Pelurusan Wacana Perkembangan dalam Pendidikan Sejarah di Malang sejak awal Zaman Reformasi Laporan Studi Lapangan oleh Angus Gratton UMM 04210525 29/12/04
Program ACICIS Universitas Muhammadiyah Malang
Kata Pengantar Laporan ini merupakan hasil studi lapangan untuk memenuhi keperluan Program ACICIS pada ACICIS angkatan 19, Semester Ganjil 2004. Studi lapangan dilakukan di Malang, Jawa Timur, di bawah bimbingan Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: •
Drs. Sugeng Pujileksono, MSi, dosen pembimbing saya di Universitas Muhammadiyah Malang.
•
Dra. Tri Sulistyaningsih, MSi, kepala Program ACICIS di Fakultas ISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.
•
Dr Tom Hunter, Resident Director ACICIS di Yogyakarta.
•
Dr H.A. Habib, MA, penasehat Program ACICIS di Fakultas ISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.
•
Mas Sentot, Kantor FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.
•
Dinas Pendidikan Malang.
•
Kepalakepala sekolah dan semua pegawai di SMPN 1, SMPN 3, SMUN 1, SMUN 3 dan SMUK Santo Albertus.
•
Bu Sudarwati, Bu Sujik, Pak Muni, Bu Ernawati, Bu Tri, Bu Efi, Pak Adi dan Pak Hari – semua guruguru yang merupakan subyek studi ini.
•
Semua siswasiswa yang menjadi responden.
•
Semua anak ACICIS yang ada di Malang selama tahun 2004 (biar saya tidak masuk RSJ.)
•
Mas Yudi, om kos yang luar biasa. Dan semua anak kos di Jl Hakim I/738.
•
Keluarga saya, semua temanteman saya (di Indonesia maupun Australia), dan pacar saya, Jess.
Penulis minta maaf atas kesalahan, termasuk kesalahan bahasa dan fakta, yang ada dalam laporan ini.
i
Penulis juga ingin mengungkapkan sesuatu tentang isi laporan ini. Walaupun saya mengecam situasi pendidikan sejarah di Indonesia, memang – menurut saya ada banyak kekurangan pendidikan sejarah di negara asli saya – Australia juga. Terutama, ada kekurangan pendidikan sejarah tentang dampak kolonialisme terhadap penduduk asli Australia. Sayangnya, belum ada reformasi sejarah resmi di Australia.
ii
Abstraksi Sejak akhir masa Orde Baru, wacana umum tentang sejarah Indonesia sudah mengalami banyak perubahan. Kebebasan pers dan penerbit menimbulkan banyak penerbitan baru tentang sejarah Indonesia. Versiversi baru, yang dulu tidak boleh diterbitkan, sudah muncul. Ada banyak diskusi tentang pelurusan sejarah – yaitu, mengoreksikan sejarah Indonesia yang pernah disimpangkan oleh pemerintah Orde Baru. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak diskusi pelurusan sejarah dalam wacana umum terhadap sejarah yang ada dalam wacana resmi. Sumber wacana resmi yang dipilih adalah pendidikan sejarah di sekolahsekolah. Studi ini membahas perubahan yang sudah terjadi dalam bidang pendidikan sejarah sejak awal zaman reformasi. Untuk langkah pertama studi ini, bukubuku pelajaran dicari dan dianalisa untuk menentukan bagaimana isinya. Untuk langkah kedua, enam sekolah di Malang dijadikan studi kasus. Lima sekolah negeri dan satu sekolah agama Katholik dipilih untuk diteliti. Delapan kelas sejarah diobservasi dan enam guru sejarah diwawancarai. 282 siswasiswa dari kelaskelas sejarah mengisi angket untuk mengetahui pendapat mereka. Ditemukan banyak perbedaan di antara buku pelajaran masa Orde Baru dan buku pelajaran masa reformasi. Paling sedikit, materi tentang pemerintah Orde Baru dan peristiwaperistiwa masa Orde Baru sudah diubah untuk mencerminkan sikap masa reformasi dan semangat pelurusan sejarah. Namun, masih ada banyak perbedaan di antara bukubuku pelajaran edisi masa reformasi. Apalagi, belum ada buku pelajaran yang membahas berbagai versi sejarah. Ditemukan pula banyak perubahan di antara kelaskelas di sekolah. Ada guruguru yang berusaha untuk menyediakan informasi baru dan berbagai macam versi sejarah buat pelajarnya. Ada juga yang tidak menyediakan informasi selain yang ada di buku pelajaran, dan menggunakan cara pelajaran yang sangat membosankan buat siswasiswa. Siswasiswa sering sangat kritis terhadap metodemetode yang digunakan gurunya. Siswasiswa juga sering mengeluh bahwa materi merupakan pengulangan dari kelaskelas yang lebih dahulu. Bisa disumpulkan bahwa sudah ada banyak perubahan dalam bidang pendidikan sejarah, paling sedikit dalam filsafat pengajaran, isi materi dan sikap siswa maupun guru. Namun, pelaksanaannya masih kurang. Diharapkan bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi akan meningkatkan standar pendidikan sejarah pada tahuntahun yang akan datang. Namun, peningkatan tersebut dihindari oleh guruguru yang tidak bersedia mengubah cara pengajarannya dan penerbitpenerbit yang tidak bisa menjamin mutu buku pelajarannya. iii
Daftar Isi Bab 1 - Pendahuluan.........................................................................1 1. Rumusan Masalah..................................................................................................1 2. Tujuan Studi...........................................................................................................2
Bab 2 - Latar Belakang......................................................................3 1. 2. 3. 4.
Pelurusan Sejarah – Catatan Teoritis......................................................................3 Pendidikan Sejarah di konteks Negara...................................................................4 Kecaman terhadap Pendidikan IPS.........................................................................4 Kecaman terhadap Sejarah Indonesia yang muncul pada zaman reformasi..........5 4.1. G30S................................................................................................................. ..........................6
5. Kurikulum di Indonesia...........................................................................................6
5.1. Kurikulum Nasional 1994................................................................................. ...........................7 5.2. Suplemen GBPP 1999.............................................................................. ...................................7 5.3. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004......................................................................... ................8
Bab 3 - Metode................................................................................10 1. Pendekatan..........................................................................................................10 1.1. Cara penelitian.................................................................................. .......................................10 1.2. Jadwal....................................................................................................... ................................10
2. Aspek-aspek Fokus Studi......................................................................................10 3. Studi Materi Pelajaran Sejarah (Buku Pelajaran)..................................................11 3.1. Pemilihan buku......................................................................................... ................................11 3.2. Teknik analisa isi............................................................................. .........................................12
4. Studi yang dilaksanakan di sekolah-sekolah........................................................12 4.1. Sekolah-sekolah yang dikunjungi............................................................................ ..................12 4.2. Metode pengumpulan data.............................................................................. .........................13
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah.......................................14 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Integrasi dan kemerdekaan Timor Timur.............................................................14 Peristiwa G30S dan akibatnya..............................................................................19 Pelanggaran HAM selama zaman Orde Baru........................................................22 Program pembangunan Orde Baru.......................................................................22 Tumbangnya Orde Baru.......................................................................................24 Zaman Reformasi.................................................................................................25
Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara.........................................27 1. SMPN 1.................................................................................................................27 1.1. Observasi Pelajaran Kelas Bu Sudarwati (Kelas 3) (7 Nopember 2004) .....................................27
2. SMPN 3.................................................................................................................27 2.1. Observasi Pelajaran Kelas Bu Sujik (Kelas 1) (7 Nopember 2004) ............................ .................28 2.2. Observasi Pelajaran Kelas Pak Muni (Kelas 3) (25 Nopember 2004).........................................28 2.3. Wawancara dengan Pak Muni...................................................................... .............................29
3. SMUN 1.................................................................................................................30 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Wawancara dengan Bu Ernawati......................................................... .....................................30 Observasi Pelajaran Kelas Bu Tri (Kelas 3 Bahasa) (27 Nopember 2004) ..................................32 Observasi Kelas Bu Efi (Kelas 3 IPA) (29 Nopember 2004)................................ ........................33 Observasi Kelas Bu Tri (Kelas 2) (1 Desember 2004)....................................... .........................33 Wawancara dengan Bu Tri dan Bu Efi.......................................................... .............................34
4. SMUN 3.................................................................................................................36 4.1. Observasi Kelas Pak Adi (Kelas 3 IPA) (1 Desember 2004)...................................... ..................36 4.2. Wawancara dengan Pak Adi................................................................................... ...................37
5. SMUK Santo Albertus............................................................................................38 5.1. Observasi Pelajaran Kelas Pak Hari (Kelas 3 IPS).................................... ..................................38 iv
5.2. Wawancara dengan Pak Hari................................................................... .................................40
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa.............................................42 1. Identitas Responden.............................................................................................42 1.1. Responden menurut jenis kelamin......................................................................... ...................42 1.2. Responden menurut tingkat sekolah dan kelas...................................... ..................................42 1.3. Responden menurut tempat bersekolah............................................................ .......................43
2. Pendapat tentang pelajaran sejarah.....................................................................43 2.1. Pertanyaan 1 “Apakah anda tertarik pada sejarah Indonesia?” ................................................43 2.2. Pertanyaan 2 “Apakah kelas sejarah menarik bagi anda?” ................................... ....................44 2.3. Pertanyaan 3 “Menurut pendapat anda, apakah pelajaran sejarah modern Indonesia penting buat kehidupan anda?”......................................................................... ..........................................47 2.4. Pertanyaan 4 “Apakah anda tertarik oleh gaya hidup atau pola pikir orang-orang zaman dahulu?”........................................................................................................ ..................................48 2.5. Pertanyaan 5 “ 'Kelas sejarah meningkatkan perasaan nasionalisme.' Setuju atau tidak?” ......49 2.6. Pertanyaan 6 “Menurut pendapat anda, bisakah materi pelajaran kelas sejarah dipercayai?” .49 2.7. Pertanyaan 7 “Bagaimana pendapat anda tentang materi yang dipelajari di kelas sejarah anda?”............................................................................................................ .................................50 2.8. Pertanyaan 8 “Menurut pendapat anda, apakah peristiwa-peristiwa ini penting untuk dipelajari atau tidak?”.................................................................................................... .................................53
Bab 7 - Kesimpulan.........................................................................57 1. Kekurangan metodologi.......................................................................................57 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9.
Keluasan sample................................................................................................... ....................57 Cara masuk sekolah............................................................................................... ...................57 Pemilihan kelas untuk observasi....................................................................... ........................57 Geografis............................................................................................... ...................................57 Keadaan Sekolah..................................................................................... .................................58 Sifat-sifat angket............................................................................ ..........................................58 Pilihan buku-buku pelajaran............................................................. ........................................58 Penilaian..................................................................................................... ..............................58 Pendapat sejarawan......................................................................... ........................................59
2. Kesimpulan dari analisa materi pelajaran............................................................59 2.1. Perbedaan di antara buku-buku edisi pra-reformasi dan buku-buku edisi masa reformasi .......59 2.2. Perbedaan di antara buku-buku edisi zaman reformasi .................................. ..........................60
3. Kesimpulan dari observasi dan wawancara di sekolah.........................................60 4. Saran....................................................................................................................61
Bab 8 - Penutup...............................................................................63 Lampiran A - Contoh-contoh angket
+1
Lampiran B - Spreadsheet
+3
Lampiran C - Kunci huruf-huruf yang dipakai untuk menyusun jawaban pertanyaan 7
+14
Daftar Pustaka
+15
v
Daftar Tabel Tabel 1: Bukubuku pelajaran yang dianalisa
11
Tabel 2: Sekolahsekolah yang dikunjungi
12
Tabel 3: Timor Timur di bukubuku SMP
14
Tabel 4: Timor Timur di bukubuku SMU
17
Tabel 5: G30S di bukubuku SMP
19
Tabel 6: G30S di bukubuku SMU
20
Tabel 7: Pembangunan Orde Baru di bukubuku SMP
22
Tabel 8: Pembangunan Orde Baru di bukubuku SMU
23
Tabel 9: Tumbangnya Orde Baru di bukubuku SMP
24
Tabel 10: Tumbangnya Orde Baru di bukubuku SMU
25
Tabel 11: Zaman reformasi di bukubuku SMP
25
Tabel 12: Zaman reformasi di bukubuku SMU
26
Tabel 13: Jenis kelamin responden
42
Tabel 14: Tingkat sekolah responden
42
Tabel 15: Tempat bersekolah responden
43
Tabel 16: Responden pertanyaan 1
43
Tabel 17: Responden pertanyaan 1 menurut jenis kelamin
44
Tabel 18: Responden pertanyaan 1 menurut tingkat sekolah
44
Tabel 19: Responden pertanyaan 2
44
Tabel 20: Jawaban pertanyaan 2 dibandingkan dengan jawaban pertanyaan 1
45
Tabel 21: Responden pertanyaan 2 menurut tingkat sekolah
45
Tabel 22: Responden pertanyaan 2 menurut guru kelas
46
Tabel 23: Jawaban pertanyaan 3 oleh siswasiswa SMU
47
Tabel 24: Jawaban pertanyaan 4
48
Tabel 25: Jawaban pertanyaan 4 dibandingkan dengan jawaban pertanyaan 1
48
Tabel 26: Jawaban pertanyaan 5
49
Tabel 27: Jawaban pertanyaan 6 oleh siswasiswa SMU
50
Tabel 28: Jawaban pertanyaan 6 menurut kelas
50
Tabel 29: Halhal yang disebutkan oleh responden pertanyaan 7
51
Tabel 30: Halhal yang sering berkombinasi dalam jawaban pertanyaan 7
52
Tabel 31: Frekwensi jawabanjawaban pertanyaan 8
53
Tabel 32: Proporsi jawabanjawaban pertanyaan 8
53
vi
Bab 1 - Pendahuluan 1. Rumusan Masalah Mari kita mulai dengan sebuah peribahasa klise tentang sejarah, yaitu bahwa sejarah selalu ditulis oleh kaum yang berkuasa. Namun, apa yang terjadi kalau kaum berkuasa itu diganti? Tumbangnya Orde Baru, dan munculnya zaman reformasi, merupakan salah satu contoh pengantian penguasa. Pada awal zaman reformasi, sering ada diskusi di media massa tentang pelurusan sejarah yang pernah disimpangkan oleh Orde Baru – yaitu sejarah yang ditulis dari segi pandang kepentingan Orde Baru. Versiversi sejarah yang alternatif baru muncul di wacana umum. Harapan pada waktu itu adalah bahwa penulisan sejarah akan dijadikan bebas, bahwa sejarah tidak akan merupakan instrumen pemerintah lagi.1
Wacana publik tentang pelurusan sejarah mulai pada tahun 1998, sudah lebih dari lima tahun yang lalu. Jadi, sekarang bagaimana dampaknya? Apakah sejarah resmi Indonesia sudah bebas dari penyimpangan Orde Baru? Bisakah sejarah Indonesia menjadi lurus seperti tersebut? Paling sedikit, apakah wacana resmi sejarah Indonesia sudah dibuka untuk pluralitas atau masih tertutup? Meski sejarawan sering membahas sejarah di bidangbidang akademik, bagaimana sejarah umum? Sejarah yang mudah didapat masyarakat?
Hampir semua masyarakat bisa mendapat pengetahuan sejarah melalui sekolah. Sejarah yang diajarkan di sekolah merupakan sejarah yang tersedia luas dan diresmikan pemerintah. Kalau sudah dilaksanakan perubahan (atau pelurusan) sejarah umum, pasti ini akan tercermin di kurikulum sekolah.
1
Widja, Dr. I.G. Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah, pvi Bab 1 - Pendahuluan
1
2. Tujuan Studi Studi ini membahas pelurusan sejarah melalui pendidikan sejarah. Studi ini bertujuan untuk menjawab empat pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana perkembangan materi pendidikan sejarah sejak awal zaman reformasi? 2. Apakah 'pelurusan sejarah' mempunyai dampak terhadap pendidikan sejarah? 3. Bagaimana pendapat siwasiswa maupun guruguru terhadap perkembangan materi pendidikan sejarah? 4. Bagaimana pendapat siswasiswa dan guruguru terhadap pelurusan sejarah dan pendidikan sejarah secara umum? Apa yang penting menurut mereka?
Melalui jawaban pertanyaan di atas, penulis berharap bisa menyimpulkan tentang pelurusan sejarah di Indonesia maupun keadaan sejarah dalam wacana resmi.
Bab 1 - Pendahuluan
2
Bab 2 - Latar Belakang 1. Pelurusan Sejarah – Catatan Teoritis Sebelum membahas lagi, perlu didefinisikan konsep pelurusan sejarah. Dalam konteks umum wacana sejarah Indonesia, pelurusan sejarah itu bisa dimengerti sebagai proses pengembalian historografi dari penulisan sejarah yang didistorsi Orde Baru.
Tetapi, sejarah yang lurus bisa juga dimengerti sebagai sejarah yang “didukung oleh fakta yang benar dan seobyektif mungkin”2. Dengan sekejap mata, definisidefinisi ini saling berhubungan. Namun, definisi kedua ini tidak kuat kalau dilihat dari segi pandang historografi.
Tidak ada sejarawan yang mampu menulis semua peristiwa yang pernah terjadi, bahkan yang pernah terjadi di satu tempat dan selama sebuah masa. Jadi, tugas sejarawan menjadi untuk memilih apa yang akan dimasukkan ke dalam karyanya. Tugas ini memang subyektif, bahkan kalau semua fakta dan informasi sudah ada. Jadi, sejarah obyektif tidak bisa ditulis. “Seobyektif mungkin” menjadi mustahil, sebaikbaiknya “sejarah yang seobyektif mungkin” menjadi perbandingan di antara dua subyektifitas yang beda.
Demi tujuan studi ini, sejarah yang lurus akan didefinisikan sebagai bebas dari pembengkokan dan penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Baru (namun mungkin tidak bebas dari pengaruh ideologi lain) dan juga sebagai didukung oleh sebagian fakta yang ada. Tetapi diakui juga bahwa, karena tidak bisa menulis sejarah yang tidak subyektif, historografi paling bebas dari distorsi adalah historografi yang bersifat pluralitas, yaitu yang menyediakan banyak versiversi.
2
Widja, Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah, p2 Bab 2 - Latar Belakang
3
2. Pendidikan Sejarah di konteks Negara Pendidikan adalah senjata. Kemanjurannya tergantung pada siapa yang memegangnya dan siapa yang dipukulnya.3 (J. Stalin) Harold Troper menulis bahwa sekolahsekolah merupakan salah satu “pompa” yang memenuhi “kolam” yaitu sokongan nasionalis.4 Menurut pikiran Benedict Anderson, bisa dikatakan bahwa sekolahsekolah adalah alat yang menentukan bentuk “komunitas terbayang” di setiap negara.5 Joseph Stalin, sebagaimana kutipan di atas, menulis bahwa pendidikan adalah sejenis senjata. Jadi, pendidikan bisa sekaligus merupakan pompa, senjata dan inspirasi bayangan! Begitu kuat, kan?
Bisa dikatakan juga bahwa pendidikan merupakan salah satu cara efektif untuk penyebaran ide dan ideologi nasional. Bukti kemanjuran pendidikan kelihatan di sejarah modern Indonesia. Pada zaman demokrasi terpimpin, PKI bercitacita untuk mengaruhi sistem pendidikan nasional Indonesia. Diharap bahwa melalui pendidikan PKI bisa mendapatkan sokongan rakyat.6 Demikian juga, Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk menciptakan pendidikan yang mendukung ideologi dan citacitanya. Untuk dua dua kelompok tersebut, pendidikan merupakan alat untuk menyebarkan ideologi dan mengindoktrinasikan rakyat.7 Dalam kasus Orde Baru, pendidikan merupakan salah satu dari berbagai macam cara indoktrinasi.
3. Kecaman terhadap Pendidikan IPS Walaupun studi ini tidak bermaksud untuk menganalisa secara kritis sistem pendidikan Indonesia secara umum, sangat berguna kalau membahas beberapa kecaman kritis yang diarahkan pada sistem pendidikan masa Orde Baru.
3 4 5 6 7
Diambil dari Gaworek, N.H. Education, Ideology and Politics: History in Soviet Primary and Secondary Schools. Kutipan diterjemahkan oleh Angus Gratton Troper, Harold Nasionality and History Education: Nationalism and the History Curriculum in Canada, p11 Anderson, B. Imagined Communities Thomas, R.M. Indonesian Education: Communist Strategies (19501965) and Governmental CounterStrategies (19661980), p6 Thomas, R.M. Indonesian Education: Communist Strategies (19501965) and Governmental CounterStrategies (19661980), p24 Bab 2 - Latar Belakang
4
Sistem pendidikan nasional pada masa Orde Baru pernah dikritik, dan sebenarnya pemerintah Orde Baru pernah berusaha untuk memperbaikinya. Walaupun lebih banyak siswasiswa masuk sekolah karena program Orde Baru, pendidikan masa Orde Baru masih dianggap gagal karena beberapa kelemahan, kebanyakannya disebabkan oleh dua hal. Pertama, sentralisasi pendidikan nasional yang bertujuan melaksanakan satu sistem pendidikan yang seragam di seluruh Indonesia.8 Kedua, usaha mengutamakan kepentingan politik Orde Baru bukan kepentingan pendidikan. Materi kurikulum kurikulum Orde Baru membosankan bagi siswasiswa maupun guruguru.9
Salah satu kritik yang paling tajam terhadap pendidikan masa Orde Baru adalah seorang antropolog asli Belanda, Niels Mulder. Dalam artikelnya, Kajian Kritis BukuBuku Sekolah Indonesia, Mulder mengidentifikasi dua kelemahan utama pendidikan sejarah di Indonesia. Yang pertama, materi kelas sejarah memproyeksikan pola pikir, citacita dan pikiran budaya masa sekarang ke dalam masa lampau, dengan demikian mengubah sejarah untuk menjadi kronologi. Pengalaman kehidupan orangorang masa lampau tidak dijelaskan – kehidupan pada zamanzaman dulu dianggap sebagai sama dengan kehidupan zaman sekarang.10 Kedua, kronologi tersebut diceritakan tanpa teori atau koherensi yang berasal dari proses perhubungan masingmasing periode sejarah. Fakta fakta dihubungkan secara ad hoc, sehingga sejarah menjadi topik yang sama sekali tidak menarik.11
4. Kecaman terhadap Sejarah Indonesia yang muncul pada zaman reformasi Sejak akhir masa Orde Baru, masalahmasalah sejarah Indonesia sering dibicarakan. Di antara kecaman lain, sejarah masa Orde Baru dikritik sebagai dibelokkan kepenting politik, tidak benar, elitis (selalu berkaitan dengan kaumkaum berkuasa)12 dan jawasentris. Wacanawacana baru tentang sejarah Indonesia sudah muncul. 8
Basri, M Hasan. Forum Otonomi Pendidikan “Desentralisasi dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi” di KOMPAS, 14 Juni 2002. 9 Mulder, Niels Kajian Kritis BukuBuku Sekolah di Indonesia (Bagian 2), p60 10 Mulder. Niels Kajian Kritis BukuBuku Sekolah di Indonesia (Bagian 2), p60 11 Mulder, Niels Kajian Kritis BukuBuku Sekolah di Indonesia (Bagian 2), p59 12 Suarapembaruan.com, Indonesia Didominasi Budaya Kekuasaan, melalui internet Bab 2 - Latar Belakang
5
4.1. G30S Salah satu contoh pembebasan sejarah yang terjadi pada zaman reformasi adalah wacana baru tentang peristiwaperistiwa tahuntahun 196566 (yaitu, G30S dan akibatnya.)
Bukubuku yang terlarang pada zaman Orde Baru boleh diterbitkan lagi. Sejarah yang berperspektif kiri (termasuk yang ditulis oleh mantan anggota PKI) dan juga sejarah yang ditulis langsung dari perspektif korbankorban 1965 sudah diterbitkan.13 Dalam wacana umum, peristiwaperistiwa 30 September 1965 – yang dulu dianggap sebagai didalangi PKI baru dicurigai didalangi oleh banyak pihak lain. Selain PKI dan "Biro Chusus", dalang lainnya adalah Angkatan Darat, pihak asing (CIA dan lainlain), serta Soekarno dan Soeharto (disebut sebagai kudeta merangkak).14 Ketika masih presiden RI, Megawati SoekarnoPuteri meminta Menteri Pendidikan Nasional untuk membuat buku resmi tentang G30S, dengan materi disumbang oleh sebanyak 25 penulis.15 Apalagi, Departemen Pendidikan Nasional sudah membuat beberapa perubahan untuk melaksanakan pelurusan sejarah G30S di kurikulum. Paling penting, departemen memberi mandat yang mendukung pengajaran berbagai versi tentang peristiwa tersebut. Dalam kurikulum dan bukubuku resmi, istilah 'G30S/PKI' sudah diganti dengan istilah 'G30S' (sebutan PKI dipotong) dan istilah 'Penumpasan G30S' sudah diganti dengan istilah 'Dampak SosialPolitikEkonomi dari Peristiwa 65'.16
5. Kurikulum di Indonesia Materi pelajaran di sekolahsekolah Indonesia berdasarkan salah satu dari dua jenis kurikulum, kurikulum nasional (Kurnas) atau kurikulum lokal (Kurlok.) Kurikulum nasional diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DepDikNas)17. Setiap beberapa tahun, isi kurikulum dibaharui dan sebuah kurikulum baru diterbitkan. 13 14 15 16
Adam, Asvi W. Mencipta Beragam Narasi Tragedi 1965 di KOMPAS, 18 September 2004 Adam, Asvi W. op. cit. Adam, Asvi W. op. cit. Adam, Asvi W. Pelurusan Sejarah 1965 di KOMPAS Opini, 15 Januari 2004. Untuk lebih tentang penggantian istilahistilah, lihat halaman 19 17 Dulu, ketika masa Orde Baru, namanya DepDikBud – Departemen Pendidikan dan Budaya Bab 2 - Latar Belakang
6
Selama sepuluh tahun yang lalu, sudah diterbitkan tiga edisi kurikulum nasional, yaitu Kurikulum Nasional 1994 dan 1999 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004.
5.1. Kurikulum Nasional 1994 Kurikulum 1994, yang bernama GBPP (Garisgaris Besar Program Pengajaran) 1994, merupakan kelanjutan GBPP 1984, yang juga merupakan kelanjutan dari kurikulum kurikulum nasional yang lebih dulu.
Pada tahun 1980an sudah dibentuk beberapa program untuk memperbaiki kurikulum, termasuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yang didesain untuk meningkatkan standar pendidikan di Indonesia. Seperti dibahas tadi18, salah satu alasan penggagalan program tersebut adalah sentralisasi pendidikan.19
Pada 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (DepDikBud) mengharuskan semua sekolah untuk memberikan waktu minimal dua puluh persen dari jam belajar untuk pengajaran materi kurikulum lokal – yaitu, materi yang didesain pada tingkat sekolah sendiri.20 Ini merupakan usaha desentralisasi pendidikan lagi. Pada saat itu kebijakan ini merupakan usaha desentralisasi paling besar selama sejarah pendidikan masa Orde Baru.21 Namun, paling sedikit di banyak daerah, pelaksanaan kebijakan desentralisasi tersebut tidak berhasil22.
5.2. Suplemen GBPP 1999 Pada awal zaman reformasi, masalahmasalah pendidikan di Indonesia sering dibicarakan. Dengan undangundang Suplemen GBPP 1999, Kurikulum 1994 diperbarui
18 Lihat halaman 5 19 Basri, M Hasan. Forum Otonomi Pendidikan “Desentralisasi dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi” di KOMPAS, 14 Juni 2002. 20 Bjork, C. Local Responses to Decentralisation Policy in Indonesia, p184 21 Usahausaha desentralisi tidak merupakan fokus studi ini, tetapi kalau mencari contohcontoh lain, mencoba King, D.Y. Reforming Basic Education and the Struggle for Decentralized Educational Administration in Indonesia 22 Bjork, C. Local Responses to Decentralisation Policy in Indonesia, p211 Bab 2 - Latar Belakang
7
untuk refleksi sikap baru reformasi. “Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999” juga disebutkan “Kurikulum 1994 yang disempurnakan.”23 Suplemen 1999 merupakan “hasil perkuliahan, penataranpenataran sejarah, pertemuan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), studi kepustakaan, dan tukar pendapat dengan nara sumber sejarah.”24 Meski kurikulum ini sebenarnya masih berdasarkan kurikulum 1994, GBPP 1999 juga merupakan upaya untuk menciptakan kurikulum dengan wajah baru.
5.3. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 Rencana dan Tujuan KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan pengganti kurikulum 1994. Walaupun kurikulumkurikulum dulu disentralisasi pada tingkat nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan prinsip “Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan”.25 Menurut Departemen Pendidikan Nasional, KBK memajukan dua perubahan besar, “berfokus pada standar kompetensi dan hasil belajar” dan “mendesentralisasikan pengembangan silabus dan pelaksanaanya.”26
Demi desentralisasi tersebut, sekolahsekolah diharapkan departemen pendidikan nasional untuk bekerjasama dengan sekolahsekolah lain dan pemerintah kabupaten/kota untuk menulis silabus maupun melaksanakannya.27 Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten dan Dinas Pendidikan Kota diharapkan membentuk tim pengembang silabus yang berfungsi untuk membantu proses penulisan silabus di sekolahsekolah. Untuk membantu sekolahsekolah dan dinasdinas pendidikan mencapai desentralisasi, Departemen Pendidikan Nasional menyediakan informasi pedoman tentang proses pengembangan silabus.28
23 24 25 26 27 28
Kurnia, Drs. A. IPS Sejarah 3 untuk Kelas 3 SLTP sesuai kurikulum 1994 yang disempurnakan Kurnia, Drs. A. op. cit., p5 Departemen Pendidikan Nasional, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas, p9 ibid., p6 ibid., p10 ibid., p16
Bab 2 - Latar Belakang
8
Kurikulum Berbasis Kompetensi didampangi oleh berbagai pembaharuan yang disebutkan “Manajemen Berbasis Sekolah.” Ini merupakan salah satu usaha lagi untuk melaksanakan desentralisasi dalam bidang pendidikan.
Pelaksanaan KBK pada saat studi ini
Baru tahun ini, dokumendokumen kurikulum sudah lengkap pada tingkat nasional, tetapi pada tingkat kabupaten/kota pelaksanaan KBK masih belum selesai.
Sekarang sekolahsekolah yang dikunjungi29 sudah melaksanakan KBK pada tingkat kelas 1 saja. KBK akan dimasukkan kelas dua pada tahun depan, dan kelas tiga pada tahun berikutnya.
Di Subdinas Kurikulum, Dinas Pendidikan Kota Malang, diperoleh informasi bahwa Subdinas Kurikulum belum membentuk tim pengembang silabus, bertentangan dengan informasi yang diperoleh dari penerbitan Departemen Pendidikan Nasional30. Apalagi, belum ada rencana untuk membentuk tim tersebut.31
Sekarang, peran Subdinas Kurikulum di Malang adalah memperoleh informasi dan penerbitan kurikulum langsung dari pemerintah nasional dan memyebarkannya kepada sekolahsekolah di Malang. Pelaksanaan kurikulum, dan penulisan silabus, tergantung pada sekolah masingmasing. Jadi, belum ada pelaksanaan rencana departemen nasional bahwa Dinas Kabupaten/Kota akan membantu sekolahsekolah dengan penulis silabus KBK.32
Apalagi, buku pelajaran berdasarkan KBK belum diterbitkan untuk banyak mata pelajaran, dan bukubuku berdasarkan KBK yang sudah ada tidak selalu memasukkan pembaharuan tersebut.33
29 30 31 32 33
Lihat halaman 12 Departemen Pendidikan Nasional, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas, p16 Subdinas Kurikulum dikunjungi pada tanggal 28 Oktober 2004 Departemen Pendidikan Nasional, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas, p12 Untuk contohcontoh, lihat Bab 4
Bab 2 - Latar Belakang
9
Bab 3 - Metode 1. Pendekatan 1.1. Cara penelitian Studi ini menggabungkan dua cara penelitian. Yang pertama, analisa terhadap materi pendidikan sejarah. Materi ini dianalisa untuk menentukan perkembangan kurikulum dan materi pelajaran selama zaman reformasi. Yang kedua, pengumpulan data tentang pendidikan sejarah di sekolah. Data ini merupakan hasil observasi, wawancara dan jawaban pertanyaan angket.
1.2. Jadwal Studi lapangan ini dilakukan selama periode tiga bulan, mulai dari awal September sampai dengan akhir Nopember 2004. Penelitian latar belakang dan perencanaan studi lapangan dilakukan selama bulan September dan awal bulan Oktober, walaupun studi lapangan – yaitu wawancara dan penyebaran angket – dilakukan pada Oktober dan Nopember. Pelaksanaan studi lapangan di sekolahsekolah terganggu karena liburan Idul Fitri, tanggal 723 Nopember 2004.
2. Aspek-aspek Fokus Studi Karena dibatasi waktu dan daya, semua aspek kurikulum sejarah tidak bisa dibahas sepenuhnya. Jadi, dipilih beberapa aspek dari kurikulum sebagai fokus penelitian. Fokus studi meliputi:
•
Dampak Otonomi Daerah dan desentralisasi terhadap kurikulum sejarah.
•
Keadaan sejarah lokal (demi studi ini, sejarah daerah Malang dan Jawa Timur) dalam materi pelajaran sejarah.
•
Peran sejarah sebagai sumber perasaan nasionalisme.
•
Keprihatinan yang diberikan kepada sejarah selain sejarah politik yaitu sejarah ekonomi dan sejarah sosial. Bab 3 - Metode
10
•
Materi sejarah dari pulaupulau di luar Jawa.
Peristiwa yang di bawah ini dipilih untuk mencerminkan perkembangan materi pelajaran sejarah sejak awal reformasi.
•
Integrasi dan kemerdekaan Timor Timur.
•
Peristiwa G30S dan akibatnya di bidang politik Indonesia
•
Pelanggaran HAM selama zaman Orde Baru.
•
Program pembangunan Orde Baru.
•
Tumbangnya Orde Baru.
•
Zaman Reformasi.
Sebenarnya, peristiwaperistiwa ini dipilih secara ad hoc. Keanekaannya dibatasi oleh waktu dan daya, namun semua peristiwaperistiwa ini dipilih khusus karena semuanya merupakan peristiwaperistiwa yang pernah dibicarakan dalam wacana umum selama masa pasca Orde Baru.
3. Studi Materi Pelajaran Sejarah (Buku Pelajaran) 3.1. Pemilihan buku Untuk menganalisa perkembangan materi pelajaran sejarah, materi tentang peristiwa peristiwa tersebut di atas diambil dari buku pelajaran berikut ini: Tabel 1: Bukubuku pelajaran yang dianalisa Buku
Redaktur
Penerbit Sekolah
Edisi
Kurikulum
IPS Sejarah untuk SLTP Kelas 3
Kansil, C.S.T.
Erlangga
SMP
1996
IPS Sejarah untuk SLPT Kelas 3
Matroji, Drs.
Erlangga
SMP
2000
1999
Sejarah untuk SMP Kelas IX
Matroji, Drs.
Erlangga
SMP
2004
KBK 2004
Badrika, I Wayan
Erlangga
SMU
(Edisi kedua) 1996
1994
Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 3 untuk SMU Kelas 3 Bardrika, I Wayan
Erlangga
SMU
2000
1999
Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMU Kelas 3
1994
Semua buku pelajaran ini diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, salah satu penerbit buku sekolah yang terbesar di Indonesia. Bukubuku dari satu penerbit saja dipilih supaya bisa membandingkan secara kuantatif di antara edisiedisi yang berdasarkan berbagai kurikulum. Kalau ada bukubuku dari penerbit yang berbeda, lebih sulit untuk Bab 3 - Metode
11
membandingkan isinya secara langsung. Diharapkan bahwa, melalui perbandingan edisi berurutan, proses perkembangan terlihat dengan jelas.
Bukubuku yang lebih lama dari pada edisi 1994 dicari juga, tetapi tidak ditemui. Karena penerbitpenerbit menerbitkan edisiedisi baru hampir setiap tahun, dan juga karena kurikulum sering dibarahui, edisiedisi lama sudah cepat usang.
Di bagianbagian yang menyusul, bukubuku yang tersebut di Tabel 1 akan disebutkan dengan istilah singkat, misalnya “Buku SMP Edisi 2000” atau “Buku SMU Edisi 1996”.
3.2. Teknik analisa isi Analisa isi yang dilakukan untuk studi ini tidak begitu lanjut. Salah satu penyebab ini adalah bahwa analisa isi yang lanjut memerlukan peralatan (asisten riset, sistem komputer) yang agak bagus. Namun, hasilhasil menarik sudah muncul melalui metode metode sederhana yang digunakan.34
4. Studi yang dilaksanakan di sekolah-sekolah 4.1. Sekolah-sekolah yang dikunjungi Sekolahsekolah yang dipilih untuk menjadi obyek studi adalah Sekolah Menengah, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Semua sekolah yang dipilih terletak di Kota Malang. Tabel 2: Sekolahsekolah yang dikunjungi Sekolah
Alamat
SMU Negeri 1
Jl Tugu
SMU Negeri 3
Jl Tugu
SMU Katholik Santo Albertus
Jl Dempo
SMP Negeri 1
Jl Lawu
SMP Negeri 3
Jl Dr Cipto
34 Lihat Bab 4 Bab 3 - Metode
12
Semua sekolah ini dipilih di atas rekomendasi Pak Sugeng35, dosen pembimbing di Universitas Muhammadiyah Malang, karena semua mempunyai reputasi baik. Jadi, hasil hasil studi ini mungkin tidak mencerminkan keadaan di seluruh kota Malang. Tidak mudah disamaratakan. Paling sedikit, perbedaan dalam keadaan sosioekonomi, kekuatan sejarah dan budaya lokal, keadaan dana sekolah, letak geografis, kepintaran dan kerajinan siswasiswa dan perdirian etnis akan mempengaruhi pendidikan sejarah di setiap sekolah Indonesia. Namun, hasil studi ini masih merupakan penunjuk terhadap kecenderungan yang mungkin ada di sekolahsekolah lain di Indonesia.
4.2. Metode pengumpulan data Untuk mengumpulkan data dari sekolahsekolah, dipakai tiga jenis metode: wawancara, observasi dan angket. Wawancara dilakukan bersama guruguru sejarah, untuk memperoleh segi pandang guru tentang perkembangan materi pelajaran sejarah dan dampak reformasi terhadap pelajaran sejarah.
Metode observasi dipakai untuk memperoleh informasi tentang keadaan pelajaran sejarah pada saat ini, khususnya metode pengajaran dan materi yang dipakai. Observasi juga memungkinkan peneliti untuk mengalami dari dekat pendidikan sejarah di sekolah sekolah Indonesia.
Angketangket digunakan supaya memperoleh pendapat siswasiswa tentang pelajaran sejarah. Pendapat siswasiswa bisa menjelaskan bagaimana perkembangan kurikulum, bagaimana materi pelajaran baru sudah diterima, dan bagaimana pelajaran sejarah Indonesia dipersepsi oleh siswasiswa masa ini.
35 Pertemuan dengan Pak Sugeng, Oktober 15 2004 Bab 3 - Metode
13
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah 1. Integrasi dan kemerdekaan Timor Timur Tabel 3: Timor Timur di bukubuku SMP Edisi 1996
Edisi 2000
Edisi 2004
Judul bab
“Integrasi Timor Timur”36
“Integrasi dan Kemerdekaan Timor Leste”37
“Integrasi dan Kemerdekaan Timor Leste”38
Teks
~ 1441 kata
~ 483 kata
~ 573 kata
~ 60 kata.
~ 60 kata. Isinya sama dengan edisi 2000.40
Bagian tentang keadaan Timor Tidak ada Timur sebagai propinsi Indonesia
Bagian terakhir
“Berintegrasi dengan Indonesia”41
... Timor Leste merupakan “duri dalam daging” bagi Republik Indonesia. Di satu pihak, Indonesia telah mengeluarkan banyak tenaga dan biaya untuk memajukan wilayah itu. Di lain pihak, perlawanan di Timor Timur tidak kunjung padam sehingga melibatkan operasi militer...39 “Kemerdekaan Timor Leste”
Paragraf pertama: Kemerdekaan Timor Leste dilatarbelakangi oleh posisi Indonesia yang semakin kurang menguntungkan di tengah forum internasional ... menimbulkan opini internasional bahwa Indonesian melakukan intervensi terhadap Timor Leste42
36 37 38 39 40 41 42 43
“Kemerdekaan Timor Leste” Isi paragraf pertama sama dengan edisi 2000.43
Kansil, edisi 1996, p104 Matroji, edisi 2000,p132 Matroji, edisi 2004,p151 Matroji, edisi 2000, p132 Matroji, edisi 2004, p151 Kansil, edisi 1996, p106 Matroji, edisi 2000,p134 Matroji, edisi 2004, p153
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
14
Edisi 1996 Sebutan kekerasaan
Edisi 2000
•
... partai tersebut • [Fretilin] secara leluasa menggunakan cara kekerasan untuk mengalahkan lawan lawan politiknya [praintegrasi].44
•
Itikad buruk Fretilin tersebut semakin tampak dari tindakan meningkatkan aksi teror terhadap rakyat Timor Timur yang tidak mendukungnya. Akibat teror Fretilin, keamanan di Timor Timur menjadi rawan ... Kerusuhan meningkat menjadi perang saudara.45
•
Edisi 2004
Kemelut itu [jajak • pendapat Portugis Maret 1975] menyulut perang saudara yang membawa korban jiwa.46
Kemelut itu [jajak pendapat Portugis Maret 1975] menyulut perang saudara yang membawa korban jiwa.48
•
... Indonesia melakukan Operasi Seroja, berupa operasi militer untuk memulihkan keamanan di Timor Leste. Bagi dunia internasional, Operasi Seroja tiada lain merupakan agresi militer sekaligus intervensi politik terhadap Timor Leste.49
... Indonesia melakukan Operasi Seroja, berupa operasi militer untuk memulihkan keamanan di Timor Leste. Bagi dunia internasional, Operasi Seroja merupakan agresi militer sekaligus intervensi politik terhadap Timor Leste.47
Istilah “Timor Leste”
Tidak dipakai
Dipakai
Dipakai
Kemerdekaan Timor Timur disebabkan oleh apa?
(Tidak ada karena pada tahun 1996 Timor Timur belum lepas dari Indonesia)
“negaranegara pro kemerdekaan Timor Timur”50
Sama dengan edisi 2000.
dan “posisi Indonesia yang semakin kurang menguntungkan di tengah forum internasional”51
Bagian tentang Timor Leste hampir sama di buku SMP edisi 2000 dan 2004. Di edisi 2004 ditambah footnote di bawah judulnya: “Pembahasan mengenai Timor Timur merupakan bagian yang penting dalam sejarah perkembangan politik masa Orde Baru”52 dan juga kotak “Tahukah Kamu?” tentang keadaan Timor Leste sebagai negara merdeka.53
Ada banyak perbedaan di antara edisi 2000/2004 dan edisi 1996. Di edisi 2000/2004, bagianbagian tentang sejarah kolonial Timor Leste atau “Sikap Indonesia terhadap Dekolonisasi Timor Timur”54 tidak ada lagi. Pembahasan tentang peristiwaperistiwa yang 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Kansil, edisi 1996, p105 Kansil, edisi 1996, p105 Matroji, edisi 2000, p133 Matroji, edisi 2000, p134 Matroji, edisi 2004, p152 Matroji, edisi 2004, p152 Matroji, edisi 2000, p131 Matroji, edisi 2000, p132 Matroji, edisi 2004, p151 Matroji, edisi 2004, p152 Kansil, edisi 1996, p104
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
15
merupakan latar belakang integrasi Timor Timur, yang dulu berisi enambelas paragraf, sudah dikecilkan menjadi tujuh. Sekarang, karena Timor Timur tidak merupakan propinsi Indonesia lagi, mungkin alasanalasan integrasinya tidak dianggap sebagai penting.
Pada tahun 1996 Timor Leste masih merupakan propinsi Indonesia, jadi materi tentang kemerdekaan Timor Leste belum ada di edisi 1996. Apalagi, pembahasan tentang keadaan Timor Timur sebagai propinsi Indonesia di edisi tersebut sangat beda dengan pembahasan di edisi 2000/2004. Edisi 1996 membahas peristiwaperistiwa yang terjadi sebelum atau pada waktu integrasi saja. Peristiwaperistiwa lebih baru tidak termasuk. Tidak ada diskusi tentang keadaan Timor Timur sebagai propinsi Indonesia. Namun, edisi 2000 dan 2004 menyebutkan Propinsi Timor Timur sebagai “duri dalam daging”55 republik Indonesia.
Di edisi 1996, semua kekerasan disalahkan Fretilin, walaupun edisi 2000/2004 tidak memihak. Aksi militer Republik Indonesia disebutkan di edisi 2000/2004 sebagai diperlui untuk menyelesaikan perang saudara.
55 Matroji, edisi 2000, p132 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
16
Tabel 4: Timor Timur di bukubuku SMU Edisi 1996
Edisi 2000
Judul bab
“Integrasi Timor Timur ke dalam “Timor Timur sebagai Propinsi wilayah Republik Indonesia”56 ke27”57
Teks
~1 470 kata
Bagian tentang keadaan Timor Timur sebagai propinsi Indonesia
~187 kata. Kalimat terakhir:
~2 340 kata
~595 kata. Bagian pertama sama dengan edisi 1996, bagian berikutnya “Semua itu dilakukan oleh tentang “peristiwaperistiwa penting”, Pemerintah Indonesia agar Timor termasuk aktivitas pemberontakan Timur bisa mengejar Fretilin.59 ketinggalannya dari daerah lain”58
Bagian terakhir
“Pembangunan Timor Timur” 60
Sebutan kekerasaan
•
Pemberontakan terhadap Portugis, pada abad ke19 dan pada tahun tahun 1910 dan 1959. 62
“Menuju Jajak Pendapat”61 •
Pemberontakan terhadap Portugis, pada tahun 1910 saja.63
•
Konflik antara pendukung integrasi dan kelompok anti integrasi.64
•
Insiden Santa Cruz, 1991.65
•
Konflik antar prointegrasi dan prootonomi semakin keras pada tahun 1999.66
Istilah “Timor Leste”
Tidak dipakai
Tidak dipakai
Kemerdekaan Timor Timur disebabkan oleh apa?
Berakhirnya era Orde Baru ... (Tidak ada karena pada tahun 1996 Timor Timur belum lepas dari Indonesia) membuka cakrawala baru bagi penyelesaian kasus Timor Timur ... pemerintah Indonesia, Portugal dan PBB menyetujui untuk menyelesaikan kasus Timor Timur lewat jajak pendapat.67
Ada 60% lebih banyak materi tentang Timor Timur di buku SMU edisi 2000 dibandingkan dengan yang ada di edisi 1996 (sebaliknya, di bukubuku SMP ada jauh lebih kurang materi di edisi tahun 2000 dan 2004 kalau dibandingkan dengan edisi 1996.)
Di edisi SMU 1996, kekerasaan yang diceritakan hanya pemberontakan rakyat melawan Portugis. Kekerasaan di Timor Timur pada era Orde Baru baru disebutkan di edisi 2000 (Insiden Santa Cruz68), dan ada kurang banyak pembahasan tentang pemberontakan anti 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
Badrika, edisi 1996, p47 Badrika, edisi 2000, p56 Badrika, edisi 1996, p52 Badrika, edisi 2000, p59 Badrika, edisi 1996, p51 Badrika, edisi 2000, p60 Badrika, edisi 1996, p48 Badrika, edisi 2000, p56 Badrika, edisi 2000, p56 Badrika, edisi 2000, p60 Badrika, edisi 2000, p61 Badrika, edisi 2000, p61 Badrika, edisi 2000, p60
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
17
Portugis. Bisa dihipotesa bahwa kecenderungan ini menunjukkan keinginan redaktur untuk menggambarkan proses (Insiden Santa Cruz merupakan bukti bahwa keadaan di Timor Timur tidak baik, jadi ada alasan untuk gerakan kemerdekaan.) Bisa juga dihipotesa bahwa sebutan Insiden Santa Cruz merupakan pembukaan sebuah peristiwa sejarah yang dulu tertutup.
Dibandingkan dengan bukubuku SMP, kurang banyak materi dipotong dari bagian Timor Timur di buku SMU edisi 2000. Sebenarnya, materi ditambah! Yang dipotong hanya paragrafparagraf tentang keadaan Timor Timur di bawah penjajahan Portugis. Yang ditambah adalah materi tentang keadaan Timor Timur sebagai propinsi Indonesia, dan juga kemerdekaan Timor Timur.
Selain kwantitas materi, ada perbedaan besar di antara pembahasan kemerdekaan Timor Timur di edisi 2000/2004 SMP dan edisi 2000 SMU. Buku SMP menanggap kemerdekaan Timor Timur sebagai Indonesia menerima dorongan internasional, dan berpendapat bahwa aksi militer Indonesia adalah penting untuk menyelesaikan perang sipil tetapi disalahfahami oleh komunitas internasional. Buku SMU memberi kesan bahwa Timor Timur merupakan persoalan selama keadaannya sebagai propinsi Indonesia, dan bahwa reformasi “membuka cakrawala baru bagi penyelesaian kasus Timor Timur”69. Peran komunitas internasional tidak diutamakan. Walaupun pemunculan versiversi seperti ini membuktikan bahwa penulis sejarah sudah agek bebas, begitu aneh bahwa bukubuku dari penerbit yang sama bisa menimbulkan pendapat yang sangat beda dan juga tidak memberi pendapatpendapat alternatif. Pasti ini berdasarkan sikapsikap redaktur sendiri.
2. Peristiwa G30S dan akibatnya Tabel 5: G30S di bukubuku SMP Edisi 1996
Edisi 2000
Edisi 2004
Teks
~ 2186 kata
~ 294 kata
~ 390 kata, sebagian besar sama dengan edisi 2000.
Istilah yang dipakai
G30S / PKI
G30S
G30S
69 Badrika, edisi 2000, p61 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
18
Edisi 1996
Edisi 2000
Edisi 2004
Nama dan potret korban G30S
Ada nama semua korban dan potret salah satunya (½ halaman)
Ada nama saja (¼ halaman)
Ada (2/3 halaman)
Pertama kali keterlibatannya PKI disebutkan
Paragraf 2:
Paragraf terakhir:
“... PKI ingin memberi kesan bahwa G 30 S/PKI merupakan gerakan pemurnian Angkatan Darat untuk menyelematkan Presiden RI, bukannya kudeta yang dilakukan oleh PKI.”70
“Dalam perkembangan berikutnya, timbul kesimpulan bahwa G30S itu didalangi oleh PKI.”71
Paragraf terkahir, sama dengan edisi 2000. 72
Deskripsi perkembangan dan aksiaksi PKI sebelum 30 September 1965
Dalam bagian sebelum “Penghianatan G 30 S/PKI”, ada ~ 80 kata dalam bagian “Penyimpangan Terhadap Pancasila dan UUD 1945”73
Dalam bagian sebelum “Peristiwa G30S”, ada ~ 84 kata tentang “Faktor Pendukung Tampilnya PKI” dan berikutnya ~ 364 kata tentang “Persaingan PKI vs Angkatan Darat” 74
Dalam bagian sebelum “Peristiwa G30S”, ada bagian bagian tentang PKI yang sama dengan edisi 2000. 75
Bagian “Penumpasan G30S”
~ 1488 kata (68%)
~ 112 kata (38%)
~ 147 kata (37%)
Kesimpulan tentang G30S
“Berkat kekompakan ABRI dan rakyat dalam membela Pancasila, G 30 S/PKI dapat ditumpas dalam waktu singkat.”76
Semua kesatuan aksi menyerukan pembubaran PKI.77
Semua kesatuan aksi menyerukan pembubaran PKI.78
Masyarakat pun bereaksi dengan menuntut pembubaran PKI. Sejak Oktober 1965, kesatuan aksi dibentuk oleh mahasiswa, pelajar, dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.80
Masyarakat pun bereaksi dengan menuntut pembubaran PKI. Sejak Oktober 1965, kesatuan aksi dibentuk oleh mahasiswa, pelajar, dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.81
Pemunculan perasaan antiPKI “Di tengah krisis politik dan ekonomi di rakyat itu, rakyat bangkit menuntut pembubaran PKI...”79
Kwantitas tindakantindakan yang langsung dikredit kepada Soeharto
~ 792 kata (36%) menceritakan ~ 14 kata (4%) menceritakan tindakan Soeharto sendiri tindakan Soeharto sendiri
~ 14 kata (4%) menceritakan tindakan Soeharto sendiri
Sebutan kekerasan dalam deskripsi penumpasan PKI
... berhasil menghancurkan kekuatan G 30 S/PKI sekaligus menembak mati ataupun menangkap tokoh tokohnya.82
Tidak ada
Tidak ada
Di antara edisi 1996 dan edisi 2000 dan 2004, materi ini sudah mengalami banyak perubahan. Di bukubuku edisi 2000 dan 2004, istilah 'G30S / PKI' diganti dengan 'G30S'. 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Kansil, edisi 1996, p76 Matroji, edisi 2000, p110 Matroji, edisi 2004, p109 Kansil, edisi 1996, p75 Matroji, edisi 2000, p108 Matroji, edisi 2004, p1067 Kansil, edisi 1996, p85 Matroji, edisi 2000, p110 Matroji, edisi 2004, p109 Kansil, edisi 1996, p87 Matroji, edisi 2000, p110 Matroji, edisi 2004, p109 Kansil, eidis 1996, p86
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
19
Ini merupakan salah satu perubahan yang dimandat menteri pendidikan untuk KBK 2004.83 Namun, belum ada perubahanperubahan lain, misalnya penggantian istilah 'penumpasan G30S' atau pemberian berbagai versi. Katakata emotif seperti pengkhianatan lebih jarang dipakai di edisiedisi baru. Sebutan peran ABRI dan peran Pak Soeharto dipotong juga. Walaupun di edisi 1996, kebanyakan aksi antiPKI dikredit langsung pada Pak Soeharto, di edisi 2000/2004 hampir tidak ada.
Di edisi 2000 dan 2004, sudah ada bagianbagian tentang perkembangan PKI di Indonesia pada tahuntahun 1964 dan 1965. Bagianbagian seperti ini belum ada di edisi 1996. Kelihatan bahwa ini merupakan upaya untuk menempatkan G30S dalam konteks sejarah, sebagai akibat peristiwaperistiwa dan perkembangan lain. Di edisi 1996, ada asumsi bahwa PKI mendalangi G30S. Di edisi 2000/2004, hubungan di antara PKI dan G30S dibahas lebih lanjut.
Tabel 6: G30S di bukubuku SMU Edisi 1996
Edisi 2000
Teks
~626 kata.
~864 kata, sebagian besar diambil langsung dari teks edisi 1996.
Istilah yang dipakai
G30S / PKI
G30S
Nama dan potret korban G30S
Ada (1 3/4 halaman)
Ada (1 halaman)
Keterlibatannya PKI pertama kali disebutkan
Paragraf 2 :
Paragraf 13 :
“Melalui pertemuan itu akhirnya ditetapkan [oleh PKI] bahwa gerakan PKI secara fisik militer dipimpin oleh...”84
“Berdasarkan buktibukti yang berhasil dikumpulkan … segara menghubungkan usaha kudeta yang dilakukan Gerakan 30 September dengan PKI...”85
Deskripsi perkembangan dan aksiaksi PKI sebelum 30 September 1965
Menjelang pelaksanaan pemberontakan itu, para pemimpin PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia.86
~ 238 kata, dalam bagian berjudul “PKI Hendak Berkuasa”87
Bagian “Penumpasan G30S”
~ 240 kata (38%)
~ 108 kata (12%)
83 84 85 86 87 88 89
Lihat halaman 6 Badrika, edisi 1996, p38 Badrika, edisi 2000, p45 Badrika, edisi 1996, p38 Badrika, edisi 2000, p43 Badrika, edisi 1996, p41 Badrika, edisi 2000, p45
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
20
Edisi 1996
Edisi 2000
Kesimpulan tentang G30S
“Dalam waktu singkat pengkhiantan G30S / PKI berhasil dipatahkan berkat lindungan Tuhan Yang Masa Esa, kesetiaan rakyat, dan ABRI kepada Pancasila.”88
Pemunculan perasaan antiPKI di rakyat
“Masyarakat semakin tahu dan “Berdasarkan berbagai bukti yang sadar bahwa di belakang G30S berhasil dikumpulkan, di berdiri PKI sebagai dalangnya”90 belakang G30S dituding berdiri PKI sebagai dalangnya”91
Kwantitas tindakantindakan yang langsung dikredit kepada Soeharto
~ 88 kata (14%) menceritakan tindakan Soeharto sendiri
Sebutan kekerasan dalam deskripsi penumpasan PKI
•
Tidak ada kalimat kesimupulan seperti yang ada di edisi 1996. Bagian akhir tentang G30S adalah mengenai penumpasan G30S di daerah Jawa Tengah.89
~ 52 kata (6%) menceritakan tindakan Soeharto sendiri
Konflik (bentrokan) fisik Sama dengan edisi 2000. antara masyarakat yang setia dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dengan massa PKI terjadi...92
Sama dengan buku SMP, di buku SMU edisi 2000 istilah 'G30S / PKI' sudah diganti dengan istilah 'G30S'.93 Apalagi, edisi 2000 SMU sering menyebutkan kesimupulan yang “berdasarkan bukti” yang ada pada waktunya.94 Keterlibatan PKI tidak diasumsi tetapi disimpulkan. Sama juga dengan buku SMP, peran Soeharto sebagai pahlawan 30 September sudah dikecilkan.
Walaupun semua perbedaan ini merupakan usahausaha pelurusan sejarah G30S, ada satu hal yang belum muncul di bukubuku pelajaran ini, yaitu pluralitas. Semua bukubuku ini masih menyediakan satu versi peristiwa G30S, tanpa mengakui adanya versiversi lain. Dalam diskusi akibatakibat peristiwa G30S belum ada sebutan kekerasaan (salah satu sebutan kekerasaan, yang ada di buku SMP edisi 1996, sudah dipotong.)
3. Pelanggaran HAM selama zaman Orde Baru Sebenarnya, semua bukubuku pelajaran yang dibahas tidak mempunyai bagian tentang pelanggaran HAM pada zaman Orde Baru. Di edisiedisi paling baru, misalnya, tidak ada diskusi tentang dampak kekerasan penumpasan G30S (sebanyak 500,000 orang dibunuh, orangorang lain dipenjara95.) Hanya satu buku, buku SMU edisi 2000, menyebutkan beberapa kasus pelanggaran HAM yang belum terungkap tuntas pada awal zaman 90 91 92 93 94 95
Badrika, edisi 1996, p41 Badrika, edisi 2000, p41 Badrika, edisi 1996, p42 Lihat halaman 19 Badrika, edisi 2000, p45 Adam, A.W. Pelurusan Sejarah 1965 di KOMPAS, 15 Januari 2004
Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
21
reformasi96 tetapi tidak ada contoh kasuskasus ini dalam konteks sejarahnya. Kelihatan bahwa pelajaran tentang HAM belum masuk kurikulum sejarah.
4. Program pembangunan Orde Baru Tabel 7: Pembangunan Orde Baru di bukubuku SMP Edisi 1996 Judul bagian tentang pembangunan Orde Baru
Pembangunan Nasional Berencana97
Edisi 2000
Edisi 2004 98
Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional100
dan juga
dan juga
Krisis Pembangunan Nasional99
Krisis Pembangunan Nasional101
Teks
~ 1043 kata
~ 200 kata + ~ 128 kata (~328kata)
~ 744 kata
Porsi tentang struktur undang undang pembangunan
~ 284 kata (27%)
~ 80 kata (32% bagian pertama, 24% semuanya)
~ 177 kata (24%)
Porsi tentang prinsip dan tujuan pembangunan
~ 390 kata (37%)
~ 48 kata (24% bagian pertama, 14% semuanya)
~ 200 kata (27%)
Porsi tentang penghasilan, rupa Tidak ada dan akibat programprogram pembangunan
•
~ 80 kata (32% bagian pertama, 24% semuanya) tentang desentralisasi pembangunan.
•
~ 128 kata (100% bagian kedua, 39% semuanya) tentang akibat program pembangunan, yang termasuk ~ 58 kata (45% bagian kedua, 18% semua) tentang keroposnya perekonomian dan KKN.
~ 368 kata (51%), baik tentang akibat programprogram zaman Orde Baru maupun akibat krisis moneter.
Pembahasan pembangunan Orde Baru di edisi 1996 penuh dengan retorik. Banyak teks menceritakan struktur undangundang pembangunan dan prinsipprinsip yang diikuti programprogram, tetapi belum ada pembahasan akibatnya. Sepertinya membahas programprogram pembangunan yang baru didirikan, bukan yang sudah berjalan selama hampir tiga puluh tahun!
96 Badrika, edisi 2000, p55 97 Kansil, edisi 1996, p98 98 Matroji, edisi 2000, p130 99 Matroji, edisi 2000, p131 100 Matroji, edisi 2004, p147 101 Matroji, edisi 2004, p149 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
22
Di edisi 2000, retorikretorik sudah hampir hilang. Ada pembahasan singkat tentang rupa dan struktur pembangunan, tetapi kebanyakannya membahas akibatakibat.
Di edisi 2004, bagian tersebut disusun lagi menurut undangundang pembangunan (seperti struktur edisi 1996), tetapi fokus dan akibat setiap program dibahas.
Tabel 8: Pembangunan Orde Baru di bukubuku SMU Edisi 1996
Edisi 2000
Judul bagian tentang pembangunan Orde Baru
Upaya Mengisi Kemerdekaan : Orde Upaya Mengisi Kemerdekaan : Orde Baru dan Peningkatan Kehidupan Baru : Pembangunan Nasional103 Melalui Pembangunan : Pembangunan Nasional102
Teks
~ 440 kata
~ 616 kata
Porsi tentang struktur undangundang pembangunan
~ 136 kata (31%)
~ 63 kata (10%)
Porsi tentang prinsip dan tujuan pembangunan
~ 248 kata (56%)
~ 176 kata (29%)
Porsi tentang penghasilan, rupa dan akibat 29 kata (6%), yaitu tulisan deksripsi programprogram pembangunan tentang sebuah gambar (foto saluran irigasi di Jawa Tengah)
~ 304 kata (49%), termasuk banyak tulisan kritis tentang dampak positif maupun negatif program pembangunan Orde Baru.104
Seperti bukubuku SMP, perbedaan di antara kedua edisi ini adalah di antara diskusi berdasarkan retorik dan struktur dan diskusi tentang akibat aktual. Misalnya, membandingkan paragraf terakhir edisi 1996 dengan paragraf terakhir edisi 2000. Edisi 1996 sebagai berikut: Sejak lahirnya hingga saat sekarang ini Orde Baru selalu berusaha memperjuangkan dan meningkatkan taraf hidup rakyat dalam mencapai kehidupan yang sejahtera, damai, adil dan makmur atau gemah ripah loh jinawi (istilah dari jaman Kerajaan Majapahit)105 Retoriknya memang bagus, tetapi di edisi itu pembahasan tentang pelaksanaan pembangunan hanya merupakan satu deskripsi foto! Namun, di edisi 2000: …realita yang ada justru sebaliknya. Pembangunan yang dilaksanakan selama ini terpusat dan tidak merata. Pembangunan ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. … Dampak positif tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan 102 Badrika, edisi 1996, p45 103 Badrika, edisi 2000, p51 104 Badrika, edisi 2000, p51 105 Badrika, edisi 1996, p47 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
23
absolut yang diikuti dengan perbaikan indikator kesejahteraan rakyat… Dampak negatif yang muncul… korup, serta tidak demokratis… krisis moneter dan ekonomi… membahayakan persatuan dan kesatuan… Negara makin jauh dari cita demokrasi dan kemerdekaan…106 Sebenarnya, buku SMU edisi 2004 sangat kritis terhadap akibatakibat pembangunan. Kutipan yang ada di atas merupakan latar belakang untuk diskusi Krisis Moneter dan tumbangnya Orde Baru.
Buku SMU lebih kritis terhadap peremintah Orde Baru kalau dibandingkan buku SMP. Walaupun edisi SMP juga mengritik ketidakmerataan pembangunan dan berkata bahwa “pembangunan itu hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat”107, pembahasannya kurang luas dan kurang tajam.
5. Tumbangnya Orde Baru (Cuma edisiedisi yang diterbitkan setelah 1998 bisa dianalisa.) Tabel 9: Tumbangnya Orde Baru di bukubuku SMP Edisi 2000 Judul bagian
Kejatuhan Pemerintahan Orde Baru*
Teks
~ 441 kata
Porsi tentang Krismon
~ 132 kata (30%)
Porsi tentang konfrontasi dengan mahasiswa / Trisakti, dll.
~ 82 kata (19%)
Implikasi Orde Baru dalam persoalan ekonomi
Peningkatan ini merupakan pertumbuhan [ekonomi] yang luar biasa. Akan tetapi, peningkatan ini dibangun di atas fondasi ekonomi yang keropos.108
Edisi 2004 (Persis sama dengan edisi 2000.)
Tabel 10: Tumbangnya Orde Baru di bukubuku SMU Edisi 2000 Judul bagian
“Krisis Politik, Ekonomi dan Sosial serta Reformasi” 109
Teks
~ 432 kata
Porsi tentang Krismon
~ 135 kata (31%)
Porsi tentang konfrontasi dengan mahasiswa / Trisakti, dll.
~ 198 kata (46%)
106 Badrika, edisi 2000, p51 107 Matroji, edisi 2004, p149 108 Matroji, edisi 2000, p131 109 Badrika, edisi 2000, p51 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
24
Edisi 2000 “Kelompok kritis melihat bahwa krisis bertempu pada kesalahan urus pemerintahan Orde Baru. Ketidakmampuan rezim Orde Baru dalam mengatasi krisis moneter secara simultan berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan”110
Implikasi Orde Baru dalam persoalan ekonomi
Kecaman terhadap kebijakan Orde Baru di buku SMP kurang tajam kalau dibandingkan kecaman yang ada di buku SMU. Walaupun kebijakan ekonomi Orde Baru diakui sebagai dasar kelemahannya, kekuatan konglomeratkonglomerat disalahkan sebagai faktor yang memperparah keadaan ekonomi.111 Hubungan di antara konglomeratkonglomerat ini dan pemerintah Orde Baru tidak dijelaskan.
6. Zaman Reformasi (Cuma edisiedisi yang diterbitkan setelah 1998 bisa dianalisa.) Tabel 11: Zaman reformasi di bukubuku SMP Edisi 2000 Nama bagian
Tidak ada
Edisi 2004 Tidak ada
Sebenarnya ada bagian dengan nama “Gerakan Reformasi”, tetapi ada di bab “Kejatuhan Pemerintahan Orde Baru” dan membahas tentang penunduran Soeharto, demonstrasi mahasiswa, dll.112 Peristiwa paling baru di edisi-edisi ini adalah pelantikan BJ Habibie sebagai Presiden Indonesia.
110 Badrika, edisi 2000, p52 111 Badrika, edisi 2004, p149 112 Badrika, edisi 2004, p150 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
25
Tabel 12: Zaman reformasi di bukubuku SMU Edisi 2000 Nama bagian
“Reformasi”113
Teks
~ 738 kata
Upayaupaya reformasi yang disebutkan
•
Pemerintah yang bebas dari KKN
•
Koreksi terhadap birokrasi, institusi peradilan dan hukum, dwifungsi ABRI dan sistem DPR/MPR
•
Merupakan sistem pemilihan umum dan kepartaian
•
Restrukturisasi dan rekapitalisasi ekonomi
•
Kebebasan Pers
•
Pemisahan Polri dari ABRI
•
Peristiwa pelanggaran HAM yang belum terungkap tuntas
Sebutan tentang Orde Baru
“banyak masalah yang timbul pada masa Orde Baru belum diselesaikan”114
Jumlah undangundang yang disebutkan
73 (5)
Buku ini menceritakan kronologi peristiwaperistiwa reformasi, mulai dari kemunduran Soeharto sampai dengan pelantikan Presiden Abdurrahman Wahid pada Oktober 1999. Juga dijelaskan beberapa upaya reformasi, supaya pembaca menerima pengetahuan latar belakang tentang zaman reformasi. Siswasiswa bisa membaca latar belakang tersebut, terus mencari materi sendiri dari media massa. Jadi, bagian ini sangat cocok dengan upaya keaktifan siswasiswa yang ada di KBK.
113 Badrika, edisi 2000, p53 114 Badrika, edisi 2000,p55 Bab 4 - Hasil Analisis Buku-Buku Sekolah
26
Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara 1. SMPN 1 SMP Negeri 1 di Jalan Lawu adalah sekolah menengah pertama yang paling tua di Malang. Di SMPN 1, observasi dilakukan pada pelajaran sejarah kelas 3 yang diajar Bu Sudarwati. 37 siswa dari kelas Bu Sudarwati mengisi angketangket.
1.1. Observasi Pelajaran Kelas Bu Sudarwati (Kelas 3) (7 Nopember 2004) Hari ini Bu Sudarwati membahas topik “Peristiwaperistiwa penting pada masa Demokrasi Liberal” di Indonesia. Pelajarannya terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama, guru menceritakan tentang topik pelajaran. Dia mulai dari asalusulnya demokrasi liberal di Indonesia, dan membandingkan demokrasi liberal di Indonesia zaman dulu dengan demokrasi di Indonesia zaman sekarang. Kadangkadang dia mengarahkan pertanyaan kepada kelasnya, biasanya jawabannya merupakan hafalan nama, singkatan atau kata kunci dari topiknya. Siswasiswa mengikuti pelajarannya dalam buku pelajarannya, kadangkadang mencatat juga.
Pada bagian kedua, guru membagi kelasnya menjadi enam kelompok kecil. Setiap kelompok ditugaskan untuk meneliti sebuah topik sendiri (dipilih guru), untuk dipresentasi pada akhir kelas. Dalam setiap kelompok, persiapan merupakan penyalinan dari bukubuku teks, kelihatannya satu atau dua siswa dari setiap kelompok mempunyai buku pelajaran yang lebih baru atau lebih lengkap dari pada bukubuku punya teman temannya, jadi bukubuku ini dipakai sebagai sumber.
2. SMPN 3 SMP Negeri 3 terletak di Jalan Dr Cipto. Di SMPN 3, Pak Muni (guru sejarah kelas 3) diwawancarai. Sejarah kelas 1 (diajar oleh Bu Sujik) dan kelas Pak Muni diobservasi. 73 siswa dari SMPN 3 mengisi angketangket.
Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
27
2.1. Observasi Pelajaran Kelas Bu Sujik (Kelas 1) Kelas hari ini merupakan kelas tanya jawab. Yaitu, guru bertanya dan siswasiswa menjawab. Semua pertanyaan adalah tentang kerajaan kuno HinduBuddha di Indonesia. Guru menceritakan tentang setiap topik, terus bertanya kepada kelas tentang satu aspek topik itu.
Sering, jawaban merupakan istilah atau daftar istilah (misalnya, daftar agama yang ada pada zaman kerajaan HinduBuddha.) Guru juga menjelaskan arti beberapa istilah khusus, misalnya arti istilah bahasa Latin “primus inter pares”.
2.2. Observasi Pelajaran Kelas Pak Muni (Kelas 3) Kelas hari ini mempunyai topik “Periode Demokrasi Liberal 195059”.
Cara pengajaran Pak Muni tidak begitu beda dengan cara guru kelas lain. Yaitu, guru menceritakan tentang subyek dan kadangkadang bertanya kepada kelas tentang sebuah nama atau tanggal. Di kelas ini, aspekaspek yang disebutkan termasuk namanama peristiwa pemberontakan pada periode demokrasi liberal di Indonesia, dan namanama kabinet pemerintah nasional yang dibentuk selama periode demokrasi liberal. Halhal ini tidak dibahas secara dalam.
Beda dengan kelas Bu Sudarwati (yang juga membahas periode demokrasi liberal), kelas Pak Muni lebih berfokus pada peristiwaperistiwa negatif yang terjadi pada masa tersebut. Pak Muni menjelaskan bahwa terlalu banyak kebebasan individu adalah salah satu alasan untuk peristiwaperistiwa pemberontakan pada periode demokrasi liberal.115 Mungkin teori ini merupakan peninggalan dari pengajaran masa Orde Baru, tetapi mungkin juga merupakan upaya untuk menghubungkan periode demokrasi liberal dengan periode demokrasi terpimpin. 115 Dua kali selama kelasnya, Pak Hari memohon saya untuk berpresentasi di depan kelas tentang perbedaan demokrasi liberal di Indonesia dengan demokrasi liberal di Australia. Dia berharap bahwa saya bisa menjelaskan caracara dilalui oleh pemerintah Australia untuk menghindarkan peristiwa pemberontakan seperti yang terjadi di Indonesia. Walaupun saya bisa menjelaskan sedikit, pada saat itu saya tidak bisa memenuhi harapannya! Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
28
Tidak seperti kelas Bu Sudarwati, Pak Muni tidak berusaha untuk membandingkan atau menghubungkan demokrasi pada periode demokrasi liberal dengan demokrasi yang ada di Indonesia sekarang. Sebenarnya, kelihatan bahwa dia tidak begitu sadar tentang keadaan demokrasi liberal di Indonesia saat ini, atau hubungannya dengan demokrasi liberal pada tahuntahun lima puluhan.116
2.3. Wawancara dengan Pak Muni Pak Muni masih menggunakan kurikulum nasional 1999. Semua materi kurikulum sejarah di SMPN 3 berasal dari tingkat nasional.
Di SMPN 3, siswasiswa menerima buku paket untuk kelas sejarah tetapi bebas untuk memilih buku pelajaran lain dari penerbit apa saja. Pak Muni sendiri mempunyai beberapa buku pelajaran dari berbagai penerbit. Dia juga mempunyai buku pedoman guru yang diterbitkan MGMP Malang dan satu lagi buku pedoman khusus yang diproduksi SMPN 3 sendiri untuk guru sejarah kelas 3. Untuk materi lebih baru, misalnya materi tentang zaman reformasi, Pak Muni mencari informasi dari sumbersumber di luar, misalnya dari internet.
Walaupun ada materi lokal dalam materi pelajaran sejarah di SMPN 3, semuanya berkaitan dengan peninggalan kuno (misalnya candicandi) yang ada di daerah Malang. Tidak ada sejarah lokal yang lebih modern. Pak Muni menjelaskan bahwa sejarah kelas 3 berkaitan dengan perkembangan nasional Indonesia, dan oleh karena itu materi lokal tidak harus dimasukkan. Ini berbeda dengan pendapat guruguru lain seperti Pak Hari dan Pak Adi yang merasa bahwa ada beberapa peninggalan atau tempat bersejarah di Malang yang menarik buat pelajar sejarah nasional.
Ketika ditanyakan tentang perbedaan di antara pengajarannya masa ini dan pengajarannya lima atau sepuluh tahun yang lalu, Pak Muni menjawab bahwa tidak ada 116 Ketika berpresentasi di depan kelas, saya mencoba dua kali untuk mengarahkan diskusi kepada demokrasi liberal di Indonesia saat ini. Upaya ini gagal. Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
29
perbedaan dalam prinsipnya. Prinsip materi masih sama. Isi materinya, katanya, tidak begitu berubah tetapi selalu berkembang untuk merefleksikan perkembangan baru selama zaman reformasi. Misalnya, peristiwaperistiwa zaman reformasi sudah dipelajari. Menurut Pak Muni, siswasiswa sekarang lebih berani untuk mempertanyakan atau membicarakan isuisu kontroversi yang dibicarakan di media massa. Dulu, pada masa Orde Baru, sejarah yang kontroversi ini tidak dibicarakan di media massa dan siswasiswa tidak berani mempertanyakannya.
Ketika dipertanyakan tentang sejarah sosial, Pak Muni menjawab bahwa “sejarah ideologi, politik, ekonomi, sosial... semua termasuk dalam sejarah umum”117. Dia mengatakan bahwa semua materi itu sudah ada di buku paket.
Tentang hubungan di antara pelajaran sejarah dan perasaan nasionalisme, Pak Muni menjawab bahwa “yang jelas, sejarah punya peran yg penting dalam nasionalisme”118. Dia berpendapat bahwa pengetahuan tentang sejarah adalah salah satu cara untuk mengetahui bangsa, dan bahwa mengetahui bangsa adalah prakondisi untuk mencintai bangsa dan tanah air. Dia menghafal sebuah peribahasa Jawa, artinya “tidak mungkin sayang kalau tidak kenal.”119
3. SMUN 1 SMU Negeri 1 di Jalan Tugu merupakan salah satu dari tiga sekolah menengah umum yang ada di wilayah Jalan Tugu. Di SMUN 1, Bu Ernawati (guru sejarah kelas 1), Bu Tri (guru sejarah kelas 2) dan Bu Efi (guru sejarah kelas 3) diwawancarai. Kelas Bu Efi dan dua kelas Bu Efi diobservasi. 97 siswa dari SMUN 1 mengisi angketangket.
3.1. Wawancara dengan Bu Ernawati Bu Ernawati mengajar Sejarah Kelas 1 di SMUN 1.
117 Wawancara dengan Pak Muni, 25 Nopember 2004 118 Wawancara dengan Pak Muni, 25 Nopember 2004 119 Wawancara dengan Pak Muni, 25 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
30
Dulu, di bawah Kurikulum 1994 dan 1999, materi sejarah kelas 1 membahas zaman prasejarah dan kerajaan kuno HinduBuddha dan Islam di Indonesia, bersama dengan peradaban kuno Eropa dan Amerika. Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, sudah tidak ada lagi materi tentang Eropa atau Amerika. Semester satu adalah tentang zaman prasejarah dan semester dua adalah tentang kerajaan kuno Indonesia. Materi tentang peradaban kuno Eropa dan Amerika sudah dipindahkan pada kelas 2. Di KBK ada banyak materi baru tentang langkahlangkah dan metode penelitian sejarah, materi yang dulu khusus kurikulum perguruan tinggi. Materi baru ini merupakan salah satu upaya untuk membuat cara pelajaran siswasiswa yang lebih aktif.
Kurikulum Berbasis Sekolah sudah ada di SMUN 1, tetapi tergantung pada setiap guru sendiri. Jadi, guruguru memilih materi pelajaran yang cocok dengan intiinti kurikulum nasional.
Banyak materi pelajaran yang dulu ada di kurikulum dan bukubuku teks sudah tidak ada lagi. Fokus baru terhadap metode penelitian bermaksud bahwa siswasiswa perlu mencari informasi sendiri. Sebenarnya, guruguru juga harus mencari informasi dari sumbersumber selain buku sekolah. Menurut Bu Ernawati, proses ini membuat siswa siswa lebih tertarik dan tidak bosan, dan juga materimaterinya dipelajari lebih efektif. Katanya, “kalau materi di buku teks terlalu luas, siswasiswa cuma menjiplak.”120 Bu Ernawati juga mencoba memilih bukubuku pelajaran yang mempunyai materi yang kurang luas tetapi lebih dalam. Katanya, bukubuku sekolah yang terlalu luas materinya adalah bukubuku sekolah yang masih berdasarkan kurikulum 1999.
Biasanya, supaya siswasiswa di kelasnya tidak bosan, Bu Ernawati mencari dan memilih banyak materi dari sumbersumber selain buku sekolah. Materi yang dicari termasuk materi tentang kehidupan sosial, kehidupan ekonomi, kebudayaan, dan ilmu masyarakat sejarah dan prasejarah. Semua materi ini dipilih sendiri oleh Bu Ernawati, menurut inti inti yang ada di kurikulum nasional. 120 Wawancara dengan Bu Ernawati, 5 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
31
“Sayangnya banyak materi ini sudah ditemukan di SMP”121, katanya. Menurut Bu Ernawati, karena sebagian besar materi kelas 1 SMU merupakan kelanjutan dari materi kelas 1 SMP, guru harus berusaha untuk mencari materi yang lebih menarik dan lebih baru lagi, supaya kelasnya tidak bosan. Satu kali per bulan Bu Ernawati bertemu dengan guruguru sejarah kelas 1 dari sekolahsekolah lain dalam program MGMP untuk membagi dan membandingkan informasinya.
Walaupun Kurikulum Berbasis Sekolah masih baru, Bu Ernawati mengakui bahwa desentralisasi dan kurikulum berbasis sekolah akan memungkinkan dia untuk memasukkan lebih banyak materi sejarah lokal ke dalam silabus. Menurut Bu Ernawati, kalau ada materi lokal, siswasiswa “otomatis harus tertarik.”122
3.2. Observasi Pelajaran Kelas Bu Tri (Kelas 3 Bahasa) Kelas “sejarah budaya” ini merupakan kelas mata pelajaran untuk siswasiswa kelas 3 yang memilih Bahasa (bukan IPS atau IPA.) Ada 12 siswa di kelas ini. Semuanya mengisi angket.
Cara pelajaran di kelas ini kurang resmi, mungkin karena kelasnya lebih kecil dan semua siswasiswa yang ada memilih khusus untuk belajar sejarah budaya (wajib belajar sejarah nasional juga.) Bu Tri berbicara bersama kelas tentang materinya, juga bercandacanda dan membandingkan pendapat siswa masingmasing. Tidak ada penghafalan namanama atau tanggaltanggal. Suasana di kelas merasa lebih terbuka dari pada kelas guruguru yang lain.
Bu Tri menjelaskan bahwa dia berusaha supaya pengajarannya tidak bosan buat siswa siswa, dan bahwa dia berharap untuk memakai cara pengajaran yang lain, misalnya dengan menggunakan VCD, soalnya persediannya kurang.
121 Wawancara dengan Bu Ernawati, 5 Nopember 2004 122 Wawancara dengan Bu Ernawati, 5 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
32
3.3. Observasi Kelas Bu Efi (Kelas 3 IPA) Kelas Bu Efi hari ini merupakan pengulangan dua topik yang sudah dibahas di kelas, yaitu Pengembalian Irian Barat dan Peristiwa G30S.
Kelasnya dibagi menjadi 9 kelompok dan setiap kelompok ditugaskan untuk menyiapkan daftar pertanyaan dan daftar jawaban tentang bermacammacam aspek peristiwa tersebut, satu pertanyaan per aspek. Pertanyaan dan jawabannya dimaksud untuk didiskusikan di kelas. Aspekaspek yang dipilih Bu Efi kuranglebih menuruti struktur yang ada di buku pelajaran.
Walaupun kelasnya diberi waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan tugas ini, ternyata bahwa tugasnya memakan waktu sepanjang periode kelas. Bu Efi tidak begitu aktif, yaitu dia tidak membantu atau berkomentar terhadap aktivitas kelompokkelompok siswa. Di antara kelompokkelompok sendiri, diobservasi bahwa ada yang mengerjakan tugasnya secara rajin, dan ada juga yang tidak rajin.
Kelas Bu Efi merupakan salah satu dari dua kelas yang dinilai paling tidak menarik oleh siswanya.123 Walaupun mungkin ada alasan lain untuk ketidaktertarikan siswasiswa124, cara pengajaran Bu Efi (yang tidak aktif) pasti menimbulkan rasa bosan di siswa siswanya.
3.4. Observasi Kelas Bu Tri (Kelas 2) Hari ini kelas Bu Tri membahas dua ideologi dalam konteks sejarah, yaitu liberalisme dan kolonialisme/imperialisme.
Untuk pembahasan liberalisme, Bu Tri menulis di papan tulis bahwa akan dibahas Pengertian Liberalisme, TokohTokoh Penting tentang Liberalisme, dan Wujud Liberalisme.
123 Lihat Tabel 22 124 Lihat halaman 46 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
33
Untuk pengertian liberalisme, Bu Tri bertanya kepada kelas tentang definisi liberalisme dan membicarakan jawabannya. Kalau tidak ada siswa yang bersedia memberi jawaban, dia memilih seseorang dari daftar absen.
Setelah pembahasan definisi kata liberalisme, Bu Tri menulis daftar tokohtokoh utama dalam liberalisme, yaitu penulis yang menciptakan konsep liberalisme, di papan tulis. Dia juga menulis juduljudul karyanya. Dia tidak menjelaskan tentang penulispenulis atau bahan karyanya, atau bahkan menerjemahkan juduljudul karyanya, yang semua tertulis dalam bahasa Inggris. Sebenarnya, tentang tokohtokoh liberalisme, dia hanya menyimpulkan bahwa “pokoknya, tentang ekonomi”125.
Tentang imperialisme dan kolonialisme, Bu Tri membahas lebih lanjut. Dia memberikan beberapa contoh imperialisme atau kolonialisme, dan mengjelaskan bahwa bentuk imperialisme sudah berubah ketika terjadi revolusi industri.126
Walaupun cara pengajaran Bu Tri lebih aktif daripada cara Bu Efi, kadangkadang tingkat pembahasan sangat rendah. Materi sering dianggap sebagai daftar untuk dihafalkan, bukan informasi untuk dibahas. Pasti keadaan ini tidak meningkatkan ketertarikan siswa siswa.
3.5. Wawancara dengan Bu Tri dan Bu Efi Di semua kelaskelas Bu Tri dan Bu Efi, siswasiswa bebas untuk memilih buku pelajaran apa saja. Di kelas dua (kelas Bu Tri) buku pelajaran nasional yang dibeli siswa didampingi oleh buku paket dari pemerintah. Di kelas tiga, buku paket tidak ada. Bu Tri dan Bu Efi masingmasing mempunyai beberapa buku pelajaran yang dianggap berkualitas baik.
Pada zaman pasca Orde Baru, mereka berpendapat bahwa pelajaran sejarah lebih terbuka daripada dulu dan ada lebih banyak materi baru, misalnya materi tentang reformasi. 125 Observasi di kelas Bu Tri, 1 Desember 2004 126 Pada akhir kelas, dia mempersilakan peneliti ini ke depan kelas untuk mendiskusikan pendapatnya tentang imperalisme masa ini, khususnya perang Amerika di Irak. Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
34
Informasi ini dicari oleh guruguru maupun siswasiswa, dari media massa dan juga dari internet. Kalau informasi dicari dari internet, “anakanak lebih pintar mencari materi sendiri”.127
Ketika ditanyakan tentang sejarah khusus sosial dan ekonomi, Bu Tri dan Bu Efi mengakui bahwa tidak begitu banyak sejarah sosial atau ekonomi di kurikulum sejarah. Yang ada, menurut mereka, adalah hanya materi yang berkaitan dengan peristiwa peristiwa yang penting menurut segi pandang sejarah umum, paling banyak yang berkaitan dengan peristiwaperistiwa politik.
Sejarah lokal belum termasuk kurikulum. Walaupun guru sejarah kelas 1128 sudah memasukkan materi tentang peninggalan kuno di daerah Malang, di kelaskelas lain belum ada materi lokal.
Ketika ditanyakan tentang pengajaran pada masa sekarang kalau dibandingkan dengan pengajaran pada masa Orde Baru, Bu Tri dan Bu Efi menjawab bahwa sekarang situasi jauh lebih beda. Sekarang, siswasiswa lebih bersifat kritis. Mereka bertanya “Mana yang autentik? Mana yang benar?”129 Siswasiswa sudah bisa mengevaluasi sendiri dan membuat kesimpulan sendiri. Dulu, walaupun materi kelas sejarah sering dipertanyakan oleh siswasiswa, faktafakta belum ada. Sekarang, dengan keadaan faktafakta dan versi versi yang baru, peran guru adalah untuk memberikan faktafakta tersebut dan membiarkan siswasiswa menilainya sendiri. Kalau faktafakta baru belum ada di buku buku berdasarkan kurikulum 1999, guruguru mencarinya sendiri.
Ketika ditanyakan tentang hubungan di antara pelajaran sejarah dan perasaan nasionalisme, Bu Tri dan Bu Efi menjawab bahwa pelajaran sejarah tidak langsung meningkatkan perasaan nasionalisme secara otomatis. Sebenarnya, jawabnya, nasionalisme itu tidak mudah didefinisi. Pelajaran sejarah bisa meningkatkan perasaan nasionalis, tetapi mungkin perasaan seperti itu tidak termasuk definisi nasionalisme. 127 Bu Efi, Wawancara dengan Bu Tri dan Bu Efi, 1 Desember 2004 128 Wawancara dengan Bu Ernawati, guru sejarah kelas 1, halaman 30 129 Wawancara dengan Bu Tri dan Bu Efi, 24 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
35
4. SMUN 3 SMU Negeri 3 adalah salah satu dari tiga SMU Negeri yang ada di wilayah Jalan Tugu. Di SMUN 3, Pak Adi (guru sejarah kelas 3) diwawancarai dan kelasnya diobservasi. 34 siswa dari kelas Pak Adi mengisi angketangket.
4.1. Observasi Kelas Pak Adi (Kelas 3 IPA) Kelas Pak Adi hari ini adalah tentang latar belakang G30S. Sebenarnya, periode pelajaran ini agak singkat – sebagian besar periode kelas merupakan tes, dan juga sebagian hilang supaya siswasiswa bisa mengisi angket. Pelajaran tentang G30S makan waktu selama tiga puluh lima minit saja.
Semua siswa di kelas Pak Adi dilengkapi dengan dua buku pelajaran, buku pelajaran nasional dari penerbit nasional dan buku karya Pak Adi bersama tiga guru sejarah lain di Kota Malang.130
Untuk pelajarannya, Pak Adi membagi kelasnya menjadi empat kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia di buku pelajaran karya dia. Dia mempersilakan siswasiswa untuk mengambil informasi dari sumbersumber lain, termasuk perpustakaan sekolah. Aktivitas ini makan waktu selama dua puluh minit.
Setelah periode persiapan itu, anggota dari setiap kelompok menjawab pertanyaannya di depan kelas. Setiap jawaban langsung dilanjutkan Pak Adi.
Pengajaran Pak Adi merupakan variasi dari aktivitas kelompok yang ada di kelaskelas yang lain. Walaupun dia menyediakan lebih banyak materi (dan materi dari berbagai macam sumber), dan mempersilakan siswasiswa untuk mencari materi sendiri, cara
130 Prawito, Adi (dan lain) arta – Sejarah Nasional dan Umum SMU 3A Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
36
pengajarannya di kelas ini tidak begitu beda dengan aktivitas kelompok yang ada di kelaskelas guru lain.
4.2. Wawancara dengan Pak Adi Banyak materi yang diajarkan di kelas sejarah Pak Adi adalah materi yang ditulis dia sendiri. Bersama dengan tiga guru sejarah yang lain, dia menulis sebuah buku pelajaran yang bermerek ARTA – Aktif, Rajin dan Terampil. Pak Adi berusaha untuk “masukkan paradigmaparadigma sesuai dengan paradigma zaman reformasi”131 ke dalam karyanya. Sumbersumber untuk informasi ini adalah penerbitan dan informasi baru yang muncul pada zaman reformasi. Dia mencari pendapatpendapat sebanyak mungkin tentang peristiwaperistiwa sejarah. Dalam karyanya, Pak Adi berusaha untuk menyediakan beberapa versi tentang setiap peristiwa, supaya pengetahuan siswasiswa bisa lebih luas dan obyektif. Sebenarnya, dia mulai menerbitkan buku pelajarannya sebelum zaman reformasi, tetapi isiisinya selalu dibaharui.
Ketika ditanyakan tentang pelurusan sejarah, Pak Adi menjawab bahwa pelurusan sejarah tidak bisa terjadi karena setiap peristiwa sejarah sudah terjadi, dan terjadi satu kali saja. Yang bisa diluruskan adalah materimateri yang menceritakan setiap peristiwa. Materi bisa disesuaikan supaya memberi bermacammacam kesan. Jadi, pengetahuan pelajar tentang sebuah peristiwa bisa menjadi lebih obyektif.
Ada beberapa aspekaspek sejarah lokal Malang di buku ARTA karya Pak Adi, misalnya tentang proses pengalihan kekuasaan yang terjadi di Malang pada waktu kemerdekaan Indonesia.
Selain buku ARTA, siswasiswa di kelas Pak Adi dipersilakan untuk memilih bukubuku dan materi pelajaran apa saja. Siswasiswa dipersilakan untuk belajar dari sumber seperti internet dan film. Pak Adi mengatakan bahwa siswasiswa sering memperoleh bermacam macam pendapat tentang sejarah Indonesia. Dia mengakui bahwa kadangkadang ada 131 Wawancara dengan Pak Adi, 1 Desember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
37
siswa yang menemukan versiversi yang belum diketahui Pak Adi sendiri! Pak Adi juga mempersilakan siswasiswanya yang ikut mata pelajaran lain, misalnya sosiologi, untuk menggunakan pengetahuannya di kelas sejarah.
Ketika ditanyakan tentang harapannya terhadap KBK, Pak Adi menjawab bahwa dia mengharap KBK akan dilaksanakan dengan sukses, tetapi dia masih raguragu. Menurut Pak Adi, keberhasilan KBK akan tergantung pada guruguru sendiri. Ada guru yang sudah siap mengajarkan KBK, ada yang belum. Menurut Pak Adi, “guru adalah bahan untuk pengajaran. Kalau kualitas bahannya kurang, tidak bisa diperbaiki.”132 Dia mengatakan juga bahwa pelaksanaan KBK akan memerlukan sumbersumber, seperti media, dan bahwa persediaannya masih kurang.
Menurut Pak Adi, pelajaran sejarah sangat bermanfaat untuk meningkatkan perasaan nasionalis. Melalui pelajaran sejarah, siswasiswa bisa menjadi bangga terhadap tanah airnya.
5. SMUK Santo Albertus SMU Katholik Santo Albertus adalah salah satu sekolah swasta/agama yang didirikan yayasan Sancta Maria. Di SMUK Santo Albertus, Pak Hari (guru sejarah kelas 3) diwawancarai dan kelasnya diobservasi. Empat puluh siswa dari SMUK Santo Albertus mengisi angketangket.
5.1. Observasi Pelajaran Kelas Pak Hari (Kelas 3 IPS) Hari ini, kelas Pak Hari membahas asalusul Orde Baru di Indonesia.
Pak Hari mulai dengan menjelaskan bahwa pernah ada sebuah peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto. Dia menunjukkan buktinya peralihan ini yang tersedia di bukubuku pelajaran, yaitu pembentukan Kabinet Ampera pada Juli 1966. Juga, dia menjelaskan bahwa ada mandat MPRS yang memungkinkan pembentukan 132 Wawancara dengan Pak Adi, 1 Desember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
38
Kabinet tersebut dan menunjukkan bahwa pada saat itu pemerintah legislatif sudah mendukung Pak Soeharto. “Kenapa?”, bertanya Pak Hari, “MPRS tidak lagi mendukung Pak Soekarno, tetapi mendukung Pak Soeharto?” 133
Setelah penjelasan tersebut, Pak Hari mempersilakan siswasiswa untuk mengusulkan sebabsebabnya. Dia menulis semua usulusul dari siswa di papan tulis sambil membicarakan kemungkinan atau ketidakmungkinan masingmasing. Sedikit demi sedikit, dia menjelaskan keadaan pada saat itu kepada kelas.
Teori pendekatan Pak Hari sangat beda dengan pendekatan guruguru yang lain. Pak Hari mulai dengan pembahasan sebuah hal abstrak (peralihan kekuasaan), dan mencari adanya bukti di peristiwaperistiwa bersejarah. Guruguru lain biasanya mulai dari peristiwaperistiwa sendiri. Hanya beberapa juga membahas prosesproses yang ada di bawahnya.
Ada beberapa perbedaan lain di antara pengajaran Pak Hari dan pengajaran guruguru yang lain:
–
Pengajaran Pak Hari lebih cepat. Pak Hari terusmenerus mengalihkan perhatian kelas dari satu hal kepada satu hal baru, mulai dari awal pengajaran sampai akhirnya.
–
Biasanya, guruguru lain yang diobservasi mengikuti sununan yang ada di buku pelajaran. Namun, Pak Hari menambah banyak materi dari luar. Apalagi, susunan pengajaran Pak Hari berdasarkan susunan yang dipilihnya sendiri.
–
Pak Hari selalu meminta siswasiswa untuk memperkirakan atau mengadakan hipotesa tentang topik pelajarannya.
133 Observasi di kelas Pak Hari, 30 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
39
–
Hipotesa tersebut, yang menjadi fokus pengajarannya, semua berkaitan dengan alasan alasan atau kecenderungan yang ada di belakang faktafakta sejarah. Faktafakta, yaitu nama atau tanggal, tidak dianggap sebagai obyek pelajaran. Beda dengan semua kelas kelas lain kecuali dua, penghafalan nama atau tanggal tidak termasuk kelasnya Pak Hari (Ada guruguru lain yang diobservasi, misalnya Pak Muni, yang membahas asal usul peristiwaperistiwa di kelasnya, tetapi juga memerlukan siwasiswa untuk menghafal banyak tanggal dan nama.)
5.2. Wawancara dengan Pak Hari SMUK Santo Albertus mengikuti Kurikulum Nasional seperti sekolahsekolah lain. Ini bermaksud bahwa sekarang hanya kelas 1 yang menggunakan KBK, kelas 2 dan 3 masih menggunakan kurikulum tahun 1999. Materi yang ditambah pada tingkat sekolah, menurut Pak Hari, adalah hanya materi tentang sejarah Katholik misalnya reformasi geraja yang dimasukkan silabus kelas 2.
Buku pelajaran yang digunakan di SMUK Santo Albertus dipilih oleh guruguru sekolah, melalui pertemuan yang disebutkan MGBS. Buku yang dipilih adalah buku yang paling “lebih sedikit kekurangannya”134 dan juga mudah difahami.
Selain itu, untuk mencari materi tambahan untuk pengajaran, guruguru mencari materinya sendiri. Misalnya, guruguru bisa mencari infrormasi yang lain, versiversi yang lain, dari sumbersumber seperti internet, bukubuku, dll. Materi ini dikembangkan guru sendiri. Kurikulum digunakan sebagai pedoman saja.
134 Wawancara dengan Pak Hari, 30 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
40
Kalau pengajaran Pak Hari pada masa ini dibandingkan dengan yang ada lima tahun atau sepuluh tahun yang lalu, dia berkata bahwa prinsipnya sama. Tetapi, sekarang sudah ada banyak informasi dari sumbersumber yang lain tentang sejarah Indonesia. Materi kurikulum ditambahkan banyak versi yang lain terhadap berbagai peristiwa, misalnya peristiwa G30S. Banyak aspek terlihat dari materimateri ini. Pada masa Orde Baru, memang aspekaspek ini masih ada. Tetapi, belum ada materi untuk mendukungnya.
Pak Hari mengatakan bahwa ketika dia membahas sejarah Orde Baru di kelas, sekarang maupun dulu, dia mencoba untuk mengajar tentang sisi positif Orde Baru bersama dengan sisi negatif. Sekarang, katanya, “tentang Orde Baru, siswasiswa cuma tahu jeleknya saja”135 tetapi memang ada sisisisi baik juga. Menurut Pak Hari, reformasi sudah membawa arah baru kepada sejarah. Ada banyak hal yang memang perlu direformasi, misalnya demokrasi dan kebebasan, tetapi dia tidak berpendapat bahwa semua hal harus direformasi.
Tentang KBK, Pak Hari mengharap bahwa KBK akan memberi kesempatan untuk siswa supaya lebih aktif dalam kegiatan belajar. KBK lebih berfokus pada aspekaspek selain pengetahuan, misalnya sikap siswa dan sifat psikomotori.
Pak Hari mengharap bahwa KBK akan memungkinkan lebih banyak materi sejarah lokal dimasukkan ke dalam silabus sejarah. Melalui ini, siswasiswa bisa mengetahui bahwa wilayah di sekitar mereka sendiri juga mempunyai peran di sejarah. Misalnya, kata Pak Hari, Malang pernah menjadi tempat insiden pada waktu perang revolusioner. Ketika informasi ini diberitahu pada siswasiswa di kelas 2, siswasiswa lebih tertarik dan perang revolusioner lebih bermakna bagi mereka.
Pak Hari berpendapat bahwa pelajaran sejarah mempunyai peran penting dalam peningkatan perasaan nasionalisme. Kalau lebih tahu perkembangan masa lalu, katanya, lebih mencintai tanah airnya. 135 Wawancara dengan Pak Hari, 30 Nopember 2004 Bab 5 - Hasil Observasi dan Wawancara
41
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa Angket diisi oleh 282 siswasiswa dari sekolahsekolah yang dikunjungi.136 Contoh angket tersedia di Lampiran A.
Semua jawaban dari angket dikumpulkan dengan pengunaan software gratis “OpenOffice Calc” (seperti Microsoft Excel, tetapi gratis.) Semua kalkulasi statistik dilakukan dalam OpenOffice. Printout dari Spreadsheet yang digunakan tersedia di Lampiran B.
1. Identitas Responden 1.1. Responden menurut jenis kelamin Tabel 13: Jenis kelamin responden Jenis kelamin
N
%
Lakilaki
110 39.01%
Perempuan
170 60.28%
Tidak diisi
2 0.71%
Jumlah
282 100.00%
Ketidakseimbangan di antara jumlah responden lakilaki dan jumlah responden perempuan tidak bermakna tentang pengikutan kelas sejarah, karena pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran wajib untuk semua tingkat SMP dan SMA.
1.2. Responden menurut tingkat sekolah dan kelas Tabel 14: Tingkat sekolah responden Kelas
N
%
Keterangan
SMP Kelas 1
31
11.0% Di kelas ini dipelajari prasejarah dan sejarah kuno Indonesia
SMP Kelas 3
80
28.4% Di kelas ini dipelajari sejarah nasional Indonesia
SMU Kelas 2
42
14.9% Di kelas ini dipelajari sejarah Indonesia zaman penjajahan dan juga sejarah dunia
SMU Kelas 3
129
Jumlah SMP Jumlah SMU Jumlah
111 171 282
45.7% Di kelas ini dipelajari sejarah nasional Indonesia
39.4% 60.6% 100.0%
Paling banyak (74%) dari responden adalah siswasiswa kelas 3 SMU dan kelas 3 SMP. Kelaskelas ini paling sering dikunjungi karena materinya berkaitan dengan sejarah 136 Untuk dafar, lihat halaman 12 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
42
nasional Indonesia. Siswasiswa kelas 3 SMP dan kelas 3 SMU juga merupakan siswa siswa yang sudah lulus kelas 1 dan 2, jadi bisa memberi pendapat yang berdasarkan pengalaman luas.
1.3. Responden menurut tempat bersekolah Tabel 15: Tempat bersekolah responden Sekolah
N
%
Keterangan
SMPN 1
37
13.1% 1 kelas
SMPN 3
74
26.2% 2 kelas
SMUN 1
97
34.4% 3 kelas
SMUN 3
34
12.1% 1 kelas
SMUK SA
40
14.2% 1 kelas
Jumlah
282
100.0%
Di kebanyakan sekolah, siswasiswa dari satu kelas saja mengisi angket. Lebih dari satu kelas dikunjungi di dua sekolah, SMPN 3 dan SMUN 1. Variasi disebabkan oleh persediaan waktu peneliti dan guru. Mungkin hasilhasil analisa ini lebih mencerminkan pendapat siswasiswa dari dua sekolah tersebut, yang berjumlah enam puluh persen responden.
2. Pendapat tentang pelajaran sejarah 2.1. Pertanyaan 1 “Apakah anda tertarik pada sejarah Indonesia?” Pertanyaan ini bertujuan untuk menentukan pendapat siswasiswa terhadap sejarah Indonesia sebagai bidang umum, bukan sebagai mata pelajaran di sekolah.
Tabel 16: Responden pertanyaan 1 N a. Sangat tertarik b. Tertarik c. Tidak begitu tertarik d. Tidak tertarik Jumlah
%
Keterangan
35 12.4% 178 63.1% 68 24.1% 1 0.4% 282 100.0%
75% dari responden menjawab bahwa mereka tertarik atau sangat tertarik oleh Sejarah Indonesia.
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
43
Tabel 17: Responden pertanyaan 1 menurut jenis kelamin L
P Jumlah
a. Sangat tertarik
15.45% 10.59% 12.41%
b. Tertarik
64.55% 61.76% 63.12%
c. Tidak begitu tertarik
20.00% 27.06% 24.11%
d. Tidak tertarik Jumlah
0.00%
0.59% 0.35%
100.00% 100.00% 100.00%
Sedikit lebih banyak responden lakilaki memilih jawaban “Sangat tertarik”, dan sedikit lebih banyak responden perempuan memilih jawaban “Tidak begitu tertarik”, tetapi perbedaannya tidak cukup besar untuk berarti.
Tabel 18: Responden pertanyaan 1 menurut tingkat sekolah Siswa SMP a. Sangat tertarik
Siswa SMU Jumlah
4.68%
12.41% 12.41%
b. Tertarik
64.33%
63.12% 63.12%
c. Tidak begitu tertarik
30.41%
24.11% 24.11%
0.58%
0.35% 0.35%
d. Tidak tertarik Jumlah
100.00%
100.00% 100.00%
Hampir tiga kali lebih banyak siswa SMU menjawab bahwa mereka sangat tertarik oleh sejarah Indonesia dari pada siswa SMP. Apalagi, sedikit kurang banyak siswa SMU menjawab bahwa mereka tidak begitu tertarik atau tidak tertarik oleh sejarah Indonesia.
Ini mungkin menunjukkan bahwa semakin lama belajar sejarah Indonesia semakin tertarik oleh sejarah Indonesia sebagai bidang umum, atau mungkin bahwa responden yang lebih berusia lebih tertarik oleh sejarah.
2.2. Pertanyaan 2 “Apakah kelas sejarah menarik bagi anda?” Pertanyaan ini lebih spesifik dari pada pertanyaan 1, karena itu berfokus pada mata pelajaran sejarah di sekolah.
Tabel 19: Responden pertanyaan 2 N a. Sangat menarik b. Menarik c. Tidak begitu menarik d. Tidak menarik Jumlah
% Keterangan
20
7.1%
164
58.2%
92
32.6%
6
2.1%
282
100.0%
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
44
Kelihatan bahwa pendapat siswasiswa terhadap kelas sejarah tidak jauh lebih beda dari pendapatnya terhadap sejarah sebagai bidang umum. Namun, jelas bahwa sekitar sepuluh persen lebih banyak siswa menjawab “tidak begitu tertarik” atau “tidak tertarik”, kalau dibandingkan dengan jawaban pertanyaan 1.
Tabel 20: Jawaban pertanyaan 2 dibandingkan dengan jawaban pertanyaan 1 Kenyataan137 Kelas lebih menarik
%
Keterangan
Siswasiswa ini menjawab tingkat ketarikan yang lebih tinggi terhadap pertanyaan 2 9.2% dari pada jawabannya terhadap pertanyaan 1.
Samasama menarik
66.0% Siswasiswa ini menjawab jawaban yang sama terhadap pertanyaan 1 dan 2.
Sejarah lebih menarik
Siswasiswa ini menjawab tingkat ketarikan yang lebih tinggi terhadap pertanyaan 1 24.8% dari pada jawabannya terhadap pertanyaan 2.
Jumlah
100.0%
Hasil ini menunjukkan bahwa hampir seperempat responden merasa bahwa kelas sejarah kurang menarik kalau dibandingkan sejarah di luar kelas.
Tabel 21: Responden pertanyaan 2 menurut tingkat sekolah Kelas 1 SMP
Kelas 3 SMP
Kelas 2 SMU
a. Sangat menarik
22.6%
6.3%
4.8%
4.7%
10.8%
4.7% 7.1%
b. Menarik
77.4%
73.8%
66.7%
41.1%
74.8%
47.4% 58.2%
0.0%
20.0%
28.6%
49.6%
14.4%
44.4% 32.6%
c. Tidak begitu menarik d. Tidak menarik Jumlah
Kelas 3 SMU Jumlah SMP Jumlah SMU Jumlah
0.0%
0.0%
0.0%
4.7%
0.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
3.5% 2.1% 100.0% 100.0%
Kelihatan bahwa di kelas 3 SMU lebih banyak responden menjawab “Tidak begitu tertarik” atau “tidak tertarik”, kalau dibandingkan dengan tingkattingkat yang lain.
137 Untuk menciptakan tabel ini, sebuah pivot table dikalkulasi untuk mengorelasikan jawaban masingmasing responden terhadap pertanyaan 1 dengan jawabannya terhadap pertanyaan 2. Pivot table tersebut tersedia di Lampiran B, Sheet 2, sel A45. Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
45
: Proporsi responden yang menjawab 'c' atau 'd' 0.55 0.5 0.45 0.4
Siswa Kelas 1 SMP
0.35 0.3
Siswa Kelas 3 SMP
0.25
Siswa Kelas 2 SMU
0.2
Siswa Kelas 3 SMU
0.15 0.1
Jumlah
0.05 0
Gambar 1: Proporsi responden yang 'tidak begitu tertarik' atau 'tidak tertarik'
Sebab ketidaktertarikan siswa kelas 3 SMU ini mungkin adalah kurikulumnya, atau pengulangan materi yang sudah dipelajari di SMP.138
Untuk mengetahui kalau hasil ini ratarata di seluruh kelaskelas 3 SMU yang diteliti, atau beda di antara setiap kelas, pertanyaan disusun menurut guruguru kelas. Tabel 22: Responden pertanyaan 2 menurut guru kelas
Tingkat a. Sangat menarik
SMP 1 Kelas 3 (Bu Sudarwati)
SMP 3 Kelas 1 (Bu Sujik)
SMP 3 Kelas 3 (Pak Muni)
SMU 1 Kelas 2 (Bu Tri)
SMU 1 Kelas 3 Bahasa (Bu Tri)
SMU 1 SMU 3 SMUK Kelas 3 Kelas 3 Kelas 3 IPA (Bu IPA (Pak IPS (Pak Efi) Adi) Hari) Jumlah
8.1%
22.6%
4.7%
4.8%
8.3%
4.7%
5.9%
2.5% 7.1%
b. Menarik
70.3%
77.4%
76.7%
66.7%
58.3%
27.9%
29.4%
60.0% 58.2%
c. Tidak begitu menarik
21.6%
0.0%
18.6%
28.6%
33.3%
60.5%
58.8%
35.0% 32.6%
d. Tidak menarik Jumlah
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
7.0%
5.9%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
2.5% 2.1% 100.0% 100.0%
Dari tabel ini, terlihat bahwa walaupun ada lebih banyak responden yang menjawab “tidak begitu menarik” atau “tidak menarik” di semua kelaskelas 3 SMU, paling banyak responden yang menjawab begitu ada di kelas Bu Efi dan kelas Pak Adi.
Ada beberapa teori tentang ketidaktertarikan kelas Bu Efi dan Pak Adi: 138 Untuk diskusi lebih lanjut tentang pengulangan materi, lihat diskusi pertanyaan 7 di halaman 50. Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
46
–
Bahwa ketidaktertarikan disebabkan oleh guruguru sendiri dan gaya pengajarannya. Ini mungkin, tetapi tidak begitu mungkin karena metodemetode Bu Efi dan Pak Adi agak beda. Apalagi, metode Bu Tri dan Bu Efi tidak begitu beda, tetapi kelaskelas Bu Tri ratarata lebih tertarik.
–
Bahwa ketidaktertarikan ada di kelas 3 sejarah di sekolahsekolah negeri karena kurikulum atau cara pengajarannya tidak menarik. Ini tidak begitu mungkin, karena metode pengajaran Pak Adi agak seperti metode pengajaran Pak Hari, dan beda daripada metode Bu Tri.
–
Bahwa ketidaktertarikan disebabkan karena kedua kelas tersebut adalah kelas IPA, dan sejarah itu lebih berkaitan dengan pelajaran IPS. Teori ini didukung oleh hasilhasil yang ada.
2.3. Pertanyaan 3 “Menurut pendapat anda, apakah pelajaran sejarah modern Indonesia penting buat kehidupan anda?” Pertanyaan ini cuma diarahkan pada siswasiswa SMU, karena diperkirakan terlalu kompleks buat siswasiswa SMP.
Tabel 23: Jawaban pertanyaan 3 oleh siswasiswa SMU a. Sangat penting b. Penting c. Tidak begitu penting d. Tidak penting Jumlah
N
%
25
14.6%
107
62.6%
38
22.2%
1
0.6%
171
100.0%
Keterangan
Pola jawaban pertanyaan ini sangat mirip dengan pola jawaban pertanyaan 1.139 Bisa disimpulkan bahwa responden yang tertarik oleh sejarah Indonesia juga merasa bahwa pelajarannya penting buat kehidupan mereka.
139 Lihat Tabel 18 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
47
Untuk menguji hipotesa ini, pivot table diciptakan untuk membandingkan jawaban pertanyaan 1 dengan jawaban pertanyaan 3.140 Pivot table tersebut menunjukkan bahwa 87% dari siswasiswa yang tertarik atau sangat tertarik oleh sejarah juga merasa bahwa sejarah penting atau sangat penting buat kehidupannya.
2.4. Pertanyaan 4 “Apakah anda tertarik oleh gaya hidup atau pola pikir orang-orang zaman dahulu?” Tabel 24: Jawaban pertanyaan 4 N
%
28
9.9%
b. Tertarik
128
45.4%
c. Tidak begitu tertarik
105
37.2%
20
7.1%
1
0.4%
a. Sangat tertarik
d. Tidak tertarik Tidak diisi Jumlah
Keterangan
282 100.00%
Ratarata, terlihat bahwa responden kurang tertarik oleh gaya hidup atau pola pikir orangorang zaman dahulu daripada oleh sejarah sendiri.
Analisa menurut jenis kelamin141 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berarti di antara responden lakilaki dan responden perempuan.
Tabel 25: Jawaban pertanyaan 4 dibandingkan dengan jawaban pertanyaan 1 Kenyataan142
%
Keterangan
Lebih tertarik oleh pola pikir dan gaya hidup orangorang zaman dahulu
Siswasiswa ini menjawab tingkat ketarikan yang lebih tinggi terhadap pertanyaan 4 17.4% dari pada jawabannya terhadap pertanyaan 1.
Samasama tertarik
43.3% Siswasiswa ini menjawab jawaban yang sama terhadap pertanyaan 1 dan 4.
Lebih tertarik oleh sejarah
Siswasiswa ini menjawab tingkat ketarikan yang lebih tinggi terhadap pertanyaan 1 39.0% dari pada jawabannya terhadap pertanyaan 4.
Jawaban tidak lengkap Jumlah
0.4% Siswasiswa yang tidak menjawab pertanyaan 4 (semua menjawab pertanyaan 1.) 100.0%
Ini menunjukkan bahwa begitu banyak siswa-siswa tertarik oleh aspek-aspek sejarah yang bukan gaya hidup atau pola pikir orang-orang zaman dahulu. Memang ada banyak aspek-aspek selain itu, misalnya peristiwa-peristiwa politik dan perkembangan ekonomi. 140 Pivot Table ada di Lampiran B 141 Lampiran B, Sheet 3, sel F24 142 Untuk menciptakan tabel ini, sebuah pivot table diciptakan untuk mengorelasikan jawaban masingmasing responden terhadap pertanyaan 1 dengan jawabannya terhadap pertanyaan 2. Pivot table tersebut tersedia di Lampiran B, Sheet 3, sel A35. Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
48
2.5. Pertanyaan 5 “ 'Kelas sejarah meningkatkan perasaan nasionalisme.' Setuju atau tidak?” Tabel 26: Jawaban pertanyaan 5 a. Sangat setuju b. Setuju
N
%
78
27.7%
155
55.0%
c. Tidak setuju
21
7.4%
d. Tidak tahu
27
9.6%
Tidak diisi Jumlah
1
0.4%
282
100.0%
Jelas bahwa kebanyakan (82.7%) responden setuju bahwa pelajaran sejarah meningkatkan perasaan nasionalisme. Analisa menunjukkan bahwa, walaupun lebih banyak lakilaki menjawab sangat setuju dan lebih banyak perempuan menjawab setuju, tidak ada perbedaan berarti menurut jenis kelamin.143
Dari responden yang sangat tertarik atau tertarik oleh sejarah Indonesia, 88% juga setuju bahwa pelajaran sejarah meningkatkan perasaan nasionalisme.144 Apalagi, 68% responden yang tidak begitu tertarik atau tidak tertarik oleh sejarah Indonesia setuju juga bahwa pelajaran sejarah meingkatkan perasaan nasionalisme.145
Hampir sepuluh persen responden menjawab bahwa mereka tidak tahu. Ini mungkin merupakan kesalahan responden karena jawaban 'd' bermaksud tidak setuju, bukan tidak tahu, buat semua pertanyaan lain. Oleh karena itu, ada kemungkinan kecil bahwa sebanyak 17% responden merasa bahwa pelajaran sejarah tidak meningkatkan perasaan nasionalisme.
2.6. Pertanyaan 6 “Menurut pendapat anda, bisakah materi pelajaran kelas sejarah dipercayai?” Seperti pertanyaan 3, pertanyaan ini hanya diarahkan pada siswasiswa SMU, karena diperkirakan terlalu sulit buat siswasiswa SMP.
143 Untuk menciptakan tabel ini, sebuah pivot table diciptakan untuk mengorelasikan jawaban masingmasing responden terhadap pertanyaan 1 dengan jawabannya terhadap pertanyaan 2. Pivot table tersebut tersedia di Lampiran B, Sheet 5, sel A1, 144 Untuk kalkulasi, melihat Lampiran B, Sheet 5, sel F24 145 Untuk kalkulasi, melihat Lampiran B, Sheet 5, sel F25 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
49
Tabel 27: Jawaban pertanyaan 6 oleh siswasiswa SMU a. Ya, selalu b. Biasanya, ya c. Kadangkadang, ya d. Biasanya, tidak e. Sama sekali tidak Jumlah
N
%
27 89 50 4 1 171
15.8% 52.0% 29.2% 2.3% 0.6% 100.0%
Hampir sepertiga responden menjawab bahwa materi pelajarannya hanya kadangkadang bisa dipercayai, bahkan tidak bisa dipercayai. Analisa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan berarti di antara jawaban pertanyaan ini dan ketertarikan responden terhadap sejarah atau kelas sejarah.146
Tabel 28: Jawaban pertanyaan 6 menurut kelas 147 SMU 1 Kelas 2 (Bu Efi) a. Ya, selalu b. Biasanya, ya c. Kadangkadang, ya d. Biasanya, tidak e. Sama sekali tidak Jumlah
28.6% 45.2% 26.2% 0.0% 0.0% 100.0%
SMU 1 Kelas 3 SMU 1 Kelas 3 SMU 3 Kelas 3 SMUK D Kelas Bahasa IPA IPA 3 IPS (Bu Tri) (Bu Tri) (Pak Adi) (Pak Hari) Jumlah 33.3% 33.3% 33.3% 0.0% 0.0% 100.0%
7.0% 62.8% 25.6% 4.7% 0.0% 100.0%
8.8% 52.9% 29.4% 5.9% 2.9% 100.0%
12.5% 52.5% 35.0% 0.0% 0.0% 100.0%
15.8% 52.0% 29.2% 2.3% 0.6% 100.0%
Tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan besar di antara kelas masingmasing. Namun, tidak ada responden dari kelas Pak Hari atau kelas Bu Tri yang merasa bahwa materi pelajarannya biasanya tidak bisa dipercayai. Mungkin, jawaban negatif tidak muncul di kelas sejarah budaya Bu Tri karena tidak berkaitan dengan sejarah nasional Indonesia. Bisa dihipotesa bahwa Pak Hari (yang memasukkan informasi dari sumber sumber luar ke dalam silabusnya148) mengajarkan materi yang lebih mudah dipercayai siswasiswa.
2.7. Pertanyaan 7 “Bagaimana pendapat anda tentang materi yang dipelajari di kelas sejarah anda?” Pertanyaan ini bersifat terbuka, jadi jawabannya bermacammacam. Supaya bisa dianalisa, jawabanjawaban disusun menurut halhal yang disebutkan responden. Kodekode dipilih 146 Pivot table yang menunjukkan ini ada di Lampiran B, Sheet 6, A27 dan A39 147 Pivot table yang merupakan dasar tabel ini ada di Lampiran B, Sheet 6, sel A15 148 Observasi pengajaran Pak Hari, halaman 39 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
50
untuk jawaban masingmasing. Untuk setiap jawaban, lebih daripada satu kode bisa dihitung (kalau responden mengatakan lebih dari satu hal.)
Tabel 29: Halhal yang disebutkan oleh responden pertanyaan 7 Hal149 Positif tanpa kecaman Positif tetapi ada kecaman Komentar pengulangan materi dari SD/SMP Kelas membosankan Penghafalan Guru Kwantitas materi Materi membosankan Pelajaran sejarah dari luar negeri Perjalanan ke lapangan
N150
%
Keterangan
107 37.9% Responden mengatakan jawaban positif, misalnya bahwa kelasnya menarik atau penting. 80 28.4% Responden mengatakan sesuatu positif tentang pelajaran sejarah, tetapi juga mengritik sesuatu. 50 17.7% Responden memberi alasan atau contoh untuk mendukung kenyataannya. Responden mengatakan bahwa sebagian besar materinya merupakan pengulangan dari kelaskelas 34 12.1% SD atau SMP. 31 11.0% Responden mengatakan bahwa kelas kadangkadang atau sering membosankan. 16 5.7% Responden menyebutkan penghafalan sebagai aspek negatif kelas sejarah. 14 5.0% Responden mengatakan bahwa kemenarikan kelas tergantung pada gurunya. 11 3.9% Responden mengatakan bahwa ada terlalu banyak materi di kurikulum. 10 9 8
Media Nasionalisme Sifat kritis Pelurusan sejarah Sejarah kuno Tidak relevan
7 6 6
Tidak penting
1
Menyedihkan Kekurangan fasilitas Terlalu umum Tidak memberi pendapat Jumlah hal yang disebutkan Mean per responden
1
5 3 2
3.5% Responden menjawab bahwa materi pelajarannya kadangkadang atau sering membosankan. 3.2% Responden lebih tertarik oleh sejarah dunia atau sejarah dari negaranegara yang lain. Responden menjawab bahwa yang membuat kelas sejarah menarik adalah perjalanan ke tempat 2.8% tempat bersejarah. Responden mengatakan bahwa lebih banyak media (misalnya, VCD) bisa membuat kelasnya lebih 2.5% menarik. 2.1% Responden menyebutkan hubungan di antara pelajaran sejarah dan nasionalisme. 2.1% Responden menunjukkan sifatsifat kritis mengenai orientasi atau ideologi materi pelajarannya. 1.8% Responden menyebutkan isuisu kebenaran atau 'pelurusan sejarah'. 1.1% Responden lebih tertarik oleh sejarah kuno dari pada sejarah modern. 0.7% Responden mengatakan bahwa kurikulum tidak relevan buat kehidupannya. Responden menjawab bahwa dia tidak merasa bahwa pelajaran sejarah penting dalam 0.4% kehidupannya. Responden menjawab bahwa pelajaran sejarah menyedihkan karena banyak peristiwaperistiwa 0.4% buruk.
1 1
0.4% Responden mengatakan bahwa ada kekurangan fasilitas buat pelajar. 0.4% Responden mengatakan bahwa materi terlalu umum. Responden tidak menjawab pertanyaan, atau memberi fakta saja (misalnya, “materi kelas ini adalah 10 3.5% kelas sejarah nasional”). Jumlah ini lebih dari pada jumlah siswa karena ada jawaban yang memasukkan beberapa hal dari 401 142.2% daftar ini. 1.42
Ratarata, setiap responden menyebutkan 1.42 hal yang termasuk daftar ini.
66% responden berpendapat bahwa ada pelajaran sejarah bersifatsifat baik (misalnya menarik atau penting) Hampir 38% juga menyebutkan kecaman tentang pelajaran sejarah. Mungkin sebagian dari jawaban positif ini disebabkan oleh responden yang malas (walaupun ada jawaban yang berbentuk satu atau dua paragraf, ada juga yang berbentuk 149 Halhal di tabel ini diidentifikasikan peneliti pada waktu pembacaan angket dan pemasukan jawaban dari angketangket ke dalam Spreadsheet. Setiap hal dilambangkan huruf yang dimasukkan ke dalam daftar jawaban untuk dianalisa (Lampiran B, Sheet 1.) Kunci hurufhuruf tersedia di Lampiran C. 150 Untuk menghitung jumlah sebutan setiap hal (yaitu, menghitung hurufhuruf yang ada di daftar jawaban) dipakai fungsi DataPilot dan Regular Expressions di OpenOffice Calc. Sisasisa kalkulasinya ada di Lampiran B, Sheet 7. Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
51
dua atau tiga kata saja. Responden sering menulis 'Relevan' atau 'Cukup menarik', yang dihitung sebagai jawaban positif.) Namun, bisa disumpulkan bahwa sekitar sepertiga persen responden tidak mempunyai kecaman terhadap pelajarannya.
Beberapa halhal yang ada di daftar Tabel 29 sering disebutkan bersama dengan halhal lain, sebagai berikut: Tabel 30: Halhal yang sering berkombinasi dalam jawaban pertanyaan 7 Kombinasi
N
%
Keterangan
Menarik / Membosankan 38 13.5% Responden mengatakan bahwa kelas kadangkadang menarik dan kadangkadang membosankan. Menarik / pengulangan Responden mengatakan bahwa kemenarikan kelas tergantung pada kalau materinya merupakan materi 12 4.3% pengulangan dari kelaskelas SD atau SMP. Menarik / Penghafalan 8 2.8% Responden mengatakan bahwa kelas sejarah menarik, kecuali penghafalan. Bosan / Responden mengatakan bahwa kelas sejarah membosankan karena tidak pernah ke tempattempat Perjalanan 5 1.8% bersejarah atau musium. Menarik / Media 4 1.4% Responden mengatakan bahwa kelasnya menarik karena guru menggunakan berbagai macam media. Menarik / Guru 4 1.4% Respondan mengatakan bahwa kelasnya menarik karena gurunya. Bosan / Media 3 1.1% Responden mengatakan bahwa kelasnya membosankan karena kekurangan mediamedia. Bosan / Guru 2 0.7% Responden mengatakan bahwa kelasnya membosankan karena gurunya.
Banyak responden merasa bahwa pengulangan materi yang terjadi di kelaskelas SMU membuat pelajaran sejarah kurang menarik atau membosankan. Banyak responden berharap bahwa gurugurunya akan menggunakan teknikteknik yang menarik, misalnya mediamedia seperti VCD, dan banyak juga berpendapat bahwa kemenarikan kelas tergantung pada gurunya. Penghafalan, dan pemakaian materi yang tidak dalam, adalah teknik pengajaran yang paling sering dikritik responden. Beberapa responden juga merasa bahwa perjalanan ke tempattempat bersejarah bisa meningkatkan ketertarikan siswa siswa.
Semua kecaman terhadap metode pengajaran, kecuali saranan tentang perjalanan ke tempattempat bersejarah, sudah muncul di wawancara bersama guruguru. Jadi, baik guru maupun siswa mempunyai kecamankecaman yang sama terhadap pendidikan sejarah. Bisa disimpulkan bahwa ada kekurangan dalam pelaksanaan metodemetode pelajaran yang baik.
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
52
2.8. Pertanyaan 8 “Menurut pendapat anda, apakah peristiwa-peristiwa ini penting untuk dipelajari atau tidak?” Tabel 31: Frekwensi jawabanjawaban pertanyaan 8
Kemerdekaan RI a. Sangat penting
G30S
Orde Baru
Pelanggaran HAM pada zaman Orde Tumbang Orde Baru Baru
Zaman Reformasi
216
99
47
103
60
114
57
134
162
122
127
132
c. Tidak begitu penting
6
38
62
48
84
33
d. Tidak penting
2
9
7
8
8
0
Tidak diisi
1
2
4
1
3
3
282
282
282
282
282
282
b. Penting
Jumlah
Sejarah modern ekonomi RI
Sejarah Sejarah lokal Sejarah dari Integrasi dan modern sosial Malang / Jawa pulaupulau di kemerdekaan RI Timur luar Jawa Timor Timur 66
85
88
40
41
137
144
123
126
100
72
43
56
101
109
5
6
15
14
32
2
4
0
1
0
282
282
282
282
282
Tabel 32: Proporsi jawabanjawaban pertanyaan 8 Pelanggaran HAM pada zaman Orde Tumbang Orde Baru Baru
Kemerdekaan RI
Zaman Reformasi
G30S
Orde Baru
a. Sangat penting
76.6%
35.1%
16.7%
36.5%
21.3%
40.4%
b. Penting
20.2%
47.5%
57.4%
43.3%
45.0%
46.8%
c. Tidak begitu penting
2.1%
13.5%
22.0%
17.0%
29.8%
11.7%
d. Tidak penting
0.7%
3.2%
2.5%
2.8%
2.8%
0.0%
Tidak diisi Jumlah
0.4%
0.7%
1.4%
0.4%
1.1%
1.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Sejarah modern ekonomi RI
Sejarah Sejarah lokal Sejarah dari Integrasi dan modern sosial Malang / Jawa pulaupulau di kemerdekaan RI Timur luar Jawa Timor Timur
23.4%
30.1%
31.2%
14.2%
14.5%
48.6%
51.1%
43.6%
44.7%
35.5%
25.5%
15.2%
19.9%
35.8%
38.7%
1.8%
2.1%
5.3%
5.0%
11.3%
0.7%
1.4%
0.0%
0.4%
0.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
53
100.00% 90.00% Kemerdekaan RI
80.00%
Zaman Reformasi
70.00%
G30S
60.00%
Sejarah modern sosial RI
50.00%
Pelanggaran HAM pada zaman Orde Baru
40.00%
Sejarah lokal Malang / Jawa Timur
30.00%
Orde Baru
20.00% 10.00% 0.00%
Integrasi dan kemerdekaan Timor Timur
Sejarah modern ekonomi RI Tumbang Orde Baru Sejarah dari pulau-pulau di luar Jawa
Gambar 2: Proporsi responden yang menjawab 'penting' atau 'sangat penting'
Jelas bahwa peristiwa kemerdekaan RI dianggap sebagai peristiwa paling penting dipelajari responden. Lebih dari tigaperempat responden menanggapinya sebagai “sangat penting untuk dipelajari.” Semua peristiwa, kecuali 'integrasi dan kemerdekaan Timor Timur', 'sejarah dari pulaupulau di luar Jawa', dan 'tumbang Orde Baru', dianggap sebagai penting atau sangat penting oleh lebih dari 70% responden.
Persepsi ketidakpentingan terhadap sejarah modern Timor Leste (penting atau sangat penting menurut hanya 50% responden), pulaupulau di luar Jawa (penting menurut 59%), dan tumbangnya Orde Baru (penting menurut 66%) bermaksud bahwa tiga bidang yang sekarang paling banyak direvisi oleh penerbit bukubuku pelajaran151 tidak dianggap sebagai peristiwaperistwa yang penting oleh pelajar. Diharap bahwa revisirevisi dalam materi pelajaran akan meningkatkan ketertarikan siswasiswa.
Walaupun tumbang Orde Baru tidak dianggap sebagai begitu penting, zaman reformasi dianggap sebagai penting. 43% responden menanggap tumbang Orde Baru sebagai kurang penting daripada zaman reformasi, walaupun hanya 7% menjawab sebaliknya.152 Ada beberapa hipotesa tentang kecenderungan ini:
151 Lihat halaman 14 dan 19 152 Hasil ini berdasarkan Pivot table yang ada di Lampiran B, Sheet 4, sel A55 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
54
–
Bisa dihipotesa bahwa tumbangnya Orde Baru dianggap kurang penting karena sudah banyak dibahas di media massa dan wacana umum, dan juga mungkin karena peristiwaperistiwanya masih agak baru (ketika terjadinya, semua responden sudah bersekolah.) Namun, zaman reformasi lebih baru lagi dan juga sering dibahas di media massa.
–
Mungkin kecenderungan ini mencerminkan keinginan siswasiswa untuk belajar sejarah Indonesia yang positif, bukan negatif. Namun, pelajaran pelanggaran HAM (sesuatu yang memang sangat negatif) dianggap lebih penting daripada tumbangnya Orde Baru.
–
Ada kemungkinan bahwa reformasi dianggap lebih penting karena merupakan sesuatu positif yang ditimbulkan tumbangnya Orde Baru.
–
Mungkin tumbangnya Orde Baru dianggap tidak penting karena sangat berkaitan dengan perkembangan ekonomi (pelajaran sejarah ekonomi tidak begitu penting menurut responden.)
–
MungkintTumbangnya Orde Baru dianggap sebagai tidak penting karena berkaitan dengan Orde Baru sendiri, yang juga dianggap sebagai tidak penting. Mungkin siswa siswa sudah muak dengan pelajaran tentang Orde Baru, atau memikir bahwa hal itu tidak penting karena masa Orde Baru sudah selesai. Teori ini didukung oleh pendapat Pak Hari yang berkata bahwa siswasiswa hanya tahu aspekaspek negatif Orde Baru.153
Mungkin sikap ketidakpentingan Timor Leste berkaitan dengan sikap terhadap Orde Baru. Namun, sebenarnya, kemerdekaan Timor Leste lebih berkaitan dengan sejarah zaman reformasi yang lebih populer. Mungkin Timor Leste tidak dianggap sebagai sebagian sejarah Indonesia yang penting karena Timor Leste sudah tidak termasuk republik Indonesia, atau karena Timor Timur tidak sebagian pulau Jawa. 153 Lihat halaman 41 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
55
Sikap siswasiswa terhadap sejarah dari luar Jawa begitu mencemaskan karena pernah ada banyak kecaman tentang kebijakan jawasentris Orde Baru, termasuk materi pelajaran yang a jawasentris.154 Memang, bukubuku pelajaran belum dimasuki banyak materi sejarah di luar Jawa, dan kurang banyak lagi dari pulaupulau selain Jawa dan Sumatra.
Satu jenis peristiwa yang dianggap sebagai penting oleh hampir 80% responden, pelanggaran HAM yang terjadi pada waktu Orde Baru, sekarang hampir tidak masuk bukubuku pelajaran.155
154 Lihat halaman 5 155 Lihat halaman 21 Bab 6 - Hasil angket dari siswa-siswa
56
Bab 7 - Kesimpulan 1. Kekurangan metodologi Ada beberapa saran tentang bagaimana hasil studi ini bisa dilanjutkan pada masa depan dengan metodologi yang lebih lengkap. Ditemukan juga beberapa variabelvariabel yang belum dibahas dalam studi ini.
1.1. Keluasan sample Hanya enam sekolah dan delapan kelas menjadi subyek studi ini. Dari delapan studi kasus ini, tiga contoh (kelasnya Pak Hari, Pak Adi dan kelas sejarah budaya Bu Tri) dianggap sebagai berbeda dengan model dominan yang sering terlihat. Dihipotesa bahwa, kalau lebih banyak kelas diobservasi, lebih banyak model akan diidentifikasi.
1.2. Cara masuk sekolah Untuk semua observasi di sekolah, setiap kelas dimasuki satu kali saja. Kalau studi ini bisa diulangi dengan adanya lebih banyak waktu, kelaskelas bisa lebih sering dikunjungi. Apalagi, kalau peneliti bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan guruguru, pasti bisa memperolah pendapat yang lebih dalam.
1.3. Pemilihan kelas untuk observasi Untuk studi ini, waktu dan tingkat kelas yang dikunjungi dipilih oleh guru. Jadi, dihipotesa bahwa guru mungkin memilih kelas yang lebih pintar, atau melakukan metode pengajaran yang lebih berkesan pada waktu itu. Seperti dibahas di atas, kalau ada lebih banyak waktu, persoalan ini bisa dihindari oleh cara pemasukan yang lebih dalam.
1.4. Geografis Paling sedikit, hasilhasil studi ini terbatas secara geografis, yaitu semua hasil ditemukan di sekolahsekolah di kota Malang. Begitu menarik kalau bisa membandingkan keadaan di Malang dengan kotakota lain di Jawa, atau sekolahsekolah di pedesaan. Lebih Bab 7 - Kesimpulan
57
menarik lagi kalau keadaan di Jawa dibandingkan dengan sekolahsekolah yang ada di luar Jawa.156
1.5. Keadaan Sekolah Semua sekolah yang dikunjungi adalah yang direkomendasi sebagai mempunyai reputasi baik.157 Dalam suasana kompetitif pendidikan Indonesia, pasti ada variasi kualitas di antara sekolahsekolah tersebut dan sekolahsekolah yang mempunyai reputasi (dan biasanya, mutu dan dana) yang kurang.
1.6. Sifat-sifat angket Buat angket yang diisi siswasiswa158, hampir semua pertanyaan mempunyai sifat tertutup. Jadi, data yang diterima lebih bersifat quantitaf. Namun, satusatunya jawaban pertanyaan yang bersifat terbuka159 menghasilkan berbagai macam pendapat. Sering, siswasiswa memberi jawaban yang agak lanjut. Jelas, ada potensi untuk membahas pendapat siswasiswa secara lebih dalam. Pada masa depan, potensi ini bisa dimanfaatkan melalui wawancara, atau angket yang lebih bersifat terbuka.
1.7. Pilihan buku-buku pelajaran Untuk analisa isi buku pelajaran, buku dipilih dari satu penerbit saja.160 Walaupun ini memungkinkan pembahasan perkembangan dalam isinya, kalau bukubuku dari penerbitpenerbit lain termasuk, pasti hasilnya lebih bermanfaat dan lebih mudah disamaratakan.
1.8. Penilaian Studi ini belum membahas sistem penilaian di sekolah, misalnya ujianujian yang ada pada akhir setiap tahun. Dihipotesa bahwa bentuk ujianujian ini mempengaruhi metode pengajaran dan materi pengajaran yang dipilih para guru. 156 Peneliti mengakui bahwa sekarang (buat anak ACICIS) situasi studi di luar Jawa dibatasi oleh keamanan (Security Situation.) Diharapkan bahwa, kalau situasi keamanan menjadi lebih baik, perbatasan ini bisa dibuka. 157 Lihat halaman 13 158 Lihat Bab 6 159 Lihat halaman 50 160 Lihat halaman 11 Bab 7 - Kesimpulan
58
1.9. Pendapat sejarawan Buat hasil studi ini, pendapat sejarawan tentang pendidikan sejarah (dan bagaimana peristiwaperistiwa historis digambarkan) belum ada. Dihipotesa bahwa pendapat sejarawansejarawan bisa memberi pendekatan lebih teoris kepada studinya.
2. Kesimpulan dari analisa materi pelajaran 2.1. Perbedaan di antara buku-buku edisi pra-reformasi dan buku-buku edisi masa reformasi Ditemukan perbedaan besar di antara bukubuku masa Orde Baru dan bukubuku masa reformasi. Paling sedikit, isi bagianbagian tentang peristiwaperistiwa lahir Orde Baru (misalnya, G30S dan dampaknya161) dan peristiwaperistiwa yang terjadi selama masa Orde Baru (misalnya, integrasi dan kemerdekaan Timor Timur162 dan program pembangunan masa Orde Baru163) sudah banyak diubah. Ini menunjukkan bahwa penulisan sejarah untuk bukubuku pelajaran sudah mengalami beberapa perubahan yang pernah dibahas dalam wacana umum.
Walaupun isi bukubuku ini sudah mencerminkan sebuah versi peristiwaperistiwa yang lebih cocok dengan historografi Indonesia zaman reformasi, isinya bisa diperbaiki lagi. Paling sedikit, belum ada pluralitas versi (yaitu, diskusi tentang adanya beberapa versi tentang sebuah peristiwa sejarah.) Ditemukan dari hasil angket bahwa siswasiswa yang belajar dari berbagai sumber menilai sejarah sebagai lebih penting, dan juga mempunyai sikap lebih kritis terhadap materi pelajaran sejarah.
Apalagi, ada beberapa halhal historis yang belum dibahas dalam buku pelajaran zaman reformasi. Misalnya, edisiedisi baru sudah memasukkan beberapa contoh tentang Pelanggaran HAM yang terjadi selama masa Orde Baru164, pembahasan pelanggaran 161 Lihat halaman 18 162 Lihat halaman 14 163 Lihat halaman 22 164 Lihat halaman 21 Bab 7 - Kesimpulan
59
HAM tersebut belum ada. Diharapkan bahwa pada masa depan, materimateri ini bisa dimasukkan buku pelajaran sejarah.
2.2. Perbedaan di antara buku-buku edisi zaman reformasi Juga ditemukan perbedaan besar di antara sikap bukubuku yang diterbitkan selama zaman reformasi. Misalnya, pembahasan asalusul kemerdekaan Timor Leste.165 Dihipotesa bahwa ada perbedaan lebih besar di antara bukubuku Erlangga dan buku buku penerbit lain, karena sudah ada perbedaan di antara pendapat redaktur bukubuku dari satu penerbit tersebut. Walaupun perbedaan isi membuktikan bahwa penulisan buku pelajaran sejarah sudah agak bebas, juga belum ada pluralitas versi dalam bukubuku yang dianalisa.
3. Kesimpulan dari observasi dan wawancara di sekolah Disumpulkan bahwa sudah ada perkembangan dalam bidang pendidikan sejarah, tetapi juga ada banyak yang belum dilaksanakan.
Ditemukan kekurangan dalam cara pengajaran guruguru. Kalau guru menggunakan metodemetode yang lebih menarik, siswasiswanya lebih tertarik dan biasanya menilai pelajaran sejarah sebagai lebih bermanfaat. Kalau guru juga menggunakan materi dari luar buku pelajaran, siswasiswa lebih tertarik lagi dan juga lebih bersifat kritis terhadap sejarah. Semua hal ini tergantung pada kemampuan dan kesediaan guruguru sendiri.
Dari pendapat responden (angket), ditemukan bahwa materi kurikulum bisa direvisi lagi. Siswasiswa mengeluh bahwa banyak materi kelas SMU merupakan pengulangan dari kelas SMP. Apalagi, biasanya siswasiswa yang memilih khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak tertarik oleh sejarah.
165 Lihat halaman 14 Bab 7 - Kesimpulan
60
Guruguru dan siswasiswa biasanya berpendapat bahwa pelajaran sejarah bisa meningkatkan perasaan nasionalisme, tetapi bahwa ini bukan fungsi utama sejarah. Sering muncul pendapat bahwa sejarah adalah cara paling baik untuk kenal sifatsifat tanah air.
4. Saran Dari hasil penelitian ini, muncul beberapa saran untuk DepDikNas, sekolahsekolah dan para guru sejarah.
•
Bahwa kurikulum direvisi supaya materi tidak selalu diulangulang. Kalau sebuah peristiwa dibahas dua kali, misalnya di SMP dan SMU, kurikulum harus menentukan sifatsifat mana yang dibahas di SMP dan mana yang dibahas di SMU. Diharapkan bahwa pembahasan di SMU bisa merupakan kelanjutan dari pembahasan di SMP, bukan pengulangan.
•
Bahwa sejarah kelas 3 SMU dijadikan mata pelajaran pilihan, bukan wajib. Sekarang, siswasiswa kelas 3 SMU yang memilih IPA sering menganggap sejarah sebagai tidak penting atau tidak menarik dipelajari. Apalagi, semua materi kelas 3 SMU merupakan materi yang pernah dibahas di SMP dan SD. Kalau sejarah menjadi subyek pilihan kelas 3 SMU, siswasiswa yang mengikutinya bisa membahas materi secara lebih lanjut, walaupun siswasiswa yang tidak mengikutinya bisa memilih mata pelajaran yang lebih menarik dan bermanfaat bagi mereka.
•
Bahwa guruguru didorong untuk menggunakan cara pengajaran yang lebih menarik bagi siswasiswa. Paling sedikit, kalau guruguru membahas materi pelajaran secara mendalam dan juga merencenakan kelaskelas yang lebih aktif buat siswa, pengajarannya akan jauh lebih bermanfaat.
Perubahan ini bisa dilaksanakan melalui perguruan tinggi (tempat pelatihan guru) tetapi juga melalui kerjasama di antara guruguru. Sudah ada lembagalembaga yang Bab 7 - Kesimpulan
61
bisa memberi fasilitas untuk kerjasama ini, misalnya MGMP. Guruguru harus didorong untuk mengikuti lembagalembaga tersebut secara aktif dan mengontribusi kepadanya.
•
Bahwa guruguru memasukkan materi pelajaran dari sumbersumber selain buku pelajaran nasional. Karena isi buku pelajaran nasional merupakan materi yang dinilai dalam ujian nasional, perkembangan besar dalam hal ini perlu dukungan DepDikNas. Namun, sudah jelas bahwa teknik pengajaran yang memasukkan materi dari luar buku pelajaran memimbulkan siswa yang lebih tertarik, dan lebih mampu membahas materi pelajarannya secara dalam.
•
Bahwa guruguru memberi saran tentang pilihan buku pelajaran oleh siswasiswa. Yaitu, guruguru harus membahas isi bukubuku pelajaran dan memberi saranan tentang buku yang paling cocok buat siswasiswa.
Bab 7 - Kesimpulan
62
Bab 8 - Penutup Memang pernah ada pelaksanaan reformasi dalam pendidikan sejarah. Cocok dengan peribahasa klise yang dicantumkan pada awal laporan ini, pergantian penguasa sudah dicerminkan dalam wacana resmi baru pendidikan sejarah. Walaupun demikin, pelaksanaan reformasi ini belum sempurna. Ada banyak yang belum dilaksanakan.
Paling sedikit, mutu pengajaran yang ada di sekolahsekolah masih rendah. Untuk mengulangi katakata Pak Adi, “guru adalah bahan untuk pengajaran.”166 Kalau kualitas bahannya kurang, kualitas pengajarannya kurang. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi memberi kesempatan kepada guruguru untuk meningkatkan standar pengajarannya. Semoga bahwa kesempatan ini akan dimanfaatkan. Namun, sudah ada banyak perkembangan dalam pengajaran sejarah kalau dibandingkan dengan pengajaran pada masa Orde Baru. Materimateri lebih bersifat terbuka, dan siswasiswa maupun guru boleh mempertanyakan materi yang ada.
Pendapat siswasiswa terhadap pelajaran sejarah juga agak positif. Kalau gurunya berusaha untuk menyampaikan informasi yang menarik, kelaskelas biasanya berpendapat sangat positif.
Kalau penelitian ini dilanjutkan pada masa depan, diharapkan bahwa akan muncul beberapa saran lagi tentang bagaimana membuat pelajaran sejarah lebih menarik dan lebih bermakna bagi siswasiswa, dan juga bagaimana standar pengajaran guru sejarah bisa dinaikkan.
166 Wawancara dengan Pak Adi, 1 Desember 2004 Bab 8 - Penutup
63
Lampiran A - Contoh-contoh angket Angket yang dikasih kepada siswasiswa SMP
I
Angket yang dikasih kepada siswasiswa SMU:
II
Lampiran B - Spreadsheet Spreadsheet (OpenOffice Calc) ini digunakan untuk mengalkulasikan hasil angket.
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
Lampiran C - Kunci huruf-huruf yang dipakai untuk menyusun jawaban pertanyaan 7 Kode
Keterangan
M
Relevan/menarik/penting, atau komentarkomentar positif yang lain.
N
Sebutkan nasionalisme.
C
Komentar individu, misalnya “Pendapat saya materinya memang susah untuk dipelajari tetapi enak untuk didalami”
B
Metode pengajaran Membosankan
Z
Materi pelajaran membosankan
Se
“Tinggal bagaimana siswasiswanya untuk menanggapi arti dari pelajaran sejarah itu sendiri dan apa maksudyna”
MB
Kadangkadang menarik, tetapi bisa membosankan juga.
Bing
Materi membingungkan.
K
Jawaban kritis tentang materi atau pelajaran sejarah.
H
Hafalan yang membuat kelasnya membosankan.
U
Materi diulangulang setiap tahun.
Q
Kwantitas materi terlalu banyak.
R
Kurikulum tidak relevan.
F
Perjalanan ke lapangan yang menarik buat responden.
Fas
Kekurangan fasilitas di kelas.
G
Ketertarikan materi tergantung pada gurunya.
Um
Materi terlalu umum, kurang dalam.
Cer
“Terlalu banyak dalam bentuk cerita”
L
Menyebutkan isuisu kebeneran, pelurusan sejarah, dll
P
Lebih tertarik oleh sejarah purba/kuno, sejarah kebudayaan, dari pada sejarah modern.
Luar
Lebih tertarik oleh sejarah dair luar negeri / sejarah dunia
Med
Media membuat kelasnya kurang bosan (misalnya, video, VCD, film.)
Pent
Materi tidak penting buat kehidupan siswa.
Y
Materi menyedihkan
XIV
Daftar Pustaka Adam, Asvi Warman (2004) Pelurusan Sejarah 1965 di KOMPAS Opini, edisi 15 Januari 2004 (diakses melalui http://www.kompas.co.id) Audience Dialogue (2004) Using Excel for Survey Analysis. Diakses melalui http://www.audiencedialogue.org/excel1.html Badrika, I. Wayan (penyusun) (1997) Sejarah Nasional Indonesia dan Umum, Jilid 3 Untuk Kelas 3 SMU Kurikulum 1994. Jakarta : Erlangga Badrika, I. Wayan (penyusun) (2000) Sejarah Nasional Indonesia dan Umum Jilid 3 untuk SMU Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta : Erlangga Basri, M. Hasan (2002) Forum Otonomi Pendidikan di KOMPAS 14 Juni 2002 (diakses melalui http://www.kompas.co.id/) Bjork, Christopher (2003) Local Responses to Decentralization Policy in Indonesia di Comparative Education Review 47, May 2003 Departemen Pendidikan Nasional (2003) Draf Standar Kompetensi : Mata Pelajaran Sejarah. Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004) Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004) Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Gaworek, N.H. (1977) Education, Ideology and Politics: History in Soviet Primary and Secondary Schools in The History Teacher, Vol. 11 No. 1 (Nov 1977) Kansil, C.S.T. (penyusun) (1996) IPS Sejarah, Jilid 3 SLTP. Kurikulum 1994. Jakarta : Erlangga King, Dwight Y. (1998) Reforming Basic Education and the Struggle for Decentralized Educational Administration in Indonesia di Journal of Political and Military Sociology, Vol. 26 1998 Kurnia, Drs. A. & Suryana, Drs. H. Moh. (penyusun-2) (2002) IPS Sejarah untuk Kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sesuai Kurikulum 1994 yang Disempurnakan. Jakarta : Yudhistira Long, Simon (1997) Not Fair in The Economist, Vol. 344 Jul 26, 1997.
XV
Matroji, S.Pd. (penyusun) (2000) IPS Sejarah SLTP Jilid 3 untuk SLTP Kelas 3 Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta : Matroji, S.Pd. (penyusun) (2004) Sejarah SMP Jilid 3 untuk Kelas IX Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi. Jakarta : Erlangga McGregor, Katharine E. (2003) Representing the Indonesian Past: The National Monument History Museum from Guided Democracy to the New Order di Indonesia 75, April 2003 Media Indonesia Online (2004) EDITORIAL: Buku Pelajaran Yang Menjadi Momok. Di edisi Senin, 25 Oktober 2004 (diakses melalui http://www.mediaindonesia.co.id) Morrell, Elizabeth (2001) Strengthening the Local in National Reform: A Cultural Approach to Political Change di Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32 No. 3 (Oct 2001). Mulder, Niels (1999) Kajian Kritis Buku-Buku Sekolah di Indonesia di BASIS Tahun Ke-48, Nos 01-02, 03-04 & 07-08, 1999. Pusat Kurikulum (2002) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum (2002) Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Prawito, Drs. Adi et. al. (1999) ARTA (Aktif, Rajin dan Terampil) Sejarah Nasional dan Umum SMU 3A Kelas 3 Semester 1. Malang : Mitreka Starosta, William J. (1988) A National Holiday for Dr King? Qualitative Content Analisis of Arguments Carried in the Washington Post and New York Times di Journal of Black Studies, Vol. 18 No. 3 (Mar 1998). sekitarkita.com (2002) Peristiwa 1965 dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia. Diakses melalui http://www.sekitarkita.com/nov03/nov03_65dalamkurikulum_andre.htm Suryani, Anis (2001) Mutu Buku Pelajaran Sekolah di KOMPAS 17 September 2001 (diakses melalui http://www.kompas.co.id/) Thomas, R. Murray (1981) Indonesian Education: Communist Strategies (19501965) and Governmental CounterStrategies (1966-1980) di Asian Survey, Vol. 21 No. 3 (Mar 1981). Trimansyah, Bambang (2003) Buku Teks Ala Kurikulum Berbasis Kompetensi di KOMPAS 21 Juni 2002 (diakses melalui http://www.kompas.co.id/) Troper, Harold (1978) Nationalism and the History Curriculum in Canada di The History Teacher, Vol. 12 No. 1 (Nov. 1978) Widja, Dr. I Gde (2002) Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah. Yogyakarta : Lappera Pustaka Umum XVI