasi dan ragam informasi yang diperoleh dari beribuagai sumber informasi dengan pemanfaatan informasi oleh petani. Keberadaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya merupakan salah satu dasar pemikiran untuk meneliti satu kajian yang sama,namun dalam aspek yang beribueda yaitu pada pemanfaatan informasi di media internet oleh petani tanaman hias. Informasi memiliki peran sangat penting dalam beribuagai aspek kehidupan termasuk pertanian, khususnya pertanian tanaman hias.
21
Kerangka pemikiran Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah memberikan banyak pilihan pada masyarakat untuk menentukan media komunikasi yang dianggap sesuai dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang. Jenis informasi sangat beragam dan setiap hari akan lahir informasi baru sehingga akan makin sulit untuk mengikuti perkembangannya. Sumber informasi petani tanaman hias dapat berasal dari akses media komunikasi yang salah satunya adalah media internet yang merupakan jaringan luas komputer, yang dengan perizinan dapat saling berkoneksi antara satu dengan lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files serta memperpendek jarak antar negara. Media internet adalah salah satu media informasi yang menggunakan jaringan internet yang didisain sebagai media komunikasi dua arah. Media internet adalah salah satu bagian dari media baru yang memiliki karakteristik berbeda dengan media tradisional. Petani tanaman hias dalam menjalankan dan mengembangkan pertaniannya membutuhkan informasi yang bermanfaat dan berguna bagi perkembangan dan kemajuan pertaniannya. Dalam memilih penggunaan media internet, petani tanaman hias memiliki motif. Petani tanaman hias menggunakan media internet sebagai sumber informasi karena didorong oleh beragam motif, seperti untuk menambah informasi, memperluas wawasan, mengatasi masalah, memperluas jaringan sosial dan memuaskan rasa ingin tahu. Motif mengkonsumsi media dipengaruhi oleh jenis kebutuhan informasi dan ketersediaan media serta kemudahan mendapatkan dan menggunakan media Ada beribuagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Petani menggunakan media massa karena didorong oleh beraneka ragam motif. Pada setiap orang motif yang mendorong konsumsi media tidak sama. Motif penggunaan media, meliputi : mencari informasi dan saran; mempelajari masyarakat dan dunia; memperoleh pemahaman tentang kehidupan seseorang; mempunyai dasar untuk hubungan sosial; merasa terhubung dengan yang lain; memperoleh jalan ke dunia fiktif; mengisi waktu dan melepas ketegangan. Karakteristik petani, motif penggunaan media media internet dan persepsi terhadap media internet berpengaruh pada pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, kerangka pemikiran pada penelitian ini disajikan sebagai berikut :
22
Karakteristik petani tanaman hias (X1) X1.1. Usia X1.2. Jenis kelamin X1.3. Pendidikan formal X1.4. Pendidikan non formal X1.5. Pengalaman berusahatani X1.6. Status kepemilikan lahan X1.7. Alasan berusahatani X1.8.Sumber pembelajaran X1.9. Skala usahatani X1.10. Luas lahan X1.11. Aksesibilitas media Motif penggunaan media internet sebagai sumber informasi (X2): X2.1. Menambah informasi X2.2. Memperluas wawasan X2.3. Memudahkan mengatasi masalah X2.4. Memperluas jaringan sosial X2.5. Memuaskan rasa ingin tahu terhadap informasi.
Pemanfataan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias (Y) Y.1.1. Teknik budidaya tanaman hias Y1.2. Pemasaran tanaman hias Y1.3. Pemilihan jenis tanaman hias
Persepsi tentang penggunaan media internet (X3) X3.1. Persepsi tentang media internet X3.2. Persepsi tentang keuntungan pengunaan media internet
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias di Bogor
23
Hipotesis penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Karakteristik petani tanaman hias berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. 2. Motif menggunakan media internet sebagai sumber informasi berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. 3. Persepsi terhadap media internet berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias.
24
25
3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Perhimpunan Florikultura Indonesia di Kota Bogor. Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan (1) secara metodologis, seluruh tahapan penelitian terpenuhi dan dapat dilakukan di lokasi tersebut dan (2) secara geografis dan ekonomis lokasi penelitian tergolong efisien, mudah dijangkau oleh peneliti. Pengamatan lapangan dilaksanakan bulan Juni-Agustus. Sedangkan pengumpulan data primer dilaksanakan pada Agustus sampai November 2012. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada November –Desember 2012. Disain Penelitian Penelitian didesain dengan metode sensus yaitu penelitian yang mengambil sampel dari keseluruhan populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 2006). Dalam penelitian ini peubah bebas yang diteliti adalah (1) karakteristik petani tanaman hias yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi; (2) motif petani tanaman hias menggunakan media internet sebagai sumber informasi dan (3) persepsi petani tanaman hias tentang media internet dan persepsi petani tanaman hias tentang keuntungan menggunakan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah petani tanaman hias yang bergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia di Kota Bogor. Unit analisis penelitian adalah individu petani tanaman hias yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Tabel 1 Jumlah Sampel Petani tanaman hias Perhimpunan Florikultura Indonesia di Kota Bogor No
Lokasi Penelitian
Jumlah Sampel
1
Kelurahan Pamoyanan
10
2
Jalan Semeru
7
3
Perumahan Taman Cimanggu
11
4
Sindang Barang
2
5
Jalan Raya Tajur –Ciawi
1
6
Jalan Raya Ciheuleut
1
7
Tanah Sareal
3
Total
35
26
Data dan Instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani tanaman hias pengguna media internet serta hasil observasi lapangan. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh dari individu dan lembaga yang terkait dengan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan topik penelitian. Interview yaitu dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari petani tanaman hias. Observasi yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications. Teori ini memiliki asumsi bahwa audiens dipandang aktif, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, tersedianya beberapa alternatif komunikasi dan secara sadar audiens memilih saluran komunikasi dan pesan-pesan yang paling memenuhi kebutuhannya. Khalayak memiliki harapan-harapan dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dalam menggunakan media, audiens mempunyai motif-motif tertentu, yaitu mencari informasi yang dapat memenuhi kebutuhannya sehingga audiens aktif dan selektif dalam memilih dan menggunakan media. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah. Beberapa peubah yang digunakan dalam penelitian dibatasi dengan menggunakan istilah serta operasional peubah untuk mempermudah pengukuran. Peubah bebas pertama yang diukur adalah karakteristik petani tanaman hias yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman, alasan berusahatani, luas lahan, status kepemilikan lahan, jumlah tanaman, sumber pembelajaran dan aksesibilitas media. Peubah bebas yang kedua yaitu motif penggunaan media internet. sebagai sumber informasi yang meliputi motif untuk menambah informasi, memperluas wawasan, memudahkan mengatasi masalah, memperluas jaringan sosial dan motif memuaskan rasa ingin tahu. Peubah bebas yang ketiga merupakan persepsi petani tentang media internet dan persepsi petani tentang keuntungan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Peubah terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Uraian dari variabel-variabel diatas dapat dilihat di bawah ini. Karakteristik individu (X1) Petani tanaman hias adalah individu yang mengusahakan tanaman hias berdaun indah, berbunga indah termasuk Anggrek yang dikelola untuk mendapatkan
27
penghasilan dengan melakukan salah satu atau beberapa tahap produksi seperti pembibitan, pembesaran ataupun pembungaan/pembenahan/pengepotan melalui pemeliharaan sehingga hasilnya dapat diperjual belikan. X1.1. Usia adalah umur responden pada waktu penelitian dilaksanakan yang diukur dalam satuan dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. Usia dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Usia muda 2. Usia dewasa 3. Usia tua X1.2. Jenis kelamin, adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan. X1.3. Pendidikan formal adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang pernah dicapai responden, dikategorikan dalam SD, SLTP, SLTA, DIII atau Diploma , Sarjana dan Pasca Sarjana. X1.4. Pendidikan non formal adalah tingkat pembelajaran yang diikuti oleh petani di luar pendidikan formal, dikategorikan dalam kursus dan pelatihan dibidang pertanian. X1.5. Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani melakukan pertanian tanaman hias sampai saat penelitian. Pengelompokkannya sebagai berikut : 1. Cukup berpengalaman 1-9 tahun 2. Berpengalaman 10-19 tahun 3. Sangat berpengalaman >20 tahun X1.6. Status kepemilikan lahan adalah status kepemilikan lahan yang dimiliki petani untuk dipergunakan berusahatani tanaman hias. Pada status kepemilikan lahan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Milik sendiri Sewa Bagi hasil Dipinjamkan
X1.7. Alasan berusahatani tanaman hias adalah penyebab yang mendasari petani memutuskan berusahatani tanaman hias. Alasan berusahatani dibagi menjadi kategori 3 yaitu : 1. Untuk usaha 2. Ikut teman 3. Sebagai hobi X1.8. Sumber pembelajaran adalah individu/lembaga yang dijadikan sumber belajar oleh petani tanaman hias. Pada penelitian ini sumber pembelajaran dibagi menjadi lima kategori yaitu : 1. Penyuluh 2. Ketua organisasi 3. Teman
28
4. Belajar sendiri (otodidak) 5. Orang tua. X1.9. Skala usahatani adalah ukuran atau besaran usahatani tanaman hias, yaitu nilai rata-rata penjualan hasil tanaman. Pengelompokkannya sebagai berikut : 1. <600ribu kategori rendah 2. 600ribu-1juta kategori sedang 3. >1juta kategori tinggi X1.10. Luas lahan adalah besarnya lahan garapan yang dimiliki oleh petani dalam satuan meterpersegi. Pada penelitian ini luas lahan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. <300 m2 2. 300-600 m2 3. >600 m2 X1.101.Aksesibilitas media adalah akses atau jalan masuk informasi melalui media media internet. Pada penelitian ini aksesibilitas media dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Motif penggunaan media internet (X2) X2.1. Menambah informasi adalah petani akan mencari informasi di media internet untuk menambah dan melengkapi informasi yang sudah ada. X2.2. Memperluas wawasan adalah petani mencari informasi di media internet walaupun saat itu tidak sedang membutuhkan informasi. X2.3. Memudahkan mengatasi masalah adalah petani mencari informasi di media internet untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. X2.4. Memperluas jaringan sosial adalah melalui pemanfaatan media internet para petani tanaman hias dapat memperluas kerjasama dan menambah teman melalui jaringan sosial . X2.5. Memuaskan rasa ingin tahu terhadap informasi adalah petani tanaman hias mencari beragam informasi di media internet untuk memuaskan rasa ingin tahu. Persepsi tentang media internet (X3) Persepsi terhadap media internet adalah pendapat petani tanaman hias tentang peranan media internet sebagai sumber informasi dan keuntungan menggunakan media internet sebagai sumber informasi. Persepsi dalam penelitian ini meliputi persepsi tentang internet dan persepsi keuntungan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet
29
Persepsi terhadap keuntungan pemanfaatan media internet adalah pendapat petani tanaman hias tentang keuntungan media internet sebagai sumber informasi. Persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet pada petani meliputi keuntungan menggunakan media internet sebagai sumber informasi tentang teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias. Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi (Y) Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi meliputi: Y.1.Informasi tentang teknik budidaya adalah informasi tentang tanaman hias yang meliputi pembibitan, pemupukan, pemeliharaan dan penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Y.2.Informasi pemasaran adalah informasi tentang kebutuhan pasar, tempat memasarkan dan perkembangan harga tanaman hias. Y.3.Informasi pemilihan jenis tanaman hias adalah informasi yang meliputi jenis-jenis tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Sebelum dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan ujicoba terhadap instrument (kuesioner) kepada responden yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri objek penelitian. Uji coba dilakukan terhadap petani tanaman hias pengguna media internet di wilayah Bogor. Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah membangun pengertian construct validity yang berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur. Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Titik berat dari uji validitas adalah validitas isi, yang dapat dilihat dari : 1. Apakah instrument tersebut telah mampu mengukur apa yang telah diukur tersebut. 2. Apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan. Agar kuesioner memiliki uji validitas tinggi, maka daftar pertanyaan disusun denga cara : 1. Mendefinisikan secara operasional beribuagai konsep yang diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur. 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden. 3. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Rank Spearman untuk menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi dengan tingkat keberhasilan informasi untuk mengubah sikap. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dapat dipakai dua kali
30
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif konsisten maka, alat pengukur tersebut reliabel. Hal ini berarti reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama Singarimbun (2006). Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar atau kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Dari hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha, diperoleh r = 0.647 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabel. Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang dipergunakan untuk pengumpulan data dan informasi di lapangan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang yang diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil wawancara. Kuesioner dan wawancara berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. Wawancara tertutup dengan menggunakan kuisioner. Wawancara berstruktur yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan beribuagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan, diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan kuisioner. Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa cara, yaitu: (1) metode pengamatan langsung (2) metode dengan menggunakan pertanyaan (wawancara terstruktur) dan (3) metode khusus. Metode pengamatan dilakukan dengan cara pengamatan berstruktur dan pengamatan tidak berstruktur. Pada pengamatan berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek dari aktivitas yang diamatinya, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian dengan penjelasan yang sistematik untuk uji hipotesisnya. Pengamatan tidak berstruktur dilakukan karena peneliti tidak mengetahui aspek-aspek dari kegiatankegiatan yang ingin diamatinya yang relevan dengan tujuan penelitiannya. Pada penelitian ini, data primer atau data sekunder diperoleh dengan mempergunakan beberapa teknik yaitu: 1. Pengamatan langsung, yaitu pengumpulan data dengan observasi langsung di lahan pertanian tanaman hias untuk melihat beribuagai macam aktivitas rutin petani tanaman hias. Teknik ini dilakukan sejak penjajagan hingga selama penelitian dilaksanakan. 2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan tatap muka dan wawancara langsung dengan responden penelitian yaitu petani tanaman hias menggunakan pedoman wawancara terstruktur dalam bentuk kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner mencakup pertanyaan mengenai karakteristik petani tanaman hias, motif petani terhadap pemanfaatan media internet untuk motif mengetahui informasi, motif menambah wawasan, motif memudahkan mengatasi masalah , motif rasa ingin tahu dan motif memperluas jaringan sosial serta persepsi tentang internet dan persepsi keuntungan pemanfaatan media internet.
31
Indepth interview, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci meliputi Ketua Umum Perhimpunan Florikultura Indonesia Pusat, Ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Bogor, Petani tanaman hias dan responden terpilih yang aktif mengikuti beribuagai kegiatan mengenai usahatani tanaman hias untuk memperoleh informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. 4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada (jurnal, tesis, dan disertasi), kajian pustaka mengenai pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi, serta data yang sudah ada di instansi pemerintah dan instanti terkait lainnya, buku, internet, media massa dan sumber lainnya, meliputi: keadaan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan sebagainya. Teknik ini dilaksanakan sejak penjajagan hingga selama penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian ini dipergunakan tingkat ukuran ordinal setuju (2) dan tidak setuju (1).Tingkat ukuran ordinal banyak digunakan dalam penelitian sosial terutama untuk mengukur kepentingan, sikap atau persepsi. 3.
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang diambil dianalisis dengan prosedur statistik yang ada. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan frekuensi dan persentase.. 2. Analisis statistik inferensial. Analisis statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel X dan Y mengunakan analisis statistik inferensial dengan uji rank Spearman. Secara lengkapnya rumus korelasi rank Spearman dapat disajikan sebagai berikut : 3.
Dengan keterangan : rs = korelasi rank Spearman n = banyaknya pasangan data di = jumlah selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi hipotesis statistik yang diuji : Ho = tidak terdapat hubugan antara peubah yang digunakan H1 = terdapat hubungan antara kedua peubah yang digunakan
32
4. Analisis Chi Square dipergunakan untuk menganalisa hubungan antara peubah yang memiliki tipe data nominal. Data diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2= ∑ri = 1 ∑ij = 1 Eij
( nij - Eij )
Dengan keterangan: X2 = Chi-square Nij = banyaknya observasi pada sel ke-ij Eij = frekuensi harapan di bawah Ho pada sel ke-ij Kedua analisis tersebut dibantu dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS 16 for Windows.
33
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor . Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.80050 Ha atau 0.207% dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Secara geografis Kota Bogor terletak diantara 106 480 BT dan 6 360 LS serta mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter, kemiringan lereng antara 0-3%, 4-15%, 1630% dan diatas 40% dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor berpenduduk 820.70007 jiwa dengan komposisi 419.2052 Laki- laki dan perempuan 401.4055 jiwa, dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.5000 – 4.000 milimeter pertahunnya. Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki aset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km di sebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu Tulis di Selatan Kota Bogor. Kota Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter, curah hujannya cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas 4.9092.300 Ha, antara 4000-4500 mm dengan luas 6.4024,65 Ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas 433,05 Ha, terutama pada Desember sampai Januari. Kota Bogor yang disebut sebagai Kota Hujan dialiri beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan Kota, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum Kota Bogor aman dari bahaya banjir. Secara administratif, batas wilayah kota Bogor terdiri atas : A. Sebelah Utara B. Sebelah Barat C. Sebelah Timur D. Sebelah Selatan
: Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja. : Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. : Wilayah Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Ciawi : Wilayah Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data statistik tahun 2000 Kota Bogor memiliki penduduk sebanyak 743.4078 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 377.053 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 366.425 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bogor adalah 67 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan penduduk di setiap kecamatan cukup beribueda. Adapun tingkat kepadatan yang tertinggi berada di kecamatan Bogor Tengah, yaitu sebesar 91 jiwa/Ha, sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Bogor Selatan, yaitu sebesar 48 jiwa/Ha.
34
Kota Bogor pada tahun 1995 memiliki penduduk 658.607 jiwa, pada tahun 1996 memiliki jumlah penduduk 669.027 jiwa, pada tahun 1997 memiliki jumlah penduduk 675.308 jiwa, tahun 1998 memiliki jumlah penduduk 677.4014 jiwa, tahun 1999 memiliki jumlah penduduk 697.496 jiwa, dan pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 743.478 jiwa.
Perhimpunan Florikultura Indonesia Petani tanaman hias dalam penelitian ini merupakan anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia. Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya masyarakat tanaman hias (petani, pengusaha, pedagang, pecinta, penggemar, pemulia, dan ilmuwan). Perhimpunan Florikultura Indonesia bersifat professional dan non-politis serta tetap mengutamakan segi sosial dan ekonomi. Perhimpunan Florikultura Indonesia yang disingkat PFI berdiri pada tanggal 5 Mei 2000. Individu yang tergabung dalam PFI terdiri dari peneliti, pecinta, kolektor, petani, pengusaha serta pemerhati tanaman hias dan tanaman hortikultura yang lain. Perhimpunan Florikultura Indonesia berkedudukan dan berkantor pusat di wilayah Jabodetabek. Dalam perkembangannya sudah teribuentuk PFI Komda Jawa Tengah dan Komda Nusa Tenggara Barat, sudah teribuentuk pula cabang di Komda Jawa Tengah yaitu cabang Wonogiri, Wonosobo, Klaten, Banjarnegara, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang, sedangkan di NTB sudah teribuentuk cabang Kabupaten Dompu, di Jabodetabek, salah satunya telah teribuentuk cabang Kota Bogor. Tanaman hias merupakan bagian pengembangan dari sektor pertanian yang mendukung pembangunan, melalui masyarakatnya untuk berkarya di bidangnya. Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945, dikarunia kekayaan alam dan keragaman flora yang melimpah berupa beribuagai jenis tanaman hias yang sangat indah. Indonesia mempunyai keadaan iklim yang sangat mendukung untuk pengembangan beribuagai jenis tanaman hias. Indonesia merupakan negara beriklim tropis, kaya akan plasma nutfah tanaman hias. Plasma nutfah anggrek di Indonesia adalah sepertiga dari plasma nutfah Anggrek di seluruh dunia. Berdasarkan hal tersebut, maka para penggemar, pecinta, pemikir/ahli dan para petani, pengusaha yang bergerak dalam bidang tanaman hias, sadar akan tanggung jawabnya, menyatakan untuk menyatukan diri dalam perkumpulan yang berorientasi pada pembangunan tanpa membedakan kedudukan, latar belakang dan keahliannya, serta untuk membentuk wadah komunikasi dan penyampaian informasi mengenai perkembangan industri tanaman hias di Indonesia. Perhimpunan Florikultura Indonesia membangun kerja sama yang baik dengan beribuagai pihak, yaitu: pemerintah, petani, pengusaha dan beribuagai organisasi lain yang bergerak dalam bidang yang berkaitan, untuk bersama -sama melakukan pendidikan, membangkitkan apresiasi kecintaan masyarakat terhadap tanaman hias, serta mensosialisasikan sistem budi daya maupun perkembangan tanaman hias masa kini, agar industri tanaman hias di Indonesia makin tumbuh setaraf dengan negara lain penghasil devisa tanaman hias maupun tanaman hortikultura lainnya.
35
Visi dan misi Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah: (1) wadah komunikasi dan penyampaian informasi perkembangan tanaman hias di Indonesia; (2) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tanaman hias sebagai komponen dalam lingkungan; (3) mengembangkan serta membina potensi ekonomi tanaman hias Indonesia; (4) memelihara, melestarikan serta meningkatkan nilai tambah tanaman hias asli Indonesia; (5) menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pihak pemerintah, antar petani dan pengusaha serta organisasi lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk meningkatkan industri tanaman hias di Indonesia; dan (6) menempatkan perhimpunan dalam lingkup tanaman hias Nasional maupun Internasional. Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya memiliki rangkaian kegiatan organisasi, melalui kegiatan organisasi tersebut, kebutuhan dan aspirasi anggota dapat diidentifikasi untuk perkembangan dan pengembangan organisasi dan anggotanya. Kegiatan organisasi yang dilakukan terdiri atas: 1. Pertemuan rutin dilakukan tiap 2 bulan, dengan lokasi yang berpindah-pindah antara kebun milik anggota perhimpunan. Acara pertemuan yaitu seputar peninjauan kebun, pembicaraan seputar perkembangan tanaman hias masa kini, baik di Indonesia maupun di luar negeri. 2. Seminar kecil membahas sistem budi daya tanaman. 3. Mengadakan pameran dan lomba tanaman hias bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun organisasi lain yang terkait dengan tanaman hortikultura. 4. Mengadakan promosi dan memperkenalkan tanaman hias baru, baik hasil rekayasa dalam negeri maupun luar negeri. 5. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan tanaman hias potensial ke daerahdaerah di Indonesia. 6. Menyelenggarakan pelatihan sistem budi daya maupun pemuliaan tanaman hias untuk masyarakat umum. Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya memiliki beribuagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri atas: 1. Meningkatkan dan menaikkan nilai tambah tanaman hias. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tanaman hias sebagai komponen dalam lingkungannya. 3. Memperhatikan, membina dan memperjuangkan kepentingan anggota. 4. Menjadikan wadah komunikasi para peneliti, pencinta, hobiis, kolektor, petani, dan pedagang serta komponen yang menunjang aktiftas tmaman hias. 5. Menempatkan perkumpulan secara terhormat dalam per tanaman hias Internasional. Syarat menjadi anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia adalah: (1) mengisi formulir keanggotaan; (2) membayar iuran tahunan sebesar Rp 350.000; dan (3) ikut serta mensukseskan kegiatan organisasi. Anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri atas pencinta, penggemar, pemulia, ilmuwan, petani, pengusaha yang bergerak di bidang tanaman hias. Anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia terdiri dari anggota biasa, anggota khusus, dan anggota kehormatan.
36
Perhimpunan Florikultura Indonesia dalam menjalankan organisasinya memiliki susunan organisasi yang terdiri atas: tingkat pusat dan tingkat cabang. Susunan organisasi terdiri atas : 1. Tingkat pusat : a. Penasehat b. Pembina c. Dewan Pimpinan yang terdiri dari : (a) Ketua Umum; (b) Sekretaris Jendral dibantu oleh seorang Sekretaris atau lebih; (c) Seorang Bendahara umum dibantu oleh seorang Bendahara atau lebih; Ketua-ketua Departemen dibantu Ketua-ketua Bidang; (d) Dewan Juri Nasional; (e) Komisaris Daerah 2. Tingkat cabang : Susunan organisasi yang termaktub dalam point 1 di atas, terkecuali Dewan Juri Nasional dan Komisaris Daerah, berlaku pula untuk tingkat cabang dengan ketentuan bahwa kata "Departemen"dan "Bidang"yang tersebut di atas disebut berturut-turut "Bidang"dan "Seksi". Struktur organisasi kepengurusan Perhimpunan Florikultura Indonesia Pusat periode 2012-2015 terdiri dari Dewan Penasehat, Ketua Umum, Ketua 1. Ketua 2. Sekretaris, Bendahara, Seksi Penggalian Dana, Seksi Litbang Seksi Humas, Seksi Usaha, Komda Jateng,dan Komda NTB. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah organisasi yang berada di bawah naungan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Perhimpunan ini teribuentuk pertengahan bulan April pada tahun 2011. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor ini berada di bawah binaan Dinas Pertanian Kota Bogor. Latar belakang teribuentuknya Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah dalam menyikapi perkembangan tanaman hias dewasa ini yang berkembang ke daerah-daerah di Indonesia dengan sangat pesat, maka untuk menyampaikan informasi, komunikasi di komunitas tanaman hias, maka diperlukan organisasi yang mampu menjembatani dan menyatukan kepentingan bersama dalam wadah untuk menggali potensi tanaman, pecinta, hobiis, peneliti, pedagang, petani, dan komponen yang berkaitan dengan dunia tanaman. Selain itu latar belakang teribuentuknya Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor adalah masalah pasar, pasar tanaman hias di Kota Bogor masih teribuilang lemah, serta berguna untuk memperluas networking. Tujuan teribuentuknya perhimpunan adalah untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing anggotanya dalam aktivitas tanaman hias, serta sebagai wadah komunikasi dan penyampaian informasi mengenai perkembangan industri tanaman hias di Kota Bogor. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor belum memiliki sekretariat sendiri dan resmi, dikarenakan perhimpunan ini baru dibentuk dan baru|berjalan satu tahun. Sekretariat sementara berlokasi di kebun salah satu pengurus Perhimpunan Florikultura Indonesia. Susunan pengurus perhimpunan disusun secara musyawarah dan mufakat. Susunan Pengurus Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor dibentuk dan disahkan pada tanggal 6 Desember 2011. Susunan pengurus Perhimpunan
37
Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor Periode 2011-2016, terdiri atas: pelindung, pembina, pengurus yang terdiri dari ketua. sekretaris, dan bendahara. Aturan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor mengikuti ADART yang ada pada Perhimpunan Florikultura Indonesia. Keuangan Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor sama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia yaitu: non profit, sehingga tidak terdapat keuangan yang pasti, akan tetapi terdapat dana kas yang tercantum pada AD-ART. Uang kas dari anggota perhimpunan berfungsi untuk menghidupkan organisasi. Namun hal ini belum efektif karena perhimpunan baru teribuentuk. Kegiatan organisasi perhimpunan sampai saat ini masih dalam perencanaan, selain itu pertemuan rutin di perhimpunan tidak ada karena masih dalam perencanaan dan penyesuaian waktu anggota, sehingga pertemuan rutin anggota dilakukan fleksibel mengikuti waktu anggota, untuk tempat pertemuan sendiri berpindah-pindah diantara pemilik kebun. Perhimpunan Florikultura Indonesia cabang Kota Bogor yang sudah berjalan 2.50 tahun ini memiliki kegiatan yang akan direncanakan ke depan. Kegiatan ke depan tersebut terdiri atas: (1) konsolidasi internal; (2) membuat database anggota dan mendata pecinta, hobiis, peneliti, pedagang, petani tanaman hias yang belum masuk perhimpunan; (3) membuat profil Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor; (4) membuat dan mengelola anggrek center yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Bogor dengan tema one stop shopping area. Perhimpunan Florikultura Indonesia Cabang Kota Bogor dalam hal ini yang membuat konsep dan menyiapkan tanaman hias. Konsep yang direncanakan adalah membuat suatu tempat belanja tanaman anggrek (bibit, bunga, ragam anggrek, teknik budi daya), serta dapat digunakan sebagai tempat beribuagi informasi seputar anggrek. Potensi tanaman florikultura di daerah Bogor adalah: pasar lebih strategis, pasar lokal dan internasional lebih luas dibandingkan daerah lain, sumberdaya manusia untuk perkembangan florikultura sangat potensial.Tantangan tanaman florikultura di daerah Bogor adalah: (1) petani murni tanaman hias masih sedikit, wawasan masih belum maksimal; (2) petani tanaman hias harus memiliki jiwa entrepreneurship; (3) kesadaran berhimpun masih kurang; dan (4) pemasaran yang dilakukan masih tradisional. Perhimpunan Florikultura Indonesia atau yang biasa disingkat PFI merupakan organisasi professional non politis serta mengutamakan segi sosial dan ekonomi. Perhimpunan ini merupakan wadah berkumpulnya masyarakat tanaman hias Indonesia.PFI dibentuk pada 5 Mei 2000 atas inisiatif beberapa pecinta tanaman hias untuk membentuk suatu wadah komunikasi dan membangun kerjasama yang baik dengan pihak pemerintah, petani, pengusaha dan beribuagai organisasi lain yang bergerak dalam bidang yang berkaitan, untuk bersama-sama melakukan pendidikan, membangkitkan apresiasi kecintaan masyarakat terhadap tanaman hias serta mensosialisasikan sistem budidaya maupun maupun perkembangan tanaman hias di Indonesia dan dunia agar industri tanaman hias di Indonesia makin tumbuh setaraf dengan negara lain penghasil devisa tanaman hias maupun tanaman hortikultura lainnya. Menurut Nurdi Basuki, S.Pt., Ketua II Perhimpunan Florikultura Indonesia, cikal bakal teribuentuknya PFI berawal dari Pameran Flori dan Fauna (FLONA) tingkat Nasional yang setiap tahunnya hingga tahun ini dilaksanakan di Lapangan Banteng. Peserta pameran dari tahun ke tahu cenderung orang yang sama. Dari sini timbullah ide untuk mendirikan sebuah organisasi yang merupakan wadah berkumpulnya para petani
38
dan pelaku tanaman hias. Selanjutnya, setelah melalui beberapa kali pertemuan dan diskusi akhirnya diputuskan untuk memberikan nama Perhimpuinan Florikultura Indonesia (PFI) yang merupakan sebuah organisasi yang menaungi para petani dan pelaku tanaman hias yang berada di seluruh Indonesia. Agus Aristian, Sekretaris Jenderal PFI Kota Bogor, menjelaskan, terdapat beberapa program kerja yang hingga saat ini menjadi prioritas dalam mengembangkan kreatifitas dan kesejahteraan para anggota PFI. Satu diantaranya, menanamkan jiwa wirausaha (entrepreneurship), terutama pada para taruana tani (Petani muda). Dalam mensosialisasikan potensi pertanian tanaman hias, pesan yang disampaikan harus menarik sehingga menciptakan ketertarikan pada para taruna tani, meningkatkan rasa keingintahuan dan ketertarikan masyarakat, khususnya para petani muda untuk bersedia membangun dan mengembangkan pertanian tanaman hias, khususnya di Kota Bogor. Menurut Agus awalnya para anggota kelompok tani diberikan informasi secara tatap muka langsung tentang pertanian tanaman hias. Namun, penyampaian informasi dalam kemasan pertanian tanaman hias ternyata tidak mampu meningkatkan ketertarikan dan kepedulian para anggota kelompok tani. Para anggotanya baru tertarik untuk memperdalam pengetahuan dan informasi tentang tanaman hias setelah informasinya dikemas dalam bentuk entrepreneurship dengan produk tanaman hias.
39
KARAKTERISTIK PETANI TANAMAN HIAS Karakteristik petani yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah petani tanaman hias pengguna media internet. Karakteristik petani yang diteliti terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, status kepemilikan lahan, alasan berusahatani, sumber pembelajaran, skala usahatani, luas lahan dan aksesibilitas media internet. Usia Usia adalah lama hidup petani yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. Petani tanaman hias pada penelitian ini digolongkan menjadi tiga kategori kelompok usia, yaitu: muda (18-34 tahun), dewasa (35-50 tahun) dan tua (51-67 tahun). Dari total petani sebagian besar (54,29%) berusia dewasa. Petani berusia muda (31.403%) dan petani berusia tua sebanyak 14,29%. Jumlah petani berusia tua pengguna media internet relatif sedikit. Petani berusia tua cenderung lebih memprioritaskan pengalaman sebagai sumber informasi. Sedangkan pada petani muda dan dewasa pengguna media internet, ketergantungan terhadap media internet sebagai sumber informasi relatif tinggi. Petani muda dan dewasa karena pengalamannya yang masih minim, berusaha untuk mendapatkan informasi dari media internet untuk mengembangkan usahataninya. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Soekartawi (2005) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Sedangkan menurut Rakhmat (2005), semakin tua usia seseorang, maka semakin melemah pula daya biologis, daya psikologis, tingkat kepekaan dan potensipotensi diri lainnya. Jika demikian maka kejenuhan atau stagnasi (leveling-off) di sektor pertanian, sejatinya bukan hanya terjadi pada aspek fisik (lahan), tetapi juga terjadi pada aspek sumberdaya pelaku utamanya, yaitu, petani. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang. Petani digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: laki-laki dan perempuan. Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori perempuan (57,14%) dan petani laki-laki (42.86%). Berdasarkan data anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia cabang Bogor diketahui bahwa anggotanya sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini petani tanaman hias pengguna media internet didominasi perempuan yang berjumlah 19 orang dan petani laki-laki berjumlah 16 0rang. Berdasarkan indepth interview dengan beberapa petani perempuan diperoleh informasi bahwa mereka memilih berusahatani tanaman hias karena usaha ini tidak memerlukan lahan yang luas. Petani sudah dapat berusahatani dengan memanfaatkan kelebihan lahan di halaman depan, halaman belakang ataupun halaman di samping rumah.
40
Pendidikan formal Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani petani tanaman hias pengguna media internet. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan rataan pendidikan terakhir petani dari data yang diperoleh di lapangan. Pada penelitian ini tingkat pendidikan formal dibedakan dalam empat kategori, yaitu: SLTA (48,57), Diploma (14,29%), Sarjana (25,71%), Pascasarjana (11.43%). Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori tingkat pendidikan formal (SMA). Petani berpendidikan Pascasarjana cenderung menggunakan beberapa media massa sebagai sumber informasi. Hal ini karena petani memiliki keinginan untuk melengkapi informasi yang sudah diperoleh dari media internet dengan informasi dari media massa lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap praktek usahatani yang dilakukan. Menurut Soekartawi (2005) petani yang berpendidikan tinggi, relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya. Petani yang berpendidikan rendah relatif agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan seseorang yang semakin tinggi diharapkan dapat semakin mudah mengubah sikap dan perilakunya untuk bertindak rasional.
Pendidikan nonformal Pendidikan non formal petani pengguna media internet dibedakan dalam dua kategori, yaitu: pernah mengikuti pendidikan nonformal dan tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal. Dari total petani, sebanyak 60% pernah mengikuti pendidikan nonformal berupa seminar dan pelatihan. Sedangkan petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal sebanyak 40%. Petani yang pernah mengikuti pendidikan non formal merasakan manfaat dari penyelenggaraan pelatihan, diskusi dan sejenisnya. Pendidikan nonformal yang pernah dijalani petani sebagian besar merupakan hasil kerjasama beberapa organisasi tanaman hias dengan Kementerian Pertanian. Penyampaian materi secara demokratis dan pola penyampaian yang learning by doing, participatory learning dan problem solving learning dapat mempermudah penyerapan informasinya pada petani. Materi yang diberikan pada pelatihan meliputi teknik budidaya, pemasaran dan materi lain yang berhubungan dengan usahatani tanaman hias. Petani tanaman hias yang mayoritas berpendidikan SLTA merasakan benar manfaat dari pelatihan yang pernah diikuti. Petani mendapatkan tambahan informasi yang sangat bermanfaat dalam pengembangan usahataninya. Pengalaman berusahatani Pengalaman berusahatani adalah lamanya waktu yang telah dilalui petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani tanaman hias. Lama berusahatani diukur berdasarkan waktu yang telah dilalui petani dan dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: cukup berpengalaman (1-9 tahun), berpengalaman (10-19 tahun) dan sangat berpengalaman (20-27 tahun). Dari total petani, sebagian besar berada
41
pada kategori berpengalaman (51.403%). Petani cukup berpengalaman (42.8006%) dan petani sangat berpengalaman (5,71%) dalam berusahatani tanaman hias. Aristoteles dan John Locke dalam Setiawan (2012) menjelaskan, pada saat lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna mental diperoleh melalui pengalaman, yang merupakan satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Hal ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi. Leathers dalam Rakhmat menjelaskan bahwa pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu diperoleh lewat pendidikan formal, tetapi juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Petani tanaman hias yang sangat berpengalaman lebih mempergunakan pengalaman yang dimiliki dalam mengelola usahataninya. Hal ini disebabkan karena pengalaman telah berhasil membawa mereka keluar dari permasalahan dan dapat menjalani usahatani lebih dari duapuluh tahun. Petani sangat berpengalaman apabila diajak berdiskusi akan beribuagi pengalaman dengan petani yang cukup berpengalaman dan yang berpengalaman. Petani yang cukup berpengalaman cenderung lebih memaksimalkan informasi yang diperoleh dari media internet dibandingkan petani yang pengalaman dan yang sangat berpengalaman. Hal ini terjadi karena para petani yang cukup berpengalaman masih harus belajar untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, petani yang cukup berpengalaman merupakan petani muda yang akrab dengan teknologi dan memiliki kepribadian yang teribuuka dan tidak malu atau gengsi untuk bertanya pada petani yang berpengalaman. Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikanlahan adalah status kepemilikan lahan yang dipergunakan petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani. Status kepemilikan lahan pada penelitian ini dibedakan dalam empat kategori, yaitu: milik sendiri (4), sewa (3),
bagi hasil (2) dan dipinjamkan (1). Petani dengan status kepemilikan lahan milik sendiri sebanyak 40%, petani dengan status kepemilikan lahan sewa sebanyak 21.8005%, petani dengan status kepemilikan lahan bagi hasil sebanyak 2.8006% dan petani dengan status kepemilikan lahan dipinjamkan sebanyak 34,29%. Soekartawi (2005) menjelaskan, telah dikenal baik bahwa pemilik-pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya. Sedangkan penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan ia praktekkan. Petani yang status kepemilikan lahannya dipinjamkan (34,29%) terkonsentrasi di jalan Semeru. Pemerintah Kota Bogor sejak awal tahun 2000 meminjamkan tanahnya pada masyarakat dengan tujuan untuk penghijauan dan memperindah wilayah jalan Semeru dan sekitarnya. Para petani yang mendapat pinjaman lahan lalu memfungsikannya sebagai sentra tanaman hias. Menurut Nurdi Basuki, Ketua II PFI (2012), kebijakan Pemerintah Kota Bogor meminjamkan tanah di wilayah jalan Semeru bermanfaat untuk menciptakan lapangan kerja dan menjaga lingkungan serta meminimalisir dampak pencemaran udara dari knalpot kendaraan bermotor.
42
Alasan berusahatani Alasan berusahatani adalah penyebab petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani tanaman hias. Alasan berusahatani dibedakan dalam 3 kategori, yaitu: alasan untuk usaha, alasan ikut teman dan alasan sebagai hobi. Petani yang memiliki alasan berusahatani untuk usaha, penghasilannya dipergunakan sebagai mata pencaharian sebanyak 62.8006%. Petani yang memiliki alasan berusahatani karena ikut teman sebanyak 8,57%. Sedangkan petani yang memiliki alasan berusahatani untuk hobi sebanyak 28,57%. Alasan petani memutuskan berusahatani tanaman hias dicapai melalui pertimbangan dan diskusi dengan keluarga, teman, orang yang lebih berpengalaman, pengamatan yang dilakukan dengan cara datang ke pameran tanaman hias dan mencoba memelihara dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Petani yang memiliki alasan berusaha tanaman hias untuk usaha sebelum memulai usahataninya cenderung lebih siap dalam perencanaan dibandingkan yang ikut teman dan sebagai hobi. Sumber pembelajaran Sumber pembelajaran adalah individu yang memberikan informasi tentang tanaman hias pada petani tanaman hias pengguna media internet.
Sumber pembelajaran
dibedakan dalam lima kategori, yaitu: Penyuluh, Ketua Organisasi, Teman, Otodidak (belajar sendiri) dan Orang tua. Petani yang menjadikan penyuluh sebagai sumber pembelajaran sebanyak 14,29%; Petani yang menjadikan Ketua organisasi sebagai sumber pembelajaran sebanyak 8,57%; petani yang menjadikan teman sebagai sumber pembelajaran sebanyak 54,29% dan petani yang menjadikan diri sendiri sebagai sumber pembelajaran sebanyak 20%. Sedangkan petani yang menjadikan orang tua sebagai sumber pembelajaran sebanyak 2.85%. Peran teman sebagai sumber pembelajaran merupakan persentase tertinggi (54,29%). Petani berpendapat bahwa bertanya pada teman cenderung lebih nyaman dan menyenangkan serta dapat lebih teribuuka (tidak perlu menyembunyikan apapun termasuk masalah mendasar yang belum diketahui). Teman juga dianggap dapat memberikan dorongan semangat untuk mengembangkan usahatani di setiap keadaan. Petani usia muda cenderung lebih memilih teman sebagai sumber pembelajaran setelah media internet sebagai sumber informasi. Peran orangtua juga dianggap cukup penting dalam mengelola dan mengembangkan usahatani tanaman hias. Petani yang menjadikan orang tua sebagai sumber pembelajaran menjelaskan bahwa sejak masih remaja, sang ayah telah mengajarkan tentang tanaman hias. Dengan mempraktekkan langsung, petani dapat memahami yang diajarkan ayahnya. Namun, setelah mengelola usahataninya secara mandiri dan lepas dari orangtua, petani juga memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi, khususnya informasi tentang tanaman hias. Sebagian petani juga menjadikan Ketua Organisasi sebagai sumber pembelajaran. Petani beranggapan pengalaman Ketua organisasi dalam berusahatani tanaman hias merupakan indikator keberhasilannya. Selain itu, hampir setiap kali memberikan jalan keluar dari suatu permasalahan, informasi yang diberikan Ketua Organisasi dianggap bermanfaat dan dapat membantu petani mengatasi masalah. Peran penyuluh sebagai sumber pembelajaran juga patut diperhitungkan, terutama untuk masalah pengucuran dana bantuan dari Pemerintah yang disampaikan
43
melalui Dinas Pertanian. Menurut petani, kecenderungan yang terjadi, penyuluh jarang turun ke lapangan dan bertatap muka dengan petani untuk beribuagi pengalaman dan berdiskusi. Secara umum hubungan penyuluh dengan petani relatif akrab saat bertemu di lokasi usahatani atau di tempat penyelenggaraan suatu acara. Skala usahatani Skala usahatani adalah ukuran atau besaran usahatani tanaman hias yang dikelola para petani tanaman hias pengguna media internet, yaitu nilai rata-rata yang diperoleh dari usahatani tanaman hias. Pengelompokkannya sebagai berikut, yaitu: < 600ribu (rendah), 600ribu sampai 1 juta (sedang), >1juta (tinggi). Dari total petani, sebanyak 60% penghasilan dari usahataninya <600ribu (rendah). Petani yang penghasilan dari usahataninya 600ribu-1juta (sedang) sebanyak 20%. Petani yang penghasilan dari usahataninya >1juta (tinggi) sebanyak 20%. Petani tanaman hias dengan rata-rata penghasilan <600ribu selain berusahatani tanaman hias ada yang membuka warung dan bekerja di Kelurahan untuk menambah penghasilannya. Petani perempuan dengan rata-rata penghasilan <600ribu memiliki suami yang bekerja di Instansi Pemerintah atau karyawan swasta yang penghasilannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya. Petani dengan penghasilan sedang dan rendah selain berusahatani tanaman hias juga membuka jasa pelayanan lanscape taman untuk perumahan, gedung dan pusat peribuelanjaan serta pesta pernikahan. Selain itu, petani dengan skala usahatani sedang dan tinggi juga mengikuti pameran yang sesuai untuk menambah penghasilannya. Dalam berpameran, petani juga bekerjasama dengan petani berskala usahatani rendah untuk penyediaan tanaman hias.
Luas lahan Luas lahan adalah luas keseluruhan luas tanah pertanian dalam meter persegi yang dipergunakan untuk berusahatani tanaman hias oleh petani tanaman hias pengguna media internet. Luas lahan dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: <300m2 (sempit), 300-600 m2 (sedang) dan >600m2 (luas). Petani yang memiliki luas lahan <300 m2 sebanyak (45,71%). Petani yang memiliki lahan antara 300-600 m2 sebanyak (40%) dan petani memiliki lahan >600 m2 sebanyak (14,29%). Menurut Sajogyo dalam Hapsari (2012) petani yang memiliki lahan pertanian kurang dari 0.5 ha terkategorikan miskin, sedangkan petani yang kepemilikan lahannya antara 0.5 ha-kurang dari 1 ha terkategorikan sebagai petani sedang dan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha akan terkategorikan sebagai petani kaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernanto dalam Tamba (2007) bahwa luas lahan garapan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan petani. Petani tanaman hias pengguna media internet dalam penelitian ini sebagian besar (45,71) memiliki lahan <300 m2. Apabila merujuk pada pendapat Sajogyo maka sebagian besar petani merupakan petani miskin. Namun, pernyataan ini beribueda dengan hasil penelitian di lapangan. Petani dengan luas lahan <300 m2 selain mengandalkan pendapatan dari usahatani tanaman hias juga memiliki penghasilan lain, misalnya sebagai karyawan, pemilik warung atau mengkreditkan barang elektronik.
44
Kemunculan pertanian tanaman hias di daerah perkotaan berdampak pada teribuukanya peluang terhadap prospek pemasaran hasil pertanian sehingga menjadikan petani lebih kreatif. Pertanian tanaman hias yang muncul di perkotaan tidaklah beribuasis pada lahan seperti pada pertanian padi. Para petani di perkotaan tidak lagi berorientasi pada kuantitas produk, melainkan lebih berorientasi pada kualitas produk dan jasa (Wijayanti 2003). Aksesibilitas petani terhadap media internet Aksesibilitas adalah akses atau jalan masuk informasi tentang tanaman hias pada petani tanaman hias pengguna media internet. Aksesibilitas petani terhadap media internet dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: tinggi dengan selang skor (1.682.00); sedang dengan selang skor (1.34-1.67) dan rendah dengan selang skor (1-1.33). Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori aksesibilitas terhadap media internet tinggi sebanyak (51%); petani dengan aksesibilitas media sedang sebanyak (31%). Sedangkan petani dengan aksesibilitas media rendah sebanyak (18%). Lokasi pertanian tanaman hias yang terletak di wilayah Kota Bogor dengan kondisi kemudahan akses transportasi, layanan pemerintahan dan lainnya memudahkan petani dalam mendapatkan jalan masuk (akses) terhadap media internet. Aksesibilitas dalam penelitian ini meliputi frekuensi, kepemilikan media internet, lamanya waktu mengakses dan tempat mengakses. Petani mengakses media internet pada waktu senggang usai mengurus dan merawat tanaman hiasnya. Beribueda dengan pertanian padi, tanaman hias memerlukan perawatan setiap hari dan harus selalu mendapat pengawasan secara intensif. Dalam satu bulan petani mengakses informasi usahatani tanaman hias dengan frekuensi 1-5 kali dengan waktu minimal 30 menit dan maksimal lebih dari satu jam. Saat mengakses informasi petani cenderung akan membuka website Departemen Pertanian, google, yahoo, mailinglist PFI, email dan jejaring sosial facebook dan website lain sesuai kebutuhan informasi petani. Dalam mengakses informasi sebagian besar petani mempergunakan komputer.
45
Karakteristik petani dalam penelitian disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2
Deskriptif karakteristik petani tanaman hias Perhimpunan Florikultura Indonesia Karakteristik
Usia (X1.10) 18-34 35-50 51-67 Jenis Kelamin (X1.20) Laki – Laki Perempuan Pendidikan Formal(X1.300) SLTA D3 S1 Pascasarjana Pendidikan Non Formal (X1.40) Pernah Tidak Pernah Pengalaman (X1.50) 1 - 9th 10 - 19th 20-27th Status Kepemilikan Lahan(X1.60) Milik Sendiri Sewa Bagi Hasil Meminjam Alasan Berusahatani (X1.700) Usaha Ikut Teman Hobi Sumber Pembelajaran (X1.800) Penyuluh Ketua Teman Belajar sendiri Orang Tua Skala Usahatani < 600 ribu 600 ribu-1 juta >1 juta Luas Lahan < 300m2 300 – 600m2 > 600m2 Aksesibilitas Media (X1.101) Tinggi Sedang Rendah TOTAL
Kategori
Jumlah petani
Persen (%)
Muda Dewasa Tua
11 19 5
31.43 54.29 14.28
1 2
15 20
42.86 57.14
1 2 3 4
17 5 9 4
48.57 14.29 25.71 11.43
Pernah Tidak pernah
21 14
60.00 40.00
Cukup berpengalaman Berpengalaman Sangat berpengalaman
15 18 2
42.86 51.43 5.71
4 3 2 1
14 8 1 12
40.00 22.85 2.85 34.29
1 2 3
22 3 10
62.86 8.57 28.57
1 2 3 4 5
5 3 19 7 1
14.29 8.57 54.29 20.00 2.86
Rendah Sedang Tinggi
21 7 7
60.00 20.00 20.00
Sempit Sedang Luas
16 14 5
45.71 40.00 14.29
1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
18 11 6
51.00 31.00 18.00
35
100
46
MOTIF PENGGUNAAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Motif pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi terdiri dari teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Motif petani dalam penggunaan media internet meliputi motif menambah informasi, memperluas wawasan, memudahkan mengatasi masalah, memperluas jaringan sosial dan memuaskan rasa ingin tahu. Motif menambah informasi Menambah informasi adalah petani akan mencari informasi di media internet untuk untuk menambah dan melengkapi informasi yang sudah ada. Informasi yang dimaksud dapat merupakan informasi teribuaru ataupun informasi yang bersifat melengkapi informasi yang sudah pernah ada. Data tentang motif penggunaan media internet untuk menambah informasi diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam menggunakan internet untuk menambah informasi tentang teknik budidaya tanaman hias. Dari total petani tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi adalah tinggi (94,29%). Data tentang motif penggunaan media internet untuk menambah informasi pemasaran tanaman hias diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi pemasaran. Secara umum petani memiliki motif yang tinggi dalam menggunakan media internet untuk menambah informasi tentang pemasaran tanaman hias. Petani juga menggunakan media internet untuk menambah informasi tentang pemilihan jenis tanaman hias. Data tentang motif penggunaan internet untuk menambah informasi diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif yang tinggi dalam menggunakan internet untuk menambah informasi tentang pemilihan jenis tanaman hias. Motif memperluas wawasan Memperluas wawasan adalah petani mencari informasi di media internet walaupun saat itu petani tidak membutuhkannya. Petani,, untuk memperluas wawasannya akan mencari informasi melalui media internet. Informasi yang diinginkan petani banyak diperoleh dari website pertanian dalam dan luar negeri. Untuk memperluas wawasannya, petani juga memperibuandingkan informasi dari beberapa website di media internet. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam pemanfaatan media internet untuk memperluas wawasan. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam penggunaan media internet untuk memperluas wawasan dalam hal teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias. Data tentang motif memperluas wawasan diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias.
47
Pemasaran tanaman hias pada petani muda diawali dengan mencari informasi tentang kebutuhan pasar tanaman hias. Selanjutnya petani akan memasarkan tanaman hiasnya melalui ,mailinglist, jejaring sosial atau dengan bantuan Ketua organisasi. Petani usia muda juga akan membantu mencukupi kebutuhan petani lainnya terhadap suatu jenis tanaman. Petani muda banyak menanam jenis tanaman hias compacta yang terdiri dari suji dan bambu jepang. Pada petani dewasa dan tua pemasaran dilakukan secara langsung di galerinya ataupun melalui pesanan via handphone, mailinglist dan jejaring sosial. Petani dewasa dan tua cendrung telah memiliki langganan dan memiliki jenis tanaman hias lebih banyak dibanding pada petani muda. Tanaman hias yang cenderung ditanam petani dewasa dan tua meliputi keluarga bromelia, sansiviera dan tanaman berdaun indah. Dalam memilih jenis tanaman hias yang akan ditanam ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan para petani. Pertimbangan paling utama berhubungan dengan selera pasar. Apabila jenis Anthurium sedang banyak diminati masyarakat maka, petani akan menanam jenis tersebut. Alasan lainnya adalah kondisi iklim dan media tanam menjadi pertimbangan penting dalam memilih tanaman tertentu untuk ditanam. Kemampuan permodalan juga menjadi alasan dalam menentukan pilihan jenis tanaman. Motif memudahkan mengatasi masalah Petani mencari informasi di media internet untuk mengatasi masalah teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias yang sedang dihadapi. Data tentang motif memudahkan mengatasi masalah diperoleh petani dengan memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam penggunaan media internet untuk mengatasi masalahnya. Permasalahan yang dihadapi petani tanaman hias diantaranya cara membasmi hama, tempat penjualan pupuk, peluang usaha dan kerjasama serta teknik dan strategi menanam dan memelihara suatu jenis tanaman hias. Salah seorang petani pernah mengalami masalah hama pada tanaman Anggreknya. Pada saat akan dipanen secara tiba-tiba bunga Anggreknya layu dan busuk. Petani lalu mencari informasi dari media internet untuk mengatasi masalahnya. Bagi petani persoalan pemasaran merupakan bagian penting dalam pertanian tanaman hias. Pada petani muda yang masih minim pengalaman di lapangan dan masih teribuatas jaringan kerjasamanya cenderung masih mendapat bantuan informasi dari petani dewasa dan tua serta dari Ketua organisasi dalam menjual produk tanaman hiasnya. Dalam memudahkan mengatasi masalah pemasaran tanaman hiasnya, petani bekerja sama dengan petani lainnya untuk memenuhi kebutuhan terhadap jenis tertentu. Salah satu petani muda pernah bingung karena tidak mengetahui tanaman hiasnya akan dijual kemana. Petani tersebut lalu mencari informasi melalui media internet tentang peluang pemasaran dan berkomunikasi dengan sesama petani lain melalui jejaring sosial ataupun mailinglist. Petani tersebut lalu dapat memasarkan tanaman hiasnya dengan cara bekerjasama dengan petani lain. Data tentang motif memudahkan mengatasi masalah diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam pemanfaatan internet untuk mengatasi masalah pemilihan jenis tanaman hias. Sebelum memutuskan untuk menanam suatu jenis tanaman hias tertentu, petani akan mencari informasi dari media internet, teman dan Ketua organisasi. Seorang petani dewasa pernah bimbang menentukan pilihan jenis
48
tanaman hias yang akan ditanam. Petani tersebut lalu mencari informasi dari media internet tentang tanaman hias yang sedang diminati masyarakat. Berdasarkan informasi dari media internet, masalah pemilihan jenis tanaman hias dapat ditemukan solusinya. Motif memperluas jaringan sosial Untuk memperluas jaringan sosial dapat dilakukan melalui pemanfaatan media internet oleh para petani tanaman hias sehingga dapat memiliki jaringan pertemanan, kerjasama dan informasi lebih banyak dan lebih luas. Data tentang motif memperluas jaringan sosial diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam pemanfaatan media internet untuk membentuk jaringan komunikasi. Keberadaan jaringan sosial dirasakan sangat membantu petani tanaman hias untuk menambah teman, menembah informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Petani juga dapat bertukar informasi melalui jaringan sosial tentang informasi lain yang non tanaman hias. Dalam berjejaring sosial, petani sangat merasakan kemudahan mendapatkan informasi dari sesama petani yang berada di tempat beribueda. Petani menilai bertambahnya teman dan jaringan sosial yang dimiliki sangat bermanfaat untuk bertukar informasi dan mengembangkan usahatani tanaman hias yang dimiliki, khususnya untuk informasi pemasaran. Melalui memperluas jaringan sosial petani dapat memiliki lebih banyak teman, menjalin kerjasama dan bertukar informasi tentang tanaman hias. Dalam pemilihan jenis tanaman hias, petani dapat mengetahui beberapa jenis tanaman hias yang layak ditanam di daerahnya karena informasi dari petani tanaman hias di daerah yang beribueda. Data tentang motif memperluas jaringan sosial diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam penggunaan media internet untuk memperluas jaringan sosial dalam hal teknik budidaya, pemasaran tanaman hias dan pemilihan jenis tanaman hias. Motif memuaskan rasa ingin tahu Untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap informasi maka, petani tanaman hias mencari beragam informasi di media internet. Informasi yang diperoleh dapat merupakan informasi untuk mengatasi masalah ataupun informasi yang berguna untuk mengembangkan wawasan tentang tanaman hias. Data tentang motif memuaskan rasa ingin tahu diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif memuaskan rasa ingin tahu yang tinggi dalam penggunaan media internet sebagai sumber informasi Menurut petani apabila mereka mendapatkan informasi sesuai dengan yang diinginkan dari media internet, rasa ingin tahunya dapat terpuaskan.
49
Tabel 3
Motif menggunakan media internet sebagai sumber informasi Jumlah petani
Persen (%)
Motif
Kategori
Selang Skor
Mengetahui informasi tentang tanaman hias (X2.10)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 – 2.00 1.34 – 1.67 1.00 – 1.33
33 2 0
94.29 5.71 0.00
Memperluas wawasan
Tinggi Sedang Rendah
1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
27 8 0
77.14 22.86 0.00
Memudahkan mengatasi masalah (X2.3)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
14 14 7
40.00 40.00 20.00
Memperluas jaringan sosial (X2.4)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
32 2 1
91.00 6.00 3.00
Memuaskan rasa ingin tahu (X2.5)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
20 9 6
57.00 26.00 17.00
TOTAL
35
100
50
PERSEPSI TENTANG PENGGUNAAN MEDIA INTERNET Persepsi petani terhadap media internet sebagai sumber informasi terdiri dari persepsi petani tentang media internet dan persepsi petani tentang keuntungan menggunakan media internet sebagai sumber informasi.
Persepsi tentang media internet Persepsi petani tentang media internet meliputi kepemilikan komputer, jaringan internet, kemudahan mengakses informasi yang dibutuhkan. Data persepsi diperoleh dari petani yang menggunakan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Dari total petani sebanyak 46% memiliki persepsi yang cukup baik tentang media internet. Petani menilai media internet mudah diperoleh, mudah dioperasionalkan dan bermanfaat sebagai sumber informasi. Persepsi yang cukup baik tentang media internet membuat petani semakin merasakan manfaat dari media internet. Data dan persentasenya disajikan dalam Tabel di bawah ini.
Tabel 4 Persepsi petani terhadap media internet sebagai sumber informasi Persepsi (X3)
Kategori
Selang Skor
Jumlah (Petani)
Persen (%)
Persepsi tentang media internet (X3.10)
Baik Cukup baik Buruk
1.68 - 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
9 16 10
26.00 46.00 29.00
Persepsi tentang keuntungan menggunakan media internet (X3.20)
Baik Cukup baik Buruk
1.68 - 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
12 20 3
34.00 57.00 9.00
TOTAL
35
100
Persepsi tentang keuntungan menggunakan media internet Persepsi terhadap keuntungan pemanfaatan media internet adalah pendapat petani tanaman hias tentang keuntungan media internet sebagai sumber informasi. Data persepsi diperoleh dari petani yang menggunakan media internet sebagai sumber informasi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner diperoleh data sebagian besar petani (57%) memiliki persepsi cukup baik tentang keuntungan pemanfaatan media internet.
51
PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Sumber informasi adalah partisipan atau peserta yang dapat menciptakan informasi (Wardani, 1994). Sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam suatu proses komunikasi. Ketika petani mulai mencari informasi tentang inovasi baru di bidang pertanian tanaman hias, maka sumber informasi yang dianggap paling sesuai adalah yang mudah diakses dan dapat dipercaya. Tabel 5 Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias Selang Jumlah Persen Perilaku (Y1) Kategori skor (Petani) (%) Teknik budidaya (Y1.10)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 - 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
34 0 1
97 0 3
Pemasaran tanaman hias (Y1.20)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 - 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
27 5 3
77 14 9
Pemilihan jenis tanaman hias (Y1.300)
Tinggi Sedang Rendah
1.68 - 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33
30 5 0
86 14 0
35
100
TOTAL
Sumber informasi memegang peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian. Tersedianya sumber informasi dalam memberikan pesan pembangunan pedesaan belum dapat menjamin digunakannya sumber informasi tersebut oleh petani. Petani biasanya akan menggunakan sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan media internet adalah penggunaan media internet untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan petani tanaman hias dalam berusahatani dan berusaha tanaman hias. Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya memegang peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian. Informasi teknik budidaya meliputi informasi pembibitan, pemupukan, pemeliharaan dan penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Pada pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi (7%) . Pada pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias juga tinggi, yaitu 77%. Sedangkan pada
52
pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias juga tinggi (86%). Pada saat penelitian ini dilakukan, petani yang berdomisili di wilayah Taman Cimanggu banyak menanam jenis anggrek. Pertani di wilayah Pamoyanan banyak menanam jenis compacta. Petani di wilayah Ciheuleut, jalan Semeru dan Tajur serta Sindangbarang menanam beragam jenis tanaman hias. Pemilihan jenis tanaman hias dilakukan dengan pertimbangan utama pada peluang pemasaran. Petani di Pamoyanan memilih jenis Compacta untuk ditanam karena adanya permintaan dari Sukabumi. Sedangkan petani di Taman Cimanggu memilih bertanam Anggrek karena peluang pasarnya teribuuka lebar dan juga untuk ikut serta melaksanakan program Dinas Pertanian Bogor yang ingin menjadikan Kota Bogor sebagai kota dengan ikon tanaman Anggrek.
53
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI PERTANIAN TANAMAN HIAS Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias dilihat dari: (a) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias (b) Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias (c) Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Usia petani pada penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu petani usia muda, usia dewasa dan usia tua. Petani usia muda sebanyak 11 orang, petani dewasa sebanyak 19 orang dan petani tua sebanyak 5 orang. Pertanian tanaman hias banyak dilakukan oleh petani usia muda dan usia dewasa. Hal ini disebabkan pertanian tanaman hias cukup mudah dilakukan. Selain itu, pertanian tanaman hias menjanjikan peluang penghasilan cukup besar. Hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tentang teknik budidaya Data hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi untuk teknik budidaya tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 6. Persentase petani berdasarkan usia dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Usia Pemanfaatan teknik budidaya Rendah Tinggi Total Muda 0.00 100.00 100.00 Dewasa 0.00 100.00 100.00 Tua 20.00 80.00 100.00 Pvalue = 0.099 Tabel 6
Tabel 6 memperlihatkan petani berusia muda, dewasa dan tua mempunyai kategori tinggi (100%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Tingginya pemanfaatan media internet terjadi karena ketergantungan petani pada media internet sebagai sumber informasi yang juga tinggi. Hasil olah data menunjukkan bahwa petani muda dan dewasa merupakan responden yang tinggi (100%) dalam pemanfaatan terhadap media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Tingginya pemanfaatan media internet disebabkan petani merasa membutuhkan informasi tentang teknik budidaya tanaman hias. Data yang ada memperlihatkan bahwa usia petani tanaman hias tidak
54
berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani berusia muda dan dewasa tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi karena petani cenderung masih baru dalam berusahatani sehingga informasi yang dimiliki masih teribuatas. Hal ini sedikit beribueda dengan petani berusia tua yang sudah lebih lama berusahatani dan memiliki informasi lebih banyak dari pengalaman langsung di lahan pertaniannya. Hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 7 Persentase petani berdasarkan usia dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Usia Pemanfaatan pemasaran tanaman Rendah Sedang Tinggi Total Muda 9.10 9.10 81.80 100.00 Dewasa 5.30 10.50 84.20 100.00 Tua 20.00 40.00 40.00 100.00 Pvalue=0.216 Tabel 7 menunjukkan petani berusia muda, dewasa dan tua, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias adalah tinggi. Dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran, petani muda dan dewasa lebih tinggi ketergantungan pada informasi dari media internet dibandingkan petani tua. Hal ini terjadi karena petani muda masih mencari peluang pasar yang sesuai. Sedangkan petani dewasa sudah memiliki pelanggan dan sudah lebih luas mengetahui kondisi pasar. Pada petani tua cenderung tidak memiliki ketergantungan pada informasi pasar dari media internet karena telah memiliki pelanggan tetap, baik dari wilayah Bogor maupun dari wilayah di luar Bogor. Informasi pemasaran yang biasa diakses meliputi tempat pemasaran, florist atau instansi yang membutuhkan tanaman hias dan kesempatan kerjasama dalam pemasaran. Petani berusia muda dan dewasa memaksimalkan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi karena pengalaman yang dimiliki belum sebanyak petani tua. Selain itu, berdasarkan pengalaman petani berusia muda dan dewasa, informasi yang mereka dapatkan melalui internet sangat bermanfaat dan mudah untuk diaplikasikan saat mereka menghadapi masalah. Petani berusia tua telah memiliki jaringan sosial yang lebih luas. Melalui jaringan sosial yang ada, mereka telah memiliki banyak teman dan jaringan kerjasama dengan sesama petani tanaman hias. Pada petani muda dan dewasa, untuk mengembangkan usahataninya mereka bertukar informasi dengan petani tua. Demikian pula sebaliknya. Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi juga diikuti dengan komunikasi tatap muka antara sesama petani.
55
Hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Data hubungan usia dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase petani menurut usia dan pemanfaatan media internet untuk Pemilihan jenis tanaman hias Usia Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Sedang Tinggi Total Muda 9.10 90.90 100.00 Dewasa 5.80 84.20 100.00 Tua 20.00 80.00 100.00 Pvalue=0.537 Tabel 8 memperlihatkan bahwa petani berusia muda ternyata tinggi (90.90%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi untuk pemilihan jenis tanaman hias. Petani dewasa dan petani tua juga tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hasil olah data menunjukkan usia tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Informasi pemilihan jenis tanaman hias yang biasa diakses petani meliputi spesifikasi dan karakteristik jenis tanaman hias, tingkat kesulitan teknik budidaya, kemudahan pemeliharaan dan perawatan tanaman hias, modal yang diperlukan serta informasi peluang pemasaran untuk jenis tanaman hias baru. Petani tanaman hias berusia tua cenderung telah mampu membandingkan kesulitan dan kemudahan pemeliharaan, perawatan dan pemasaran jenis tanaman tertentu karena telah mengalami langsung. Saat ini petani usia muda yang berusahatani tanaman hias cenderung meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Sekjen PFI Kota Bogor, Agus Ardinata (2012) bahwa usahatani tanaman hias merupakan pekerjaan yang tidak berat, tidak kotor, tidak bergelut dengan lumpur dan terik matahari seperti halnya usahatani lainnya sehingga anak muda tidak malu melakukannya. Selain itu, sosialisasi peluang usahatani tanaman hias yang dilakukan dengan kemasan yang menarik beribuasis entrepreneurship akan mempermudah pemahaman bagi para anak muda yang baru lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma ataupun Strata 1 untuk berwirausaha tanaman hias. Diperkuat dengan penjelasan dari pihak Kementerian Pertanian dan bantuan dana, akan menjadikan individu usia muda tertarik untuk berusahatani tanaman hias. Hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatanmedia internet sebagai sumber informasi Saat ini jumlah perempuan yang melakukan usahatani tanaman hias di PFI Kota Bogor cenderung meningkat. Peningkatan ini terjadi karena peluang pasar tanaman hias kian teribuuka lebar. Selain itu kian banyak perempuan yang belum bekerja dan belum menikah memilih berusahatani tanaman hias sebagai sarana pemberdayaan diri. Perempuan yang sudah menikah dan berstatus sebagai ibu rumah
56
tangga juga meningkat jumlahnya yang melakukan pemberdayaan diri melalui usahatani tanaman hias dan memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 9
Persentase petani menurut jenis kelamin dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya Jenis Kelamin Pemanfaatan teknik budidaya Rendah Tinggi Total Laki-Laki 0.00 100.00 100.00 Perempuan 5.00 95.00 100.00 Pvalue=0.38 Tabel 9 menyajikan data persentase jenis kelamin terhadap pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Data karakteristik jenis kelamin mendeskripsikan petani berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya adalah tinggi. Dari 35 petani, sebanyak 19 orang berjenis kelamin perempuan dan terkonsentrasi di Pamoyanan, taman Cimanggu dan jalan Semeru. Petani laki-laki sebanyak 16 orang terkonsentrasi di Pamoyanan dan Semeru. Petani laki-laki cenderung memilih berusahatani tanaman hias dengan tujuan awal untuk usaha dan menghasilkan materi. Pada petani perempuan cenderung mengawali usaha pertanian tanaman hias sebagai hobi atau mengikuti teman yang sudah lebih dulu berusahatani tanaman hias. Hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani tanaman hias laki-laki dan perempuan membutuhkan informasi tentang pemasaran untuk memasarkan produk tanaman hiasnya. Informasi pemasaran meliputi peluang pasar, kebutuhan pasar dan kerjasama pemasaran produk tanaman hias. Tabel 10 Persentase petani menurut jenis kelamin dan pemanfaatan media Internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Jenis Kelamin Pemanfaatan pemasaran tanaman Rendah Sedang Tinggi Total Laki-Laki 0.00 13.30 86.70 100.00 Perempuan 15.00 15.00 70.00 100.00 Pvalue=0.276 Tabel 10 menunjukkan bahwa petani laki-laki termasuk tinggi ( 86,7%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani perempuan juga tinggi (70%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Menurut petani laki-laki dan perempuan, informasi pemasaran sangat dibutuhkan dan berusahatani tanaman hias. Pada sebagian petani lakilaki dan petani perempuan, selain berusahatani tanaman hias juga memiliki sumber mata
57
pencaharian lain. Informasi pemasaran merupakan salah satu informasi penting bagi para petani. Petani yang mata pencaharian pokoknya bersumber dari tanaman hias, mengibaratkan informasi pemasaran sebagai informasi pokok dalam keseharian mereka. Informasi pemasaran yang benar dan akurat dapat membantu petani baik perempuan maupun laki-laki bekerjasama dalam pemasaran dengan petani lainnya. Hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Jenis kelamin petani pada penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Petani perempuan jumlahnya lebih banyak dari petani laki-laki. Menurut salah seorang petani perempuan, pilihan berusahatani tanaman hias karena sesuai dengan minat dan kesukaannya akan bunga, keindahan, warna dan waktu serta teknik pemeliharaannya yang cenderung mudah. Tabel 11 Persentase petani menurut jenis kelamin dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan jenis tanaman hias Jenis Kelamin Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Sedang Tinggi Total Laki-Laki 6.70 93.30 100.00 Perempuan 20.00 80.00 100.00 Pvalue=0.265 Tabel 11 menunjukkan bahwa petani laki-laki dan petani perempuan pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. adalah tinggi. Informasi teknik budidaya dan pemilihan jenis tanaman hias pada petani perempuan menjadi informasi penting. Pada petani laki-laki informasi pemasaran merupakan informasi yang harus diketahui pertama kali. Petani laki-laki yang memiliki lebih dari satu sumber mata pencaharian dan petani laki-laki yang murni berpenghasilan dari pertanian tanaman hias, sama-sama tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan pendidikan formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Pendidikan petani pada penelitian ini didominasi berpendidikan rendah (SMA). Tingkat pendidikan petani tanaman hias di Kota Bogor cenderung beribueda dengan petani padi dan petani sayuran pada umumnya. Pada petani tanaman hias, pendidikan rendah berada pada tingkat SMA. Hubungan pendidikan formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pendidikan formal petani tanaman hias sebagian besar berada pada tingkat kategori pendidikan rendah (SMA) dengan pemanfaatan media internet yang tinggi sebagai sumber informasi. Di bawah ini ditampilkan data hubungan pendidikan formal
58
dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Tabel 12 Persentase petani menurut pendidikan formal dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya Pendidikan Formal Pemanfaatan teknik budidaya Rendah Tinggi Total SMA 0.00 100.00 100.00 Diploma 0.00 100.00 100.00 Sarjana 0.00 100.00 100.00 Pascasarjana 25.00 75.00 100.00 Pvalue=0.099 Tabel 12 menunjukkan petani berpendidikan formal SMA, Diploma dan Sarjana, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi (100%). Petani berpendidikan formal Pascasarjana juga tinggi (75%), pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan petani, maka semakin rendah pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hal ini disebabkan petani dengan pendidikan formal Pascasarjana juga memanfaatkan media massa lain seperti buku dan majalah. Selain itu, petani tanaman hias berpendidikan Pascasarjana cenderung lebih memilih memanfaatkan informasi berdasarkan pengalaman yang diperolehnya langsung. Menurut salah seorang petani berpendidikan Pascasarjana, informasi yang ada di media internet tidak selalu sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Terkadang informasi yang ada di media internet ditulis oleh individu atau pihak yang bukan pelaku usahatani tanaman hias. Selain itu petani tanaman hias kategori usia tua juga memesan buku tentang teknik budidaya dari luar negeri untuk menambah informasi dan untuk mengetahui jenis tanaman hias baru yang mungkin untuk dikembangkan di Indonesia, khususnya di Bogor sesuai dengan tempat tinggal dan lokasi pertaniannya. Hasil olah data dengan rank Spearman menunjukkan, pendidikan formal petani tanaman hias tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani berpendidikan Pascasarjanna pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi lebih rendah daripada petani berpendidikan SMA Hubungan pendidikan formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Informasi pemasaran merupakan informasi penting yang sangat dibutuhkan petani tanaman hias. Meningkatnya permintaan tanaman hias di beberapa wilayah di Indonesia memberikan peluang kesempatan bagi para petani tanaman hias untuk mengembangkan usaha pertanian tanaman hias dengan lebih baik. Informasi pemasaran dibutuhkan oleh petani di semua kategori pendidikan. Hal ini terlihat pada Tabel 13 di bawah ini.
59
Tabel 13 Persentase petani menurut pendidikan formal dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Pendidikan Formal Pemanfaatan pemasaran tanaman Rendah Sedang Tinggi Total SMA 5.90 5.90 88.20 100.00 Diploma Sarjana Pascasarjana Pvalue=0.091
20.00 0.00 25.00
0.00 33.33 25.00
80.00 66.67 50.00
100.00 100.00 100.00
Tabel 13 memperlihatkan petani berpendidikan formal SMA (88,2%) tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani berpendidikan formal Diploma sebanyak 80%, tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani berpendidikan formal Sarjana sebanyak 66,7% tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani berpendidikan formal Pascasarjana sebanyak 50 % juga tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi. Tingginya pemanfaatan media internet sebagai saumber informasi oleh petani disebabkan adanya kesadaran petani untuk mengetahui kondisi pasar tanaman hias. Untuk mendapatkan informasi pasar tanaman hias, petani menggunakan media internet untuk berkomunikasi dengan teman melalui mailinglist dan jejaring sosial. Untuk transaksi pembelian, para petani cenderung lebih menyukai pembeli datang langsung. Apabila akan bertransaksi jual beli melalui media internet, biasanya antara penjual dan pembeli sudah saling mengenal sebelumnya dan sudah teribuangun rasa saling percaya. Hasil olah data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal tinggi (Pascasarjana) tidak diikuti dengan tingginya pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Hal ini disebabkan petani dengan tingkat pendidikan formal tinggi memiliki beragam pertimbangan sebelum memutuskan menerima atau menolak informasi mengenai pemasaran tanaman hias yang diperoleh dari media internet. Selain itu petani tanaman hias berpendidikan Pascasarjana juga sudah memiliki pelanggan. Berikut salah satu pernyataan petani dengan tingkat pendidikan formal Pascasarjana: “…Saya sering mendapat informasi tentang tanaman hias termasuk pemasaran . Tapi, informasinya harus saya pertimbangkan kembali. Saya lebih memilih pembeli datang langsung ketimbang memesan lewat internet.”. (Bapak Ksm, 67 tahun) Hubungan pendidikan formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Dalam memilih jenis tanaman hias yang akan ditanam, petani berpendidikan rendah, sedang dan tinggi mempertimbangkan beberapa hal seperti, peluang pengembangan jenis tanaman hias tertentu di masa depan, kemampuan pemeliharaan, peluang pasar dan kesesuaian dengan lingkungan hidup tanaman.
60
Tabel 14
Persentase petani menurut pendidikan formal dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Pendidikan Formal Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Sedang Tinggi Total SMA 5.90 94.10 100.00 Diploma 20.00 80.00 100.00 Sarjana 22.20 77.80 100.00 Pascasarjana 25.00 75.00 100.00 Pvalue=0.183 Tabel 14 menyajikan data persentase hubungan tingkat pendidikan formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan bahwa pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi oleh petani adalah tinggi. Petani berpendidikan formal SMA (94,1%); petani berpendidikan Diploma (80%); petani berpendidikan Sarjana (77,8%) dan petani berpendidikan Pascasarjana (75%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal petani tanaman hias tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Walaupun memiliki tingkat pendidikan formal beribueda, petani sama-sama memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Hal ini dilakukan petani karena kemudahan mengakses media internet dan kelengkapan informasi yang ada di media internet dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Hubungan pendidikan non formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Sumber informasi yang dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan petani sangat bermanfaat untuk pengembangan pertanian tanaman hias. Petani akan mencari dan mengaplikasikan informasi yang diperolehnya dalam mengelola pertanian tanaman hias. Informasi yang dibutuhkan petani diantaranya tentang teknik budidaya. Petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal seperti kursus, workshop, dan seminar berusaha meningkatkan keterampilannya dengan belajar melalui informasi di media internet. Hubungan pendidikan non formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pendidikan non formal merupakan pendidikan di luar tingkatan formal, seperti kursus dan pelatihan. Pelaksanaan pendidikan non formal bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam mengembangkan usaha pertanian tanaman hias. Selain itu pendidikan non formal juga bertujuan memberikan informasi penunjang tentang usahatani tanaman hias. Pelatihan, seminar, workshop atau kegiatan sejenis lainnya sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani. Pelatihan yang penyajian materinya disampaikan secara dua arah akan lebih efektif untuk diakomodir oleh petani di lapangan dibandingkan pelatihan yang diberikan secara satu arah.
61
Tabel 15 Persentase petani menurut pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pendidikan non Formal Pemanfaatan teknik Budidaya Rendah Tinggi Total Tidak Pernah 0.00 100.00 100.00 Pernah 4.80 95.20 100.00 Pvalue=0.422 Tabel 15 memperlihatkan petani yang pernah mendapatkan pendidikan non formal (seminar, workshop, pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Daerah dan Pusat) adalah tinggi (95,2%) pemanfaatan media internetnya. Sedangkan responden yang tidak pernah mendapatkan pendidikan non formal juga tinggi (100%) pemanfaatan media internetnya. Hal ini disebabkan petani mendapatkan informasi yang diharapkan dari media internet. Petani berpendapat walaupun tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, mereka tetap dapat memperoleh informasi di media internet dan dapat dipraktekkan langsung. Petani yang tidak pernah mengiku Hasil olah data menunjukkan bahwa petani yang pernah atau tidak pernah mengikuti pendidikan non formal pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi adalah tinggi. Petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, seminar dan workshop akan meningkatkan keterampilannya dengan mencari informasi berupa teknik budidaya dan informasi lainnya di media internet dan mempraktekkannya langsung di lahan pertaniannya. Petani yang pernah mengikuti pendidikan non formal juga melakukan hal yang sama dengan tujuan untuk lebih meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Hubungan pendidikan non formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Pendidikan non formal berguna untuk meningkatkan keterampilan petani tanaman hias dalam mengembangkan usahataninya. Petani yang pernah mengikuti pendidikan non formal akan mempraktekkan keterampilan yang diperolehnya dalam pelatihan, kursus atau lainnya untuk pengelolaan dan pengembangan usaha pertaniannya. Tabel 16
Persentase petani menurut pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Pendidikan non Formal Rendah Sedang Tinggi Total Tidak Pernah 7.10 14.30 78.60 100.00 Pernah 9.50 14.30 76.20 100.00 Pvalue=0.857
Data menunjukkan petani yang pernah mendapatkan pendidikan non formal (seminar, workshop, pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Daerah dan Pusat) tinggi (76,2%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang tidak pernah mendapatkan pendidikan non formal juga tinggi
62
(78,6%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hasil olah data menunjukkan bahwa petani yang pernah atau tidak pernah mengikuti pendidikan non formal sama-sama tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Informasi pemasaran merupakan informasi penting bagi petani. Biasanya, saat mengakses media internet, petani selalu mencari informasi tentang peluang pemasaran dan harga tanaman hias terlebih dahulu. Setelah mendapatkan informasi tentang harga dan kondisi pasar tanaman hias, barulah petani mencari informasi lainnya. Menurut petani, saat menggunakan media internet petani akan selalu mencari informasi pasar. Sedangkan informasi yang bukan harga pasar belum tentu akan dicari setiap menggunakan media internet. Informasi pemasaran juga bermanfaat untuk membantu petani dalam menentukan jenis tanaman yang mungkin di tanam di lahan pertaniannya. Peluang pasar yang baik terhadap suatu jenis tanaman akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk menanam satu atau lebih jenis tanaman hias tertentu. Kemampuan petani dalam mengembangkan dan membudidayakan varietas tanaman hias jenis baru diperoleh melalui pelatihan dan kursus serta perolehan informasi dari media internet dengan memanfaatkan beberapa fasilitas informasi yang ada di media internet.
Hubungan pendidikan non formal dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Informasi pemasaran bermanfaat untuk membantu petani dalam menentukan jenis tanaman yang mungkin di tanam di lahan pertaniannya. Peluang pasar yang baik terhadap suatu jenis tanaman akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk menanam satu atau lebih jenis tanaman hias tertentu. Tabel 17
Persentase petani menurut pendidikan non formal dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Pendidikan non formal Sedang Tinggi Total Tidak pernah 7.10 92.90 100.00 Pernah 19.00 81.00 100.00 Pvalue=0.399 Tabel 17 menunjukkan petani yang pernah mendapatkan pendidikan non formal (seminar, workshop, pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Daerah dan Pusat) dan yang tidak pernah mendapatkan pendidikan non formal, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi adalah tinggi. Petani yang pernah atau tidak pernah mendapatkan dan mengikuti pendidikan non formal memanfaatkan media internet secara maksimal sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hal ini disebabkan petani mendapatkan informasi pemilihan jenis tanaman hias yang dibutuhkan dari media internet. Pernah atau tidaknya petani mengikuti pendidikan non formal tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias.
63
Hubungan pengalaman berusahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Pengalaman merupakan salah satu penunjang keberhasilan petani tanaman hias. Pengalaman berusahatani memberikan nilai tambah bagi petani dalam mengembangkan usahataniannya. Pengalaman yang beragam menjadikan petani lebih mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Petani yang sangat berpengalaman cenderung membuka diri untuk beribuagi informasi baru tentang pengembangan usahataninya pada petani berpengalaman dan cukup berpengalaman. Sebaliknya, petani sangat berpengalaman juga membuka diri untuk mendapatkan informasi teribuaru dari petani berpengalaman dan cukup berpengalaman. Pengalaman yang dimiliki petani tanaman hias dalam mengembangkan usahataninya terkadang beribueda. Adanya peribuedaan ini disebabkan karena peribuedaan jenis tanaman hias yang dikembangkan serta peribuedaan waktu memulai usahatani, modal yang dimiliki dan cara pemasaran yang dilakukan. Hubungan pengalaman berusahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 18
Persentase petani menurut pengalaman berusahatani dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi untuk teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Pengalaman berusahatani Rendah Tinggi Total Cukup berpengalaman 00.00 100.00 100.00 Berpengalaman 00.00 100.00 100.00 Sangat berpengalaman 50.00 50.00 100.00 Pvalue=0.064 Hasil olah data pada Tabel 18 memperlihatkan bahwa, petani yang cukup berpengalaman, berpengalaman dan sangat berpengalaman pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi. Petani sangat berpengalaman selain memanfaatkan media internet juga menjadikan pengalaman yang telah dimiliki sebagai sumber informasi. Menurut petani sangat berpengalaman, informasi yang ada di media internet tidak selalu benar. Hal ini disebabkan terkadang informasi yang ada di media internet hanya berisi rangkuman dari buku dan bukan berdasarkan pengalaman langsung. Berikut salah satu pernyataan petani sangat berpengalaman: “…Saya pernah beberapa kali membaca informasi di media internet tentang tanaman hias. Informasinya tidak sesuai dengan yang saya alami. Kelihatannya, yang menulis itu hanya merangkum dari buku dan dia belum menerapkan langsung informasi yang ditulis….” (Ibu HD 52 tahun)
64
Hubungan pengalaman berusahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Pengalaman berusahatani merupakan nilai tambah bagi petani dalam memasarkan produknya. Petani berpengalaman cenderung sudah memiliki pelanggan yang akan datang langsung ke lahan pertanian untuk membeli produk tanaman hias. Pelanggan yang datang langsung merasa lebih leluasa memilih dan bertanya tentang tanaman hias yang akan dibelinya. Selain itu, komunikasi antara penjual dan pembeli dapat terjalin lebih teribuuka. Tabel 19 Persentase petani menurut pengalaman berusahatani dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Pengalaman berusahatani Pemanfaatan pemasaran tanaman Rendah Sedang Tinggi Total Cukup berpengalaman 0.00 6.70 93.30 100.00 Berpengalaman 11.10 16.70 72.20 100.00 Sangat berpengalaman 50.00 50.00 0.00 100.00 Pvalue=0.009** Tabel 19 menunjukkan petani yang cukup berpengalaman dan petani yang berpengalaman adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Sedangkan petani yang sangat berpengalaman pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias lebih rendah dari petani yang cukup berpengalaman dan petani yang berpengalaman. Petani yang berpengalaman juga memanfaatkan media internet untuk pemasaran dengan pembeli atau sesama petani tanaman hias lain. Petani sangat berpengalaman telah memiliki langganan untuk membeli produk tanaman hiasnya dan telah bekerjasama lama dengan petani lain. Menurut petani yang cukup berpengalaman, kerjasama jual beli melalui media internet yang selama ini dijalani membantu kelancaran pemasaran produk tanaman hiasnya. Promosi yang dilakukan di media internet membantu dan mempermudah pemasaran hasil produknya. Berikut pernyataan salah seorang petani sangat berpengalaman tentang keuntungan promosi melalui media internet: “Saya memasarkan produk tanaman hias lewat internet. Cara ini mempermudah saya memperkenalkan florist sejak beberapa tahun lalu. Pemasaran di internet telah memperkenalkan florist saya pada banyak orang di seluruh Indonesia.”. (Pak AG 55 tahun)
65
Hubungan pengalaman dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 20 Persentase petani menurut pengalaman berusahatani tanaman hias dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Pengalaman berusahatani Sedang Tinggi Total Cukup berpengalaman 6. 70 93.30 100.00 Berpengalaman 16.70 83.30 100.00 Sangat berpengalaman 50.00 50.00 100.00 Pvalue=0.17 Petani yang cukup berpengalaman, petani yang berpengalaman dan petani yang sangat berpengalaman adalah tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Pada petani dewasa pemanfaatan media internet yang tinggi juga diimbangi dengan mencari informasi dari sesama teman petani tanaman hias dan juga membaca informasi tanaman hias dari media cetak dan buku tentang tanaman hias. Petani tua cenderung lebih berpengalaman dalam melakukan kerja berusahatani tanaman hias. Selain itu, petani tua pernah mengalami beberapa permasalahan seperti bagaimana mengatasi masalah hama pada tanaman anggrek. Informasi yang diakses dari internet setelah diuji cobakan ternyata tidak berhasil. Petani berusia tua lalu berdiskusi dengan petani tanaman hias Anggrek dari daerah lain yang pernah mengalami masalah yang sama. Petani dari luar Bogor tersebut lalu membagi pengalamannya dengan petani tua. Setelah diujicobakan, barulah teknik budidaya tanaman Anggrek dapat berhasil. Hubungan luas lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Luas lahan merupakan besarnya lahan yang dipergunakan petani untuk berusahatani tanaman hias. Petani yang memiliki lahan lebih dari 600m2 cenderung menanam lebih banyak tanaman dengan ragam jenis yang lebih banyak juga. Hubungan luas lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 21 Persentase petani menurut luas lahan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Luas lahan Total Rendah Tinggi <300m2 0.00 100.00 100.00 300-600m2 7.10 92.90 100.00 2 >600m 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.56
66
Tabel 21 menunjukkan petani dengan luas lahan <300m2 (sempit), 300-600m2 (sedang) dan >600m2 (luas) adalah tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Tingginya pemanfaatan petani terhadap media internet disebabkan oleh ketersediaan informasi sesuai dengan kebutuhan petani. Selain itu, informasi yang tersedia juga dilengkapi dengan gambar dan photo sehingga mempermudah untuk diaktualisasikan di lahan pertaniannya. Petani dengan luas lahan <300m2 dalam merngurus lahan pertaniannya cenderung membutuhkan waktu lebih singkat di lahan pertaniannya. Sedangkan petani dengan luas lahan yang lebih besar membutuhkan waktu lebih panjang untuk merawat, mengurus dan mengawasi tanaman hias di lahan pertaniannya. Meskipun petani memiliki karyawan yang membantu perawatan dan pemeliharaan tanaman hiasnya, petani tetap melakukan pengawasan. Biasanya setelah mengurus tanaman hiasnya petani akan beristirahat. Pada waktu istirahatnya petani akan mengakses internet. Hubungan luas lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Persentase petani menurut luas lahan dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Luas lahan Total Rendah Sedang Tinggi <300m2 12.50 6.20 81.20 100.00 2 300-600m 7.10 21.40 71.40 100.00 >600m2 0.00 20.00 80.00 100.00 Pvalue=0.845
Tabel 22
Petani dengan luas lahan <300m2 (sempit), 300-600m2 (sedang) dan >600m2 (luas) adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Informasi pemasaran merupakan informasi pokok yang wajib untuk diketahui petani setiap hari. Apabila telah mendapatkan informasi pemasaran dari media internet, petani juga berdiskusi dengan sesama petani melalui jejaring sosial atau bertelepon. Petani mengakses informasi pemasaran di media internet setelah selesai mengurus tanaman hiasnya. Harga jual suatu jenis tanaman hias diantara setiap petani dapat beribueda. Hal ini sudah menjadi kesepakatan diantara para petani. Apabila petani di wilayah Pamoyanan dapat menjual jenis Draicena lebih tinggi dari petani di wilayah Jalan Semeru, hal ini tidaklah menjadi suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang petani sebagai berikut: “Kalau di tempat saya harga bromelia bisa lebih mahal dari di tempat lain itu gak jadi masalah. Berarti, itu rejeki saya. Tapi, bisa aja lain waktu jenis tanaman beribueda harganya lebih mahal di tempat lain ketimbang di tempat saya…” (Ibu Hps 43 tahun)
67
Hubungan luas lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Luas lahan merupakan modal penting bagi petani. Lahan yang luas akan mampu menghasilkan produk lebih banyak dari pada yang berlahan sempit. Dalam mengelola lahan pertaniannya petani dapat menanam lebih dari satu jenis tanaman hias. Tabel 23
Persentase petani menurut luas lahan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Luas lahan Total Sedang Tinggi <300m2 18.80 81.20 100.00 300-600m2 14.30 85.70 100.00 2 >600m 0.00 100.00 100.00 value=0.375
Tabel 23 menunjukkan petani dengan luas lahan <300m2 (sempit), 300-600m2 (sedang) dan >600m2 (luas) adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Dalam memutuskan jenis tanaman yang akan ditanam, petani akan mencari informasi dari media internet. Selain itu, petani juga akan mempertimbangkan lebih dahulu dari berbagai aspek dan peluang pasar. Hal-hal yang menjadi pertimbangan diantaranya, luas lahan, kemudahan pemeliharaan, cuaca dan peluang pasar. Setelah melalui pertimbangan barulah petani akan memutuskan jenis tanaman yang tepat untuk ditanam.
Hubungan status kepemilikan lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Status kepemilikan lahan dalam penelitian ini teribuagi menjadi empat kategori, yaitu dipinjamkan, bagi hasil, sewa dan milik sendiri. Petani dengan status kepemilikan lahan bagi hasil harus mendiskusikan jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam dengan pemilik lahan. Setelah tercapai kesepakatan barulah dimulai kerja usahatani. Sedangkan petani yang lahannya milik sendiri memiliki kuasa penuh untuk memutuskan jenis tanaman yang akan ditanam. Petani dengan status kepemilikan lahan sebagai milik sendiri akan mendapatkan keseluruhan keuntungan dari usahataninya. Namun, apabila mengalami kerugian, petani akan menanggung sendiri kerugiannya.
Hubungan status kepemilikan lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Status kepemilikan lahan akan memberikan kebebasan pada petani dalam menentukan jenis tanaman hias yang akan ditanam. Status kepemilikan lahan milik sendiri akan menjadikan petani lebih leluasa dalam menentukan produk tanaman hias yang akan dibudidayakan. Status kepemilikan lahan merupakan status kepemilikan lahan yang dipergunakan petani untuk berusahatani tanaman hias.
68
Status kepemilikan lahan juga menunjukkan kedudukan petani dalam kehidupannya sebagai mahluk sosial. Petani yang status kepemilikan lahannya milik sendiri dapat membudidayakan segala jenis tanaman hias di tanah pertaniannya. Petani dengan status kepemilikan lahan bagi hasil juga dapat menanam jenis tanaman sesuai yang dikehendaki petani. Tabel 24
Persentase petani menurut status kepemilikan lahan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budi daya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Status kepemilikan lahan Total Rendah Tinggi Dipinjamkan 0.00 100.00 100.00 Bagi hasil 0.00 100.00 100.00 Sewa 0.00 100.00 100.00 Milik sendiri 7.10 92.90 100.00 Pvalue=0.275 Tabel 24 menunjukkan petani yang status kepemilikan lahannya dipinjamkan, bagi hasil, sewa dan milik sendiri adalah tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hasil olah data memperlihatkan bahwa status kepemilikan lahan tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya. Hal ini menunjukkan bahwa petani dengan status kepemilikan lahan yang berbeda-beda tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan status kepemilikan lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 25
Persentase petani menurut status kepemilikan lahan dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Status kepemilikan lahan Total Rendah Sedang Tinggi Dipinjamkan 16.70 8.30 75.00 100.00 Bagi hasil 0.00 100.00 0.00 100.00 Sewa 0.00 25.00 75.00 100.00 Milik sendiri 97.10 7.10 85.70 100.00 Pvalue=0.399 Tabel 25 menunjukkan petani yang status kepemilikan lahannya dipinjamkan, bagi hasil, sewa dan milik sendiri, tingkat pemanfaatan media internetnya adalah tinggi. Petani dengan status kepemilikan lahan sebagai sewa memiliki kewajiban membayar sewa atas lahan yang dipergunakan untuk usahataninya. Artinya, status kepemilikan lahan tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani di setiap kategori status kepemilikan lahan akan beribuagi informasi melalui media internet tentang harga pasar dan kebutuhan tanaman hias. Namun, petani tidak menetapkan kesaam harga terhadap produk tanaman hiasnya. Dalam pemasaran produknya, petani dapat leluasa menentukan harga jual.
69
Hubungan status kepemilikan lahan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Dalam menentukan pilihan jenis tanaman hias ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar keputusan petani. Diantaranya permintaan pasar, kondisi alam dan lingkungan yang memungkinkan untuk ditanami suatu jenis tanaman tertentu. Tabel 26 Persentase petani menurut status kepemilikan lahan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Status kepemilikan lahan Total Sedang Tinggi Dipinjamkan 16.70 83.30 100.00 Bagi hasil 0.00 100.00 100.00 Sewa 0.00 100.00 100.00 Milik sendiri 21.40 78.60 100.00 Pvalue=0.677 Tabel 26 menunjukkan petani yang status kepemilikan lahannya dipinjamkan tinggi (83,3%) pemanfaatan media internetnya. Petani yang status kepemilikan lahannya bagi hasil ataupun sewa, tinggi (100%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang status kepemilikan lahannya milik sendiri juga tinggi (78,6%) pemanfaatan media internetnya. Berdasarkan hasil olah data menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan skala usahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Skala usahatani merupakan ukuran atau besaran usahatani tanaman hias dari setiap petani. Skala usahatani teribuagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah dengan penghasilan dari usahatani tanaman hias <600 ribu rupiah/bulan (rendah); 600ribu-1juta rupiah/bulan (sedang); lebih dari 1 juta rupiah /bulan (tinggi). Hubungan skala usahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 27 Persentase responden menurut skala usahatani dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Skala usahatani Total Rendah Tinggi < 600 ribu rupiah/bulan 0.00 100.00 100.00 600ribu – 1juta rupiah/bulan 0.00 100.00 100.00 > 1juta rupiah rupiah/bulan 14.30 85.70 100.00 Pvalue=0.115
70
Tabel 27 memperlihatkan petani dengan penghasilan <600ribu rupiah per bulan (rendah), petani dengan penghasilan 600ribu-1juta peribuulan (sedang) dan petani dengan penghasilan >1juta per bulan (tinggi) adalah tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani dengan penghasilan <600ribu rupiah/bulan cenderung akan menanam jenis tanaman hias yang mudah perawatannya dan tidak membutuhkan modal besar untuk menjalankan usahataninya. Petani dengan penghasilan 600ribu-1juta rupiah/bulan (sedang) cenderung akan menanam jenis tanaman hias yang mudah perawatannya dan disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki. Petani dengan penghasilan >1 juta akan menanam lebih banyak jenis tanaman ketimbang petani dengan penghasilan yang lebih rendah. Namun, petani dengan penghasilan >1 juta rupiah/bulan (tinggi) juga akan menanam jenis tanaman yang sama dengan petani lainnya. Berdasarkan hasil olah data dengan rank Spearman diperoleh nilai P value 0.115. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa skala usahatani tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan skala usahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 28 Persentase petani menurut skala usahatani dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Skala usahatani Total Rendah Sedang Tinggi < 600 ribu rupiah (rendah) 9.50 9.50 81.00 100.00 600ribu – 1juta rupiah 0.00 28.60 71.40 100.00 (sedang) 14.30 14.30 71.40 100.00 > 1juta rupiah (tinggi) value=0.577 Tabel 28 menunjukkan petani yang skala usahataninya <600 ribu rupiah/ bulan, 600ribu-1 juta rupiah / bulan dan >1 juta rupiah /bulan adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani di setiap kategori skala usahatani saling beribuagi informasi harga pasar. Persaingan harga dirasakan petani sebagai suatu hal yang wajar. Peluang pasar juga dapat diperoleh dengan mengikuti pameran tanaman hias. Apabila mendapatkan informasi pameran para petani akan beribuagi informasi. Petani berskala usahatani rendah dan sedang akan bekerja sama dalam menyewa tempat dan penyediaan tanamaan hias. Selanjutnya keuntungan yang diperoleh dari pameran akan dibagi rata pada setiap petani dalam satu kelompok yang sama. Kerjasama pemasaran ini dilakukan karena biasanya harga sewa tempat pameran cukup tinggi. Petani dengan skala usahatani tinggi juga sesekali mengikuti pameran secara individu ataupun berkelompok dengan petani lain dalam satu organisasi. Petani berskala usahatani tinggi memiliki kemampuan menyewa tempat pameran secara individu. Petani berskala usahatani tinggi terkadang juga bekerja sama dengan petani berskala usahatani rendah dan sedang untuk pengadaan tanaman hias di tempat pameran.
71
Pemasaran melalui pameran dilakukan petani karena biasanya harga jual tanaman hias di pameran dapat lebih tinggi dua sampai tiga kali lipat. Namun, lokasi penyelenggaraan pameran juga menentukan banyaknya pembeli. Selain itu, kemampuan petani berkomunikasi dalam memasarkan produk tanaman hiasnya berpengaruh besar pada peningkatan penghasilan. Kemampuan menata tempat pameran sehingga menjadi menarik dipandang mata juga berpengaruh pada peningkatan penjualan. Selain itu, banyaknya jenis tanaman yang tersedia di tempat pameran akan memberi nilai tambah bagi peningkatan penghasilan. Tanaman hias jenis baru biasanya lebih menarik bagi pengunjung sehingga harga jualnya dapat lebih mahal. Berikut pernyataan petani salah seorang petani. “Kita suka ikut pameran. Tapi harus selektif lihat lokasinya yang strategis supaya omzet bagus. ....kalo pameran suka barengan sama yang lain supaya bayar sewa tempatnya dibagi-bagi jadi gak kemahalan. Kalo mau tempat kita didatangin banyak pembeli, majang tanaman hiasnya harus bagus dan enak dilihat. Supaya orang tertarik kita harus punya tanaman hias jenis baru ”. (Bapak UD 40 tahun). Hubungan skala usahatani dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 29 Persentase petani menurut skala usahatani dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Skala usahatani Total Sedang Tinggi < 600 ribu rupiah (rendah) 19.00 81.00 100.00 600ribu – 1juta rupiah 0.00 100.00 100.00 (sedang) 14.30 85.70 100.00 > 1juta rupiah (tinggi) value=0.46 Tabel 29 menunjukkan petani berskala usahatani <600ribu rupiah (rendah), 600ribu-1juta rupiah (sedang) dan >1 juta rupiah (tinggi) adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Tingginya pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias disebabkan oleh kebutuhan petani terhadap informasi pemilihan jenis tanaman hias. Berdasarkan hasil olah data dengan rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa skala usahatani tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan alasan berusahatani tanaman hias dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Petani memiliki beberapa alasan saat memutuskan untuk berusahatani tanaman hias. Dalam penelitian ini alasan petani dibagi menjadi tiga, yaitu alasan untuk usaha, ikut teman dan sebagai hobi. Petani yang memutuskan berusahatani tanaman hias untuk usaha sebanyak 22 orang. Petani yang memutuskan berusahatani tanaman hias karena
72
ikut teman sebanyak 3 orang. Sedangkan petani yang memutuskan berusahatani tanaman hias untuk hobi sebanyak 10 orang. Hubungan alasan berusahatani tanaman hias dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 30 Persentase petani menurut alasan berusahatani tanaman hias dan pemanfaatan media internet untuk teknikbudidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Alasan Total Rendah Tinggi Usaha 0.00 100.00 100.00 Ikut teman 0.00 100.00 100.00 Hobi Pvalue=0.276
10.00
90.00
100.00
Tabel 30 menunjukkan petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan untuk usaha dan karena ikut teman, serta petani yang memiliki alasan berusahatani sebagai hobi adalah tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Informasi tentang teknik budidaya tanaman hias bagi para petani penting untuk diketahui. Petani dengan alasan usaha memerlukan informasi untuk diterapkan di lahan usahataninya secara maksimal. Petani dengan alasan ikut teman selain mendapatkan informasi dari media internet juga akan bertanya dan melihat langsung praktek budidaya suatu jenis tanaman hias tertentu yang dilakukan temannya. Sedangkan petani yang beralasan untuk hobi sejak awal telah mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari internet dalam memperibuanyak tanaman hiasnya serta untuk menciptakan varietas baru. Hasil olah data menunjukkan bahwa alasan berusahatani tanaman hias tidak berhubungan dengan tingkat pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan alasan berusahatani tanaman hias dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 31 Persentase responden menurut alasan berusahatani tanaman hias dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Alasan Pemanfaatan pemasaran tanaman Rendah Sedang Tinggi Total Usaha 9.10 13.60 77.30 100.00 Ikut ieman 0.00 0.00 100.00 100.00 Hobi 10.00 20.00 70.00 100.00 Pvalue=0.875 Tabel 31 memperlihatkan petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan untuk usaha, tinggi (77,3%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan ikut teman tinggi (100%) pemanfaatan media internetnya. Petani yang
73
mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan sebagai hobi tinggi (70%) pemanfaatan media internetnya. Petani dengan alasan usaha, ikut teman dan hobi membutuhkan informasi pemasaran untuk menjual produk tanaman hiasnya. Petani dengan alasan usaha dan ikut teman cenderung menjual produknya dalam jumlah banyak sesuai pesanan pembeli. Sedangkan petani dengan alasan hobi menjual produknya dalam jumlah kecil. Petani dengan alasan hobi biasanya akan menciptakan jenis tanaman hias baru yang diperoleh dari hasil persilangan. Hasil olah data yang dilakukan dengan Chi Square menunjukkan bahwa alasan berusahatani tanaman hias tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan alasan berusahatani tanaman hias dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 32 Persentase petani menurut alasan berusahatani tanaman hias dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Alasan Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Sedang Tinggi Total Usaha 9.10 90.90 100.00 Ikut teman 0.00 100.00 100.00 Hobi 30.00 70.00 100.00 P value=0.223 Tabel 32 memperlihatkan petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan untuk usaha, tinggi (90.90%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan ikut teman tinggi (100%) pemanfaatan media internetnya. Petani yang mulai berusahatani tanaman hias dengan alasan hobi tinggi (70%) pemanfaatan media internetnya. Pada awalnya petani dengan alasan ikut teman dalam menentukan pilihan jenis tanaman hias yang akan ditanam memiliki ketergantungan pada teman dalam menjalankan usahataninya. Namun, setelah mendapatkan hasil materi yang memuaskan, secara perlahan petani akan melepaskan ketergantungannya pada teman. Petani akan learning by doing dalam mengelola usahataninya. Dari hasil olah data dengan Chi Square didapatkan nilai 0.223 > 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan alasan berusahatani tanaman hias tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Dalam penelitian ini terdapat lima kategori untuk sumber pembelajaran, yaitu (1). Penyuluh, (2). Ketua organisasi, (3). Teman, (4). Otodidak (belajar sendiri) dan (5). Orang tua. Sumber pembelajaran adalah individu atau lembaga yang dijadikan sumber belajar oleh petani tanaman hias. Petani pada penelitian ini cenderung selain mendapatkan informasi dari media internet juga menjadikan individu lain di luar dirinya sebagai sumber pembelajaran.
74
Petani pada kategori otodidak (belajar sendiri) untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya akan membaca buku, mengamati lahan pertaniannya, melakukan uji coba dan membuat kesimpulan dari pengamatannya. Hubungan sumber pembelajaran dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Tabel 33 Persentase petani menurut sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Sumber pembelajaran Total Rendah Tinggi Penyuluh 0.00 100.00 100.00 Ketua organisasi 0.00 100.00 100.00 Teman 0.00 100.00 100.00 Otodidak 14.30 85.70 100.00 Orang tua 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.39 Tabel 33 menunjukkan petani yang menjadikan penyuluh, ketua organisasi, teman atau orang tua sebagai sumber pembelajaran, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi. Selain melalui media internet, petani juga mendapatkan informasi dari penyelenggaraan pameran di Bogor, luar Bogor ataupun luar negeri. Petani usia tua pernah beberapa kali berkunjung ke Thailand untuk mengetahui varietas tanaman baru. Biasanya, usai melihat pameran, petani akan membeli satu tanaman yang dianggap sebagai varietas baru dan belum ada di Indonesia sebagai indukan. Sampai di Bogor petani lalu membudidayakan dan menjualnya dengan harga lebih mahal. Petani usia tua akan menginformasikan hasil budidaya tanaman jenis baru yang telah dibudidayakan pada sesama petani tanaman hias. Hasil olah data menunjukkan Pvalue=0,39 yang berarti bahwa sumber pembelajaran petani dalam berusahatani tanaman hias tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan sumber pembelajaran dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 34 Persentase responden menurut sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Sumber pembelajaran Total Rendah Sedang Tinggi Penyuluh 0.00 0.00 100.00 100.00 Ketua 0.00 0.00 100.00 100.00 Teman 10.50 15.80 73.70 100.00 Otodidak 14.30 28.60 57.10 100.00 Orang tua 0.00 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.815
75
Tabel 34 menunjukkan petani yang menggunakan penyuluh, ketua organisasi, teman, otodidak dan orang tua sebagai sebagai sumber pembelajaran dalam berusahatani tanaman hias adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani mendapatkan informasi pasar tanaman hias selain dari media internet juga dari petani lain. Ketua Organisasi terkadang juga memberikan informasi tentang peluang pasar dan membantu memperkenalkan calon pembeli pada petani. Dalam pemasaran tanaman hias, apabila seorang petani mendapat pesanan suatu jenis tanaman tertentu dalam jumlah besar, apabila tanaman hias yang dimiliki tidak mencukupi, petani tersebut akan bekerja sama dengan petani lain untuk penyediaan nya. Cara seperti ini sangat bermanfaat karena mencerminkan sikap ekonomi kerakyatan yang merangkul teman sesama pelaku usaha. Hal ini dirasakan sangat membantu di saat petani tidak menmdapatkan pesanan. Dalam bekerja sama dengan teman sesama petani, seorang petani akan mengutamakan kejujuran dan kredibilitas teman yang diajak kerjasama. Petani yang pernah kecewa dengan petani lain yang dianggap tidak profesional cenderung untuk tidak berkerja sama lagi dengan teman tersebut. Hasil olah data menunjukkan bahwa sumber pembelajaran tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani cenderung lebih mempercayai teman sebagai pihak yang layak untuk beribuagi informasi. Hubungan sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 35 Persentase petani menurut sumber pembelajaran dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Sumber pembelajaran Total Sedang Tinggi Penyuluh 0.00 100.00 100.00 Ketua 0.00 100.00 100.00 Teman 15.80 84.20 100.00 Otodidak 28.60 71.40 100.00 Orang Tua 0.00 100.00 100.00 value=0.609 Tabel 35 menunjukkan bahwa petani yang menjadikan penyuluh, ketua organisasi, teman, otodidak dan orang tua sebagai sebagai sumber pembelajaran adalah tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Penentuan jenis tanaman hias yang akan ditanam dilakukan petani dengan mempertimbangkan beberapa hal, termasuk saran dari teman dan orang tua. Penentuan pilihan jenis tanaman hias juga diputuskan berdasarkan permintaan pasar. Salah satu petani telah beberapa kali menanam jenis bambu jepang karena permintaan petani di wilayah beribueda. Meskipun pemanfaatan petani terhadap media internet adalah tinggi. Namun, komunikasi antar personal tetap dilakukan petani. Komunikasi dengan penyuluh, ketua organisasi, teman, dan orang tua juga dianggap penting untuk memperkuat keyakinan dan beribuagi informasi.
76
Petani yang mendapatkan informasi pemasaran dengan belajar sendiri (otodidak) biasanya dilakukan dengan pengamatan, menghadiri pameran, berkunjung ke luar negeri. Hasil olah data menunjukkan bahwa petani yang menjadikan penyuluh, ketua organisasi, teman, belajar sendiri (otodidak) dan orang tua sebagai sumber pembelajaran, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi adalah tinggi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa sumber pembelajaran petani tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Aksesibilitas merupakan akses atau jalan masuk informasi melalui media internet. Aksesibilitas media meliputi kemudahan mendapatkan akses media internet, ketersediaan media internet dan lama penggunaan media internet serta frekuensi penggunaan media internet. Hubungan aksesibilitas media dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 36 Persentase petani menurut aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Aksesibilitas Rendah Sedang Tinggi
Pemanfaatan teknik budidaya Rendah Tinggi 0.00 100.00 0.00 5.60
100.00 94.40
Total 100.00 100.00 100.00
Pvalue=0.363 Tabel 36 memperlihatkan bahwa petani yang beraksesibilitas media rendah, sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya adalah tinggi. Tingginya pemanfaatan petani terhadap media internet disebabkan kesadaran petani untuk mendapatkan informasi tentang tanaman hias. Selain itu juga disebabkan kebutuhan petani terhadap informasi. Hal ini terlihat pada hasil olah data yang menunjukkan bahwa petani beraksesibilitas media rendah, sedang dan tinggi memiliki tingkat pemanfaatan media internet yang juga tinggi sebagai sumber informasi. Kemudahan mengakses media internet menjadi salah satu penyebab petani memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas media tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Berikut hasil wawancara dengan petani tanaman hias: “Saya tidak setiap hari pake internet. Tapi, kalo pas buka internet saya akan mencari informasi tentang tanaman hias sesuai yang saya butuhkan. Kalo pas pake internet, saya akan pake serius dan waktunya cukup lama” (Ibu IN 42 tahun)
77
Hubungan aksesibilitas media dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 37 Persentase petani menurut aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Aksesibilitas Total Rendah Sedang Tinggi Rendah 0.00 0.00 100.00 100.00 Sedang 9.10 18.20 72.70 100.00 Tinggi 11.10 16.70 72.20 100.00 Pvalue=0.293 Tabel 37 memperlihatkan bahwa petani beraksesibilitas media internet rendah sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias adalah tinggi. Tingginya aksesibilitas petani terhadap media internet untuk mendapatkan informasi pemasaran disebabkan kesadaran dan kebutuhan petani pada informasi pasar. Informasi pemasaran merupakan hal sangat penting bagi petani untuk menjual hasil usahataninya. Hal ini tampak pada hasil olah data yang dilakukan dengan penghitungan rank Spearman yang memperlihatkan bahwa aksesibilitas petani tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 38 Persentase responden menurut aksesibilitas media dan pemanfaatan media internet untuk pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Aksesibilitas Total Sedang Tinggi Rendah 0.00 100.00 100.00 Sedang 18.20 81.80 100.00 Tinggi 16.70 83.30 100.00 Pvalue=0.493 Tabel 38 menunjukkan bahwa petani beraksesibilitas media rendah, sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis adalah tinggi. Kepemilikian media internet, kemudahan mengakses, ketersediaan waktu dan frekuensi petani dalam mengakses informasi melalui media internet tidak mempengaruhi petani dalam memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Kesadaran petani untuk mengembangkan usahataninya direalisasikan melalui pencarian informasi tentang tanaman hias melalui media internet. Petani beraksesibilitas media internet rendah, sedang dan tinggi menjadikan media internet sebagai sumber informasi karena informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari media internet. Selain itu, kemampuan petani menggunakan media internet secara mandiri dianggap mempermudah dalam mendapatkan informasi melalui media internet.
78
HUBUNGAN MOTIF DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Motif disebut pula sebagai penyebab seseorang mengeluarkan energi untuk mencapai tujuan dengan cara tertentu yang meliputi beberapa aspek, yaitu: menambah informasi, memperluas wawasan, mengatasi masalah, menambah jaringan komunikasi dan memuaskan rasa ingin tahu. Hubungan motif menambah informasi dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Menambah informasi adalah petani mencari informasi di media internet meskipun saat itu petani tidak memerlukan informasi tersebut. Informasi yang dimaksud dapat merupakan informasi teribuaru ataupun informasi yang bersifat melengkapi informasi yang sudah pernah ada. Data tentang motif penggunaan media internet untuk menambah informasi diperoleh dari petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Secara umum petani memiliki motif tinggi dalam menggunakan media internet untuk menambah informasi tentang teknik budidaya tanaman hias. Persentase petani berdasarkan motif penggunaan media internet untuk menambah informasi teknik budidaya tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Persentase petani menurut motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet untuk teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Motif menambah informasi Total Rendah Tinggi Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 3.00 97.00 100.00 Pvalue=0.81 Motif petani untuk menambah informasi tentang teknik budidaya tanaman hias dari sumber informasi media internet adalah tinggi. Informasi tentang teknik budidaya tanaman hias merupakan hal penting yang perlu diketahui petani untuk mengembangkan usahataninya. Informasi yang ada di media internet biasanya merupakan informasi up to date yang sebelumnya tidak diketahui petani. Dalam mengembangkan pertanian tanaman hias, cukup banyak informasi teribuaru yang disebar luaskan melalui media internet. Motif petani untuk menambah informasi memperluas keingintahuan petani untuk mendapatkan informasi dari website dan digital files dari Indonesia dan dari luar negeri. Data yang ada mendeskripsikan bahwa motif menambah informasi tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias.
79
Hubungan motif menambah informasi dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 40 Persentase responden menurut motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Motif menambah informasi Total Rendah Sedang Tinggi Sedang 0.00 0.00 100.00 100.00 Tinggi 9.10 9.10 81.80 100.00 Pvalue=0.018 Petani yang memiliki motif menambah informasi pada kategori sedang dan tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. adalah tinggi. Tingginya pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran disebabkan kebutuhan dan kesadaran petani akan pentingnya informasi bagi pengembangan usahataninya. Petani yang memiliki website dan melakukan pemasaran dan promosi melalui media internet juga memiliki motif tinggi untuk menambah informasi yang dipergunakan untuk memperibuaharui informasi di websitenya. Menurut petani yang memiliki website, data yang dituliskan di website minimal satu minggu sekali harus diperibuaharui. Untuk memperibuaharui informasi di websitenya harus didahului dengan mencari informasi teribuaru dari media internet, termasuk informasi pasar. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa motif menambah informasi tentang pemasaran tanaman hias tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Hal ini juga tampak pada hasil olah data rank Spearman yang telah dilakukan yang menunjukkan nilai Pvalue 0.018. Hubungan motif menambah informasi dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 41 Persentase petani menurut motif menambah informasi dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Motif menambah informasi Total Sedang Tinggi Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 15.20 84.80 100.00 Pvalue=0.566 Tabel 41 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif menambah informasi tentang pemilihan jenis tanaman hias, pada sedang dan tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi adalah tinggi. Hasil tabulasi silang menunjukkan petani yang memiliki motif menambah informasi sedang dan tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi juga tinggi. Petani akan mengakses media internet dengan motif ingin mengetahui informasi tentang pemilihan jenis tanaman hias. Berdasarkan hasil olah data dapat disimpulkan bahwa motif untuk menambah informasi tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias.
80
Hubungan motif memperluas wawasan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Motif memperluas wawasan merupakan motif petani untuk mengetahui informasi tentang beragam informasi yang sudah lama ada di media internet dan informasi yang teribuaru. Petani yang memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi cenderung memiliki keinginan untuk mengetahui informasi teribuaru setiap saat. Hubungan motif memperluas wawasan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 42 Persentase responden menurut motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Motif memperluas Total wawasan Rendah Tinggi Sedang 12.50 87.50 100.00 Tinggi 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.065 Tabel 42 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif memperluas wawasan pada kategori sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi. Petani yang memiliki motif tinggi menjelaskan bahwa keinginan untuk memperluas wawasan lahir dari kesadaran akan pentingnya informasi. Informasi tentang teknik budidaya bermanfaat sebagai simpanan informasi meskipun saat informasi diakses, petani sedang tidak membutuhkan informasi tersebut. Hasil olah data menunjukkan, pada kategori sedang motif memperluas wawasan angka yang diperoleh adalah 87.50%. Sedangkan pada kategori tinggi motif memperluas wawasan tentang teknik budidaya tanaman hias diperoleh angka 100%. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa motif memperluas wawasan tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan motif memperluas wawasan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 43 Persentase petani menurut motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet untuk pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Motif memperluas wawasan Total Rendah Sedang Tinggi Sedang 12.50 12.50 75.00 100.00 Tinggi 7.40 14.80 77.80 100.00 Pvalue=0.834 Tabel 43 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif sedang dan tinggi untuk memperluas wawasan, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias adalah tinggi. Dalam memanfaatkan media internet, petani
81
akan mengakses informasi pemasaran sekedar untuk diketahui saja. Iinformasi yang diperoleh dari media internet bukan merupakan informasi yang sedang dibutuhkan petani. Petani mengakses informasi tersebut untuk sekedar diketahui dan untuk memperluas wawasan. Apabila suatu waktu petani membutuhkan informasi tersebut, petani sudah memilikinya. Selanjutnya, berdasarkan hasil olah data dengan Rank Spearman dapat disimpulkan bahwa motif memperluas wawasan tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan motif memperluas wawasan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 44 Persentase petani menurut motif memperluas wawasan dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Motif memperluas Wawasan Total Sedang Tinggi Sedang 12.50 87.50 100.00 Tinggi 14.80 85.20 100.00 value=0.874 Tabel 44 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif memperluas wawasan pada kategori sedang adalah tinggi (87,5%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki motif memperluas wawasan pada kategori tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias, juga tinggi (85,2%). Untuk memperluas wawasannya tentang pemilihan jenis tanaman hias, petani cenderung mengakses informasi dari media internet. Saat mengakses informasi, petani akan membuka laman beribuahasa Indonesia dan beribuahasa Inggris. Petani berpendidikan Pascasarjana membuka laman beribuahasa Inggris dan biasanya laman tersebut dikelola oleh individu atau lembaga suatu negara yang pertanian tanaman hiasnya potensial, seperti Inggris dan Belanda. Selanjutnya, informasi yang diperoleh dapat memperluas wawasan petani, khususnya dalam pemilihan jenis tanaman hias. Berdasarkan hasil olah data dapat disimpulkan bahwa motif untuk memperluas wawasan tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan motif memudahkan mengatasi masalah dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya, petani tanaman hias juga menghadapi masalah. Salah satu solusi yang dilakukan petani saat mendapatkan masalah adalah mencari informasi melalui media internet. Petani berpendapat informasi yang diperoleh dari media internet cukup membantu untuk mengatasi masalah. Walaupun tidak semua informasi yang diperoleh dari media internet bermanfaat dalam mengatasi masalah, beberapa informasi yang diperoleh dianggap cukup membantu para petani mengatasi masalah.
82
Hubungan motif memudahkan mengatasi masalah dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 45 Persentase petani menurut motif memudahkan mengatasi masalah dan Pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Motif memudahkan Total mengatasi masalah Rendah Tinggi Rendah 14.30 85.70 100.00 Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.138 Tabel 45 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif rendah, sedang dan tinggi untuk mengatasi masalah, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias adalah tinggi. Petani yang memiliki motif rendah untuk mengatasi masalah pada usahataninya, pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi mencapai (85,7%). Sedangkan pada kategori sedang dan tinggi, pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias mencapai (100%). Tingginya pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya disebabkan petani tanaman hias telah membuktikan keakuratan dan kebenaran informasi yang diperoleh dari media internet. Petani berpendapat bahwa informasi yang ada di media internet menjadi salah satu obat saat mereka menghadapi masalah. Petani mengakui bahwa tidak semua solusi diperoleh dari media internet. Mereka juga bertanya pada sesama petani dan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang yang pernah dihadapi petani diantaranya, cara pemeliharaan yang tepat untuk mengatasi serangan hama pada tanaman Anggrek. Berdasarkan uraian di atas dan hasil olah data dengan Rank Spearman disimpulkan bahwa motif memudahkan mengatasi masalah tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hubungan motif memudahkan mengatasi masalah dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 46 Persentase petani menurut motif memudahkan mengatasi masalah dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Motif memudahkan Total mengatasi masalah Rendah Sedang Tinggi Rendah 14.30 0.00 85.70 100.00 Sedang 7.10 28.60 64.30 100.00 Tinggi 7.10 7.10 85.70 100.00 Pvalue=0.646 Tabel 46 menunjukkan bahwa motif petani untuk mengatasi masalah pada kategori rendah, sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya adalah tinggi. Saat
83
petani mengalami kesulitan dalam pemasaran, petani akan mencari informasi peluang pemasaran dan kerjasama di media internet. Salah seorang petani pernah kesulitan memasarkan tanaman hiasnya karena saat itu permintaan pasar sedang rendah. Petani lalu menghubungi petani lain yang ada di Jawa Tengah. Melalui media internet dengan mengakses facebook, petani mengirimkan photo Anthurium yang dimiliki dan menginformasikan tentang harga dan jumlah yang dimiliki. Selanjutnya, informasi ini dalam dua hari mendapat feedback dari petani yang ada di Jawa Tengah. Setelah tercapai kesepakatan harga, petani lalu mengirimkan tanamannya ke Jawa Tengah melalui jalan darat. Pengemasan yang benar dan strategi pengiriman tanaman yang tepat mampu memuaskan pembeli di Jawa Tengah. Tanaman dapat tiba tepat waktu dalam keadaan segar dan sesuai dengan gambar yang ada di facebook petani saat itu. Selanjutnya, data yang ada yang memperlihatkan bahwa motif untuk mengatasi masalah tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan motif memudahkan mengatasi masalah dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 47 Persentase petani menurut motif memudahkan mengatasi masalah dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Motif memudahkan Total mengatasi masalah Sedang Tinggi Rendah 42.90 57.10 100.00 Sedang 7.10 92.90 100.00 Tinggi 7.10 92.90 100.00 Pvalue=0.076 Tabel 47 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif rendah untuk mengatasi masalah pertanian dan usaha tanaman hias, tinggi (57,1%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki motif sedang untuk mengatasi masalah pertanian dan usaha tanaman hias, tinggi (92.90%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki motif tinggi untuk mengatasi masalah pertanian dan usaha tanaman hias, tinggi (92.90%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Selanjutnya disimpulkan bahwa motif memudahkan mengatasi masalah tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Hubungan motif memperluas jaringan sosial dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Keberadaan media internet bagi para petani tanaman hias sangat membantu dalam mempermudah berkomunikasi dengan sesama petani lainnya yang berada di tempat dan daerah beribueda. Untuk memperluas dan menambah teman untuk bertukar informasi dan bekerja sama, para petani aktif memanfaatkan fasilitas jejaring sosial seperti jejaring Facebook dan Twitter. Hubungan yang dijalin melalui jejaring sosial
84
dianggap cukup efektif dalam bertukar informasi seputar teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Namun, para petani juga menyadari untuk selalu bersikap hati-hati saat berkomunikasi dan berhubungan melalui jejaring sosial. Dampak negatif penggunaan jejaring sosial di dunia maya pernah dialami salah seorang petani. Petani yang pernah membeli suatu jenis tanaman hias pada petani lain dunia melalui media internet. Penawaran dan gambar produk tanaman hias yang dipasarkan melalui internet sangat menarik dan menggoda untuk membeli produk tersebut. Petani lalu membeli produk tersebut dan melakukan pembayaran dengan cara transfer banking. Pada saat tanaman hias pesanannya diantar, petani sangat kecewa karena produk yang dikirim beribueda dan sudah layu. Saat complain pada penjual dengan cara menelpon ternyata nomor telpon tidak dapat dihubungi. Hubungan motif memperluas jaringan sosial dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 48 Persentase petani menurut motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet untuk informasi teknik budidaya tanaman hias Motif jaringan sosial Rendah Sedang Tinggi Pvalue=0.00**
Pemanfaatan teknik budidaya Rendah Tinggi 100.00 0.00 0.00 100.00 100.00 100.00
Total 100.00 100.00 100.00
Tabel 48 menyajikan persentase motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani yang memiliki motif rendah untuk memperluas jaringan sosial, rendah pula (100%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani yang memiliki motif sedang untuk memperluas jaringan sosial, tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani yang memiliki motif tinggi untuk memperluas jaringan sosial tinggi (100%) pula pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Selanjutnya disimpulkan bahwa motif untuk memperluas jaringan sosial berhubungan sangat nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Semakin tinggi motif petani untuk memperluas jaringan sosial maka makin tinggi pula pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani dewasa yang merupakan Ketua PFI melalui akun facebook memperibuaharui informasi tentang teknik budidaya, kondisi pasar dan tanaman varietas baru yang dilengkapi dengan informasi tentang spesifikasi tanaman varietas baru tersebut pada anggota PFI. Pada petani kategori tua ada yang memiliki website untuk tujuan memasarkan produk tanaman hiasnya. Petani yang memiliki website memiliki kreatifitas dalam pemasarannya dengan menciptakan tanaman hias menjalar yang ditanam dengan media sabut. Masyarakat yang tertarik membeli tanaman hias
85
tersebut dapat datang langsung membeli atau melihat ke galeri tanaman hiasnya. Berikut hasil wawancara dengan salah satu petani: “…Saya merasakan banget manfaat dari jaringan sosial untuk mengelola pertanian tanaman hias. Saya punya beberapa teman di luar kota Bogor. Dari mereka saya sering tukeran informasi tentang tanaman hias. Saya pernah mendapat beberapa informasi dari temannya teman saya yang sekarang juga sudah jadi teman saya. Biasanya saya dan dia berkomunikasi lewat facebook ato e-mail. (AAD, 31 tahun) Dalam membentuk jaringan sosial, petani PFI melakukannya dengan berkomunikasi menggunakan akun Facebook, dan mailing list. Melalui Facebook para petani dapat mengakses informasi teribuaru dari sesama teman di PFI ataupun dengan teman lain yang non PFI yang merupakan teman di Facebook. Ketua PFI Bogor intensif memperibuaharui informasi di Facebooknya. Informasi yang disampaikan meliputi informasi tentang kultur jaringan, peluang pasar, teknik budidaya, gambar dan photo serta informasi teribuaru lainnya tentang tanaman hias. Facebook juga menjadi sarana awal petani muda untuk memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Petani muda dalam penelitian ini merupakan generasi yang sangat akrab dengan teknologi komunikasi handphone dan internet. Namun, saat mengakses informasi di internet, mereka akan mengawalinya dengan membuka situs pertemanan seperti Facebook, WhatsApp dan Twitter. Facebook Ketua PFI memiliki tampilan menarik sehingga menjadikan anggota PFI tertarik untuk membaca informasi yang ditampilkan. Selain Facebook, pemanfaatan fasilitas mailinglist juga dilakukan oleh beberapa anggota PFI, yaitu Ketua PFI Bogor dan Sekretaris PFI Bogor. Melalui mailinglist ini, petani dapat berkomunikasi dan berkorim informasi dengan sesama petani PFI Bogor dan PFI cabang lainnya serta PFI pusat. Hubungan motif memperluas jaringan sosial dengan pemanfaatan media nternet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Jaringan sosial merupakan konfigurasi hubungan sosial manusia yang satu dengan lainnya yang akhirnya membentuk satu kesatuan sosial. Jaringan social adalah suatu struktur sosial yang dibentuk antara para aktor, baik individu maupun organisasi yang terhubung dalam beribuagai keakraban sosial seperti nilai, visi, ide, teman dan keturunan. Tabel 49 Persentase petani menurut motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Motif jaringan sosial Total Rendah Sedang Tinggi Rendah 100.00 0.00 0.00 100.00 Sedang 50.00 0.00 50.00 100.00 Tinggi 3.10 15.60 81.20 100.00 Pvalue=0.019
86
Tabel 49 menunjukkan petani yang memiliki motif rendah untuk memperluas jaringan sosial rendah (100%) pula pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang memiliki motif sedang untuk memperluas jaringan sosial, tinggi (50%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang memiliki motif tinggi untuk memperluas jaringan sosial tinggi (81.20%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Selanjutnya disimpulkan bahwa motif untuk memperluas jaringan sosial dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias menunjukkan adanya hubungan nyata. Makin tinggi motif petani untuk memperluas jaringan sosial maka makin tinggi pula pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Berikut hasil wawancara dengan petani tanaman hias: “...Saya suka mencari informasi pemasaran tanaman hias melalui akun Facebook. Saya juga memasang informasi produk yang saya jual di facebook. Dari teman di FB, ada beberapa informasi pemasaran yang saya tindaklanjuti.Saya sering mendapat informasi tentang harga tanaman dan tempat pemasaran tanaman dan tawaran kerjasama dari teman yang disampaikan melalui FB. Informasinya cukup akurat dan bermanfaat. (NB 43 tahun)….” Hubungan motif memperluas jaringan sosial dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 50 Persentase petani menurut motif memperluas jaringan sosial dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman Hias Motif memperluas jaringan Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Total sosial Sedang Tinggi Rendah 100.00 0.00 100.00 Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 12.50 87.50 100.00 Pvalue=0.292 Tabel 50 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif rendah untuk memperluas jaringan sosial, mempunyai tingkat sedang (100%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki motif sedang untuk memperluas jaringan sosial, tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki motif tinggi untuk memperluas jaringan sosial (87,5%) juga tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Berdasarkan hasil olah data dengan rank Spearman diperoleh Pvalue 0.2092. Hasil ini menunjukkan Pvalue >0.01 dan lebih besar juga dari 0.005. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa motif untuk memperluas jaringan sosial tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani dengan motif rendah memiliki tingkat sedang dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Petani dengan motif sedang dan tinggi dalam
87
memperluas jaringan sosial memiliki tingkat pemanfaatan terhadap media internet dalam kategori tinggi. Hubungan motif memuaskan rasa ingin tahu dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Kehadiran media internet dirasakan cukup membantu petani tanaman hias dalam memuaskan rasa ingin tahu terhadap beragam hal baru seputar tanaman hias. Informasi tentang teknik teribuaru budidaya anggrek dapat diketahui secara lengkap dan cukup jelas melalui media internet. Hubungan motif memuaskan rasa ingin tahu dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 51 Persentase petani menurut motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk informasi teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Motif memuaskan rasa Total ingin tahu Rendah Tinggi Rendah 16.70 83.30 100.00 Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 2.90 97.10 100.00 Pvalue=0.108 Tabel 51 menunjukkan bahwa petani dengan motif rasa ingin tahu yang rendah dalam mendapatkan informasi tentang tanaman hias, tinggi (83,3%) dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani yang memiliki motif rasa ingin tahu sedang, tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Petani yang memiliki motif rasa ingin tahu tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tanaman hias, tinggi (97,1%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias. Hasil olah data dengan tabulasi silang menunjukkan bahwa petani dengan motif rasa ingin tahu rendah, sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya juga tinggi. Hal ini disebabkan petani memiliki beragam motif saat memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi. Banyaknya informasi teribuaru menjadi salah satu pendorong keingin tahuan petani terhadap suatu informasi. Dengan motif memuaskan rasa ingin tahunya, petani akan berusaha mencari informasi di media internet untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap informasi tentang teknik budidaya. Salah seorang petani ingin mendapatkan informasi tentang teknik budidaya Anggrek melalui kultur jaringan. Petani tersebut ingin mengetahui lebih banyak tentang kultur jaringan. Setelah browsing di media internet, petani menemukan beberapa artikel yang menjelaskan tentang pengertian dan teknik budidaya dengan kultur jaringan. Apabila informasi yang diperoleh tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan petani, maka petani tersebut merasa terpuaskan rasa ingin tahunya.
88
Hubungan motif memuaskan rasa ingin tahu dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 52 Persentase petani menurut motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemasaran tanaman hias Motif memuaskan rasa ingin Pemanfaatan pemasaran tanaman Total tahu Rendah Sedang Tinggi Rendah 33.30 0.00 66.70 100.00 Sedang 11.10 11.10 77.80 100.00 Tinggi 0.00 20.00 80.00 100.00 Pvalue=0.386 Tabel 52 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif rasa ingin tahu rendah, tinggi (66,7%) pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang memiliki motif rasa ingin tahu sedang, tinggi (77,8%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang memiliki motif rasa ingin tahu tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tanaman hias, tinggi (80%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Selanjutnya disimpulkan bahwa motif rasa ingin tahu rendah, sedang dan tinggi tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan motif memuaskan rasa ingin tahu dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 53 Persentase petani menurut motif memuaskan rasa ingin tahu dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemilihan jenis tanaman hias Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Motif memuaskan rasa Total ingin tahu Sedang Tinggi Rendah 50.00 50.00 100.00 Sedang 0.00 100.00 100.00 Tinggi 10.00 90.00 100.00 Pvalue=0.133 Tabel 53 menunjukkan bahwa petani yang memiliki motif rasa ingin tahu rendah, sedang dan tinggi, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias adalah tinggi. Saat mengetahui informasi tentang jenis tanaman hias teribuaru, ada kalanya petani belum merasa puas dengan informasi yang ada. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, petani akan mencari informasi melalui media internet. Terkadang, informasi tentang jenis varietas tanaman hias teribuaru dapat menjadi daya tarik bagi petani untuk memilih tanaman tersebut sebagai produk usahataninya. Namun, sebelum memutuskan untuk menanam jenis tersebut, petani akan mencari informasi lebih mendalam. Apabila informasi yang dibutuhkan dapat memuaskan rasa ingin tahunya, maka petani akan menindak lanjutinya dengan menanam jenis tanaman hias tersebut.
89
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MEDIA INTERNET DENGAN PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER INFORMASI Persepsi tentang media internet merupakan pendapat petani tentang media internet sebagai sumber informasi. Pendapat petani meliputi kemudahan penggunaan, mengakses dan dampak kehadiran media internet dalam kehidupan manusia saat ini. Sedangkan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet dalam kehidupan manusia, seberapa besar pengaruh media internet dalam kehidupan manusia dan apa saja keuntungan yang diperoleh petani tanaman hias dari media internet. Sebagian besar petani mempersepsi media internet sebagai media massa yang mudah diakses, mudah penggunaannya serta mempermudah pencarian informasi. Petani juga mendapatkan manfaat dari kehadiran media internet dalam mengembangkan usaha pertanian tanaman hiasnya. Hubungan persepsi tentang media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 54 Persentase petani menurut persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet untuk informasi teknik budidaya tanaman hias Pemanfaatan teknik budidaya Persepsi tentang media Total internet Rendah Tinggi Buruk Cukup baik Baik
0.00 5.00 0.00
100.00 95.00 100.00
100.00 100.00 100.00
Pvalue=0.187 Tabel 54 menunjukkan bahwa petani yang memiliki persepsi buruk, cukup baik dan baik tentang media internet, pemanfaatan media internetnya adalah tinggi. Persepsi petani tentang media internet meliputi: (1) ketersediaan jaringan komputer sebagai perangkat pengaktifan media internet, (2) kemudahan mengakses jaringan, (3) ketersediaan waktu, (4) frekuensi mengakses dan (5) waktu mengakses. Ketersediaan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan petani cenderung akan meningkatkan pemanfaatan media internet oleh petani. Melalui kemampuan berkomunikasi dengan mengaplikasikan komputer secara mandiri dan kepemilikan jaringan komputer dan internet secara mandiri, memudahkan petani dalam mengakses media internet. Hal ini akan berdampak pada pemanfaatan media internet secara maksimal. Selanjutnya, berdasarkan hasil olah data dengan rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa persepsi petani yang buruk, cukup baik dan baik tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi tentang teknik budidaya tanaman hias.
90
Hubungan persepsi tentang media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 55 Persentase petani menurut persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemasarantanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Persepsi tentang media Total internet Rendah Sedang Tinggi Buruk 20.00 30.00 50.00 100.00 Cukup baik 6.20 12.50 81.30 100.00 Baik 0.00 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.008* Tabel 55 menunjukkan bahwa petani yang memiliki persepsi buruk tentang media internet, tinggi (50%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias adalah 50%. Petani yang memiliki persepsi cukup baik tentang media internet tinggi (81.20%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Petani yang memiliki persepsi baik tentang media internet, tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hasil penghitungan dengan tabulasi silang menunjukkan persepsi petani tentang media internet yang buruk, cukup baik dan baik tingkat pemanfaatan media internetnya adalah tinggi. Persepsi tentang media internet meliputi kemudahan mengakses, frekuensi san intensitas petani saat mengakses internet. Selanjutnya disimpulkan bahwa persepsi petani tentang media internet berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. Hubungan persepsi tentang media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 56 Persentase petani menurut persepsi tentang media internet dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Persepsi Tentang Internet Total Sedang Tinggi Buruk 30.00 70.00 100.00 Cukup baik 12.50 87.50 100.00 Baik 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.063 Tabel 56 menunjukkan petani yang memiliki persepsi buruk tentang media internet tinggi (70%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki persepsi cukup baik tentang media internet tinggi (87,5%), pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Petani yang memiliki persepsi baik tentang media internet tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Hasil olah data rank Spearman menunjukkan bahwa persepsi petani tentang media internet tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias.
91
Hubungan persepsi keuntungan penggunaan media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi Petani tanaman hias berpendapat bahwa keuntungan dari penggunaan media internet lebih dominan ketimbang dampak negatifnya. Dampak negatif dari penggunaan media internet dapat terjadi apabila mengakses di waktu berusahatani ataupun mengakses domain yang bersifat asusila. Penggunaan media internet yang tepat waktu dapat bermanfaat bagi pengembangan usahatani tanaman hias. Petani yang mempersepsi keuntungan pemanfaatan media internet buruk, cukup baik dan baik cenderung telah mendapatkan manfaat langsung dari penggunaan media internet. Persepsi petani tentang media internet diikuti juga dengan perubahan cara berkomunikasi dan pemasaran produk tanaman hiasnya. Persepsi petani tentang media internet berdampak pada lahirnya kreatifitas dalam pemasaran dan inovasi dalam produksi dan teknik budidaya. Hubungan persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya tanaman hias Tabel 57 Persentase petani menurut persepsi keuntungan penggunaan media internet dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya Pemanfaatan teknik budidaya Persepsi keuntungan Total penggunaan media internet Rendah Tinggi Buruk 0.00 100.00 100.00 Cukup baik 5.00 95.00 100.00 Baik 0.00 100.00 100.00 Pvalue=0.62 Tabel 57 menunjukkan bahwa petani yang memiliki persepsi buruk tentang keuntungan penggunaan media internet, tinggi pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budi daya tanaman hias adalah 100%. Petani yang memiliki persepsi cukup baik tentang keuntungan penggunaan internet, tinggi (95%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Petani yang memiliki persepsi baik tentang keuntungan penggunaan media internet juga tinggi (100%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi. Petani yang berpersepsi buruk tentang keuntungan penggunaan internet, pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi adalah tinggi. Hal ini disebabkan petani memiliki pengalaman tidak menyenangkan saat melakukan transaksi jual beli melalui media internet. Ada petani yang pernah mengalami hal buruk saat memesan tanaman hias jenis tertentu melalui media internet. Petani mendapatkan informasi tentang peluang pasar tanaman hias dari media internet. Setelah melakukan pembayaran melalui transfer rekening via ATM, tanaman hias yang dipesan baru dikirimkan. Namun, saat petani menerima pesanan tersebut di rumahnya, tanaman hias yang dikirimkan sudah rusak tidak sesuai dengan gambar. Saat petani meminta pertanggungjawaban, penjual menjelaskan bahwa rusaknya tanaman yang dikirim dalam jarak jauh bukan tanggungjawab penjual dan tidak ada ganti rugi.
92
Ada pula petani yang pernah kecewa dengan sikap pembeli fiktif. Kejadian ini terjadi pada akhir April 2012. Saat itu seseorang menelpon dan minta dikirimkan tanaman hias jenis tertentu sebanyak 200 tanaman. Saat itu jumlah tanaman yang dimiliki petani tidak mencukupi. Petani lalu meminta petani lain untuk bekerjasama menyediakan pesanan pembeli. Namun, saat petani menelpon untuk menginformasikan tanaman pesanan sudah tersedia, nomor telpon yang dihubungi tidak menjawab. Beberapa hari selanjutnya petani tetap tidak dapat terhubung dengan pembeli tersebut. Sejak kejadian tersebut, petani memilih bertransaksi tatap muka dan pembeli datang langsung ke tempat usahataninya. Namun, petani tetap memanfaatkan media internet untuk mengakses informasi. Informasi yang diakses petani meliputi beragam topik, terutama tentang tanaman hias, peluang pasar dan kerjasama usahatani. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi petani tentang keuntungan penggunaan media internet tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budi daya tanaman hias. Hubungan persepsi keuntungan penggunaan media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias Tabel 58 Persentase petani menurut persepsi keuntungan penggunaan media internet dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemasaran tanaman hias Pemanfaatan pemasaran tanaman Persepsi keuntungan internet Total Rendah Sedang Tinggi Buruk 0.00 33.30 66.70 100.00 Cukup baik 10.00 15.00 75.00 100.00 Baik 8.30 8.30 83.40 100.00 Pvalue=0.555 Tabel 58 menunjukkan bahwa petani yang memiliki persepsi buruk, cukup baik dan baik tentang keuntungan penggunaan media internet, pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias adalah tinggi. Hal ini disebabkan kesadaran dan kebutuhan petani akan informasi tentang tanaman hias. Petani yang pernah kecewa dan tertipu karena transaksi jual beli melalui media internet juga tetap tinggi pemanfaataannya. Petani cenderung mempersepsi keuntungan penggunaan media internet adalah buruk saat sulit mengakses karena adanya gangguan jaringan pada komputernya atau lambatnya keterhubungan dengan website yang dituju. Selain itu, cuaca buruk seperti hujan deras, angin dan petir terkadang juga menyebabkan gangguan pada jaringan komputer. Keadaan-keadaan ini seringkali menimbulkan kekecewaan. Apalagi jika pada saat petani terikat waktu untuk segera mendapatkan informasi. Berdasarkan hasil olah data diperoleh kesimpulan bahwa persepsi petani tentang keuntungan penggunaan media internet tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias.
93
Hubungan persepsi keuntungan penggunaan media internet dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias Tabel 59 Persentase petani menurut persepsi keuntungan penggunaan media interne dan pemanfaatan media internet untuk informasi pemilihan jenis tanaman Persepsi keuntungan media Pemanfaatan pemilihan jenis tanaman Total internet Sedang Tinggi Buruk 33.30 66.70 100.00 Cukup baik 10.00 90.00 100.00 Baik 16.70 83.30 100.00 Pvalue=0.916 Tabel 59 menunjukkan petani yang memiliki persepsi buruk tentang keuntungan penggunaan media internet, tinggi (66,7%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki persepsi cukup baik tentang keuntungan penggunaan media internet, tinggi (90%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Petani yang memiliki persepsi baik tentang keuntungan penggunaan media internet, tinggi (83,3%) pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias. Dalam menentukan pilihan jenis tanaman hias yang akan ditanam, petani akan mempertimbangkan keteribuukaan peluang pasar terhadap produk tanaman hias yang akan ditanam. Selain itu, kondisi geografis, luas lahan, teknik budidaya dan kemampuan fisik petani untuk memproduksi jenis tanaman tertentu menjadi pertimbangan sangat penting. Berikut pernyataan salah seorang petani: “Saya pernah menanam satu jenis tanaman. Waktu itu peluang pasarnya bagus. Tapi, ketika tanaman sudah cukup umur untuk dijual, trend tanaman hias sudah berganti ke jenis tanaman lain. Sejak saat itu saya sangat berhati-hati dalam menentukan pilihan jenis tanaman yang akan saya tanam”. (Bapak Sgn 51 tahun). Data pada tabel 59 merupakan hasil olah data dengan rank Spearman. Berdasarkan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang keuntungan penggunaan media internet tidak berhubungan dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemilihan jenis tanaman hias.
94
95
5 SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Tidak semua peubah karakteristik individu berhubungan nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. Petani berusia muda dan berusia sedang, lebih tinggi dalam pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi dibandingkan dengan petani berusia tua. Petani laki-laki dan perempuan sama-sama tinggi pemanfaatan media internetnya sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias. 2. Petani yang pemanfaatan media internetnya tinggi, memiliki karakteristik berpendidikan formal SMA, tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, memiliki alasan berusahatani karena ikut teman, cukup berpengalaman dan beraksesibilitas media internet rendah. 3. Pemanfaatan media internet petani, pada motif memperluas jaringan sosial lebih tinggi dibandingkan pada motif menambah informasi, menambah wawasan, mempermudah mengatasi masalah dan memuaskan rasa ingin tahu. 4. Persepsi tentang media internet berhubungan sangat nyata dengan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pemasaran tanaman hias. 5. Petani tanaman hias yang bergabung dalam Perhimpunan Florikultura Indonesia Kota Bogor sudah memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi teknik budidaya, pemasaran dan pemilihan jenis tanaman hias.
96
SARAN 1. Media internet merupakan salah satu media massa yang dapat dipergunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang pertanian , khususnya pertanian tanaman hias. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan media internet pada petani tanaman hias. 3. Media massa elektronik seperti televisi hendaknya menambah jam tayang untuk program acara bidang pertanian agar para petani dapat memperoleh informasi lebih beragam tentang pertanian, khususnya pertanian tanaman hias. 4. Komunikasi yang bersinergi antara petani dengan petani dan petani dengan instansi ataupun lembaga terkait harus dapat terjalin secara harmonis. 5. Perhimpunan Florikultura Kota Bogor hendaknya dapat menjadi fasilitator cara penggunaan dan pemanfaatan media internet sebagai sumber informasi pada petani tanaman hias.
97
DAFTAR PUSTAKA
Aprolita., Amanah S., Susanto D. 2008. Kemandirian Pembudidaya Ikan Patin di Lahan Gambut di Desa Tangkit Baru, Kecamatan. Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jurnal Penyuluhan. 4(9):127-133. Bird MJ. 2001. Entrepreneurial Behavior. Singapore (SG): Irwin Mc Graw Hill. Bungin B. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana. Darmawan Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Teori dan Aplikasi. Bandung (ID): Rosdakarya Devito Joseph A. 1997. Komunikasi Antar manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta (ID): Professional Books. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2012. Potensi, Permasalahan dan tantangan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Hortikultura .[Internet]. [diunduh 19 Desember 2012].Tersedia pada: http://ditflorikultura.hortikultura.deptan.go.id Effendy OU. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung (ID): Remaja Rosda Karya. Far-Far R. 2011. Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Perilaku Petani dalam Bercocok Tanam Padi Sawah di Desa Waimital Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Budidaya Pertanian. 7(2):100-106. Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta (ID): Rajawali Pers Hapsari, Dwi R. 2012. Pemanfaatan Informasi oleh Petani Sayuran. [Tesis}.Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor. Hasyim, Iin. 2009. Tanaman Hias Indonesia. Depok (ID): Penebar Swadaya. Cimanggis. Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga : Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT Gramedia. Kepas Kelompok Penelitian Sgri-ekosistem.10988. Pedoman Usahatani Konservasi Tanah Lahan Kering: Zona Agro-Ekosistem Batuan Kapur di Bogor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertania dan The Ford Foundation. Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Berpikir Kembali Tentang Penyuluhan Pertanian. Sumarah BE, penerjemah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Terjemahan dari: Communication for Rural Innovation Rethinking Agricultural Extension. Mc Quail, D. 1994. Mass Communication, Theory Third Ed. London: Sage Publication Mulyandari RSH. 2011. Cyber extension sebagai media komunikasi dalam pemberdayaan petani sayuran (disertasi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Murtiyeni. 2002. Respons Peternak Sapi Perah terhadap Sumber Informasi Teknologi Peternakan: Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Kecamatan Cisarua, Kabupaten, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
98
Nicholson, W.10998. Microeconomic Theory, Basic Principle and Extension, Seventh Edition. Philadelphia (ID): The Dryden Press, Harcourt Brace Collage Publisher. Nurmalia N, Lumintang R. 2006. Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara. Jurnal Penyuluhan. 2(2):92-98. Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Panca putra B. 2003 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Internet oleh Peneliti Departemen Pertanian R.I. di Bogor[Tesis]. Jakarta (ID): Program Studi Ilmu Perpustakaan Bidang Ilmu Budaya Program Pascasarjana FSUI. Prihandoko1. Jahi A,Gani DS, Purnaba IGP, Adrianto L, Tjitradjaja I. 2012. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perilaku Nelayan Artisanal dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Pantai Utara Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. 8(2):158-175. Purnaningsih, N. 1999. Pemanfaatan Sumber Informasi tentang Usahatani Sayuran oleh Petani (Kasus Desa Cipendawa dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). [Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnaningsih N, Sugihen BG. 2008. Manfaat Keterlibatan Petani dalam Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan l4(2):80-91. Purnaningsih, N. 1999. Pemanfaatan Sumber Informasi tentang Usahatani Sayuran oleh Petani (Kasus Desa Cipendawa dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). [Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya __________. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Riyanto, Sutisna. 2010. Persepsi dan Komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Fith Edition. New York (US): The Free Press. Saleh A. 2006. Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan Sapi Potong. Media Peternakan. 29(2):107-120. Setiawan, Iwan. 2012. Dinamika Pemberdayaan Petani Sebuah Refleksi dan Generalisasi Kasus di Jawa Barat. Bandung (ID): Peneribuit Widya Pajajaran. Singarimbun dan Effendi S. 2006. Metod Penelitian Survei. Edisi Revisi Jakarta (ID):LP3ES. Soekartawi. 2005. Prinsip dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press Sudjana N. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung (ID): Sinar Baru Algesindo. Suryantini, H. 2001. Pemanfaatan Sumber Informasai Teknologi Pertanian untuk Penyuluh Pertanian (Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Tesis]Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tamba, Mariati. 2007. Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya bagi Petani Sayuran:Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian dalam Pemberdayaan Petani Kasus di Provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
99
Wardhani, A. 1994. Hubungan Karakteristik Demografis dan Motivasi Peternak dengan Penggunaan Sumber-sumber Informasi tentang Ayam Buras di Desa Cisontrol, Kabupaten Ciamis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijayanti, Heni. 2003. Kebutuhan Informasi Petani Tanaman Hias (Kasus di Kota Jakarta Barat) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zam. Wahyuni, 2009. Pemanfaatan Friendster sebagai Media Komunikasi.[Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sumber lain : Joshi Hansa. 2001. Social class and internet users- study of internet café users in Gujarat. Media Asia volume 28 tahun 2001.Singapore (ID): Amic Publication Wang Song In. 2007. Political use of the internet, political attitudes and political participation. Asian Journal of Communication volume 17 number 4 December 2007. Singapore (ID): Amic Publication Zhang Yonghua. 1999. New information technologies and mass communication in Shanghai. Media Asia volume 26 tahun 1999 Singapore (ID): Amic Publication
1001
P Kota Bog gor Gambar Peta Sumber: Badan B Pusat Statistik S Kotaa Bogor, 20111
102
Gambar 1 : tanaman Anggrek produksi petani tanaman hias penggunaan media internet di Perhimpunan Florikultura Kota Bogor
Gambar 2 : Para petani pengguna media internet sedang berkumpul dan berdiskusi tentang tanaman hias
103
Gambar 3 : Petani tannaman hias ssedang meng ggunakan media intternet sebagaai sumber informasi