PELATIHAN KEBERSYUKURAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP GURU SEKOLAH INKLUSI GRATITUDE TRAINING TO IMPROVE INCLUSION TEACHER’S QUALITY OF LIFE Dwiva Aditya Putri Sukarti Mira A. Rachmawati Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Email:
[email protected] ABSTRACT The purpose of this study is to improve inclusion teacher’s quality of life by delivering gratitude training. There were 16 teacherswho teach at inclusion’s elementary school in Yogyakarta, participated inthis study. They had moderate and low score on quality of life’s scale. Data were collected with observation, interview, and quality of life’s scale. The result showed that there was a significant difference between subjects who received gratitude training and subjects who did not receive gratitude training(F = 8.082, p = 0.002; p < 0.05). Gratitude training was effective to improved inclusion teacher’s quality of life. Key words: quality of life, gratitude, inclusion teachers ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup guru sekolah inklusi melalui pelatihan kebersyukuran. Subjek penelitian adalah 16 guru yang mengajar di sekolah dasar inklusi ‘X’ dan ‘Y’ di Kota Yogyakarta yang memiliki skor kualitas hidup yang sedang dan rendah berdasarkan skala kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan skala kualitas hidup. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan kebersyukuran dan subjek yang tidak mengikuti pelatihan kebersyukuran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara skor prates dan paskates kualitas hidup pada kelompok eksperimen dan kontrol (F = 8.082, p = 0.002; p < 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan kebersyukuran efektif dalam meningkatkan kualitas hidup guru inklusi. Kata Kunci: kualitas hidup, kebersyukuran, guru sekolah inklusi
Berdasarkan Undang-Undang Repu-
agar peserta didik secara aktif mengem-
blik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
bangkan potensi dirinya untuk memiliki
tentang
kekuatan spiritual keagamaan, pengen-
sistem
pendidikan
nasional,
diketahui pendidikan merupakan usaha
dalian
sadar dan terencana untuk mewujudkan
akhlak mulia, serta keterampilan yang
suasana belajar dan proses pembelajaran
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
diri,
kepribadian,
kecerdasan,
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 21
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
dan
negara.
Prinsip
penyelenggaran
dapat memberikan pemahaman kepada
pendidikan yang tercantum pada pasal 4
murid yang lain untuk dapat saling
ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
berinteraksi (Elisa & Wrastari, 2013;
2003 menyatakan bahwa pendidikan
Arrofiq, 2013; Hutton, 2008; Kongchao,
diselenggarakan secara demokratis dan
Min, Yongbo, & Xiaoping, 2015; Chadha
berkeadilan
diskriminatif
& Pandey, 2015). Guru dituntut dapat
dengan menjunjung tinggi hak asasi
memahami kurikulum yang akan diberi-
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kan dan berpartisipasi penuh agar anak
dan
&
berkebutuhan khusus mendapatkan pen-
Wrastari, 2013; Stark, Gordon-Burns,
didikan yang baik. Namun, pada ke-
Purdue, Rarere-Briggs, & Turnock, 2010).
nyataannya, masih banyak guru inklusi
Meski undang-undang telah secara
yang belum berpartisipasi utuh dalam
tegas mengatur pemerataan hak dan
mendidik anak berkebutuhan khusus dan
kewajiban bagi setiap warga negara
lebih condong memilih mengajar anak
untuk mengakses pendidikan, diskrimi-
normal.
serta
kemajemukan
tidak
bangsa
(Elisa
nasi dalam bidang pendidikan masih
Menjadi guru inklusi memang tidak
kerap terjadi khususnya terhadap anak
mudah. Salah satu penyebabnya adalah
berkebutuhan khusus. Salah satu program
beban mengajar anak berkebutuhan khu-
pendidikan yang dilakukan untuk meng-
sus dirasa lebih berat dibandingkan deng-
atasi isu diskriminasi dalam bidang pen-
an anak normal (Stark, Gordon-Burns,
didikan adalah pendidikan inklusi (Elisa
Purdue, Rarere-Briggs, & Turnock, 2010).
& Wrastari, 2013; Ni’matuzahroh, 2015).
Studi di Brazil setidaknya menguatkan
Praktek inklusi merupakan tan-
hal tersebut, guru dipandang sebagai
tangan baru bagi pengelola sekolah.
profesi yang memiliki tingkat kelelahan
Institusi pendidikan perlu melakukan
emosional yang tinggi. Berdasarkan pene-
perubahan terhadap program pendidikan
litian epidemiologi mengindikasikan bah-
untuk merespon kebutuhan siswa dalam
wa 26% guru di Brazil menunjukkan
pembelajaran,terlebih mereka yang me-
ting-kat ketegangan emosional yang tidak
miliki kebutuhan khusus. Guru merupa-
sesuai (Damasio, Malo, & Silva, 2013).
kan peran yang penting dalam sekolah.
Sumber stresor yang terjadi pada
Seorang guru diharapkan dapat memberi-
guru cukup beragam, yaitu bisa berasal
kan kehidupan kelas agar menjadi lebih
dari perilaku siswa yang tidak sesuai,
hangat dan pada waktu yang bersamaan
masalah disiplin pada siswa, motivasi
22 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
kerja yang rendah, beban kerja yang
Hal ini juga sesuai dengan data
berat dan tekanan waktu, konflik peran
awal yang diperoleh dari guru di salah
dan keambiguan peran, konflik dengan
satu sekolah inklusi di Yogyakarta. Guru
staf, dan tekanan serta kritik dari orang
merasakan tuntutan dan tekanan yang
tua. Setiap guru melakukan cara yang
lebih besar untuk mengajar di sekolah
berbeda untuk mengatasi stresor tersebut.
inklusi karena dalam satu kelas terdapat
Ada yang mengalami frustrasi ringan,
lebih
kecemasan, dan kelelahan emosional.
khusus. Pemahaman mereka tidak se-
Ada juga beberapa guru yang mengalami
banding dengan keterampilan yang mere-
psikosomatis berat dan muncul gejala
ka miliki dalam mengajar anak berkebu-
depresi yang membutuhkan intervensi
tuhan khusus. Guru merasa belum terbia-
terapeutik. Beberapa guru juga meng-
sa dalam mengajar anak berkebutuhan
alami burnout atas stresor yang menimpa
khusus, sehingga akhirnya guru mengajar
dirinya (Chan, 2010).
anak berkebutuhan khusus seperti me-
dari
50%
anak
berkebutuhan
Banyak guru yang mengalami stres
ngajar anak normal. Selain itu, tekanan
di sekolah. Mereka merasa burned-out,
lain yang dirasakan guru inklusi adalah
tidak bahagia, atau tidak puas karena
tuntutan membuat laporan. Guru dituntut
faktor tingginya rasio guru-murid, kondisi
untuk membuat RPP dan silabus. Selain
sekolah
itu
yang
tidak
menyenangkan
mereka
juga
membuat
Program
(hubungan dengan rekan kerja yang
Pendidikan Individual untuk anak berke-
kurang baik, adanya anak berkebutuhan
butuhan khusus. Karena adanya beragam
khusus dalam kelas), dan gaji yang
tuntutan tersebut, akhirnya guru bisa
rendah.
yang
mengalami burn-out. Selain itu, guru juga
telah dilakukan pada 16.723 guru di
merasa mudah emosional dalam menga-
Turki, 66,9% guru mengalami sindrom
jar di kelas inklusi, dan akhirnya berdam-
burn-out, 37% mengalami stres, 18,6%
pak pada cara mengajar guru dan kehi-
merasa tidak berguna, dan 3,19% terlibat
dupan sosial guru.
Berdasarkan
penelitian
dalam kekerasan pada orang tua atau
Pendidikan inklusi memiliki kontri-
siswa. Pada penelitian lain, guru merasa-
busi dalam dinamika kelas, fungsi dari
kan sindrom burn-out jika dibandingkan
kurikulum, dan juga dapat mengubah
dengan
harapan guru. Dalam pendidikan inklusi,
pekerjaan
lain
(Ilgan,
Cengis, Ata, & Akram, 2015).
Ozu-
ketika
populasi
kelas
berubah
dan
rentang kemampuan siswa meningkat,
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 23
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
guru harus mampu menyesuaikan pro-
menyelesaikan tugas); (2) finansial (ren-
gram mereka dan menyesuaikan harapan
dahnya gaji dan membutuhkan beberapa
mereka atas hasil yang siswa akan per-
pekerjaan); (3) ergonomik (kebisingan
oleh. Hal ini memerlukan pemeriksaan
yang tinggi di kelas, rendahnya penca-
yang hati-hati dan introspeksi guru atas
hayaan, jumlah siswa yang tidak sesuai
harapan dari hasil yang siswa peroleh.
tiap kelas); dan (4) sosial (rendahnya
Sikap guru menjadi salah satu hal yang
kemampuan
penting dalam memberikan keberhasilan
kekerasan, penggunaan obat-obatan di
dari
sekolah), dan lain-lain (Damasio, Malo, &
program
inklusi
(Hull,
2005;
McKeating, 2013). Guru yang memiliki
sosial
dengan
kolega,
Silva, 2013).
pandangan positif terhadap pendidikan
Hal ini sesuai dengan keadaan
inklusi merupakan bukti bahwa mereka
guru di SD inklusi ‘X’ yang merasakan
memiliki keinginan untuk beradaptasi
lebih emosional ketika mengajar anak-
dengan kelas inklusi. Sebaliknya, guru
anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan
yang memiliki sikap negatif memiliki
hasil wawancara terdapat indikasi bahwa
harapan yang rendah terhadap siswa
guru-guru SDN inklusi ‘X’ memiliki
berkebutuhan khusus. Jumlah anak ber-
kualitas hidup yang rendah, karena guru-
kebutuhan khusus yang masuk di sekolah
guru tersebut memiliki persepsi yang
inklusi meningkat, konsekuensinya guru
buruk terhadap pekerjaannya, merasa
inklusi harus siap menghadapi tantangan
lebih emosional ketika mengajar anak
yang lebih dalam menangani anak-anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
berkebutuhan khusus (Muwana, 2013).
Mereka juga merasa beban kerja guru
Berdasarkan kondisi tersebut, me-
inklusi lebih berat. Selain itu, mereka
ngajar memberikan dampak yang signifi-
juga tidak puas dengan gaji yang mereka
kan pada tingkat kesejahteraan psikologis
peroleh. Hal ini berhubungan dengan
dan kualitas hidup guru. Beberapa lite-
kualitas hidup yang merupakan persepsi
ratur ilmiah menjelaskan bahwa kondisi
individu
mengajar yang dapat menurunkan kuali-
kehidupan.
tas hidup guru dibagi menjadi beberapa
terhadap
posisinya
dalam
WHO (1997) mendefinisikan kuali-
kategori, yaitu: (1) administratif (beban
tas
kerja yang tinggi; rendahnya otonomi,
terhadap posisinya di kehidupan, dalam
rendahnya partisipasi dalam pengambilan
konteks budaya dan sistem nilai yang
keputusan,
mereka jalani. Kualitas hidup setiap
sedikitnya
waktu
untuk
24 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
hidup
adalah
persepsi
individu
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
orang dapat berbeda-beda, karena kuali-
masalah dengan solusi bagi para guru di
tas hidup bersifat subjektif. Hal ini sesuai
dalam menjalani kehidupan. Melalui
dengan data awal yang diperoleh bahwa
sikap mensyukuri segala sesuatu yang
guru yang mempersepsikan kualitas hi-
sudah
dup yang baik adalah dengan mendapat-
maupun nonmateri (batin), maka manu-
kan penghasilan yang cukup, dapat
sia akan menemukan makna hidup yang
mengerjakan
baik
sesungguhnya, yaitu sesuatu yang bisa
tanpa ditunda-tunda, memperoleh cinta
membuat seseorang menjadi lebih berarti
dan afeksi yang cukup dari lingkungan
dan berharga dalam kehidupan yang
sosial dan keluarga, serta memiliki tubuh
bermuara pada kebahagiaan (Arrofiq,
sehat serta tidur yang cukup. Hal ini juga
2013).
pekerjaan
dengan
diterima,
baik
secara
materi
sesuai dengan pendapat WHO (1997)
Penelitian Emmons dan McCullough
yang menyatakan bahwa kualitas hidup
(2003) menunjukkan rasa syukur merupa-
merupakan hal yang subjektif dan dapat
kan bagian dari perilaku berketuhanan,
dilihat
yaitu
bagaimana cara seseorang mampu untuk
kesehatan fisik, psikis, hubungan sosial,
berterima kasih kepada Tuhannya. Hasil
dan lingkungan. Kualitas hidup merupa-
riset mereka menunjukkan, bahwa rasa
kan salah satu hal penting dalam harapan
syukur itu mempengaruhi kesejahteraan
hidup.
fisik dan psikologis. Salah satunya adalah
dari
berbagai
aspek,
Semua aspek yang berhubungan
saat orang yang mendokumentasikan rasa
dengan kesejahteraan adalah berasal dari
syukurnya
kualitas hidup (Damasio, Malo, & Silva,
merasa hidupnya lebih baik dan lebih
2013; Shabani & Shamir, 2014). Artinya,
optimis
seseorang akan memiliki kualitas hidup
berikutnya. Hasil yang lain, hanya dalam
yang tinggi apabila ia mempersepsikan
dua bulan, orang yang membuat daftar
dirinya baik dengan segala apa yang
syukur lebih mengalami kemajuan dalam
dimilikinya. Kualitas hidup seseorang
mencapai sasaran dan tujuan pribadi
akan baik apabila ia bersyukur dengan
(akademis, hubungan interpersonal, kese-
segala apa yang dimilikinya.
hatan). Orang yang bersyukur dilaporkan
secara
dalam
mingguan,
menghadapi
mereka hari-hari
Sikap syukur rmerupakan bagian
memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dari cara untuk memaknai apa yang telah
dalam emosi positif, kepuasan hidup,
dikerjakan sebagai karya nyata manusia.
vitalitas, optimisme, dan lebih rendah
Sikap syukur menjadi jembatan antara
dalam tingkat depresi atau stres.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 25
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
Rasa
syukur
memperkaya
rasa
pak
dari
perasaan
bersyukur
dapat
bahagia dalam tingkatan yang lebih tinggi
berkembang menjadi reaksi atau tang-
daripada turunnya emosi negatif. Rasa
gapan yang berwujud sebuah sikap. Oleh
syukur lebih membuat bahagia daripada
sebab itu, syukur dapat mendorong
menghilangkan kesedihan. Orang yang
manusia untuk menerima keadaan yang
bersyukur memposisikan barang-barang
ada (Wicaksono, 2013).
materi sebagai tidak terlalu penting.
Bersyukur menumbuhkan pengala-
Mereka lebih melihatnya sebagai milik
man hidup yang positif dari pengalaman
bersama. Mereka tidak mudah mendeng-
hidup atau situasi yang dihadapi, sehing-
ki kepada orang lain, dan lebih menyukai
ga seseorang dapat mengeluarkan ke-
berbagi dengan orang lain (Wicaksono,
puasan secara maksimal dan menikmati
2013).
keadaan mereka. Bersyukur juga merupa-
Rasa kebersyukuran dapat menjadi
kan strategi koping. Dalam bersyukur
landasan penting dalam efikasi diri pada
seseorang
guru, seseorang akan bahagia dan mem-
permasalahan hidup (Arief & Habibah,
punyai rasa terima kasih dari apa yang
2015).
menafsirkan
secara
positif
dicapainya sehingga orang tersebut mau
Berterima kasih atas kehidupan
dan mampu untuk bertahan pada peker-
dapat menimbulkan ketenangan pikiran,
jaannya. Meskipun dengan pendapatan
kebahagiaan,
yang rendah serta faktor eksternal yang
hubungan
kurang mendukung, seorang guru yang
(Emmons & McCullough, 2003). Sesuai
memiliki rasa kebersyukuran akan senan-
dengan penelitian Froh, Seffick, dan
tiasa bahagia menjalani pekerjaannya
Emmons (2008) diketahui bahwa pan-
serta dapat memengaruhi bagaimana
dangan kebersyukuran tidak memerlu-
seseorang berperilaku setelahnya. Ku-
kan kehidupan yang penuh kenyamanan
rangnya
tersebut
materi melainkan sikap interior bersyukur
akan membuatindividu merasa senantiasa
terlepas dari kondisi kehidupan. Pene-
kurangdalam berbagai hal. Orang terse-
litian pada orang dewasa menunjukkan
but kurang memiliki kemauan serta
bahwa individu yang sering merasakan
inisiatif untuk berusaha menjadi lebih
dan mengungkapkan rasa terima kasih
baik
apa
akan lebih menikmati pekerjaan, lebih
adanya atau menjadi terpaksa melakukan
optimis dan energik, dan lebih mem-
pekerjaannya (Wicaksono, 2013). Dam-
bantu
dan
rasa
kebersyukuran
cenderung
menerima
26 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
atau
kesehatan
pribadi
lebih
mendukung
fisik,
dan
memuaskan
orang
lain
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
daripada orang yang tidak meng-alami
Metode Pengumpulan Data
rasa bersyukur.
Metode pengumpulan data dalam
Berdasarkan
paparan
tersebut,
penelitian ini ialah dengan menggunakan
mengetahui
efektivitas
observasi, wawancara, dan skala kualitas
pelatihan kebersyukuran untuk mening-
hidup. Skala yang digunakan ialah skala
katkan
inklusi.
kualitas hidup yang dimodifikasi dari
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkat-
skala WHOQOL dan dibuat berdasarkan
kan kebersyukuran guru inklusi agar
dimensi kualitas hidup, yaitu kesehatan
kualitas hidup guru inklusi meningkat.
fisik, psikologis, hubungan sosial, dan
peneliti
ingin kualitas
hidup
guru
lingkungan (WHO, 1997). METODE PENELITIAN
Skala
WHOQOL
ini
memiliki
validitas dan reliabilitas yang baik. Alat Desain Penelitian
ukur ini sudah diuji coba oleh WHO di
Desain penelitian ini ialah pretest-
20 negara dan sudah diterjemahkan ke
posttest control group design, yaitu di-
dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
lakukan pengukuran sebelum dan sesu-
Indonesia. Alat ukur ini diuji coba
dah pemberian perlakuan pada kedua
kepada 11.830 orang di 20 negara.
kelompok. Pada desain ini dilakukan ran-
Subjek terdiri dari beragam usia, peker-
domisasi untuk menyetarakan kelompok
jaan, status perkawinan, dan keadaan
eksperimen dan kontrol. Randomisasi
kesehatan. Nilai alpha cronbach yang
yang dilakukan adalah randomisasi ke-
diperoleh pada masing-masing aspek
lompok, yaitu masing-masing sekolah
antara
akan dipilih guru yang akan menjadi
psikologis (0,81), lingkungan (0,80), dan
kelompok eksperimen dan kontrol.
hubungan sosial (0,68). Nilai alpha
lain:
kesehatan
fisik
(0,82),
cronbach pada semua aspek berkisar Subjek Penelitian
antara 0-1, yang artinya alat ukur ini
Partisipan penelitian ini adalah 16
memiliki reliabilitas yang baik. Korelasi
guru yang mengajar di sekolah dasar
item-domain berkisar antara 0,48-0,7
inklusi ‘X’ dan ‘Y’ di Kota Yogyakarta dan
untuk domain kesehatan fisik, 0,5-0,65
memiliki skor kualitas hidup dengan
untuk
kategori sedang dan rendah.
untuk domain hubungan sosial, dan
domain
psikologis,
0,45-0,57
0,47-0,56 untuk domain lingkungan. Skala ini sudah digunakan di berbagai
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 27
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
penelitian, yaitu penelitian Chadha dan
dengan hati, lisan, dan perbuatan. Modul
Pandey (2015) mengenai kualitas hidup
yang telah disusun kemudian dievaluasi
guru pemerintah dan non-pemerintah;
melalui professional judgment untuk
penelitian Yuliati, Baroya, dan Ririanty
kemudian dilakukan ujicoba.
(2014) mengenai kualitas hidup lansia; penelitian Putri, Wati, dan Ariyanto
Teknik Analisis Data
(2014) mengenai kualitas hidup wanita menopause;
penelitian
Alves,
Teknik analisis data yang diguna-
Salim,
kan untuk menguji hipotesis adalah
Martinez, Passos, Carlo, dan Scarpelini
analisis statistik anava campuran untuk
(2009) mengenai kualitas hidup korban
mengetahui
trauma; dan penelitian Damasio, Melo,
antara sebelum diberikan perlakuan (pre-
dan Silva (2013) mengenai kualitas hidup
test), sesudah perlakuan (post-test) dan
guru.
tindak lanjut (follow up) dalam sebuah
ada
tidaknya
perbedaan
kelompok. Prosedur Intervensi HASIL PENELITIAN
Intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah pelatihan kebersyukuran. Pelatihan kebersyukuran ini mela-
Deskripsi Data Penelitian
tih guru sekolah inklusi agar dapat ber-
Deskripsi data penelitian diperoleh
syukur dengan hati, lisan, dan perbuatan.
berdasarkan
Pelatihan ini dilaksanakan dalam dua kali
hidup sebelum pelatihan (prates), setelah
pertemuan dalam sebelas sesi dengan
pelatihan (paskates), dan dua minggu
total waktu 990 menit.
setelah pelatihan (tindak lanjut). Des-
pengisian
skala
kualitas
Sebelum pelatihan dilakukan, mo-
kripsi data kelompok eksperimen dan
dul intervensi kebersyukuran disusun
kelompok kontrol dapat dilihat pada
berdasarkan aspek-aspek kebersyukuran
tabel berikut ini:
Al-Jauziyyah
(2010),
yaitu
bersyukur
28 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
Tabel 1. Deskripsi Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kategori
Norma Persentil
Rendah
X < 63 63 ≤ X < Sedang 79 Tinggi X ≥ 79 Jumlah
Variabel Penelitian Paska Intervensi Kelompok EksperiKontrol men 0 0
Pra Intervensi Kelompok EksperiKontrol men 1 1
Tindak Lanjut Kelompok EksperiKontrol men 0 2
7
7
4
8
4
6
0 8
0 8
4 8
0 8
4 8
0 8
Hasil Uji Asumsi
Berdasarkan deskripsi data diatas, dapat terlihat perbedaan jumlah peserta
Uji
asumsi
dilakukan
dengan
sebelum pelatihan, paska pelatihan, dan
menggunakan uji normalitas dan uji
saat tindak lanjut antara kelompok ekspe-
homogenitas. Berikut ini adalah hasil uji
rimen dan kelompok kontrol. Pada ke-
normalitas.
lompok eksperimen sebelum pelatihan dan setelah pelatihan mengalami peningkatan. Tabel 2. Uji Normalitas Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Penelitian
Statistik
Sig
Eksperimen
0.531
0.940
Kontrol
0.462
0.983
Keterangan P > 0.05 (Signifikan) P > 0.05 (Signifikan)
Uji normalitas yang menggunakan
kelompok eksperimen. Sementara pada
teknik Kolmogorov-Smirnov pada kelom-
kelompok kontrol menunjukkan skor
pok eksperimen menunjukkan skor 0.531
0.462 (P = 0.983, P > 0.05). Hal ini
(P = 0.940, P > 0.05). Hal ini berarti
juga berarti sebaran data pada kelompok
sebaran data dinyatakan normal untuk
kontrol dinyatakan normal.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 29
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
a. Uji Homogenitas Tabel 3. Uji Homogenitas Box's Test of Equality of Covariance Matricesa
Berdasarkan
data
Box's M
8.155
F
1.038
df1
6
df2
1.420E3
Sig.
.399
dapat
dilihat
signifikansi sebesar 0.399 (p > 0.05).
homogenitas skor kualitas hidup pada
Dengan demikian, dapat disimpulkan
kelompok eksperimen dan kelompok
bahwa skor kualitas hidup pada masing-
kontrol. Data diatas menunjukkan nilai
masing kelompok bersifat homogen.
Hasil Uji Hipotesis Tabel 4. Hasil Mauchly's Test of Sphericityb Epsilona
Within Subjects Effect Time
Mauchly's Approx. ChiW
Square .960
Greenhouse- Huynhdf
.534 2
Sig. .766
30 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Geisser .961
Feldt 1.000
Lowerbound .500
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
Tabel 5. Hasil Tests of Within-Subjects Effects Type III Sum of Source
Partial Eta
Squares
time
Sphericity
Sig.
Squared
8.857
.001
.388
362.625 1.923
188.607
8.857
.001
.388
Huynh-Feldt
362.625 2.000
181.312
8.857
.001
.388
Lower-bound
362.625 1.000
362.625
8.857
.010
.388
330.875
2
165.438
8.082
.002
.366
330.875 1.923
172.094
8.082
.002
.366
Huynh-Feldt
330.875 2.000
165.438
8.082
.002
.366
Lower-bound
330.875 1.000
330.875
8.082
.013
.366
Geisser
Sphericity Assumed GreenhouseGeisser
Error(time)
F
181.312
Greenhouse-
Sphericity
362.625
Mean Square 2
Assumed
time * group
df
28
20.470
573.167 26.917
21.294
Huynh-Feldt
573.167 28.000
20.470
Lower-bound
573.167 14.000
40.940
Assumed GreenhouseGeisser
573.167
Berdasarkan data diatas diperoleh F
menunjukkan bahwa perubahan skor
= 8.082 ( p = 0.002, p < 0.05) artinya
pretest menuju posttest pada kedua
terdapat interaksi antara waktu (pretest,
kelompok
posttest, dan follow up) dan kelompok
signifikan.
(eksperimen
dan
kontrol).
adalah
berbeda
secara
Interaksi
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 31
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
Tabel 6. Hasil Pairwise Comparisons
group
(I) time (J) time
1
1 2 3
2
1 2 3
95% Confidence Interval for Differencea
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
Lower Bound
Upper Bound
2
-9.500*
2.026
.000
-13.846
-5.154
3
-12.625
*
2.403
.000
-17.779
-7.471
1
9.500
*
2.026
.000
5.154
13.846
3
-3.125
2.339
.203
-8.142
1.892
1
*
2.403
.000
7.471
17.779
2
3.125
2.339
.203
-1.892
8.142
2
-.625
2.026
.762
-4.971
3.721
3
-.125
2.403
.959
-5.279
5.029
1
.625
2.026
.762
-3.721
4.971
3
.500
2.339
.834
-4.517
5.517
1
.125
2.403
.959
-5.029
5.279
2
-.500
2.339
.834
-5.517
4.517
12.625
Tabel diatas menunjukkan bahwa
(MD = -0.625, p = 0.762; p < 0.05).
perubahan kualitas hidup pada kelompok
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan
eksperimen (group 1) adalah signifikan
kebersyukuran
(MD = -9.5, p = 0.00; p < 0.05)
kelompok
sedangkan perubahan kualitas
meningkatkan
hidup
pada kelompok kontrol tidak signifikan
inklusi.
32 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
yang
diberikan
pada
efektif
dalam
eksperimen kualitas
hidup
guru
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
Tabel 7. Hasil Multivariate Tests Partial Eta group 1
2
Value
F
Hypothesis df
Error df
Sig.
Squared
Pillai's trace
.710
15.931a
2.000
13.000
.000
.710
Wilks' lambda
.290
15.931a
2.000
13.000
.000
.710
Hotelling's trace
2.451
a
15.931
2.000
13.000
.000
.710
Roy's largest root
2.451
15.931a
2.000
13.000
.000
.710
Pillai's trace
.007
a
.049
2.000
13.000
.953
.007
Wilks' lambda
.993
.049a
2.000
13.000
.953
.007
.007
a
2.000
13.000
.953
.007
a
2.000
13.000
.953
.007
Hotelling's trace Roy's largest root
.049
.007
.049
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa nilai Partial Eta Squared pada kelompok
eksperimen
sebesar
diberikan meningkatkan kualitas hidup guru inklusi sebesar 71%.
0.71,
Berikut merupakan hasil analisis
artinya pelatihan kebersyukuran yang
aspek-aspek kualitas hidup, yaitu aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan.
Tabel 8. Hasil Analisis Aspek-aspek Kualitas Hidup Time*Group Aspek
F
Sig
Fisik
4.266
0.024
Psikologis
4.589
0.019
Sosial
3.556
0.042
Lingkungan
9.117
0.001
Pairwise Comparison Mean Difference Sig (I-J) KE KK KE KK 0.00 0.63 -2 0.25 2 4 0.00 -2.5 0.00 1 3 0.12 0.75 -0.625 0.125 8 1 0.00 0.72 -3.75 -0.375 3 4
Partial Eta Squared 52.8% 48% 42.1% 74.8%
Berdasarkan data diatas pada aspek
interaksi antara waktu (pretest, posttest,
fisik diperoleh F = 4.266 dan p = 0.024
dan follow up) dan kelompok (ekspe-
(p
rimen dan kontrol). Interaksi menunjuk-
<
0.05),
yang
artinya
terdapat
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 33
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
kan
bahwa
perubahan
pretest
guru inklusi. Pelatihan kebersyukuran
menuju posttest pada kedua kelompok
juga meningkatkan aspek psikologis guru
adalah
inklusi sebesar 48%.
berbeda
skor
secara
signifikan.
Perubahan aspek fisik pada kelompok
Pada aspek sosial diperoleh F =
eksperimen (group 1) juga signifikan (MD
3.556 dan p = 0.042 (p < 0.05), yang
= -2, p = 0.002; p < 0.05) sedangkan
artinya terdapat interaksi antara waktu
perubahan aspek fisik pada kelompok
(pretest, posttest, dan follow up) dan
kontrol tidak signifikan (MD = 0.25, p =
kelompok
0.634; p < 0.05). Hal ini menunjukkan
Interaksi menunjukkan bahwa perubahan
bahwa pelatihan kebersyukuran yang
skor pretest menuju posttest pada kedua
diberikan pada kelompok eksperimen
kelompok adalah berbeda secara signi-
efektif dalam meningkatkan aspek fisik
fikan. Ada perubahan aspek sosial pada
hidup guru inklusi. Pelatihan keber-
kelompok eksperimen (group 1) (MD = -
syukuran juga meningkatkan aspek fisik
0.625),
guru inklusi sebesar 52.8%.
signifikan karena nilai p > 0.05, yaitu
(eksperimen
tetapi
dan
perubahan
kontrol).
ini
tidak
Pada aspek psikologis diperoleh F
0.128. Pada kelompok kontrol tidak ada
= 4.589 dan p = 0.019 (p < 0.05), yang
perubahan yang signifikan pada aspek
artinya terdapat interaksi antara waktu
sosial (MD = 0.125, p = 0.751; p <
(pretest, posttest, dan follow up) dan
0.05). Artinya, secara kuantitatif tidak ada
kelompok
kontrol).
perubahan yang signifikan pada aspek
Interaksi menunjukkan bahwa perubahan
sosial kelompok eksperimen. Hal ini
skor pretest menuju posttest pada kedua
disebabkan jumlah aitem aspek sosial
kelompok adalah berbeda secara signi-
pada skala kualitas hidup hanya terdapat
fikan. Perubahan aspek psikologis pada
dua aitem. Namun, secara kualitatif
kelompok eksperimen (group 1) juga
perubahan pada aspek sosial ini yang
signifikan (MD = -2.5, p = 0.003; p <
paling mereka rasakan. Mereka merasa-
0.05)
aspek
kan adanya dukungan sosial dari ling-
psikologis pada kelompok kontrol tidak
kungan sekitar dapat membantu mereka
signifikan (MD = 0.00, p = 1; p <
untuk lebih bersyukur yang berdampak
0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya kualitas hidup mereka.
pelatihan kebersyukuran yang diberikan
Pelatihan kebersyukuran juga meningkat-
pada kelompok eksperimen efektif dalam
kan aspek sosial guru inklusi sebesar
meningkatkan aspek psikologis hidup
42.1%.
(eksperimen
sedangkan
dan
perubahan
34 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
Pada aspek lingkungan diperoleh F
pok kontrol (F = 8.082, p = 0.002; p <
= 9.117 dan p = 0.001 (p < 0.05), yang
0.05). Pelatihan kebersyukuran juga efek-
artinya terdapat interaksi antara waktu
tif dalam meningkatkan kualitas hidup,
(pretest, posttest, dan follow up) dan
hal ini dilihat dari hasil analisis pada
kelompok
kontrol).
kelompok eksperimen (MD = -9.5, p =
Interaksi menunjukkan bahwa perubahan
0.00; p < 0.05)) dan pada kelompok
skor pretest menuju posttest pada kedua
kontrol (MD = -0.625, p = 0.762; p <
kelompok
secara
0.05). Pelatihan kebersyukuran ini memi-
signifikan. Perubahan aspek lingkungan
liki sumbangan efektif sebesar 71% untuk
pada kelompok eksperimen (group 1)
meningkatkan
juga signifikan (MD = -3.75, p = 0.003;
inklusi.
(eksperimen
adalah
dan
berbeda
kualitas
hidup
guru
p < 0.05) sedangkan perubahan aspek
Hasil analisis diatas menunjukkan
lingkungan pada kelompok kontrol tidak
bahwa guru inklusi yang mendapatkan
signifikan (MD = -0.375, p = 0.724; p
pelatihan
< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan kualitas hidup dibandingkan
pelatihan kebersyukuran yang diberikan
dengan guru inklusi yang tidak men-
pada kelompok eksperimen efektif dalam
dapatkan pelatihan kebersyukuran. Hal
meningkatkan aspek lingkungan hidup
ini sesuai dengan penelitian Froh, Seffick,
guru inklusi. Pelatihan kebersyukuran
dan Emmons (2008) bahwa individu
juga meningkatkan aspek lingkungan
yang sering merasakan dan mengung-
guru inklusi sebesar 74.8%.
kapkan rasa terima kasih akan lebih
kebersyukuran
mengalami
menikmati pekerjaan, lebih optimis dan PEMBAHASAN
energik,
dan
lebih
membantu
atau
mendukung orang lain daripada orang Hasil uji hipotesis pada penelitian
yang tidak mengalami rasa bersyukur
ini menunjukkan adanya perbedaan yang
yang
signifikan antara subjek yang mengikuti
hidup. Bersyukur menumbuhkan penga-
pelatihan kebersyukuran dengan subjek
laman hidup yang positif dari penga-
yang tidak mengikuti pelatihan keber-
laman hidup atau situasi yang dihadapi,
syukuran. Hal ini ditunjukkan dengan
sehingga seseorang dapat mengeluarkan
adanya perbedaan yang signifikan antara
kepuasan secara maksimal dan menik-
skor prates dan pascates kualitas hidup
mati keadaan mereka. Bersyukur juga
pada kelompok eksperimen dan kelom-
merupakan
berhubungan
strategi
dengan
koping.
kualitas
Dalam
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 35
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
bersyukur seseorang menafsirkan secara
syukuran tidak hanya berguna ketika
positif permasalahan hidup (Arief &
individu
Habibah, 2015).
sesuatu yang menyenangkan. Namun,
Berterima kasih atas kehidupan
mengalami
kebersyukuran
atau
juga
bisa
menerima berfungsi
dapat menimbulkan ketenangan pikiran,
sebagai koping ketika individu meng-
kebahagiaan,
alami situasi menekan dan kejadian yang
hubungan
kesehatan
pribadi
fisik,
lebih
dan
memuaskan
tidak menyenangkan.
(Emmons & McCullough, 2003). Sesuai
Penelitian
terkini
juga
menun-
dengan penelitian Froh, Seffick, dan
jukkan bahwa merasa syukur memiliki
Emmons (2008) diketahui bahwa pan-
banyak manfaat dan keuntungan, baik
dangan kebersyukuran tidak memerlukan
dari segi emosional, fisik, dan inter-
kehidupan
kenyamanan
personal (Emmons & McCullough, 2003).
materi melainkan sikap interior bersyukur
Orang yang memiliki rasa syukur tinggi
terlepas dari kondisi kehidupan.
cenderung memiliki tingkat emosi positif
yang
penuh
Subjek penelitian mengalami per-
yang tinggi dan tingkat emosi negatif
ubahan yang positif setelah mendapatkan
yang
pelatihan kebersyukuran. Mereka mulai
(McCullough dkk., 2002), tingkat stress
dapat menikmati pekerjaan dan kehi-
dan depresi yang rendah (McCullough,
dupannya,
mengambil
dkk, 2004; Watkins, dkk, 2003). Selain
makna dari setiap peristiwa yang mereka
itu, studi Emmons dan McCullough
alami, walaupun itu merupakan peristiwa
(2003) menunjukkan bahwa orang-orang
negatif. Romdhon (2010) dalam pene-
yang bersyukur cenderung lebih sedikit
litiannya menyatakan bahwa rasa syukur
mengalami gejala penyakit fisik daripada
dapat bersumber dari persepsi positif
mereka yang tidak bersyukur. Dalam hal
seseorang terhadap pengalaman yang
interpersonal,
dialaminya.
diberikan
cenderung lebih prososial, lebih empatik,
Tuhan tidak selalu datang dalam wujud
memaafkan dan membantu (McCullough
peristiwa yang positif menurut manusia,
dkk., 2002). Di samping itu, mereka juga
tetapi dengan syukur seseorang diajarkan
memiliki persepsi dukungan sosial yang
untuk tetap mengambil keuntungan atau
lebih tinggi (Wood dkk., 2008).
serta
mampu
Nikmat
yang
mempunyai persepsi positif dari peristiwa yang
tampaknya
negatif.
rendah
seperti
orang
kecemasan,
yang
iri
bersyukur
Perubahan yang dialami subjek
Romdhon
juga disebabkan karena adanya proses
(2010) juga menyatakan bahwa keber-
refleksi, berbagi, dan diskusi selama
36 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
proses pelatihan. Hakikat refleksi diri di
kehidupan
dalam sebuah pelatihan adalah meman-
makna positif dari peristiwa-peristiwa
tulkan atau menghadirkan kembali dalam
yang mereka alami sehingga mereka
batin
berbagai
dapat merefleksikan pengalaman-penga-
pengalaman yang sudah terjadi untuk
laman mereka tersebut. Pekerjaan rumah
menemukan makna dan nilainya yang
berupa menulis pengalaman ini me-
lebih dalam. Sementara berbagi dan
rupakan salah satu proses yang dapat
diskusi adalah membagikan pikiran dan
meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal
atau perasaan yang muncul sebagai hasil
ini sesuai dengan penelitian Emmons dan
refleksi kepada orang lain dalam kegiatan
McCollough (2003) yang menyatakan
belajar bersama (Supratiknya, 2008). Dari
individu yang menulis gratitude journal
proses refleksi, berbagi, dan diskusi
setiap
tersebut membuat tiap peserta menyadari
laporkan memiliki lebih sedikit gejala
bahwa mereka tidak sendiri. Mereka
penyakit
menyadari bahwa peserta lain
juga
mengenai hidupnya secara keseluruhan,
merasakan apa yang mereka rasakan.
dan lebih optimis mengenai kehidupan
Mereka mengetahui bahwa guru lain juga
mereka selama satu minggu ke depan.
merasakan beratnya pekerjaan mereka.
Partisipan yang bersyukur secara teratur
Selain itu, peserta juga belajar satu sama
dilaporkan
lain dan menyadari bahwa ada masalah
seseorang dengan masalah pribadi atau
yang lebih berat dibandingkan dengan
menawarkan dukungan emosional kepa-
masalah yang mereka hadapi. Mereka
da orang lain di lingkungan sosialnya.
juga
seseorang
saling
mengenai
belajar
bagaimana
mereka
dan
mengambil
minggunya secara fisik,
teratur
merasa
lebih
lebih
sering
dibaik
menolong
cara SIMPULAN DAN SARAN
menghadapi masalah, sehingga akhirnya mereka memperoleh pencerahan dari masing-masing peserta. Sehingga akhir-
Simpulan
nya menimbulkan tekad yang kuat dalam
Berdasarkan
hasil
analisis
data
bahwa guru
inklusi
yang
diri peserta untuk melakukan perubahan
diperoleh
diri yang lebih baik di dalam kehi-
mendapatkan pelatihan kebersyukuran
dupannya.
mengalami peningkatan kualitas hidup
Pada pelatihan kebersyukuran ini
dibandingkan dengan guru inklusi yang
peserta diberikan pekerjaan rumah menu-
tidak
lis peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
syukuran. Dengan demikian dapat disim-
mendapatkan
pelatihan
keber-
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 37
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
pulkan bahwa pelatihan kebersyukuran efektif
dalam
meningkatkan
Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan UMM.
kualitas
hidup guru inklusi. Saran Subjek diharapkan untuk mengaplikasikan hasil dari proses pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari agar manfaat yang diperoleh lebih terasa dan diharapkan dapat memperbaiki tingkat kualitas hidup guru inklusi. Peneliti selanjutnya dapat membuat pelatihan kebersyukuran dengan pertemuan lebih banyak, tetapi dengan waktu yang lebih singkat tiap pertemuannya. Hal ini untuk mencegah peserta yang jenuh dan kelelahan akibat waktu yang terlalu panjang di setiap pertemuan. Sehingga diharapkan peserta dapat lebih memahami dan lebih mampu menemukan
makna
dibalik
setiap
peristiwa. DAFTAR PUSTAKA Al-Jauziyyah, I.Q. (2010). Sabar dan Syukur: Menguak Rahasia di Balik Keutamaan Sabar dan Syukur. Semarang: Pustaka Nuun. Arief, M. F., & Habibah, N. (2015). Pengaruh Strategi Aktivitas (Bersyukur dan Optimis) terhadap Peningkatan Kebahagiaan pada
Arrofiq, A. (2013). Makna Syukur Guru Tidak Tetap pada Sekolah Dasar Muhammadiyah di Surakarta. Naskah Publikasi Psikologi dan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Chadha, M., & Pandey, N. (2015). A Study of Quality of Life among Government and Non-Government Secondary School Teachers. Indian Journal of Health and Wellbeing. 6(1), 37-41. Chan, D. W. (2010). Teacher Burnout Revisited: Introducing Positive Intervention Approaches Based on Gratitude ad Forgiveness. Educational Research Journal. 25(2). Damasio, B. F., Melo, R. L. P., & Siva, J. P. (2013). Meaning in Life, Psychological Well-Being and Quality of Life in Teachers. Paideia. 23(54), 73-82. Elisa, S., & Wrastari, A. T. (2013). Sikap Guru terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. 2(1). Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2003). Counting Blessings Versus Burdens: An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective
38 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi
Well-Being in Daily Life. Journal of Personality and Social Psychology. 84(2), 377-389. Froh, J. J., Sefick, W. J., & Emmons, R. A. (2008). Counting Blessings in Early Adolescents: An Experimental Study of Gratitude and Subjective Well-Being. Journal of School Psychology. 46, 213-233. Hull, J. R. (2005). General Classroom and Special Education Teachers’ Attitudes toward and Perceptions of Inclusion in Relation to Student Outcomes. Disertation The University of West Florida. Hutton, R. S. (2008). Enhancing Teacher Learning in Inclusion. Thesis Massey University. Ilgan, A., Ozu-Cengiz, O., Ata, A., & Akram, M. (2015). The Relationship Beteen Teachers’ Psychological Well-Being and Their Quality of School Work Life. The Journal of Happiness & Well-Being. 3(2), 159-181. Kongchao, H., Min, L., Yongbo, Z., & Xiaoping, Y. (2015). Research on Professional Life Quality of Preschool Teachers in Chinese Poverty Counties: Job Satisfaction’ Perspective. Asian Social Science. 11(9). McKeating, E. (2013). Including Children with ASD in Regular Kindergarten
and First Grade Classrooms: Teacher Attitudes, Child Progress and Classroom Quality. Disertation University of Pittsburgh. Muwana, F. C. (2013). Zambian Student Teachers’ Attitudes toward Including Students with Disabilities in General Education Classrooms. Disertation University of Illinois. Ni’matuzahroh. (2015). Analisis Kesiapan Guru dalam Pengelolaan Kelas Inklusi. Seminar Psikologi & Kemanusiaan. Shabani, E., & Shamir, A. S. (2014). High School Teachers Sensation Seeking, Quality of Life and Hope of Life. International Journal of Education and Applied Sciences. 1(6), 287296. Supratiknya, A. (2008). Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: USD Press. Stark, R., Gordon-Burns, D., Purdue, K., Rarere-Briggs, B., & Turnock, K. (2010). Other Parents’ Perceptions of Disability and Inclusion in Early Childhood Education: Implications for The Teachers’ Role in Creating Inclusive Communities. He Kupu The World. Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. L. (2003). Gratitude and Happiness: Development of A Measure of Gratitude, and
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016
| 39
Dwiva Aditya Putri, Sukarti, & Mira A. Rachmawati
Relationships with Subjective WellBeing. Social Behavior and Personality. 31(5), 431-452. Wicaksono, A. R. (2013). Hubungan antara Kebersyukuran dengan Efikasi Diri pada Guru Tidak Tetap di Sekolah Dasar Muhammadiyah. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wood, A. M., Maltby, J., Gillett, R., Linley, P. A., & Joseph, S. 2008. The role of gratitude in the development of social support, stress, and depression: Two longitudinal studies. Journal of Research in Personality, 42, 854– 871.
40 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2016