Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan Kecemasan Bertanding pada Atlet Taekwondo di Dojang Patriot Wonosobo Mental Imagery Training For Reducing Anxiety in Competition on Taekwondo Athletes at Dojang Patriot Wonosobo Ayuningtyas Sekar Asmara Putri, Suci Murti Karini, Rin Widya Agustin Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret ABSTRAK Setiap atlet pasti mempunyai keinginan tampil secara maksimal agar dapat mencapai hasil yang terbaik. Tuntutan yang dialami oleh atlet tidak hanya dari dalam dirinya sendiri namun juga biasa diperoleh dari lingkungan disekitarnya.Tekanan-tekanan baik dari dalam diri dan dari lingkungan atlet itu sendiri menyebabkan atlet mengalami kecemasan, jika tidak dapat dikontrol maka akan mempengaruhi performa sehingga tidak dapat tampil dengan maksimal. Pelatihan mental imagery merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek yang bertujuan membantu atlet taekwondo untuk dapat mengontrol kecemasan bertanding yang dialami sehingga dapat memberikan performa yang terbaik dalam bertanding. Pelatihan mental imagery menggunakan metode ceramah, diskusi, role play dan simulasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Jumlah subjek penelitian sebanyak 10 orang atlet taekwondo yang mempunyai kecemasan sedang dan tinggi berdasarkan skala kecemasan dari peneliti yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu lima subjek untuk kelompok eksperimen dan lima untuk kelompok kontrol dengan menggunakan teknik matching. Pelatihan mental imagery diberikan oleh dua orang fasilitator sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi hari pertama ketajaman, materi hari kedua keterkendalian, dan materi hari ketiga evaluasi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala kecemasan dengan indeks korelasi bergerak dari 0,011 sampai dengan 0,751 dan koefisian reliabilitas (α) 0,741. Berdasarkan analisis kualitatif masing-masing subjek kelompok eksperimen mengalami penurunan skor kecemasan bertanding setelah diberi perlakuan berupa pelatihan mental imagery. Sedangkan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney U-test diperoleh nilai probabilitas (p) 0,094 (uji dua sisi) (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan skor kecemasan bertanding antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan mental imagery. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan mental imagery tidak efektif untuk menurunkan kecemasan bertanding pada atlet taekwondo, perbedaan skor kecemasan bertanding yang dialami oleh subjek dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor lain dan bukan karena pengaruh dari pelatihan mental imagery. Kata kunci : kecemasan bertanding, atlet taekwondo, pelatihan mental imagery.
PENDAHULUAN
lebih lanjut akan mengalami kecemasan.
Tuntutan prestasi yang dialami atlet membuat atlet seringkali merasa takut, tegang dan
Satiadarma (2000) mengatakan bahwa sering
gelisah dalam menghadapi sesuatu. Perasaan
kali terdengar bahwa kekalahan dari atlet
tersebut dapat menimbulkan ketegangan atau
karena faktor psikologis mereka, tetapi jarang
ketertekanan, sehingga dalam perkembangan
sekali
terdengar
komentar
pelatih
bahwa 1
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
seorang atlet dapat memenangkan pertandingan
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa atlet
disebabkan oleh aspek psikologis, jadi seolah-
yang
olah aspek psikologis memiliki atribusi negatif
pertandingan dapat mempengaruhi penampilan
(negative attribution) bagi diri seorang atlet.
atlet
Prestasi
oleh
performa terbaiknya. Untuk dapat mencapai
penampilan (performance) atlet dalam suatu
performa terbaik dan mengurangi kecemasan
kompetisi. Harsono (1988) mengungkapkan
maka perlu diberikan latihan mental untuk para
bahwa penampilan puncak seorang atlet 80%
atlet. Dalam penelitian ini penulis akan
dipengaruhi oleh aspek mental ini dan hanya
menggunakan Pelatihan Mental Imagery guna
20% oleh aspek yang lainnya, sehingga aspek
membantu atlet dalam mengatasi kecemasan
mental ini harus dikelola dengan sengaja,
bertanding.
olahraga
sangat
ditentukan
mengalami
sehingga
tidak
kecemasan
dapat
dalam
menampilkan
sistematik dan berencana. DASAR TEORI Harsono
(1988)
perkembangan
mengemukakan
mental
atlet
tidak
bahwa
1. Kecemasan
kurang
Taekwondo
Bertanding
pada
Atlet
pentingnya dari perkembangan kemampuan
Kecemasan secara umum merupakan keadaan
lainnya,
sempurnanya
emosi negatif dari suatu ketegangan mental
perkembangan fisik, teknik, dan taktik atlet,
yang ditandai dengan perasaan khawatir, was-
apabila mentalnya tidak terus berkembang,
was dan disertai dengan peningkatan gugahan
prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat
sistem faal tubuh, yang menyebabkan individu
tercapai.
merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan.
sebab
betapa
Cox (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan Penanganan untuk masalah kecemasan atlet
menghadapi pertandingan merupakan keadaan
sebelum bertanding dapat dilakukan dengan
distress yang dialami oleh seorang atlet, yaitu
program
telah
sebagai suatu kondisi emosi negatif yang
dikonsepkan oleh Weinberg dan Gould (1995)
meningkat sejalan dengan bagaimana seseorang
yaitu dengan program mental imagery. Dengan
atlet menginterpretasi dan menilai situasi
diberikannya pelatihan mental imagery kepada
pertandingan. Berdasarkan uaraian di atas,
para
dapat
atlet
intervensi
seperti
diharapkan
dapat
yang
mengatasi
disimpulkan
bahwa
kecemasan
kecemasan yang dialami atlet sehingga para
bertanding merupakan
reaksi emosi negatif
atlet dapat mencapai performa terbaiknya.
atlet taekwondo
Menurut Weinberg dan Gould (1995) pelatihan
dalam menilai situasi pertandingan, yang
mental imagery mempunyai dua landasan dasar
ditandai dengan perasaan khawatir, was-was
yaitu ketajaman (vividness) dan keterkendalian
dan disertai peningkatan gugahan sistem faal
(controllability).
tubuh, sehingga menyebabkan atlet merasa
terhadap keadaan tegang
tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena 2
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
senantiasa
berada
dalam
keadaan
yang
dipersepsi mengancam.
terorganisir, guna membantu individu untuk dapat mengelola kecemasan yang dialami sebelum
bertanding
sehingga
dapat
Kecemasan tidak dapat diketahui langsung
menampilkan performa yang maksimal saat
tetapi dapat diketahui melalui
bertanding.
gejala-gejala
yang nampak. Menurut Calhoun dan Acocella (1995),
aspek-aspek
kecemasan
dapat
Pelatihan ini menggunakan teori pelatihan
dikemukakan dalam tiga aspek, yaitu:
mental imagery dari Weinberg dan Gould
a. Aspek emosional
(1995) yang mempunyai dua landasan dasar
Aspek emosional adalah komponen kecemasan
latihan
yang
keterkendalian (controllability).
berkaitan
dengan
persepsi
individu
yaitu
ketajaman
(vividness)
dan
terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti
perasaan
keprihatinan,
ketegangan,
Pendekatan
yang
akan
digunakan
dalam
sedih, mencela diri sendiri dan individu lain.
pelatihan ini adalah pendekatan pengalaman
b. Aspek kognitif
(experiential learning). Experiential learning
Aspek Kognitif adalah komponen kecemasan
didefinisikan sebagai upaya membangkitkan
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
teori tindakan dari pengalaman individu dan
jernih
dimodifikasi
karena
pengaruh
ketakutan
dan
secara
terus
menerus
untuk
kekhawatiran sehingga mengganggu dalam
meningkatkan keefektifan ketrampilan (Johson
memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan
& Johson, 2000).
lingkungan sekitar. c. Aspek fisiologis
Metode pelatihan
yang digunakan dalam
Aspek fisiologis adalah komponen kecemasan
penelitian ini mengambil beberapa metode
yang berkaitan dengan reaksi yang ditampilkan
yang
oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan
Mangkunegara, 2003) yaitu metode ceramah,
kekhawatiran. Aspek ini berkaitan dengan
role play, studi kasus, simulasi dan permainan,
sistem syaraf yang mengendalikan berbagai
serta pemutaran video.
diungkapkan
oleh
Sikula
(dalam
otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk antara lain jantung berdetak lebih keras, napas lebih cepat, tekanan darah meningkat.
METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah
atlet
2. Pelatihan mental imagery
Taekwondo yang tergabung dalam dojang
Pelatihan mental imagery merupakan suatu
Patriot Wonosobo yang berjumlah 30 orang.
proses
Adapun karakteristik subjek adalah :
pendidikan
mempergunakan
jangka
prosedur
pendek
yang
sistematis
dan
a. Atlet Taekwondo dojang Patriot Wonosobo. 3
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
b. Mengikuti
pemusatan
latihan
(training b. Modul Pelatihan Mental imagery
center) di Dojang Patriot. c. Belum
pernah
Modul
mendapatkan
pelatihan
mental
imagery
disusun
pelatihan berdasarkan teori dari Weinberg dan Gould
mental imagery.
(1995). Secara garis besar modul pelatihan
d. Mengalami gejala-gejala kecemasan sedang memberikan bekal kepada subjek untuk dapat dan
tinggi
berdasarkan
dengan
skala melatih ketajaman dalam hal penggambaran
kecemasan yang diberikan saat pre test.
situasi
pertandingan
dan
penggambaran
keterampilan diri, mampu mengontrol emosi Penelitian ini merupakan eksperiment dengan dan motivasi ketika menghadapi pertandingan desain penelitian adalah pretest-posttest control serta mampu menciptakan mental imagery yang group design. Pada awal penelitian peneliti positif guna mengurangi kecemasan bertanding melakukan
pengukuran
terhadap
variabel yang
dialami.
Pelatihan
mental
imagery
tergantung kelompok eksperimen, kemudian menggunakan metode ceramah, diskusi kasus, melakukan
manipulasi
dan
melakukan role play, simulasi dan permainan, serta video.
pengukuran kembali dengan menggunakan alat HASIL- HASIL
ukur yang sama.
1. Analisis Data Kuantitatif Metode pengumpulan data dilakukan dengan a. Analisis Hasil pretest dan posttest menggunakan skala kecemasan bertanding yang Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah disusun oleh peneliti dan modul pelatihan skor kecemasan bertanding subjek penelitian berdasarkan Skala Kecemasan bertanding yang
mental imagery.
diukur sebelum eksperimen (pretest) dan setelah eksperimen (posttest).
a. Skala Kecemasan Bertanding Skala kecemasan bertanding disusun dengan
menggunakan aspek kecemasan dari Calhoun Terjadi dan Acocella (1995)
penurunan
tingkat
kecemasan
yaitu aspek emosional, bertanding subjek penelitian antara sebelum dengan setelah diberikan pelatihan mental
aspek kognitif, dan aspek fisiologis.
imagery, yaitu mean subjek sebelum pelatihan Skala kecemasan bertanding terdiri dari 30 sebesar 64,60 dan setelah pelatihan sebesar aitem dengan empat alternatif jawaban, yaitu 53,60. Selalu (S), Sering (R), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Setiap mendapat
aitem yang dijawab
skor 4, R mendapat
S b. Uji Hipotesis
skor 3, J Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
mendapat skor 2, TP mendapat skor 1.
Mann
Whitney
U-test
didapatkan
nilai
probabilitas (p) 0.094. Oleh karena probabilitas (p) 0,094 lebih besar dari
= 0,05, maka kita 4
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
dapat menerima Ho, dan menolak Ha. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
PEMBAHASAN
terdapat Berdasarkan uji hipotesis dengan uji Mann
perbedaan antara skor kecemasan bertanding Whitney U-test dapat dilihat pada Tabel 15 yang sebelum
pelatihan
(pretest)
dan
setelah menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
yang
pelatihan (posttest) antara kelompok eksperimen signifikan antara skor kecemasan bertanding dan kelompok kontrol. Artinya, pelatihan sebelum
(pretest)
mental imagery tidak berpengaruh terhadap perlakuan
atau
dan
setelah
(posttest)
pelatihan
pada
kelompok
penurunan kecemasan bertanding pada atlet eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis taekwondo di dojang Patriot Wonosobo.
yang
menyatakan
terdapat
pengaruh
dari
Pelatihan Mental imagery terhadap kecemasan 2.
bertanding pada atlet taekwondo di dojang
Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat Patriot Wonosobo ditolak. Hal ini dapat dilihat proses-proses yang dialami oleh subjek selama pada hasil analisis dengan menggunakan teknik dan
setelah
melakukan
pelatihan
mental analisis
uji
Mann
Whitney
U-test
yang
imagery. Selain itu, analisis kualitatif juga menunjukkan nilai probabilitas (p) 0,094 > 0,05. bertujuan untuk mengetahui gambaran proses Hasil tersebut berarti, tidak terdapat perbedaan perubahan yang dialami subjek selama dan yang
signifikan
setelah mengikuti pelatihan mental imagery. bertanding Analisis
kualitatif
dilakukan
pada
antara
sebelum
skor
(pretest)
kecemasan dan
setelah
subjek (posttest) perlakuan pada kelompok eksperimen
berdasarkan skor tingkat kecemasan bertanding, dan kelompok kontrol. diskusi
mengenai
pengalaman
bertanding
selama proses pelatihan, hasil observasi dan Tidak adanya perbedaan kecemasan bertanding wawancara setelah pelatihan dilakukan.
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah pemberian perlakuan berupa
Kesimpulan analisis data kualitatif pada subjek pelatihan mental imagery dipengaruhi oleh menunjukkan mengalami
bahwa
subjek
penurunan
skor
penelitian beberapa hal yang mempengaruhi kecemasan kecemasan bertanding.
Salah
satu
faktor
yang
bertanding yang telah diukur sebelum dan mempengaruhi kecemasan bertanding menurut setelah pelatihan mental imagery. Seluruh Hardy (1999) adalah pengalaman. Menurut subjek pada kelompok eksperimen menerapkan Hardy (1999) atlet yang sudah berpengalaman metode
mental
imagery
dan
mengalami atau ahli memiliki kemampuan kontrol yang
kemajuan dalam hal mengenali potensi diri serta baik
dalam
mengendalikan
gejala-gejala
motivasi yang terarah, namun terkadang subjek kecemasan dibandingkan atlet pemula. mengalami kesulitan dalam menerapkan mental imagery karena pengalaman subjek yang masih Subjek yang digunakan dalam penelitian ini terbatas.
adalah atlet taekwondo dari Dojang Patriot 5
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
dimana
subjek-subjek
tersebut
belum dilatih secara seksama oleh atlet, antara lain
mempunyai jam terbang yang tinggi dalam latihan fisik, latihan tekhnik, latihan taktik, dan bertanding. Kebanyakan subjek mengaku bahwa latihan mental, para subjek mengaku terkadang mereka ketakutan dan menjadi cemas jika jenuh jika terlalu banyak latihan fisik. bertemu dengan lawan yang lebih senior, hal ini karena
taekwondo
adalah
olahraga
body Kendala yang ditemui dalam penelitian adalah
contact, para subjek mengaku takut akan cedera penentuan subjek. Awalnya jumlah populasi atau kalah telak jika bertemu lawan yang lebih yang ada di Dojang Patriot Wonosobo terdapat senior. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian 30 orang, namun yang pernah mengikuti Sukadiyanto
(2006)
bahwa
kecemasan pertandingan hanya 15 orang sehingga yang
bertanding adalah lebih tinggi pada atlet muda masuk dalam kriteria subjek penelitian hanya dalam olahraga individual dibandingkan dengan 15 orang. Dari 15 orang tersebut ternyata 5 olahraga tim dan lebih tinggi pada olahraga orang adalah siswa kelas XII dan sedang individual
kontak
dibandingkan
dengan mempersiapkan diri untuk try out ujian dan
olahraga individual non kontak.
sedang sibuk les, oleh sebab itu yang diijinkan untuk menjadi subjek penelitian hanya 10 orang
Menurut Vealey & Greenleaf (dalam Cox,
saja. Setelah didapat 10 orang subjek kemudian
2002) bahwa Mental imagery adalah teknik
melalui skor kecemasan bertanding yang
latihan mental yang melibatkan penggunaan
didapat dari skala kecemasan subjek dipisah
semua pengindraan, meliputi pikiran, perasaan,
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok
emosi dan pengindraan seperti penglihatan,
kontrol dengan cara matching. Selanjutnya
pendengaran, maupun hormon adrenalin yang
kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
menciptakan pengalaman atau mengulang lagi
pelatihan Mental imagery sedangkan kelompok
pengalaman dalam pikiran. Dalam pelatihan ini
kontrol diberi perlakuan berupa latihan fisik
karena subjek belum mempunyai pengalaman
yang
bertanding yang banyak maka subjek belum
berpengaruh terhadap aspek mental. Selain itu,
dapat melatih mental imagerynya dengan baik,
peneliti
para subjek belum memiliki gambaran yang
menyamakan waktu dengan subjek penelitian.
jelas karena kurangnya pengalaman. Meskipun
Pihak
begitu dalam evaluasi para subjek mengaku
peneliti melakukan penelitian asalkan tidak
bahwa pelatihan mental imagery sangat penting
mengganggu kegiatan siswa. Hal tersebut
dan harus sering dilakukan, mereka merasakan
membuat peneliti dan subjek harus melakukan
perbedaan namun belum bisa menerapkan
diskusi panjang untuk menetapkan tanggal dan
tanpa panduan, hal ini sesuai dengan pendapat
tempat pelatihan. Pemilihan ruangan pelatihan
Harsono (1988) yang mengemukakan bahwa
juga membantu kelancaran pelatihan. Ruangan
ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan
yang
tidak
ada
juga
pengurus
digunakan
hubungannya
menemui
Dojang
untuk
dan
kendala
tidak
dalam
memperbolehkan
pelatihan
Mental 6
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
imagery adalah di Dojang patriot, namun
menjalani
beberapa
materi
penggambaran
pertemuan hari ke dua dilaksanakan di rumah
situasi pertandingan, subjek merasa bingung
peneliti karena pada hari tersebut terdapat
karena rata-rata baru satu atau dua kali
kendala yaitu ruangan dipakai untuk keperluan
mengikuti pertandingan dan belum pernah
sekolah.
mengikuti pertandingan skala nasional sehingga situasi pertandingan yang bisa digambarkan
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain
masih
tidak
setelah
kelemahan dalam penelitian ini adalah posttest
pelatihan berakhir sehingga tidak diketahui
yang dilakukan setelah pelatihan para subjek
seberapa sering dan seberapa jauh subjek
belum mengikuti pertandingan lagi, sehingga
menerapkan pelatihan mental imagery dalam
subjek belum begitu merasakan perbedaan
latihan. Selain itu, peneliti tidak melakukan
pelatihan karena pengalaman yang belum
pengukuran berulang (time series). Pengukuran
bertambah. Aspek yang sebagai landasan
berulang
mengetahui
penilaian kecemasan adalah aspek fisiologis,
bahwa perubahan yang dialami subjek benar-
emosi, dan kogitif yang mereka alami sebelum
benar
untuk
bertanding, karena post test dilakukan sebelum
mengetahui perubahan yang dialami subjek
mereka mengikuti pertandingan lagi sehingga
bersifat menetap atau temporer.
mereka baru bisa merasakana perbedaan pada
dilakukannya
pemantauan
dimaksudkan
karena
pelatihan
untuk
dan
juga
terbatas.
Hal
lain
yang
menjadi
bidang kognitif saja sedangkan aspek fisiologis Kelebihan dalam penelitian ini antara lain
dan emosi masih cenderung sama dengan
belum terdapat penelitian di Indonesia dengan
pengalaman sebelumnya (saat pretest).
memberikan pelatihan mental imagery bagi atlet taekwondo, terlebih lagi belum ada
PENUTUP
pelatihan mental imagery yang memasukkan
1. Kesimpulan
faktor-faktor psikologis untuk mengurangi
a. Tidak
ada
pengaruh
pelatihan
mental
kecemasan dalam bertanding. Pelaksanaan
imagery terhadap penurunan kecemasan
pelatihan pada penelitian ini juga tergolong
bertanding pada atlet Taekwondo di dojang
lancar, hal ini disebabkan oleh prosedur
Patriot Wonosobo. Hal ini dapat diketahui
pelatihan yang tidak terlalu rumit dan materi
dari hasil kuantitatif uji Mann Whitney U-
serta aplikasi yang diberikan dalam pelatihan
test
mudah dipahami dan diterapkan oleh subjek
probabilitas (p) 0,094 (p>0,05). Hal tersebut
selama pelatihan berlangsung.
menunjukkan
yang
menunjukkan
bahwa
bahwa
tidak
nilai
terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok Kelemahan dalam pelatihan ini adalah kondisi
eksperimen
dengan
kelompok
kontrol
subjek penelitian yang belum memiliki jam
setelah diberi pelatihan mental imagery. Hal
terbang tinggi sehingga sedikit kesulitan ketika
tersebut berarti pelatihan mental imagery 7
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
tidak efektif dalam menurunkan kecemasan
Atlet diharapkan mampu menciptakan mental
bertanding pada atlet Taekwondo di Dojang
imagery
Patriot Wonosobo.
mengontrol kecemasan yang dialaminya dan
b. Berdasarkan
hasil
kualitatif
terdapat
penurunan skor kecemasan bertanding pada masing-masing
subjek
yang
positif
sehingga
dapat
dapat memberikan performa yang maksimal saat bertanding.
kelompok b. Bagi Pelatih
eksperimen. Hal ini ditunjukkan pada uji
Dapat membantu atlet untuk menciptakan
Wilcoxon T-test bahwa diperoleh nilai
mental
probabilitas (p) signifikansi 0,043 (p<0,05)
memasukkan
yang dapat diartikan terdapat perbedaan
dalam program latihan untuk melengkapi
yang
program latihan atlet dan menyiapkan mental
signifikan
pada
skor
kecemasan
bertanding antara sebelum dan sesudah
imagery
yang
positif
dan
pelatihan mental imagery
juara pada atlet.
diberi perlakuan berupa pelatihan mental c. Bagi pihak terkait imagery pada subjek. Berdasarkan hasil
Bagi pihak terkait seperti KONI dan PBTI
analisis
bahwa
serta Pengcab Taekwondo, diharapkan lebih
seluruh subjek pada kelompok eksperimen
memperhatikan atlet serta membuat program
menerapkan metode mental imagery dan
persiapan pelatihan jangka panjang untuk
mengalami kemajuan dalam hal mengenali
atlet sehingga mental atlet lebih siap dan
potensi diri serta motivasi yang terarah,
matang.
kualitatif
menjelaskan
mean pada subjek penelitian sebesar 64,60, d. Bagi peneliti lain namun
terkadang
mengalami
a) Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
kesulitan dalam menerapkan mental imagery
melakukan penulisan dengan tema yang
karena pengalaman subjek yang masih
sama, diharapkan lebih hati-hati dalam
terbatas
pemilihan
oleh
sebab
subjek
itu
dimungkinkan
subjek
pelatihan
dan
penurunan skor kecemasan bertanding yang
menyesuaikan dengan sasaran pelatihan
dialami oleh subjek kelompok eksperimen
sehingga menggunakan atlet elit atau yang
karena faktor-faktor lain dan bukan karena
sudah mempunyai pengalaman bertanding
pelatihan mental imagery.
yang banyak. b) Peneliti selanjutnya diharapkan lebih hatihati dalam menentukan jadwal pelatihan
2. Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dan
menyesuaikan
dengan
jadwal
diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa
pemusatan latihan dan jadwal bertanding
saran sebagai berikut:
subjek.
a. Bagi atlet taekwondo di Dojang Patriot Wonosobo
c) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih
hati-hati
dalam
mengontrol
8
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
homogenitas subjek antara lain tingkatan sabuk yang dipegang oleh subjek.
S. Satmoko. Semarang: IKIP Semarang Press
d) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Cox, R.H. 2002. Sport Psychology: Concepts and Applications. New York: melibatkan variabel-variabel yang lain McGrawHill Companies, Inc seperti intimasi dengan pelatih, Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate kepercayaan diri, jenis kelamin dan usia dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas untuk melakukan terhadap pengaruh Diponegoro perlakuan yang diberikan. Gunarsa, S.D. 1996. Psikologi Olahraga : Teori DAFTAR PUSTAKA dan Praktek. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Althalib, H.Y. 1991. Training Guide for Islamic Workers. Herndon : The International 2000. Psikologi Olahraga Dan Institute of Islamic Thought. Penerapannya Untuk Bulutangkis. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Amir, N. 2004. Pengembangan Instrumen Tarumanagara Kecemasan Olahraga. Jurnal. Anima. Vol. 20, No. 1, 55-69
2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Research II. Cipta Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. As’ad, M. 2003. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Hardy, L., Jones, G, Gould, D. 1999. Yogyakarta : Liberty. Understanding Psychologycal Preparation for Sport. Theory and Atkinson, R.L. 1993. Pengantar Psikologi I Practise for Ellite Performances. Ney (Terjemahan: Nurdjannah). Jakarta: Work : John Wiley & Sons, Inc. Erlangga. Az-Zahrani, Musfir bin Said, Dr. 2005. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : Konseling Terapi. Depok: Gema Insani PT Tambak Kusuma Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Husdarta, J.S. 2010. Psikologi Olahraga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandung : Alfabeta ______. 2003. Metodologi Penelitian. Jewall, L. N., Siegall, M. 1998. Psikologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar Industri/ Organisasi Modern. Jakarta: ______. 2008. Sikap Manusia Teori dan Arcan. Pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, David W. & Frank P. Johnson. 1997. Joining Together Group Theory and Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi Group Skills 6th Ed. Unites State of (Terjemahan: Kartini Kartono). America: A Viacom Company. Jakarta: PT Raja Grafindo Jaya. Kartono, Kartini. 1981 . Gangguan-Gangguan Calhoun, James F. & Acocella, Joan Ross. Psikhis. Bandung: Penerbit Sinar Baru. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Edisi Ketiga) Terjemahan: Prof. Dr. Ny. R. 9
Putri, et al / Pelatihan Mental Imagery Untuk Menurunkan
Karyono, 2006. Sang Juara Harus Dicetak. _____ 2005. The Art of Training and Artikel. Majalah Psikologi Plus, Edisi Development : Using Activities (Terj. Juli 2006. Fiyanty Osman). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Latipun. 2006. Psikologi Eksperimen Edisi Kedua. UMM press. Rivai, V. dan Sagala, EJ. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Lawson, Karen. 2006. The Trainer’s Handbook Perusahaan. Jakarta, PT. Raja Grafindo (2nd Edition). Wiley : Pfeiffer. Persada Liche, Seniati, Aries Yulianto, Bernadette N. Setiadi. 2009. Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT INDEKS.
Satiadarma, M.P. 2000. Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Mangkunegara, Anwar Prabu 2003. Sukadiyanto. 2006. Perbedaan Reaksi Perencanaan Dan Pengembangan Emosional Antara Olahragawan Body Sumber Daya Manusia. Jakarta: Contact dan Non Body Contact. Jurnal. AMISSCO Jurnal Psikologi volume 33, No 1, 5062 . Mangkuprawira, T. S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Suryabrata, S. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghaia Indonesia Jakarta : CV. Rajawali. Meshkini, Abolfazl. The Effect of Mental Suryadi, V. Yoyok. 2003. Tae Kwon Do : Imagery upon the Reduction of Athletes` Poomse Tae Geuk. Jakarta : PT. Anxiety during Sport Performance. Gramedia Pustaka Utama. Jurnal. International Journal of Academic Research in Business and Tomkins, C. 2006. An Introduction to NonSocial Sciences. Zanjan : Tarbiat parametric Statistics for Health Modares University Scientists. University of Alberta Health Sciences Journal. Volume 3 : 20-26. Monty, S. 2000. Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar Weinberg, R.S. & Gould, D. 1995. Foundations Harapan of Sport and Exercise Psychology. Champain IL : Human Kinetics. Morris, T. & Summers, J. 1995. Sport Handbook google. Diakses: 21 April Psychology : Theory, Application and 2012 16:56 pm Issues. Park Road. Milton : National Library of Australia http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Murphy, Shane. 2005. The Sport Psych http://www.bacain.com/berita/2010/11/Kecemas Handbook. diakses 15/12/2012 : 16.00 an-Tinggi-Membuat-Atlet-IndonesiaWIB. Gagal-Raih-Target. Diakses 6 Mei 2012. Pate, R.R., McClenaghan, B., Rotella, R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan (Terjemahan: Kasiyo Dwijowinoto). (http://www.kompas.com/Kompascetak/0405108lorl1013124.htm) Semarang: IKIP Semarang Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta : MediaKom. Rae, L. 2005. The Art of Training and Development : Effective Planning (Terjemahan: Fiyanty Osman). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 10