Pemanfaatan Gelembung Udara dan Pengaruhnya pada Penumbuhan Nanopartikel ZnO di dalam Ruang Reaksi Berbentuk Tabung Horasdia Saragih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Advent Indonesia Jl. Kolonel Masturi No. 288 Parongpong Bandung Barat, Indonesia, 40559 e-mail:
[email protected]
Abstrak Pada paper ini diuraikan bagaimana seurutan gelembung udara dihadirkan di dalam ruang reaksi berbentuk tabung dan pengaruh kerapatannya terhadap karakteristik ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh. Menghadirkan gelembung udara di dalam tabung secara efektif dapat memisahkan prekursor maupun campuran prekursor ke volume-volume kecil yang ukurannya relatif hampir sama. Ukuran volume kecil ini dapat divariasi dengan memariasi kerapatan gelembung udara. Semakin tinggi kerapatan gelembung udara, semakin kecil ukuran volume campuran. Sementara, kerapatan gelembung udara di dalam tabung dapat divariasi dengan memariasi laju alir prekursor yang dimasukkan. Oleh karena itu, dengan mengendalikan laju alir prekursor yang dimasukkan ke dalam tabung, ukuran volume campuran prekursor dapat divariasi. Pemisahan campuran prekursor ke volume-volume kecil memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh. Selain itu, pemisahan campuran prekursor oleh gelembung udara menjadikan molekul-molekul campuran bergerak secara sirkulatif. Oleh gerak sirkulatif ini, waktu pencampuran prekursor untuk menjadi homogen, menjadi sangat singkat. Prekursor yang telah bercampur pada ukuran yang sangat kecil tersebut dapat terpisah secara sempurna di dalam tabung dengan prekursor yang baru dimasukkan. Hal ini dimungkinkan karena proses pencampuran di dalam tabung terjadi pada modus alir. Volume kecil campuran awal meninggalkan secara sempurna volume kecil campuran berikutnya. Begitu seterusnya. Proses seperti ini sangat bermanfaat dalam hal menghindari pertumbuhan nanopartikel ZnO yang berlebihan. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran volume campuran prekursor di dalam tabung, semakin kecil pula ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh. Kata-kata kunci: Gelembung Udara, Penumbuhan Nanopartikel ZnO, Ruang Reaksi Berbentuk Tabung
PENDAHULUAN Perancangan suatu teknik penumbuhan nanopartikel yang sederhana perlu dilakukan. Mengurangi kompleksitas pemrosesan maupun meminimalisasi biaya pengadaan peralatan penumbuhan menjadi alternatif pendekatan yang sangat penting. Hal ini perlu untuk mengefisienkan proses penyediaan nanopartikel ke depan. Karena terapannya yang sangat luas dan bermanfaat, ketersediaan nanopartikel dalam jumlah yang sangat besar dan dengan harga yang sangat terjangkau, sangat tinggi di masa-masa mendatang. Untuk itu biaya pengadaannya harus dibuat sekecil mungkin. Proses pengefisienan yang dilakukan tentu saja tidak boleh mengurangi kualitas nanopartikel yang dihasilkan. Jika dimungkinkan sebaliknya, pengefisienan dapat meningkatkan kualitas nanopartikel. Hal ini melatarbelakangi mengapa ruang reaksi berbentuk tabung digunakan pada penelitian ini.
Nanopartikel ZnO memiliki cakupan terapan yang sangat luas, seperti: sebagai fotokatalis [1]; antibakteri [2]; sensor gas [3]; pengolah limbah [4]; dll. Oleh karena itu kebutuhan terhadap nanopartikel ZnO sangat tinggi. Pada seluruh cakupan terapan tersebut nanopartikel ZnO yang diperlukan adalah yang memiliki ukuran yang sangat kecil dan dengan distribusi ukuran yang sangat sempit agar reaktifitasnya atau sensitifitasnya, tinggi. Untuk tujuan itu haruslah dirancang suatu alat penumbuhan yang dapat menghasilkan nanopartikel ZnO yang sangat kecil dengan distribusi ukuran yang sangat sempit. Kami telah merancang suatu teknik penumbuhan nanopartikel ZnO dengan menggunakan suatu ruang reaksi berbentuk tabung dengan diameter sebesar 500 µm. Pada paper sebelumnya [5] kami telah melaporkan hasil nanopartikel ZnO yang ditumbuhkan dengan menggunakan peralatan ini dengan berbantuan polimer polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai agen pengkapsulasi. Nanopartikel ZnO dengan diameter rata-rata sekitar 2,59-3,14 nm telah berhasil ditumbuhkan. Dispersinya tunggal (monodisperse), dan distribusi ukurannya sangat sempit, yaitu dari 5,30-5,77%. Pada paper ini kami akan fokus pada kajian tentang bagaimana pengaruh kehadiran gelembung udara dan kerapatannya terhadap ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh. Penggunaan ruang reaksi berbentuk tabung dilatarbelakangi oleh karakteristiknya yang unik. Di dalam tabung dengan diameter berorde mikrometer, kita dapat mencampur prekursor dengan sangat cepat dan dengan hasil campuran yang sangat homogen. Pencampurannya dapat dilakukan dalam modus alir dengan berbantuan gaya gravitasi bumi, dimana prekursor-prekursor yang digunakan, yang dimasukkan ke dalam tabung, dapat dipandu sehingga mengalir. Dengan menggunakan teknik pencampuran dalam modus alir ini, proses pencampuran dapat dilakukan secara kontiniu sehingga dimungkinkan untuk mendapatkan hasil campuran dalam jumlah yang sangat besar dengan tingkat kehomogenan yang tinggi. Untuk mendapatkan nanopartikel dengan ukuran yang sangat kecil dan dengan distribusi ukuran yang sangat sempit sebagaimana diperlukan pada berbagai bidang terapan, kriteria penumbuhan seperti itu dimungkinkan dapat memenuhi. Hal lain yang menjadi keuntungan adalah pada saat mengalir, prekursor-prekursor di dalam tabung secara otomatis dapat bercampur karena molekul-molekul prekursor bergerak secara sirkulatif. Dan lagi, volume prekursor yang dapat dimasukkan ke dalam tabung sangatlah terbatas (kecil), oleh karena itu maka waktu pencampurannya menjadi sangat singkat. Volume prekursor ataupun volume campuran prekursor yang mengalir di dalam tabung masih dapat diperkecil lagi dengan menginjeksi gelembung udara ke dalam tabung secara periodik. Semakin rapat gelembung udara diinjeksi, semakin kecil volume prekursor ataupun volume campuran prekursor yang terbentuk. Di lain pihak, semakin kecil volume prekursor yang terbentuk, semakin cepat campuran prekursor menjadi homogen. Dengan demikian tabung berdiameter berukuran mikrometer, yang dalam penelitian ini adalah 500 µm, dengan karakteristik seperti itu, adalah efektif dan efisien untuk digunakan sebagai ruang reaksi menumbuhkan nanopartikel ZnO. Selain itu, di dalam tabung dapat terjadi proses pencampuran prekursor, proses nukleasi ZnO dan proses pertumbuhan nukleus ZnO secara berturut-turut, kontiniu dan terpisah dalam modus alir. Nukleus ZnO dapat bertumbuh membentuk nanopartikel ZnO secara terkendali. Ukuran nanopartikel ZnO oleh karena itu dapat dengan mudah dikendalikan. Nanopartikel ZnO tidak tumbuh dalam ukuran yang berlebihan. Dengan kondisi seperti itu akhirnya penanganan proses menjadi sangat sederhana. Proses memasukkan prekursor ke dalam tabung dan proses pencampurannya digerakkan oleh gaya gravitasi. Pencampuran prekursor, nukleasi, dan pertumbuhan nanopartikel ZnO terjadi secara otomatis di dalam tabung ketika campuran prekursor mengalir. Nukleasi dan pertumbuhan ZnO dapat terjadi pada temperatur yang rendah karena volumenya sangat kecil. Pemanasan dapat dilakukan secara radiatif ke dalam tabung. Dengan demikian kompleksitas perlakuan dapat direduksi. Sementara biaya pengadaan peralatan penumbuhannya sangat rendah karena secara utama hanya menyediakan suatu tabung kecil berdiameter dalam orde mikrometer yang harganya relatif sangat murah.
EKSPERIMEN Dalam penelitian ini, ruang reaksi berbentuk tabung yang digunakan untuk menumbuhkan nanopartikel ZnO adalah terbuat dari bahan gelas yang tembus pandang. Tabung berbahan gelas ini dirangkai sedemikian rupa bersama dengan komponen-komponen pendukung lain membentuk suatu sistim sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. Gelas tembus pandang diperlukan agar proses pemanasan campuran prekursor di dalam tabung untuk membentuk nukleus-nukleus ZnO dan menumbuhkannya menjadi nanopartikel-nanopartikel ZnO, dapat dilakukan secara radiatif dengan menggunakan lampu pemanas dari luar tabung. Selain itu, bahan gelas tidak bereaksi secara kimia dengan bahan prekursor yang digunakan. Diameter bagian dalam tabung dan panjang tabung yang digunakan masing-masing adalah 500 µm dan 100 cm. Sepanjang sekitar 70 cm panjang tabung, yang diukur dari posisi ujung masukan prekursor, digunakan sebagai ruang pencampuran prekusor dalam modus alir. Sementara sepanjang sekitar 20 cm selanjutnya, dimana prekursor telah bercampur sebelumnya dan melewati panjang tabung ini, digunakan sebagai ruang pemanasan campuran prekursor untuk membentuk nukleus-nukleus ZnO dan sekaligus menumbuhkan nukleus-
nukleus tersebut menjadi nanopartikel ZnO. Agar prekursor dan atau campuran prekursor dapat mengalir di dalam tabung sebagai akibat dari gaya tarik gravitasi bumi, tabung dibuat pada posisi miring diukur dari bidang datar. Setelah melewati sepanjang 70 cm panjang tabung diikuti selanjutnya melewati 20 cm ruang pemanasan, nanopartikel ZnO akan dihasilkan dan keluar di ujung keluaran. Untuk mendapatkan nanopartikel ZnO secara kontiniu, prekursor-prokursor yang digunakan harus dialirkan secara kontiniu pula.
Gambar 1. Sistim penumbuhan nanopartikel ZnO yang menggunakan ruang reaksi berbentuk tabung yang terbuat dari gelas tembus pandang berdiameter 500 µm.
Prekursor-prekursor yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk ZnCl2 (99,9%; Merck), serbuk NaOH (99%; Merck), dan DI-Water (H2O). Ketiga prekursor ini masing-masing dilarutkan ke dalam pelarut etanol (99%, Merck) pada masing-masing konsentrasi 10 mM, 16 mM dan 1000 mM. Proses melarutkan masingmasing prekursor dilakukan dengan berbantuan pengaduk magnetik (magnetic stirrer) sampai diperoleh larutan yang bening. Ketiga larutan prekursor dimasukkan ke dalam masing-masing wadah penampung yang terbuat dari bahan plastik, selanjutnya diinjeksi ke dalam tabung dengan laju alir yang diperlukan. Masing-masing prekursor dialirkan ke dalam tabung dengan perbandingan 1:1:1. Dengan membuka secara bebas ujung masukan tabung ke lingkungan udara luar saat penginjeksian prekursor, gelembung udara akan terbentuk secara periodik di dalam tabung sehingga memisahkan campuran prekursor menjadi volume-volume kecil (gambar 2). Dengan mengubah-ubah laju alir prekursor, akan mengubah kerapatan gelembung udara di dalam tabung, oleh karena itu sekaligus mengubah volume campuran prekursor hasil pemisahan. Laju aliran prekursor diset sedemikian rupa untuk menghasilkan ukuran volume campuran prekursor hasil pemisahan yang dikehendaki. Pada penelitian ini empat ragam ukuran panjang campuran prekursor di dalam tabung hasil pemisahan diinvestigasi, yaitu: (1) 300 µm sehingga volumenya 2,355x108 µm3; (2) 600 µm sehingga volumenya 4,710x108 µm3; (3) 1200 µm sehingga volumenya 9,420x108 µm3; dan (4) 1700 µm sehingga volumenya 13,345x108 µm3. Laju alir pasangan gelembung udara-campuran prekursor di dalam tabung diset 4,7 cm/dt dengan menset sudut kemiringan tabung.
Gambar 2. Pemisahan campuran prekursor ke dalam volume-volume kecil di dalam tabung sebagai akibat hadirnya gelembung udara secara periodik.
Ketiga prekursor yang diinjeksi secara bersamaan ke dalam tabung, untuk masing-masing ragam panjang tersebut, akan bercampur sebagai akibat dari proses gerak sirkulatif di sepanjang 70 cm lintasannya. Pemanasan secara radiatif dengan menggunakan lampu pemanas, kemudian dilakukan pada aliran pasangan gelembung udara-campuran prekursor di sepanjang 20 cm lintasan berikutnya. Selanjutnya, campuran prekursor hasil pemanasan akan keluar dari ujuang keluaran tabung. Hasil keluaran ini merupakan suatu koloid nanopartikel ZnO yang terdispersi di dalam etanol. Karakteristik nanopartikel ZnO yang dihasilkan selanjutnya diinvestigasi dengan menggunakan beberapa hasil pengukuran. Serapan optik (absorbans) nanopartikel ZnO diukur dengan menggunakan spectrophotometer UV-Vis BOECO S-26 (Germany) pada resolusi optikal 1 nm. Elemen penyusun nanopartikel diukur dengan energy dispersive X-ray spectrometer (EDS) JEOL-JSM-6360 LA pada tegangan pemercepat 10 kV. Struktur kristal dan kekristalan nanopartikel diukur dengan menggunakan X-ray diffractometer Philips PW3710 dengan radiasi CuKα pada panjang gelombang =0,15405 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nanopartikel ZnO yang dihasilkan, yang keluar dari ujung keluaran tabung adalah terdispersi di dalam media etanol membentuk suatu koloid (gambar 3a). Untuk melihat secara fenomenologis kehadiran nanopartikel ZnO di dalam koloid untuk masing-masing panjang campuran prekursor yang digunakan, suatu penyinaran dengan sinar ultraviolet dilakukan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh koloid menghasilkan luminesens hijau kekuning-kuningan (gambar 3b). Luminesens hijau kekuning-kuningan ini adalah suatu bentuk respon nanopartikel ZnO terhadap sinar ultraviolet karena ukurannya yang sangat kecil yang telah mendekati ukuran diameter eksitonnya [6]. Hasil respon ini memberikan informasi secara kualitatif kepada kita bahwa penumbuhan yang dilakukan dengan menggunakan panjang campuran prekursor yang berbeda-beda di dalam tabung (300 µm, 600 µm, 1200 µm, dan 1700 µm), seluruhnya menghasilkan nanopartikel ZnO dengan rata-rata ukuran mendekati ukuran eksitonnya.
A
B
Gambar 3. Koloid ZnO hasil penumbuhan di dalam tabung berdiameter 500 µm menggunakan empat ragam panjang campuran prekursor (300 µm, 600 µm, 1200 µm, dan 1700 µm). (A) tidak disinari dengan ultraviolet, dan (B) disinari dengan ultraviolet.
Secara kuantitaif ukuran rata-rata nanopartikel ZnO yang terbentuk di dalam setiap koloid di atas dapat dihitung dengan menggunakan data absorbans optiknya yang diukur dengan spectrophotometer. Viswanatha dan Sarma [7] telah menurunkan suatu perumusan yang akurat untuk menghitung jari-jari rata-rata nanopartikel ZnO dengan menggunakan data respon absorbans UV-Vis yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
0,3049 26,23012 102440 r nm
2 6,3829 2483 p nm
72 p nm
................................. (1)
dimana r adalah jari-jari rata-rata nanopartikel ZnO (dalam satuan nanometer (nm)) dan p adalah panjang gelombang dimana absorpsi maksimum terjadi (puncak eksitonik) (dalam satuan nm). Setelah diukur pada rentang panjang gelombang 300-550 nm, pola absorbans nanopartikel ZnO dari keempat koloid, dihasilkan dan ditunjukkan pada gambar 4. Hasil ini menunjukkan bahwa koloid yang diperoleh dari proses penumbuhan menggunakan panjang campuran prekursor sebesar 300 µm memiliki puncak absorpsi pada panjang gelombang p = 328 nm. Untuk panjang campuran prekursor sebesar 600 µm memiliki p = 343 nm, untuk panjang campuran prekursor sebesar 1200 µm memiliki p = 372 nm, dan untuk panjang campuran prekursor sebesar 1700 µm memiliki p = 386 nm. Dengan menggunakan perumusan yang diturunkan oleh Viswanatha dan Sarma (persamaan 1), diameter rata-rata (2r) nanopartikel ZnO yang terbentuk pada masing-masing koloid yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dihitung, dan hasilnya masing-masing adalah d1 = 3,248 nm; d2 = 3,733 nm; d3 = 5,710 nm, dan d4 = 9,671 nm. Dari hasil ini menunjukkan bahwa diameter rata-rata nanopartikel ZnO yang tumbuh berubah ketika panjang campuran prekursor di dalam tabung, diubah. Semakin panjang campuran prekursor yang dibentuk di dalam tabung, semakin besar nanopartikel ZnO yang tumbuh.
Gambar 4. Empat ragam pola absorbans nanopartikel ZnO yang diukur pada rentang panjang gelombang 300550 nm. Keempat ragam pola absorbans ini dibedakan oleh empat ragam panjang campuran prekursor yang digunakan saat penumbuhan, masing-masing secara berurut adalah 300 µm, 600 µm, 1200 µm, dan 1700 µm.
Untuk mengkonfirmasi hasil pengukuran diameter rata-rata di atas, selanjutnya dilakukan pengukuran dengan menggunakan data difraksi sinar-X. Untuk tujuan ini, etanol pada koloid diuapkan pada temperatur ruang dengan menggunakan evaporator pada tekanan di bawah 1 atmosfer. Penguapan etanol di temperatur ruang ini adalah untuk menghindari terjadinya koalisi nanopartikel ZnO. Umumnya nanopartikel ZnO akan berkoalisi membentuk ukuran yang lebih besar jika temperatur lingkungannya dinaikkan. Serbuk sisa penguapan yang dihasilkan, yang adalah nanopartikel ZnO, kemudian dicampurkan ke dalam larutan kental carboxymethylcellulose (CMC). Larutan kental CMC ini dibentuk dengan mencampur serbuk CMC dengan DI-water. Tujuan mencampur serbuk sisa penguapan dengan CMC adalah agar CMC dapat mengikat nanopartikel ZnO ketika dilakukan pengukuran difraksi sinar-X. Setelah pencampuran dilakukan secara merata dengan berbantuan pengaduk magnetik, campuran dibentuk menyerupai lembaran dan dikeringkan pada temperatur ruang sehingga membentuk komposit nanopartikel ZnO/CMC. Hasil pengeringannya ditunjukkan pada gambar 5. Lembaran ini selanjutnya dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk keperluan pengukuran difraksi sinar-X.
Gambar 5. Lembaran komposit nanopartikel ZnO/CMC.
Pengukuran difraksi sinar-X dilakukan terhadap komposit nanopartikel ZnO/CMC. Seluruh sampel yang diukur menghasilkan dua puncak difraksi utama, yaitu pada sudut 2 = 20,00o dan pada sudut 2 = 36,12o. Perbedaan yang terjadi hanya pada lebar puncak. Pada gambar 6 ditunjukkan salah satu dari hasil yang diperoleh yaitu yang menggunakan nanopartikel ZnO yang ditumbuhkan dengan menggunakan panjang campuran prekursor sebesar 600 µm. Puncak difraksi yang terjadi pada sudut 2 = 20,00o adalah puncak difraksi CMC. Sementara puncak difraksi yang terjadi pada sudut 2 = 36,12o adalah puncak difraksi nanopartikel ZnO yang dihasilkan oleh bidang kristal (1011).
Gambar 6. Difraksi sinar-X komposit nanopartikel ZnO/CMC. Nanopartikel ZnO yang dikompositkan adalah yang ditumbuhkan dengan menggunakan panjang campuran prekursor sebesar 600 µm.
Penghitungan ukuran kristalit yang membentuk nanopartikel ZnO dengan menggunakan data difraksi sinarX dapat dilakukan dengan menggunakan perumusan yang telah diturunkan oleh Scherrer [8] sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan berikut:
𝐷=𝑘
𝜆 𝛽𝐷 𝑐𝑜𝑠𝜃
.............................................................. (2)
dimana D adalah diameter rata-rata nanopartikel (kristalit) (dalam satuan nm), adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan ( = 0,15405 nm, menggunakan radiasi CuKα), k adalah suatu konstanta yang terkait dengan bentuk partikel, yang dalam hal ini adalah dianggap bulat karena ditumbuhkan di dalam suatu media cair, bernilai 0,89. βD adalah besar full width of half-maximum intensity (FWHM) puncak difraksi. Dari difraksi yang dihasilkan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6, puncak difraksi oleh nanopartikel ZnO terjadi pada sudut 2=36,14o. Oleh karena itu diperoleh menjadi 18,07o. Dengan menggunakan software Origin dan melakukan fitting Lorentzian terhadap puncak yang dihasilkan oleh nanopartikel ZnO pada sudut 2=36,14o diperoleh nilai FWHM dalam 2 sebesar = 4,4o. Dengan demikian nilai FWHM dalam adalah sebesar = 2,2o. Dengan mensubstitusi nilai k=0,89; nilai =0,15405 nm; nilai FWHM dalam yang adalah sama dengan nilai βD adalah = 2,2o; nilai =18,07o ke persamaan 2) maka diperoleh nilai D = 3,754 nm. Nilai D ini tidak jauh berbeda dengan nilai d2 = 3,733 nm yang diperoleh dengan menggunakan data absorbans. Sedikit perbedaan yang terjadi diperkirakan disebabkan oleh perbedaan dan ketelitian alat yang digunakan dan atau galat dalam perhitungan.
Gambar 7. Energy dispersive X-ray (EDS) komposit nanopartikel ZnO/CMC.
Pembentukan nanopartikel ZnO juga dikonfirmasi melalui pengukuran energy dispersive X-ray spectrometer sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7. Terlihat bahwa elemen Zn hadir di dalam komposit yang membentuk paduan ZnO. Elemen Zn yang membentuk paduan ZnO memberikan respon dispersi sinar-X dengan energi 1,012 keV yang dihasilkan oleh eksitasi elektron dari kulit L. Adapun elemen C yang memiliki persen mol sebesar 96,61 adalah dikontribusi dari CMC yang didominasi oleh elemen C. Sementara elemen Cl adalah sisa hasil pemecahan ZnCl pada proses dekomposisi pada saat pembentukan nukleus dan pertumbuhan ZnO yang terikut serta pada proses pembuatan komposit.
KESIMPULAN Dari seluruh hasil pengukuran yang telah diperoleh, terkonfirmasi bahwa nanopartikel ZnO telah tumbuh. Nanopartikel ZnO yang tumbuh membentuk bidang kristal (1011) dengan ukuran diameter rata-rata 3,2489,671 nm. Ukuran nanopartikel ZnO dapat dikendalikan dengan mengendalikan ukuran panjang campuran prekursor. Sementara panjang campuran prekursor dapat dikendalikan dengan mengendalikan kerapatan gelembung udara. Dengan merapatkan gelembung udara di dalam tabung, mengurangi panjang campuran prekursor. Dan dengan mengurangi panjang campuran prekusor, memperkecil ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh. Oleh karena itu disimpulkan bahwa gelembung udara di dalam tabung mempengaruhi ukuran nanopartikel ZnO yang tumbuh, dan oleh karena itu dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan ukuran nanopartikel ZnO.
REFERENSI 1.
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8.
K. Bijanzad, A. Tadjarodi dan O. Akhavan, Photocatalytic activity of mesoporous microbricks of ZnO nanoparticles prepared by the thermal decomposition of bis(2-aminonicotinato) zinc (II), Chinese Journal of Catalysis 36(5) (2015), p. 742-749. A.C. Janaki, E. Sailatha dan S. Gunasekaran, Synthesis, characteristics and antimicrobial activity of ZnO nanoparticles, Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy 144 (2015), p. 1722. R. Yoo, S. Cho, M.J. Song dan W. Lee, Highly sensitive gas sensor based on Al-doped ZnO nanoparticles fro detection of dimethyl methylphosphonate as a chemical warfare agent simulant, Sensor and Actuators B: Chemical 221 (2015), p. 217-223. M. Tan, G. Qiu dan Y.P. Ting, Effect of ZnO nanoparticles on wastewater treatment and their removal behaviour in a membrane bioreactor, Bioresource Technology 185 (2015), p. 125-133. H. Saragih, D.R. Ricky dan A. Limbong, Penggunaan ruang reaksi berbentuk tabung berdiameter 500 µm untuk menumbuhkan nanopartikel ZnO berdispersi tunggal, Jurnal Matematika & Sains 18(2) (2013), p. 49-56. A.B. Djurisic, Y.H. Leung, K.H. Tam, L. Ding, W.K. Ge, H.Y. Chen dan S. Gwo, Green, yellow and orange defect emission from ZnO nanostructures: influence of excitation wavelength, Applied Physics Letter 88 (2006), p. 103107. R. Viswanatha dan D. Sarma, Study of growth of capped ZnO nanoparticles: a route to rational synthesis, Chemistry of European Journal 12 (2006), p. 180-186. J. Langford dan A. Wilson, Scherrer after sixty years: a survey and some new results in the determination of crystallite size, Journal of Applied Crystallography 11 (1978), p. 102-103.