ANALISIS POTENSI AIR PANAS DI BUKIT KASIH KANONANG UNTUK PENGERING GABAH Reyvo Rully Dien 1),Tertius V V Ulaan3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi 2014 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi air panas di Bukit Kasih Kanonang dengan melihat pengaruh posisi level air terhadap pengurangan kadar air massa gabah setelah dilakukan proses pengeringan Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini dilakukan pengujian proses pengeringan gabah pada alat pengering selama lima hari pada posisi level air yang berbeda. Setiap hari dilakukan pengujian pengeringan gabah selama 5 jam mulai dari jam 09.00 sampai jam 14.00 WITA. Hasil analisa menunjukkan bahwa prosentase pengurangan kadar air gabah yang ideal berada pada posisi level air dengan ketinggian 15 cm yaitu sebesar 72,470 % . Laju perpindahan panas pada gabah yang paling optimal berada pada level 10 cm dengan waktu pengeringan 5 jam dan ukuran penampang alat pengering 50 x 50 cm. Kata Kunci : Air Panas, Pengeringan Gabah, Temperatur Pengeringan
ABSTRACT This study is intended to analyze thehot spring water potential at Bukit Kasih Kanonang by studying the influence of water level toward the water contents reduction of unhulled rice mass after drying process has been done. Unhulled rice drying process has been examined on the dryer for five days with the varied water level. The examination was being done in five hourseach day, starts at 9.00 a.m till 02.00 p.m WITA (the local time of middle Indonesia). The result of analysis shows that the percentage of the ideal water content reduction stand on the position level water with height 15 cm which is 72.470 %. The most optimal heat transfer rate of the unhulled rice stands on level 10 cm with the drying time of 5 hours and cross-sectional size of the dryer is 50 x 50 cm. Keywords : Hot spring Water, Unhulled-Rice Drying, Drying Temperature .
I. PENDAHULUAN
faktor yaitu faktor dalam (internal) dan
1.1 Latar Belakang
faktor
Hasil
pertanian
setelah
dipanen
tersebut
luar
(eksternal).
Kerusakan
mengakibatkan
penurunan
merupakan bahan yang masih memiliki
mutu baik secara kuantitatif maupun
kandungan air yang tinggi. Kerusakan
kualitatif yang berupa susut berat karena
hasil pertanian dapat disebabkan oleh dua
rusak,
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
memar,
cacat
dan
lain78
lain.Sebagian besar penduduk di Desa
2. Untuk mendapatkan temperatur air
Kanonang bekerja sebagai petani, para
panas dan massa gabah, dilakukan
petani tersebut sering mengeringkan padi
pengujian pengukuran data dengan
hanya
tingkatan air panas yang ada di
dengan
menggunakan
sinar
matahari sebagai media pengering utama,
Bukit Kasih Kanonang.
padahal di Desa Kanonang memiliki potensi berupa air panas yang bisa
1.5
Manfaat Penulisan.
dimanfaatkan sebagai media pengering gabah yang dihasilkan oleh petani dan
Manfaat penelitian ini, yaitu: 1. Membantu
petani
untuk
petani belum memanfaatkannya secara
menggunakan air panas bumi dalam
maksimal karena sebagian besar petani
proses pengeringan gabah, ketika
belum memahami untuk memanfaatkan
musim hujan.
potensi air panas itu sebagai media
2. Memperdalam
pengering gabah
pengetahuan
memperkaya
wawasan
dan
tentang
pengeringan gabah dengan sumber air panas. .
1.2 Rumusan Masalah
level
Bagaimana
mendapatkan
posisi
II.
air
ideal
proses
2.1
yang
pada
pengeringan gabah menggunakan air panas bumi yang ada di Bukit Kasih Kanonang.
LANDASAN TEORI Prinsip Pengeringan Pengeringan
yang
memerlukan
energi
panas untuk menguapkan kandungan air
1.3 Tujuan Penelitian tujuan
proses
pemindahan panas dan uap air secara simultan,
Adapun
adalah
penelitian
yaitu
yang
dipindahkan
dari
permukaan
mencari posisi level air yang ideal dalam
bahan yang dikeringkan oleh media
proses pengeringan.
pengering yang biasanya berupa panas. Proses
1.4 Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah, perlu batasan-batasan sebagai berikut: 1. Sumber pengeringan yang digunakan yaitu air panas bumi di Bukit Kasih Kanonang.
pengeringan
adalah
proses
pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologi dan kimia sebelum bahan diolah atau digunakan. Tujuan pengeringan adalah mengurangi
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
79
kadar air bahan sampai batas di mana
pangan, sehingga penguapan air dari
perkembangan
bahan akan lebih banyak dan cepat.
mikroorganisme
dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
terhambat
atau
terhenti.
2.1.4
Peristiwa Pengeringan
Dengan demikian bahan yang dikeringkan
Peristiwa yang terjadi selama
dapat mempunyai waktu simpan yang
pengeringan meliputi dua proses, adalah
lama. (Mustofa, 2011)
sebagai berikut: 1. Proses perpindahan panas Proses penguapan air dari dalam
2.1.1 Proses Pengeringan Pada dasarnya proses pengeringan
gabah,
hal
ini
terjadi
karena
dilakukan dengan dua cara, adalah sebagai
temperatur gabah lebih rendah dari
berikut: (Mustofa, 2011)
pada temperatur pengeringan.
1. Pengeringan Alami
2. Proses perpindahan massa
2. Pengeringan Buatan
Proses perpindahan massa uap air dari gabah ke udara sehingga terjadi
2.1.2 Faktor-faktor
pengeringan
Mempengaruhi
pada
permukaan
gabah. (Herawati, 2012)
Pengeringan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengeringan ada dua golongan yaitu:
2.2
Penguapan
(Mustofa, 2011)
Penguapan
adalah
proses
Faktor yang berhubungan dengan udara
berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi
pengering: Suhu, kecepatan volumetrik
gas (uap air) dan masuk ke atmosfir.
aliran udara pengering dan kelembaban
Penguapan yang terjadi dari permukaan
udara.
air (seperti air laut, danau, sungai), permukaan tanah (seperti genangan diatas
2.1.3 Pengaruh Suhu Pengeringan Laju penguapan air bahan dalam pengeringan
sangat
ditentukan
oleh
tanah
dan
penguapan
dari
permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan
tanah)
permukaan
kenaikansuhu. Semakin besar perbedaan
tanaman
antara suhu media pemanas dengan bahan
berasal dari air hujan yang berada pada
yang dikeringkan, semakin besar pula
permukaan
kecepatan pindah panas ke dalam bahan
tanaman).
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
(seperti
dan
daun,
penguapan
ranting,
yang
badan
80
Karena
sulitnya
membedakan
antara
Dimana,
penguapan dari badan air, tanah dan
k = Konduktivitas panas bahan
tanaman, maka biasanya evaporasi dan
(W/m2 0C)
tranpirasi dicakup menjadi satu yaitu
A = Luas perpindahan panas (m2)
evapotranspirasi. (Herawati, 2012)
dT = Gradien temperatur dx
2.3 Perpindahan Panas
Perpindahan Panas Secara Konveksi Perpindahan panas berdasarkan
Perpindahan panas didefinisikan sebagai perpindahan energi dari satu
gerakan fluida disebut konveksi.
bagian ke bagian lain sebagai akibat dari beda temperatur. Pepindahan panas dapat berlangsung dengan tiga cara, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan Panas Secara Konduksi Konduksi ialah pemindahan panas
Gambar 2.2 Panas konveksi (Holman,
yang dihasilkan dari kontak langsung
1995)
antara
Untuk
permukaan-permukaan
benda.
mengetahui
besarnya
Semakin tinggi nilai konduktivitas termal
perpindahan panas konveksi, digunakan
suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan
persamaan:
Q h. A.Ts T (W)
panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain. (Holman, 1995)
Dimana, h =Koefisien
perpindahan
panas
konveksi (W/m2 0K)
Ts = Temperatur dinding (0K) T = Temperatur fluida (0K)
Gambar 2.1 Panas konduksi
Perpindahan Panas Secara Radiasi Radiasi ialah perpindahan panas
(Holman, 1995) Untuk mengetahui besarnya perpindahan
atas
dasar
panas konduksi, digunakan persamaan:
elektromagnetik.
gelombang-gelombang
(Holman, 1995) Q k . A
dT (W) dx
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
81
Laju
perpindahan
dinyatakan
panas
dengan
menyeluh persamaan
berdasarkan analogi pada gambar 2.5, adalah: (Holman, 1995) Q
Gambar 2.4 Panas radiasi (Holman, 1995) Untuk mengetahi besarnya perpindahan panas
radiasi,
digunakan
persamaan:
bahan
(W/m.0C) A = Luas bidang aliran panas (m2)
Dimana, Konstanta Stefan Boltzman
L = Tebal bahan (m).
5,669x10-8 W/m2 0C
Kesetimbangan air panas pengering
Temperatur bidang permukaan
dengan gabah:
benda
yang
memancarkar
radiasi (0C) T2 =
(W)
Dimana,
Q . AT1 T2 (W)
T1 =
1 L h. A k a . A
k a = Konduktivitas panas
(Holman, 1995)
=
T A TB
Temperatur permukaan benda yang menerima radiasi (0C).
2.4 Laju
Perpindahan
Panas
Q air panas Q gabah
mair .C p air Thi Tho m gabah.C p gabah Tgm Tgk (kJ) Dimana,
mair =Massa air panas pengering (kg)
Menyeluruh
m gabah =
Massa gabah (kg)
Suatu bidang datar, salah satu sisinya
C p air =
Panas jenis air (kJ/kg 0C)
terdapat fluida panas A dan sisi lainnya dapat fluida B yang lebih dingin.
C p gabah = Panas jenis gabah (kJ/kg 0C)
Thi =Temperatur air masuk (0C) Temperatur air keluar (0C)
Tho =
Tgm =Temperatur gabah masuk (0C) T gk
= Temperatur gabah keluar (0C) Dalam
Gambar 2.5 Skematik aliran panas (Holman, 1995)
menentukan
massa,
terlebih dahulu harus diketahui volume aliran dengan menggunakan persamaan berikut ini:
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
82
V P.L.h p (m3)
dengan prosedur penelitian seperti pada
Dimana,
gambar
3.1.
Penjelasan
P
= Panjang penampang (m)
penelitian, sebagai berikut:
L
= Lebar penampang (m)
hp
= Tinggi penguapan (m)
prosedur
1. Tahap Persiapan Pada tahap ini merupakan sustu proses untuk mempelajari referensi-
dan massa aliran menjadi:
referensi yang berhubungan dengan
m .V (kg)
penelitian ini.
Dimana,
2. Proses Pengeringan 3
= Massa jenis (Kg/m )
Dilakukan
pengujian
dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan alat pengering di
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
panas bumi Bukit Kasih Kanonang.
Tempat
pelaksanaan
penelitian
ini
Pengujiannya dilakukan selama lima
dilakukan di panas bumi Bukit Kasih
hari, mulai pukul 09.00 sampai
Kanonang. Waktu pelaksanaan mulai 25
14.00 WITA.
September 2012 sampai 25 Oktober 2014.
MULAI Tahap Persiapan
3.2 Bahan dan Peralatan Bahan dan alat yang digunakan
Proses Pengeringan
dalam penelitian ini. Adalah sebagai berikut:
Pengukuran
Bak penampung air panas
Penutup bak pengering
Pelat aluminium
Gelas
ukur
Timbangan
Prosedur Pengukuran
Tidak Sesuai
Sesuai
digital
Data Hasil Pengukuran
sebagai pengukur massa gabah
Termometer
Stop kran
Laju Perpindahan Panas Pembahasan dan Kesimpulan
3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara sistematis dan struktur pelaksanaannya
SELESAI
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 3. Pengukuran
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
83
Dilakukan
proses
pengukuran
di panas bumi Bukit Kasih Kanonang.
temperatur dan massa gabah setiap jam
Dari pengujian pengeringan tersebut
dari pengujiaan proses pengeringan
dilakukan
berlangsung.
temperatur
4. Prosedur Pengukuran
pengukuran gabah
massa
selama
dan
5
hari
pengeringan dilakukan.
Jika terjadi kekeliruan, baik metode kerja atau kesalahan lainnya, maka
3.4.2
proses pengeringan dilakukan kembali.
Digunakan
5. Data Hasil Pengukuran
Alat
Alat
Pengering
yang
pengeringan
yang
Sebagai input berupa data temperatur
digunakan di panas bumi Bukit Kasih
dan massa sebelum
Kanonang,
dan sesudah
pengeringan yang diperoleh dari hasil
pada
alat
850
pengukur
12,7
2 3
6. Laju Perpindahan Panas
tersebut,
850 5
thermometer.
Berdasarkan
seperti
diperlihatkan pada gambar 3.2.
pengukuran. Data temperatur langsung terbaca
bentuknya
data
hasil
dilakukan
pengukran
analisis
laju
6
7 12,7
4
12,7
1
500
Satuan: mm
700
perpindahan panas pada setiap posisi Gambar 3.2 Alat Pengering
level air. 7. Pembahasan dan kesimpulan Proses pembahasan dan kesimpulan
Keterangan dan ukuran alat pengering
yang diperoleh dari penelitian dari
adalah sebagai berikut:
pengujian proses pengeringan gabah.
1. Bak Penampung 2. Fluida yang digunakan adalah air
3.4 Pengolahan Data
panas dari sumber air panas bumi dan
3.4.1 Sumber Data
dialirkan ke dalam bak penampung
Sumber data yang diperolah dalam
3. Wadah pelat alumunium
penelitian ini adalah data primer yang
4.
langsung
5. Penutup
pelaksanaan
didapatkan penelitian
dari ini,
obyek yaitu
melakukan pengujian pengeringan gabah
Pipa PVC
6. Pipa Pernapasan 7. Pipa Masuk
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
84
IV Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.6 Tabulasi pengukuran terhadap
4.1 Hasil Pengamatan
posisi level air.
Temp Perbeda Posisi Rata-rata Posisi Gabah Gabah Level Gabah Bak an Air Bak N Level Sebelu Gabah Sesuda air Sebelum Pena Massa Penampu o Air m Sesudah h (cm) Pengerin mpun Gabah ng (0C) (cm) Pengeri Pengeringan Pengeri (%) gan g ngan ngan 1
10
0,400
0,120
24,0
48,2
56,8
69,930
2
15
0,439
0,120
24,0
48,2
56,6
72,470
3
20
0,311
0,121
24,0
48,4
58,6
61,054
4
25
0,359
0,120
24,0
49,8
58,2
66,332
5
30
0,251
0,121
24,0
46,6
56,4
51,752
0,352
0,121
24,0
48,2
57,3
64,308
Ratarata
Pana
Temperatur (0C)
Massa (kg)
4.1.1 Data
Hasil
Pengujian
10
56,8
15
56,6
20
58,6
Pengeringan Hasil pengamatan yang diperoleh
25
58,2
s
Massa
Jenis
Jenis (kg/m3)
(kJ/kg 0
C)
54,44
985,7 -2,40
56,8
984,7
5,56 4,179
60
983,3 -1,02
54,44
985,7 -2,40
56,6
984,8
5,56 4,179
60
983,3 -0,93
54,44
985,7 -2,40
58,6
983,9
5,56 4,179
60
983,3 -1,80
54,44
985,7 -2,40
58,2
984,1
5,56 4,179
dari penelitian ini adalah berupa hasil
60
983,3 -1,62
pengujian proses pengeringan gabah
54,44
985,7 -2,40
56,4
984,9
yang dilakukan di panas bumi Bukit Kasih
Kanonang.
Pengujian
30
56,4
60
yang
5,56 4,179
983,3 -0,85
dilakukan yaitu mengukur massa gabah dan temperatur pengeringan selama 5 jam dengan posisi level air yang berbeda 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Data-
4.2
Hasil Pengolahan Data
4.2.1
Berdasarkan lampiran 2, dan
data yang didapat seperti pada tabel 4.1
temperatur rata-rata bak penampung,
sampai tabel 4.5. 4.1.2 Tabulasi Pengukuran Terhadap
data
maka dapat ditentukan sifat-sifat air dari massa jenis dan panas jenis.
Posisi Level Air Berdasarkan
Sifat-sifat Air
hasil
pengujian
pengukuran proses pengeringan gabah.
Posisi level air 10 cm Diketahui temperatur rata-rata air bak
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
penampung
( Tbp ) = 56,80C,
85
dengan interpolasi pada lampiran 2,
diketahui volume aliran pada bak
didapatkan:
penampung, seperti pada tabel 4.8.
o Massa jenis ( )= 984,7 kg/m3 o Panas jenis ( c p )=4,179 kJ/kg 0C
4.2.3
Dari persamaan (2.11), dapat
Posisi level 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm dengan interpolasi cara yang sama dapat diketahui sifat-sifat air
ditentukan massa air, adalah:
Posisi level air 10 cm m .V
pada bak penampung, seperti pada
(984,7).0,05 49,234 kg
tabel 4.7. Tabel 4.7 Sifat-sifat air bak penampung Posisi Level Air
Massa Air
Posisi level 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm dengan cara yang sama
Tinggi Penguapa
Volume
n (m)
(cm)
Massa
3
(m )
(kg)
Laju Perpindahan
dapat diketahui massa penguapan,
Panas
seperti pada tabel 4.8.
(kJ)
10
0,20
0,050
49,234
1769
15
0,15
0,038
36,929
1296
20
0,10
0,025
24,598
1048
25
0,05
0,013
12,301
432
perpindahan pengeringan gabah, dapat
30
0,00
0,000
0,000
0
dibuat gambar skematik analogi, seperti
4.2.4
Laju Perpindahan Panas Untuk
menghitung
laju
pada gambar 4.1.
4.2.2 Volume Aliran Dengan
diketahui
ukuran
bak
Posisi level air 10 cm o Temperatur rata-rata air bak
penampung dengan panjang 0,5 m, lebar 0,5 m dan tinggi penguapan 0,2 m, maka berdasarkan ditentukan
persamaan volume
(2.10),
aliran
penampung ( Tbp ) = 56,80C o Temperatur
dapat
pada
rata-rata
setelah
pengeringan ( T pg ) = 48,20C
bak
penampung, adalah:
Posisi level air 10 cm
V P.L.h p (0,5).(0,5).(0,2) 0,05 m3
Posisi level 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm dengan cara yang sama dapat
Gambar 4.6 Analogi perpindahan panas
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
86
4.3 Pembahasan Dari
pengolahan
data
yang
2.
Posisi
level
Air
Terhadap
dilakukan pada proses pengeringan gabah
Perbedaan
Massa
di panas bumi Bukit Kasih Kanonang,
Sebelum
dan
potensi dari air panas untuk pengering
Pengeringan
gabah
Berdasarkan
dapat
ditinjau
masing-masing
antara lain: 1. Waktu
Gabah Sesudah
tabel
4.6
tabulasi
pengukuran terhadap posisi level Pengeringan
air, dengan memperhatikan posisi
Terhadap
Massa Gabah
level
Dari gambar 4.1 sampai 4.5 waktu
perbedaan massa gabah sebelum
pengeringan terhadap massa gabah,
dan sesudah proses pengeringan
terlihat bahwa massa gabah setelah
dengan
dilakukan pengeringan dengan dengan
pengering yang dibuat, dapat dibuat
menggunakan
grafik seperti pada gambar 4.8.
alat
pengering
80
berarti.
70
Perbandingan
pengeringan
terhadap
waktu penurunan
massa gabah pada posisi level air 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm, dapat dilihat pada gambar 4.7.
Porsentase Massa Gabah (%)
cenderung mengalami penurunan yang
air
dengan
prosentase
menggunakan
alat
60 50 40 30 20 10 0 0
5
10
15
20
25
30
35
Posisi Level Air (mm)
0.128
Massa Gabah (Kg)
0.126 0.124 Level 10 cm 0.122
Level 15 cm
0.120
Level 20 cm
Gambar 4.8 Posisi level air terhadap perbedaan massa gabahsebelum dan
Level 25 cm 0.118
Level 30
0.116
sesudah proses pengeringan Dari
0.114 0
1
2
3
4
5
6
gambar
4.8,
terlihat
bahwa
prosentase pengurangan kadar air gabah
Waktu (Jam)
yang ideal pada posisi level air dengan Gambar
4.7
Perbandingan
waktu
pengeringan terhadap massa gabahpada setiap posisi level air
ketinggian 15 cm debesar 72,470 % dibandingkan dengan posisi level air ketinggian lainnya.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
87
3.
Posisi level Air Terhadap Laju
V. PENUTUP
Perpindahan Panas Pengeringan
5.1
Berdasarkan
tabel
Kesimpulan
4.8dengan
Analisis potensi air panas di
memperhatikan posisi level air dengan
Bukit
Kasih
Kanonang
untuk
laju perpindahan panas, dapat dibuat
pengeringan gabah, dapat disimpulkan
grafik seperti pada gambar 4.9.
bahwa prosentase pengurangan kadar air gabah yang ideal berada pada posisi level air dengan ketinggian 15 cm
2000
Laju Perpindahan Panas (kJ)
10; 1769
sebesar 72,470 %dibandingkan dengan
1500 15; 1296
posisi level air ketinggian lainnya, laju
20; 1048
1000
perpindahan panas pada gabah lebih 25; 432
optimal berada pada level 10 cm selama
500
Q = -88,068H + 2670,6 30; 0 0 0
5
10 15 20 25 Posisi Level Air (cm )
30
35
Gambar 4.9 Posisi level air terhadap laju perpindahan panas
waktu ukuran
pengeringan 5 penampang
jam dengan
alat
pengering
50x50 cm. Debit rata-rata yang didapat dari penelitian adalah 0,0782 liter/detik, 0,0776 liter/detik dan 0,0773 liter/detik.
Dari
tabel
4.9
perhitungan
laju
perpindahan panas, terlihat bahwa pada
saat
ketinggian
level
maksimum dengan posisi 30 cm, laju perpindahan
panas
adalah
nol.
Sedangkan dari gambar 4.4 terlihat bahwa
semakin
posisi
level
5.2
air
Analisis potensi air panas di Bukit
Kasih
Kanonang
untuk
pengeringan gabah, dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
bertambah, maka laju perpindahan
Untuk pengeringan
panas pengeringan gabah cenderung
memperoleh yang
hasil maksimal,
sebaiknya ukuran alat pengering
menurun selama waktu pengeringan 5
diperbesar,
jam pada setiap posisi level air, dengan
Saran
air
sehingga
dapat
melakukan pengeringan gabah lebih
membentukpersamaan
banyak dan air panas bumi yang
Q = - 88,068H + 2670,6
ada cukup memadai. 2.
Dapat dilakukan pengujian proses pengeringan beberapa jenis gabah,
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
88
sehingga
dapat
perbandingan
antara
dilakukan jenis
gabah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bernard,
D.W,
1988.
Penerapan
Termodinamika, Erlangga, Jakarta. Herawati, W.D, 2012. Budidaya Padi, Javalitera, Jogjakarta. Holman, J.P, 1995. Prinsip Perpindahan kalor, Erlangga, Jakarta. Kreith,
F,
1991.
Perpindahan
Prinsip-prinsip
panas,
Erlangga,
Jakarta. Mustofa, D.K, 2011, Pengaruh Waktu Pengeringan Terhadap Kadar Air Gabah
pada
Mesin
Pengering
Gabah Kontinyu Kapasitas 100 kg dan Daya 1890 W, Politeknologi, Vol.10, No.3, pp.216-222. Umbas, G, 2014. Pemanfaatan Air Panas Bumi untuk Alat Pengering Gabah di Bukit Kasih Kanonang, Skripsi Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 3 Nomor 2
89