PEMANFAATAN I-IARTA GADAI DALAM PERSPEI<.:TIF EMP AT MAZI-IAB (Analisa Perbanclingan)
:,:-_\!e~·in,
d;1rl
Tgl.
Oleh :
Wahyudin
,
''·"
--,...,.,,- -· ··-~.....,,_ ... ..,..,.._,_ .:
; .ff'"(~"'i)"'{':"''IJZJTIJ ....
No. lndult :
:~ff(!:'.f'.:::~:!::~:::9:;{q7:
kiasH!ka!'i ; .............................. .
............ -
102043124935
JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH FAI<.:ULTAS SYARI'AH DAN HUli<.:UM UIN SYARIF HIDAY ATULLAH JAI<.:ARTA 1430H I 2009 M
PERPUST
AK~AN ..UTfl.MA -~
UIN S'O\HID JAKARTA --~-""'~.,,,,,,_~
PEMANFAATAN IfAR.TA GADAI DALAM PERSPEI<TIF EMPAT lVIAZHAB (Analisa Perbandingan)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Wahyudi!!
102043124935 Dibawah Bimbingan :
Drs. H. Hamid Farihi, MA
Nip. 195811191986031001
JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH FAI
J
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ripsi be1judul,PEMANFAATAN HARTA GADAI DALAM PERSPEKTIF EMPAT ADZHAB (Analisa Perbandingan) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas ariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada !Jori iin. Tanggal 07 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
mperoleh gelar Saijana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Madzhab tih dan I-Iukum (PMI-I). Jakarta, 07 Desember 2009
~ITIA
UJIAN
(etua
/
: Dr.I-I. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag
(. .. " " " " .'j)/(... ) j
NIP. 197112121995031001 lekretaris
: Dr. H, Muhamm;Jd Taufiki, M.Ag_ NIP. 196511191998031002
'embimbing I
: Drs. H.Hamid Farihi, MA NIP. 195811191986031001
'embimbing II
: Dr. H, Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 196511191998031002
enguji I
: Prof. Dr. I-I. J-lasanuddin AF, MA NIP. 150050917
enguji II
: Dra. Maskufa, M.Ag NIP. 196807031994032002
( ......
~.)
~ ~
~r~~·
~
.. )
LEMBAR PERNY AT AAN
ngan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnemenuhi salah salll persyaratan mempero!eh gelar strata satu (SI) di Universitas lsi.arn Negeri (UIN) Syarif Hidayatul!ah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesum dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U!N) Syarif Hidnyatullah Jakartr.. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau rnerupakan basil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di lJniversitas Islam Negeri (lJIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Desember 2009
~J~"~, Wahyudin
KATA PENGANTAR
~Jir}i~ul~ Segala puja dan puji syukur senantiasa hamba haturkan kehaclirat Allah SWT, yang telah a1emberikan nikmat tak terkira, berupa iman dan Islam, serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa kasih dan sayang-Mu ya Rabbi tentulah penulis akan mengalami kesulitan clan kemandegan
clalan~.
menyelesaikan skripsi ini. Kaulah makna cinta sejati, yang telah memberi seccrcah motivasi, hingga terselesaikannya buah karya berupa skripsi. Shaiawat dan salam pula tak lupa, selalu •erkirim doa, teruntuk manusia sempurna yang berhasil merubah dunia clan menjadi rahmat bagi almn semesta, menaikkan derajat kaum wanita, menjunjung tinggi azas Jogilrn, merubah kebiasaan tercela menjadi mulia dengan cinta yang bcrani mengorbankan nyawa demi tauhicl Yang Esa. Karena beliaulah Islam menjadi sebuah agama, karena beliaulah pembela HAM pertama, karena beliualah revolusioner sejati yakni Nabi Muhammad saw, Rasul ullah penutup anbia. Tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tentulah dalam pernbuatan skripsi 1111
akan mengalami hambatan-hambatan yang ada. Karena itu banyaJ; sekali
keterlibatan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunnnnya. Schingga sudah sepantasnya penulis mengucap banyak terima kasih yang scbcsar-besarnya dan
6. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Ustadz Muhayar bin Ustadz Nurdin clan Ibunda tercinta Atiyah binti Hanafi. Atas kasih sayang kalian bcrdua, skripsi ini adalah buah persernbahan dari anakmu tercinta. "fbu ... Cinlam11 adalah catatan sejarah hidupku", tanpa pengorbanan dun kesabaran kalian,
manalah mungkin skripsi ini terselesaikan. Maafkan anakmu [bu, maafkan anakrnu Ayah. Belaian kasihmu, kan kuabadikan sarnpai akhir hidupkl;. Juga adik-adikku tersayang : Dewi Listia Wardani, Syarifah Fauziah, Muhammad Ma'sum, lndah Khairun Nisa, Luthfia Ningsih clan Muhammad fhsan Al .. Farizi (Ezi) yang selalu mendoakanku dalam penulisan skripsi ini. "Semoga Allah me/indungi dan menyayangi kalian semua ".
Penulis mengucapkan terima kasih kepada sernuanya yang telah membantu. clan semoga Allah SWT rnemberikan balasan yang berlipo.t. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya sekalipun masih terdapat kekurnngan clan perbaikan. karena "Tak ada manusia yang sempurna ". Bogor, Januari 2009
c-=~V:.-, Penulis
DAFTAR !SI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... . DAFTARISI ....................................................................................................... BABI
IV
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masai ah ..................................................... .
B.
Pembatasan clan Perurnusan Masalah...................................
9
C.
Tujuan clan Manfaat Penulisan.............................................
I0
D.
Review (Kajian Terdahulu).............................. ................. .
11
E.
Metode Penelitian.................................................................
IJ
F.
Sisternatika Penulisan ..........................................................
13
BAB II SEJARAI-1 PERKEMBANGAN MAZHAB A. Latar Belakang Tirnbulnya Mazhab .... ........ ....... .... .... ....... ........
J5
B. Pengertian rnazhab ................................ ........... ..... ....... ... ....... ....
23
C. Macam-macam Mazhab ............... ... ... ......... ...... ... .. ... .............. ...
24
BAB III TINJAUAN UMUM TENT ANG GADAI A.
Definisi Gadai ..................................................................... .
28
B.
Lanclasan 1-Iukum Gadai ..................................................... ..
30
C.
Rukun Gaclai ....................................................................... .
D.
Syarat Gadai ........................................................................ .
14
BAB IV
PERBANDINGAN PENDAPAT EMPAT MAZI-IAB TENTANG PEMANFAATAN HART A GADAI
Pemanfaatan Barga Oadai Yang Dilakukan Oleh Rahin .....
41
I. Pendapat 1-lanafiyah............................ ... .. ...... .... ...... .... . .
41
2. Pendapal Malikiyah........................................................
42
3. Pendapat Syafi'iyah.......................................................
42
4. Pendapat Hanabilah........................................................
43
Pemanfaatan Hatta Oadai Yang Dilakukan oleh Murtahin..
44
I. Pendapat 1-lanafiyah.......................................................
44
2. Pendapat Malikiyah........................................................
45
3. Pendapat Syafi'iyah.......................................................
46
4. Pendapat Hanabilah........................................................
46
C.
Dali]- dalil Pendapat........................................... ................
49
D.
Munaqasah Adillah..............................................................
5l
A.
B.
BABY
PENUTUP
A.
Kesimpulan .. .. ... .. .. .. .. .. .... .. .... ... ... ... .. .. .. .. .. .. .. .... .. .... ... .. .. .. .. .. .
59
B.
Saran-saran...........................................................................
62
DAFTARPUSTAKA .........................................................................................
63
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Suatu keyakinan yang mesti menjadi pegangan umat Islam ialah bahwa ajaran Islam yang termuat clidalam al-Qur'an dan al-Sunah merupakan petunjuk Allah yang harus menjadi pecloman bagi seluruh umat manusia demi keselamatan hidupnya clidunia clan akhirat Berbecla hal nya dengan ajaran-ajaran yang pernah diturunkan Allah sebelumnya, ajaran Islam tic!ak hanya berlaku untuk suatu kelompok masyarakat tertentu clan terbatas pada suatu masa tertentu. Ajaran Islam sejak cliturunkan telah clitetapkan sebagai pegangan bagi semua kelompok umat manusia pada berbagai tempat clan waktu sampai pada akhir masa. Syari'at Islam mempunyai sifat integral, yang mencakup seluruh aspek kehiclupan manusia, bukan hanya semata kehidupan ukhrawi chm bukan pula kehidupan cluniawi, tetapi 111enghi111pun kedua aspek kehidupan ini. Karena itu dapatlah dikatakan Islam sebagai kepercayaan clan Islam itu way of life. Karena luas biclang yang diatur syari'at ini, maka para ahli membagi peraturan-peraturan Islam itu kedalam tiga kelompok:
2
I. Peraturan yang berhubungan dengan kepercayaan (l'tikad). Dal am hal ini Islam telah menetapkan clasar-dasar kepercayaan kepacla Allah, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, malailrntNya, hari akhir clan takclir. Semua cliatur dalam suatu ilmu pengetahuan khusus yang dinamakan Ilmu Tauhid. 1 Menurut Syekh M. Abduh, Ilmu Tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pacla Nya, sifat-sifat yang boleh mla pacla Nya, sifat-sifat yang ticlak mungkin ada pada Nya; membicarakan tentang rasul-rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepacla mereka, clan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mernka. 2 Semua dasar pembahasan dan pernbuktian dalmn bidang ini aclalah berdasarkan wahyu, apakah wahyu yang berbentuk al-Qur'an atau sunah Rasul. Kemudian ditunjang oleh rasio. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang pasti karena itu pembuktian untuk mencapainya harus pasti juga ymtu wahyu. Akal manusia selalu berbeda yang tidak membawa kepada suatu kepastian, kepastian yang mutlak hanya
1
f-Iuzai1nah
·r.
Yanggo dan Hatiz Anshary AZ, Problen1atiko /-!11k111n Jslan1 Konteo1porer,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, I 994), Cet. Ke-I, h. I 79 2
12.
A. 1-fanafi, Pengantar Theology !sla111, (.Jakarla: PT. Al-f-lusna Zikrn, 200 I), Cet. I<e-7, h.
3
dari wahyu. Wahyu memberikan kebenaran, sedang aka! hanya alat untuk mencan kebenaran, seclang hasil penemuan aka! belmn tentu benar. 3 Demikianlah keyakinan didalam Islam bukan semata hanya berdasarkan dogma yang mesti clitelan bulat-bulat, tetapi juga 111anusia disuruh clan di dorong agar berfikir clan memikirkan segala sesuatu untuk mernperkokoh clan memperkum keyakinan terhaclap apa yang telah ditelapkan agama yang barns clipercayai. 2. Peraturan yang berhubungan dengan Akhlak Dalam bidang ini para u!ama telah menyusun suatu ilmu pengetahuan tersencliri yang clinamakan Ilmu Tasawuf yang isinya 111endorong manusia agar menghinc!ari diri clari sega!a pemikiran-pernikiran clan sifat-sifat yang buruk clan keji., clan clisamping itu mengajak clan menclorong manusia agar bersifat clan berakhlak yang baik. Dasar ilmu tasawuf ini juga adalah berclasarkan ajaran al-Qur'an dan sunah. 4 Dalam kaitan ini terclapat tiga suc!ut panclang yang cligunakan para ahli untuk menclefinisikan tasawuf. Pertama, suclut panc!ang manusia sebagai makhluk terbatas;
3
H.M. Asywadie Syukur, Perbandingan i\!adzhab, (Surabaya: PT. Bina llmu, 1994), C\,t.1,
•I
Ibid, h.3.
h.3.
4
kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus be1juang; clan ketiga
sudut pandang manusia sebagai makhluk ber-Tuhan. 5 Jika clilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhlt:k yang terbarns, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan clunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Selanjutnya jika sudut panclang yang cligunakan adalah panclangan bahwa manusia sebagai makhluk yang harus be1juang, maka tasawuf dapat clidefinisikan sebagai upaya memperinclah cliri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran aga111a dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika sudut panclang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluk ber-Tuhan, maka tasmvuf dapat diclefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepacla Tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang clapat 111enghubungkan manusia dengan Tuhan. Jika ketiga clefinisi tasawuf tersebut satu dan yang lainnya clihubungkan, maka segera nampak bahwa tasawuf pacla intinya adalah upaya mclatih jiwa clengan berbagai kegiatan yang clapat membebaskan cliri manusia clari pengaruh kchidupan
5
Abud in Nata, Metodo/ogi St11di Islam. (Jakarta ; PT. Raja Grafindo, 200 I), Cet. 6, hat 240
5
duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersib clan memancarkan akhlak yang mulia. 6 Akhlak mulia atau bucli luhur aclalah merupakan pokok ajaran islam. Karena itu Rasu!ullah mengaitkan missinya clengan pernbinaan akhlak mulia. Karena itu budi luhur tumbuh ketundukan dan kepatuhan terhadap hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia clengan Tuhannya, antara manusia dengan sesamanya. Budi luhur inilah yang
111e1~jacli
clasar penilaian Allah terhaclap seseorang, budi lubur ini pula
yang menentukan kelestarian umat manusia. 7 3. Peraturan yang berhubungan clengan I-lukum Dalam bidang ini para ulama telah menghimpunkannya clidalam suatu ilmu pengetahuan tersendiri yang mereka namakan ilmu fikih. Kata fiqih dalam pengertian bahasa ialah "al-fahrnu" yaitu faham, pengetahuan atau pengertian. 8 Adapun yang dimaksud dengan likih menurut istilah syara' ia!ah pengetahuan tentang hukum-hukum syari 'at Islam mengenai pcrbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil secara detail. .Alau koclifikasi hukum-hukum
6
Ibid., h. 240.
7
Asywadie, Perbandingan Madzhab, h.4
8
Husnan Budinrnn, Pengantar !/mu Fiqih, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 16.
6
syari'at Islam tentang perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil-dalil secara detai!. 9 Dari pengertian diatas jelaslah fikih itu merupakan ilmu pengetahuan hukum yang hanya mencakup perbuatan-perbuatan yang amali saja, clan pengetahuan hukum bersumber dari ijtihad. Ilnrn fikih ini dibagi menjadi dua kategori besar: lbadah ialah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Bidang ibadah ini hanya meliputi J\!fuqodimatul lbadah seperti pembahasan mengenai jenis-jenis air, najis, mandi, wudlm. clan tayamum dan Maqashidul lbadah yang meliputi sembahyang, puasa, zakat clan lu\ji.
Mu'amalah ialah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan manusia sesamanya. Bidang ini sangat luas, karena me1,cakup semua aspek pergaulan hidup manusia dengan sesama, baik dalam bidang lingkungan, kebendaan, keluarga, masyarakat clan negara. 10 Obyek muamalah clalam Islam mempunyai bidang yang amat luas sehingga al-Qur'an dan al-Sunah secara mayoritas lebih banyak membicarakan persoalan
9
Abdul Wahab Khallaf,
//11111
Ush11!11/ Fiqh. dite1je111ahkan oleh Mnsdar Helmy, (Bandung:
Gema Risalah Press, 1997), Cet. Ke-2, h. 21. '
0
Asywadie, Perbandingan Madzhab, h.4.
7
muamalah dalam bentuk yang global dan umum saja. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi terhadap berbagai bentuk nrnamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, dengan syarat bahwa bentuk muamalah hasil inovasi ini tidak keluar dari prinsip-prinsip yang telah ditentukan oleh Islam. Disadari bahwa manusia sebagai subyek hukum tidak mungkin hidup di alam ini sendiri saja, tanpa berhubungan sama sekali dengan manusia lainnya. Eksistensi manusia sebagai makhluk sosial sudah merupakan fitrah yang ditetapkan Allah bagi mereka. Suatu hal yang paling mendasar dalam memenuhi kebutuhan seorang nwnusia adalah adanya interaksi sosial dengan manusia lain. Dalam kaitan dengan ini, Islam clatang dengan dasar-clasar dan prinsip-prins1p yang mengatur secara baik persoalan-persoalan muamalah yang akan clilalui oleh scliap manusia dalam kehiclupan sosial mereka. Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh manusir: sejak clahu!u sampai sekarang sejalan clengan perkembangan kebutuhan dar. pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu, dijumpai dalam berbagai suku bangsa dan bentuk muamalah yang beragam, yang esensinya aclalah saling melakukan interaksi sosial dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing. 11
11
Nasn111 1-laroen, Fiqh Muamalah, (Jakaria: Gaya Media Prataina, 2007), Cet. Ke-2, h. viii
8
Sehubungan dengan itu salah satu persoala11 muamalah yang diatur oleh ajaran islam yaitu gadai (rahn). Secara realitas ternyata tidal; sclamanya orang bisa memenuhi clan menyelesaikan kebutuhannya tepat pacla waktunya. Misalnya saja seorang yang pacla suatu ketika tidak mempunyai uang padahal dia berada ditengah masyarakat yang tidak mengenal clan mempercayainya atau seorang yang sedang kehabisan bekal ditengah pe1:jalanan, sehingga proses interaksi jual beli dan pinjam meminjam dengan cara bai' al-amanah (jual beli dengan cara saling mempercayai) ticlak clapat clilaksanakan. Pada kemungkinan seperti ini, maka pelaksanaa gadai sangat dimungkinkan.
Persoalan gadai di Indonesia ini adalah suatu ha! yang sudnh berlangsung biasa dan sifatnya umum. Disamping adanya pelaksanaan gadai yang tak terorganisir clitengah masyarakat, clitemukan juga lembaga formal gaclai yang merata pada setiap claerah di Indonesia ini yang disebut clengan Kantor Pegadaian Negara. Karenanya dapat clipastikan bahwa pelaksanaan gadai itu telah terlaksann dengan baik dalam jumlah yang relative banyak.
Dan ada pula sebagian orang atau lembaga yang melakukan transaksi gadai tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yakni terjadinya tindak kezhaliman yang dilakukan pemilik piutang, clengan earn menggunakan barang gadaian tersebut sekchendaknya rnelebihi dari biaya perawatan
yang di keluarkannya bahkan barang gadaian itu
ketika dikembalikan kepada pemiliknya sudah banyak perubahan dan kerusakan, clan
9
dengan cara menyita barang gadai, walau nilainya lebih besar clari hutangnya, bahkan mungkin berlipat-lipat. Perbuatan semacam ini, sangat jelas merupakan perbuatan Jahiliyah clan perbuatan zhalirn yang harus dihilangkan. Sernoga kita terhindar dari perbuatan ini.
Hal-hal yang berkaitan dengan gadai, diantaranya ialah pemanfaatan barang gadaian. Para ulama fiqh sepakat rnengatakan bahwa segala biaya yang dibutuhkan untuk perneliharaan barang-barang jaminan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya . yaitu orang yang berutang. Hal ini sejalan degan sabda Rasulullah yang rncngatakan:
Artinya: ... Pemilik barang jaminan berhak atas segala basil lx1rang jaminan clan i<'. juga bertanggung jawab atas segala biaya barang jaminan itu. (HR. asy-Syali'i dai« ad-Daruquthni). Para ulama fiqh juga sepakat mengatakan bahwa barnng yang clijadikan barangjaminan itu ticlak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa rnenghasilkan sama sekali. karena tinclakan itu termasuk tindakan menyia-nyiakan harta yang dilarang Rasulullah. Akan tetapi, bolehkah pihak pemegang barang jarninan memanfoatkan barang jaminan itu; sekalipun menclapat izin clari pemilik barang jaminan. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk rnernpermudah dan tidak meluasnya pernbahasan, maka pemdis rnembatasi rnasalah yang berkaitan dengan Pernanfaatan Harta Gaclai dalam
IO
perspektif empat Imam Mazhab. Adapun rumusan masalah yang akan c!ikaji adalah sebagai berikut: I. Apa yang c!imaksuc! c!engan Gac!ai rnenurut empat mazhab?
2. Bagaimana hukum pemanfaatan harta
gac!ai
menurut
empat Mazlrnb sert21
analisanya? C. Tujuan clan Manfaat Pennlisan
Tt\juan yang ingn dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Mengetahui apa yang dimaksud clengan gaclai menurut empnt rnazhab
2.
Mengetahui hukum pernanfaatan harta gaclai yang dilakukan oleh rahin
menurut empat mazhab 3. Mengetahui hukum pemanfaatan harta gadai yag dilakukan oleh murtahin menurut empat mazhab Manfaat penulisan yang dapat cliambil dari skripsi in ada'ah ; 1. Secara Akademis
Dilihat clari akaclemis manfaat penulisan ini aclalah dapat memberikan tambahan keilmuan dalam bic!ang hokum rnuarnalah pada urnurnnya. 2. Secara Praktis
11
Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat rnemberikan pen.ielasan kepacla masyarakat luas tentang pemanfaatan harta gaclai menurut empat mazhab D. Review (kajian terdahulu)
Sejauh penelusuran penulis, pennasalahan dalam hal gadai hanya sebatm; membahas pengertian gadai clan ketentuan-ketentuan menerut Islam secarn Juas dan umum. Ada juga yang membahas tentang pelaksanaan gadai clalam syariat islam secara umum, prospek pengac!aian jika berdasar pada panduan syariat !slam, dan yang banyak sering menjadi bahan permasalahan clan c!iangkat clalam skripsi aclalah analisis pengadaian di perusahaan gadai, kineija pengaclaian menurut Hukum Konvensional c!itinjau c!ari Hukum Islam. Pembahasan c!alam skripsi ini lebih kepac!a penjelasan clan aturan penggaclaian menurut Imam Maclzhab, clan manfaatnya .Penu!is rnenempatkan kepac!a masalah tersebut.
E. Metode Penulisan Metode yang cligunakan oleh penulis adalah Deskriptif Analisis yang bcrusaha memberikan pernecahan rnasalah c!engan pengumpulnn clnta-data bernpa penclapat tentang pernanfaatan harta gac!ai rnenurut perspekti fem pat rnazhab. Dalam pengambilan data clalarn penelitian, penulis akan rncmakai nwtodc studi dokumentasi yang terdapat dalam buku-buku.
12
I. Jenis Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) 2. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian m1 terdiri clari ch1ta pnmer dan data skunder yaitu: a. Data Primer yaitu kitab Al-Fiqh 'ala Mazahib al-'Arba'ah, Tuhfat al-Ahwaz Bi Syarh Jami' al-Turmuji b. Data skuncler yaitu buku-buku pendukung yang berkaitan dengan judul skripsi. 3. Teknik pengumpulan Data Untuk pengumpulan data, penulis mempergunkan studi pustaka ,memilih literature clan referensi kepustakaan yang berhubungan dan berkcnaan dengan juclul skripsi ini. Dalam rangka pengumpulan data ini penulis membaca buku-buku, dokumen dan apa saija yang berkaitan dengan permsalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 4. Metode Analisa Data Penelitian ini bersifat deskriptif bahwasanya penulis memberikan paparan secara sistematis dan logis serta kemuclian menganalisanya.
13
Adapun teknik penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syari'ah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta. S,;dang penulisan ayatayat al-Qur'an clan terjemabnya berpecloman pada al-Qur'an dan terje111ahnya. F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bah, yang 111asing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Hal ini dimaksud untuk me111per111udah pembahasan dan mudah dipahami. Oleh karena itu penulis mengklasifikasikan permasalahan clengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB!
Pendahuluan yang meliputi Jatar belakang, pembatasan clan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,Review kajian terdahulu, mctode penulisan, clan sistematika penulisan
BAB II
Sejarah Perkembangan Mazhab meliputi latar belakang timbulnya mazhab, pengertian mazhab dan macam-rnacarn rnazhab.
BAB Ill
Pernbahasan rnengenai tinjauan unrnrn tentang gadai, rnencakup definisi gaclai, lanclasan hukum gadai, rukun clan syarat gadai.
BAB IV
Pendapat empat Mazhab tentang pemanfaatan harta gadai yang mcliputi: pendapat Hanafiyah, penclapat Malikiyah, pcndapat Syafi'iah dan pendapat Hanabilah tentang pemanfaatan harta gadai serta nrnnaqasah
14
aclillah BAB V
Penutup, berisi tentang kesimpulan, pendapat yang rajih dari pembahas dan saran-saran serta halaman terakhir berisi daftar pustakn.
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB
A .. Latar Belakang Timbnlnya Mazhab
Munculnya mazhab - mazhab menunjukkan betapa majunya perkembangan hukum Islam. Hal ini terutama disebabkan adanya tiga foktor yang sangat menentukan bagi perkembangan hukt1111 islam sesudah wafat nyn Rasulullah SAW . yaitu : I. Semakin luasnya daerah kekuasaan islam, mencakup wilayah - wilayah di
semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Parsi clan lain -lain . 2. Pergaulan kaum muslimin clengan bangsa yang di taklukannya. Mereka terpengaruh oleh budaya, aclat istiaclat serta traclisi bangsa tcrsebut . 3. Akibat jauhnya negara-Negara yang clitaklukkan
itu
clengan
ibu
kota
khilafah (pemerintahan) islam, membuat para gubernur, para hakim clan para ulama harus melakukan ijtihacl guna memberikan jawaban terhadap problem clan masalah-masalah barn yang clihadapi . Di Irak misalnya para ulama berhaclapan Jangsung dengan kebudayaan Parsi, di Syam dengan adat - istiadat clan hukum Romawi, sedangkan di Mesir clengan mlatistiadat campuran antara Mesir kuno dengan Romawi. Kept1tusan - keputusan para hakim clan fatwa yang di keluarkan para Imam Mujtahid, semuanya itu menambah perbendaharaan kekayaan Islam clalam bidang hukum. Peristiwa itu mendorong para
15
16
ulama umumnya dan terutama Imam mujtahid sating melakukan kunjungan ilmiyah sesuai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, seperti adanya kunjungan Imam Syafi'I ke Madinah, Irak, Mesir, dan seterusnya. Dari banyaknya kunjungan ilmiyah tersebut, maka semakin mudah tercapainya pemahaman serta satu sarna lain semakin mendekati dan mempermudah tercapainya kompromi (kesepakatan) lerhadap beberapa masalah. Kondisi demikian merupakan suatu kese111patan bagi para ulama untuk saling menyempurnakan kekurangan pandangan masing-masing.
11
Pada masa Tabi'-tabi'in yang dimulai pada awal abad kedua Hijriyah, keduclukan ijtihad sebagai istinbath hukum semakin bertambah kokoh dan meluas, sesudah masa itu muncullah mazhab-mazhab dalam biclang hukum islam, baik dari golongan ah! al-Hadis maupun ahl al-Ra'yi. Ahl al-Haclis Ahl al-hadis ini mula rnula berkernbang di daerah Hijaz, yang mana daerah ini sebagai tempat berkumpulnya para sahabat dan kota Maclinah yang terletak di dacrah ini juga merupakan pusat kebudayaan Islam dan pusat pemerintahan islam semenjak masa Rasulullah sampai masa Usman bin Affan. Di rnasa tabi'in yang rnenganut ahl al-I-Jadis ini ialah Imam Malik di Maclinah, Imam Syafi'I di Mesir, Imam Ahmad bin Hanbal di Baghdad dan Daud Zahiri. Adapun metode pengambilan hukum clari ah! al-I-ladis ini secara umurn mereka mencari dahulu dalam al-Qur'an dan Sunnah. Dari kedua sumber ini mereka
11
!bid, h. 74
l7
berpegang kepada lahirnya saja, tanpa membahas dan menc:ari apa yang ada di belakang ayat atau hadis tersebut. Bila dalam kedua sumber tersebut tidak didapat barulah mereka mempergunakan pendapat mereka sencliri (berijtihad) ini pun sangat terbatas clan hati-hati.
12
Ahl al-Ra'yi Kalau kota Madinah (Hijaz) yang kaya dengan hadis-hadisnya sebagai tumbuh clan berkembangnya haclis, rnaka clengan sendirinya kolu Kufah ( lrnk) yang jauh clari pusat pemerintahan clan sangat jarang didapat hadis .. hadis adalah scbagai tempat tumbuhnya ah! al-Ra'yi ini. Hasan Basri (21 H-110 H) scbagai salah seorang ahli lrnkum yang hid up didaerah itu yang meletakan batu pertarna ah! al-Ra 'yi clan seterusnya di kembangkan oleh Imam Abu Hanifah. Irak dimana Imam Abu Hanifah dilahirkan adalah salah satu dacrnh yang penuh dengan pertentangan-pertentangan politik, suatu daerah yang letaknya jauh dari Madinah, malrn tentunya jumlah hadis-hadis yang ada di daerah ini sangat sec!ikit. 13 Dikalangan umat Islam ada empat mazlrnb yang paling terkenal, yaitu Mazhab Hanafi ( 80 - 150 H ), Mazhab Maliki ( 93 - 179 H ), Mazhab Syafi' I ( 150 - 204 H ), Mazhab l-Jarnbali ( 164 - 241 H ). Selain ernpat mazhab terscbut, rnasih banyak
12
H.M. Asywadie Syukur, Perbandingan Madzhab, (Surabaya: PT. Bina JI mu, 1994), Cet. I,
h.37
" Ibid.,h.42.
18
mazhab lain seperti : Hasan basri, Ats-Tsauri, Daud Azh-zhahiri, lbnu Abi Laila, Al'Auza'I, Al-Laits, Ibn Hazm. At-Thabari, Syi'ah Imamiyah clan Syi'ah Zaidiyah.
14
Di kalangan Jumhur pacla masa ini muncul tiga belas mnzhab, yang berarti pula telah lahir tiga belas mujtahid. Akan letapi clari jumlah itu ada sembilan imam mazhab yang paling populer clan melembaga di kalangan jurnhur umat islam clan pengikutnya. Pada periocle inilah kelembagaan fiqh, berikut pembukuannya nrnlai dikodifikasi secara baik, sehingga memungkinkan semakin berkembang pesat para pengikutnya yang semakin banyak clan kokoh. Mereka yang dikenal sebagai pcletak ushul clan manhaj (metode) fiqh adalah:
15
1. Imam Abu Sa'icl al-Hasan bin Yasar al-Bashri (wafat 110 H)
2. Imam Abu l-Ianifah al-Nu'man bin Tsaclr bin Zauthy (wafat 150 H) 3. Imam Auza'iy Abu' Amr Abel. Rahman bin Amr bin Muhamnrnd (wafot 157 H) 4. Imam Sufyan bin Sa'id bin Masruq al-Tsaury (wafat 160 H) 5. Imam al-Laits bin Sa'ad (wafat 175 !-I) 6. Imam Malik bin Anas al-Ashbahy (wafat 179 H) 7. Imam Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H j 8. Imam Muhammad bin Idris al-Syafi' I (wafat 204 H) 9. Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 1-I ).
"M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, (Jakarla: PT. Raja Grnfindo Pcrsada, 2000) eel. Ke-2, h. 2 15
1-!uzaimah, Pengantar Perbandingan Mazhab,, h. 73
19
Selain itu masih banyak lagi mazhab lainnya yang di bina oleh para imam mahzab, seperti imam Daud bin Ali bin al-Ashbahany al-Baghdady (wafat 270 HJ, terkenal sebagai mazhab Zahiry , yang mengambil nisbat kepada redaksional alQur'an dan sunnah , juga seperti ishaq bin Rahawaih ( wafat 238 1-l ) dan mazhab luin yang tidak masyhur dan tidak banyak pengikutnya , atau kurang di kenal sebagai mana lazimnya para pengikut mazhab - mazhab masyhur yang sering tampak sebagai muqallidin
Perkembangan mazhab-mazhab itu ticlaklah sama, ada yang rnenclapat sambutan dan memiliki pengikut yang mengembangkan serta meneruskannya, narnun adakalanya suatu mazhab kalah pengaruhnya oleh mazhab-rnazhab lain yang clatang kemuclian, sehingga pengikutnya menjacli surut. Mereka hanya clisebut saj:1 penclapatnya clisela-sela lembarJn kitab-kitab para Imam Mazhab, bahkan acla yaHib hilang sama sekali. Mazhab yang clapat bertahan clan berkembang terus sampai sekarang serta banyak diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia, hanya empat mazhab, yaitu: 1. Mazhab Hanafi, penclirinya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah alNu'man bin Tsabit Ibn Zuthi al-Taimy (80-150 I-I). Secarn politik Abu Hanifah hiclup dalan clua generasi. Ia clilahirkan di Kufah pacla tahun 80 H; artinya ia lahir pada zaman Dinasti Umayyah clan beliau meninggal pada zaman Dinas'ti Abbasiyah. Ia hiclup selama 52 tahun pada zaman Umayyah dan 18 tahun pacla zaman Abbasiyah.
20
2. Mazhab Maliki, Pendirinya Imam Malik. Nama lengkapnya adalah Malik ibn Ana ibn Abi 'Amar al-Ashbahi. Ia dilahirkan di madinah pada tahun 93 H. Dan beliau wafat pada tahun l 79 H. Ia sempat mernsakan masa pemer!ntahan Umayyah selama 40 tahun clan masa pemerintahan Bani Abbas selnma 46 tahun. 3. Mazhab Syafi'l, pendirinya Imam Syafi'i. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Idris ibn al-Abbas ibn Otsman ibn Syafi'I ibn al-Sa'ib ibn 'Ubaid ibn 'Abd Yazid ibn Hasyim ibn 'Abd al-Muthalib ibn 'Abd Manaf. la dilahirkan di Gazza (suatu daerah dekat Palestina) pada tahun 150 1-1, kemudian dibawa ibunay ke Makkah. Ia meninggal di Mesir pacla Tahun 204 H. 4.
Mazha~
Hanbali, penclirinya Imam Ahmad bin Hanbal. Narna lengkapnya adalah
Abu 'Abdullah Ahmad ibn Hanbal ibn Hila! ibn Asad al-Syaibani al-Marwazi. Ia dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H. Beliau dikenal dengan imam al-hadits dan memiliki kitab musnad. Dan beliau meninggal pada tahun 170 I-I. 16 Perkembangan keempat mazhab ini sangat ditentukan sckali oleh beberapa faktor yang merupakan keistimewaan tertentu bagi keempat mazhab tersebut. Faktorfaktor itu menurut Chudhari Be](, adalah: 1. Pendapat-pendapat mereka dikumpulkan clan dibukukan. Hal ini tidak terjadi pada ulama salaf.
16
Dr. Jaih Mubarok, Sejarah clan Perkembangan H11k11m Islam, ( Bandung: PT· Rcmaja Roscla Karya, 2003) cet. Ke-3, h. I I7
21
2. Adanya murid-murid yang berusaha rnenyebarluaskan pendapat mereka, mempertahankan dan membelanya. Mereka dalam organisasi sosial dan pemerintah mempunyai kedudukan yang menjadikan pendapat itu berharga. 3. Adanya kecendrungan jumhur ulama yang menyarankan agar keputusan yang diputudcan oleh hakim harus berasal dari suatu mazhab, sehingga dalam berpendapat, tidak acla clugaan yang negatif, karna mengikuti hawa nafsu dalam mengadili. Hal ini ticlak akan te1jacli bila tidak ada mazhab yang pendapatpendapatnya dibukukan. 17 Mazhab-nrnzhab
tersebut
tersebar
ke
seluruh
pelosok
negara
yang
berpenduduk mus] im. Dengan terse barn ya mazhab - mazhab terse but, berarti terse bar pula syari'at Islam ke pelosok clunia yang clapat mempermudah umat Islam untuk melaksanakan sesuai dengan pemahaman yang ada menurut para Imam Madzhab. Dan mazhab - mazhab yang tidak berkembang (telah musnah) aclalah seperti: I) Abu 'Amr Abel. Rahman al-Auza'iy. Ia Lahir Di Ba'labak tahun 88 H. Al-Auza'I termasuk tokoh hadits yang tidak menyukai qiyas, orang-orang Syam dan Hakim Syam mengikuti mazhabnya. Kemudian Mazhab al-Auzn'i pindah ke Andalusia bersama orang-orang
yang memasukinya dari pengikut Bani Umaiyah ,
kemudian mazhab ini surut di hadapan mazhab al-Syafi'i di Syam dan clihadapan mazhab Malik di Andalusia pada pertengahan abacl abad ke-3 Hijriyah. pada tahun 157 1-1
17
l-Iuzain1ah. Pengantar Perbandingan 111azhab,, h. 75
2
.,
·'
B.
Pengertian Mazhab
Menurut bahasa mazhab berasal dari kata
Y'-'
yang berarti perg1,
be1jalan,berlalu. '-:-"Li.. C '-:-'-"'..\.. atau yang berarti kepercayaan, doktrin, ajaran, . 19 pen dapat, teon. Sedangkan menurut istilah " mazhab" ada beberapa rumusan antara lain: 1. Menurut
Said
Ramadhany
al-Buthy
mazhab
nclalah
jalan
pikiran
(paham/pendapat) yang ditempuh olehseorang mujtahid dalam menetapkan suatu lrnkum Islam dari al-Qur'an clan I-Iadits. 2. Menurut K.H.E. Abdurrahman , mazhab dalam istilah Islam berarli pcndapat, paham atau aliran seorang alim besar dalam Islam yang cligelari Imam scpcrti mazhab Imam Abu Hanifah, mazhab Imam Ahmad Ibn Hanbal, mazhab Imam Syafi'I, mazhab Imam Malik, clan lain-lain. 3. Menurut A. Hasan, mazhab adalah sejumlah fatwa atau pendapat-penclapat seorang alim besar dalarn urusan agarna, baik dalam masalah ibadah ataupun lainnya. 20
19
Ahn1ad Warson Al-Muna\v\vir Al-A1una1v1vir ka111us Arab-Indonesia (Surabayn: Pustakn 1
Progress if, 1997), h. 453 20
Huzailnah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandinga11 1nazl1ab,. ( Jakarta: Logos, 1997). Cet.Ke 3, h. 72
24
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksucl dengan mazhab menurut istilah aclalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berclasarkan kepacla al-Qur'an. Atau mazhab aclalah fatwa atau penclapat seorang Imam Mujtahicl teJllang hukum peristiwa yang cliambil clari al-Qur'an clan hadis.
C.
Mncam-Macam Mazhab
Mazhab-mazhab clalam hukum islam clapat dikelompokan kcpada: I. Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-.Jama'ah
a. Ahl al-ra'yi. Mazhab ini lebih banyak menggunakan aka! clalam bcrijtihacl, seperti Imam Abu Hanifah. b. Ahl al-Haclis. Mazhab ini lebih banyak menggunakan haclis dalam bcrijtihad clari pacla menggunakan aka!. Yang penting hadis yang digunakan itu shahih. Yang termasuk dalam mazhab ini adalah: mazhab Maliki, mazhab Syafi'I, mazhab Hanbali, rnazhab Zahiri. 2. Mazhab Syi'ah Mazhab ini berpecah menjadi beberapa golongan, yang terkenal sampm sekarang ini antara lain : a. Syi'ah Zaidiyah Syiah Zaidiyah adalah pengikut Zaid bin Ali Zain al-Abidin. Mazhab Zaicliyah terus berkembang sarnpai sekarang clan pengikutnya terdapat di dacrah Yarnan.
25
b. Syi'ah Imamiyah Syi'ah Imamiyah clisebut juga clengan rnazhab Syi'ah ltsna Asyariyah (Syiah clua belas), karena mereka mempunyai 12 orang imam nyata, yang urutannya aclalah; I. Ali bin Abi Thalib 2. Al-Hasan 3. Al-Husein 4. Ali Zain al-Abiclin 5. Muhammad al-Baqir 6. Ja'far Shadiq 7. Musa al-Kazim
8. Ali al-Ridha 9. Muhammad al-Jawwad 10. Ali al-I-Iadi 11. Al-Hasan bin Mjuhammad al-Askari 12. Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar. 21 Mazhab Syi'ah ini masih berkembang sampai sekarang, terutama di Iran, Turki, Syria, clan Afganistan. 3.Mazhab Khawarij
21
Ibid., h.79
26
Di antara golongan-golongan Khawarij yang paling rnasyhur diantaranya aclalah: a. Al-Muhakkimah Al-Muhakimah aclalah golongan Khawarij asli yang terdiri dari pengikiutpengikut Ali. Menurut golongan ini, Ali, Mu'awiyah, keclua pcngantar Amr ibn al"Ash clan Abu Musa al-Asy'ari clan semua yang menyetujui arbitrase bersalah dan kafir. Dan setiap orang yang berbuat closa besar, misalnya berzina yang rnenurut panclangan mereka sebagai closa besar dan pelakunya dianggap menjacli kafir keluar clari Islam. b. Al-Azariqah Golongan ini aclalah pengikut Nafi' ibn al-Azrnq. Dari nama inilah clinisbahkan kepada golongan pengikutnya yang disebut al-Azariqah. Nati' ibn alAzraq aclalah salah seorang fuqaha yang terbesar di kalangan al-Azariqah. Golongan al-Azariqah lebih raclikal dari a!-Muhakkimah. Mereka tidak lagi rnenganggap orangorang yang berbuat closa besar itu sebagai kafir, tctapi sebagai orang musyrik. Sedangkan menurut ajaran islam bahwa lebih besar closa syirik clari dosa kafir. c. Al-Najclah Golongan ini adalah pengik:Jt dari Najdah ibnArnir al-Hanafi. Golongan ini berbecla dengan golongan al-Muhakkimah clan al-Azariqah. Mereka berpendapat orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka saja kalau bcrdosa besar dianggap kafir dan kekal clalam neraka, tetapi kalau orang Islam dari golongan mereka yang
27
berbuat dosa besar meskipun mendapat siksaan , akan masuk syurga clan tidak masuk neraka. Golongan Najclah inilah yang pertama-tama membawa paham taqiah. Taqiah aclalah merahasiakan clan ticlak manyatakan keyakinan 11ntuk keamanan cliri seseorang. 22 cl. Al-Shufriyah Golongan al-Shufriyah aclalah pengikut dari Ziyad ibn al-Ashfar. e. Al-Ibaclhiyah. Golongan al-Ibaclhiyah adalah pengikut Abdullah ib'l lbaclh al-Tamimi.
Golongan ini adalah golongan yang paling moclerat clari seluruh golongan khawarij.
22
lbid.,h. l 61
BAB III
TINJAUAN UMUM TEl'iTANG GADAI
1.
Definisi Gadai (rahn)
Menurut bahasa Arab rahn berarti: kekal dan tetap atau jaminan hutang. 25 seperti juga berarti Habsu, artinya: Penahanan. Seperti dikatakan: "Ni'matun Rahinah" artinya: Karunia yang tetap clan Jestari. 26 Firman Allah:
Artinya: "Tiap-tiap pribadi terikat (tertahan) atas apa yang telah diperbuat ". (Q.S. AlMudatsir (74): 38).
Ada beberapa clefinisi rahn yang dikemukakan para ulama fiqih: 1).
Malikiyah mendefinisikan dengan :
Ah1nad Warson al~Munawwir, Al-A1unaH 1vir kan1us arab-lndonsia ditelaah dun dikoreksi oleh KI-I. Ali Ma'shum dan KH. Zainal Abidin Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal.542 25
1
26
1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, diterjemahkan oleh Kamaluddin (Bai:dung: PT. Al .. Ma'arif, 1995), Cet. Ke-7, Jilid 12, h.139
28
29
Artinya: "Harta yang bernilai yang dijadikan oleh pemiliknya sebagai jaminan aras urang yang bersifat mengileat"
Menurut mereka, yang dijadikan barang jaminan bukan saja harta yang bersifat materi, tetapi juga harta yang bersifat manfaat tertentu. '1).
I-lanafiyah mendefinisikan dengan :
Arrinya: "Menjadikan sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hale (piutang) yang mungkin dijadilean sebagai pembayar hale (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagiannya ".
3).
Syafi'iyah dan 1-Ianabilah mendefinisikan dengan:
Arti1
Sedangkan secara terminology menurut Sayyid Sabiq rahn berarti: "Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta nienurut pandangan .1yara, sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan bo!eh mengambil hurang a1<1u ia bisa mengambil sebagian manfaal barangnya itu "28
27
Nasnm Hanm, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gay a Media Pratama, 2000). Cet. Ke-!, h.252
28
Sabig, Fikih Sunnah, dite1jemahkan oleh Kamaluddin, h. 139
30
Dengan memperhatikan bcberapa pengertian cliatas, maka clapat diambil pernaharnan bahwa gadai itu adalah nama dari suatu proses interaksi pinjam meminjam dengan earn menjadikan barang tertentu S()bagai jaminan hutang si kreclitur yang clipegang clan clikuasai oleh si debitur, sampai hutang tcrscbut ditunaikan pacla waktunya.
2.
Landasan Hukum Gadai
Gaclai hukumnyajaiz (boleh) rnenurut Al-Qur'an, Al-Sunnah clan Jjrna'. 1).
Dali! AI-Qur'an
Artinya : Jika kamu da!am pe1/a/anan (dan bemw'ama!ah tidak secara 11111ai) sedang kamu tidak mempero!eh seorang penu!is, Jvfaka hendak!ah ada barang langgungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan telapi jika sebagian kw1111 mempercayai sebagian yang lain, Maka henda!:lah yang dipercayai itu me111111aika11 amanatnya (hutangnya) dan henda/dah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; da11 jangan/ah kamu (parn saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia ada!ah orang yang berdosa hatinya; dan Allah A1aha mengetahui apa yang kamu kei:jakan. (Q.S. A/-llaqarah (2) : 283).
2).
Dali! Al-Sunnah
29
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Al-Maktabah Ashriyah, 1997), Jilid 2, h. 756
31
Artfnya: "Dari A 'masy dari Ibrahim dari Aswad dari Ai.1yah RA. Bahwa Nabi Muhammad SAW membeli makanan dari orang Yahudi dengan cara dita11gguhka11 pembayarannya kemudian Nabi menggadaikan baju besinya". (HR. Bukhari).
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Punggung hei~·an yang digadaikan boleh dinaiki dengan membayar dan s11su hewan yang digadaikan bo!eh diminum dengan membayar. Bagi orang yang menaiki dan meminumnyci wqjib membayar"
Artinya: "Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw., ia bersabda: Barang yang digadaikan itu tidak boleh tertutup dari pemiliknya yang menggadaikan barang itu, (sehingga mungkin dia) mendapat keuntungannya dan menanggung kerugiannya ". (HR. Daruqutni clan Hakim, para perawinya dapal dipercaya, hanya saja yang terpe/ihara pada Siman Abu Daud dan lainnya ialah mursal). 3).
Ijma' Para ulama telah sepakat bahwa hukum gadai itu boleh. Mereka tidak pernah
mempertentangkan kebolehannya.
30
Ibid. h.756
" Muhammad ibn Ismail al-Shan'ani, S11b11! al-Salam Syarh B11/11gh11/ Maram min .Jam'/ Adilla!i/ Ahkam, (Indonesia: Darul 1-Iadits, tth), h. 870
32
Dalil-dalil yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa : a.
Dibolehkannya gadai dan itu telah menjadi ijma' Ulama.
b.
Sahnya gadai ticlak clalam bepergian, ini adalah pendapat Ju111hur, sedang pembatasan clengan safar clalam surat al-Baqarah ayat 283 adalah karena kelaziman saja, maka ticlak boleb clia111bil mallrnmnya, karena aclanya haclits-haclts yang membolehkan gaclai ticlak clalam bepergian, clisamping itu safar clalam ayat itu dicluga karena tidak cliperolehnya katib (penulis), maka lazimnya tidak pcrlu gadai kecuali dalam safar.
c.
Bolehnya bermuamalah clengan orang kafir dala111 hal-hal yang ticlak haram.
cl.
Bolehnya rnenggaclaikan senjata kepacla ahluz zhimmah bukan kafir harbi, rnenurut kesepakatan Ularna
e.
Bolehnya membeli dengan harga berternpo.
Ulama berpenclapat tentang beralilrnya Nabi saw dari berrnuamalah dengan sahabat-sahabatnya yang kaya kepada bermuamalah dengan orang Yahudi adalah kemungkinan bertujuan menerangkan tentang bolehnya atau karena para sahabat pada saat itu ticlak memiliki kelebihan makanan dari keperluannya atau khawatir rnereka
33
tidak mau mengarnbil gantinya atau harganya dari Nabi saw, rnaka Nabi tidak ingin menyu!itkan mereka.
32
3. Rukun Gadai (Rahn)
Rukun rahn adalah : I. Rabin ( yang menggaclaikan) 2. Murtahin (yang menerima gadai) 3. Mmhun/rahn (barang yang digadaikan) 4. Marhun bih (hutang) 5. Sighat akaci : ijab dan gabul. 33 Menurut Ulama Hanafi ruk 1m rahn hanya ijab clan qabul clnri dua orang yang berakacl, seperti pada umumnya. Bedanya, akad
1111
tidak sernpurna clan tidak
memiliki kekuatan kecuali setelah murtahin rnenerima barang yang digadaikan. !jab dan gabul bagi ulama hanafiyah merupakan hakekat dari akad sedang perkara lainnya diluar dari hakekat tersebut. 34 Adapun kedua orang yang melakukan akad, harta yang dijadikan jaminan, clan hutang, menurut ulama 1-!anafiyah tennasuk syarat-syarat rahn, bukan rukunnya. 35
32
Faisal bin Abdul Aziz Mubarak, Nailul Authar, diterje111ahkan oleh f\-1u'a1nal Ha1nidy,
(Surabaya: PT. Bina llmu , 1987, h. 1788
Muhan11nad Syafi J Antonio, Bank .~vari'ah; 1-Vacana U/a111a c!an C'endikia111an, (Jakarta: Bank Indonesia clan Tazkia lnstitue, I999), h. 2 I 5 33
1
34
Wah bah Zuhaily, Ai-Fiqhu al-ls/a111y wa Adi//a111ha, (Beirut: Dar al-Fikr, I997), h. 421 I
35
Nasrun, Fiqh Muamalah, h.254
34
4. Syarat Gadai (rnhn)
1. Rabin dan Murtahin
Pihak-pihak yang melakukan perjanjian aJ .. rahn., yakni rahin clan murtahin harus mempunyai kemampuan, yaitu berakal sehat (aqil) dan balig. Kemampuan juga berarti kecakapan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan. Setiap orang yang sah untuk melakukan jual-beli, ia juga sah untuk melakukan gadai. Karena gadai, seperti jugf!jual-beli, pengelola harta. 2. Shighat (akad) a. Shighat ticlak boleh terikat dengan syarat tertentu clan juga clengan sunt11 waktu di masa depan. b. Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pcmberian hutang seperti halnya akacl jual-beli. Maka tidak boleh cliikat clegan syarat tertentu atm1 dengan suatu waktu tertentu atau clengan suatu waktu di masa clepan. 3. Marhun Bih (Hu tang) a. Barus merupakan hak yang wajib cliberikan/c!iserahkan kepada pemiliknya. b. Memungkinkan pemanfaatannya.
Bila sesuatu
itu tidak
bias;1
c!imanfaatkan, maka tidak sah, c. I-Iarus c!ikuantifikasikan atau clapat c!ihitung jumlahnya. Bila tidak dapat diukur atau tidak clapat dikuantifikasikan, rahn itu ticlak sah.
35
4. Marhun (Barang) Marhun adalah harta/barang yang ditahan murtahin (penerima gadai) sebagai jaminan atas hutang yang ia berikan. Para ulama sepakat syarat yang berlaku pada barang yang bisa dipe1jual-belikan. Syarat-syarat barang rahan antara lain: a. Harus bisa dipe1jual-belikan b. Harns berupa harta yang bernilai c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari'ah d. Harus diketahui keaclaan fisiknya e. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau penggadai) 36 Menurut Ulama Syafi'i gadai bisa sah dengan dipenuhi tiga syarat. 1) Harus berupa barang, karna hutang tidak bisa digadaikan.
2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang 3) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan hutang gadai Aclapun mengenai penggadaian barang milik bersarna, fuqaha berselisih pendapat. Imam Abu Hanifah tidak membolehkannya, tetapi Inrnm Malik clan Irnam Syafi'I membolehkannya. 37
'"Antonio, Bank Syari 'ah., h. 215-216 " Al-l111a111 Abi Abdillah Muhammad bin Idris Asy-syafi'I, A/-U111111, (Beirut: Danr Fikr, 1990), Jilid 3, h. 120
36
Ulama Maliki membagi syarat rahn menjacli 4 bagian, yaitu 38
:
1. Syarat yang berhubungan clengan clua belah pihak yang berakacl (rahin clan
murtahin). Syarat bagi keclua orang yang berakacl aclalah kelayakan, yaitu layak clalam melakukan jual beli. Syarat untuk sahnya rahn, Jacli, setiap orang yang layak melakukan akacl jual beli, maka ia layak melakukan akacl rahn. Kelayakan menurut maclzhab ini aclalah berakal clan mumayyiz. Baligh ticlak menjacli syarat. Sehingga anak-anak yang telah menclapat izin walinya melakukan jaul beli cliperbolehkan melakukan akacl rahn. 2. Syarat yang berhubungan clengan utang (al-marhun bih). a. Rahn untuk semua jenis utang jual beli clan sebagainya aclalah sah. b. Rahn henclaklah merupakan bentuk utang yang sesungguhnya c. Juga clisyaratkan henclaklah utang tersebut bersifat mengikat cl. Henclaklah utang tersebut berupa tanggungan clan bukan manfaat atau barang. 3. Syarat yang berhubungan clengan barang ralrn (al-marhun). Segala sesuatu yang sah clipe1jual belikan aclalah juga sah untuk cligaclaikan, begitu pula sebaliknya.
38
Abdurrahman al-Jaziry, Kilaabul flqh 'Alaa Madzahib al-Arba 'ah, (Beirut: Dar al-Fikr, J996), Juz.2, h.296
37
4. Syarat yang berhubungan dengan akad Dalam akad disyaratkan untuk tidak menafikan keutuhan/hakekat dari akad itu sendiri. Seperti mensyaratkan untuk tidak membenarkan penjualan barang rahn setelah jatuh tempo, tidak membayar utang sesuai dengan jumlahnya, tidak menjual barang rahn kecuali dengan izin clari rahin. Syarat-syarat tersebut adalah fasid (rusak), karena menafikan perkara dan tujuan rahn. Ulama Hanafi 111embagi syarat ralm kepada 3 bagian, yaitu 39
:
l. Syarat yang disepakati, yaitu: a. Barang yang digadaikan berupa harta b. Marhun bih (utang) adalah utang rahn yang diberi
jaminai~
baik berupa
uang atau bahan makanan. 2. Syarat sah, yang dibagi kedalam 3 bagian, yaitu: a. Yang berhubungan dengan akad, yaitu: akad rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat apapun atau dikaitkan dengan sesuatu ha! di masa depan. Karena akad rahn smna dengan akad jual beli dari segi pembayaran, ia tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu ha! di masa depan. Apabila ha! itu te1jadi, maka rahn menjadi fasid (rusak). Se:dangkan bila akad dihubungkan dengan syarat yang fasid atau syarat yang tidak sah, maka akacl tersebut sah akan tetapi syarat tersebut menjadi batal. Karena akacl rahn bukanlah akad pertukaran harta. 39
Ibid,, h. 299
38
b. Yang berhubungan dengan marhun: barang tersebut dapat clijual, berupa harta, merupakan barang halal, sudah cliketahui dengan jela,;, merupakan hak milik penggaclai clan terlepas dari hak-haknya yang lain. c. Yang berhubungan clengan dua pihak yang berakad (rahin dan murtahin): rahin dan murtahin hams berakal dan mumayyiz, baligh tidak mcnjadi syarat, sehingga anak kecil clan safih (bodoh) yang mumayyiz dapat melakukan akacl rahn dengan izin wali 3. Syarat lazim, yaitu: penahanan barang rahn. Ulama Syafi'i membagi syarat rahn menjadi dua 40
:
I. Syarat lazim, yaitu penahanan barang rahn.
2. Syarat sah, yang dibeclakan kedalam beberapa bagian, yaitu: a. Yang berhubungan dengan akacl : mensyaratkan sesuatu yang ticlak memiliki maskahat clan tujuan. b. Yang berhubungan dengan chm oihak berakad, yaitu : berakal dan baligh. Sehingga akacl rahn yang dilakukan oleh anak kecil dan safih tidak sah walaupun dengan iin wali. Kecuali dalamkeadaan darurat clan dituntut untuk kemaslahatan. c. Yang berlmbungan dengan marhun, yaitu: barang rnhn hams kekuasaan rahin, merupakan barang yang utuh clan tidak terbagi-bagi, bukan barang
''°Ibid., h. 302
39
yang mudah rusak, barang yang suci/halal, mcrupakan benda yang bermanfaat dari sudut pan dang syara '. d. Yang berhubungan dengan marhun bih (utang), yaitu: utang tersebut wajib ditetapkan, seperti: uang dan manfaat dari suatu peke1jaan. Yang dapat dilunasi melalui penjua!an barang rahn, hendaklah utang tersebut mengikat serta merta di tempat akad, hendaklah utang tersebut d iketahui jumlah dan sifatnya oleh kedua orang yang berakacl clan al-rnarhun harus cla!am bentuk utang bukan yang lainnya, seperti pinjaman. Syarat yang clitetapkan Ularna Hanabilah dibagi kepacla dua ha!
41
:
I. Syarat lazim, yaitu: penahanan barang rahn. 2. Syarat sah, yaitu; a. yang berlrnbungan clengan akacl, yaitu: akacl tidak boleh clikaitkan clengan syarat tertentu b. Yang berhubungan clengan clua pihak yang berakad, yaitu merniliki syaratsyarat yang harus clipenuhi seperti clalam jual beli. Sehingga tidak sah akacl rahn orang gila, safih (bodoh), muflis (orang yang bangkrut/jatuh pailit) clan yang ticlak murnayyiz (mampu membedakan yang baik clan jelek)
41
Ibid., h. 304
40
c. Yang berhubungan dengan marhun (barang rahn), yaitu: barang rahn merupakan hale milik rahin baik wujud barang tersebut ataupun manfaatnya, marhun berupa suatu barang dan bukan manfaatnya. d. Yang berhubungan dengan marhun bih (utang), yaitu: merupakan utang yang wajib.
BAB IV PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG PEMANFAATAN HARTA GADAI Akad rahn pada dasarnya bertujuan meminta kepercayaan dan meminjamkan hutang, bukan untuk mencari keuntungan dan hasil. 25 Hal ini untuk menjaga-jaga jika penggadai (rahin) tidak mampu membayar atau tidak menepati janjinya. Ulama fiqih sepakat mengatakan bahwa barang yang dijadikan barang jaminan itu tidak boleh dibiarkan bagitu saja, tanpa menghasi!kan sama sekali, karena tindakan itu tennasuk tindakan menyia-nyiakan harta. 26 Yang menjadi
perbeclaan pendapat (ikhtilaf)
dikalangan ulama adalah siapakah yang berhak memanfaai:kan barang jaminan tersebut, rahin (yang memberi gadai) atau rnurtahin (yang rnenerirna gadai). Pemanfaatan barang gadai yang clilakukan o!eh rahin A. Pemanfaatan Harta Gadai Yang Dilakukan Oleh Rahin I. Pendapat Hanafiyah . '. L ~ 1 • ' 'i1 ' "* r i1 u," , , 'r
27
1
"'
,,
...
,,
,,,,
",,
Y
• ' ' 'L '"., il • <~ ', 1' 1' 11 '" ' • ~I <.$ .,. u u .:/' /",. J Y""- . " J-" r ',. t1"" ,. ,. ...
'-"',. ..,,. .. J
25
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, diterjemahkan oleh Kamaluddin (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1995), Cet. Ke-7, Jilid 12, h.141 26
Nasrun Harun, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000). Cet. Ke-I, h. 256
27
Abdurrahrnan Al-Jaziri, A/-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba'ah, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1996. Juz 2, h. 335
41
42
"Tidak boleh bagi pemberi gadai untuk memanfaarkan barang gadaian dengan cara bagaimanapun kecua/i alas izin penerima gadai. "
Dengan da!il bahwa hak menguasai barang gadai berada di tangan murtahin secara berkelimjutan hingga transaksi rahn berakhir, dan tidak boleh ditarik kembali oleh rahin. Apabila rahin mengambil manfaat dari barang gadai tanpa izin dari murtahin, maka ia harus mengganti rngi senilai dengan yang telah ia gunakan karena dianggap telah menyalahi hak murtahin yang berhubungan dengan hutang. 2. Pendapat Malikiyah Rabin tidak memiki hak langsung untuk memanfaatkan barang gadai sekalipun mendapat izin dari murtahin. Hal ini karena izin dari murtahin berarti pembatalan terhadap akad gadai. Karena manfaz,t barang gadai masih merupakan milik rahin, maka ia berhak mewakilkan pemanfaatannya pada murtahin agar barang tersebut tidak sia-sia. 28 3. Pendapat Syafi'iyah Rahin berhak mendapatkan keuntungan dari barang tanggungannya karena dia adalah pemiliknya. Barang tanggungan itu tetap dipegang oleh murtahin, kecuali barang tanggungan tersebut dipakai oleh rahin. Akan tetapi jika murtahin tidak mempercayai rahin maka hendaklah dihadirkan saksi.
Wahbah Zuhaili, Fiqh al~Jslcun iva adillatuhu, clite1je111ahkan olch Dr, Ahn1ad Syahbari Sala1non, (I
43
4.
Penclapat Hanabilah Rahin ticlak boleh mengambil rnanfaat clari barang gaclai tanpa seizin murtahin29 Dari penclapat para ulama cliatas mengenai pemanfaatan barang gadai yang
clilakukan oleh ahin, maka kesimpulannya adalah bahwa mayoritas ulama membo!ehkan rahin memanfaatkan barang yang cligaclaikan selama mendapat izin clari clari murtahin. Selain itu rahin harus menjamin barang tersebut selamat clan utuh. 30 Aclapun dalil Jumhur aclalah: ,,
,.
,,
rl>
...
J.,
"'
:c;,l'..o 0-; .:;,) ~ \} ;.-c:. ) ~l;<. .,:\)\ J.'.,.o
'
J
,,
..
,,
,,
~I J~) JUi : Jli
'
'-'>· .,:\)\
..,,-PJ ; .r..r' ,) J'
' 31 '«'.
. "''-" Jl
•,.. '.,,?J
Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, ia berkata: "Barang yang digadaikan ilu tidak boleh tertutup dari pemiliknya yang menggadaikan barang itu. (dia dapat) mendapat keuntungannya dan menanggung kerugiannya ". (HR. Daruquthni dan Hakim, para perawinyla dapat d1]Jercaya, hanya SC(ja yangterpelihara pada Sunan Abu Daud dan lainnya adalah mursal).
29
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba'ah, h. 33?
30
Muhammad Syati'l Antonio, Bank Syari'ah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Jnstitue, 1999), h. 216 31
Muha1n1nad ibn Js1nail al-Shan'ani, Subul a!-Salanz Syarh /Ju/11gh11/ /'.Iara111 111in Jcun '/ Adi//atil Ahkam, (Indonesia: Darul Had its, tU1), h. 870
44
B. Pemanfaatan Harta Gadai Yang dilakulrnn Oleh Murtahin 1. Pendapat Hanafiyah
Dalam Madzhab Hanafi terdapat perbedaan pendapat tentang penggunaan harta tersebut oleh Murtahin.
Artinya: Sebagian ulama hanafiyah mengatakan bahwa murlilhin tidak boleh memanfaatkan barang gadai meskipun mendapat izin dari rahin.
Sebagian ahli fikih madzhab Hanafi mengatakan bahwa tidak ada jalan yang mengharuskan murtahin menggunakan barang gadaian walaupun dengan izin rahin, karena ha! ini clapat disamakan dengan riba. Tetapi mayoritas mereka membolehkan murtahin menggunakannya bila ada ada izin dari rahin, dengan syarat ha! tersebut tidak disyaratkan pada waktu akad. Bila ha! tersebut disyaratkan waktu akad, ia termasu l
32
Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah, h. 335
" Sabiq, Fiqhus Sunnah, hal. 85
4:i
Bai 'ul wafa yaitu orang yang buluh menjual sualu barang
denganjw~ji,
bi/a
pembayaran lelah dipenuhi (dibayar), barang dikembalikan /agi.
2. Penclapat Malikiyah
"Tidak boleh mensyaratkan pengambilan manfaat pada gadai qardh (hutang), karena akan menyebabkan pinjaman yang menarik manfaat dan perbuatan seperti itu tidak boleh (clilarang)." 34 Akan tetapi larangan Ulama Mazhab Maliki tersebut tidak mutlak. Karena larangan tersebut hanya berlaku pada qardh (hutang piutang). Aclapun pacla akad gadai
mereka
memberikan
toleransi
(keleluasaan)
kepada
murtahin
untuk
memanfaatkan barang gadai selama hal itu tidak clijaclikan syarat clalam transaksi (akad). Hal ini berdasarkan pernyataan Ulama Mazhab Maliki dalam kitab al-Fiqh 'ala Madzahib al-Arba'ah: "Hasil clari barang gadaian ataupun manfaatnya adalah hak bagi rahin selama murtahin tidak mensyaratkan pemanfaatannya. Mereka juga berpendapat bahwa murtahin boleh memanfaatkan barang gaclai dengan syarat-syarat tertentu, mereka mengemukakan tiga syarat, yaitu: Pertama, hutang itu disebabkan penjualan, bukan disebabkan qarclh. Umpamanya, apabila seseorang menjual kebun kepacla orang lain, atau komoditi perdagangan dengan harga yang clitangguhkan, kemudian ia menerima barang itu S<.;bagai barang gaclaian imbangan harga barang tersebut. Keclua, bahwa faedah atau kegunaan itu dijaclikan
31 '
Hasan Kamil Al-Mathluwi, Fiqh al-Muama/at ,ala Madzhab al-Imam Malik, (Kairo: alMajli al-A'la asy-Syu un al-lslamiyah, tth), h. 157
46
syarat sewaktu pinjaman dilakukan dengan murtahin. Ketiga, waktu pemakaian atau pengambilan manfaat tertentu Qelas).
35
3. Pendapat Syafi'iyah
Barang gadaian tidak boleh climanfaatkan oleh murtahin, sekalipun rahin itu telah rnengizinkannya. Karena apabila barang tersebut di nrnnfaatkan, maka hasil pemanfaatan itu merupakan riba yang clilarang oleh syara', sekalipun cliriclhoi (cliizinkan) oleh rahin. Bahkan menurut mereka ridha clan izin clalam ha! ini lebih cenderung clalam keaclaan terpaksa, karena tidak akan menclapatkan ua'1g yang akan dipinjam itu. Disamping itu, clalam masalah riba, izin clan riclha 1:idak bcrlaku. 36 Abdurrahman al-Jaziri didalam bukunya mengatakan murtahin tidak berhak mengambil manfaat apapun dari barang gaclai bila hal tersebut d1syaratkan clalarn akacl. Apabila rahin mengizinkan ha! tersebut sebelum akad maka pernanfaatan t.esuclah akad sesuclah akacl oleh murtahin adalah boleh. 37
4. Pendapat Hanabilah "Barang gadaian bisa berupa hewan yang dapal di11111ggangi a/all dapal diperah susunya, bisa berupa .1·e/ai11 hewan,, barang berupa hewan 11111ggangan ata11 perahan maka penerima gadai boleh memanfaatkan dengan menunggang atau
35
Teungku Hasbi Ash-Shiddieqi,., h. 371
36
Nasnm, Fiqih Mua'ma/ah., h. 257
37
Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah, , h. 334
47
memerah susunya tanpa seizin pemiliknya, berdasarkan biaya yang te/ah dikeluarkan penerima gadai. Dan penerima gadai harus memm1faatkan barang gadaian dengan adi/ (sesuai dengan biaya yang dike/uarkan '). 38
Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan bahwa penenma gadai tidak boleh rnemanfaatkan barang gadaian tanpa seizin penggadai, sebagairna!1a sabcla Rasulullah saw: "Barang gadaian berasal dari penggadai, baginya .fliedah dan dia wajib menanggung resikonya. "
Apabila barang itu berupa hewan, maka murtahin boleh 111e11ga111bil air susunya clan menunggangnya dalam kadar seimbang dengan makanan clan biaya yang diberikan kepadanya. Dalam ha! ini izin rahin tidak diperlukan. 39 Akan tetapi ulama Hanabilah mengatakan, apabila barang gadain itu bukan hewan atau sesuatu yang tidak rnemerlukan biaya pemeliharaan, seperti tanah, maka murtahin tidak boleh memanfaatkannya. 40 Kesimpulan dari pendapat para ulama diatas adalah bahwa murtahin tidak boleh memanfaatkan barang gadaian secara mutlak, karna barang itu bukan miliknya secara penuh. Hak murtahin terhaclap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang
'
38
Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah., h. 337
39
Ibnu Rusy, Bidatah al-Mzljtahidwa Nihayat al-Muqtasid., h. 314
40
Nasn111, Fkih Muamalah., h. 258
48
yang ia berikan, dan apabila orang yang berutang ticlak mampu me!unasi piutangnya, barulah ia boleh menjual atau menghargai barang itu untuk melunasi piutangnya. Dan apabila barang ja111inan itu berupa hewan ternak sebagaimana yang disabclakan Rasulullah saw me!alui riwayat Abu Hurairah yang berbunyi:
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dari rasu/111/ah saw. Bersabda: " Punggung he·wan boleh ditunggangi dengan memberi nqfkahnya ketika digadaika, dan air susunya bo/eh diminum(diperah) dengan memberi nqjkahnya ketika digadaikan, dan alas yang menunggangi dan yang meminum air s11s11 wqjib memberi nafkah ".
maka dalam ha! ini para ulama berbeda penclapat : !. Imam Ahmad Bin Hanbal dan Ishak (Hanabilah) berpendapat : Murtahin boleh
menunggang dan meminum susu hewan ternak yang clijaclikan sebagai barang gaclaian yang telah cliberi makan sekedar harga yang sei111bang clengan 111akanan yang cliberikan. Penerima gaclai boleh memanfaatkan hewan ternak tersebut terbatas hanya menunggang clan mengambil air susunya saja. !111am Ahmad Bin Hanbal clan Ishak berpenclapal de111ikian berdasarkan zahir hadis, cli111ana Rasul rnengatakan dalam haclisnya hanya mengatakan kata yurkab clan yuc.yrab. (ditunggang clan diminum) saja, m::ika hanya inilah yang boleh dilakukan sedang yang lain tidak boleh.
41
Al-Bukhari, Sahih Bukhari.,h. 756
2. .Jumhur Ulama berpendapat bahwa ticlak boleh bagi murtnhin untuk 111cnrnnfaatkan harta gadaian secara mutlak 3. Dan menurut satu pendapat ulama yang di clukung oleh lv1ulrn111111ad bin Ismail alKahlani clan Muhammad Ali
bin Muhammad al-Syaukani
rnurtahin bolch
memanfaatkan barang gadaian itu clengan cara menunggang clan mcrninurn susunyn apabila dia telah rnemberinya nrnkan clengan pc111anfoata11 yang sci111bang sesuai pemberian makan yang telah dil,erikan 1erhadapnya. Bahkan tidak terbatas dala111 ha! menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi sernua ha! yang bennanfaat yang bisa diambil dari padanya.
C. Dalil-clalil pcndapat
I. Hanabilah: Hadits yang diriwayatkan oleh Abu 1-Iurairah r.a
Arlinya: Arlinya: "Dari Abu Hurairah !IA, dari ri!.\'l//11//uh su11•. /Jersohda: Punggung hewcm boleh ditunggangi dengan memheri 11u/kah11)·u ketilw digwluiku, dan air susunya bo!eh dimin111n(diperah) dengan 111e111beri nu/kuhnyu ketiku
·"Al-Bukhari, Sahih Bukhari.,h. 756
50
digadaikan, dan alas yang memmggangi dan y1.11g memi1111111 air s11s11 wujih memh<'f"i nafkah ".
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW. Bersabda.· Barang jaminan hofrh dikendarai dengan mengeluarkan biayanya, temak perahwr ho/eh di111i1111m air susunya dengan menge/uarkan biayanya. (HR. Bukhari).
2. Jumhur ulama
Artinya : Dari lbnu Umar, Rasul bersahda: ja11ga11 me111ems air susu binatang lernak seseorang /anpa seizin pemi/iknya. (HR. !Jukhwi).
3. Dan menurut satu pendapat ulama yang di dukung oleh Muhammad bin Ismail al. Kahlani dan Muhammad Ali bin Muhammad al-Syaulrnni
murtahin bolch
mernanfaatkan barang gadaian itu dengan earn rnenunggang clan meminum susunya apabila dia telah memberinya makan dcngan pernanfaatan yang seirnbang sesuai pernberian rnakan yang telah cliberikan terhadapnya. Bahkan tidak terbatas daiarn hal menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi senrna hal yang bcrmanfaat yang bisa diambil dari paclanya. Dalilnya adalah:
·ll
Al· Bukhari, Sahih /311khari,,h. 756
51
a. Al-I-Iadis
) ,, ,,
44"
,,
;s>
,,
;~II :.,_,:;,.;;) ~'_; <.,S"JJI cs~) ...
lJ).'.,/
,,
,,
,,
,,. ,•
,.,, ,,
,,
01.5' 1;,1 ,.:,;_~ :.,_,:;;,.; ~'.01 ~) ,, ,,. ,,
,
lS'_;,/
Arlinya:Dari Abu Hurairah RA, dari rasu/ullah saw. Bersabda: "pungg1111g hewan yang digadaikan ho/eh dilunggangi dengan menge/11arkw1 biayanya, dun 11ir susu hewan yang digadaikan boleh di111in11111 dengan me11gelu11r!w11 /Jiayanya
b. Qiyas artinya mereka mengqiyaskan kebolehan menunggang hewan dan meminum air susunya kepada ha! yang lain. D. Munaqasah adillah
Imam Ahmad bin Hanbal clan Ishak berpenclapat bahwa boleh bagi peneri111a gadai secara terbatas khusus untuk menunggang clan 111e111inu111 air susu binntang ternak. Hal ini dipahami dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu 1-furairah. yaitu Rasul hanya mengatakan menunggang clan meminum air saja, yaitu reclaksi hadis yang menyebutkan
:.j;-'j clan
YA
maka lrnnya inilah yantt boleh clilakukan,
seclang yang lainnya tidak cliperbolehkan. Selanjutnya Jumhur Ulama berpenclapat balnva ticlak boleh 111e111anfoalkan harta gaclaian itu secara mutlak lrnrena 111creka 111e111alwrni bahwa adanya pertentangan matan hadis tersebut clengan haclits yang lain yang dianggap sebagai ajaran dasar yang secara tegas telah rnengatakan :
41 ' Al-Bukhari,
Sahih Bukhari,h. 756
52
4o , G'-11 \.>)
.
Artinya : Dari Jbnu Umar, Rasul bersabda: jangan me111eras air s11s11 bina/(tng ternak seseorang tanpa seizin pemiliknya. (HR. Bukhuri). Berhubung adanya perlentangan kedua hadis tersebut 111aka Ju111hur 111enganggap bahwa hadis riwayat Abi Hurairah yang 111e111bolehkan 111cnunggang dan 111e111inum air susu binatang tersebut telah di rnansukh dengan haclits riwayat lbnu Umar yang melarangnya, karcnanya hadis riwayat Abu l lurnirnh tcrsebut tidak diberlakukan lagi, karena telah dimansukh dengan hadis riwayat lbnu Umar. Terakhir penclapat yang mengatakan boleh memanfoatkan binatang 1crnak secara umum sekedar pengganti biaya yang sei111bang dengan apa yang telah dikeluarkannya untuk rnerawal barang gadaian tersebut, clcngan beralasan kcpada hadis yang ada, dimana secara tekstual clan tegas Rasul tclah 111embolehkan menunggang clan meminum air susunya, maka mereka mengkiaskan kepada hal yang lainnya. Dengan demikian kebolehan 111e111anfaatkan hrirta gadaian itu ticlak terbatas kepacla menunggang dan rneminum air susunya saja. letapi termasuk hal-hal lain sesuai clengan kelayakannya." 6 . seperti nrngenclarai scpeda 111otor, 111obil dan banmgbarang yang lain, dengan catacan memanfoatkan barnng gadaian tcrscbut scsuai
45
Abdurrah1nan bin abdurrahin1 al-ivtubarik Fauri, Tuhj(11 al-Al111'1i::: bi .s:varhi Ja111i' Turmuzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979,h.462 46
I 3.
{lf-
Mahyudin ibn Syari f al-Navva\vi. Al-Majn111' S)1arh al-Afuhaz:ah, (Mesir: al-l1na111, t,tL. Juz
53
clengan harga atau uang perawatan yang clikeluarkan, apabila mclcbihi dari lrnrga perawatan, malrn ha! yang clemikian itu riba. Sejalan clengan aclanya tiga macam penclapat terscbut maka jumhur ulama mengeritik penclapat pertama clan penclapat terakhir yang membolchkan seorang yang telah memberi makan binatang ternak untuk mcnunggang dan meminum air susunya itu sekedar biaya yang telah clikeluarkan terhadapnya adalah kcliru, dan mercka mengemukakan dtrn alasan sebagai berikut; Pertama, mcreka tdah mcmbolchkan seseorang mcnunggang seekor binatang ternak, clan meminum air susunya padahal dia bukan pemilik nya, Keclua, mereka telah menghargai biaya nrnkan binatang ternak tersebut clan menggantinya clengan kesempatan menunggang dan lrnrga air susu, pac'ahal untuk menyelesaikan biaya nrnkan ternak tcrsebut clari penerima gadai aclalah dengan cara bahwa pemilik dapat membayarnya kepacla penerima gaclai, karena binatang ternaknya telah cliberi makan, bukan
menghitung harganya.
lulu
membolehkan ia untuk menunggang clan 111e111inu111 air susunya sebesar biaya yang telah dikeluarkannya terhadap binatang ternak tersebut. Memanfaatkan harta gaclaian itu bagi si penerima gadai adalah suatu hal yang clapat dilrnkumkan sebagai riba, clan ini aclalah perbuatan haram. Mengenai aclanya haclits yang membolehkan memanfaatkan harta gaclaian, seperti haclis Abi Hurairah cliatas clan haclis-haclis lainnya, ha! itu clisampaikan oleh Rasul adalah pada masa
5-1
sebelum turunnya syari'at tentang riba47 , maka setelah datangnya pcnyari'atm1 riba, maka hadis tersebut tidak berlaku lagi. Dengan dernikian rnereka tidak scpcndapat dengail pernbolehan rnenunggang clan rnerninurn air susu binatang tcrnak yang di jadikan sebagai jarninan hutang, clan bcrstatus sebagai harta gmlaian. Imam Al-Auza'I clan Al-Lais berpendapat bahwa peneri111a harla gadaian itu boleh mernanfaatkan harta gadaian itu dengan cara rnenunggang clan 111eminu111 air susunya bila dia telah rnernberinya rnakan dengan pemanfaatan yang scimbang dibancling dengan pernberian rnakan yang telah clikorbankan lerhadapnya. Lebih tcgas lagi clinyatakan bahwa mereka berpenclapat, rneskipun pernilik 111elarang pencrirna harta gadaian itu mernberi makan binatang ternaknya sehingga dia tidak berhak menarik imbalan kepadanya, tetapi bila pe111ilik hanya rnelarangnya untuk 111ernberi makan, dia tetap tidak memberi solusi supaya binatang terscbut tetap sehat clan hidup, maka penerima harta gadai itu tetap boleh memberi nrnkannya, dan konsekwensinya clia tetap boleh memanfaatkannya sebagai imbalan dari
p~mberian
makan itu.
Mereka berpendapat dernikian hanya terbntas pada harla gadaian yang berup
47
Abdurrahn1an bin abdurrahin1 a!-Mubarik Fauri, Tu/1/l-11 al-Al111'a: hi .~rarhi .la111i · at-
Turmuzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979 h.462
55
meskipun tidak seizin tuannya, maka konsekwensinya dia boleh 111cnarik rnanfaat clari padanya. Aclapun pendapat lbnu Abdi! Barr yang rnengatakan menurut jumhur ulama bahwa haclis Ibnu Umar ini shahih, dan bertentangan
cl~ngan
haclis lain yang dianggap
sebagai clasar syari'at, juga clibantah oleh kelompok yang mcngatakan bolch memanfaatkan harta gaclaian itu scbagai berikut: Untuk rnengetahui aclanya nasikh rnansukh pada kedua hadis tesdrnt, rnestilah terlcbih clahulu mengetalrni sejarah kcdua haclis itu, terutamn menyangkut rnasanya, yaitu kapan haclis itu clisampaikan oleh Rasul, tanpa diketahui clcngan jclas bahwa hadis riwayat Abi Hurairah itu terlebih dahulu turun dari hadis riwayat Ibnu Urnar yang mengatakan tidak boleh rnenunggang .. .,maka tidak clapat untuk rnengatakan telah terjadi nasikh mansukh pada. Dengan dcmikian alas an ini kurang dapat dipertanggung jawablrnn. Seclang alasan yang mcngatakan bahwa hadis Abi Ilurairah itu adalah hadis yang cliangagp sebagai clasar syari'at, sehingga tidak mungkin untuk clijadikan scbagai pentakhsis, dijawab lagi clengan mengatakan bahwa hadis lainpun, bahkan seluruh hadis seperti yang rnelarang untuk menunggang, asal clapat dibuktikan keshahihannya, maka akan clianggap sebagai clasar syari'al yang tidak dapat clibedakan dengannya. Karenanya persoalan aclanya kemungkimm mernberlakukan takhsis ticlak jacli rnasalah. Mengarnati aclanya tiga pendapat ini Muhammad bin Ismail al-Kahlani pengarang Subul al-Salam,
clan pengarang kitnb Nail Al·A111har rnempunyai
56
kecenderungan bahawa penclapat ketiga inilah yang terkuat, clan clia menarnbahkan bahwa aclanya pengkhususan syara' pacla hadis itu ticlaklah clirnaksudkan scbagai suatu kekhususan tetapi itu hanya sekedar contoh karenanya harta gadaian itu t1claklah terbatas pacla binatang ternak saja, clan pernanfaatan harta gaclaian itu juga tidak terbatas hanya untuk clitunggang clan clirninurn air susunya saja, telapi terrnasuk yang lainnya. Dia menambahkan lagi, yang penting aclalah bagi pencrirna harta gaclaian yang memanfaatkan tcrsebut mesti mernanfaatkannya clengan bai k, clan bukan dcngan ma1(sud untuk climiliki, clia harus berniat akan tctap mengembalikan harta gadaian itu kepacla pemiliknya. Lebih jauh clari itu c!ia mengatakan bahwa penerirna harta gadaian itu boleh menyewakannya, juga menjual air susunya, kecuali hakim tclah melarangnya, atau benar-benar merusak harta gadaian tersebut. Penclapat ini clipahami demikian, karena memahami haclis riwayal dari Abi Hurairah, sedang adanya hasdis yang melarang seperti telah dikemukakan diatas hingga adanya pertentangan dua haclis, maka dia memahami bukan pertentangan, tetapi kedua haclis itu masih bisa dikompromikan sebagai haclis yang bersifat umum dan khusus, karenanya ticlak acla nasikh mansukh dalam hal ini. Selanjutnya kelompok pertama clan ketiga clari ulama seperti telah clikemukakan diatas, clan ulama lain yang sependapat clengan mereka mengatnkan bahwa hal yang clipandang lebih aclil, sejalan dengan qiyas, bemrnnfaat bagi orang yang menggadaikan clan yang menerima gadai, demikian juga tcrhadap hewan yang cligadaikan adalah dengan membolehkan penerima gadai mengambil manfaat dari binatang ternak tersebut berupa menunggang clan meminurn air susunya sekedar
57
biaya yang telah clikeluarkan kepadanya untuk memberi makannya. Hal ini menciptakan keaclilan, karena terpelihara hak clan kewajiban ketiga pihak yang ada, yaitu orang yang menggaclaikan dan penerima gaclai serta binatang ternak yang digaclaikan begitu juga scjalan clengan qiyas, karena penerima gadai hanya me11gambil 111anfoat tersebut biaya yang telah clikeluarkannya u11tuk 111c111beri makan binatang ternak yang acla juga 111emdihara kepentingan ketiga pihak yang acla. Karenanya pantas bila ha! ini yang cliamalkan. Mereka rnenarnbahkan bahwa clengan mengatakan adanya nasikh 111ansukh pacla kedua haclis tersebut clipandang kurang clapat cliterinw, karena kedua hadis tersebut adalah sarna-sarna hadis shahih, kedua haclis itu tidak diketlrni sejarah turunnya yang rnana yang terlebih clahulu dan yang belakangan, clan kedua hadis tersebut rnasih clapat clikornprornilrnn dengan cara 'aam dan khash. Hadis riwayat Ibnu umar aclalah dalarn bentuk yang tmrnrn, karenanya berlaku secarn u111u111, seclangkan haclis riwayat Abi I-Iurairah itu climaksuclkan adalah sebagai hadis yang khusus, karenanya hanya berlaku clalam situasi clan komlisi terlentu secarn khusus. Dengan dernikian, mengarnbil perinsip istinbat hokum yang clilakukan oleh ulama yang rnengatakan bahwa selama dua nash rnasih bisa cliko1nprn111ikan nrnka tidak boleh untuk memberlakukan nasikh mansukh. Sikap jurnhur ulama yang rnenganggap hadis riwayat Abi I-Iurairah telah rnansukh dengan hadis riwayat Ibnu Unrnr, sehingga rnesti dipalrn111i bahwa penerinrn gaclai itu tidak boleh rnengambil manfaat dari harta gadaian yang acla sccarn u111u111 juga, sulit untuk clapat ditcri111a, Hal ini terjacli karena mereka seolah mernaharni
58
bahwa semua harta gaclaian itu aclalah sama, paclahal acla yang berupa bencla mati, clar. acla yang berupa hewan, keclua ha! ini ticlak bisa disamakan, harta bencla berupa bencla mati relatif ticlak perlu pemeliharaan, seclang berupa binatang ternak perlu cliberikan makan clan yang lainnya, karena pantas kalau hadis Abi 1-!urairah yang clipahami berlaku secara khusus itu tetap clipertahankan, bukan mansukh."18 Penclapat yang raj ih Dari beberapa penclapat para ulama yang di sertai dcngan clalil-clalil, maka penulis lebih cenclerung memilih penclapat yang mengatakakan bahwa rnurtahin boleh memanfaatkan harta gac!aian itu dengan cara menunggang dan meminurn susunya bila clia telah memberinya makan clengan pemanfoatan yang seimbang clibanding clengan pemberian makan yang telah clikorbankan terhadapnya. Bahkan ticlak terbatas clalam ha! menunggang clan meminurn air susunya saja, tetapi semua ha! yang bermanfaat yang bisa diambil dari padanya.
13 •
Muha1nn1ad lsn1ail al-l(ahlani Subul al-Sa/cun (Bandung: C1ahlan, t,th) h. 5 ! dan Abdurrah1nan bin abdurrahin1 al-Mubarik Fauri, TuhfC!t al-Ah1vaz bi Syarhi .ltuni' at-Turn1uzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979 1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulau
Pengertian gadai menurut ernpat Mazhab sebagai berikut : !). Malikiyah mendefinisikan
Arlinya: "Har/a yang berni/ai yang dijadikan o/eh pemiliknya sehagai ja111i11an a/us utung yang bersifal mengikat"
Menurut 111ereka, yang dijaclikan barang jmninan bukan saja harta yang bersifat materi, tetapi juga harta yang bcrsifat 111anfaat tertentu. 2).
Hanafiyah menc\efinisikan
·.r 1·.I< . ·~·'\ ',' '<''' ,. T'-' J. u _1_;,:.1 ~ ~
.._:'. 0-" 1' ~ "'
,. ~.··)·\,L' .._:-! ;J(. ·~. . ,o''•I\ f"""" r _ ;..:.._:, - ,·.\. '+" . . ,.,~
. ..:.,~-4 '
J':...;,.
Arlinya: "Menjadikan ses11a111 (barang) sebagai jaminan lerhadap !1Uk (piurangJ .rung mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (pi11/a11g) ilu, haik se/umhnya mu11p1111 sebagiannya ".
3).
Syafi'iyah clan Hanabilah menclcfinisikan
59
60
Artinya: "Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang du/Jal dijadikan pembayar utang apabi/a orang yang berutang tidak bisa memha;or 11ta11gny11 i111 ".
Menurut penulis Gadai adalah narna dari suatu proses interaksi pinja111merninjarn dengan cara rnenjadikan barang tertentu sebagai jaminan hutang si kreditur yang dipegang dan dikuasai oleh si dcbitur, sa111pai hutnng tnschut ditunaikan pada waktunya. Mengenai pcnrnnfaatlrnn harta gadai
A. Pernanfaatan I-Iarta Gaclai Yang Dilakukan Oleh Rabin. .lu1nhur Ulanrn rnernbolehkan rahin rnernanfoatkan barang yang digadaikan sclanrn mendapat izin dari dari rnurtahin. Selain itu rahin harns rntnjarnin barang 1ersebut selarnat dan utuh. B. Pernanfaatan I-larta Gadai Yang Dilakukan Oleh Murtahin . .lurnhur Ula111a tidak rnernbolehkan Murtahin 111emanfaatkan barang gt,daian sccara rnutlak, karna barang itu bukan rniliknya secarn penuh. 1-lak rnurtahin lerhaclap barang itu hanyalah sebagai jarninan piutang yang ia berikan, chm apabila orang yang berulang tidak mampu 111e!L11rnsi piutangnya, barultih 1a bolch mcnjual atau rnenghargai barang itu untuk melunasi piutangnyn Mengcnai pemanfaatkan harta ga
rnenunggang dan rneminurn susu hewan ternak yang dijaclikan sebagai barang gadaian yang telah diberi rnakan sekeclar harga yang seirnbang dengan makanan
61
yang diberikan. Penerirna gadai boleh rnemanfaatkan hewan ternak lcrscbul terbatas hanya menunggang clan mengambil air susunya saja. 2. Jumhur
Ulama
berpenclapat
bahwa
ticlak
boleh
bagi
murtahin
untuk
memanfaatkan harta gaclaian secara mullak 3. Terakhir penclapat yang mengatakan boleh memanfaatkan binatang ternak secara umum sekeclar pengganti biaya yang seimbang clengan apa yang tclah dikeluarkannya untuk merawat barang gaclaian tersebut, clengan beralasan kepada haclis yang ada, climana secara tekstual clan tegas Rasul telah membolchkan menunggang dan meminum air susunya, maka mereka mengkiaskan kepacla hal yang lainnya. Dengan clemikian kebolehan memanfaatkan harta gaclaian ilu tidak tcrbatas kcpada menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi termasuk hal-hal lain sesuai dengan kelayakannya .. seperti mngenclarai sepcda motor, mo bi: clan barang barang yang lain, clengan catatan memanfaatkan barang gaclaian tersebut sesuai dengan harga atau uang perawatan yang clikeluarkan. apabila mclebihi clnri harga perawatan. 111nka ha! yang clemikian itu riba. Pendnpat ini di clukung oleh Muhammad bin ls111ail alKahlani clan Muhammad Ali bin Muhammad al-Syaukani Pendapat yang rajih menurut penulis aclalah pendapat yang mcngatakakan bahwa murtahin boleh memanfaatkan harla gaclaian itu clengan cara menunggang dan meminum susunya bila clia telah memberinya makan clengan pcmanfaatan yang seimbang clibancling clengan pemberian makan yang telah clikorlnmkan terhaclapnya. Bahkan ticlak terbatas dalam hal menunggang clan meminum air susunya saja, tetnpi semua hal yang bermanfaat yang bisa cliambil clari paclanya.
62
B. Saran saran
Setelah kita semua mengetahui hukum gadai clan hal -hal yang berkailan dengannya, marilah kita hindari praktek gadai yang dilakukan orang-orang jahili;'ah, yakni te1jadinya tindak kezaliman yang dilakukan pemilik piutang, dengan earn menyita barang gadai, walau nilainya lebih besar dnri hutangnya, bahkan r1ungkin berlipat-li;}at , Perbuatan sernacam ini, sangat jelas merupakan perbuatan Jahiliyah dan perbuatan zhalim yang harus dihilangkan, Semoga kita terhindar dari perbuatan ini, Amin,
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKJJ~RTA
DAFT AR PUSTAKA
Al-Qur 'an dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama RI, 2003
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, beirut, Maktabah al-' Ashriyah, Juz 3 . t.th. Ash Shiddiqi, Hasbi, Hukum-hukwn Fiqih Islam, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, cet. Ke 1, 1997 Faisal bin Abdul Aziz Mubarak, Nailul Authar, diterjemahkan olch Muawal Hamidi, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1989 Hanafi, A, MA, Pengan/ar Theology Islam, Jakarta, PT. Al-llusna Zikra, cet. Ke-7, 2001
l-Iaroen, Nasrl\11, MA, DR. Fiqh Muamulah, Jakarta, Gaya Ml:din l'ratama, cet. Ke I, 2007
Husnan Budiman, Pengantar I/mu Fiqih. Surabaya, Usaha Nasional. 1982. lbn Rusyd, /Jidayat a/-M11jtahid wa Nihayat al- J'vfuqtasid, Indonesia, Dar al-lhya alKutub al-Arabiyyah, Lt Jaziri, al. Abdurrahrnan, Al-Fiqh '11/a Mazahih al-Arba 'ah tcrjrn1ahan Moh. /uhri, ct.al., Semarang, Asy SYifo, cet. Ke l, 1994 Munawir, Ahmad, Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, clitelaah dan dikoreksi oleh KH. Ali Ma'sum clan KH. Zainal Abiclin Munawwir, Surabaya, Pustaka Progresif, 1997 Muhammad Abclurrahrnan ibn Abclurrahirn al-Mubarik Fauzi, T11h/i11 al-Alnrnz hi Syarh Jami' al-Turmuji, Beirut, Dar al-fikr, cet ke 3, Juz 4, 1399 H/1 ')79 M Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul al-Salam, Bandung, Dahlan, Juz 3. Hal. 51. Uh Muhammad, Hasan, Ali, Perbanclingan Mazhab Fiqh, Jakarta, PT. Raja Grnlindo Persacla, cet. Ke 2 2000
--Ml L PERPUSTAKAAN UTAMA UIN !E>Yl:HID JAKARTA
Muhammad, Antonio, Syafi'I, Bank Syariah; Wacana U/ama dan Cendikiawan, Jakarta,Bank Indonesia clan Tazkia Institute, 1999 Mubarak, Jaih, S~jarah dan perkembangan Hukum Islam, Br,nclung, PT. Remaja Rosclakarya, cet l , 2002 Nata, Abuclclin, Metodologi Studi 11/am, Jakarta, PT. Rqja Grafinclo Persada, cet. 6, 2001. Sabiq, Sayicl, Fiqh Sunah, te1jemahan Kamaluciin A. Marzuki, Bandung, PT. Maari f, cet. 1, jilid 12, 1987 Syukur, Aswadie, Perbandingan Mazhab, Surabaya, PT, Bina llrnu, eel. Ke l, 1994 Sirajudin, Abbas, l'tiqad Ahlu Sunnah wal Jama 'ah, Jakarta, CV Pustaka Tarbiyah, cet. Ke 27, 2004 Tahido, Huzaemah, Yanggo, Prob/ematika Hukum 11·/am Kontemporer, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. Ke 4, 2002 ---------------------. Pengantar Perbandingan lvfazhab, Jakarta,Logos, cct. Ke 3, 1996
Wahab, Abdul, Khallaf, I/mu Ushului Fiqh, teijemahan Prof. Drs. Kl-I. Masclar Helmy, Bandung, Gema Risalah Press, cet.ke-2, 1997. Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islam iva Adi/iatuhu, te1jemahan DR. AhmaU Syahbari Salmon etr al, Malaisia, Dewan Bahasa clan Pustaka, ce1:. Ke I, .!!lid 5, 1995