PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh REFNITA NIM. 105018200692
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA (Yayasan Pendidikan Al-Hidayah) Ciputat Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh REFNITA NIM. 105018200692
Di bawah Bimbingan
Drs. Syafril M.Pd NIP. 19460601 196705 1 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
ABSTRAK
Refnita (105018200692). Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah di SMP YAPIA Ciputat ( Penelitian langsung di SMP YAPIA Ciputat ). Skripasi di bawah Bimbingan Syafril M. Pd. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat, yang menyangkut pada : (1) Pemberian pengarahan kepada para guru; (2) Pemberian bimbingan kepada guru; (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru; (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan para guru; (5) Pemberian motivasi kepada guru. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan study kasus. Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2009. Informan dan sampel penelitian adalah seluruh guru yang ada di SMP YAPIA Ciputat yang berjumlah 24 responden. Teknik pengambilan data untuk pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik observasi dan penyebaran angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut para guru di SMP YAPIA Ciputat berdasarkan indikator telah terlaksana dengan Baik. Adapun perhitungan hasil dari setiap indikator adalah (1) Pemberian pengarahan kepada guru menunjukkan 76,6%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikan pengarahan yang baik kepada para guru. (2) Pemberian bimbingan kepada guru menunjukkan 79,9%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikab bimbingan yang baik kepada para guru. (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru menunjukkan 80,28%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa 85,8%, dengan demikian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (5) Pemberian motivasi terhadap para guru menunjukkan bahwa 81,3%, dengan demikian Kepala Sekolah telah memberikan motivaasimotivasi kepada para guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah.
i
KATA PENGANTAR Tak ada yang patut penulis sampaikan kecuali rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan taufik serta hidayah, sehingga tanpa terasa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah di SMP YAPIA (Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah) Ciputat”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan dan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menuntun umatnya dahulu dari jaman yang penuh dengan kesesatan ke jaman yang terang benderang menuju keselamatan dunia dan akhirat. Selesainya skripsi ini, tentunya tidak luput dari bantuan pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil yang tidak mampu penulis lupakan jasa-jasanya karena pengorbanan mereka semua, maka ingin rasanya penulis mencurahkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya. 2. Bapak Rusdy Zakarya, M.Ed, M. Phil Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 4. Bapak Drs. Syafril M.Pd Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar dan tulus, dalam membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya disela-sela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
ii
5. Bapak Abd. Rozak A. Sag, M.Si Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 6. Bapak Syaripulloh M.Si Dosen pembimbing PPKT yang telah banyak memberikan saran-saran bagi penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 7. Bapak Badri, S.Ag, Kepala SMP YAPIA Ciputat beserta seluruh guru dan staf jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SMP YAPIA Ciputat tersebut dan bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Keluargaku terutama untuk kedua orang tuaku ayahanda Ramadin dan ibunda Mariana yang telah memberikan doa serta restunya dan memenuhi segala kebutuhan yang penulis perlukan hingga menyelesaikan penelitian ini dan untuk kakakku Reflina serta adikku Rahmat Hidayat terima kasih atas segala pengertiannya. 9. Sobat-sobatku seperjuangan (Dwi, Dewi, Tsulis) yang telah membantu memberikan semangat, pendapat dan kritiknya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10. Untuk Aa qu, terima kasih banyak atas segala bantuan dan kasih sayangnya, aku sayang kamu Hanya harapan dan doa yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam membantu penulis guna menyelasikan skripsi ini agar mendapatkan balasan yang sberlipat ganda dari Allah SWT. Amin Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi, bahasa maupun penulisannya, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun. Jakarta, Maret 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
3
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
4
D. Perumusan Masalah ....................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ......................................................................
4
KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori ..........................................................................
6
1. Hakikat Supervisi ..................................................................
6
a. Pengertian Supervisi........................................................
6
b. Supervisi Akademik ........................................................
8
c. Tujuan Supervisi Pengajaran........................................... 11 d. Fungsi Supervisi Pengajaran ........................................... 15 e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran .............................. 17 f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik. ............ 21 g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran................................. 28 2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran........................... 31 3. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah......................... 33 4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik ........................ 35 5. Perbaikan Program Supervisi Akademik .............................. 35 6. Media, Sarana, dan Sumber .................................................. 36 7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru............................ 36
iv
8. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi............................... 38 B. Kerangka Berpikir....................................................................... 39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ........................................................................ 41 B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 41 C. Metode Penelitian ...................................................................... 41 D. Sumber Data Penelitian............................................................... 41 E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 42 F. Instrumen Penelitian ................................................................... 43 G. Teknik Analisis Data................................................................... 44
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 46 B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 46 1. Karakteristik Responden ...................................................... 46 2. Data Hasil Angket ................................................................. 48 C. Interpretasi Data .......................................................................... 66
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 68 B. Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Hal 1
Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP YAPIA Ciputat...................................................................... 41
.2
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert ........................ 44
.3
Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP YAPIA Ciputat...................................................................... 45
4
Jenis Kelamin Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010........................................................................... 47
5
Pangkat/jabatan Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010........................................................................... 47
6
Memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran .................................................................................. 48
7
Mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian KBM ..... 49
8
Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program kerja tahunan .................................................................................. 50
9
Memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran..... 50
10
Membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran...................................................... 51
11
Membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di sekolah ........................................................................................... 51
12
Membantu guru dalam pembagian tugas mengajar di sekolah ...... 52
13
Memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data 52
14
Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan di sekolah ....................................................................................... 53
15
Memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil evaluasi........................................................................................... 53
16
Memberikan
bimbingan
kepada
guru
dalam
mengatur
adminisratsi di sekolah................................................................... 54
vi
17
Memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan program sekolah....................................... 54
18
Memberikan bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan para siswa .......................................................................... 55
19
Memberikan
bimbingan
kepada
guru
dalam
melakukan
pembelajaran di kelas..................................................................... 55 20
Memberikan
bimbingan
kepada
guru
dalam
melakukan
komunikasi dengan para siswa di kelas ......................................... 56 21
Mengawasi program kerja yang di buat oleh guru di kelas ........... 57
22
Mengawasi
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
guru
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas............................... 58 23
Membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program sekolah ........................................................................................... 58
24
Memberikan kesempatan kepad aguru untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah ...... 59
25
Memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada guru di sekolah ............................................................................... 59
26
Memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru...................................................... 60
27
Membantu guru dalam menciptakan iklim dan suasana yang kondusif di sekolah ........................................................................ 60
28
Melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah ................................. 61
29
Membantu perbaikan kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan program sekolah ..................................................... 61
30
Memberikan program tahunan yang di buat oleh guru dalam kegiatan pengajaran di sekolah ...................................................... 62
31
Membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang studi ............................................................................................... 62
32
Membantu pra guru dalam menyusun program semester sekolah . 63
vii
33
Membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya.......................................................... 64
34
Memberikan
motivasi
kepada
guru
untuk
meningkatkan
kinerjanya....................................................................................... 65 35
Dalam rapat sekolah kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk dapat mengembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah...................................................... 65
36
Prosentase perhitungan nilai rata-rata ............................................ 67
viii
SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Refnita
NIM
: 105018200692
Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan
: Kependidikan Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2010 Penulis
Refnita
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa perubahan dan pengembangan aspek kehidupan perlu ditanggapi oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Profesionalitas guru yang baik itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya iklim pendidikan yang efektif serta dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia Dunia pendidikan saat ini dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan, di lihat dari banyaknya permasalahan pendidikan yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan seperti mutu pendidikan yang rendah, minimnya profesionalisme tenaga pendidik, rendahnya sistem manajemen pendidikan sekolah, anggaran pendidikan yang tidak relevan, hingga kurangnya relevansi tenaga pendidik terhadap anak didiknya. Dari permasalahan-permasalahan di atas sangatlah mempengaruhi baik buruknya sistem pendidikan di Indonesia. Dari permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia ini, dibutuhkan perubahan-perubahan yang signifikan seperti dalam kegiatan belajar mengajar dan kinerja pendidikan yang harus diawasi dan di bimbing oleh seorang supervisi pengajaran. Karena menurut Piet A Sahertian “Supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara dan mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha
1
2
meningkatkan proses mengajar siswa” 1 . Dengan demikian, supervisi pengajaran dapat diartikan proses yang digunakan oleh personalia pendidikan (supervisior) Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ciri utama supervisi adalah perubahan dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar mengontrol atau melihat apakah segala kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, akan tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup kondisikondisi atau syarat-syarat personil maupun material yang diperlukan guna terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik. Ada beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan untuk lebih memudahkan jalannya kegiatan supervisi. Teknik-teknik supervisi terbagi atas teknik supervisi yang bersifat individual maupun kelompok. Pemilihan teknik supervisi disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, tempat dan juga waktu, jumlah dan sifat orang yang akan di supervisi serta guru (tenaga pengajar) juga perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan supervisi. Proses bantuan, arahan dan bimbingan bagi para guru ini merupakan tugas dan tanggung jawab supervisi pengajaran, maka dari itu seorang supervisor pengajaran harus dapat meneliti, mengamati dan mencari syarat-syarat yang diperlukan dalam upaya perbaikan dan mengembangkan diri dalam profesinya. Idealnya suatu supervisi dilakukan secara profesional dalam upaya pengembangan lembaga pendidikan. Pada lembaga sekolah yang saya teliti yaitu SMP YAPIA CIPUTAT yang memiliki Visi :
1
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya :Usaha Nasional, 1981), hal.
3
Unggul dalam kualitas belajar dan berkarya, kokoh dalam IMTAQ dan serasi dalam kebersamaan” dan adapun Misinya yaitu : 1. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan. 2. Mewujudkan pengembangan standar pencapaian ketuntasan belajar dan peningkatan standar kelulusan tiap tahunnya. 3. Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur, Professional, terampil dan tangguh. 4. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisifatif dan objektif. Dari visi dan misi di atas peneliti melihat ada beberapa masalah yang bertolak belakang dengan misi sekolah tersebut, serta permasalahan ketika proses belajar mengajar berlangsung diantaranya yaitu : 1. Banyaknya siswa yang tidak mengikuti tata tertib dalam berpakaian seperti ada beberapa anak didik yang tidak menggunakan atribut sekolah (bet dan topi), serta siswa yang terlambat datang ke sekolah 2. Banyak siswa yang keluar kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung 3. Ada beberapa guru meninggalkan ruang kelas dan menyuruh anakanak untuk mencatat Dari permasalahan-permasalahan yang ada di SMP YAPIA Ciputat ini, diperlukan supervisi pengajaran dalam mewujudkan kondisi pendidikan yang baik dan mengembangkan perilaku guru yang diperlukan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang optimal. Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, maka penulis ingin mengkaji
secara
PELAKSANAAN
deskriptif
dan
KEGIATAN
empiris
mengenai
SUPERVISI
KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT”
“BAGAIMANA
PENGAJARAN
OLEH
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah tersebut ? 2. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi mengajar guru ? 3. Metode apa yang digunakan pengajar atau guru di sekolah tersebut ? 4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat ? 5. Kendala apa saja yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah ?
C. Pembatasan masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut yaitu “Pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah tersebut dengan “Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat”
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan khasanah keilmuan terkait dengan pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat. 2. Secara Praktis
5
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Mahasiswa dan program studi sebagai masukan atau informasi tentang adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat b. Kepala Sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu supervisi pendidikan dan pengajaran di sekolah c. Guru, sebagai bahan informasi dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mengajar d. Peneliti lanjut, dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang
kontribusi
penerapan
supervisi
pengajaran
dalam
meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II KERANGKA TEORI, BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori 1. Hakikat Supervisi a. Pengertian Supervisi Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. 2 Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor. Dalam bukunya Good Carter, Dictionary of Education, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas
termasuk
menstimulir,
lainnya,
dalam
menyeleksi
memperbaiki pertumbuhan
pengajaran, jabatan
dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
2
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994) hal. 1
6
7
bahan-bahan pengajaran.
pengajaran
dan
metode
mengajar
dan
evaluasi
3
Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah suatu teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. 4
Sedangkan
menurut
Kimball
Wiles,
mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari belajar mengajar yang baik. 5 Menurut Ngalim Purwanto, .supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 6 Glickman dalam Ibrahim Bafadal mendefinisikan Supervisi Pengajaran
adalah
serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Moh Rifai’i mendefinisikan supervisi pengajaran adalah tahapan/fase dalam administrasi sekolah, terutama mengenai keberhasilan dalam usaha mencapai harapan/tujuan tertentu dalam pengajaran. 7 Menurut pendapat Harris dalam Piet A. Sahertian Supervisi Pengajaran adalah apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk memelihara (maintain) atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. 8
3
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 17 4 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. H. 68 5 Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 18 6 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 76 7 M. Moh. Rifa’i, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1986) ,h. 125-126 8 Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Inservice Education (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) ,hal. 57
8
Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar menjadi guru (personil) yang cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar disekolah. 9 Jadi, supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan (kepala sekolah) kepada personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya. Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu juga supervisi diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada di sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b. Supervisi Akademik Glickman
(1981),
mendefinisikan
supervisi
akademik
adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi
akademik
merupakan
upaya
membantu
guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. (Daresh, 1989). Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses 9
Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989). Cet. Ke-1 hal.104
9
pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan muridmurid di dalam kelas?, Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?, Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengebangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui supervisi akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menegaskan Instructional supervision is herein defined as: behavior officially designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a way to facilitate pupil learning and achieve the
10
goals of organization. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik. 1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989). 2) Perilaku
supervisor
dalam
membantu
guru
mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru. 3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Secara rinci, tujuan supervise akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini. Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”. Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang siap membantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru. Oliva (1984) mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan programprogram dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja
11
guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai pemimpin
kelompok
(group
leader),
supervisor
harus
memiliki
kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya. c. Tujuan Supervisi pengajaran Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat dalam pekerjaan itu harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai. Dibidang pendidikan dan pengajaran seorang supervisor pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu. Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi mengajar guru. 10 Secara umum tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membentuk kepemimpinan dalam menjamin kelangsungan dan ketetapan penyesuaian kembali dalam program pendidikan yang berlangsung dari masa ke masa, dari tingkat ke ting kat dalam suatu sistem, dan dari pengalaman belajar yang satu ke pengalaman belajar yang lain. 11 Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid10
Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998), hal. 65 11 Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Departemen Penidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,(Jakarta : 1989), hal.223
12
muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami aka demik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. 2) Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa
13
dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya. 3) Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya mendorong
guru
dalam
melaksanakan
mengembangkan
tugas-tugas
kemampuannya
mengajarnya, sendiri,
serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana gambar di bawah ini.
Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., & Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc., p. 45. Gambar tersebut di bawah ini memperjelas kita dalam memahami sistem pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar.
14
Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik. Supervisi pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan siswa dan dari sini sekaligus menyiapkan bagi perkembangan masyarakat. 12 Amatembun
merumuskan
tujuan
supervisi
pendidikan
(dalam
hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional) yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa yang berpancasila. 13 Yusak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut: a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar mengajar b) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan c) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal. d) Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya e) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh. 14 Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar secara total.15 Dalam hal ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan 12
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 294 13 N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guruguru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-5, hal. 26 14 Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke1, h. 100 15 Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 77
15
dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran d. Fungsi Supervisi Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakantindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis. Menurut W.H. Burton dan Leo. J. Bruckner sebagaimana dikutip oleh Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. 16 Menurut Swearingen, terdapat 8 (delapan) hal yang menjadi fungsi supervisi pendidikan yakni: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Mengkoordinasikan semua usaha sekolah Memperlengkapi kepemimpinan sekolah Memperluas pengalaman guru-guru Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus Menganalisis situasi belajar mengajar Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan mengajar guru-guru. 17 Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa mengoordinasikan semua
usaha-usaha yang ada dilingkungan sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah agar benar-benar mendukung kelancaran program secara keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi maupun edukatif, membutuhkan keterampilan
16
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1. h.21 17 Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 26
16
supervisor untuk mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang ingin dicapai. Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi : 1) Sebagai penggerak perubahan 2) Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran 3) Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia 4) Sebagai kepemimpinan kooperatif. 18 Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk menghasilkan perubahan manusia kearah yang dikehendaki, kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan pembelajaran. Made Pidarta menyebutkan fusngsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagaian besar yaitu : a) Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa b) Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat. 19 Fungsi kepemimpinan kepala sekolah bertindak sebagai pencipta hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru dan karyawan, pendorong bagi kepribadian guru dan karyawan sebagai pelaksana kegiatan belajar, pelaksana dalam pengawasan, dan pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas dan tanggung jawab terhadap guru dan karyawan. Fungsi pembinaan berarti kepala sekolah meningkatkan kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas. Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai membina pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja.
18
Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5, hal. 235-242 19 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara 1992), cet ke 1 hal.15
17
Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan adalah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran. e. Prinsip-prinsip Supervisi Pengajaran Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut : a) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu b) Objektif, artinya yang di dapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi c) Menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap proses belajar mengajar 2) Demokratis Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain 3) Kooperatif Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 4) Konstruktif dan kreatif Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan potensi-potensinya. 20 Di samping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip negatif. 1) Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif b) Supervisi harus kreatif dan konstruktif c) Supervisi harus scientific dan efektif d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self Evolution. 21 2) Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita ikuti a) Seorang supervisior tidak boleh bersifat otoriter b) Seorang supervisior tidak boleh mencari kesalahan kepada guru-guru 20
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 30-31 21 Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 42-43
18
c) Seorang supervisior bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik d) Seorang supervisior tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari pada guru e) Seorang supervisior tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar f) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan. 22 Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap para pemimpin pendidikan yang hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap korektif harus diganti dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya. Konsep dan tujuan supervisi akademik, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para praktisi supervisi akademik (kepala sekolah). Namun, memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik. Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya sematamata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya. Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus 22
Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta : Ghalia Indonesia), Cet. Ke-3, hal.75-76
19
direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolahsekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut. 1) Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifatsifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972). 2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang. 3) Supervisi
akademik
harus
demokratis.
Supervisor
tidak
boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervise akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
20
4) Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam system perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). 5) Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972). 6) Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervise akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka. 7) Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk
kerjan
guru,
kesalahankesalahannya.
tetapi
tujuannya
Supervisi
akademik
bukan akan
untuk
mencari
mengembangkan
pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi. 8) Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objectivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran
21
yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. f. Dimensi-dimensi Substasi Supervisi Akademik. Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proto tipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment). Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada apa seharusnya program supervisi akademik. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh pada
pengembangan
seluruh
kompetensi
guru.
Sehubungan
dengan
pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk
22
pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran.Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional,
dan
sosial.
Aspek
substansi
pertama
dan
kedua
merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bias mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugastugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan bilamana merujuk kepada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan harus dijadikan perhatian pengawas dalam melakukan supervisi akademik, yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten
23
1) Observasi Kelas Observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran karena dapat melihat kegiatan guru, murid, dan masalah yang timbul. a) Perencanaan Kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program dalam satu semester atau tahunan. Program tidak terlalu kaku, tergantung dari jumlah guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu dengan pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan. b) Mekanisme Observasi (1) Persiapan yang diperhatikan: -
Guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan mengadakan observasi
-
Kesepakatan kepala sekolah dan guru tolok ukur tentang apa yang diobservasi.
(2) Sikap observer di dalam kelas -
Memberi salam kepada guru yang mengajar.
-
Mencari tempat duduk yang tidak mencolok.
-
Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas.
-
Mencatat setiap kegiatan.
-
Bila ada memakai alat elektronika: tape recorder, kamera.
-
Mempersiapakan isian berupa check list.
(3) Membicarakan hasil observasi Hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan: -
Kepala sekolah mempersiapkan( bisa bertanya pada nara sumber atau perpustakaan).
-
Waktu percakapan.
-
Tempat percakapan.
-
Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan.
-
Percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi.
24
-
Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat.
-
Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki kelemahan.
-
Saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis.
-
Kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
(4) Laporan percakapan -
Hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah diobservasi.
-
Isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran.
2) Saling Mengunjungi Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari kegiatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guruguru antara lain: -
Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
-
Untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat Kegiatan Guru (PKG)
3) Demonstrasi Mengajar Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997), sebagai seni dan filsuf. Menurut pendapat di atas mengajar dalam pekerjaan di sekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik. Selain itu dapat juga menggunakan kamera yang sederhana dan hasilnya dapat dilihat dengan TV Multi media. Yang perlu dipersiapkan: a) Guru yang mengajar harus memberikan persiapan. b) Kamera diletakkan di tempat strategis sehingga aktivitas guru siswa terlihat dan tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran. c) Kepala sekolah dan guru melihat proses pembelajaran.
25
d) Hasil rekaman dapat dilihat dengan TV Multi media dan ditonton bersama kepala sekolah maupun guru-guru yang lain. e) Guru-guru dan kepala sekolah memberikan komentar. f) Hasil diskusi-diskusi tersebut untuk perbaikan mengajar guru yang bersangkutan. 4) Supervisi Klinis Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahan perbaikan kekurangan dan kelemahan tersebut. Menurut Made Pidarta(1992),supervisi klinis diberlakukan bagi guru-guru yang sangat lemah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk memperbaikinya tidak cukup dilakukan satu atau dua kali supervisi, melainkan dibutuhkan serentetan supervisi untuk memperbaiki satu persatu kelemahannya. Pelaksanaan supervisi klinis menurut La Sulo (1987), mengemukakan ciriciri supervisi sebagai berikut: a) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi. b) Kesepakatan antara guru dan supervisior tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling penting (diskusi guru dengan supervisior). c) Instrumen dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor d) Guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan-kelemahan yang akan diperbaiki. Bila perlu berlatih di luar sekolah e) Pelaksanaannya seperti teknik observasi kelas f) Balikan diberikan dengan segera dan bersifat objektif g) guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya h) Supervisior lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan i) Supervisior dan guru dalam keadaan suasana intim dan terbuka
26
j) Supervisi dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan keterampilan pembelajaran 5) Kaji Tindak Sebagaimana namanya, penelitian aksi atau action research, merupakan paduan antara aksi (tindakan, action) dan penelitian (research). Aksi yang sekaligus penelitian yang mengandung aksi. Jenis metode penelitian ini dapat dilaksanakan di sekolah untuk memecahkan permasalahan pendidikan antara lain bagaimana siswa rajin mengerjakan pekerjaan rumahnya. Fokus utama kaji tindak adalah mendorong para praktisi untuk meneliti dan terlibat dalam praktek penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai sendiri oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Kaji tindak bersifat partisipatif, karena melibatkan guru dalam penelitiannya sendiri dan kolaborator, karena kaji tindak melibatkan orang-orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian dan hasilnya dapat dinikmati bersama. Sehingga peran kepala sekolah dapat mendorong guru-guru dalam memperbaiki pembelajaran. Menurut Sungkowo (2004), kaji tindak (action research) dapat digunakan untuk guru-guru dalam membantu pembelajaran dan menolong membantu dalam penulisan karya ilmiah. Pada umumnya pelaksanaan Kaji tindak ditujukan untuk : a) Meningkatkan kualitas, seperti kualitas pembelajaran, kualitas siswa, kualitas kerjasama, kualitas bertanya. b) Meningkatkan efektivitas, seperti siswa memahami apa yang diterangkan guru, siswa malaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan. c) Meningkatkan efisiensi guru, seperti dapat memanfaatkan metode, stategi dan penilaian pembelajaran. Menurut Kemmi (1995), Kaji tindak dirumuskan dalam empat tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan, tahap evaluasi dan refleksi/umpan balik.
27
a) Tahap Perencanaan: Yang dimaksud tahap perencanaan adalah penelitian rencana kegiatan yang akan dilakukan. Untuk dapat menyusun rencana tersebut, ada beberapa kegiatan yang harus dilalui: -
Menemukan problem.
-
Rencana pertemuan selama satu semester (32 pertemuan).
-
Kegiatan yang belum dilaksanakan sebelumnya.
-
Mengembangkan hipotesis. Untuk menemukan dan merumuskan problem kegiatan yang perlu
dilaksanakan, antara lain : -
Meningkatkan kemampuan siswa betanya
-
Meningkatkan gemar membaca
-
Meningkatkan nilai rapor dalam pembelajaran tertentu
-
Memanfaatkan buku-buku perpustakaan Kegiatan hipotesis dirumuskan antara lain :
-
Pokok bahasan yang akan dilakukan
-
Rencana bagaimana aksi akan dilakukan (urutan kegiatan, waktu pelaksanaan dan bahan yang diperlukan)
-
Syarat Kolaborator dirumuskan antara lain :
-
Teman guru-guru (kalu bisa sejenis)
-
Yang sudah memiliki pengalaman mengajar
b) Tahap Pelaksanaan Peneliti memulai melaksanakan apa yang direncanakan sebelumnya dan kolabulator yang duduk di bangku belakang mengamati dan mencatat dengan sikap netral. Hasil catatan tersebut berupa catatan lapangan dan sebaiknya dengan dokumen tape recorder atau yang lainnya. c) Tahap Refleksi Hasil dari diskusi bersama kolabulator untuk mengadakan refleksi tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru tentang upaya kesungguhan guru atau kelemahan-kelemahan selama pelaksanaan tindakan akan dijadikan dasar dalam membuat perbaikan perencanaan siklus kedua.
28
Kemungkinan siklus kedua muncul permasalahan yang harus dipecahkan. Permasalahan pertama diperbaiki bersama sehingga fokus penelitian akan bertambah d) Laporan Penelitian Agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pihak lain baik guru, pejabat pendidikan dan yang lain, maka hasil penelitian harus dikomunikasikan lewat pelaporan. Laporan hasil penelitian kaji tindak terdiri dari : -
Gagasan umum.
-
Perumusan masalah.
-
Perencanaan penelitian kaji tindak.
-
Pelaksanaan penelitian kaji tindak.
-
Monitoring.
-
Evaluasi dan refleksi.
-
Saran dan rekomendasi.
g. Teknik-teknik Supevisi Pengajaran Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti cara-cara khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas supervisi dalam mencapai tujuan tertentu. 23 Hendyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat bagian yaitu Teknik Kelompok, Teknik Perorangan, Teknik langsung, dan Teknik Tidak Langsung. 24 Kemudian Ibrahim Bafadal mengemukakan teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. 25 23
Hariwung.A.J, Supervisi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan 1989, hal.147 24 Hendyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 44-45 25 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 45
29
Adapun dalam hal ini ada beberapa teknik dalam Supervisi antara lain: 1) Kunjungan kelas Kunjungan kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran Karena dapat melihat kegiatan guru, murid dan masalah yang timbul 2) Pembicaraan individual Pembicaraan individual merupakan teknik yang sangat penting karena pengawas untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya. 3) Diskusi kelompok Dalam hal ini adalah suatu kegiatan di mana kelompok orang yang berkumpul dalam situasi bertatap muka dan melalui interaksi lisan bertukar informasi atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama. 4) Demonstrasi mengajar Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997) sebagai seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik 5) Kunjungan kelas antar guru Bahwa kunjungan kelas yang dilakukan guru-guru di antara mereka sendiri adalah efektif dan sukai di mana biasanya direnakan atas permintaan guru-guru. Teknik ini lebih efektif lagi jika tiap observasi diikuti oleh suatu analisis yang berhati-hati. 6) Pengembangan kurikulum Pentingnya relevansi kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat bagi memelihara dan meningkatkan kualiatas pendidikan. 7) Buletin Supervisi Ini merupakan alat komunikasi yang efektif, hal ini biasanya berupa pengumuman-pengumuman, analisis presentasi dalam pertemuanpertemuan organisasi dan lain-lain. 8) Perpustakaan profesional Perpustakaan ini merupakan sumber informasi yang sangat membantu kepada pertumbuhan profesional personil pengajar di sekolah. 9) Lokarkarya Lokarkarya menyediakan kesempatan untuk kerjasama, untuk mempertemukan ide-ide, untuk mendiskusikan masalah-masalah bersama dan profesional dalam berbagai bidang studi. 10) Survey sekolah-masyarakat 26
26
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 268-270
30
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara individual. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan yaitu 1) Mengadakan Kunjungan Kelas (Class room Visitation) Ada 3 macam kunjungan kelas a) Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation), supervisor tibatiba datang kekelas tanpa diberitahu terlebih dahulu. b) Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (announced visitation) c) Kunjungan atas undangan 2) Mengadakan kunjungan observasi kelas (Observation Visit). 3) Mengadakan wawancara perseorangan (Individual Interview). 4) Mengadakan wawancara kelompok (Group Interview) 27 Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang paling pokok adalah : 1) Dengan mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa. 2) Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara guru-guru bidang studi. 3) Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidangnya. 28 Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Pertemuan orientasi bagi guru baru. Kepanitiaan Rapat Guru Diskusi Tukar menukar pengalaman (sharing of experience). Loka Karya (workshop) Diskusi Panel Seminar Simposium. 29 Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara langsung seperti
penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan kelas, mengadakan
27
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet ke 1,
hal. 54-56 28
Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 122 29 Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 86-114
31
converence. Sedangkan teknik tidak langsung adalah teknik yang dilakukan secara tidak langsung misalnya melalui bulletin board, questioner. Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap muka misalnya, supervisor mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan guru, rapat dengan guru membicarakan hasil evaluasi belajar. Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan dengan menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk memperoleh data yang objektif tentang situasi belajar mengajar, supervise menggunakan alat-alat observasi berbentuk cheklist atau daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-list)
2. Pendekatan terhadap Supervisi Pengajaran Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan guru. Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteritik guru yang dihadapinya. Apabila pendekatan yang digunakan tidak sesuai, maka kegiatan supervisi kemungkinan tidak akan berjalan dengan efektif. Sergiovanni (1982), mengemukakan berbagai pendekatan supervisi, antara lain (a) supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik, (d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut. a. Supervisi Ilmiah John D. McNeil (1982), menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai supervisi ilmiah sebagai berikut : Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedomanpedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena itu, melalui
32
pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan secara tepat. Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi guru di dalam mengajar. Supervisor dan guru bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran. Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology. Maksudnya setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas dasar opini semata. Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina guru. b. Supervisi Artistik Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus mempertimbangkan dimensi tersebut.
33
Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas. Dalam supervisi ini, instrumen utamanya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan manusia itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah. Dari pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan dengan pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan penelitian kuantitatif sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan pendekatan penelitian kualitatif. c. Supervisi Klinis Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk mengobati penyakit, harus terlebih dahulu diketahui apa penyakitnya. Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor terhadap guru apabila ia hendak membantu meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan, (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara bersamasama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan, dan (d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk perbaikan.
3. Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah Salah satu tugas pokok kepala sekolah, selain sebagai administrator adalah juga sebagai supervisor (Mulyasa, 2003). Tugas ini termasuk dalam kapasitas
34
kepala
sekolah
sebagai
instructional
leader.
Dalam
kenyataannya,
pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah, sebagaimana pengawas, juga masih terfokus pada pengawasan administrasi. Pada umumnya kepala sekolah akan melakukan supervisi pengajaran pada guru melalui kunjungan kelas, apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau berbeda dari teman-temannya. Bahkan seringkali dijumpai, seorang kepala sekolah melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan cara mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak diketahui. Perilaku kepala sekolah tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya (Jawa) yaitu pekewuh yang dipersepsikan secara salah. Dalam pemahaman yang salah tersebut, apabila kepala sekolah melakukan supervisi kunjungan kelas dan mengamati PBM yang dilakukan guru, maka ia dianggap tidak percaya pada kemampuan guru. Hal ini akan menimbulan konflik dalam hubungan guru dengan kepala sekolah. Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentukbentuk teknik dan media supervisi akademik yang akan digunakan. Menurut Gwynn (1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini adalah sebagai berikut. a. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual. b. Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan melalui teknik supervisi kelompok. c. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervise yang siap digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru yang diperlukan. Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan
35
teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai teknikteknik supervisi, baik yang individual maupun kelompok, dan medianya akan diuraikan secara khusus pada akhir bab ini. 4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk: (1) menentukan apakah pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan (2) untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya. Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut.1) Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian. 2) Tulislah masing-masing tujuan. 3) Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi. 4) Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya. 5) Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya. 5. Perbaikan Program Supervisi Akademik Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut. a. Me-review rangkuman hasil penilaian. b. Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan. c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik
36
guru untuk masa berikutnya. d. Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya.
6. Media, Sarana, dan Sumber Dalam setiap pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervise dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan bulletin sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya. Apabila
digunakan
perpustakaan
jabatan
sebagai
pusat
pembinaan
keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.
7. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru Pada bab awal telah ditegaskan bahwa esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran (Sergiovanni, 1987). Prinsip dasar ini tampak
jelas
sekali
pada
langkah-langkah
pembinaan
keterampilan
pembelajaran guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops, sebagaimana telah dibahas di muka, di mana salah satu langkahnya berupa analisis kebutuhan. Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur pengetahuan
dan
kemampuan
untuk
menentukan
pengetahuan
dan
kemampuan mana pada guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap
37
merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran. Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrument observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor Apabila kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka disarankan agar merujuk kepada jenis-jenis kemampuan pembelajaran yang menang
harus
dimiliki
oleh
guru.
Setiap
jenis
kemampuan
yang
dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran. Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima, dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima, maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah digunakan,
maka
semakin
kecil
skor
kemampuannya
(kategori
kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan satu instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi digunakan untuk mengukur kemampuan guru yang bersifat generic essensial. Dikatakan generic karena kemampuan tersebut secara umum harus dimiliki oleh setiap guru bidang studi apapun. Dikatakan essential karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang penting saja. Ini tidak berarti bahwa kemampuan yang lain tidak perlu melainkan masih
38
sangat diperlukan hanya harus diukur melalui instrumen lainnya (Depdikbud, 1982). 8. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi Kendala pelaksanaan supervisi yang ideal dapat dikategorikan dalam dua aspek, yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur birokrasi pendidikan di Indonesia ditemukan kendala antara lain sebagai berikut Pertama, secara legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan yang masih dekat dengan era inspeksi. Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan pada pengawasan administrasti yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Asumsi yang digunakan adalah apabila administrasinya baik, maka pengajaran di sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru. Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa misalnya, seorang pengawas harus menempuh puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk mencapai sekolah yang diawasinya; dan Keempat, persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan pengawas juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap pentingnya implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu interaksi belajar mengajar di kelas. Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain : Pertama, para pengambil
kebijakan
tentang
pendidikan
belum
berpikir
tentang
pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu pendidikan yang diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada kualitas interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal ini belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja para leksana di lapangan. Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa dalam interaksi fungsional dan profesional antara pengawas, kepala sekolah dan guru. Budaya ewuh-pakewuh, menjadikan pengawas atau kepala sekolah tidak mau “masuk terlalu jauh” pada wilayah guru. Ketiga, budaya
39
paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun hubungan professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru menganggap mereka sebagai “atasan” sebaliknya pengawas menganggap kepala sekolah dan guru sebagai “bawahan”. Inilah yang menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang menjadi syarat pelaksanaan supervisi.
B. Kerangka Berpikir Dalam kegiatan belajar mengajar kinerja kepala sekolah sangatlah penting guna menunjang kegiatan para guru dan siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari kepala sekolah agar kinerja guru maksimal dalam mendidik siswa-siswinya. Supervisi pengajaran yang dilakukan di sekolah yaitu oleh kepala sekolah yang utama, ada empat hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan me-mimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya. Dengan kata lain supervisor yang baik akan mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya. Sehingga, akan meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik, serta dapat menghasilkan lulusan yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, jika
40
supervisi sekolah buruk, maka kinerja guru akan rendah, serta mutu lulusan yang dihasilkan pun kurang baik. Peran supervisi pengajaran
dalam
mewujudkan kinerja guru dan anak didik sangatlah besar, mengingat dengan supervisi yang baik, diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakan para guru guna meningkatkan kinerjanya serta menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam ranah pendidikan yang lebih tinggi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis dalam penelitian di SMP YAPIA CIPUTAT ini yaitu guna mengetahui pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan bertempat di SMP YAPIA CIPUTAT. Adapun jangka waktu penelitiannya adalah 4 (empat) bulan, tepatnya pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni tahun 2009. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang di lakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu. D. Sumber data Penelitian Data penelitian ini diambil di beberapa sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun jumlah guru yang terdapat di sekolah ini sebayak 24 orang, maka penulis mengambil sampel dari keseluruhan guru yang terdapat di SMP YAPIA Ciputat.
41
42
E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan di antaranya: 1. Observasi Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat 2. Angket Teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang mendukung. dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner atau angket. Adapun angket yang dipilih adalah berupa angket tertutup, guna mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran. Angket di susun berdasarkan penjabaran dan indicator pelaksanaan supervisi pengajaran. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan sebagai pendukung atas hasil observasi. Adapun dokumentasi yang di ambil dari sekolah tersebut adalah berupa sejarah sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana prasarana serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang menunjang penelitian ini. Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran Oleh Kepala Sekolah di SMP YAPIA Ciputat Aspek Pelaksanaan
Indikator 1. Pemberian pengarahan
Kegiatan
kepada guru mengenai
Supervisi
metode yang digunakan
Pengajaran
dalam pengajaran 2. Pemberian bimbingan kepada guru mengenai pembuatan satuan
Nomor Item
Jumlah
8, 16
2
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14,
13
15, 17, 18, 28, 29
43
pembelajaran dan RPP 3. Kegiatan terhadap
pengawasan 9, 10, 11, 12, 13, 20, kegiatan
12
para 22, 23, 25, 26, 27,
guru dalam pengajaran di 30 kelas 4. Kegiatan terhadap
pengevaluasian 21 kegiatan
1
guru
dalam proses pengajaran siswa
5. Pemberian
motivasi 9, 24
kepada
guru
dalampeningkatan kefektifan pengajaran.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran oleh kepala sekolah adalah kuesioner yang didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. 30
Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Jumlah alternatif respon yang ada dalam skala Likert ada 5 jenis (selalu, sering, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah). Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penyusunan skala persepsi adalah sebagai berikut: 1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat. 30
hal. 72.
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),
2
44
2. Menentukan dimensi dan indikator dari variabel. 3. Menyusun kisi-kisi. 4. Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya. 5. Menentukan
kriteria
penskoran
alternatif
jawaban
yaitu
dengan
menggunakan skala Likert dengan lima pilihan. Tabel 2 Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dari Likert No.
Alternatif Jawaban
Skor
1.
Selalu (SL)
5
2.
Sering (SR)
4
3.
Kadang-kadang (KD)
3
4.
Pernah (P)
2
5.
Tidak Pernah (TP)
1
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh, agar datadata tersebut dapat dipahami, bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Editing Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Semua angket atau kuesioner harus diteliti satu persatu tentang kelengakapan pengisian dan kejelasan penulisannya agar terhindar dari kesalahan dan kekeliruan. 2. Skoring Tahap selanjutnya adalah memberikan skor butir-butir pernyataan yang terdapat
dalam
angket.
Pemberian
memperhatikan jenis data yang ada. 3. Tabulating
skor
ini
dilakukan
dengan
45
Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data-data yang sudah terkumpul lalu diberi skor, setelah itu dibuat tabel distribusi frekuensi dengan rumus: P =
f X 100% N
Keterangan: f
= Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N
= Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P
= Angka persentase 31
Sedangkan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3 Interpretasi Nilai Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Pengajaran di SMP YAPIA Ciputat No
31
Interval Skor
Kategori
1.
76 – 100 %
Baik
2.
56 – 75 %
Cukup Baik
3.
41 – 55 %
Kurang Baik
4.
40 %
Tidak Baik
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-15, h. 43.
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Sekolah Lembaga pendidikan SMP YAPIA Ciputat adalah Sekolah Menengah Pertama yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam AlHidayah. Yayasan Al-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang didirikan oleh K.H. Moch. Noor. SMP YAPIA Ciputat tepat berdiri dan beroperasional sejak tahun 1983. Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang, SMP YAPIA Ciputat telah memiliki tempat sendiri dengan alamat Jl. RE. Martadinata No.7 Cipayung Ciputat 15411. Adapun jumlah guru yang ada di sekolah ini adalah 24 guru dan dengan jumlah peserta didik sebanyak 280siswa.
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Adapun karakteristik responden yang dimaksud meliputi jenis kelamin serta pangkat/golongan. a. Jenis Kelamin Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
46
47
Tabel 4 Jenis Kelamin Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010 No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1
Laki-laki
13
54,17
2
Perempuan
11
45,83
24
100
Jumlah
Dari tabel 1 menunjukan bahwa dari 24 responden, terdapat 13 orang guru laki-laki (54,17%), sedangkan guru perempuan sebanyak 11 responden (45,83%). Dengan demikian distribusi guru di SMP YAPIA CIputat ini telah cukup memperhatikan gender. b. Pangkat/jabatan Jumlah responden berdasarkan pangkat/jabatan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 5 Pangkat/jabatan Responden Guru SMP YAPIA Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010 No
Pangkat/Golongan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Penata/Pengatur
4
16,67
2
Wali kelas VII
2
8,33
3
Wali kelas VIII
3
12,5
4
Wali kelas IX
3
12,5
5
Pengajar bidang studi
12
50
24
100
Jumlah
Dari tabel 2 menunjukan bahwa dari 24 responden, terdapat 4 orang guru dengan pangkat/jabatan pengatur (16,67%), 2 orang guru dengan pangkat/jabatan wali kelas VII (8,33%), 3 orang guru dengan pangkat/jabatan wali kelas VIII (12,5%), 3 orang guru dengan pangkat/jabatan wali kelas IX (12,5%) dan 12 orang guru dengan pangkat/jabatan pengajar bidang studi (50%).
48
2. Data Hasil Angket Berdasarkan data yang ada, penulis mengelompokkan data menjadi 5 indikator yaitu: pemberian pengarahan kepada guru, pemberian bimbingan kepada guru, kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru, kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan para guru dan pemberian motivasi kepada para guru. a. Indikator pemberian pengarahan kepada guru Indikator pemberian pengarahan kepada guru ditunjukan pada angket item 8 dan 16, yaitu mencakup memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran di kelas dan mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian selama KBM berlangsung yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut: Tabel 6 Memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
6
25%
Sering
14
58,33%
Kadang-kadang
2
8,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden menyatakan selalu, sebesar 58,33% menyatakan sering, sedangkan 8,33% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan pengarahan kepada guru dalam menyusun materi pembelajaran di kelas.
49
Tabel 7 Mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian KBM Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
5
20,83%
Sering
9
37,5%
Kadang-kadang
9
37,5%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden menyatakan selalu, sebesar 37,5% menyatakan sering dan kadangkadang, sedangkan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan pengarahan kepada guru dalam menganalisis penilaian selama KBM berlangsung. b. Indikator pemberian bimbingan kepada guru Indikator pemberian bimbingan kepada guru ditunjukan pada angket item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 15, 17, 18, 28 dan 29, yaitu mencakup memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program kerja tahunan, membuat satuan pembelajaran, membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran, membuat tugas dan tanggung jawab serta pembagian tugas mengajar di sekolah, memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data, membuat peraturan di sekolah, menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah, mengatur kurikulum di sekolah, merencanakan alat evaluasi untuk
mengukur
keberhasilan
program
sekolah,
memberikan
bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan siswa, melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dan melakukan komunikasi pembelajaran dengan para siswa di kelas yang ditampilkan pada tabeltabel berikut:
50
Tabel 8 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program kerja tahunan Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
10
41,67%
Sering
8
33,33%
Kadang-kadang
5
20,83%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,67% responden menyatakan selalu, sebesar 33,33% menyatakan sering, sedangkan 20,83% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program kerja tahunan. Tabel 9 Memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
8
33,33%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
3
12,5%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 12,5% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar
51
guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan dalam membuat satuan pembelajaran. Tabel 10 Membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
10
41,66%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
1
4,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,66% responden menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Tabel 11 Membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab administrasi pengajaran di kelas Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
9
37,5%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
3
12,5%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 37,5% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 50% menyatakan sering dan
52
hanya
12,5%
responden
menyatakan
kadang-kadang.
Dengan
demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di sekolah. Tabel 12 Membantu guru dalam pembagian jadwal tugas mengajar di kelas Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
11
45,83%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
-
0%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 45,83% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 50% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu guru dalam pembagian tugas mengajar di sekolah. Tabel 13 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data berdasarkan materi pengajaran Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
1
4,17%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
8
33,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
2
8,33%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 4,17% responden menyatakan selalu dan pernah, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan sebesar 33,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya
53
8,33% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data. Tabel 14 Memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan kedisiplinan pengajaran di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
15
62,49%
Sering
6
25%
Kadang-kadang
1
4,17%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 62,49% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 25% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang, pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan di sekolah. Tabel 15 Memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil evaluasi Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
4
16,67%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
7
29,16%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 16,67% responden menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 29,16% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden
54
menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah. Tabel 16 Memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur program admintrasi di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
5
20,83%
Sering
11
45,83%
Kadang-kadang
7
29,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden menyatakan selalu, sebesar 45,83% menyatakan sering, sedangkan 29,17% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur kurikulum di sekolah. Tabel 17 Memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan program sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
2
8,33%
Sering
8
33,33%
Kadang-kadang
12
50%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 8,33% responden menyatakan selalu, sebesar 33,33% menyatakan sering, sedangkan 50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
55
responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut
sebagian
besar
guru,
kepala
sekolah
kadan-kadang
memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program sekolah. Tabel 18 Memberikan bimbingan tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan para siswa Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
1
4,17%
Sering
13
54,16%
Kadang-kadang
8
33,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 4,17% responden menyatakan selalu, pernah dan tidak pernah, sedangkan sebesar 54,16% menyatakan sering dan 33,33% responden menyatakan kadang-kadang. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala
sekolah
sering
memberikan
bimbingan
tentang
cara
berkomunikasi yang efektif dengan para siswa. Tabel 19 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan pembelajaran di kelas Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
12
50%
Sering
10
41,66%
Kadang-kadang
1
4,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
56
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 41,66% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Tabel 20 Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan komunikasi dengan para siswa di kelas Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
8
33,33%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
2
8,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 8,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan komunikasi dengan para siswa di kelas. c. Indikator kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru Indikator kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru ditunjukan pada angket item 9, 10, 11, 12, 13, 20, 22, 23, 25, 26, 27 dan 30, yaitu mencakup mengawasi program kerja yang dibuat oleh guru, kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program sekolah, memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi kemajuan
57
pendidikan di sekolah, memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada guru di sekolah, memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru, membantu guru dalam menciptakan iklim atau suasana yang kondusif di sekolah, melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah, membantu perbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan program sekolah, memberikan program tahunan sekolah yang dibuat oleh guru, membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang studi dan membantu para guru dalam menyusun program semester di sekolah yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut: Tabel 21 Mengawasi program kerja yang dibuat oleh guru di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
2
8,33%
Sering
13
54,17%
Kadang-kadang
7
29,16%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 8,33% responden menyatakan selalu, sebesar 54,17% menyatakan sering, sedangkan 29,16% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering mengawasi program kerja yang dibuat oleh guru.
58
Tabel 22 Mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas Kategori F Prosentase (%) Selalu
7
29,17%
Sering
11
45,83%
Kadang-kadang
5
20,83%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 29,17% responden menyatakan selalu, sebesar 45,83% menyatakan sering, sedangkan 20,83% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Tabel 23 Membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
9
37,5%
Sering
10
41,66%
Kadang-kadang
4
16,67%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 37,5% responden menyatakan selalu, sebesar 41,66% menyatakan sering sedangkan 16,67% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17%
59
responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program sekolah. Tabel 24 Memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
5
Sering
7
29,17%
Kadang-kadang
11
45,83%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
20,83%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 20,83% responden menyatakan selalu, 29,17% menyatakan sering, sedangkan 45,83% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden yang menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah kadang-kadang memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah. Tabel 25 Memberikan penilaian terhadapp tugas yang diberikan kepada guru di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
6
25%
Sering
16
66,66%
Kadang-kadang
1
4,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 66,66% menyatakan sering dan
60
hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang dserta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada guru. Tabel 26 Memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
3
12,5%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
8
33,33%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 12,5% responden menyatakan selalu, 50% menyatakan sering, sedangkan 33,33% menyatakan kadang-kadang, dan hanya 4,17% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru. Tabel 27 Membantu guru dalam menciptakan iklim dan suasana yang kondusif di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
13
54,17%
Sering
8
33,33%
Kadang-kadang
3
12,5%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
61
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 54,17% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 33,33% menyatakan sering dan hanya
12,5%
responden
menyatakan
kadang-kadang.
Dengan
demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu membantu guru dalam menciptakan iklim atau suasana yang kondusif di sekolah. Tabel 28 Melataih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
10
41,67%
Sering
10
41,67%
Kadang-kadang
3
12,5%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,16%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 41,67% responden menyatakan selalu dan sering, sedangkan 12,5% menyatakan kadangkadang, dan hanya 4,16% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah. Tabel 29 Membantu perbaiki kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan program sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
8
33,33%
Sering
14
58,33%
Kadang-kadang
1
4,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
62
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 58,33% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan kadang-kadang serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu perbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan program sekolah. Tabel 30 Memberikan program tahunan yang dibuat oleh guru dalam kegiatan pengajaran di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
8
33,33%
Sering
8
33,33%
Kadang-kadang
7
29,17%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 33,33% responden menyatakan selalu dan sering, sedangkan 29,17% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan program tahunan sekolah yang dibuat oleh guru. Tabel 31 Membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang studi Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
6
25%
Sering
14
58,33%
Kadang-kadang
2
8,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
63
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 25% responden menyatakan selalu, sebesar 58,33% menyatakan sering, sedangkan 8,33% menyatakan kadang-kadang dan 4,17% responden menyatakan pernah serta tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering membantu guru dalam mennentukan bahan pengayaan bidang studi. Tabel 32 Membantu para guru dalam menyusun program semester di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
15
62,5%
Sering
8
33,33%
Kadang-kadang
-
0%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 62,5% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 33,33% menyatakan sering dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu membantu para guru dalam menyusun program semester di sekolah. d. Indikator kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru Indikator
kegiatan
pengevaluasian
terhadap
kegiatan
guru
ditunjukan pada angket item 21, yaitu membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya yang ditampilkan pada table berikut:
64
Tabel 33 Membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
12
50%
Sering
9
37,5%
Kadang-kadang
2
8,33%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
1
4,17%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden menyatakan selalu, sebesar 37,5% responden menyatakan sering, sedangkan 8,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya. e. Indikator pemberian motivasi kepada guru Indikator pemberian motivasi kepada guru ditunjukan pada angket item 19 dan 24, yaitu mencakup memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya dan dalam rapat sekolah kepala sekolah
memberikan
motivasi
kepada
guru
untuk
dapat
mengembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
65
Tabel 34 Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kenerjanya Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
3
12,5%
Sering
12
50%
Kadang-kadang
8
33,33%
Pernah
1
4,17%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 12,5% responden menyatakan selalu, sebesar 50% menyatakan sering, sedangkan 33,33% menyatakan kadang-kadang dan hanya 4,17% responden menyatakan pernah. Dengan demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya. Tabel 35 Dalam rapat sekolah kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk dapat mngembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah Kategori
F
Prosentase (%)
Selalu
12
50%
Sering
10
41,67%
Kadang-kadang
2
8,33%
Pernah
-
0%
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
24
100%
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebesar 50% responden menyatakan selalu, sedangkan sebesar 41,67% menyatakan sering dan hanya
8,33%
responden
menyatakan
kadang-kadang.
Dengan
66
demikian, menurut sebagian besar guru, kepala sekolah selalu memberikan motivasi kepada guru untuk dapat mngembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah.
C. Interpretasi Data Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Dalam memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi yaitu: 1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%. 2. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%. 3. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55%. 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%. Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengembalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi. 2. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus: P = NS x 100% NH Berikut sajian data hasil penyebaran angket terhadap 24 responden. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan supervisi pengajaran di SMP YAPIA Ciputat yang terdiri dari 5 aspek, yaitu: aspek pemberian pengarahan kepada guru terdiri atas 2 item pernyataan dengan skor 184, aspek pemberian bimbingan kepada guru terdiri atas 13 item pernyataan dengan skor 1236, aspek kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru terdiri atas 12 item pernyataan dengan skor 1166, aspek kegiatan
67
pengevaluasian terhadap kegiatan guru terdiri atas 1 item pernyataan dengan skor 103, aspek pemberian motivasi kepada guru terdiri atas 2 item pernyataan dengan skor 195. Selanjutnya data tersebut lebih jelas dapat dilihat pada table 33 di bawah ini: Tabel 35 Perhitungan Nilai Rata-rata Aspek Penelitian
F
Nilai
Nilai Skor
Harapan
(NS)
NS X100%
Kategori Nilai
(NH) 1. Pemberian
184
2X5 = 10
184:24 = 7,67
76,6%
Baik
1237
13X5 = 65
1237:24 = 51,54
79,29%
Baik
1156
12X5 = 60
1166:24 = 48,17
80,28%
Baik
103
1X5 = 5
103:24 = 4,29
85,8%
Baik
195
2X5 = 10
195:24 = 8,13
81,3%
Baik
80,7%
BAIK
pengarahan kepada guru 2. Pemberian bimbingan kepada guru 3. Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru 4. Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru 5. Pemberian motivasi kepada guru RATA-RATA
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran yang di lakukan oleh kepala sekolah di SMP YAPIA Ciputat ini telah memenuhi standar keberhasilan, karena kepala sekolah sering melakukan pengontrolan, pembinaan, pelaksanaan dan pengevaluasian kepada seluruh pihak khususnya guru untuk membenahi segala kekurangan-kekurangan yang ada pada dewan guru dan membina guruguru untuk dapat terus aktif, tanggap, profesional dalam menjalankan seluruh tugas-tugasnya. Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut para guru di SMP YAPIA Ciputat berdasarkan indikator telah terlaksana dengan Baik. Adapun perhitungan hasil dari setiap indikator adalah (1) Pemberian pengarahan kepada guru menunjukkan 76,6%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikan pengarahan yang baik kepada para guru. (2) Pemberian bimbingan kepada guru menunjukkan 79,9%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah memberikan bimbingan yang baik kepada para guru. (3) Kegiatan pengawasan terhadap kegiatan para guru menunjukkan 80,28%, dengan demikian bahwa Kepala Sekolah telah melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (4) Kegiatan pengevaluasian terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa 85,8%, dengan demikian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah telah 68
69
melakukan kegiatan pengawasan yang baik terhadap kegiatan para guru. (5) Pemberian motivasi terhadap para guru menunjukkan bahwa 81,3%, dengan demikian Kepala Sekolah telah memberikan motivaasi-motivasi kepada para guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah di SMP ini, tidak otoriter dalam melaksanakan tugastugasnya, beliau selalu menerima saran dan kritikan yang membangun dari seluruh pihak, sehingga sekolah ini menjadi sekolah yang demokratis dalam membangun dan menciptakan siswa-siswi yang kreatif, inovatif dan mampu bersaing dengan sekolah lainnya. B. Saran Adapun saran penulis dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan supervise pengajaran di SMP YAPIA Ciputat ini adalah : 1. Kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya lebih meningkatkan tanggungjawabnya terhadap semua kegiatan pendidikan disekolah sehingga aktivitas supervisi berjalan secara efektif dan efisien dengan meningkatkan kegiatan supervisi pengajaran melalui perencanaan yang matang. 2. Kepala sekolah hendaknya dapat mengambil suatu kebijakan dan keputusan yang baik terutama terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam pengajaran dengan memanfaatkan hasil supervisi yang lebih dahulu dibicarakan bersama. 3. Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan kebijakan mengenai jadwal program pengajaran 4. Kepala sekolah lebih mengoptimalkan lagi kinerjanya agar kualitas pendidikan disekolah tersebut menjadi lebih baik melalui supervisi yang bersifat kemitraan. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya campur tangan yang baik dari kepala sekolah selaku supervisior internal dalam meningkat kualitas sekolah ini.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan Administrasi pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1981 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan Jakarta : Bumi Aksara, 1994 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta 1998 Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989 Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara, 1998 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru, Jakarta : Rineka Cipta,1979 Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta : 1998 N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-guru, Bandung : Suri, 2000 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000 Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, Bandung : Angkasa 1989 Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya :Usaha Nasional, 1981 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 1994 Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang : IKKIP Press
70
71
Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Jakarta : Ghalia Indonesia Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung : CV. Pustaka Setia Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara 1996
DAFTAR REFERENSI
No
No footnote
1.
Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik
Halaman skripsi 2
Halaman referensi 18
6
1
7
17
7
68
7
18
Supervisi Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta,2000),cet ke1,hal.18 2.
Subari,
Supervisi
Pendidikan
Dalam
Rangka
Perbaikan Situasi Belajar Mengajarr, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994) hal. 1 3.
Piet. A. Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 17
4.
Ahmad
Rohani
dan
Abu
Ahmadi,
Pedoman
penyelenggaraan Administrasi pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. hal.68 5.
Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 18
Paraf Pembimbing
6.
Ngalim
Purwanto,
Administrasi
dan
Supervisi
7
76
7
125-126
7
57
8
104
10
65
11
223
11
295
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 76 7.
M. Moh. Rifa’i, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1986) ,h. 125-126
8.
Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal.57
9.
Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989). Cet. Ke-7 hal.104
10.
Imam
Soepandi,
Dasar-dasar
Administrasi
Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998), hal. 65 11.
Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Departemen Penidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan,(Jakarta : 1989), hal.223 12.
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen Dan
Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 295 13.
N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun
11
26
11
100
11
77
12
21
12
26
13
235-242
Para Penilik Pengawas dan Guru-guru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-7, hal. 26 14.
Yusak
Burhanuddin,
Administrasi
Pendidikan,
(Bandung : CV. Pustaka Setia) cet. Ke-1, h. 100 15.
Ngalim
Purwanto.
Administrasi
dan
Supervisi
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 77 16.
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1. h.21
17.
Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 26
18.
Oteng
Sutisna,
Administrasi
dan
Supervisi
Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1985), Edisi Ke-1, hal. 235-242
19.
Made
Pidarta,
Pemikiran
Tentang
Supervisi
13
15
14
30-31
Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara 1992), cet ke 1 hal.15 20.
Piet A. Sahertian dan frans Mataheru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hal. 30
21.
Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 42-43
15
42-43
22
Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta : Ghalia Indonesia), Cet. Ke-3, hal.75-76 Hariwung.A.J, Supervisi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan 1989, hal.147 Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2, hal. 44-45
15
75-76
21
147
21
44-45
21
45
22
268-270
23.
24.
25.
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 45
26.
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung:
27. 28.
Angkasa, 1993), hal. 268-270 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet ke 1, hal. 54-56 Ngalim Purwanto,Administrasi dan Supervisi
23
54-56
23
122
23
86-114
34
72
35
43
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 122 29.
Piet A. Sahertian, Konep Dasar dan Tekink Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal 86-114
30 31
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 72. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-15, h. 43.
Jakarta, 18 Februari 2010
(Refnita)
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN DI SMP YAPIA CIPUTAT” yang disusun oleh Refnita. NIM 105018200692 Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh Sekertaris Jurusan pada tanggal 18 Februari 2010
Jakarta, 18 Februari 2010 Sekertaris Jurusan
Mu’arif SAM M.Pd 19650717 1994031 005
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN DI SMP YAPIA CIPTAT” yang disusun oleh Refnita NIM 105018200692 Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 18 februari 2010.
Jakarta, 18 Februari 2010 Dosen Pembimbing
Drs. Syafril M. Pd 19460601 196705 1 001
A. Visi dan Misi Sekolah 1. Visi SMP YAPIA Ciputat a. Terunggul dalam prestasi b. Teladan dalam bersikap dan bertindak c. Konsisten dalam menjalankan ajaran agama
2. Misi SMP YAPIA Ciputat a. Mewujudkan peningkatan kualitas/mutu lulusan b. Mewujudkan meningktan jumlah lulusan yang masuk SMA/SMK Negeri c. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air d. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan e. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
3. Tujuan Sekolah dalam 5 (lima) Tahun a. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik c. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik d. Mempersiapkan pserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang mandiri dan berguna e. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut
B. Deskripsi Sekolah 1. Struktur Organisasi SMP YAPIA Ciputat Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Di dalamnya terdapat kumpulan orang yang saling berpengaruh satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur SMP YAPIA Ciputat memiliki jenjang kerja dan kewenangan yang terorganisir. SMP YAPIA Ciputat dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 2 (dua) orang wakil kepala sekolah yang masing-masing meliputi:
a. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum. b. Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan. Selain itu, dibantu pula oleh guru khusus bimbingan dan konseling, kepala urusan tata usaha dan sejumlah seksi-seksi lainnya. Untuk operasional kesiswaan dibantu oleh dewan guru serta wali kelas. Skema struktur organisasi SMP YAPIA Ciputat. Sususnan Pengurus Ketua Yayasan
: H. M. Anwar Nur, S. Ag
Ka. Bid. Pendidikan
: Drs. Yasmin
Kepala Sekolah
: Badri, S. Ag
Waka Kurikulum
: Siti Suryani
Waka Kesiswaan
: Muhamad Idrus, S. Pd.I
SUSUNAN ORGANISASI SMP YAPIA CIPUTAT TAHUN AJARAN 2009/2010 Komite Sekolah
Waka Kurikulum
Koord. Perpus
Kepala Sekolah
Waka Kesiswaan
Koord.lab. IPA
Keuangan
Info & Data
Koord.Pramuka
Koord.PMR
Guru Mata Pelajaran
Wali Kelas VII
Wali Kelas VIII
Administrasi
Koord.lab.Kom
Koord. BK / BP
Wali Kelas IX
Siswa
a. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YAPIA Ciputat cukup lengkap dalam rangka menunjang terlaksananya proses pembelajaran, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terwujud. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut: 1) Ruang Kelas
2) Ruang Guru 3) Ruang Tata Usaha 4) Ruang Kepala Sekolah 5) Perpustakaan 6) Laboratorium Komputer 7) Sarana Olahraga 8) Koperasi Sekolah 9) Ruang Administrasi Keuangan 10) Kantin 11) Kamar Mandi Guru dan Siswa 12) Satuan Pengamanan (SATPAM) b. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa 1) Keadaan Guru dan Karyawan SMP YAPIA Ciputat adalah suatu lembaga yayasan pendidikan, dimana setiap guru yang mengajar harus memiliki persyaratan formal dan kredibilitas serta kepribadian yang tinggi. Karena seorang guru akan merelakan dirinya untuk menerima dan memikul sebagian dari tanggung jawab pendidik yang semestinya harus ditunaikan oleh orang tua. Guru-guru yang mengajar di SMP YAPIA Ciputat berjumlah 24 orang, sedangkan jumlah karyawan yang ada di SMP YAPIA Ciputat berjumlah 5 orang. Adapun penjelasannya sebagai berikut : Data Keadaan Guru SMP YAPIA Ciputat No
Nama Guru
Pendidikan
Jabatan
1
Badri, S.Ag
S1 – UMJ
Kepsek
2
Siti Suryani, S.Pd
S1 – UIN
Kurikulum
3
Muhamad Idrus, S.Pd.I
4
Drs. Yasmin
5
Drs. Sukoco
6
Endang Hidayat A.Md
S1 – STAI Kesiswaan Fatahilah S1 – IAIN Guru Bandung S1 – IAIN Guru Bandung D2 – IKIP Jakarta Guru
Mengajar Mata Pelajaran PAI & IPS Matematika & IPA Terpadu Bahasa Inggris B. Arab/AlQur’an PKN & IPS Matematika
7
Umaeroh, S.Pd
8
Ade Laily Suryani, S.Ag
9
Imron, S.P
S1 – STKIP Guru Purnama S1 – IAIN Guru Bandung S1 – IKIP Jakarta Guru
Jasa Pembukuan
10
Supardi, B
S1 – IAIN Jakarta Guru
11
Dra. Maryanah
12
Drs. Ruslan A. Gani
13
Lukman Hakim, A.Md
14
Dra. Wiwin Alawiyah
15
Via Aprilian SN
SMA
Guru
TIK
16
Hafidulloh, S.Pd
Guru
B. Inggris
17
Dewi Aprianti, A.Md
S1–UNINDRA Jakarta S1 – BSI
Guru
TIK
18
Sulhah Saidah, S.Ag
S1 – UMJ
Guru
PAI
19
Rini Eva Susanti, S.Pd
S1 – UNJ
Guru
IPA
20
Madhani, S.Pd
Guru
B. Indonesia
21
Maryanah Azizah, S.Pd
22
Afifudin
23
Ari Mutya Wulansari
24
Wahyudin
S1 – IKIP Muhammadiyah S1 – STKIP Purnama S1 – STKIP Purnama S1 – STKIP Purnama SMA
PKN Matematika B. Indonesia
S1–UHAMKA
Guru
IPS
S1 – IKIP Jakarta
Guru
Seni Budaya
D3 – UNJ
Guru
Penjas
S1 – IAIN Jakarta Guru
PPKN
Guru
IPS
Guru
Seni Budaya
Guru
B. Indonesia
BK
Penjaskes
Data Keadaan Karyawan SMP YAPIA Ciputat No 1 2 3 4 5 6
Nama Karyawan Muhamad Sodikin Nuryanah Samidah Rodiah Awaludin Andri Irawan Didi Awaludin
Pendidikan SMA SMA SMA SD SMA SMA
Jabatan Staf Bag. Administrasi Staf Bag. Keuangan Staf Bag. Administrasi Umum Pet. Keamanan & Kebersihan Pet. Kebersihan/Pesuruh Pet. Kebersihan/Pesuruh
2) Keadaan Siswa Peserta didik (murid) adalah faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sebab peserta didik merupakan subjek yang mendukung keberhasilan kebuah pendidikan penunjang lainnya. Keadaan siswa SMP YAPIA Ciputat, berdasarkan data statistik tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 280 orang. Data Keadaan Siswa SMP YAPIA Ciputat SISWA
KELAS LAKI –LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
VII
44
34
78
VIII
42
52
94
IX
67
41
108
JUMLAH
153
127
280
c. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, potensi dan kondisi daerah dari satuan pendidikan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah tersebut. Kurikulum SMP YAPIA Ciputat disusun dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan model-model pembelajaran atau program yang disusun oleh Pusat Kurikulum menjadi kegiatan-kegiatan operasional, siap dilaksanakan sesuai dengan karakteristik daerah dan berorientasi pada peserta didik. SMP
YAPIA
Ciputat
menggunakan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP), sudah mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2007/2008 untuk kelas VII. Sedangkan untuk Tahun Pelajaran 2009/2010, SMP YAPIA Ciputat telah menerapkan untuk semua kelas, yaitu VII, VIII, dan IX, karena sudah ada kesamaan dalam penggunaan Kurikulum, maka mulai tahun 2008/2009 lalu, terjadi persamaan dalam penggunaan jam perminggu dan waktu belajar. Demikian juga dalam hal masuk sekolah, kelas VII, VIII dan IX bisa masuk pagi semua. Hari yang digunakan pun sama, yaitu Senin sampai Jumat antara 6-8 jam pelajaran dan hari Sabtu hanya 4 jam pelajaran. Sisa waktu di hari Sabtu digunakan untuk berbagai kegiatan Ekstra Kurikuler atau Pengembangan Diri. d. Kegiatan Ekstrakulikuler a) Pramuka b) Palang Merah Remaja (PMR) c) Paskibra d) Futsal e) Volley f) Marawis g) Karya Ilmiah Remaja (KIR)
2. Program Kerja Tahunan a. Kegiatan awal tahun. 1) Merencanakan kebutuhan guru setiap mata pelajaran. 2) Pembagian tugas mengajar. 3) Menyusun program pengajaran, jadwal pelajaran kalender pendidikan. 4) Menyusun kebutuhan buku pelajaran, buku pegangan guru.
5) Menyusun alat-alat pelajaran. 6) Mengadakan rapat guru. b. Kegiatan harian. 1) Memeriksa daftar hadir guru, tenaga teknis dan TU. 2) Memeriksa program pengajaran persiapan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar. 3) Menyelesaikan surat – surat. 4) Mengatasi hambatan berlangsungnya proses belajar-mengajar. 5) Mengatasi kasus yang terjadi. c. Kegiatan mingguan. 1) Melaksanakan upacara hari senin dan hari-hari besar. 2) Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat-surat. 3) Memeriksa keuangan sekolah. 4) Mengatur penyediaan keperluan perlengkapan kantor. d. Kegiatan bulanan. -
Melaksanakan pemeriksaan umum terhadap : 1) Guru kelas dan daftar hadir guru. 2) Kumpulan program pengajaran.
e. Kegiatan semester. 1) Menyelenggarakan perbaikan alat–alat sekolah. 2) Pengisian buku induk. 3) Persiapan ulangan umum. 4) Persiapan kegiatan akhir semester. f. Kegiatan akhir semester. 1) Menyelenggarakan penutupan buku inventaris dan keuangan. 2) Menyelenggarakan Ulangan umum. 3) Menyelenggarakan kenaikan kelas. 4) Menyelenggarakan KBM.
-
PROGRAM STRATEGIS a. Pengembangan isi kurikulum.
b. Peningkatan SDM pendidikan dan tenaga kependidikan. c. Peningkatan atau pengembangan standar proses. d. Peningkatan atau pengembangan fasilitas pendidikan. e. Peningkatan standar kelulusan. f. Peningkatan mutu kelembagaan manajemen. g. Peningkatan standar pembiayaan. h. Pengembangan standar penilaian.
-
STRATEGI PERENCANAAN ATAU PENCAPAIAN a. Program: Pengembangan Isi Kurikulum. -
Strategi pelaksanaan program adalah Workshop tentang: 1) Pengembangan kurikulum satuan pendidikan. 2) Pengembangan silabus. 3) Pengembangan pemetaan KTSP. 4) Pengembangan RPP.
b. Program:
Pengembangan
dan
peningkatan
SDM
pendidik
dan
kependidikan. -
Strategi pelaksanaan program adalah: 1) Pengembangan profesionalitas guru. 2) Peningkatan kompetensi guru. 3) Peningkatan kompetensi tenaga TU. 4) Pelaksanaan Monev oleh kepala sekolah terhadap guru dan TU. 5) Peningkatan kualitas tenaga kependidikan.
c. Program: Peningkatan Standar Proses. -
Strategi pelaksanaan adalah: 1) Pengembangan metode pengajaran untuk semua mata pelajaran. 2) Pengembangan strategi pembelajaran. 3) Pengembangan strategi penilaian. 4) Pengembangan bahan, sumber pembelajaran.
d. Program: Pengembangan/peningkatan fasilitas pendidikan. -
Strategi pelaksanaan adalah:
tenaga
1) Peningkatan dan pengembangan media pembeajaran. 2) Pengembangan sarana pendidikan. 3) Pengembangan prasarana pendidikan. 4) Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif. e. Program: Peningkatan standar kelulusan. -
Strategi pelaksanaan adalah: 1) Mengembangkan standar pencapaian ketuntasan kompetensi. 2) Meningkatkan standar kelulusan tiap tahunnya. 3) Mengembangkan kejuaraan lomba-lomba akademik dan non akademik.
f. Program: Peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen. -
Strateginya pelaksanaan adalah: 1) Mengembangkan dan melengkapi administrasi sekolah. 2) Implementasi MBS. 3) Pelaksanaan Monev oleh sekolah tentang kinerja sekolah. 4) Melaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah. 5) Pengembangan sekolah menuju ketercapaian SPM. 6) Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah untuk merealisasikan tugasnya). 7) Membuat jaringan informasi akademik di internet sekolah (SIM). 8) Membuat jaringn kerja secara vertikal dan horizontal. 9) Implementasi model manajemen : POAC dan model lainnya yang mengacu pada aspek-aspek manajemen standar pendidikan.
g. Program: Pengembangan standar pembiayaan. -
Strategi pelaksanaan adalah: 1) Mengembangkan jalinan kerja dengan penyandang dana. 2) Menggalang dana dari berbagai sumber. 3) Memberdayakan potensi sekolah dan lingkungan. 4) Menciptakan sistim subsidi silang.
h. Program: Pengembangan standar penilaian pendidikan. -
Strategi pelaksanaan adalah: 1) Mengembangkan perangkat model-model penilaian pembelajaran.
2) Implementasi model evaluasi pembelajaran: UH, Ulangan tengah semester, Ulangan akhir semester, Ulangan kenaikan kelas. 3) Mengembangkan instrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai model evaluasi. 4) Mengembangkan pedoman evaluasi. 5) Mengembangkan lomba-lomba, uji coba, latih tanding, dll dalam peningkatan standar nilai. 6) Menerapkan model-model pembelajarn bagi anak: berprestasi dan kelompok anak lainnya.
-
HASIL YANG DIHARAPKAN a. Terealisasinya
penyelenggaraan
pembelajaran
aktif,
kreatif,
efektif
dan
menyenangkan. b. Terealisasinya penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang professional, jujur, disiplin, berwawasan kedepan dan berkompeten di bidangnya. c. Terealisasinya penyediaan sarana, prasarana dan media pendidikan yang lengkap dan mutakhir. d. Terealisasinya penyedian bahan dan sumber belajar yang lengkap dan Upto date. e. Terealisasinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang handal. f. Terealisasinya keadaan warga sekolah yang jujur, sopan, taat beribadah dan menghormati sesame. g. Terealisasinya lulusan yang memiliki budi pekerti luhur dan mencapai nilai ratarata 8,5. h. Terealisasinya penyelenggaraan lomba-lomba akademik. i. Terealisasinya penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu, merata, relevan dan efisien sesuai dengan SNP. j. Terealisasinya perangkat silabus kelas VII-IX semua mata pelajaran. k. Terealisasinya perangkat RPP kelas VII-IX semua mata pelajaran. l. Terealisasinya perangkat pemetaan KD, aspek penilaian, alat/media pembelajaran semua mata pelajaran kelas VII-IX. m. Terealisasinya perangkat sistem penilaian yang otentik.
n. Terealisasinya perangkat kurikulum satuan pendidikan yang lengkap, mutakhir dan berwawasan kedepan. o. Terealisasinya perangkat kurikulum muatan lokal kelas VII-IX semua mata pelajaran yang lengkap, mutakhir dan berwawasan kedepan.
-
MONOTORING DAN EVALUASI (MONEV) a. Mewujudkan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan hasilhasilnya. b. Mewujudkan supervisi klinis KTSP (membuat instrumen, memvalidasi, melaksanakan, menganalisa, membuat laporan dan menindak lanjuti). c. Mewujudkan supervisi klinis CTL dan lainnya. d. Mewujudkan evaluasi kinerja sekolah setiap tengah semester, akhir semester dan akhir tahun (menentukan tim, membuat instrumen, memvalidasi, melaksanakan, menganalisa, membuat laporan dan menindak lanjuti).
ANGKET PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP YAPIA CIPUTAT Nama : Jenis Kelamin : PETUNJUK Berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai menurut pendapat Bapak/ibu guru. (SL) (SR) No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
: Selalu : Sering
(KD) : Kadang-kadang (P) : Pernah
Pernyataan Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat program kerja tahunan Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan untuk membuat satuan pembelajaran Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam mengorganisir materi pelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam membuat tugas dan tanggung jawab di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam pembagian tugas mengajar di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam mencari sumber data Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat peraturan di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan arahan kepada guru dalam menyusun materi pengajarann di kelas Bapak/ibu kepala sekolah mengawasi program kerja yang di buat oleh guru di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
(TP) SL
: Tidak Pernah SR
KD
P
TP
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Bapak/ibu kepala sekolah membuat diskusi untuk para guru demi kemajuan program sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan Bapak/ibu kepala sekolah memberikan penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada guru di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam mengatur kurikulum di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah mengarahkan guru dalam melakukan analisis penilaian selama KBM berlangsung Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan dalam merencanakan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program sekolah Bapak/ibu kepala sekolah meberikan bimbinga tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan para siswa Bapak/ibu kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya Bapak/ibu kepala sekolah meberikan pembinaan mengenai teknik penyusunan program perbaikan KBM bagi para guru Bapak/ibu kepala sekolah membahas hasil evaluasi program sekolah untuk menentukan program sekolah selanjutnya Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam menciptakan iklim atau suasana yang kondusif di sekolah Bapak/ibu kepala sekolah melatih guru untuk menyusun instrumen penilaian yang dapat mengukur kemajuan kinerja guru di sekolah Dalam rapat sekolah, Bapak/ibu kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru untuk dapat mengembangkan pengajaran yang kreatif kepada siswa di sekolah
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Bapak/ibu kepala sekolah membantu memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan program sekolah Bapak/ibu kepala sekolah memberikan pengawasan terhadap program tahunan sekolah yang di buat oleh guru Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam menentukan bahan pengayaan bidang study Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan kegiatan pengajaran di kelas Bapak/ibu kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru dalam membuat RPP Bapak/ibu kepala sekolah membantu guru dalam menyusun program akhir tahun pengajaran pada kls 3
PANDUAN OBSERVASI
1. Kondisi Lingkungan Sekolah A. Profil Sekolah B. Identitas Sekolah 1. Nama Sekolah
: SMP YAPIA Ciputat
2. Alamat Sekolah
: Jl RE Martadinatha No 7 Cipayung Ciputat
Tahun Berdiri
: 1983
2. Mengamati Keadaan guru A. Jumlah dan Keadaan Guru B. Data Statistik Tenaga Pengajar 3. Mengamati Keadaan Siswa A. Jumlah Peserta Didik B. Kegiatan-Kegiatan Sekolah 4. Mengamati Keadaan Sarana dan Prasarana A. Jumlah Ruang Kelas
: 14
B. Ruang Guru
:1
C. Ruang Tata Usaha
:1
D. Ruang Kepala Sekolah
:1
E. Perpustakaan
:1
F. Laboratorium Komputer
:1
G. Sarana Olah Raga
:1
H. Koperasi Sekolah
:1
I. Ruang Administrasi
:1
J. Kantin
:1
K. WC Guru
:1
L. WC Siswa
:1
M. SATPAM
:1
5. Sasaran Adminstrasi Sarana Ruang 1. Bangku Siswa 2. Meja Siswa 3. Meja Guru 4. Bangku Guru 5. Lemari 6. Papan Tulis 7. Kipas Angin