PEMANFAATAN KULIT BUAH PISANG KEPOK (PARADISEACE L) DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM-4 SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR Gito, Asmadi dan Suharno Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail:
[email protected]
Abstrak: Pemanfaatan Kulit Buah Pisang Kepok (Paradiseace L) dengan Penambahan Bioaktivator Em-4 Sebagai Pupuk Organik Cair. Jenis penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experimen) yaitu ingin mengetahui kadar nitrogen (N), fospor (P), dan Kalium (K) pada pupuk cair yang di buat menggunakan limbah kulit buah pisang kepok (Musa paradisiacaL) dengan penambahan aktivator EM-4 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, dengan menggunakan rancang bangun Statistic Group Comparison Desaint.Hasil penelitian pada pupuk cair dari kulit pisang didapati yang paling efektif yaitu pada penambahan bioaktivator EM-4 konsentrasi dosis 5%, Nitrogen (N), sebesar 873,53 ppm, Fosfor (P), sebesar 187,45 ppm, dan Kalium (K), sebesar 2744,21 ppm. Berat penyusutan kulit pisang 0,5 kg (16,67%). Hasil tersebut sesuai dengan Peraturan Meteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/2009 yaitu sebesar < 2% atau < 20000 ppm. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kulit buah pisang kepok dengan penamabahan bioaktivator EM-4 dapat dijadikan bahan dalam pembuatan pupuk cair organik cair. Kata Kunci: Pupuk Cair, Kulit Pisang, EM-4 Abstract: Utilization of Banana Skin Kepok (Paradisiaca L) with The Addition of Bio-Activator Em-4 As Organic Liquid Fertilizer. This research is quasi-experimental which is to determine levels contained in the liquid fertilizer that is made using leather waste bananas kapok (Musa paradisiaca L) with additions activators EM-4 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, using design Statistics Group Comparison Desaint. The results of the research content of nitrogen (N), phosphorus (P), and potassium (K) in the liquid fertilizer from banana peel was found most effective bio-activator that is the addition of EM-4 dose concentrations of 5%, Nitrogen (N), amounting to 873.53 ppm , Phosphorus (P), amounting to 187.45 ppm, and potassium (K), amounting to 2744.21 ppm. volume shrinkage banana skin (16.67%). These results are in accordance with Rule 28 meteri Agriculture / Permentan / OT.140 / 2/2009 in the amount of <2% or <20 000 ppm. Keywords: Fertilizer, Banana Skin, EM4
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (Menteri Hukum dan HAM, 2008). Bertambahnya sampah erat kaitannya dengan peningkatan aktivitas manusia dan pertambahan penduduk serta keanekaragaman kehidupan manusia. Hal ini berakibat pada menumpuknya sampah yang secara otomatis tidak dapat diuraikan oleh alam, hingga timbul berbagai pencemaran. Dengan demikian, sudah semestinya pada suatu daerah diperlukan sistem pengelolaan sampah tersebut.
Sampah yang dibuang secara sembarangan akan membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta polusi, baik polusi air maupun polusi tanah. Salah satu limbah yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu kulit pisang. Permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi pupuk. Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik padat memang 328
Gito, dkk, Pemanfaatan Kulit Buah Pisang... 329
banyak. Namun jarang yang berbentuk cair, padahal pupuk cair ini lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Hadisuwito, 2007). Pupuk terdiri dari beberapa macam antara lain pupuk organik dan pupuk anorganik yang berupa pupuk padat ataupun pupuk cair. Pupuk merupakan bahan yang diberikan pada tanah untuk memberikan unsur hara pada tanah yang diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pupuk terdapat dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk cair dan sebagainnya. Pupuk alam terutama digunakan untuk maksud memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki struktur tanah, daya meresapkan air hujan, daya mengikat air, udara tanah, ketahanan terhadap erosi dan lain-lain. Tetapi dengan terbentuknya humus, pupuk alam juga memperbaiki kehidupan biologi tanah dan menambah mineral (unsur hara) dari proses mineralisasi humus (Sutanto, 2002). Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan atau sayur-sayuran. Bahan ini kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi yang biasanya dibutuhkan oleh tumbuhan tidak terlepas dari tiga unsur hara, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Peranan ketiga unsur hara (N, P, dan K) sangat penting dan mempunyai fungsi yang saling mendukung satu sama lain dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur Nitrogen(N) merupakan komponen utama dari protein yang cepat kelihatan pengaruhnya pada tanaman dan bermanfaat memacu pertumbuhan secara umum, terutama pada fase vegetatif. Unsur Fosfor (P) bertugas untuk mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mempercepat pembuahan tanaman, sedangkan unsur Kalium (K) berperan sebagai aktivator berbagai enzim dan membantu membentuk protein, karbohidrat dan gula serta memperkuat jaringan tanaman dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik maka proses penguraian bakteri akan semakin lama (Purwendro, 2006). Pisang merupakan buah yang disukai oleh masyarakat
karena memiliki rasa manis dan dapat membantu pencernaan, tetapi kebanyakan orang hanya menggunakan buahnya saja dan membuang kulit pisang. Kandungan pada kulit pisang sangat bermanfaat bagi manusia, salah satunya sebagai pupuk. Adapun kandungan yang terdapat di kulit pisang yakni protein, kalsium, fosfor, magnesium, sodium dan sulfur, sehingga kulit pisang memiliki potensi yang baik untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Susetya, 2012). Kulit Pisang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berdampak pada jumlah produksi yang maksimal (Soeryoko hery, 2011). Kulit pisang yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, Kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk mengurangi permasalahan sampah yang menumpuk yang dapat menyebabkan pencemaran. Limbah kulit pisang yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya pengolahan selanjutnya nantinya akan membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga akan mengganggu aktivitas dari warga setempat. Sejauh ini pemanfaatan limbah kulit pisang masih kurang, hanya sebagian orang yang memanfaatkannya sebagai pakan ternak. padahal pupuk cair lebih praktis digunakan, proses pembuatanya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar. Pisang kepok merupakan bahan pembuatan pisang goreng di Kota Pontianak, pada dasarnya semangkin banyak masyarakat yang memanfaatkan pisang kapok sebagai pembuatan pisang goreng maka akan berdampak pada limbah kulit buah pisang kepok yang dihasilkan sehingga limbah tersebut dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan karena limbah kulit pisang kapok akan langsung di buang atau tidak dimanfaatkan. Hal ini mendasari peneliti ingin melakukan pemanfaatan pada kulit pisang kapok. Berdasarkan hasil analisis pada pupuk organik padat dan cair dari kulit pisang kepok yang telah dilakukan oleh Nasution di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik padat kulit pisang kepok yaitu, C-organik 6,19%; N-total 1,34%; P2O5 0,05%; K2O 1,478%; C/N 4,62% dan pH 4,8 sedangkan pupuk organik cair kulit pisang kepok yaitu, C-organik 0,55%, N-total 0,18%;
330 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.328 - 336
P2O5 0,043%; K2O 1,137%; C/N 3,06% dan pH 4,5. Pembuatan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama, karena bahan organik tersebut harus mengalami pelapukkan terlebih dahulu secara alamiah. Namun dengan menggunakan dekomposer, bahan-bahan organik lebih cepat mengalami pelapukan dan hanya beberapa hari saja pupuk organik tersebut sudah dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Dekomposer atau organisme pengurai di alam seperti aspergillus cukup tersedia. Kapang jenis ini memiliki kemampuan yang handal untuk menguraikan bahan-bahan organik seperti limbah pertanian. Bahan pembuatan bioaktivator yaitu Effective Microorganisme-4. EM-4 merupakan bioaktivator yang dapat membantu proses fermentasi dalam pembuatan pupuk. EM-4 mengandung mikroorganisme (Lactobacilus, Sacharomyces, Acetobacter, Bacilus) yang berperan dalam proses fermentasi. Menurut hasil penelitian Hetty Manurung (2011), Aplikasi bioaktivator Orgadec dan EM-4 dapat mempercepat proses pembentukan kompos kulit pisang (Musa paradisiaca L). Proses pengomposan kulit pisang paling cepat pada perlakuan EM-4 100 ml. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas dimana masih banyaknya sampah kulit pisang yang tidak dimanfaatkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pemanfaatan Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L) Dengan Penambahan Bioaktivator EM-4 Menjadi Pupuk Cair. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimen) yaitu ingin mengetahui kadar nitrogen (N), fospor (P), dan Kalium (K) yang terdapat pada pupuk cair yang di buat menggunakan limbah kulit buah pisang kapok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan aktivator EM-4 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, sehingga kita dapat mengetahui dosis mana yang efektif dalam pematangan fermentasi dengan menggunakan rancang bangun Statistic Group Comparison Desaint. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei – 8 Juni 2016, tempat penelitian di Jalan 28 Oktober, Komplek Golf Permai, Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara.
Populasi penelitian adalah sampah kulit buah pisang kapok yang berada di wilayah Kota Pontianak. Sampel berdasarkan perhitungan, yaitu dengan menggunakan 5 perlakuan maka didapati hasil r = 4 kali pengulangan. Jadi, jumlah sampel sebanyak 4 Pengulangan X (5 Perlakuan +1 Control) = 24 Sampel HASIL Kandungan Nitrogen (N) pada Pupuk Cair dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) dengan Penambahan Bioaktivator EM-4 Dosis (Kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, Dan 5 %) Selama 10 Hari. Tabel 1. Distribusi Kandungan Nitrogen (N)pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%). Perlakuan Kontrol EM-4 1% EM-4 2% EM-4 3% EM-4 4% EM-4 5%
Kandungan Nitrogen pada Pupuk Rata-rata Cair (ppm) (ppm) 1 2 3 4 289,59 230,96 279,18 298,96 274,67 279,18 402,54 543,79 489,25 872,33
301,22 387,69 517,55 430,75 868,77
277,85 424,35 413,53 579,18 856,59
298,88 479,69 568,77 568,65 896,44
289,28 423,56 510,91 516,95 873,53
Sumber : Data Primer 2016.
Berdasarkan hasil tabel 1 diatas, rata-rata kandungan Nitrogen (N), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan Bioaktivator EM-4 5% sebesar 873,53 ppm atau 0,08%. hasil tersebut sesuai dengan Peraturan Meteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/ 2009 yaitu sebesar < 2% atau < 20000 ppm. Kandungan Fosfor (P) Pada Pupuk Cair Dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L) Dengan Penambahan Bioaktivator EM-4 Dosis (Kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, Dan 5%) Selama 10 Hari
Gito, dkk, Pemanfaatan Kulit Buah Pisang... 331
Tabel 2. Distribusi KandunganFosfor (P) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%). Perlakuan Kontrol
Kandungan Fosfor pada Pupuk Rata-rata Cair (ppm) (ppm) 1 2 3 4 149,22 135,34 151,80 148,25 146,15
EM-4 1% 140,82 149,22 140,82 146,31
144,29
EM-4 2% 157,28 148,80 154,31 157,28
154,41
EM-4 3% 180,80 179,22 164,31 182,31
176,66
EM-4 4% 179.22 177,28 186,65 177,28
180,10
EM-4 5% 184.71 179,22 179,22 206,65
187,45
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan hasil tabel 2 diatas, rata-rata kandungan Fosfor (P), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan Bioaktivator EM-4 5% sebesar 187,45 ppm atau 0,01%. hasil tersebut sesuai dengan Peraturan Meteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/ 2009 yaitu sebesar < 2% atau < 20000 ppm. Kandungan Kalium (K) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5 %) selama 10 hari Tabel 3. Distribusi KandunganKalium (K) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%) Kandungan Kalium pada Pupuk Rata-rata Cair (ppm) (ppm) 1 2 3 4 Kontrol 2471,75 2422,32 2323,45 2421,19 2409,67
Perlakuan
EM-4 1% 2405,23 2558,64 2525,43 2569,56 2514,71 EM-4 2% 2622,32 2595,34 2616,53 2537,19 2592,84 EM-4 3% 2589,64 2570,62 2671,75 2718,93 2637,73 EM-4 4% 2644,77 2795,34 2670,62 2622,32 2683,26 EM-4 5% 2795,34 2718,93 2743,64 2718,93 2744,21 Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan hasil tabel 3 diatas, rata-rata kandungan Kalium (K), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan
Bioaktivator EM-4 5% sebesar 2744,21 ppm atau 0,27%. hasil tersebut sesuai dengan Peraturan Meteri Pertanian No.28/Permentan/ OT.140/2/2009 yaitu sebesar < 2% atau < 20000 ppm. Rekap Rata-rata Kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (N) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4. Tabel 4. Kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (N) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 Perlakuan
Kontrol EM-4 1% EM-4 2% EM-4 3% EM-4 4% EM-4 5%
Rata-rata Kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (N) pada Pupuk Cair (ppm) Nitrogen Fospor Kalium (N) (P) (N) 274,67 146,15 2409,67 289,28 144,29 2514,71 423,56 154,41 2592,84 510,91 176,66 2637,73 516,95 180,10 2683,26 873,53 187,45 2744,21
Sumber : Data Primer 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa ratarata Kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (N) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 berbanding lurus dengan konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi penambahan Bioaktivator EM-4 maka semakin tinggi juga kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (N) yang terdapat pada Pupuk Cair. hasil tersebut sesuai dengan Peraturan Meteri Pertanian No.28/Permentan /OT.140/2/2009 yaitu sebesar < 2% atau < 20000 ppm. Analisis efektifitas kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L). Hasil uji perbedaan Nitrogen (N) pada pupuk cair organik kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan menggunakan berbagai variasi konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 1%, 2%, 3%, 4%, 5%.
332 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.328 - 336
Tabel 5. Hasil Uji Anova Nitrogen (N) Sum of Squares Kandun Between 955572. 076 gan Groups Nitrogen Within 37625.5 41 Groups Total 993197. 617
Kandungan
df 5
F
Sig.
91.42 .000 9
18 23
Sumber : SPSS Uji Anova, 2016
Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui hasil uji Anova di dapati nilai F sebesar 91,429 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Nitrogen (N) pada pupuk cair. Hasil uji perbedaan Fospor (P) pada pupuk cair organik kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan menggunakan berbagai variasi konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 1%, 2%, 3%, 4%, 5%. Tabel 6. Hasil Uji Anova Kandungan Fosfor (P) Sum of Squares Kandung Betwee 7056.287 an Fosfor n Groups Within 1042.369 Groups Total 8098.656
df 5
F
Sig.
24.37 .000 0
18 23
Sumber : SPSS Uji Anova, 2016
Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui hasil uji Anova di dapati nilai F sebesar 24,370 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Fospor (P) pada pupuk cair. Berdasarkan Hasil uji post-hoc diatas, terlihat bahwa konsentrasi pada kandungan Fospor (P) pada pembuatan pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) yang tidak berbeda secara signifikan yaitu terdapat pada kontrol dengan konsentrasi dosis EM-4 1%, kontrol dengan konsentrasi dosis EM-4 2%, konsentrasi dosis EM-4 1% dengan konsentrasi dosis EM-4 2%, konsentrasi dosis EM-4 3% dengan konsentrasi dosis EM-4 4%, konsentrasi dosis EM-4 3% dengan konsentrasi
dosis EM-4 5%, dan konsentrasi dosis EM-4 5% dengan konsentrasi dosis EM-4 4% sedangkan pada konsentrasi lainya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Hasil uji perbedaan Kalium (K) pada pupuk cair organik kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan menggunakan berbagai variasi konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 1%, 2%, 3%, 4%, 5%. Tabel 7. Hasil Uji Kalium (K)
Anova
Kandungan
Sum of df F Sig. Squares Kandunga Between 290596.4 5 15.04 .000 58 6 n Kalium Groups Within 69529.98 18 1 Groups Total 360126.4 23 39 Sumber : SPSS Uji Anova, 2016
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui hasil uji Anova kandungan Kalium (K) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis 1%, 2%, 3%, 4%, 5% didapati nilai F sebesar 15,046 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Kalium (K) pada pupuk cair. Berdasarkan Hasil uji post-hoc diatas, terlihat bahwa konsentrasi yang tidak berbeda secara signifikan yaitu terdapat pada kontrol dengan EM-4 1%, EM-4 1% dengan EM-4 2%, EM-4 2% dengan EM-4 3%, EM-4 2% dengan EM-4 4%, EM-4 3% dengan EM-4 4%, EM-4 3% dengan EM-4 5%,dan EM-4 4% dengan EM-4 5% sedangkan pada konsentrasi lainya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Hasil Perhitungan Berat Kulit Buah Pisang Sebelum dan Sesudah Pembuatan Pupuk Cair
Gito, dkk, Pemanfaatan Kulit Buah Pisang... 333
Tabel 8. Rata-rata BeratKulit Buah Pisang Sebelum dan Sesudah Pembuatan Pupuk Cair Perlakuan Sebelum Rata-rata Penurunan Efektifitas Sesudah 3 Kg 2,7 kg 0,3 kg 10 % Kontrol EM-4 1%
3 Kg
2,7 kg
0,3 kg
10 %
EM-4 2%
3 Kg
2,7 kg
0,3 kg
10 %
EM-4 3%
3 Kg
2,68 kg
0,32 kg
10,67 %
EM-4 4%
3 Kg
2,6 kg
0,4 kg
13,33 %
EM-4 5%
3 kg
2,5 kg
0,5 kg
16,67 %
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui ratarata berat kulit buah pisang sebelum dan sesudah dilakukan pembuatan pupuk cair yang memiliki tingkat penurunan yang paling efektif adalah dengan penambahan bioaktivator EM-4 dosis 5% sebesar 0,5 kg (16,67%). PEMBAHASAN Kandungan Nitrogen (N) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5 %) selama 10 hari Berdasarkan hasil tabel diatas, diketahui rata-rata kandungan Nitrogen (N), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan Bioaktivator EM-4 5% sebesar 873,53 ppm. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan uji Anova di dapati nilai F sebesar 91,429 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Nitrogen (N) pada pupuk cair. hasil uji post-hoc LSD (Least Significance Different) menunjukan masing-masing konsentrasi yang tidak berbeda secara signifikan yaitu terdapat pada kontrol dengan EM-4 1%, dan EM-4 3% dengan EM-4 4% sedangkan pada konsentrasi lainya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Kandungan Nitrogen pada pupuk cair kulit pisang paling banyak dengan perlakuan bioaktivator EM-4 5% dengan kandungan Nitrogen sebanyak 873,53 ppm. Dari hasil penelitian yang diperoleh banyaknya jumlah bioaktivator yang diberikan mempengaruhi banyaknya kandungan Nitrogen yang dihasilkan
oleh pupuk. Semakin banyak bioaktivator yang diberikan maka semakin banyak pula mikroorganisme yang berfungsi sebagai bahan pendekomposisi bahan organik, sehingga nilai total Nitrogen hasil dari pendekomposisian bahan organik Kandungan unsur hara makro Perlakuan Nitrogen semakin meningkat. Penggunaan bioaktivator EM-4 dengan konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian bioaktivator kandungan N pun meningkat. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yuniwati (2012), bahwa semakin besar konsentrasi EM4, jumlah bakteri yang mengurai bahan semakin banyak, sehingga bahan lebih cepat terurai oleh bakteri-bakteri tersebut. Kandungan Fosfor (P) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5 %) selama 10 hari Berdasarkan hasil tabel 4.2 diketahui rata-rata kandungan Fosfor (P), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan Bioaktivator EM-4 5% sebesar 187,45 ppm. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan uji Anova di dapati nilai F sebesar 24,370 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Fospor (P) pada pupuk cair. hasil uji post-hoc LSD (Least Significance Different) menunjukan bahwa konsentrasi pada kandungan Fospor (P) pembuatan pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) yang tidak berbeda secara signifikan yaitu terdapat pada kontrol dengan konsentrasi dosis EM-4 1%, kontrol dengan konsentrasi dosis EM-4 2%, konsentrasi dosis EM-4 1% dengan konsentrasi dosis EM-4 2%, konsentrasi dosis EM-4 3% dengan konsentrasi dosis EM-4 4%, konsentrasi dosis EM-4 3% dengan konsentrasi dosis EM-4 5%, dan konsentrasi dosis EM-4 5% dengan konsentrasi dosis EM-4 4% sedangkan pada konsentrasi lainya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Kandungan P terbanyak terdapat pada pupuk dengan penggunaan bioaktivator EM-4 5% yaitu 187,45 ppm. Kandungan unsur hara P merupakan hasil dekomposisi dan mineralisasi
334 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.328 - 336
bahan organik. Mineralisasi fosfor merupakan proses enzimatik, enzim yang terlibat disebut fosfatase yang mengkatalisis berbagai reaksi yang melepaskan fosfat dari senyawa fosfor organik sehingga dapat tersedia untuk tanaman. Hasil pada perlakuan menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan N yang dikandung mempengaruhi besarnya kandungan P, hal ini disebabkan didalam N terdapat mikroorganisme yang dapat merombak fosfor, apabila kandungan nitrogennya banyak maka aktivitas mikroorganisme yang merombak fosfor pun meningkat, sehingga fosfor yang dihasilkan semakin tinggi. Penelitian Hidayati (2008), bahwa semakin besar nitrogen yang dikandung maka mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam substrat juga meningkat. Ini berarti tidak hanya kandungan N saja yang mempengaruhi besarnya kandungan P, mikroba yang terdapat pada bioaktivator yang digunakan juga dapat berpotensi melarutkan P, bioaktivator yang digunakan yaitu EM-4, dimana EM-4 mengandung mikroba Lactobacillus sp., Streptomyces sp, jamur pengurai sellulosa dan ragi yang dapat merombak fosfor. Penelitian Hidayati (2011), bahwa pertumbuhan mikroorganisme tidak hanya dipengaruhi oleh adanya sumber nitrogen tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Kandungan Kalium (K) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis (kontrol, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5 %) selama 10 hari Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui rata-rata kandungan Kalium (K), yang tertinggi pada pupuk cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) adalah dengan penambahan Bioaktivator EM-4 5% sebesar 2744,21 ppm. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan uji Anova kandungan Kalium (K) pada Pupuk Cair dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L) dengan penambahan Bioaktivator EM-4 dosis 1%, 2%, 3%, 4%, 5% didapati nilai F sebesar 15,046 dengan nilai signifikan p=0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara konsentrasi dosis Bioaktivator EM-4 terhadap kandungan Kalium (K) pada pupuk cair. hasil uji post-hoc LSD (Least Significance Different) menunjukan bahwa konsentrasi yang tidak berbeda secara signifikan yaitu terdapat pada
kontrol dengan EM-4 1%, EM-4 1% dengan EM-4 2%, EM-4 2% dengan EM-4 3%, EM-4 2% dengan EM-4 4%, EM-4 3% dengan EM-4 4%, EM-4 3% dengan EM-4 5%,dan EM-4 4% dengan EM-4 5% sedangkan pada konsentrasi lainya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Kandungan kalium terbanyak pada penggunaan bioaktivator EM-4 5% sebanyak 2744,21 ppm. Hasil kandungan kalium tertinggi diperoleh dengan penggunaan bioaktivator EM4 dengan konsentrasi paling tinggi, sehingga banyak mikroorganisme yang terkandung dan mineralisasi kalium semakin banyak. Penelitian Kurniawan (2012), bahwa semakin banyaknya volume penambahan EM-4 maka semakin banyak pula mikroorganisme dalam proses pendegregasi yang menyebabkan rantai karbon terputus menjadi rantai karbon yang lebih sederhana, terputusnya rantai karbon tersebut menyebabkan unsur fosfor dan kalium meningkat. Menurut Soegiarto dkk., (1978) Pupuk organik cair berbahan baku kulit pisang memiliki kandungan unsur hara N, P dan K dengan kriteria sangat tinggi yaitu N sebesar 0,89% (>0,75%); P sebesar 0,04% (>0,035%); K sebesar 1,82% (>0,06%) dan rasio C/N sebesar 25 yang termasuk kriteria tinggi. Nisbah atau rasio C/N merupakan indikator yang menunjukkan proses mineralisasi immobilisasi N oleh mikrobia dekomposer bahan organik. Nilai C/N termasuk kriteria tinggi yaitu 25 yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi masih terjadi. Tingginya nilai C/N menunjukkan kompos yang belum matang dan bahan organik yang terdapat pada pupuk organik berbahan baku kulit pisang, masih mengalami proses dekomposisi. Hanafiah (2007) menyatakan nilai rasio C/N yang berada pada 20- 30 menunjukkan proses mineralisasi yang seimbang dengan proses immbobilisasi. Meskipun nilai rasio C/N pada pupuk organik cair berbahan baku kulit pisang, kulit telur dan G. gigas ini masih tinggi, pupuk organik cair ini dapat digunakan karena tingginya unsur hara N, P dan K yang terkandung didalamnya (Rosmarkan dan Yuwono, 2001). Tingginya unsur hara N, P dan K pada pupuk organik cair dikarenakan bahan yang digunakan mengandung unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman. Kulit pisang berpotensi sebagai bahan pupuk organik karena mengandung protein, kalium, fosfor, magnesium, sodium dan sulfur (Susetya, 2012). Menurut Aditya (2014) setiap 5,5 gram berat
Gito, dkk, Pemanfaatan Kulit Buah Pisang... 335
kering kulit telur mengandung 95% kalsium karbonat. Kandungan unsur hara lain yang terkandung dalam kulit telur yaitu kalium, kalsium, fosfor dan magnesium sebesar 0,12%; 8,977%; 0,394% dan 10,541%. Tumbuhan memerlukan unsur N, P dan K untuk merangsang sintesis serta pembelahan dinding sel secara antiklinal sehingga dapat mempercepat pertambahan jumlah daun. Unsur kalium yang tinggi pada pupuk organik cair berperan penting dalam transport fotosintat ke bagian sink yaitu daun muda atau tunas yang sedang tumbuh (Duaja dkk., 2012). Tanaman membutuhkan unsur N, P dan K untuk merangsang pembesaran diameter batang, pembentukan akar sebagai penunjang berdirinya tanaman serta pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen tanaman (Nurdin dkk., 2009). Berat Kulit Buah Pisang Sebelum dan Sesudah Pembuatan Pupuk Cair Berdasarkan tabel di atas diketahui ratarata berat kulit buah pisang sebelum dan sesudah dilakukan pembuatan pupuk cair yang memiliki tingkat penurunan yang paling efektif adalah dengan penambahan bioaktivator EM-4 dosis 5% sebesar 0,5 kg (16,67%). Hasil diatas menunjukan bahwa semangkin banyak bioaktivator EM-4 yang ditambahkan padapupuk cair maka semangkin banyak kandungan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) pada pupuk cair hal ini disebabkan bakteri penguraian untuk proses pembuatan pupuk cair semangkin baik. Proses pembuatan pupuk organik cair ini berlangsung selama seminggu sampai sepuluh hari, sesekali dalam sehari buka tong untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dari campuran bahan-bahan tersebut dilakukan dengan diaduk setelah itu tutup kembali tong dengan rapat. Langkah pembuatan pupuk cair organik yaitu dengan cara mencincang atau memotong kulit pisang menjadi kecil, campurkan gula sebanyak 200 gr dengan air 3 liter ke dalam ember aduk hingga larut selanjutnya masukan potongan tersebut kedalam ember sebanyak 1 kg, setelah bahan tersebut tercampur rata tutup ember dengan rapat jangan sampai terkena sinar matahari langsung. Biasaanya dalam waktu 7 sampai 10 hari pupuk organik cair buatan ini akan mengeluarkan tanda, apabila tercium bau tape berarti pembuatan pupuk berhasil. Untuk
menyingkat waktu dalam pembuatan pupuk organik cair gunakan gula sebanyak 1 kg kemudian bahan lain dikalikan lima. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian bioaktivator EM-4 5% memberikan hasil yang paling baik. Banyaknya unsur hara yang ada tidak hanya meningkatkan pertumbuhan tanaman pada periode vegetatif tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan periode generatif yaitu kualitas hasil. Pemberian unsur hara N setelah fase pembungaan pada tanaman biji-bijian mempunyai fungsi meningkatkan hasil produksi dan kualitas hasil yaitu meningkatkan kadar protein. Pemberian unsur hara K selain meningkatkan biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat juga meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar dan warnanya yang lebih baik dan penambahan. Adapun pemberian unsur hara P meningkatkan pembentukan bunga, buah dan biji sehingga dapat meningkatkan hasil produksi (Rosmarkam dan Yuwono, 2001). Waktu dalam proses pembuatan pupuk cair dalam penelitian ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh yaitu Proses pembuatan pupuk organik cair ini berlangsung selama seminggu sampai sepuluh hari, apabila tercium bau tape berarti pembuatan pupuk berhasil. Untuk menyingkat waktu dalam pembuatan pupuk organik cair gunakan gula sebanyak 1 kg kemudian bahan lain dikalikan lima. Dari hasil diatas diharapkan masyarakat dapat menggunakan pupuk organik cair ini dengan dosis tersebut untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Penggunaan pupuk organik cair ini selain memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pupuk organik padat juga sebagai salah satu cara meminimalisir limbah khususnya limbah kulit pisang sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 81 Tahun 2012. Hasil ini juga memiliki kelemahan yaitu untuk waktu sampai dengan 10 hari dan suhu tidak dikondisikan karena tidak diukur di dalam ember, untuk pH pengendalian tidak menggunakan kapur sebagai penetralan dikarnakan pH tidak lebih dari 9 dan kurang dari 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Kandungan N,P,K Pupuk Organik Cair Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiacaL) dengan penambahan
336 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.328 - 336
Bioaktivator EM-4, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) pada pupuk cair dari kulit pisang rata-rata sebesar: Nitrogen untuk kontrol (274,67 ppm, EM-4 1% (289,28 ppm), EM-4 2% (423,56 ppm), EM-4 3% (510,91 ppm), EM-4 4% (516,95 ppm), EM-4 5% (873,53 ppm). Fosfor untuk kontrol (146,15 ppm), EM4 1% (144,29 ppm), EM-4 2% (154,41 ppm), EM-4 3% (176,66 ppm), EM-4 4% (180,10 ppm), EM-4 5% (187,45 ppm). Kalium untuk kontrol (2409,67 ppm), Em-4 1% (2514,71 ppm), EM-4 2% (2592,84 ppm), EM-4 3% (2637,73 ppm), EM-4 4% (2683,26 ppm), EM-4 5% (2744,21 ppm). Efektifitas pupuk cair dari kulit pisang diperoleh hasil yang paling efektif yaitu pada penambahan bioaktivator EM-4 konsentrasi
dosis 5%, Nitrogen (N), sebesar 873,53 ppm, Fosfor (P), sebesar 187,45 ppm dan Kalium (K), sebesar 2744,21 ppm. Berat kulit buah pisang setelah menjadi pupuk cair tingkat penurunan sebesar kontrol sebesar 0,3 kg (10%), Em-4 dosis 1% sebesar 0,3 kg (10,%), EM-4 dosis 2% sebesar 0,3 kg (10%), EM-4 dosis 3% sebesar 0,32 kg (10,67%), EM-4 dosis 4% sebesar 0,4 kg (13,33%) EM-4 dosis 5% sebesar 0,5 kg (16,67%). Peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai pupuk cair limbah kulit pisang, dengan menggunakan bioaktivator EM-4 dengan dosis yang berbeda lebih dari 5%, serta melakukan penelitian dengan bahan limbah yang lebih bervariasi misalnya dengan campuran buahbuahan yang sudah membusuk atau limbah organik lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Profil Perusahaan PT. Petrokimia Gresik, http://www.petrokimia-gersik.com/home /profil-perusahaan. Sitasi 15 mei 2012. Purwendro, S. Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida
Organik.Jakarta: Penebar Swadaya. Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Soeryoko, Hery. 2011. Kiat Pintar Memproduksi Kompos. ANDI. Yogyakarta. Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.