PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN GURU TERHADAP PENINGKATAN KELULUSAN PADA UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SELONG TAHUN 2012
Zalia Muspita
A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Adapun untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi. Evaluasi pendidikan mencakup evaluasi hasil, proses pelaksanaan dan faktor-faktor manajerial pendidikan pendukung proses pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan
penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk petanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Bangsa Indonesia sedang menjalankan reformasi menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan reformasi ini adalah
1
aspirasi dan tuntunan rakyat, kemudian dipormulasikan kedalam ketetapanketetapan hasil sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat 1998 yang selanjutnya dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai kebijakan. Maka salah satu kebijakannya adalah dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara di bidang pendidikan, untuk itu lahirlah Undang–Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan Undang-Undang ini sebagai pengganti dari Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang perlu disempurnakan sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan ketentuan beberapa pasal antara lain Pasal 35 Ayat (4), Pasal 36 Ayat (4), Pasal 37 Ayat (3), Pasal 42 Ayat (3) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, maka pemerintah mengeluarkan/menetapkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan sebagai perangkt pendukung dengan tujuan melengkapi kekurangan serta memuat detail ketentuan pelaksanaan UndangUndang dimaksud. Peranturan standar nasional pendidikan ini, dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidik agar di atas meningkatkan kinerjanya dalam memberikan lanyanan pendidikan yang bermutu. Selain itu pula, standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai prangkat untuk mendorong terwujudnya transaparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dengan demikian, jika peserta didik memproleh pendidikan
2
yang bermutu akan berpotensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan merupakan sebuah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena sudah mengenal apa itu pendidikan sejak dalam kandungan melalui intraksi. Intraksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat (Sukmadinata, 2001: 11). Pendidikan sebagai hak asasi setiap individu telah di akui dalam undang-undang dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dengan pendidikan inilah manusia, masyarakt dan suatu bangsa bisa dikatakan maju, besar dan berperadaban tinggi, semakin tinggi pendidikan suatu bangsa semakin tinggi pula peradaban suatu bangsa. Dengan kata lain semakin tinggi pendidikan masyarakat suatu bagsa senakin maju peradabannya, dan sebaliknya. Jadi dapat di pertegas bahwa dengan pendidikan, ilmu dan pengetahuan akan maju dan berkembang. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU Sisdiknas). Pendidikan juga didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat
dan
pemerintah dengan tanggung jawabnya
3
masing-masing
berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap kebijakan makro pendidikan
serta
memahami
kondisi
lingkungannya
(kelebihan
dan
kekurangannya) untuk kemudiann melalui proses perencanaan, sekolah harus mempormulasikannya kedalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program perioritas yang haru dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misi masing-masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebujakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan
input
yang
memadai,
memiliki
tanggung
jawab
terhadap
pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kubutuhan belajar siswa. Dalam kerangka menejemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha jasa yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. 1.1. Target Luaran Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan publikasi ilmiah. Target luaran berupa publikasi ilmiah ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan internal dan eksternal. Secara internal, publikasi ilmiah merupakan kegiatan yang mendapat perhatian kurang optimal dikalangan perguruan tinggi. Di sisi lain,
4
dorongan eksternal berangkat dari perlunya diadakan peningkatan kualitas pendidikan, yang salah satu upayanya adalah dengan melakukan penelitian yang terkait dengan pendidikan
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pendahuluan yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini berusaha mengkaji hal-hal sebagai berikut: (1) bagaimanakah tingkat kelulusan siswa MAN Selong? (2) bagaimanakah upaya meningkatkan kelulusan siswa pada ujian nasional di MAN selong? dan (3) apa saja faktor pendukung dan penghambat MAN Selong dalam meningkatkan kelulusan siswa pada ujian nasional?
C. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Program Pelatihan Istilah
pelatihan
ditujukan
pada
guru/pegawai
pelaksana
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, dalm pengembangan pendidikan. Wexley dan Yukl (1976: 282) menyatakan bahwa pelatihan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselanggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi. Lebih lanjut, Mangkuprawira (2004) menyatakan bahwa pelatihan bagi guru/pegawai merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar guru/pegawai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
5
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pelatihan terhadap guru/pegawai merupakan sebuah pengajaran terhadap guru/pegawai dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai
tenaga
kependidikan
agar
benar-benar
meperhatikan tugas dan fungsinya sebagai tenaga kependidikan. Adapun tujuan program pelatihan terhadap guru/pegawai ini adalah untuk mencetak tenaga guru/pegawai yang handal dan bertanggung jawab terhadap profesinya dan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Menurut Dharma (2003: 311) tujuan utama suatu program pelatihan adalah meningkatkan kemampuan karyawan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Itupun dengan catatan bahwa pelatihan itu berhasil membuat orang yang mengikutinya belajar sesuatu. Dengan demikian, dapat dsimpulkan bahwa tujuan pelatihan dalam konteks pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan guru, khususnya memahami peran dan tanggung jawab sebagai guru, menampilkan kewibawaan dan suri tauladan, memotivasi secara efektif, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, memberikan instruksi secara efektif, menegakkan disiplin dan menegur secara arif. Melalui pelatihan, guru dilatih untuk menjadi guru yang profesional, mengembangkan nilai-nilai luhur, menanggapi suatu masalah dan menjaga integritas pribadi.
3.2. Ujian Nasional (UN) 3.2.1. Definisi Dan Tujuan Ujian Nasional (UN) Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
6
menengah. Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Biasanya istilah ini digunakan bagi jenjang SMP dan SMA sederajat, sedangkan bagi peserta didik dalam jenjang SD sederajat digunakan istilah Ujian Akhir sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Secara garis besar, penilaian dalam bidang pendidikan terdiri dari dua jenis, yaitu penilaian internal dan eksternal. Penilaian internal dilakukan untuk memberikan umpan balik sekaligus memantau kemajuan belajar anak. Evaluasi internal ini diselenggarakan oleh institusi penyelenggara, dalam hal ini guru atau sekolah (Anam Sidi, 2005: 259). Sedangkan penilaian ekternal dilakukan oleh pihak lain diluar institusi penyelenggara. Penilaian eksternal ini perlu dilakukan karena biasanya justru menjadi alat yang efektif untuk mendorong sekolah tersebut bergerak ke arah perbaikan. Hal ini terjadi karena external evaluation berfungsi sebagai penekan. Bagi pemerintah, penilaian eksternal ini memiliki makna sangat penting karena menjadi alat untuk quality control dan quality assurance terhadap penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi pada umumnya bertujuan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu, UAN bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan memper-tanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di
7
tingkat
nasional,
provinsi,
kabupaten
sampai
tingkat
sekolah
(http://syamsuddinideris. blogspot.com, di akses tanggal 17 Desember 2009). Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 Pasal 2 dijelaskan bahwa Ujian Nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan Diadakannya ujian adalah untuk melihat apakah suatu gagasan telah diungkapkan dan difahami dengan jelas, dan apakah metode belajar yang digunakan memang sudah digunakan dengan baik.(Nurdin, 2007: 72) 3.2.2. Pelaksanaan dan Standar Kelulusan Ujian Nasional Pertama, pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional dilaksanakan berdasarkan landasan yuridis maupun empiris. Landasan yuridis Ujian Nasional adalah UU No.2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1) evaluasi hasil peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (internal evalution); (2) evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik, untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan (Darmaningtiyas,2007: 43-44). Sedangkan landasan empiris Pemerintah adalah hasil penelitian dan seminar, antara lain Hasil Penelitian Program Pascasarjana UNY, Hasil Penelitian Ki Supriyoko dkk, Hasil Penelitian Lemlit Universitas Palangka Raya, Hasil Seminar yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Psikometri, Fakultas Psikologi UI yang menyimpulkan
8
antara lain bahwa dengan adanya UN maka siswa terdorong belajar lebih giat, guru terdorong mengajar lebih baik, kepala sekolah terdorong memperbaiki mutu sekolah
dan
orang
tua
terdorong
lebih
memperhatikan
anak
belajar
(Darmaningtiyas, 2007: 44). Kedua, standar kelulusan Ujian Nasional. Standar adalah patokan. Ketua BSNP, Prof Mungin Eddy Wibowo mengatakan bahwa standar kelulusan UN setiap tahun memang selalu mengalami kenaikan. Kenaikan standar kelulusan UN didasarkan pada standar pendidikan nasional dan diharapkan dapat memacu motivasi peserta didik dan guru. Pada masa awal adanya Ujian Nasional (UN), pemerintah menetapkan standar nilai kelulusan bagi siswa adalah 3,01, Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 017/U/2003 Tanggal 7 Februari 2003 tentang Ujian Nasional (UN) bagi SD/MI, SLTP/MTs dan SMU/MA menyebutkan siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2002/2003 berhak memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) dan bagi yang lulus berhak memperoleh Surat Tanda Kelulusan (STK). Artinya siswa yang tidak memilki nilai 3,01 hanya dinyatakan tamat sekolah tetapi tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Sedangkan bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) diberi kesempatan mengikuti ujian susulan guna mendapatkan Surat Tanda Kelulusan (STK) sebagai rekomendasi bisa melanjutkan pendidikan (Unas.http:// patkmatematika.com. 10 desember 2009). Pada tahun 2004, Depdiknas kembali menaikkan standar kelulusan dari 3,01 menjadi 4,01. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/U/2003 menyatakan peserta Ujian Nasional (UN) 2004 dinyatakan lulus
9
apabila memenuhi dua syarat akademis. Pertama mengantongi nilai semua mata pelajaran yang diujikan secara nasional Kedua tidak ada nilai kurang dari atau sama dengan 4,00 atau nilai minimal 4,01.( Unas. http:// patkmatematika. com. 10 desember 2009). Selanjutnya, standar kelulusan untuk tahun pelajaran 2004/2005 dinaikkan lagi, semula standar kelulusan sebesar 4,01 menjadi 4,25. Adapun standar kelululusan untuk tahun pelajaran 2005/2006, sesuai dengan Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional SMP, MTs, SMPLB, SMA, MA, SMALB, dan SMK. Peserta didik dinyatakan lulus apabila memenuhi criteria, yakni: telah mengikuti ujian seluruh mata pelajaran yang diujikan dan memiliki nilai lebih besar dari 4,5 untuk setiap mata pelajaran yang diujikan dengan rata-rata Nilai Ujian Nasional lebih besar 4,50.
3.3. Upaya dan Kendala Sekolah dalam Meningkatkan Kelulusan Siswa Pertama, upaya sekolah dalam meningkatkan kelulusan siswa. Ada beberapa strategi bisa dilakukan oleh beberapa sekolah sesuai kondisi sekolahnya masing-masing, antar lain: (1) meningkatkan motivasi siswa. Menumbuhkan motivasi atau gairah belajar yang tinggi di siswa tidaklah mudah. Diperlukan pendekatan khusus, dapat dimulai dengan pengklasifikasian siswa dari siswa yang memiliki high motivation sampai yang low motivation lalu dibuat progress reportnya, (2) menganalisis SKL (Standar Kompetensi Lulusan). Apabila sekolah menerima SKL maka perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum diinformasikan kepada siswa. Hal ini dikarenakan pemahaman setiap siswa itu berbeda-beda, bahkan tak dipungkiri gurupun juga terkadang mengalami kesulitan dalam memahami SKL, apalagi guru yang baru dan belum berpengalaman, (3) membuat
10
bank soal yang sesuai indikator-indikator SKL, dan (4) melaksanakan Try Out yakni salah satu kegiatan wajib untuk menilai kemampuan dan melatih kemampuan siswa untuk menghadapi ujian nasional. Kedua, kendala sekolah dalam meningkatkan kelulusan siswa. Kendala Sekolah dalam menghadapi ujian nasional dapat dilihat dari kondisi siswa saat ini, masih kurang menyadari pentingnya membaca, malas belajar, kurang bisa membagi waktu dan masih banyak yang berkonsentrasi untuk kegiatan lain yang tidak mendukung kearah keberhasilan ujian nasional. Untuk lulus ujian nasional, siswa perlu dikondisikan sejak dini agar belajar efektif, memperbanyak membaca, dan belajar tidak hanya pada waktu sore saja, tetapi setiap ada kesempatan. Kendala yang mempengaruhi keberhasilan siswa pada ujian nasional, misalnya semangat belajar yang kurang. Jadi apabila terdapat peserta didik yang kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran, guru harus sadar bahwa barangkali metode atau pendekatan yang dipilih kurang relevan dan ia harus berusaha mencari metode alternatif. Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar siswa pada dasarnya terletak pada guru atau pengajar itu sendiri. Kendala lain tidak hanya pada seorang siswa yang malas belajar, akan tetapi dijumpai pula pada pendidik, salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah adanya pendidik, karena pendidik itulah yang bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi peserta didik. Pendidik tidak hanya bertanggungjawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya, tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik menjadi baik dan berkualitas.
11
Apabila pendidik tidak mampu melaksanakan tanggungjawab dalam pembelajaran, maka akan berakibat terhadap kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam ujian nasional. Hal ini akan berakibat terhadap banyaknya siswa yang tidak lulus ujian nasional. Selain kendala peserta didik dan pendidik, kendala sekolah dalam meningkatkan kelulusan terbentur apabila sarana dan prasarana kelengkapan pembelajaran dikelas kurang. Siswa akan kurang memahami pembelajaran lebih mendalam. Sarana prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana ini mempunyai tugas yang sangat penting yaitu membantu dan mempercepat proses pembelajaran peserta didik karena dapat member pemahaman peserta didik terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
D. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penilitian ini merupakan penelitian deskriptif, yakni penelitian yang berupaya menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat ini. Penggunaan jenis penelitian ini didasarkan pada sifat masalah yang dihadapi, yaitu akan memberikan gambaran yang sesuai dengan fakta-fakta yang ada dilapangan dan sesuai pula dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji lebih lanjut tantang pengaruh pelaksanaan program pelatihan guru terhadap peningkatan tingkat kelulusan siswa dimadrasah aliyah negeri (MAN) selong.
12
4.2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan peneliti yakni berupa angket dan pedoman dokumentasi. Angket digunakan untuk untuk memperoleh informasi dari responden tentang pengaruh pelaksanaan program pelatihhan guru terhadap peningkatan tingkat kelulusan siswa. Sedangkan pedoman dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang digunakan untuk memperkuat data yang didapat dari angket. 4.3. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini akan disajikan secara deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode analisis data dengan mendeskipsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan mulai dari fakta lapangan artinya peneliti terjun langsung kelapangan, Data yang dianalisis bersifat deskriptif artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata, bukan angka-angka dan lampiran deskriptif berisi kutipan-kutipan kata yang berasal dari pengamatan angket dan dokumentasi.
E. HASIL PENELITIAN
13
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa pelatihan guru berpengaruh terhadap peningkatan kelulusan siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Selong. Ujian nasional telah menjadi rutinitas. Setiap tahun agenda nasional ini selalu menjadi bahan perbincangan, entah karena jumlah angka ketidaklulusan yang tinggi atau mekanisme ujian yang sarat kekurangan (Setiawan, 2008: 139). Walaupun keberadaan ujian nasional bukan mutlak penentu kelulusan siswa, karena masih terdapat komponen kelulusan siswa yang lain, akan tetapi ujian nasional yang dirasa lebih berat dibanding dengan komponen kelulusan siswa. Terdapat empat komponen kelulusan siswa yaitu, a) siswa mampu menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b) siswa memperoleh nilai minimum 6 pada penilaian akhir untuk kelompok mata pelajaran agama, dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, serta olahraga dan kesehatan. c) siswa wajib lulus ujian sekolahuntuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, d) siswa lulus ujian nasional. Sebagian sekolah dengan pemberlakuan ujian nasional merasa takut, karena akan membuat siswa-siswanya cukup banyak yang tidak lulus. Hal ini tentu akan mencoreng reputasi sekolah, yang ujung-ujungnya bisa membuat sekolah tersebut tidk diminati siswa. Akan tetapi ada yang berpikiran sebaliknya, dengan adanya ujian nasional justru memacu sekolah untuk berlomba-lomba meningkatkan mutunya. Ujian nasional akan memaksa siswa, guru, kepala sekolah dan Dinas di daerah untuk bekerja keras. Berdasarkan hasil penelitian
14
yang telah diuraikan pada bab 4, tingkat kelulusan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Selong tahun pelajaran 2009/2010 mengalami Peningkatan. Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa pelatihan guru berpengaruh terhadap peningkatan kelulusan siswa madrasah aliyah negeri (MAN) selong
F. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa program pelatihan berpengaruh terhadap tingkat kelulusan siswa. Hal ini dapat di ukur dari sikap yang bisa ditonjolkan terhadap anak didiknya dan hasil dari data kelulusan yang peneliti temukan dalam pengambilan dokumen pada MAN Selong tergolong meningkat. apalagi manakala ditopang oleh cukup baiknya hubungan emosional yang dibangun disela-sela aspek kedisiplinan yang diterapkan kepada anak didiknya selama menjalankan fungsi masing-masing.
15
DAFTAR PUSTAKA Drs. Umaidi, M. Ed. Menejmen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. 1999. http: www.depdiknas. Darmaningtyas, Realitas Pemberlakuan UAN/UN. Edukasi: Volume V Nomor I, Januari-Maret 2007. Lexsy J. Moleong, 1990. Metodologi Penelitian Kuwalitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarnya. Syamsuddin, Ujian Nasional (UN) Sebagai Isu Kritis Pendidikan http://syamsuddinideris. blogspot.com, di akses 17 Desember 2009) Ujian
Penghabisan, Ebtanas, UAN, Lalu Apa Lagi (http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/09/nas21.htm, diakses tanggal 16 Desember 2009)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Pelaksanaan Ujian Nasional (http://tve.depdiknas.go.id, diakses tanggal 10 Desember 2009). Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Http: //www.Depdiknas.go.id.ingling (Accesed 9 Pebruari 2003). Sardiman, AM, 2005. Intraksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Sopian, 2008. Pengaruh Pelakasaan Program Pelatiahan Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan. STKIP Selong Sudarwan Danim, 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Propesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung Pustaka: Stia Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltitina Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara Weli S. Standar Nasional Pendidikan. CV. Ekojaya Jakarta Kiwi Mitra Utama 2005. H.A.R. Tilaar, 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta. 16
http://edukasi.kompas.com. Nopember 2009.
Sekolah
SegeraPadatkanPelajaran.
Diakses
Harjono, Yulvianus. Persiapan UN Menjadi Lebih Berat http://edukasi.kompas.com. diakses tanggal 25 Nopember 2009.
25
dalam
http://rumahbelajar.com. Strategi Menghadapi Ujian Nasional. Diakses tanggal 09 Nopember 2009. http://www.facechan.com/2010/01/try-out-uji-kemampuanmu-sendiri.html. Out Uji Kemampuanmu Sendiri. Diakses tanggal 26 Maret 2010.
Try
Daryanto, 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo. Setiawan, Benni, 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
17