Pemanfaatan Immunostimulan untuk Pengendalian Penyakit pada Ikan Mas (E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat)
PEMANFAATAN IMMUNOSTIMULAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PADA IKAN MAS E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat
Abstrak Koi Herpes Virus (KHV) merupakan penyakit virus yang menyerang ikan mas dan koi sejak tahun 2002 hingga sekarang yang menyebabkan produksi ikan mas di Indonesia mengalami kelesuan. Berbagai upaya pencegahan telah diteliti dan dikembangkan serta diterapkan di lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan mas, mengingat obat tidak dapat digunakan secara efektif untuk pengendalian penyakit ini. Salah satu bahan immustimulan yang berpotensi untuk digunakan dalam pengendalian penyakit ini adalah Chromium yeast (Cr-yeast) yang diaplikasikan melalui pakan. Bahan ini biasanya digunakan sebagai pencampur pakan pada hewan ternak, yang diharapkan dapat berdampak positif juga bagi pertahanan tubuh ikan Pemanfaatan Cr-yeast yang dicampurkan dalam pakan telah dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) pada tahun 2006. dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan ikan mas dalam rangka pengendalian Koi Herpes Virus (KHV) dan menekan mortalitas akibat KHV. Kegiatan dilakukan di Cirata, Cianjur dengan wadah berupa Karamba Jaring Apung (KJA) dengan ukuran (3x3)m2 sebanyak 12 buah. Perlakuan yang digunakan adalah. penggunaan Cr-yeast dalam pakan selama pemeliharaan (A), penggunaan Cr-yeast selang 2 minggu (B), penggunaan Cr-yeast selang 1 minggu (C) dan tanpa penggunaan Cr-yeast (D). M asing-masing perlakuan diaplikasi dengan 3 kali ulangan. Ikan yang digunakan adalah ikan mas dengan ukuran 10 gram per ekor dengan padat tebar 1000 ekor/KJA. Dosis pakan yang diberikan adalah 3 %/berat biomas dengan lama pemeliharaan 3 bulan. Uji tantang dilakukan di laboratorium menggunakan filtrat virus KHV terhadap 10 ekor ikan mas setelah perlakuan, dan pengamatan dilakukan pula terhadap gambaran darah ikan mas. Hasil kegiatan menunjukkan Cr-yeast memberikan respon positif terhadap sintasan pemeliharaan maupun sintasan setelah uji tantang. Sintasan pemeliharaan ikan mas untuk masing-masing perlakuan A, B, C dan D secara berurutan adalah: 77.70%, 74.50%, 67.80% dan 54.30%. Sedangkan sintasan setelah uji tantang berturut-turut adalah: 76.66%, 63.33%, 50.00% dan 20.00%. Respon tanggap kebal terhadap KHV juga ditunjukkan melalui gambaran darah ikan mas uji. Kata Kunci: immunostimulan, KHV, ikan mas
Infeksi KHV ditandai terutama oleh adanya
PENDAHULUAN
bercak merah atau kerusakan insang serta kematian
Latar Belakang
masal pada ikan yang terserang. Selain itu biasanya Koi Herpes Virus (KHV) merupakan penyakit virus yang menyerang ikan mas dan koi.
Sejak
terjadinya wabah ikan mas yang disebabkan oleh KHV pada tahun 2002
produksi ikan mas di
Indonesia mengalami kelesuan hingga sekarang. Infeksi KHV yang bermula terjadi di pulau Jawa telah menyebar ke Bali, Sumatera, dan Kalimantan Selatan. Bahkan pada tahun 2005 kasus KHV telah menyerang
diikuti oleh adanya infeksi sekunder berupa luka atau bercak putih di permukaan tubuh yang diinfeksi oleh bakteri
seperti
Aeromonas
hydrophila
ataupun
Flexibacter columnaris. Hingga kini penyakit virus sulit untuk diberikan perlakuan pengobatan karena virus berada didalam inti sel.
Untuk itu upaya
pencegahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan menjadi salah satu alternatif pengendalian.
ikan mas pada kegiatan budidaya ikan di danau Toba, yang kemudian diikuti dengan adanya larangan untuk mengirimkan ikan mas ke pulau Sumatera yang merupakan kawasan karantina.
Immunostimulan
adalah
suatu
zat
yang
termasuk dalam adjuvant, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi
1
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (1-9)
(Ellis, 1988).
Penggunaan immunostimulan pada
Metode
budidaya ikan merupakan sesuatu yang baru bagi kesehatan ikan dan pencegahan terhadap penyakit (Anderson dalam Saptiani, 1996). Berbagai jenis
Persiapan x
Persiapan dilakukan pada wadah berupa KJA berukuran 3x3x3 m3 dan peralatan bahan lain yang diperlukan
x
Pembuatan pakan yang dicampur Chromium yeast (Cr-yeast).
immunostimulan dapat digunakan, salah satunya adalah Chromium yeast, yang berfungsi juga untuk mengatasi stres.
Bahan ini biasanya digunakan
dengan
sebagai pencampur pakan pada hewan ternak, yang diharapkan dapat berdampak positif juga bagi pertahanan tubuh ikan.
Pelaksanaan Pemeliharaan Ikan x
Penebaran ikan mas sebanyak 1000 /KJA dilakukan pada 12 KJA yang digunakan.
x
Perlakuan yang digunakan adalah: Penggunaan Cr-yeast dalam pakan selama pemeliharaan (A), penggunaan Cr-yeast selang 2 minggu (B), penggunaan Cr-yeast selang 1 minggu (C) dan tanpa penggunaan Cr-yeast (D). Masing-masing perlakuan diaplikasi dengan 3 kali ulangan
x
Pemberian pakan dilakukan dengan dosis 3 %
x
Lama pemeliharaan : 3 bulan
x
Sampling bobot dilakukan setiap 2 minggu
x
Sampling ikan untuk dilakukan 1 bulan sekali.
Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan ikan mas dalam rangka pengendalian Koi Herpes Virus (KHV) dan menekan mrtalitas akibat KHV. Target Memperoleh informasi teknologi peningkatan daya tahan tubuh ikan mas terhadap penyakit
KHV
dalam rangka pengendalian penyakit.
pemeriksaan
KHV
Uji Tantang METODOLOGI
x
Uji tantang terhadap virus KHV dilakukan setelah selesai pemeliharaan ikan dilakukan jika tidak infeksi alami virus KHV selama pemeliharaan
x
Pelaksanaan uji tantang tidak dilakukan pada semua ikan yang dipelihara tapi 10 ekor ikan per perlakuan
x
Uji tantang dilakukan di bak akuarium yang berada di laboratorium terkontrol di BBPBAT.
Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilakukan pada bulan JanuariDesember 2005 di KJA Cirata, Cianjur Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah bahan immunostimulan (Chromium yeast)
serta
bahan analisa mikrobiologi dan analisa virus KHV. Ikan uji yang digunakan berupa ikan mas bebas KHV yang berukuran 10 gram sebanyak 12.000 ekor. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah peralatan perikanan seperti ember, lambit dan sebagainya, peralatan mikrobiologi dan peralatan untuk analisa virus KHV. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah karamba jaring apung yang berukuran 3x3x3 m3 sebanyak 12 buah di Cirata, Cianjur.
2
Pengamatan Gambaran Darah Pengamatan gambaran darah dilakukan selama pemeliharaan pada hari ke-0, ke-14, ke-21 serta hari ke-28, dan setelah infeksi virus pada uju tantang pada hari ke-7, ke-14 dan hari ke-28.
Parameter yang
diamati dan dianalisa adalah kadar hematokrit, total leucosit dan indeks fagositik.
Pemanfaatan Immunostimulan untuk Pengendalian Penyakit pada Ikan Mas (E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama Pemeliharaan Pemeriksaan virus KHV juga dilakukan setiap
Pemeriksaan Virus KHV
bulan sekali selama 3 bulan. Hasil pemeriksaan
Pada Awal Pemeliharaan
menunjukkan bahwa ikan pada semua perlakuan tetap Ikan mas diperiksa
yang
digunakan
untuk kegiatan
terinfeksi KHV.
PCR terlebih dahulu untuk mengetahui
infeksi KHV. Pengambilan
sampel dilakukan
secara acak sebanyak 30 ekor
dari populasi ikan.
Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan bahwa ikan
Sintasan Sintasan ikan mas selama 3 bulan masa pemeliharaan ditunjukkan pada Tabel 2.
yang digunakan adalah positif KHV yang berarti ikan sudah terinfeksi KHV. Penggunaan benih bebas KHV
Tabel 2. Sintasan Ikan Mas Selama
sangat sulit didapatkan mengingat virus KHV sudah
3 Bulan Masa Pemeliharaan (%)
menyebar
hampir ke seluruh wilayah Indonesia,
sehingga benih yang digunakan adalah benih yang secara alami sudah terinfeksi KHV.
ULANGAN
PERLAKUAN
RERATA ± SDEV
1
2
3
Benih ikan mas
A
75
80
78.1
77.7 ± 2.52
yang digunakan rata-rata berukuran 10 g. Selanjutnya
B
77
72.5
74
74.5 ± 2.29
ikan mas dipelihara selama 3 bulan sesuai perlakuan.
C
69,5
69
65
67.8 ± 2.47
D
63
48
52
54.3 ± 7.77
Tabel 3. Pertumbuhan Panjang Ikan Mas Selama Pemeliharaan (cm) PERLAKUAN
PANJANG IKAN PADA SAAT SAMPLING (cm) AWAL
1 BLN
2 BLN
PERTUMBUHAN (cm)
3 BLN
A1
9.36
11.02
15.28
16.8
7.44
A2
9.72
11.38
12.02
17.4
7.68
A3
9.90
11.75
12.56
18.2
8.3
9.66 ± 0.27
11.38±0.37
13.29±1.75
17.47± 0.70
7.81 ±0.44
B1
10.45
11.70
12.63
17.37
6.92
B2
10.33
11.95
15.30
19
8.67
B3
9.79
11.25
12.57
17.22
7.43
Rataan ± SDev
Rataan ± SDev
10.19±0.35
11.63±0.35
13.50±1.56
17.86±0.99
7.67±0.90
C1
9.67
11.45
13.73
16.95
7.28
C2
9.44
11.53
15.00
17.2
7.76
C3
9.75
11.77
15.11
17.6
7.85
9.62±0.16
11.58±0.17
14.61±0.77
17.25±0.33
7.63± 0.31
D1
9.58
11.57
14.43
17
7.42
D2
9.34
12.18
14.33
17.33
7.99
D3
9.50
11.90
14.10
16.90
7.4
9.47±0.12
11.88±0.31
14.29±0.17
17.08±0.23
7.60 ± 0.34
Rataan ± SDev
Rataan ± SDev
3
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (1-9)
Tabel 4. Pertumbuhan Bobot Ikan Mas Selama Pemeliharaan (g) BOBOT IKAN PADA SAAT SAMPLING (g)
PERLAKUAN AWAL
1 BLN
2 BLN
PERTUMBUHAN (g) 3 BLN
A1
11.72
29.23
70.77
92.8
81.08
A2
13.48
32.40
67.52
104
90.52
A3
12.65
31.45
71.55
100.2
87.55
Rataan ± SDev
12.62 ± 0.88
31.03± 1.63
69.95± 2.14
99.00±5.70
86.384. ± 4.83
B1
17.92
39.93
59.23
101
83.08
B2
15.30
39.13
68.85
102.3
87.7
B3
14.98
38.24
58.67
100.5
85.52
16.07±1.61
39.10±0.85
62.25±5.72
101.27± 0.93
85.43± 2.31
C1
13.62
32.80
53.100
97.2
83.58
C2
11.62
30.50
68.28
93.2
81.58
Rataan ± SDev
C3
12.33
32.2
55.44
95.56
83.23
12.52±1.01
31.83±1.19
58.94±8.17
95.32±2.01
82.80±1.07
D1
12.73
31.00
56.50
95.03
82.3
D2
12.15
35.20
56.93
91.2
78.7
D3
11.65
30.65
54.45
90.53
78.88
12.18±0.54
32.28±2.53
55.96±1.33
92.25±2.43
79.96±2.03
Rataan ± SDev
Rataan ± SDev
Tabel 5. Rataan Kadar Hematokrit selama Pemeliharaan Sebelum Infeksi Virus dan Setelah Infeksi Virus pada Uji Tantang PERLAKUAN
ULANGAN
SEBELUM INFEKSI VIRUS H0
A
H +14
H +21
31.3
42.6
32.7
29.1
32.5
2
29.4
31.3
36.2
41.4
30.5
30.5
27.6
3
25.5
32.8
34.6
40.2
31.2
29.7
33.5
27.37
31
34.03
41.4
31.47
29.77
31.2
1
30.2
29.5
38.1
40.1
35.8
28.5
29.4
2
26.3
27.5
36.5
38.2
29.3
26.7
27
27.6
28.6
32.5
37.4
30.2
25.6
29.2
28.03
28.53
35.7
38.57
31.77
26.93
28.53
1
32.3
27.6
29.2
42.3
34
29.6
27.3
2
29.5
30.4
35.3
35.2
29.7
27.4
28.5
3
25.8
26.6
29.8
35
29.5
25.6
28.1
Rerata
29.2
28.2
31.43
37.5
31.07
27.53
27.97
1
28.8
28.6
29.8
43.2
32.6
24.5
29.5
2
26.9
25.7
28.6
39.2
34
25.2
28.4
3
27.4
27.4
28.8
36.5
30.5
22.5
25.3
Rerata
27.7
27.23
29.07
39.63
32.37
24.07
27.73
Keterangan: H0 : awal pemeliharaan H+21 : Hari ke-21
4
H +7
28.9
3
D
H+28
27.2
Rerata C
H +21
1
Rerata B
H +14
SETELAH INFEKSI VIRUS
H+14 : hari ke-14 H+28 : hari ke-28
Pemanfaatan Immunostimulan untuk Pengendalian Penyakit pada Ikan Mas (E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat)
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan A
45 40
(pemberian Chromium Yeast secara kontinyu selama sebesar 77.7 ± 2.52 %, diikuti
perlakuan B
(pemberian Chromium Yeast 2 minggu sekali) 74.5 ± 2.29%, perlakuan C (pemberian Chromium Yeast 1 minggu sekali) 67.8 ± 2.47%, perlakuan D (kontrol)
Rataaan hematokrit (%)
masa pemeliharaan) menghasilkan sintasan tertinggi
35 30
A
25
B
20
C D
15 10 5 0 0
7
14
28
7INF
14INF
21INF
Hari pengamatan
54.3 ± 7.77%. Pemberian Chromium Yeast berpengaruh positif
Gambar 1. Grafik Pengamatan Kadar Hematokrit
terhadap sintasan ikan mas. Berdasarkan hematokrit yang diperoleh selama
Pertumbuhan
kegiatan persentase hematokrit sebelum infeksi pada
Data pertumbuhan panjang ikan mas masing-
perlakuan relatif tidak berbeda dengan kontrol. Hal ini
masing perlakuan disajikan pada Tabel 3, sedangkan
menunjukkan bahwa penggunaan Chromium yeast
data pertumbuhan berat pada Tabel 4.
sebagai immunogenik tidak berdampak negatif pada
Berdasarkan
tabel
pertumbuhan panjang
3,
terlihat
bahwa
rata-rata tertinggi adalah
perlakuan A, diikuti perlakuan B, C dan D. Namun
kondisi ikan
immunostimulan. Menurut Kwang (1996)sejauh ini pemberian immunostimulan tidak mempunyai efek samping.
demikian, relatif tidak berbeda.
sehingga layak digunakan sebagai
Nilai hematokrit ini berhubungan dengan
jumlah sel darah merah (Bond, 1979), nilai selalu Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa pertumbuhan berat rata-rata tertinggi adalah perlakuan A, diikuti perlakuan B, C dan D. Namun demikian, relatif tidak berbeda.
Ferguson (1988), nilai hematokrit variasinya tinggi waktu pemeriksaan, temperatur air, metode sampling,
perbandingan antara
volume sel darah dan plasma darah. Hasil pengamatan kadar hematokrit disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa persentase hematokrit cenderung mengalami peningkatan baik pada perlakuan maupun kontrol sebelum infeksi. Kisaran persentase hematokrit sebelum infeksi pada perlakuan A 27.37-41.4%, B 28.03-38.57%, C 28.237.5%, D 27.23-39.63%.
umur (Randall, 1970). Lebih lanjut dijelaskan oleh karena sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
Hematokrit Hematokrit merupakan
berubah-ubah tergantung kepada faktor nutrisi dan
Sedangkan persentase
hematokrit setelah infeksi secara umum mengalami penurunan baik pada perlakuan maupun kontrol. Persentase hematokrit setelah infeksi pada perlakuan
tipe dan lama anestesi. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai hematokrit setelah infeksi mengalami penurunan pada semua perlakuan.
Penurunan
nilai
hematokrit
ini
mengindikasikan bahwa ikan terkena infeksi. Sesuai pendapat
Wedemeyer
dan
menurunnya kadar hematokrit
Yasutake
(1977),
dapat dijadikan
petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein, defisiensi vitamin atau ikan mendapatkan infeksi . Total Leukosit Hasil perhitungan total leukosit disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 2.
A 29.77-31.47%, B 26.93-31.77%, C 27.53-31.07%, D 24.07-32.37%.
5
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (1-9)
ikan sekitar 20.000-150.000 sel/mm3 darah, memiliki
Rataan jumlah leukosit (sel/mm3)
60000
satu inti, dua inti atau lebih.
50000 40000
Secara umum, semua perlakuan baik A, B,C
A B
30000
maupun D menunjukkan adanya peningkatan jumlah
C
leukosit. Namun demikian, peningkatan tertinggi
D
20000
diperoleh oleh perlakuan A, diikuti B, C dan terendah
10000
D.
0 0A
7A
14A
28A
7INF
14INF
21INF
Hari pengamatam
Peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan A, B dan C yang lebih tinggi daripada perlakuan D
Gambar 2. Grafik Pengamatan Total Leukosit Sebelum
(kontrol) menunjukkan bahwa pemberian Cr yeast
Dan Setelah Infeksi
memberikan efek positif terhadap peningkatan total
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa total
leukosit.Gudkovs (1988), yang menyatakan bahwa
leukosit sebelum infeksi pada perlakuan A berkisar
karakteristik respon non spesifik, satu diantaranya
21966.7-49800 sel/mm3,
20233.3- 46066.67
ditandai adanya migrasi dari leukosit ke dalam
C 21833.3-47433.3 sel/mm3, D 22100-
jaringan. Leukosit merupakan salah satu komponen
26816.67 sel/mm3. Kisaran total leukosit pada semua
darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik
perlakuan A, B, C maupun D masih dalam kondisi
yang akan melokalisasi dan mengeliminir patogen
normal. Rastogi (1977), menyatakan jumlah leukosit
melalui pagositosis (Anderson, 1992).
sel/mm3,
B
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rata-Rata Total Leukosit (sel/mm3) selama Pemeliharaan Sebelum Infeksi Virus dan Setelah Infeksi Virus pada Uji Tantang PERLAKUAN
ULANGAN
SEBELUM INFEKSI VIRUS H0
A
H +14
H +21
21850
30300
35700
53700
20950
23550
20500
28150
38350
45750
17600
20950
19400
3
20550
26700
36350
49950
21250
23700
21650
21966.7
28383.33
36800
49800
19933.33
22733.33
20516.67
1
19300
24500
41950
46150
20725
26325
22250
2
22650
27250
38000
47800
19800
21800
17350
3
18750
26250
35750
44250
18250
25250
22200
20233.3
26000
38566.67
46066.67
19591.67
24458.33
20600
1
21000
28200
47900
36150
20450
17800
25275
2
23750
27150
49150
37850
19800
13000
25400
3
20750
29500
45250
34250
18700
15350
26800
21833.3
28283.33
47433.33
36083.33
19650
15383.33
25825
1
22700
27900
23050
24500
14900
18500
24500
2
21500
27350
21000
25300
15500
17625
25100
3
22300
25200
22250
24250
16250
18500
26400
22166.7
26816.67
22100
24683.33
15550
18208.33
25333.33
Rata-rata
Keterangan: H0 : awal pemeliharaan H+21 : Hari ke-21
6
H +7
23500
Rata-rata D
H+28
1
Rata-rata C
H+21
2
Rata-rata B
H+14
SETELAH INFEKSI VIRUS
H+14 : hari ke-14 H+28 : hari ke-28
Pemanfaatan Immunostimulan untuk Pengendalian Penyakit pada Ikan Mas (E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat)
Gambar 2 menunjukkan bahwa
total leukosit
setelah infeksi pada semua perlakuan A,B, C dan D mengalami penurunan. menunjukkan
bahwa
Penurunan leukosit ini ikan
mengalami
infeksi,
(fagositosis),
membunuh
dan
mencerna
(Baratawijaya, 1991). Proses fagositosis menurut Spector (1993) terjadi apabila
kontak antara partikel dengan
sehingga leukosit yang berfungsi sebagai pertahanan
permukaan sel fagositosis. Membran sel kemudian
non spesifik digunakan untuk
melokalisasi dan
mengalami invaginasi dimana dua lengan sitoplasma
mengeliminir patogen melalui pagositosis. Anderson
menelan partikel sehingga terkurung dalam sitoplasma
(1992),
menyatakan leukosit merupakan salah satu
sel, terletak dalam vakuola yang dilapisi membran
komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan
(fagosom). Lisosom yang ada di dekatnya melebur ke
non spesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminir
dalam fagosom dan mengeluarkan enzim-enzim
patogen melalui pagositosis.
membentuk fagolisosom atau lisosom sekunder sehingga bakteri atau partikel tersebut mati dan
Indeks Pagositik
hancur dalam sel fagositosis tersebut. Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa fagositosis
indeks
pada perlakuan A, B dan C sebelum
infeksi lebih tinggi dibandingkan perlakuan D (kontrol).
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
Chromium yeast pagositosis.
mampu meningkatkan indeks
Meningkatnya
menunjukkan
indeks
pagositosis
adanya peningkatan kekebalan tubuh,
sebagaimana diungkapkan Brown (2000), yang menyatakan peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sel fagosit dari hemosit. Sel fagosit ini berfungsi untuk melakukan fagositosis terhadap benda asing yang
masuk ke
dalam tubuh inang. Fagositosis adalah ingesti bahan partikel terutama bakteri ke dalam sitoplasma sel darah. Pola peningkatan prosentase indeks pagositik
Tabel 6 juga menunjukkan bahawa indeks pagositosis setelah uji tantang mengalami penurunan baik pada perlakuan maupun kontrol. aktivitas fagositik virus KHV
Penurunan
diduga karena adanya infeksi
yang menyebabkan beban kerja sel
fagositik menjadi lebih besar, sehingga kemampuan memfagositosis
bakteri
secara
invitro
menjadi
menurun. Selain itu, penurunan aktivitas pagositik juga diduga karena jumlah sel neutrofil yang aktif mungkin
mengalami penurunan, yang menurut
(Tizard, 1988), kerja neutrofil cepat tetapi tidak tahan lama, sedangkan fagositik mononukear kerjanya lambat, dapat memfagositik berulang-ulang dan dapat mengolah antigen untuk proses tanggap kebal.
ini merupakan fungsi dari peningkatan total leukosit
Tabel 6 juga menunjukkan bahawa indeks
maupun presentasi jenis leukosit masing-masing pada
pagositosis setelah uji tantang mengalami penurunan
limfosit, monosit dan neutrofil (Amrullah, 2005).
baik pada perlakuan maupun kontrol.
Menurut Fletcher (1982) dan Walczak (1985), ikan
aktivitas fagositik
seperti juga pada mamalia, sel yang berfungsi untuk
virus KHV
memfagositosis
fagositik menjadi lebih besar, sehingga kemampuan
adalah
mononukear fagosit.
neutrofil
granulosit
dan
Penghancuran kuman oleh
fagositosis, terjadi dalam beberapa tingkat yaitu
Penurunan
diduga karena adanya infeksi
yang menyebabkan beban kerja sel
memfagositosis
bakteri
secara
invitro
menjadi
menurun.
kemotaksis dimana sel sel fagositosis mendekati mikroorgaisme, kemudian menangkap, memakan
7
Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (1-9)
Tabel 7. Indeks Fagositosis (%) Selama selama Pemeliharaan Sebelum Infeksi Virus dan Setelah Infeksi Virus pada Uji Tantang PERLAKUAN
ULANGAN
A
C
D
Keterangan: H0 : awal pemeliharaan H+21 : Hari ke-21
H +14
H +21
H+28
H +7
H +14
H +21
1
10
16
23
22
24
28
23
2
9
14
19
25
21
33
27
12
14
21
24
19
28
25
10,33
14,67
21
23,67
21,333
29,67
25
1
10
14
19
22
14
27
26
2
9
12
17
18
15
24
24
3
10
15
15
17
17
28
23
9,667
13,67
17
19
15,333
26,33
24,333
1
8
14
14
17
14
19
23
2
12
9
12
19
13
15
21
3
12
12
15
21
12
22
24
10,67
11,67
13,67
19
13
18,67
22,667
1
12
9
12
14
10
15
18
2
10
12
14
12
9
14
22
3
9
8
12
14
12
17
21
10,33
9,667
12,67
13,33
10,333
15,33
20,333
H+14 : hari ke-14 H+28 : hari ke-28
Penurunan aktivitas pagositik juga diduga karena
120 100
penurunan, yang menurut (Tizard, 1988), kerja
80
neutrofil cepat tetapi tidak tahan lama, sedangkan mononukear
kerjanya
lambat,
dapat
memfagositik berulang-ulang dan dapat mengolah
Sintasan (%)
jumlah sel neutrofil yang aktif mungkin mengalami
fagositik
SETELAH INFEKSI
H0
3
B
SEBELUM INFEKSI
A B
60
C D
40 20 0
antigen untuk proses tanggap kebal.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Hari pengamatan
Kematian Harian Selama Uji Tantang dan Sintasan setelah Uji Tantang
Gambar 3. Grafik Kematian Harian Setelah Uji Tantang
Grafik kematian selama uji tantang dapat dilihat pada Gambar 3.
Data sintasan setelah uji tantang disajikan pada
Berdasarkan Gambar 3, terlihat pada perlakuan A kematian terjadi mulai pada hari ke-9, B dan C pada hari ke-10 dan D (kontrol) pada hari ke-5. Hal ini
Tabel 8. Tabel 8. Sintasan Ikan Mas Setelah Uji Tantang (%) PERLAKUAN
menunjukkan bahwa pemberian chromium yeast mampu meningkatkan daya tahan
ULANGAN
RERATA
1
2
3
tubuh yang
A
80
70
80
76,66 ± 5,7773 c
ditandai dengan meningkatnya jumlah leukosit dan
B
70
60
60
63,33 ± 5.7773 bc
indek fagositik.
C
50
60
40
50 ± 10,000 b
D
10
30
20
20 ± 10,000 a
8
Pemanfaatan Immunostimulan untuk Pengendalian Penyakit pada Ikan Mas (E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat)
Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan A menghasilkan
sintasan tertinggi sebesar 76,66 ±
5,7773 % diikuti B
63,33 ± 5.7773 %, C
50 ±
10,000 % dan D 20,0000 ± 10,000%. Sintasan pada perlakuan A,B dan C berbeda nyata dengan perlakuan D (kontrol).
Hal ini menunjukkan Cr yeast
memberikan respon positif terhadap kelulushidupan ikan mas yang diinfeksi KHV. Kelulushidupan yang tinggi ini disebabkan adanya peningkatan daya tahan tubuh ikan mas yang ditandai meningkatnya jumlah total leukosit yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik dan adanya peningkatan indeks pagositosis. Anderson (1992), menyatakan leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminir
patogen
melalui
pagositosis.
Meningkatnya indeks pagositosis
menunjukkan
adanya peningkatan kekebalan tubuh, sebagaimana diungkapkan
Brown
(2000),
yang
menyatakan
peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas sel fagosit dari hemosit.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan x
Pemberian Cr yeast memberikan respon positif terhadap peningkatan daya tahan tubuh ikan mas.
x
Pemberian Cr yeast terbukti mampu meningkatkan sintasan ikan mas yang diinfeksi virus KHV.
Saran Perlu dilakukan pengujian penggunaan Cr yeast pada KJA ukuran 7x7x7m3 di beberapa pembudidaya sebelum didiseminasikan ke masyarakat.
Anderson DP. 1974. Fish Imunlogi. TFH Publication Ltd Hongkong. 239 ps Anderson, 1992. Immunostimulants, Ajduvants and Vaccine Carrier in Fish: Application to Aquaculture. Ann. Rev. Fish Dis 2: 281-307 Baratawidjaya KG. 1991. Imunologi Dasar. Fakultas Kedoktern Hewan Universitas Indonesia, Jakarta. 217 ha,. Bond, 1979. Biology of Fishes. W.R Saunders, Philadelphia, London Toronto Brown KMT .2000. Applied Fish Pharmacology. Kluwer Academic Publisher. Netherland.309 ps Ellis, A.E. 1988. General Principle of Fish Vaccination. Academic Press. London. Ferguson, H.W. 1988. Normal Structure and FUcntions. Fish Disease Refresher Course for Veterinarians Proc. 106: 35-47 Fletcher TC, 1982. Non Spesific Defence Mechanism of Fish. Developmental Comparative Immunology 2 : 123-127 Gudkovs, N. 1988. Fish Immunology. Fish Disease Refresher Course for Veterinarians. Proc. 106: 531544 Harris E. 1982. Short Notes on The Application of Running Water Systems in Carp Culture in West Java Submitted to The Workshop on Aquaculture Financing. Jakarta. 6 hal Kwang L.C 1996. Immune Enhancer in The Control of Diseae in Aquaculture. Encap Technology Pte Ltd, Singapore 99-128. Ornamental Aquatic Trade Association (OATA). 2001. Koi Herpes Virus (KHV). United Kingdom. 33 ps. Randall D.J. 1970. The Circulatory System. In Fish Physiology ed: W.S Hoar, D.J Randall. Vol 4 London Academic Press p: 133-172 Rastogi, S.C 1977. Essential of Animal Physiology. Willley Easterm Limited, New Delhi, Bangalore, Bombay, Calcuta p : 204-223 Saptiani,G. 1996. Gambaran Sistem Kekebalan Non Spesifik pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) akibat Pemberian Immunostimulan. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 60 hal. Spector, WG. 1993. An Introduction to General Pathology. Third Edition. Churcill Livingstone, London. 391 ps Tizard I. 1988. An Introduction to Veterinary Immunology. Second Ed. WB. Saunders Company. Philadelphia. 363 ps
DAFTAR PUSTAKA
Walczak BZ.1985. Immune Capability of Fish. A Literatur Review. Canadian Technical Report of Fisheries and Aquatic Science 1334: 1-33
Amrullah 2004. Penggunaan Immunostimulan Spirulina platensis Untuk Meningkatkan Ketahanan Tubuh Ikan Koi (Cyprinus carpio) Terhadap Virus Herpes. Tesis S2. Program Pasca Sarjana Institute Pertanian Bogor. 101 hal
Wedemeyer G.A dan Yasutake WT 1977. Clinical Methods for the Assesment of the Effect Environmental Stress on Fish Health. Technical Papers of the U.S. Fish and Wildlife Service. Us. Departement of the Interior 89: 1-18.
9