PEMANFAATAN AIR PANAS BUMI UNTUK ALAT PENGERING GABAH DI BUKIT KASIH KANONANG
Glendi Umbas1), Frans P. Sappu2), Tertius V. Y. Ulaan3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi1,2,3) 2014
ABSTRACT
Traditionaly heat from the sun is employ in drying. The weakness is drying time relatively too long and weather can not be controlled. The utilization of spring water in Bukit Kasih Kanonang for drying of grain is an alternative that does not depend on weather conditions. The spring water heats the plate, then hot of plate directly in contact with the grain. It is causes the grain receiving heat and evaporate the water in the grain, them the grain dried well. From this research, it can be concluded that the drying time effect on grain’s moisture content linearly. The longer the drying time, the lower the moisture content of grain. In this research, the process of drying grain with water temperature 60 0C is enough dry the grain as 2, 104 kg during 5.13 hours. Keywords : Grain, Spring Water, Bukit Kasih Kanonang ABSTRAK
Cara tradisional dalam pengeringan gabah adalah penjemuran di bawah sinar matahari, tetapi kelemahannya adalah waktu pengeringan relatif lama dan kondisi cuaca yang tidak dapat dikendalikan. Pemanfaatan air panas bumi Bukit Kasih Kanonang untuk pengeringan gabah merupakan alternatif untuk mengeringkan gabah yang tidak bergantung pada kondisi cuaca. Air panas bumi yang berfungsi memanaskan pelat, kemudian panas pelat tersebut secara langsung bersentuhan dengan gabah. Hal ini menyebabkan gabah menerima panas dan terjadi penguapan air pada gabah yang secara terus menerus sampai gabah kering dengan baik. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa waktu pengeringan berpengaruh terhadap kadar air gabah secara linier. Semakin lama waktu pengeringan maka semakin rendah kadar air gabah. Pada penelitian ini proses pengeringan gabah dengan temperatur air 60 0C sudah cukup mengeringkan gabah sebanyak 2,104 kg selama 5,13 jam. Kata Kunci : Gabah, Air Panas Bumi, Bukit Kasih Kanonang
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
66
I. PENDAHULUAN
karena denganpengeringan yang baik
1.1 Latar Belakang
gabah menjadi tidak cepat rusak dan
Sebagai negara agraris di Indonesia terdapat
banyak
tempat
kandungan mineral tetap terjaga.
penggilingan
Pengeringan
yang
baik
beras. Hal ini juga dikarenakan sebagian
memerlukan panas yang seragam dan
besar rakyat indonesia mengkonsumsinasi
lajupengeringan
sebagai makanan pokok. Oleh sebab itu,
cepat, agar tidak terjadi keretakan dan
untuk memenuhi kebutuhan akan menjadi
kadar airmenjadi lebih seragam. Syarat
bahan
baik
ini sukar dipenuhi dengan penjemuran
memenuhi standar, beras harus melalui
langsungdengan sinar matahari, karena
beberapa
intensitas
makanan
pokok
proses
yang
pengolahan.
Proses
yang
panas
tidak
terlalu
matahari
sulit
pengeringan gabah merupakan salah satu
dikendalikan. Karena suatugabah yang
faktor penentu kualitas beras.
memiliki kadar air tinggi akan mudah
Hal ini dikarenakan gabah pada
rusak apabila disimpan dalamjangka
awalnya dalam keadaanbasah dan harus
waktu yang lama begitu juga dengan
dikeringkan terlebih dahulu agar kadar air
mutu beras hasil giling yang rendah.
gabah
sesuai
denganstandar
yang
disesuaikan, yaitu gabah dengan kadar
1.2 Rumusan Masalah
basis kering 14 % (KeputusanBersama
Bagaimana proses pengeringan
Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan
gabah dengan menggunakan air panas
No. 04/SKB/BBKP/II/2002)untuk dapat
bumi di Bukit Kasih Kanonang.
diproses lebih lanjut. Pada umumnya pengeringan gabah
1.3 Tujuan Penelitian
di Indonesia masih dilakukan dengancara
Adapun tujuan dari penyusunan
yang relatif sederhana, yaitu dengan
tugas akhir sebagai karya ilmiah adalah
dipanaskan
sebagai berikut :
pada
terik
matahari
ataudijemur. Hal ini kurang efisien karena memerlukan
waktu
berhari-hari
dan
tempatyang luas.Oleh sebab itu diperlukan suatu
alat
yang
dapat
menghasilkan
pengeringan yang lebih baik, (dimana alat tersebut
dengan
mudah
1. Mengetahui
berapa
lama
waktu
pengeringan gabah. 2. Mempelajari gabah
dengan
proses
pengeringan
menggunakan
air
panas bumi.
dioperasikan)
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
66
3. Mendapatkan
hubungan
waktu
pengeringan terhadap penguapan air
II. LANDASAN TEORI 2.1 Cara Kerja Alat Pengering
gabah.
Prinsip kerja alat pengeringan gabah yaitu bahan gabah setelah dari panen masih basah diletakkan pada
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penulisan tugas akhir ini
pelat dengan disusun rata dan teratur
adalah :
sesuai kedudukannya. Kemudian air
1. Membantu petani untuk memanfaatkan
panas yang berada dititiknya dialirkan
air
panas
bumi
dalam
proses
melalui pipa menuju ke bak pengering,
pengeringan
padi
(saat
musim
air
penghujan). 2. Memperdalam
panas
memanasi
pelat
dan
mengeringkan gabah tersebut. pengetahuan
dan
Kemudian pada bagian pelat
menambah wawasan penulis tentang
dipasangkan
termometer
untuk
pengering khususnya pengering gabah
mengecek suhu yang diserap pelat dan
dengan memanfaatkan air panas bumi.
gabah saat pengeringan berlangsung dan setiap 1 jam dilakukan pengambilan sampel hal ini terus dilakukan sampai
1.5 Batasan Masalah Agar pembahasan tidak meluas dan memudahkan dalam perhitungan maka
gabah kering dengan baik. 2.2.1Kadar air
perlu adanya batasan-batasan antara lain :
Kadar air bahan menunjukkan
1. Dalam perencanaan ini, perhitungan
banyaknya air persatuan berat bahan.
untuk kerja dan pengeringan meliputi
Dalam menentukan kadar air dapat
perpindahan massa dan perpindahan
menggunakan
panas beserta kesetimbangannya.
berikut :
2. Bahan pengering yang digunakan yaitu air panas bumi Bukit Kasih Kanonang.
persamaan
sebagai
1. Penentuan kadar air berdasarkan bobot basah
3. Dimensi alat pengering : panjang 50
Xa =
cm, lebar 50 cm, tinggi 30 cm. 4. Pada perhitungan panas semua kondisi yang
mempengaruhinya
dimana ;
dianggap
dalam keadaan konstan.
Xa= Kadar air bobot basah (%) Wa= Bobot air bahan (kg) Wb= Bobot bahan dasar (kg)
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
67
2. Penentuan kadar air berdasarkan bobot
3. Memanaskan
kering Xb =
bahan
sampai
temperatur produk. 4. Memanaskan uap sampai temperatur
. 100%
akhir. dimana ;
Untuk
Xb = Kadar air bobot kering (%) Wa = Bobot air bahan (kg)
adalah
dengan penjumlahan berat hasil gabah
diuapkan.
dengan
Untuk
air
yang
menghitung
kesetimbangan material harus diketahui
dari pengering Dalam menentukan temperatur air keluar pengering ada beberapa hal yang perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu ; 1. Volume air yang diperlukan dalam
terlebih dahulu ; 1. Berat air dalam gabah masuk Wa = Wb . Xb (kg) 2. Berat kering gabah keluar Wk = Wb . ( 100% - Xb) (kg) 3. Berat air yang diuapkan W = Wa – Wak(kg) Sehingga kesetimbangan material ; Berat gabah basah masuk = berat hasil gabah basah + berat air yang diuapkan. 2.2.3 Laju perpindahan panas Proses perpindahan panas pada pengeringan adalah menguapkan air dari
pengeringan V = F . v . 3600 (m3/jam) Dimana ; F = luas bidang pengeringan = L . T + X ; L = panjang penampang (m) T
= tinggi pengering (m)
X
= luas bidang tambahan (m)
V
=kecepatan air dalam pengering
(m/s) 2. Perhitungan massa air yang diuapkan Untuk menghitung massa air yang diuapkan,
pengering dengan tujuan sebagai berikut : 1. Memanaskanbahan sampai temperatur
dapat
dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut:
dalam bahan. Kalor yang diberikan kepada
tertentu.
ada
a. Menentukan temperatur air keluar
material
kesetimbangan antara berat gabah masuk
dikeringkan
pengering,
:
2.1.2Kesetimbangan material
yang
panas
laju
beberapa hal yang harus dilakukanyaitu
Wk = Bobot bahan kering (kg) Kesetimbangan
perpindahan
mengetahui
∆mw =
m
-
Dimana : ∆mw
= massa aiar yang diuapkan (kg)
2. Menguapkan zat cair. Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
68
m
= massa gabah (kg)
Energi panas yang dibutuhkan terdiri
Ko
= kadar air awal (%)
atas
K1
= kadar air yang diharapkan (%)
pemanas (Mustofa, 2011).
3. Kesetimbangan air panas pengering dengan gabah
energi
yang
dihasilkan
oleh
Karena pemanas ini bersifat konveksi maka, energi yang dihasilkan oleh
Q air panas = Q gabah
pemanas
mair . Cp air . (Thi – Tho) = mgabah Cp gabah (Tgm
menggunakan persamaan :
– Tgk)
Qm = h x A x (T1 – T2)
Dimana ; mair =Massa air panas pengering
Dimana :
(kg)
H
mgabah = Massa gabah (kg)
konveksi (W/ m2K)
Cp air
= Panas jenis air (kJ/kg K)
A
= luasan (m2)
Cp gabah = Panas jenis air (kJ/kg K)
T1
= Suhu di dalam silinder (K)
Tgm
= Temperatur gabah masuk (K)
T2
= Suhu pada saluran masuk (K)
Tgk
= Temperatur gabah keluar (K)
6. Menentukan jumlah air pemanas atau
Thi
= Temperatur udara pengering
masuk (K)
dengan
kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan gabah
(LMTD) Beda suhu rata-rata ialah beda suhu pada satu ujung penukar kalor dikurangi beda suhu pada ujung yang satu lagi dibagi logaritma
alamiah
daripada
perbandingan kedua beda suhu tersebut (Holman, 1994). Terlihat bahwa suhu rata-rata merupakan pengelompokkan suku-suku dalam kurung. (
) ( (
5. Energi pemanasan
) )
Cp gabah (Tgk – Tgm) + Xa . Cp air (Tw– Tgm) + (Xa – Xb λ + Xb Cp air (Tgk – Tw) + Cp uap (Xa – Xb) (Tho – Tw) Dimana ; Cp g = panas jenis gabah (kJ/kg K) Cp a
= panas jenis air (kJ/kg K)
Cp u
= panas jenis uap (kJ/kg K)
Tgk
= Temperatur gabah keluar (K)
Tgm
= Temperatur penguapan (K)
Xa = kadar air gabah masuk (%)
Jadi, persamaannya adalah : ΔTm=
dihitung
= koefisien perpindahan panas
4. Menentukan beda temperatur rata-rata
dengan
dapat
Xb = kadar air gabah keluar (%) λ = kalor penguapan (kJ/kg K)
b. Kelembaban udara pengering
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
69
Kelembaban berpengaruh
udara
terhadap
sangat
pemindahan
Dalam pengering
perencanaan waktu
alat
pengeringan
cairan dalam gabah ke luar gabah.Bila
merupakan hal yang sangat menentukan
perbedaan tekanan uap diluar gabah
dari suatu proses pengeringan. Untuk
kecil, maka pemindahan aliran cairan
mengetahui waktu pengeringan ada
juga kecil (Sumual, 2007).
beberapa hal yang harus diketahui
1. Kelembaban udara
terlebih dahulu, yaitu : 1. Volume kebasahan
H =
-
Hs=
-
2. Persentasi kelembaban parsial
Yaitu total volume dari udara kering ditambah uap pada tekanan absolut. Dengan menggunakan hukum gas ideal, besar volume kebasahan adalah :
Hp = 100% .
+
(
Vh =
)
3. Persentasi kembaban relative = (2,83 . 10-3 + 4,56 . 10-3 . H) Hr = 100% .
2. Laju massa udara pengering
2.2.4 Laju perpindahan panas Proses perpindahan massa pada proses
Mustofa
(2011),
laju
udara
massa pengering dapat diketahui dengan
pengeringan yaitu proses perpindahan
persamaan berikut :
massa uap air dari permukaan ke uap
Mdot =
-
panas kering dihitung dengan persamaan Dimana:
berikut : Mw = ms . (Ha – Hb) Dimana ; ms
= massa gabah yang dikeringkan
(kg/jam) Ha = kelembaban mutlak pada T udara masuk pengering (kg/m3) Hb = kelembaban mutlak pada T udara keluar pengering (kg/m3) 2.2.5Waktu pengeringan menggunakan alat pengering
Mdot
= Laju massa udara pengering (
kg/jam ). Wdot
= Laju penguapan air ( kg/jam ).
H2 = Kelembaban udara mutlak (kg/m3) H1= Kelembaban udara parsial (kg/m3) 3. Laju penguapan Laju penguapan air sangat berpengaruh pada
proses
pengeringan,
yang
mengambarkan bagaimana kecepatan pengeringan tersebut berlangsung. Laju penguapan dinyatakan dengan berat air
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
70
yang diuapkan persatuan waktu (Mustofa,
Dalam
penjemuran
2011).
sinar
Dapat dihitung dengan persamaan berikut
sangat bergantung pada cuaca.Selain itu
ini :
kecepatan
waktu
dipengaruhi
oleh
Wdot = T Wdot
= Laju penguapan air (kg/jam)
∆mw
= Massa air yang diuapkan (kg)
cuaca.
Untuk
yang digunakan untuk
dapat
sinar matahari ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu :
dihitung
dengan
diuapkan,
dapat
dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut:
menggunakan persmaan :
∆mw =
m
-
Q = Wdot x hfg Dimana :
Dimana : = Energi untuk menguapkan air
(kJ/jam) Wdot
= Laju penguapan air (kg/jam)
hfg
= Panas laten penguapan air (kJ/kg
∆mw
= massa aiar yang diuapkan (kg)
m
= massa gabah (kg)
Ko
= kadar air awal (%)
K1
= kadar air yang diharapkan (%)
2. Laju penguapan
air)
Laju penguapan air sangat berpengaruh
5. Perhitungan debit aliran air Debit aliran air dapat diketahui dengan
pada
proses
pengeringan,
yang
mengambarkan bagaimana kecepatan
persamaan berikut :
pengeringan tersebut berlangsung. Laju
Q = Mdot x v
penguapan dinyatakan dengan berat air
Dimana : Q
= Debit aliran air (m3/jam)
Mdot
=
Laju
massa
air
pengering
(kg/jam) v
pengeringan
Untuk menghitung massa air yang
4. Energi panas penguapan
Q
pengeringan
1. Perhitungan massa air yang diuapkan
T = Waktu pengeringan (jam)
penguapan
waktu
mengetahui waktu pengeringan dibawah
Dimana :
Energi panas
matahari
dibawah
= Volume spesifik air pengering
yang
diuapkan
persatuan
waktu
(Mustofa, 2011). Dapat
dihitung
dengan
persamaan
berikut ini :
(m3/kg)
Wdot = T
2.2.6 Waktu pengeringan dibawah sinar
Dimana :
matahari
Wdot
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
= Laju penguapan air (kg/jam) 71
∆mw
= Massa air yang diuapkan (kg)
III. METODOLOGI PENELITIAN
T
= Waktu pengeringan (jam)
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
3. Energi panas penguapan Energi panas penguapan
Penelitian
yang digunakan untuk
dapat
dihitung
dengan
menggunakan persmaan : Q = Wdot x hfg
tanggal
13
dilakukan
sampai
30
pada
September
2013.Kemudian setelah ujian seminar hasil, melakukan penelitian kembali pada tanggal 09 Mei sampai 11 Mei
Dimana :
2014.Tempat penelitian air panas bumi
Q
Bukit Kasih Kanonang.
= Energi untuk menguapkan air
(kJ/jam) Wdot
= Laju penguapan air (kg/jam)
hfg
= Panas laten penguapan air (kJ/kg
3.2 Bahan Dan Alat Bahan dan alat yang digunakan
air)
dalam melakukan penelitian adalah
4. Luas tempat pengeringan
sebagai berikut :
A=PxL
1.
Semen dan pasir digunakan sebagai
Dimana :
bahan pembuatan bak penampung
P
= Panjang alat pengering (m)
air panas.
L
= Lebar alat pengering (m)
2.
Air
digunakan
sebagai
bahan
Sehingga ; mw = Wdot x A
campuran antara pasir dan semen
Dimana :
agar bisa tercampur dengan baik.
mw
= Jumlah air yang diuapkan (kg)
3.
Wdot
= Laju penguapan air (kg/jam)
terbuat dari semen dan pasir yang
A
= Luas tempat pengering (m2)
dicampurkan dengan air. Bata ini
5. Waktu yang diperlukan selama proses
digunakan untuk pembuatan bak
pengeringan yaitu : T= Dimana : Q
= Energi untuk penguapan air
(kJ/jam) mw
penampung air panas. 4.
m
= Jumlah air yang diuapkan (kg)
Bata adalah bahan keras yang
Sendok semen adalah bahan yang terbuat dari pelat aluminium yang bentuknya seperti seterika, alat ini digunakan untuk mengaduk semen, pasir dan air agar tercampur dengan baik.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
72
5.
6.
Pengukur panjang digunakan untuk mengukur tinggi dan panjang bak
suhu,
penampung air.
mengukur suhu air dan suhu gabah.
Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi air panas.
7.
13. Termometer adalah alat pengukur
14. Stop
keran
untuk
digunakan
untuk
Pelat aluminium dengan panjang 55 3.3 Prosedur Penelitian
meletakkan gabah.
9.
digunakan
mengatur air masuk dan air keluar.
cm, dan lebar 55 cm berfungsi untuk
8.
yang
Selama penelitian berlangsung
Pipa PVC dengan diameter 0,5 inci
pertama-tama
dan panjang 10 meter, digunakan
yang akan dipakai selama penelitian
untuk mengalirkan air panas dari titik
berlangsung,
air, sampai ke bak penampungan air
seperti yang dijelaskan diatas. Setelah
panas.
bahan
Pipa kuningan dengan panjang 10 cm
selanjutnya melakukan penelitian hal
dibengkokkan dari dalam bak menuju
pertama dibuat adalah bak penampung
keluar bak yang diletakkan diposisi
air panas kemudian semen, pasir dan air
paling bawah, pipa ini digunakan
dicampurkan secara merata kemudian
untuk mengalirkan air dari dalam
bata yang sudah ada disusun secara
menuju
selang-seling
keluar
bak
yang
mempersiapkan
bahan-bahan
penelitian
bahan
tersebut
telah
lengkap
kemudian
campuran
disambungkan dengan selang plastik
antara pasir dan semen diisi diantara
dengan diameter 1 cm, fungsi selang
celah-celah bata yang disusun keatas
plastik ini untuk mengontrol volume
membentuk
air dari luar bak.
ukuran panjang 50 cm dan lebar 50 cm,
10. Gelas ukur besar digunakan untuk
persegi
empat
dengan
dan tinggi 30 cm.
mengukur gabah.
Setelah selesai pembuatan bak
11. Gelas ukur kecil digunakan sebagai
dibiarkan sehari, agar campuran tersebut
alat ukur gabah dalam pengambilan
mengeras dengan baik. Hari esoknya
sampel.
pemasangan pipa 0,5 inci dengan
12. Timbangan digital, digunakan untuk mengukur massa gabah.
panjang
pipa
10
m,
dari
bak
penampungan menuju ketitik air panas. Kemudian air dialirkan melalui pipa tersebut, menuju ke bak penampungan
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
73
di dalam bak penampungan dipasangkan
cm, karena isi bak penampung lebar 50
stop keran yang satu berada dibagian atas
cm, panjang 50 cm, dan tinggi 30 cm.
sebelah kiri dan yang kedua berada
Ukuran pelat
dibagian bawah sebelah kanan
yang
berfungsi untuk penyangga pelat dengan
berfungsi untuk mengatur air masuk
dinding bak penampung agar supaya
kedalam bak, sama dengan air yang keluar
tidak jatuh kebawah.
dari dalam bak.
Proses pengeringan gabah yang
Pada bagian paling bawah bak, dipasangkan
yang dilebihkan 5 cm
pipa
dengan
ketebalan gabah 1 cm dengan banyak
diameter 1 cm, yang dibengkokkan dari
gabah yang dikeringkan sebagai bahan
dalam bak menuju keluar. Kemudian di
percobaan
bagian luar disambungkan
selang kecil
penjemuran bervariasi dengan rentan
dengan diameter 1 cm, kedua bahan ini
waktu 5 – 6 jam. Setiap jam gabah
berfungsi untuk mengontrol level air yang
tersebut
berada didalam bak penampung, agar
diberikan kepada gabah menjadi merata.
supaya
pengeringan
Setiap jam diambil sampel mulai dari
berlangsung gabah sudah diletakkan di
jam pertama sampai dengan gabah
atas pelatpada bagian atas bak, air yang
kering
berada di dalam tidak lagi dikontrol dari
sampel menggunakan gelas ukur dengan
atas dengan mengangkat pelat yang berada
ukuran merata, setelah diukur gabah
dibagian atas, karena jika dibuka maka
diisi
berpengaruh pada gabah yang berada
ditimbang
dibagian atas pelat bisa jatuh kedalam bak
digital, dan berat gabah dicatat. Proses
penampung,
pada
ini berlangsung secara terus menerus
temperatur air dan temperatur pelat karena
setiap jam berikutnya, sampai gabah
panas tersebut keluar keudara bebas.
kering dengan baik.
jika
kuningan
sudah diletakkan diatas pelat dengan
proses
juga
berpengaruh
adalah
3
diaduk
dengan
kedalam
liter.
agar
Waktu
panas
baik.
yang
Pengambilan
plastik
bening
menggunakan
dan
timbangan
Pada bagian paling atas bak dibuat
Penimbangan gabah dilakukan
profil dengan tinggi 5 cm, dan lebar 5 cm,
untuk menentukan kadar air gabah yang
sebagai tempat untuk meletakkan pipa
hilang
aluminium dengan lebar 55 cm, dan
pengeringan
panjang 55 cm. Sebenarnya bagian pipa
mendapatkan hasil maksimal dari proses
aluminium yang terkena panas hanya 50
pengeringan ini suhu air juga harus
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
pada
setiap
jam
berlangsung.
proses Untuk
74
dijaga. Suhu air saat melakukan penelitian 0
adalah 65 C suhu air yang berada di 0
adalah sama, sehingga ketinggian air di dalam bak pengering tetap, proses ini
dalam bak 60 C dan suhu pelat bagian
berlangsung
atas 50 0C yang terkontaklangsung dengan
sampai gabah kering dengan baik.
gabah yang dikeringkan.Tinggi air 20 cm
Setiap satu jam pengeringan gabah
di dalam bak sedangkan tinggi bak 30 cm,
diaduk menggunakan tangan cara ini
masih 5 cm jarak antara air dengan jarak
dilakukan agar supaya gabah bisa kering
pelat. Hal ini dilakukan agar supaya suhu
secara merata, cara ini berlangsung pada
pelat
jam berikutnya sampai gabah kering
tidak
semakin
tinggi
karena
akanberpengaruh pada kualitas gabah yang
secara
terus-menerus
dengan baik.
akan dikeringkan. 3.3.1 Desain alat pengering
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari
hasil
perhitungan,
perencanaan
penulis
dan
membuat
kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan temperatur pengeringan 60 0
Gambar 3.1 Desain alat pengering Keterangan :
C kecepatan aliran udara 1,65 m/s
serta kelembaban udara 0,1580 kg air/kg udara, sudah cukup untuk
Panjang
: 50 cm
mengeringkan
Lebar
: 50 cm
selama 5,13 jam
Tinggi
: 30 cm
2. Dalam proses pengeringan yang
Tinggi air
: 20 cm
dilakukan dengan menggunakan air
Panjang pelat : 55 cm
panas bumi dan menggunakan sinar
Lebar pelat
: 55 cm
matahari ternyata menggunakan air
Tebal pelat
: 5 mm
panas bumi lebih efisien karena tidak
Diameter pipa : 0,5 inci
2,104
kg
bergantung pada sinar matahari yg
Dari gambar 3.1 air panas bumi dengan temperatur 60
gabah
0
C mengalir dari
intensitas
panasnya
sulit
dikendalikan.
pipa masuk atas dan keluar pada pipa
3. Dalam pengujian dengan suhu 60 0C
bagian bawah. Keluar dan masuknya air
menunjukkan dalam waktu 1 jam
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
75
terjadi penguapan air bahan sebesar
Kreith, F. 1991. Prinsip – Prinsip
0,06 kg/jam.
Perpindahan
Panas.
Edisi
Ketiga.
Erlangga. Jakarta. Moran, M.J. 2004. Termodinamika
5.2 Saran 1. Untuk
mendapatkan
hasil
yang
Teknik
Jilid
1.
Edisi
Keempat.
maksimal dalam proses pengeringan
Erlangga. Jakarta.
sebaiknya
Moran, M.J. 2004. Termodinamika
dimensi
alat
diperbesar
karena air panas yang ada berlimpah
Teknik
Jilid
2.
ruah.
Erlangga. Jakarta.
Edisi
Keempat.
2. Konstruksi alat pengering ini dapat
Mustofa, D.K. 2011. Pengaruh Waktu
digunakan untuk bahan-bahan hasil
Pengeringan Terhadap Kadar Air Gabah
pertanian lainnya. Tapi, perhitungan
Pada mesin Pengering Gabah Kontinyu
perpindahan
dihitung
Kapasitas 100 kg dan Daya 1890 W.
sesuai dengan karakteristik bahan yang
Politeknologi, Vol. 10, No. 3, pp. 216 –
akan dikeringkan.
222.
panas
harus
Sumual, H.M. 2007.Perencanaan Alat Pengering Gabah Kapasitas Satu Ton
DAFTAR PUSTAKA
Dengan
Menggunakan
Briket
AAK. 2006. Budi Daya Tanaman Padi.
Batubara.Skripsi Program S1 Teknik
Cetakan 13.Kanisius.
Mesin
Bernard,
D.W.
1988.
Penerapan
Universitas
Sam
Ratulangi.
Manado.
Termodinamika. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Djokosetyardjo, M. J. 1999. Ketel Uap. Cetakan Keempat. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Herawati, W. D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera. Jogjakarta. Holman, J.P. 1995. Prinsip Perpindahan Kalor. Erlangga. Jakarta.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
76