ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ILUNA TIRZA PALAR
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE AKTA HIPOTIK MENURUT KETENTUAN HUKUM DAN PRAKTEKNYA
- u r a v E U s S a i b a n o o a -"
S U B A B A » A—
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS A1RLANGGA
1986
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE AKTA HIPOTIK MENURUT KETENTUAN HUKUM DAN PRAKTEKNYA
SKRIPSI
OLEH
ILUNA TIRZA PALAR 037710395
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE AKTA HIPOTIK MENURUT KETENTUAN HUKUM DAN PRAKTEKNYA
•jtU f
SKRIPSI
I & /8 & fk L h
*
OLEH ILUNA TIRZA PALAR
M I L I a PBRPUSTAKAAN •OZ3VERSTTAS A1RLANCCA" S U R A B A Y A
DOSEN PEMBIMBING DAN PENGIWTI MOERDIATI SOEBAGYO, SH, MS
DOSEN PENfftOT------— 1— ^________ DR JR. SOETOJO PRAWIROHAt-flDJOJO, SH
DOSEN PENGUJI MARTHALENA POHAN, SH
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
1986
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan doa p u ji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Eea atas berkat dan karunia Nya, saya dapat menyelesaikan
s k r ip s i i n i . Skripsi i n i meru
pakan salah qa'tu syarat yang harue dipenuhi pat
menyelesaikan
akhirnya
eebelura da
studi d i'F aku ltas Hukum Universitas
Airlangga Surabaya, Pembuatan
6 k rip si i n i
sesual dengan
kemampuan
yang ada pada saya dan b a ca a n /lite ra tu r yang
terbatas.
Kiranya dapat dimengerti andaikata s k rip s i i n i raasih j a uh dari
sempurna, maka dari itu
apabila ada k r i t i k san
saran untuk kelengkapan s k r ip s i i n i akan saya terima de ngan rasa senang h a t i . Pada kesempatan i n i , tiada kata-kata baik yang
dapat saya
p i l i h s ela in
yang le b ih
ucapan terima kasih
yang tulus dan sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Moerdiati Soebagyo SH, MS sebagai perabimbing yang disamping kesibukannya telah rela mengorbankan waktu, tenaga serta ipikirannya bantuan dan pengarahan
untuk memberikan
bimbingan,
sehingga saya dapat
menyele
saikan penulisan s k r ip s i i n i . 2 . Bapak Dr R* Soetojo Prawirohamidjojo, SH
serta
Ibu
Marthalena Pohan, SH selaku tim penguji s k r ip s i saya. 3 . Ayah, ibu, adik serta nenek tercin ta yang berikan
SKRIPSI
dorongan
dan
telah mera-
bantuan baik m ateriel
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
maupun
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
s p ir it u a l demi*keberhasilan study saya, Saudara Dwi Tjahjanto yang telah membantu dengan penuh kesabaran, pengertian dan memberikan ngobarkan
semangat saya
untuk
dorongan dan me-
mulai,
mempersiapkan
sampai selesainya s k rip s i i n i , 5, Semua guru besar, para dosen dan kum Univereitas Airlangga
asisten Fakultas Hu
Surabaya yang
telah merabe-
k a li say& dengan nasihat dan ilmu, khususnya ilmu
pe-
ngetahuan tentang hukum, 6, Segenap Tri C ivitas Academica Fakultas Hukum U niversitas Airlangga Surabaya pada saat
yang telah
memberikan bantuan
penulisan s k rip s i i n i , baik secara langsung
maupun secara tidak langsung, 7 , Kawan-kawan yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian s k rip s i i n i , Akhir kata,
dengan segala
kekurangan-kekurangan
yang ada mudah-mudahan s k r ip s i i n i
dapat bermanfaat bag!
siapapun juga dan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas j a sa-jasa mereka dengan balasan yang b e r lip a t ganda,
Malang, 21 Nopember 1986
Iluna Tirza Palar 037710395
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
Banyak masalah hukum yang timbul pada dewasa ini, dan yang menarik perhatian para ahli hukum antara lain persoalan tentang "GROSSE AKTA HIPOTIK" yang banyak diperbincangkan oleh para praktisi hukum dalam mass media dan juga banyak diperbincangkan oleh masyarakat pada dewasa ini. Sehubungan dengan timbulnya beberapa kasus yang berkaitan dengan grosse dari suatu akta notaris yang di buat di Indonesia, yang pada bagian kepalanya memakai perkataan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA ESA" di dalam teori dan praktek di pengadilan negeri yang ternyata berbeda.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................
iii
BAB
I . PENDAHULUAN ......................................................... 1 . Permasalahan .......................................... .. 2 . Penjelasan Judul
BAB
1
.............
'3
3. Alasan Pemilihan J u d u l ............... . ..........
7
4* Tujuan Penulisan ........................................
7
5. Methodologi Pembahasan ..................... ..
7
6 . Pertanggungjawaban Sistematika ...........
8
. I I . TINJAUAN UMUM MENGENAI HIPOTIK ................. 1. Maksud Kaliraat Demi Keadilan Berda sarkan Ke Tuhanan Vang Maha Esa ......... 2. A rti T it e l Eksekutorial Bagi Kredi
BAB
11
-
tur . * ................................................ ..............
14
3 . Pengertian Grosse Akta Hipotik . . . . . .
18
4- Fungsi Grosse Akta Hipotik ...................
22
I I I . FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PELAKSANA AN HIPOTIK 1. E fe k tiv ita s Ketentuan Peraturan Hipo t i k Bagi Kreditur ....................... ..
24
2. Kekurangan-kekurangan atau Penyimpang an-penyimpangan Yang
SKRIPSI
Terjadi
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
Dalam
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Praktek ........................................................... BAB
27
IV. PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE AKTA HIPO TIK DALAM PRAKTEK ............................................ 1. Penetapan Eksekusi Grosse Akta Hipotik Oleh Pengadilan Negeri ...........................
31
2.. Pelaksanaan Lelang Oleh Kantor Lelang Negara ..................................... ..................... BAB
38
V. PENUinJP ................................................................. 1. Ifesimpulan ....................................................
if5
2. S a r a n ...............................................................
^6
DAFTAR BACAAN DAFTAR LAMPIRAN
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN 1, Permasalahan Yang menjadi pokok permasalahan d i dalam sk rip si i n i adalah sebagai berikut : Bahwa menurut ketentuan dalam pasal 224 HIR, s e benarnya pihak k reditur bisa langsung mengeksekusl tanpa perantaraan putusan hakim* Tetapi dalam prakteknya peng adilan ikut grosse
campur tangan dalam
akta h ip o t ik . Padahal
pelaksanaan (eksekusi)
grosse akta h ip o tik
itu
s e n d iri kekuatannya saraa dengan putusan hakim yang tidak dapat dibanding, kasasi maupun
verzet oleh pihak k etiga ,
yang tidak memakan waktu dan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Dan menurut ketentuan
h ip o tik , pemegang h ip otik
mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya terha dap barang-barang jaminan, manakala piutangnya sudah da pat d ita g ih
dan ternyata debitur
wanprestasi, kreditur
mempunyai wewenang untuk melakukan eksekusi secara langQung terhadap
barang-barang yang menjadi
obyek jaminan
tanpa perantaraan hakim. Wewenang yang demikian tersebut timbul karena a danya 2 kemungkinan, yaitu : 1 . karena grosse akta h ip o tik mempunyai kekuatan ek^ekut o r i a l , ja d i dapat dilakukan eksekusi secara langsung 1 SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
sung terhadap barang-barang jaminan, dengan jalan ba rang-barang itu d iju a l d i muka umum dan hesilnya d i perhitungkan untuk pelunasan hutangnya; 2 . karena d i dalam untuk menjual
grosse akta h ip o tik ada
ja n ji-ja n ji
atas kekuasaan sendiri* Berarti k red i
tur dapat menjual barang-barang jaminan it u umum atas dasar parate eksekusi. Jan ji atas kekuasaan sen d iri yang demikian
d i muka
untuk menjual tercantum dalam
akta h ip o tik dan jika didaftarkan dalam r e g is t e r umum mempunyai s i f a t hak kebendaan. Tfcrnyata dalam praktek, eksekusi secara langsung oleh pihak kreditur terhadap barang-barang jaminan tidak pernah t e r j a d i . Jika debitur wanprestasi dan telah beberapa k a li diperingatkan kreditur
tidak melakukan
minta campur
tetap tidak eksekusi
mengindahkan, maka s e n d ir i,
tangan Panitia Urusan Piutang
melainkan Negara bagi
bank pemerintah. Sedangkan untuk bank swasta atau perse orangan, eksekusinya dengan perantaraan pengadilan nege r i , meskipun grosse akta h ip o tik mempunyai sek u toria l dan j a n j i - j a n j i untuk s e n d iri merupakan d ia ta s timbul
kekuatan ek
menjual atas kekuasaan
parate eksekusi. pari mana
beberapa
permasalahan
tersebut
yang akan
diba -
has dalam s k rip s i i n i , yaitu : 1. Mengapa kewenangan kreditur untuk kusi secara belum pernah
SKRIPSI
langsung dalam
melaksanakan ekse
hal debitur
ditegakkan dalam
wanprestasi
batas waktu
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
yang d i -
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
mungkinkan oleh Undang-undang tanpa ta campur
atau sebelum min-
tangan panitia urusan piutang
negara ' atau
pengadilan negeri ? 2* F aktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan h ip otik ? 3 # Bagaimanakah pelaksanaan. (eksekusi) grosse akta hipo t ik dalam praktek ?
2* Penjelasan Judul Dalam kaitannya dengan judul s k r lp s i i n i , sebelum nya akan saya kemukakan
pengertian dari pada
grosee itu
s e n d ir i. Grosse adalah salinan kutipan dari pada k a li mat
atau (secara pengecualian)
akta ote n tik dengan
raemuat d i atasnya
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA
ESA” dan d i bagian bawahnya KAN SEBAGAI
tercantura kata-kata "DIBERI-
GROSSE PERTAMA", yang diatur
ayat 2 Peraturan Jabatan N otaris, dibuat
dalara pasal /+1 untuk dapat me-
lakukan ekeekusi tanpa' berperkara l a g i . Sedangkan Matias Gelar
Imam Radjo Mulano,SH meng
artikan grosse sebagai berikut : Grosse adalah salinan dari suatu akta oten tik yang diperbuat dalam bentuk yang dapat dilaksanakan, grosse dari suatu akta yang raemuat pada ba gian kepalanya "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETU HANAN YANG MAHA ESA", 1) ^ Matias Gelar Imam Radjo Mulano, Pembahasan Hukum, Perusahaan Daerah Sumatera Utara PERCETAKAN dan TOKO BUKU, Medan, 1969, 123*
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
k
' Untuk mengetahui ie b ih mendalam mengenai maealah f grosse akta h ip o tik dan kegunaannya serta aldlbat hukumnya dalarn perkembangan
hukum d i negara kita eekarang i -
n i, marilah k ita melihat sejenak perundang-undangan yang maeih berlaku sampai saat i n i , atas dasar pasal I I Aturan Peralihan Undang-undang Dasar
Republik Indonesia ta -
hun 1945* *
Ketentuan-ketentuan grosse dan akta
yang
raengatur
persoalan
ote n tik dalam praktek d i pengadilan n e-
r i dapat k ita ketahui antara la in : - Di dalam Reglemen Jaba.tan Notaris yang
dapat kita t e -
mukan dalam p asal-p asal 1, 38, 40 , 41, 42 dan 43* - Di dalam Reglemen Indonesia yang diperbarui pasal 224*
- Di dalam Reglemen daerah seberang pasal 258# Sebagaimana k ita ketahui dalam
Reglemen Jabatan
Notaris pasal 1 berbunyi antara l a in sebagai berikut : Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta oten tik mengenai semua perbuat,an, p erjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh ' suatu peraturan umum atau d ik ehendaki oleh yang berkepentingan agar dinyatakan dalam suatu akta o te n tik , menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan salinan dan kutipannya, semuanya i n i sebegitu jauh pembuaton akta-akta itu tidak juga ditugaskan a tau dikecualikan kepada pejabat umum lainnya* Dari ketentuan pasal tersebut
diatas dapat
d i-
simpulkan bahwa Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta ote n tik yang mengenai
semua p e r-
buatan, persetujuan dan ketetapan yang diperintahkan p er-
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
aturan umum atau kehendak oleh yang
berkepentingan juga
dapat memberikan grosse, salinan atau (secara pengecua l i a n ) j kutipan dari akta ote n tik .tersebut* Dan juga menurut ketentuan pasal 38 ayat 1 Peraturan Jabatan N otaris, berbiinyi antara la in : Hanya Notaris d i hadapan
siapa
dibuat
akta,
penggantinya sementara dan pemegang yang sah da-.: r i minuta-rainuta yang berhak untuk memberikan g rosse, salinan dan kutipan. Jadi Notaris mempunyai hak untuk membuat dan mem berikan grosse suatu akta n o ta ris dari orang
atau pihak yang
atas dasar permintaan
berkepentingan. Dan n ota ris
tidak boleh memberikan grosse, salinan atau kutipan, ju ga tidak boleh memperlihatkan i s i akta-akta k ecu ali ke pada orang-orang atau pihak-pihak yang langsung berke
-
pentingan, a h li warisnya atau yang mendapatkan hak dari padanya. Jadi mengandung suatu batasan terhadap n ota ris dalam hal memberikan g rosse. Menurut RBG yang
ketentuan
pasal 224 RIB dan
pada bagian kepalanya
pasal 258
memakai perkataan "DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA ESA" disamakan s e p e r t i a rre s t atau putusan hakim yang mempunyai kekuatan p a s t i , Juga terdapat
dalam Undang-undang Darurat t a -
hun 1951 pasal 5 ayat
dan
Undang-undang Nomor 14 t a -
hun 1970 pasal 4 ayat 1 . Apabila k ita kaitkan dengan pa s a l 224 RIB dan pasal 258 RBG mempunyai
SKRIPSI
kekuatan ekse -
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
k u t o r ia l. Perihal grosse di dalam HIR dapat kita baca pada pasal ,22if yang berbunyi entara la in sebagai berikut : Surat grosse dari pada akta h ip o tik dan surat hutang yang diperbuat dihadapan n ota ris di Indo nesia dan yang kepalanya memakai perkataan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA ESA'* berkekuatan sama dengan putusan hakim, Jika su rat yang demikian itu tidak d it e p a ti dengan j a lan damai, maka perih al menjalankannya dilakukan dengan perintah dan pimpinan ketua pengadilan n eg eri, yang dalam pegangannya orang yang berhutang i t u diam atau tin ggal atau merailih kedudukannya, yaitu secara yang dinyatakan pada p asalpasal diatas i n i , bahwa pak6a badan itu hanya boleh dilakukan jika sudah d iijin k a n dengan pu tusan hakim, Jika hal melakukan putusan hakim i tu harus dijalankan sama se k a li atau sebahagiannya d ilu ar daerah hukum pengadilan n eg eri, yang ketuanya menyuruh melakukan i t u , maka diturutlah peraturan pada pasal 195 ayat 2 dan yang b e r i kutnya, Jika k ita
perhatikan
dengan seksama
pasal 22/*.
HIR i n i ternyata grosse dari akta h ip o tik dan surat hu tang
yang dibuat
memakai
d i hadapan n o ta ris
pada bagian kepalanya
d i Indonesia yang
perkataan "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA ESA" mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim yang inkracht van g e w ijs de (mempunyai akibat hukum yang sama s e p e rti putusan ha kim yang sudah mempunyai kekuatan yang t e t a p ), Selain dari pada i t u , grosse akta h ip otik dan su rat hutang
tersebut ‘ d ia ta s, meskipun
telah dibuat di
hadapan n o ta r is d i Indonesia dan telah diberikan se'bagai grosse pertama dengan memakai
SKRIPSI
t i t e l eksekutorial d i ba-
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
gian atasnya, tidak dapat disamakan
sebagai putusan ha
kim, eehingga tidak mempunyai kekuatan ek sek u torial.
3* Alasan Pemillhan Judul Banyak masalah hukum yang timbul pada dewasa i n i , dan
yang menarik per.hatian
persoalan
para a h li hukum
antara la in
tentang "GKOSSE AKTA HIPOTIK" yang
perbincangkan oleh para
p r a k tis i hukum
banyak di*-
dalam mass media
dan juga banyak diperbincangkan oleh masyarakat
pada de
wasa i n i . Sehubungan
dengan timbulnya beberapa
berkaitan dengan grosse dari buat
di Indonesia,
yang pada
kasus yang
suatu akta n o ta ris yang d i bagian kepalanya
memakai
perkataan "DEMI KEADINAN BERDASARKAN KE TUHANAN YANG MAHA ESA" di dalam t e o r i dan praktek d i pengadilan negeri yang ternyata berbeda*
4 . Tu.iuan Penuli san Penulisan i n i
bertujuan untuk
memenuhi sebagian
dari eyarat-syor-''v- untuk menyelesaikan
studi d i Fakultas
Hukum dan merupo'-sr. t.« ^ s akhir untuk mencapai gelar Sarjana Hukum dari
Fakultap Hukum Universitas Airlangga Su
rabaya. Selain it u juga untuk memberikan sumbangan p i k i r an dan pengetahuan
bag! mahasiswa pada khususnya dan ma
syarakat pada umumnya.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
5* Methodologi Pembahasan Dalam
penentuan a la t
menyusun e k r ip s i i n i ,
yang akan digunakan untuk
saya menggunakan raethode
sebagai
berikut : 1# Methode pengumpulan data : a . Library research : yaitu mengumpulnan uraum yang berupa
data dari sumber-sumber
acuan
bu kti-bu kti karangan ilm iah, ke-
tentuan-ketentuan hukum serta dari tu lis a n -tu lis a n d i koran-koran dan di majalah-majalah hukum. b» Field research : yaitu
pengumpulan
data d i
mencari berkas-berkas
lapangan dengan
cara
perkara d i pengadilan nege
r i , kantor n o t a r is , kantor ag ra ria , bank sehubungan dengan pelaksanaan (eksekusi) grosse akta, h ipo t i k menurut ketentuan hukum dalam
prakteknya, dan
juga dengan melakukan wawancara guna
mendapatkan
infotraasi yang lengkap dan te r p e r in c i mengenai pe laksanaan eksekusi grosse akta h ip o tik dalam praktek. 2. Methode komparatif : Di dalam membahas pokok permasalahan i n i ,
saya meng
gunakan methode d i s k r i p t i f a n a l i s i s , yaitu dengan mengedepankan data-data atau fakta-fakta yang diperoleh d a ri perpustakaan umum maupun dari lapangan, kemudian d i analisa
SKRIPSI
d a n 'd ic a r i jalan
peraecahannya, yaitu pe-
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
nyeleeaian menurut hukum
dan akhirnya
dapat d ita r ik
kesimpulannya.
6* Pertanp;gunft.1awaban sistematika Skripsi i n i
secara
keseluruhan
t e r d i r i dari 5
(lima) bab yang d i dalamnya t e r d i r i dari beberapa sub bab sebagai berikut : Bab
I : Di dalam
bab
in i
dikemukakan
permasalahan,
penjelasan ju du l, alasan pemilihan juan
penulisan, methode
judul, tu -
pembahasan
dan p er-
tanggung jawaban sistematika d i dalam permasalahan diungkapkan problem-problem yang
timbul
dalam praktek tentang eksekusi grosse akta h i p o tik . Di dalam penjelasan dan alasan pemilih an judul d ijelask an pengertian apa yang mendorong penulis untuk memilih judul tereebu t. Didalam tujuan penulisan
d ijelaskan
apa makeud
dan tujuan 'penulisan s k r ip s i tersebu t. Methode pembahasan
menjelaskan dengan cara
bagaimana
penulis mendapatkan data-data yang relevan de ngan judul sk rip s i
i n i . Kemudian
dilanjutkan
dengan pertanggungjawaban sistematika
yang a -
khirnya menjelaskan bab per bab secara
global
dan singkat sekaligus juga menerangkan tahapan dan sueunan pembahasan. Bab
SKRIPSI
II : Bab i n i mengetengahkan tinjauan uraura
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
mengenai
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
h ip o tik yang memuat kaliraat Yang Maha
apa yang dimaksud
Demi Keadilan Berdasarkan Esaf a r t i
Ke Tuhanan
t i t e l eksekutorial
k re d itu r, pengertian
grosse akta
dengan
bagi
h ip o tik dan
fungsi grosse akta h ip o tik . i
Bab I I I : Bab i n i mengetengahkan
fa k to r -fa k to r apa saja
yang menghambat pelaksanaan muat
d i dalamnya
apa
h ip o tik . Yang me-
e fe k tiv ita s
peraturan h ip o tik bagi k reditur an-kekurangan
atau
ketentuan
dan kekurang-
penyimpangan-penyirapangan
yang t e r ja d i dalam prakteknya. Bab
IV : Bab i n i menerangkan bagaimana pelaksanaan (eksekusi) grosse
akta
h ip o tik
dalam praktek.
Termasuk d i dalamnya penetapan eksekuei grosse akta h ip o tik oleh pengadilan negeri dan pelak sanaan lela n g oleh kantor lela n g negara, Bab
V : Bab i n i raerupakan bab terakhir dan disebut se bagai penutup, yang dari
bab-bab yang
le b ih la n ju t tentang
isin ya berupa
kesimpulan
terdahulu dan saran-saran pelaksanaan grosse
h ip o tik , bagaimana sebaiknya yang
akta
terbaik da
lam pembangunan hukum k i t a .
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB XI
■ TINJAUAN UMUM MENGENAI HIPOTIK (
1# Maksud
kalircat Demi Keadilan Berdasarkan Ke
Tuhanan
Yang Maha Esa Grosse akta h ip o tik s ela lu d ib e ri judul atau kepala akta yang
berbunyi :"Demi Keadilan Berdasarkan
Tuhanan Yang Maha Esa", Judul demikian d i kalangan
Ke para
sarjana hukum disebutkan sebagai t i t e l eksekusi atau t i t e l e k s e k u to ria l. Rumusan tentang judul tersebut menurut sejarahnya mengalami beberapa perubahan
berdasarkan b e-
berapa periode tertentu ; 1. Atas naraa Seri Baginda Radja 2. Atas nama Keadilan 3 . Atas nama Undang-undang 4. Atas naraa Negara Republik Indonesia 5. Demi Keadilan Berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa Rumusan s e p e rti yang tersebut dalam
nomer 5 i n i
raorupakan rumusan terakhir yang sampai saat i n i dipergunakan.
Rumusan "Demi
Keadilan
Berdasarkan Ke
Yang Maha Esa" tersebut eesuai dengan
Tuhanan
ketentuan Undang-
undang Nomor 14 tahun 1970 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi: "peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ke Tuhan an Yang Maha Esa". Dalam menguraikan maksud kalimat dalam tanda pet ik tersebut d i a ta s, maka perlu dibedakan
te rle b ih da-
11 SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hulu a r t ! keadilan dalam beberapa pendapat, sehingga dapatlah dimengerti a r t i dan maksud dari kalimat tersebu t. Keadilan dalam Rancah perbincangan ilmu pengetahuan hukum i n i leb ih condong caraan fi l s a 'f a t hukum
dimasukkan ke dalam perabi-
yang t e r le ta k d i dalam etika
bahkan s e rin g k a li menampakkan d i r i dalam Hal i n i berpegang pada pengertian yang
dan
kebaikan moral, dikemukakan oleh
Ulpianus. Ke Tuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, .pencipta segala yang ada dan semua mahluk, Yang Maha E6a b e r a r ti Yang Maha Tunggal, tiada
sekutu, Esa dalam
zat
Nya, esa dalam s i f a t Nya, esa dalam perbuatan Nya, a r t i nya bahwa zat Tuhan tidak t e r d i r i dari
z a t-z a t yang ba-*
nyak l a lu menjadi satu, bahwa s i f a t Tuhan adalah
sesem-
purna-sempurnanya, bahwa perbuatan Tuhan tiada'.dapat d i samai oleh siapapun. Jadi Ke Tuhanan Yang Maha Esa, pencip ta alam semesta beserta isinya* Keyakinan ad^nya Tuhan Yang Maha Esa it u
bukan-
lah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan
yang
berakar pada
yang dapat d i u j i atau
pengetahuan yang
dibuktikan melalui
benar
kaidah-kaidah
logika * Sebagai s i l a pertama dari
Pancasila, Ke Tuhanan
Yang Maha Esa menjadi sumber pokok n i l a i - n i l a i kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan
SKRIPSI
mendasari serta
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
membim-
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
bing perwujudan kemanusiaan yang a d i l dan beradab, penggalang
persatuan Indonesia
yang berdaulat
penuh, yang
b e r s if a t kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijakeanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan guna
mewujudkan
keadilan s o e ia l bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi maksud kalimat Demi Keadilan Berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa tersebut menunjukkan keadilan yang khas bangsa
Indonesia yang
bersumber pada
n ila i-n ila i
kehidupan bangsa* Bismar Siregar dalara Bunga Rarapai Duta Legal Se minar tanggal 19 s /d 23 A p ril 1982 d i Jakarta mengatakan sebagai berikut : Jadi sudah je l a s dan tidak boleh l a g i ada yang mempersoalkan, bahwa peradilan dan keadilan yang ditegakkan d i negara kita adalah keadilan berda sarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa (pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970). Hadirnya i rah-irah itu dalam perbankan secara formal sudah 18 tahun (Undang-undang Nomor 19 tahun 1964). Semenjak adanya Undang-undang itu se tia p perjanjian yang dibuat bank dengan pihak-pihak dihadap an n o ta r is yang dimaksud agar kekuatannya sama dengan putusa-n hakim haruslah berdasar ira h -ira h te rs e b u t. Berdasarkan itu la h , suatu p erjanjian yang akan dilaksanakan secara formal melalui hakim harus mengindahkan hukum acara yang berlaku (HIR) dan bilamana eksekusi r i e l dilaksanakan langsung oleh bank, yang dimungkinkan AKAD itu s e n d iri t i dak bertentangan dengan azas keadilan berdasar kan Ke Tuhanan Yang Maha Esa. 2)
^ Bismar Siregar, Hukum dan Perbankan, Infobank majalah keuangan dan perbankan, Jakarta, 1982, h , 139-140*
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ik
2 # A rtl t i t e l teksekutorial bagi kreditur Notaris sebagai
petugas negara yang
ditugaskan
untuk merabuat akta ote n tik tentang h ip o tik baik
menurut
peraturan umum maupun oleh yang berkepentingan
dilarang
menolak untuk memberikan bantuannya. Sehingga dengan demikian t e r ja d i pula pemberian grosse
terhadap akta-akta
yang tidak s e p e r ti yang dikehendaki oleh pasal 22if HIR. Sehingga la lu
tirabul pertanyaan : Apakah
semua
grosse
akta n o ta ris mempunyai kekuatan ekseku torial ? Menurut para a h li
hukum, bahwa untuk
melakukan
suatu eksekusi terhadap pihak lawan tidak s e la lu
d ip e r -
lukan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan past i , akan te ta p i boleh juga digunakan akta o te n tik , dimana ditetapkan adanya suatu tuntutan yang dapat digunakan untuk melakukan eksekusi. Penetapan suatu hak dalara akta ote n tik yang dibuat oleh atau dihadapan seorang
pejabat
umum yang berwenang dan menurut bentuk yang telah d ite tapkan oleh peraturan 'perundang-undangan
metnberikan cu-
kup jaminan kepercayaan untuk dipersamakan
kekuatan ek-
sekutorialnya dengan putusan hakim walaupun tanpa putus an pengadilan. Akta n o ta ris spraak) yang segera
yang tidak memuat
suatu hak (aan-
dapat dilaksanakan terhadap
rang sama helnya dengan suatu putusan hakim yang
se se o tidak
mengandung kenyataan yang demikian, juga tidak dapat d i laksanakan, Akan teta p i tidak ada alasan untuk
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
raengada-
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kan
pembatasan, . bahwa hanya akta
n ota ris yang
memuat
perikatan tentang pelunasan suatu hutang piutang yang da pat digunakan untuk eksekusi. Suatu grosse akta h ip o tik dari n o ta ris baru mem punyai t i t e l ekseku torial jika sudah didaftarkan d i Kantor Seksi Pendaftaran Tanah (Kantor Sub Direktorat Agrar i a ) . Dalara hal i n i setelah akta h ip o tik
s e le s a i dibuat
oleh PPAT,. maka akta tersebut beserta s e r t i f i k a t tas tanah yang menjadi jaminan dan surat in yang diperlukan disampaikan kepada daftaran untuk
hak a -
keterangan l a
kepala seksi pen
tanah (Kantor Sub Direktorat Agraria) setempat
didaftarkan dalam
raerupakan pemenuhan dari azas penting, dan
buku tanah, dimana i n i
adalah
azas p u b lis it a s yang merupakan
juga merupakan a la t bukti
yang ‘ kuut
dalam h ip o tik agar pihak ketiga dapat mengetahui,
bahwa
mengenai benda tidak bergerak telah dibebani h ip o tik se cara sah. Dengan adanya-penda f taran h ip o tik tersebu t, maka kepala
seksi pendaftaran tanah
menerbitkan
se rtifik a t
h ip o tik , yang kemudian diberikan kepada kreditur sebagai pemegang h ip o tik dengan d is e r t a i salinan akta yang dibu at oleh PPAT yang dijah itk an menjadi satu dengan
se rti
fik a t h ip o tik tersebu t. Adapun akta PPAT tersebut dibuat rangkap empat. Lembar pertama
SKRIPSI
diberikan kepada
kantor ag ra ria , lembar
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
kedua diberikan kepada k re d itu r, sedangkan lembar ketiga dan keempat disimpan d i kantor n o t a r is . Bagi kreditur yang
telah memperoleh
se rtifik a t
h ip o tik dapat digunakan sebagai bukti hak, dimana
gros*-'
senya mempunyai kekuatan ek sek u toria l, yang kekuatannya sama s e p e rti putusan pengadilan yang telah mempunyai ke kuatan hukum tetap (pasal ZZk HIR) sehingga menjamin ampuhnya lembaga jaminan h ip o tik , yaitu dapat
dipertahan-
kan terhadap siapapun. Pasal i+i+O Rv jo pasal ZZI+ HIR mempersamakan akta h ip o tik yang telah
mempunyai kekuatan
eksekutorial de
ngan putusan hakim. Jadi dengan demikian sepanjang suatu putusan hakim dapat dieksekusi untuk tujuan la in
selain
untuk menagih hutang uang, maka grosse akta h ip o tik juga dapat dipergunakan
untuk itu * Pasal
kkO Rv juga
tidak
mengadakan pembatasan tentang jumlah uang yang terhutang harus t e r l i h a t dalam
akta i t u , akan te ta p i
sudah cukup
apabila akta tersebut,memberi petunjuk bagaimanakah cara yang mengikat bagi kreditur agar dapat ditetapkan jumlah dari apa yang terhutang pada debitur berdasarkan akta i tu . Sebagaimana misalnya pada pemberian h ip o tik , d i mana diayaratkan bahwa
debitur sepanjang
mengenai
besarnya
jumlah yang terhutang harus menerima pembukuan dari pemb e ri k red it bagi penetapan jumlah yang terhutang i t u , Di dalam praktek peradilan selama i n i hanya t e r hadap kedua
SKRIPSI
je n is grosse yang tersebut
d i dalam
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
pasal
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
224 HIR saja pengadilan negeri memberikan kekuatan eksekutorialnya. Walaupun
secara t e o r i t i s d i dalam
pasal 38> 40
dan 41 Peraturan Jabatan Notaris tidak terdapat ketentu an yang membatasi akta-akta yang bagaimana saja yang da pat dibuatkan atau dikeluarkan grossenya
namun d i dalam
prakteknya pihak k red itu r biasanya minta dibuatkan gros se dari akta pengakuan hutang
dan akta
p erja n jian kre
dit* Adapun perbedaan antara kedua akta tersebut adalah bahwa pengakuan hutang menyangkut perorangan
karena
hutang yang
disebutkan dalam akta pengakuan
hutang i t u
sudah diakui
kebenarannya, maka tidak perlu
dibuktikan
l a g i kebenarannya* Dan karenanya untuk
mempercepat pro
ses, maka pengakuan hutang it u d ib e r i r i e l e eksekusi. Sedangkan kalau merupakan
p erjanjian
reemi, miealnya
yang
kedudukan sebagai
p erjanjian k r e d it , juga
menyangkut
dengan bank. Karena
lembaga-lembaga
p erjanjian k red it
juga merupakan p erja n jian hutang maka grosse akta i n i ju ga dapat langsung dimintakan eksekusinya. Setelah perraohonan untuk diterbitkannya atau d i buatkannya grosse itu
dikabulkan, belum tentu
kreditur
langsung mengajukan permohonan eksekusinya ke pengadilan n e g e r i. Karena ada kreditur yang minta dibuatkan itu hanya untuk berjaga-jaga l a i . Maka dengan
SKRIPSI
apabila pihak
grosse
debitur l a -
adanyagrosse tersebu t, kreditur dapat
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
secara
langsung
mengajukan
18
eksekusinya ke pengadilan
n e geri, Tetapi apabila ternyata telah t e r ja d i perdamaian antara kreditur
dengan d eb itu r, maka
eksekusi akan
t e r ja d i . Para hakim d i Indonesia condong kepada pendapat yang menyatakan bahwa grosse akta hanya dapat dibuat a tas akta h ip o tik dan akta pengakuan hutang. Pendapat i n i b e r t i t i k tolak pada ketentuan pasal
Rv dan pasal
22/f HIR. Dalam praktek peradilan ternyata hanya pemegang grosse aktaspertama dari akta yang
dimaksud oleh pasal
22J+ HIR yang mempunyai kedudukan istiraewa, karena dapat langsung mengajukan
permohonan
eksekusi kepada
Pengadilan N egeri. Sedangkan bagi pemegang
Ketua
grosse p e r-
tama dari akta-akta d ilu ar pasal 22/* HIR tersebut tidak mempunyai kedudukan yang istimewa sehingga tidak dapat secara langsung mengajukan
permohonan eksekusi. Ia ha
rus mengajukan gugatan perdata yang sesuai dengan hukum acara perdata.
3 . Pengertian ftrosse Akta H ipotik Untuk mendapatkan garabaran atau pengertian ten tang
permasalahan-perraasalahan
suatu grosse
haruelah k ita ketahui te rle b ih dulu apa
h ip o tik ,
a r t i grosse i -
tu, Untuk membahas a r t i grosse h ip o tik , kita tidak bisa melepaskan
SKRIPSI
perhatian
k ita dari
akta
o te n tik . Karena
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
timbulnya grosse akta n o ta r is .
adalah dari
suatu akta
19
oten tik
Karena i t u sudah sepantasnya
atau
k ita raeli -
hat te rle b ih dulu tentang akta ote n tik itu s e n d ir i. Ketentuan
yang mengatur tentang akta ote n tik a -
dalah pasal
1868 BW yang bunyinya adalah
kut ; "Suatu
akta oten tik ia la h suatu akta yang, didalam
bentuk yang ditentukan atau dihadapan
sebagai b e r i -
oleh Undang-undang, dibuat
oleh
pegawai-pegawai umum yang berltuasa untuk
itu di tempat dimana akta d ib u a t". Menurut ketentuan
pasal if1 ayat 1 Peraturan Ja-
batan N otaris, orang-orang yang berhak untuk meminta d i buatkan grosse akta adalah : a . pihak-pihak yang berkepentingan langsung; b. para a h li waris dari orang-orang yang membuat perjan jia n ; c . orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka. Biasanya dalam yaitu pihak kreditur suatu grosse
suatu p erjanjian ada dan pihak
akta hanya
dua. pihak
debitu r, teta p i . karena
bermanfaat bagi kreditur s a ja ,
maka biasanya yang meminta grosse adalah pihak k red itu r, a h li waris dari kreditur dan orang yang mendapatkan
hak
dari k red itu r. Dalam praktek, kreditur baru meminta grosse apab ila kreditur melihat bahwa k ira -k ira debitur
menunjuk-
kan g e ja la -g e ja la wanprestasi. Untuk meminta suatu g ro s se akta seorang kreditur tidak perlu meminta persetujuan
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
debitur te r le b ih dulu. Dalam pasal ifl ayat 2 Peraturan Jabatan 1 Notaris terdapat
ketentuan-ketentuan
mengenai bentuk* daripada
grosse tersebu t, yaitu : Grosse adalah salinan atau {secara pengecualian) kutipan, dengan raemuat d i atasnya (d ia ta s judul akta) kata-kata :"Demi Keadilan Berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa" dengan menyebutkan nama dari orang, yang atas permintaannya, grosse itu diberikan dan tanggal pemberiannya, Sedangkan menurut
Matias Gelar Imara Radjo Mula-
no, SH, adalah sebagai berikut : "Grosse adalah salinan suatu akta o te n tik , yang diperbuat dalam bentuk, yang dapat dilaksanakan, grosse dari suatu akta oten tik yang dirauat pada bagian kepalanya "Demi Keadilan Berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa". 3) Juga pendapat dari Bapak Notaris Mudofir
Hadi,
c*
SH, yang menyatakan sebagai berikut : "Salinan akta oten tik dalam hal i n i akta n otari6 yang d ib e r i judul ekseku torial atau t i t e l
ekse-
k u a i". ^ Menurut pasal 38 ayat 1 Peraturan r i s adalah
sebagai
berikut :
Hanya
Jabatan Nota
N otaris, dihadap-
an siapa dibuat suatu akta, penggantinya sementara
^
dan
Matias Gelar Imam Radjo Mulano, l o c . c i t .
^ Mudofir Hadi, Pengertian
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
peraegang yang sah dari
21
minuta-minuta yang berhak
untuk
memberikan dari padanya grosse (salinan pertama), s a li n an dan kutipan* Akan teta p i se tia p n o ta ris berhak untuk memberi kan salinan dan kutipan dari semua akta, yang dilekatkan pada sesuatu akta lainnya, yang disimpan d i kantornya. Juga para n o ta ris dapat membuat salinan tipan dari semua akta dan surat-surat it u diperlihatkan
dan ku
yang untuk maksud
kepadanya yang mana setelah d ie e e u a i-
kan dengan salinan atau kutipan i t u , dikembalikan. Sehubungan dengan bunyi pasal 38 ayat 1 Peraturan Jabatan Notaris tersebut d ia ta s , n o ta ris wajib
untuk
memberikan grosse, salinan atau kutipan terseb u t. Apabila n o ta ris menolak tanpa alasan yang
mendasar, maka no
ta r is tersebut melanggar ketentuan pasal 7 Peraturan Ja batan Notaris yang berbunyi sebagai berikut : "D iluar a lasan yang mendasar, n o ta ris tidak boleh
menolak peker-
jaan, jika diminta untuk melakukannya1' ♦ Sebagai alaean yang mempunyai dasar
untuk meno
lak dapat dikemukakan beberapa contoh, antara la in : a . dalam hal
n o ta ris berhalangan disebabkan
karena sa-
k it; b. apabila para penghadap tidak dikenal oleh n o ta ris dan juga tidak dapat diperkenalkan kepadanya^ c . apabila
SKRIPSI
para pihak
tidak dapat menerangkan
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
kemauan
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
mereka dengan je l a s kepada n o ta r is ; d. apabila para penghadap menghendaki
sesuatu yang b er-
tentangan dengan Undang-undang; e , apabila yang
karenanya n o ta ris
bertentangan dengan
akan melakukan
perbuatan
pasal 20 dan 21
Peraturan
Jabatan N otaris. Kewajiban
dari pada
n o ta ris
untuk
memberikan
grosse atau salinan hanya ada dinyatakan dalam pasal 854 Rv, diraana dikatakan bahwa para n ota ris atau
para perne-
gong minuta atau a k t a w a j i b ^engan membayar biaya untuk memberikan salinan baik kepada orang-orang yang langsung berkepentingan, para a h li waris atau n c t s r i s P-anclakTiVs, untuk Eemberikanny4>
--
penerima hak raere-
rsV* ja dapat dihukum .
~
perabayaran ganti ru g i, apabila ada ada alasan yang . men~ dasar,
4» Fungal. Grosse Akta H ip o tik Fungei grosse akta h ip o tik
adalah sebagai
a la t
untuk mengek$ekusi suatu barang jaminan dengan jalan melelangnya. Tetapi kegunaan grosse akta h ip o tik yang u tama adalah
sebagai
a la t untuk mengeksekusi suatu barang
jaminan yang kekuatannya . disamakan s e p e rti vonis hakim, tanpa raelalui persidangan. Menurut ketentuan Undang-undang, h ip o tik mengandung hak untuk penuntutan pemenuhan piutangnya terhadap
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
barang jaminan, manakala piutang sudah dapat d itagih dan debitur
ternyata wanprestasi,
maka kreditur
kewenangan untuk melakukan eksekusi secara
mempunyai
langsung de
ngan cara lela n g terhadap barang-barang yang menjadi j a minan tanpa perantaraan hakim, Wewenang yang demikian itu timbul karena
adanya
2 kemungkinan yaitu : 1 . Karena grosse akta Hipotik/Credietverband mempunyai kekuatan ek sek u toria l. Jadi dapat dilakukan eksekusi secara langsung terhadap bendanya dengan jal'an benda jaminan itu d i j u a l dimuka umum dan hasilnya diperhitungkan untuk pelunasan piutangnya. 2 . Karena adanya j a n j i untuk menjual atas kekuasaan s e n d ir i, Berarti d i s i n i kreditur dapat menjiial benda jaminan itu dimuka umum atas dasar parate eksekusi. J an ji untuk menjual a tas kekuasaan sen d iri demikian yang tercantum dalam akta. Jika didaftarkan dalam r e g is t e r umum mempunyai s i f a t hak kebendaan. 3) Ternyata
d i dalam
praktek tidak
demikian, dan
untuk penjelasan tentang hal i n i akan saya uraikan dalam bab selanjutnya.
^ Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Himnunan Karva Tentang Hukum Jaminan. L iberty, Yogyakarta, 1982, h. 42.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PELAKSANAAN HIPOTIK 1. E fe k tjv ita s Ketentuan Peraturan Hipotik Bag! Kreditur Seperti yang d ijan jik an dalam p erja n jian raeminjam uang, maka raengarabil
pemegang h ip o tik (k red itu r)
pelunasan dari
penjualan benda
pinjam berhak
h ipotik* Ini
4
te r ja d i jika
debitur tidak raemenuhi
p r e s t a s i ) . Dalara dapat
hal i n i dikatakan
kewajibannya (wan piutang tad i
d itagih (o p e isb a a r). Pelunasan itu
sudah
dilakukan de-*
ngan cara menjual benda h ip o tik tersebut dimuka umum dan apa yang terhutang d it a r ik dari h a s il penjualan i t u . Untuk melaksanakan d ib e r i
haknya i n i pemegang
t i t e l ek sek u toria l. Menurut
h ip o tik
pasal 7 ayat 2
PMA
Nomor 15 tahun 1961 : " S e r t i f i k a t hypotheek dan credietverband, yang d is e r t a i salinan akta yang dimaksudkan dalam a yat 1 pasal i n i raerapunyai fungsi sebagai grosse akta hypotheek dan credietverband serta mempu nyai kokuaton ekeekutorial sebagai yang dimaksud kan dalam pasal 224 Reglemen Indonesia yang d i perbarui (Staatsblad 1941 Nomor 44) dan pasal 258 Rechtsreglement Buitengewesten (Staatsblad 1927 Noraor 227) serta pasal 18 dan 19 Peraturan tentang Credietverband (Staatsblad 1908 Noraor 5 4 2 )." Meftgenai materi yang diatur pada pasal 7 ayat PMA Nomor
15 tahun
1961 ada
pendapat
Pengadilan Tinggi Bandung dan Komisariat
2
bersama
antara
Daerah
Ikatan
Notaris Indonesia Jawa Barat, yang diedarkan
kepada s e -
luruh Ketua Pengadilan Negeri Jawa Barat. 24 SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Pendapat bersama yang diedarkan Pengadilan Tingg i Bandung dengan surat tanggal 3 Januari 1980 Nomor 6 / 1980/Um/P.T.B. i t u isin ya adalah sebagai berikut : 1. PMA Nomor 15 tahun 1961 tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk mengabulkan perrnohonan eksekusi .yang tidak memenuhi syaratsyarat pasal 224 HIR karena sejak semula peraturan itu secara formal tidak sah, yakni berhubung Menteri Agraria dalam mengeluarkan peraturan itu telah melampaui batas wejvenangnya karena telah mengikat in s ta n s i la in yaitu Pengadilan. 2 . Oleh karena it u setia p permohonan eksekusi berdasarkan pa.sal 224 HIR yang hanya d ile n g kapi dengan s e r t i f i k a t h ip o tik d is e r t a i sa linan akta h ip o tik tanpa adanya grosse akta h ip o t ik , haruslah d it o la k . 7) Dalam hal i n i
sobetulnya yang berhak
kan grosse akta h ip o tik bukanlah
mengeluar
Kantor Agraria, tetapi
PPAT yang membuat akta hipotiknya. Jadi sebetulnya peraturan-peraturan kusi grosse akta h ip o tik i n i kura-ng
e f e k t i f . Seharusnya
dengan adanya t i t e l ekseku torial tersebut pat langsung
melakukan eksekusi
tentang ek-
k reditur
da
dengan menjual sen d iri
barang jaminan tersebut dimUka umum tanpa bantuan penga d ila n . Hasil penjualan barang jaminan
tersebut dipergu-
nakan untuk melunasi hutang-hutangnya dan sisanya dikembalikan kepada d eb itu r. Dalam hal i n i ada beberapa faktor yang bst kreditur untuk melaksanalcan
menghara-
sen d iri eksekusi grosse
^ Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang: Hi p o tik , Alumni, Bandung, 1980, h. 128.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
akta h ip o tik tersebu t, Sebelum mfclaksanakan sen d iri eksekusi grosse ak ta h ip o tik , ada beberapa tindakan pendahuluan yang harus dilakukan yaitu : 1. mengadakan s it a eksekutoir (e x e c u to r ia l besla g) untuk menguasai benda-benda jaminan yang akan d ile la n g . Hal i n i hariya bisa dilakukan oleh, Pengadilan Negeri mela l u i juru s i t a ; 2 , debitur harus d ib e r i aanmaning (teguran) maximum d i lakukan sebanyak 3 k a li dengan tenggang waktu 8 h a r i. Akan te ta p i aanmaning sen d iri tentu dilakukan
yang dilakukan
tidak 6emudah
oleh pengadilan
kemungkinan debitur
oleh kreditur
s e p e r ti aanmaning n egeri, mengingat
yang adanya
tidak mau menemui . k reditur atau
jika aanmaning d i t u l i e pada
warkat pos dikirim mela
l u i pos t e r c a t a t , debitur tidak mau mengambilnya*. 3# kreditur
harus minta
suatu
SKPT (Surat
Pendaftaran Tanah) tentang status tikkan kepada
Keterangan
tanah yang d ih ip o -
kantor agraria di mana tanah
tersebut
t e r d a fta r . Tetapi dalam prakteknya meminta SKPT ter sebut tidaklah sedemikian mudahnya
jika dilakukan o -
leh kreditur s e n d ir i; if* jika akan diadakan lcla n g oleh kreditur sen d iri mela l u i kantor lela n g , maka kreditur te r ik a t pada keten tuan hukum s e p e rti
yang tersebut di dalam
pasal 200
ayat 1, 5, ? , 8 dan 11 HIR.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. jika
kreditur mengajukan
kepada
27
s e n d iri permohonan . lelan g
kantor lela n g negara
langsung tanpa
melalui
pengadilan n egeri, maka biasanya tanggapan kantor l e lang akan la in dari pada kalau kita mengajukannya me l a l u i pengadilan n egeri; 6 . dalam
pelaksanaan lela n g biasanya
pengadilan negeri
menunjuk seorang wakil untuk menentukan
berapa harga
minimum dari barang yang aka^n d ile la n g dan berapa ke~ naikan
harga (verhoging)
tersebut pada s e tia p
k a li
penawaran; 7« jika lela n g dilakukan s e n d iri oleh k red itu r, maka d i dalam prakteknya, s i pembeli akan mengalami kesulitan pada jawatan agraria diwaktu akan
membalik nama s e r
t i f i k a t tanah terseb u t.
2 . Kekuran/tan-ftQkurangan Atau Penylmpangan-Penyimpangan i
Yang Ter.jadi Dalam Pra~ktek 1 Bapak A* Th. Palar, SH, seorang pengacara d i Mai lang memberikan keterangan mengenai masalah-masalah penyimpangan yang t e r ja d i dalam praktek atas'dikeluarkan nya blanko akta h ip o tik oleh peraerintah rat
Keputusan Menteri
Dalam Negeri
berdasarkan su-
Nomor 104/Dja/197?
telah dikeluarkan blanko akta h ip o tik rangkap empat yang kesemuanya memakai t i t e l ek sek u torial, atau la in telah dikeluarkan empat buah
dengan kata
grosse sek a lig u s. Pa-
dahal seharusnya hanya ada satu lembar grosse akta h ip o -
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tik yang dikeluarkan oleh PPAT. ^ Jadi dalam nyimpangan mengenai
masalah i n i telah
t e r ja d i suatu pe-
siapa sebetulnya yang
berhak untuk
mengeluarkan grosse akta h ip o tik tersebu t, Sebetulnya kantor in s ta n s i agraria
tidak berhak
untuk mengeluarkan grosse akta h ip o tik , karena bukan i n stan si agraria yang membuat akta hipotiknya. Yang berhak mengeluarkan grosse akta h ip o tik adalah PPAT karena d ia lah yang membuat akta hipotiknya. Jadi grosse-akta h ip o t ik yang dikeluarkan
oleh in s ta n s i agraria
s e r t i f i k a t h ip o tik dengan d is e r t a i dan d ija h i t menjadl satu oleh tanah yang mempunyai fungsi
yang berupa
salinan akta h ip o tik
kepala kantor pendaftaran sebagai grosse akta h ip o tik
se p e rti termaksud oleh pasal 7 ayat 1 dan 2 PMA Nomor 15 tahun 1961 serta mempunyai kekuatan ekseku torial sebagai yang dimaksud dalam pasal 22if HIR i n i diragukan keabsahannya karena merupakan penyimpangan dferi t e o r i . « Akta tersebut diragukan keabsahannya karena ha nya in s ta n s i pemerintah yang mengaturnya, padahal mengatur materi i n i diperlukan untuk terciptanya Undang-undang turan yang dibuat oleh
untuk
Undang-undang. Sedangkan diperlukan suatu pera -
pemerintah dan DPR, bukan
dari pihak pemerintah s a ja , s e p e rti apa
hanya
yang disebutkan
Q\ ' Wawancara dengan Bapak A, Th. Palar
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
oleh Mariam Darus Badrulzaraan dalam bukunya Bab-bab ten tang h ip o tik menyebutkan : uBahwa materi yang terdapat dalam pasal 7 ayat 2 PMA Nomor 15 tahun 1961, sedemikian pentingnya menyangkut kepentingan rakyat banyak maka tidak dapat diatur oleh Pemerintah, Yang wenang menga* turnya adalah Pemerintah bersama-sama dengan De~ wan Perwakilan Rakyat dalam membentuk Undang-un dang. 9) Mengenai t i t e l ekseku torial yang terdapat diatas akta h ip o tik , sampai saat i n i masih tercantum kata-kata: MAtas nama Negara Republik Indonesia". Akan te ta p i t i t e l . eksekutorial
yang resmi
yang berdasarkan
dipergunakan
sekarang
pasal 4 ayat 1 Undang-undang
tahun 1970 yaitu ^'Demi Keadilan Yang Maha Esa". Sedangkan
adalah Nomor 14
Berdasarkan Ke Tuhanan
t i t e l eksekutorial
yang lama
tersebut d ic o r e t dan dibawahnya d ik e tik t i t e l
eksekuto
r i a l yang baru. Adapun yang mencoret dan mengganti bunyi t i t e l ekseku torial tersebut adalah PPAT yang membuatnya. i Bapak A. Th. Palar, SH, seorang pengacara■d i Ma lang mengatakan banwa blanko akta h ip o tik yang d ik elu a r« \ kan oleh peirjerintah berdasar Nomor 104/Dja/1977 telah di keluarkan blanko
akta h ip o tik
sebanyak
rangkap.empat,
yang semuanya i n i memakai t i t e l eksekutorial atau dengan perkataan la in sekaligus telah dikeluarkan
erapat
buah
grosse akta h ip o tik , yang seharusnya hanya ada satu lem-
o)
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hi p o t ik , Alurani, Bandung, 1980, h. 128-129.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
bar grosse akta h ip o tik
yang
dibuat oleh PPAT* Adapun
keempat lembar grosse akta h ip o tik tersebu t, lembar p e rtaraa diambil oleh kantor. agraria, lembar ; kedua 'untuk kreditur dan dua lembar sisanya disimpan d i kantor n ota r i s yang membuat akta hipotiknya. Bahwa blanko akta h ip o tik yang
dikeluarkan oleh
pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Ne g e r i Nomor 10/+/Dja/1977 yang rangkap empat i t u
ternyata
mengandung banyak kelemahan, antara lain : 1. blanko akta h ip o tik yang dikeluarkan oleh
pemerintah
seolah-olah hanya untuk aflopend h ip o tik , padahal da lam kenyataannya dalam praktek biasanya
yang dipakai
doorlopend h ip o tik , maka
h ip o tik yang
dari itu akta
dikeluarkan oleh pemerintah
banyak yang d i c o r e t . Ja
d i kekurangan blanko akta h ip o tik yang dikeluarkan o leh pemerintah adalah tidak bisa
dipakai untuk door
lopend h ip o t ik ; 2 . d i dalam blanko
akta h ip o tik yang
dikeluarkan
pemerintah s e o la h -o la h ' pemilik jaminan dalah d eb itu r. Padahal
oleh
senantiasa a -
bisa t e r ja d i pemilik
jaminan
adalah pihak k etiga , 3 . pada blanko akta h ip o tik , p erjanjian pemberian k red it dapat dijadikan satu akta dengan pferjanjian pembeban-
10)
SKRIPSI
. , . Wawancara dengan Bapak A. Th. Palar
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
an hipotiknya, Menurut kebiasaan dalam
31
praktek, per
jan jian pemberian k red it eelalu diadakan terpisah de ngan p erjanjian pembebanannya, Sebab p erjanjian pern berian k red it adalah o b l i g a t o i r , yang pada
p erja n jian pokok yang urauranya dibuat dibawah
b e r e ifa t tangan
maupun n o t a r i e l akta, Sedangkan p erjanjian pembebanan hipotiknya adalah p erjanjian
tambahan yang
b e r e ifa t
a c c e s s o ir yang harus dibuat di hadapan PPAT* ( Lihat Lampiran No, 1 )
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE AKTA HIPOTIK DALAM PRAKTEK 1. Penetapan Eksekusi Grosse Akta Hipotik Oleh Pengadil an Negeri Di dalam praktek, apabila pemegang
h ip o tik ada
lah bank-bank swasta atau perseorangan, maka agar supaya hak h ip o tik i t u
dapat dilaksanakan
oleh kantor
lela n g
negara, maka te rle b ih dahulu akan dimintakan suatu pene tapan eksekusi dari ketua pengadilan n eg eri. Di bawah i n i akan kita tin jau tatacara yang b i a sa berlaku d i pengadilan negeri bagi permohonan Penetap an Eksekusi
Groese
Akta Hipotik,
antara la in
sebagai
berikut : 1* Pemohon, yang
dalam hal i n i adalah bank
perseorangan, akan datang
swasta atau
ke pengadilan negeri untuk
mengajukan permohonan penetapan
eksekusi grosse akta
h ip o tik dengan membawa s e r t i f i k a t h ip otik yang meru pakan ayarat mutlak untuk mengajukan permohonan pene tapan eksekusi
grosse akta
h ip o tik , biasanya
d ita -
ngani sen d iri oleh ketua pengadilan n egeri. 2« Setelah ketua pengadilan
negeri menerima
tersebu t, kemudian mengarnbil a. ketua pengadilan
negeri
permohonan
sikap sebagai berikut : memanggil debitur
menghadap dengan melakukan teguran
untuk
terhadap d e b i-
32
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
tur agar melunasi hutangnya. b. melakukan perdamaian antara kreditur
dengan d e b i
tur te r le b ih dahulu. Jadi ketua pengadilan negeri tidak langsung raengelu arkan penetapan eksekusi, akan te ta p i
mengadakan te~
guran te rle b ih dahulu terhadap d eb itu r, agar
debitur
membayar hutang-hutangnya dengan mengadakan perdam%ian antara k reditur dengan d ebitu r. Teguran yang d i l a kukan oleh ketua pengadilan negeri sebanyak-banyaknya dilakukan' tiga k a li yang ditujukan kepada debitur dengan tenggang waktu seminggu s e k a li. 3 . Biasanya hakim masih memberikan waktu untuk yang k e tiga kalinya kepada
debitur dengan tenggang
waktu 8
hari setelah teguran i n i dikeluarkan. 4. Apabila jangka waktu yang telah ditetapkan habis dan
debitur belum membayar
it u sudah
hutang-hutangnya,
maka ketua pengadilan negeri akan mengeluarkan
surat
perintah untuk pelaksanaan s ita eksekusi terhadap barang-barang jaminan. Perintah untuk ta eksekusi ditujukan kepada panitera geri yang apabila dalam hal i n i
melaksanakan s i pengadilan ne
berhalangan, maka ia
d ig an ti oleh juru s ita pengadilan negeri
yang kemu -
dian disampaikan kepada d eb itu r. ( Lihat Lampiran No, 3 ) 5. Tujuan surat s it a jaminan yang dikeluarkan oleh Ketua
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3k
Pengadilan Negeri adalah untuk melindungi rang yang menjadi jaminan agar
baraifg-ba-
tidak d a p a t'd ip erju a l
belikan atau digelapkan dengan jalan dipindah tangankan kepada
orang l a i n . Baik
bergerak, maupun
mengenai
barang-barang yang
barang-barang tidak bergerak,
sekalipun barang-barang i n i berada dalam tangan pihak k e tig a . Juru s ita dalam hal melakukan segala tindakan s e la lu dibantu oleh dua orang saksi yang sudah dewasa dan berakal sehat
dengan diketahui oleh
kepala deea
atau lufah aetempat. 6 . Setelah juru 6ita menguasai seluruh barang-barang de b it u r , maka selanjutnya juru s ita harus membuat b e r i ta acara yang isin ya harus diberitahukan kepada debi tur. 7. Jika jangka waktunya telah lewat dan ternyata debitur masih
tetap belum
dapat melunasi
maka ketua pengadilan negeri
hutang-hutangnya,
mengeluarkan
eksekusi terhadap barang jaminan yang
penetapan
d is i t a ekseku
s i. ( Lihat Lampiran No. k ) 8 . Setelah surat penetapan eksekusi diberikan kepada de b it u r , maka untuk selanjutnya juru s ita
akan melaku
kan h a l-h a l sebagai berikut : a , menanyakan kepada Kantor Agraria Daerah Tinskat II setempat dengan
meminta surat keterangan
pendaf-
taran tanah;
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
b . menghubungi
Kepala
mengadakan tanah,
Kantor
lelan g dengan
s e rtifik a t
Lelang
Negara
menyerahkan
h ip otik dan surat
untuk
se rtifik a t keterangan
pendaftaran tanah dari kantor agraria setempat; c . mengadakan pengumuman le la n g . Pengumuraan lelang i ni diumumkan
d i koran-koran
yang cukup
terkenal
d i kota dimana tempat barang jaminan yang akan d i lela n g i t u , serta raenempelkan pengumuman d i penga dilan negeri serta d i kantor lela n g negara. Pengu muman i n i dilakukan 14 hari sebelum pelelangan, ( Lihat Lampiran No. 5 ) 9 . Pelaksanaan lelan g dilakukan
dimuka juru
Kantor Lelang Daerah Tingkat I dan
lela n g di
di Daerah Tingkat
II* Demikianlah tata pengadilan negeri
cara yang biasanya
berlaku di
untuk pengeluaran penetapan
eksekusi
grosse akta h ip o t ik . Melihat prosedur yang demikian i n i , wajarlah kalau
timbul
pertanyaan : "Apakah
sebenarnya
fungsi dari pada t i t e l ekseku torial yang terdapat d i da lam sebuah grosse akta h ip o tik yang menurut pasal 7 ayat 2 PMA Nomor
15 tahun 1961,
yang dljadikan satu
dengan
ketahui dengan adanya
tite l
s e r t i f i k a t h ip o t ik ? " . Seperti telah kita
ekseku torial yang terdapat di dalam sebenarnya ia
SKRIPSI
s e r t i f i k a t h ip o t ik ,
telah mempunyai kekuatan
yang p a sti
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
dan
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dapat segera dilaksanakan oleh kreditur apabila
36
debitur
wanprestasi. Tetapi di dalam prakteknya, kreditur nah melakukan eksekusi minta bantuan
secara
tidak per-
langsung, te ta p i
pengadilan, Begitu pula
harus
apabila kreditur
minta bantuan kepada kantor lelan g negara
dalam h al pe
laksanaan lela n g , harus ada surat penetapan eksekusi da r i Ketua Pengadilan Negeri, Kaleu begitu apa artinya t i t e l ekseku torial yang terdapat d i dalam s e r t i f i k a t h ip o t ik i t u ,
apalagi masih dibuka
kemungkinan
mengadakan
perdamaian dan pemberian tenggang waktu . bagi.
pelunanan
hutang tersebu t. adanya t i t e l ekseku torial pada sebuah s e r t i f i k a t h ip o tik yang rse'suz*-:__ ku si)
secara
langsung bagi
k red itu r, masih
juga kite,
jumpai adanya ja n ji yang memungkinkan pemegang ■s e r t i f i kat h ip o tik melakukan suatu parate eksekusi* Jan ji i n i adalah suatu j a n j i untuk kekuasaan sen d iri yang
tercantum di dalam
menjual atas akta h ip o tik
menurut ketentuan pasal 1178 ayat 2 BW yang bunyinya ' a dalah sebagai berikut : Segala j a n j i dengan mana s i b erpiutang dikuasokan memiliki h ip o tik ,
benda yang diberikan
adalah b a ta l. Namun
dalam
diperkenankan
kepada s i -
berpiutang h ip o tik pertama untuk, pada waktu
diberikan -
nya h ip o tik dengan tegas minta diperjan jikan bahwa uang pokok tidak
d ilu nasi
semestinya
atau jik a
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
jika bunga
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
yang terhutang tidak dibayar secara mutlak akan dikuasakan menjual p e r s i l yang diperikatkan d i muka
umum untuk
mengambil pelunasan uang pokok, maupun bunga serta biaya dari pendapatan penjualan tersebut harus dilakukan menu rut cara sebagaimana di atur d i dalam pasal 1211 BW. Meskipun ketentuan Undang-undang
telah menentu-
kan hal tersebut dengan tegas, te ta p i mengenai j a n j i un tuk menjual atas kekuasaan sen d iri tidak terdapat adanya keseragaman d i dalam pencantuman padfe akta h ip o t ik , Jan j i untuk
menjual itu s eia lu
dicantumkan d i dalam
akta
h ip o tik meskipun bukan merupakan syarat mutlak. Di dalam praktek, pelaksanaan j a n j i untuk menju a l atas kekuasaan
s e n d iri i n i tidak dapat
dilaksanakan
kalau tanpa bantuan in s ta n s i peraerintah. Misalnya : pengadilan n eg eri, panitia urusan piutang negara dan kantor lela n g negara* Jadi tidak dapat d ila k sa nakan secara langsung oleh k red itu r. Di dalam praktek, pelaksanaan
(eksekusi) grosse
akta h ip o tik sering d i v e rz e t, teta p i
menurut Yurispru-
densi Mahkemah Agung tanggal 22 Desember 1972 No. 107-K/ Sip/71 grosse akta h ip o tik tidak dapat di v e r z e t . Dengan alasan pertimbangan sebagai berikut : 1 . Akta yang dibuat eesuai
dengan ketentuan
RBG adalah akta yang mempunyai kekuotsn beslag s ep erti
pasal 238 ekseku torial
vonis hakim yang mempunyai
kekuatan
pasti*
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Tidak ada kekuatan pelaksanaannya,
hukum apapun
karena it u
38
yang dapat
menunda
pengadilan tin g g i
berwenang menunda atau membatasi
tidak
pelaksanaannya, ke-
cu a li mereka sen d iri yang mengadakan
perdamaian. Se-
bab eatu-satunya jalan yang dapat menunda kekuatan eksekutorial beslag grosse akta h ip o tik hanyalah jika t e r ja d i perdamaian antara pihak-pihak s e p e r ti
dimak-
sud oleh ketentuan pasal 224 ayat 2 HIR dan pasal 258 ayat 2 RBG. Kenyataan dalam praktek, verzet terha'dap akta h ip o tik itu
tetap diterima juga
dilan Negeri. Biasanya verzet
grosse
oleh Ketua Penga
it u datangnya
dari pihak
ke tiga yang merasa dirinya dirugikan, Padahal verzet i tu tidak menyebabkan batalnya eksekusi. Tetapi hanya da pat menangguhkan
sementara waktu. Sebab
kan d i s e l i d i k i apakah perlawanan dari
setelah itu a -
pihak ke tiga itu
benar adanya, Apabila pihak ketiga yang -mengajukan verzet dapat membuktikan bahwa ia adalah nya, maka
s ita terhadap
harus dibatalkan oleh juru kan permohonan agar pihak ketiga tersebut
itu
pemilik yang sebenar
barang-barang yang d is i t a
itu
s i t a . Oleh karena itu d ia ju -
s ita tersebut
diangkat. Perlawanan
pada umumnya didasarkan
pada hak
railik (eigendom), bahwa barang-barang yang d is it a t e r s e but adalah benar-benar m ilik pihak k e tig a . Sebaliknya, apabila pihak ketiga yang mengajukan
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
perlawanan it u tidak dapat raerabuktikan bahwa barang t e r sebut adalah miliknya, maka penyitaan yang
dilakukan o -
leh juru s ita akan dilanjutkan sampai pada pelelangan.
2. Pelaksanaan Lelang Oleh Kantor Lelang Negara Apabila
seorang
debitur
tidak dapat
membayar
kembali hutang-hutangnya beserta bunga sebagaimana telah
d ip erja n jik a n , maka sudah
barang tentu
berkepentingan untuk memperoleh kembali
yang
kreditur
piutangnya t e r
sebut. Dalam
hal i n i
jalan yang
kreditur adalah melaksanakan
dapat ditempuh
haknya atas
oleh
barang-barang
yang oleh debitur telah diikatkan untuk jaminan
hutang-
nya apabila hutang tersebut dijamin dengan h ip o tik
atas
sesuatu hak. Apabila kantor lela n g negara menerima permohonan lela n g atas
barang-barang tidak
bergerak yang
dijamin
dengan h ip o tik , maka te rle b ih dahulu akan d il i h a t siap akah yang menjadi
kreditur
d i dalam
p erja n jian
hutang
terseb u t. Dalam hal i n i ada 3 kemungkinan, antara la in :j 1. Krediturnya adalah bank pemerintah; 2 . Krediturnya adalah bank swasta; 3 . Krediturnya adalah perseorangan, a d . l , Apabila krediturnya adalah bank pemerintah,
maka
mengingat lcetentuan Undang-undang Nomor Z*9 Prp ta t hun I960 d i mana ditentukan bahwa penyelesaian p i -
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
utang negara yang sudah macet harus dilakukan oleh panitia urusan piutang negara, maka perraohonan l e lang harus dilakukan
oleh panitia urusan
piutang
negara. Dalam hal i n i apabila
panitia urusan piu
tang negara telah menunjukkan
s e r t i f i k a t h ip o tik ,
maka lelan g dapat dilakukan tanpa
penetapan ekse
kusi dari pengadilan n eg eri. ad .Z dan 3* Apabila perraohonan lelan g diajukan oleh bank t
swasta
atau
perseorangan, meskipun raereka
menunjukkan s e r t i f i k a t h ip o tik yang
sudah
mempunyai t i
t e l ek sek u torial, te ta p i kantor lelan g
masih juga
meminta penetapan eksekusi dari pengadilan n e g e ri. Kalau tanpa penetapan eksekusi dari pengadilan ne g e r i, kantor lelan g
negara tidak akan
penjualan lela n g atas tikkan
barang-barang yang
tersebu t. Keadaan
tidak pada
mengadakan
semacam it u
tempatnya, karena dengan
d ih ip o -
sebetulnya adanya t i t e l
ekseku torial pada s e r t i f i k a t h ip o tik tersebu t, da pat segera dieksekusi tanpa penetapan dari
penga
dilan n egeri, Akan teta p i dalam praktek menunjukkan bahwa ' fcidak pernah. t e r ja d i
eksekusi grosse
penetapan eksekusi dari eksekusi grosse in sta n si yaitu
akta h ip o tik
ketua pengadilan
akta h ip o tik harus
dan kreditur perseorangan, atau panitia
SKRIPSI
negeri* Bahwa
dilakukan oleh
pengadilan negeri bagi
tanpa
dua
bank-bank swasta urusan piutang
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kl
negara bagi bank-bank pemerintah. Tata cara pelelangan
untuk barang-barang
tidak
bergerak : 1. Syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan a . Bila
lelan g
yang dalam
dilakukan atas hal i n i
adalah
permintaan bank
swasta
lela n g : kreditur melalui
pengadilan n egeri, maka ia harus menyerahkan : - penetapan lelan g oleh Ketua Pengadilan Negeri; ~ perintah untuk meriyita; - b erita acara penyitaan; - vonis hakim; - surat pemberi'tahuan le la n g ; - s e r t i f i k a t h ip o tik ; - s e r t i f i k a t tanah yang akan d ile la n g ; b. Bila lela n g
dilakukan
atas
per'mintaan
yang dalam hal i n i adalah bank pemerintah panitia urusan piutang
kreditur melalui
negara, maka ia harus
me
nyerahkan : - surat paksa dari panitia urusan
piutang negara;
- surat keputusan untuk lelan g dari Ketua
Panitia
Urusan Piutang Negara; - surat perintah penyitaan; - s e r t i f i k a t tanah yang akan d ile la n g ; - s e r t i f i k a t h ip o tik . c . Bila lela n g
dilakukan atas
permintaan kreditur
perseorangan, maka ia harus menyerahkan :
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4*
- s e r t i f i k a t tanah; - s e r t i f i k a t h ip o tik ; - penetapan eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri. 2 . Kalau pelaksanaan lela n g dilaksanakan secara t e r t u l i s maka s i penjual harus menyediakan formulir (dibuat setelah
konsultasi leb ih
penawaran
dulu dengan V'endu-
m eester). Kalau pelaksanaan lela n g dilaksanakan seca ra l is a n , maka Vendumeester yang akan menerangkannya, ( Lihat Lampiran No. 6 ) . 3. Ketua Pengadilan Negeri atau Ketua Panitia Urusan P i utang Negara dapat menjual sen d iri dengan mengajukan permintaan lela n g
kepada
kantor
le la n g negara
dan
mengisi buku r e g is t e r le la n g . 4* Selambat-lambatnya tiga h a ri sebelum pelelangan dimul a i , harus dimintakan surat keterangan tus tanah yang
akan d ile la n g
kepada
mengenai s ta kantor agraria
Daerah Tingkat I I . Hal i n i diperlukan untuk raencocokkan keadaen tanah yang
sesungguhnya dengan
apa yang
tersebut dalam s e r t i f i k a t tanah. Jika tanah
tersebut
belum inempunyai
s e rtifik a t,
maka
bukti perailikan tanah .tersebut dan dari Lurah setempat
diperlukan
tanda
surat
keterangan
mengenai le ta k tanah
yang ber -
sangkutan dengan dikuatkan oleh Camat, 5 . Pengadilan Negeri atau panitia urusan piutang
negara
atau kreditur bersama-sama kantor lela n g negara meng adakan pengumuman
SKRIPSI
mengenai pengadaan le la n g . Pengu -
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
rauman
diadakan
sebanyak-banyaknya
dua
k a li
tenggang waktu 15 h a r i. Pengumuman pertama haruskan melalui
surat
dalam
tidak d i -
kabar, sedangkan pengumuman
yang ke dua diharuskan melalui surat kabar. 6. Pada waktu yang telah ditentukan dalam pengumuman l e lang oleh kantor lela n g negara, dengan d ih a d iri
oleh
Ketua Panitia Urusan Piutang Negara atau kuasanya, a tau Ketua Pengadilan Negeri
atau kuasanya, penjualan
lela n g dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Vendu Reglement. 7* Mengenai biaya
le la n g , dapat kita
jumpai dalam Stb.
1% 9 No. 390. Di dalam ketentuan i n i dinyatakan bahwa bea lela n g untuk barang-barang tidak bergerak
adalah
6& dari harga barang dengan pembagian, l\i% ditanggung oleh pembeli
dan l-J-% ditanggung
oleh penjual (d e b i
tu r).T e ta p i dalam kenyataannya ada yang menarik lebih tin g g i dari ketentuan tersebu t. Disamping bea tersebut sebetulnya masih
harus d it a r ik
lela n g
biaya-biaya
la in s e p e rti uang ik la n , MPO dan lain seba*gainya, t e tapi jumlah itu semua tidak sama. 8 . Hasil lela n g kotor langsung diterima oleh
bendahara-
wan kantor lela n g negara. Hasil tersebut
setelah d i -
kurangi biaya le la n g , MPO, ongkos iklan dan l a i n - l a i n diserahkan kepada pengadilan rusan piutang negara
untuk
negeri atau diteruskan
panitia ukepada
yang
berhak.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
9. Kepada pembeli' barang-barang tidak bergerak
yang d i -
lelang itu diserahkan risa la h lela n g beserta s e r t i f i kat tanah. Dengan r isa la h lela n g dan s e r t i f i k a t tanah tersebu t, pembeli hak atas
tanah
dapat mengurus tersebut
s e n d iri
ke Kantor
Tingkat XI, dan tidak perlu
peralihan
Agraria
l a g i diadakan
Daerah
ju a l b e l i
dimuka Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kalau dapat karai ringkas, tidak hutang piutang
dengan jaminan
eksekusinya. Dan^ permintaan
semua persoalan
h ip o tik itu sampai lela n g atas
barang
pada tidak
bergerak yang dibebani h ip o tik itu biasanya datang d a ri: a , Pengadilan Negeri; b . Panitia Urusan Piutang Negara, Hal i n i
tergantung pada
pihak-pihak
yang b e r-
sangkutan. Apabila pihak kreditur adalah bank pemerintah maka
penyelesaiannya akan
dilakukan melalui panitia u-^
rusan piutang negara, Sedangkan b ila krediturnya bank swasta atau perseorangan,
adalah
maka penyelesaiannya me
l a l u i pengadilan n egeri, Sehingga permintaan
lela n g da-
tangnya dari pengadilan n egeri. Tetapi ada kalanya juga bank pemerintah lela n g melalui
pengadilan n eg eri. Apabila
i n i ada s ita tindih antara panitia urusan
memohon
d i dalam hal piutang nega
ra, pengadilan negeri dan inspeksi pajak, maka
pelaksa
naan lela n g ditangguhkan sampai persoalan tersebut s e l e s a i.
SKRIPSI
'
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V
PENUTUP ■1, Kesimpulan Dari, uraian telah disebutkan
dalara bab-bab sebeluranya
perih al yang pokok akta
tersebu*t d i atas s e p e r ti
apa
yang
maupun dalam
yaitu "Pelaksanaan (eksekusi) grosse
h ip o tik menurut
ketentuan hukum dan
prakteknya",
maka dapatlah d it a r ik kesimpulan s e p e r ti apa yang t e r s e but d i bawah i n i : 1. Bahwa lembaga jaminan telah lama dikenal, oleh karena i t u harus mengandung c i r i - c i r i in tern asion al mengenai p r in s ip -p r in s ip sebagaimana yang telah perundang-undangan
modern
dikenal dalam.
dan mengandung
c iri-ciri
yang menjamin kuatnya lembaga jaminan i t u . Di. samping it u juga dikenal lembaga jaminan yang sifatn ya sed erhana, mudah, murah dan e f i s i e n . 2 . Mengenai aegi
materielnya, pada h ip o tik
ma'sih tetap
berlaku ketentuan dari Kitab Undang-undang Hukum Per data Indonesia 190. Adapun
dan Stb 1908 No. 542 Jo
mengenai segi
Stb 193? No.
formilnya, h ip o tik
harus
dilakukan menurut ketentuan Undang-undang Pokok Agra r ia beserta peraturan pelaksanaannya. 3 . Bahwa Undang-undang Pokok Agraria tidak mengatur ten tang s i f a t hak
kebendaan. Yang dikenal
undang Pokok Agraria
hanyalah hak atas
oleh Undangtanah, yaitu
45 SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Hak M ilik, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha kare na Undang-undang Pokok Agraria mendasarkan dari pada Hukum Adat. Sedangkan Hukum Adat tidak mengenai
per-
bedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan. 4 . Fungei grosse
akta h ip o tik yaitu untuk
mengeksekusi
secara langsung barang yang menjadi obyek jaminan.
2 . Saran Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai ber ikut : l..P era tu ra n Menteri Nomor 15 tahun 1961 dan Surat putusan Direktorat Jendral
Agraria
ke -
Nomor 67/DDA/68
perlu dihapuskan, karena melampaui batas . kewenangannya mengatur materi perundang-undangan nya adalah Dewan
hak
Perwakilari
yang s e b e tu l-
dari pemerintah bersama-sama Rakyat, Jadi
bukan
dengan
Menteri
yang
kembali akta h ip o tik
yang
mengatur materi perundang-undangan. 2. Agar pemerintah
meninjau
dikeluarkan rangkap empat
dan semuanya b e r t i t e l *ek-
s e k u to ria l, berdasarkan Surat
Keputusan
Menteri Da
lam Negeri tanggal 6 Agustus 1977 Nomor 104/Dja/1977 seharusnya hanya ada satu lembar
saja yang
b ertite l
ek sek u torial. 3 . Agar dalam tifik a t
pembuatan akta h ip o tik dan juga.pada s e r
h ip o tik d ib e ri kata-kata "Demi Keadilan Ber-
dasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa" sebagai
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
yang
d i-
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
maksud
dalam pasal
224 HIR dan pasal
258 RBG, agar
dapat dianggap sebagai t i t e l ekseku torial yang resmi. 4. Agar
pemerintah dengan tegas melarang in sta n si Agra
ria mengeluarkan grosse akta rupakan wewenangnya. Karena
h ip o tik yang bukan :,jneitu
merupakah
dari Pejabat Pembuat Akta Tanah, sebab
wewenang
ia adalah pe
jabat yang membuat ,akta hipotiknya. 5 . Hendaknya
kewenangan dari kreditur untuk
melaksana-
kan
eksekusi grosse akta h ip o tik secara langsung da
lam
h al debitur
wanprestasi benar-benar
ditegakkan
sesuai dengan t i t e l ek sek u torial i t u sendiri* 6 . Dalam permohonan Negeri diperlukan
f i a t eksekusi pada Ketua Pengadilan prosedur
yang
cepat, jika
dalam
eksekusi terdapat campur tangan pengadilan. 7. Agar
pengadilan negeri jangan
apabila
menunda t e r la lu
t e r ja d i verzet oleh pihak ketiga atau
s ita terhadap grosse
lama ter -
akta h ip o tik sebab akan merugi-
kan pihak kreditur dan d eb itu r. 8 . Perlunya
dipikirkan masalah tugas panitia urusan p i
utang negara berwenang nanya
dialihkan kepada pengadilan negeri yang
mengadili perkara perdata, demi
Undang-undang Pokok
terla k s a -
Kekuasaan Kehakiman
dan
tite l
yang
kepastian hukum* 9* Sebagai pengakuan terhadap tercantum d i dalam dalam
SKRIPSI
s e rtifik a t
ekseku torial
h ip o tik ,
seyogyanya
pelaksanaan penjualan lelan g tidak diharuskan
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
la g i adanya penetapan eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri maupun
keputusan dari
Ketua panitia
Urusan
Piutang Negara.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR BACAAN
Matias Gelar Imam Radjo Mulono, Psmbahasan Hukum. Perusahaan Daerah Sumatera Utara Percetakan dan Toko Buku, Medan, 19&9« Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Himpunan Karya Tentang Hu kum Jaminan, L iberty, Cetakan* I , Yogyakarta, 1982. Sri Soedevri. Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, L ib erty , Yogyakarta, 1977. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
Hak Jaminan Atas
Tanah.
L ib erty , Cetakan. IV, Yogyakarta, 1977* Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang
Hypotheek. A-
lumni, Bandung, 1980. Soetojo Prawirohamidjojo, R* dibantu Marthalena Pohan, Hukum Perikatan. PT Bina Ilmu, Surabaya, 1979. Kohar, A, Notaris Berkomunikasi. Alumni, Bandung, 1984* Nasution, S. dan M. Thomas, Buku Penuntun Membuat.Disert a s i . t h e s is . S k rlp si. Report, Paper. Cetakan. I l l , Bandung, 1977#
Jemmars
Departemen Dalam Negeri Direktorat Jemderal Agraria, Bu ku Tuntunan Bagi Pe.jabat Pembuat Akta Tanah. Yayasan Hudaya Bina Sejahtera, Cetakan. IV, Jakar ta, 1982. Boedi Harsono, Undang-undang Pokok Agraria. J i l i d I I , Jernbatan, Jakarta, 1971*
Bagian I ,
Subekti. R dan R. T jit r o s u d ib io , Kitab Undang-undang Hu kum Perdata. Pradnya
Peramite, Cetakan. IX, Ja
karta, 1978.
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Subekti. P dan P. T jitrosu d ibio^ Kitab Undang-undang Hu kum Dagang dan Undang-undang K ep a llita n . Pradnya Pararaita, Cetakan. VII, Jakarta, 1977. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acar a Perdata Indonesia. Li b erty , Yogyakarta, 1979# Hasbullah Bakry, K.H. Kumpulan Lengkap Undang-undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1981, Tobing, G.H.S.L, Peraturan Jabatan N otaris. Erlangga, Ja karta, 1980. Siregar, Bismar Hukum dan Perbankan. Infobank, Keuangan dan Perbankan, Jakarta, 1982.
Majalah
Ikatan Notaris Indonesia Komisariat Jawa Timur, Media N o ta ria t. Prisma, Edisi Perkenalan, 1 J u li 1986. Mudofir Hadi, Pengertian dan Kegunaan dari Grosse Akta. Suara Indonesia, Malang, 1903#
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ; Akta Hipotik Lampiran 2
Surat Perintah Peneguran dari Pengadilan Ne g e ri
Lampiran 3 : Surat Perintah Penyitaan dari Pengadilan Ne g eri Lampiran 4 : Surat Penetapan Eksekusi dari Pengadilan Ne geri Lampiran 5 : Pengumuman Lelang Barang Sitaan ‘ M. * Lampiran 6 : Surat Penawaran
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
» DEMI KEADILAN BERDASARKAN KfiTUHANAN YANG MAHA ESA "
Akta
SKRIPSI
Hipotik
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L -l
» DEMI KEADILAN B2RDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA "
595962
jMPjW
Mi*™ A KTA
HIPO TIK
No. Piula hart ini, hari .......................... tanggal .............................*....
19......
itaumg mengliadap kepada kaini ......................................................................... Carnat, Kepala Wilayah Kccamatan ................................................................. 1* Oleh Menteri DaJam Neger? dengan surat-keputusannya berdasarkan ketentuan dalam pasal 5 Peraturan Menteri
1)
tanggal ............................................. 19........ Nom or..... ..................................... Agraria No. 10/1961 bertindak r
r^b.'iyai
ditunjuk penjabat pembuat akta tanah yang Pemerintah No.
10 tahun
1961
dimaksudkan dalam pasal
tcnUmg Pendafturan Tanah
19 Peraturan untuk Wilayah
dcngun dlluulirl oleh saksi*s»ksi yang kami kcnal/diperkenalkan kepada kanii 1* dan akan disebutkan dibagian akhir akta ini : 1............................................................................................. ............................
a >
.................................................................................[.................................................. a) .............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
3 >
.............................................................................................
3) 2)
dktibMt MBOfr iiw m hiE »iih irrtn> Pilmk B « i Uh»mh
M.
Sel.mjutnya discbut yang menerinu W(iotik. Pihak Kedua;
j ,
Para perr>;h!ap menerangkau/ouhwa :
yang berhutang dengan ini nvintaku bei>?r^benar telah berliuiang dengan syah kepada yang ber-pintang, karena j^enerima uang pinjaman dengan tunai sejumlah Rp......................... f / .................................. ..............................
............................................................................. .......... ................ ). untuk penerimaan uang wrina akta iat berlaku pula sebagai tanda penerimaan-nya;
S
untuk hutang t^Sebut yang berhutang harus membayar bunga...... ( ........... ............... ..............) sebulannya, bunga mana harus dibayar tiap-tiap akhir bulan d^n untuk pertam.i kalinya pada akhir bulan
..................................; *
hwKmg tersebut harus dibayar kembali sclambut-lambatnya pada
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
tanggal
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Imi>>»
Ihip
yang bcrpiuiang d i ........................... den pan moncrima surat-tanda pcnerim.j :ui uang yang sclayaknya; Imiang tersebut beserin btmganya se-waktu-waktu dapat ditagih dan VUrus dihayar sekclika dan sekaligu.v bila yang berluitang nulalaikan kcvvajj/annyu sebagai yang berluitang, hila yang berhutang dinyutakjn pailit ataJi karena apapun hikmg kekuasaan atas hartan>a. bila harta yang berhiiVing disita oleh I'irang lain, bil:J yang berluitang meninggal dunia, pula iflla keadaan kekayaannya (imbangan
nuindur sedemikian,
vang
hingga yang bcrhutang yniunurut per*
ber-piulang lak akan dapal membayar /futangnya lagi;
gima tnenainhah jaminan dan tauggungau atas pembayyfan kembali uang pnkok. uang lump d:;n segala biaya-biuyu yang dipec/lkan seperti terteia dalam akla ini. yang b.Thutnng dengan ini membcrikanrHJPOTJK................. kepyd;ryanu berpiutanu hingea sejumlah Kp.......... /.............. (...... ............... ......................) alas: scbidang tanah hak ......................... No............................... terlctak di Propinsi Kahupalc* keeamatan D cs a diuraikan dalam surat-ukur
tgl.
No.
luas tanah
(
tvrukuran
( ................................... )niek‘j ^ ►
panjang kurang-lebih • lebar kurtiriB-leblh
persil nomor Dal tar ............ ko^/i nomor dan berbatasan di sebehh : Utara Timur Sclataiii Barai
V.
( ..............................................) m e le r;J 1
............. blok ................................J >
»
J) ■J) 3)
Selanjutnya i/nghadap tersebut pada sub II, dalam jabatannya terivhut meiieJini.i K^)otik tersebut ata? nama yang bcrpiutang. Para peuffhadap mencrangkan pula, bahwa oleh kedua pihak telah dij;.ii-' jikan dtfn diseiujui Vvtentuan-kcientuan sebagai berikut : Jjkj^)embayaran uang pokok atau unng-bunga dan angsuran-angsuran inenuu.t ketentyfin-ketentuan tidak dipenuhi sebagaimana mestinya, pemegang grosse dari a lta V n i diberi kckuasaan (ya:ig tMak bolch dieabut' kembali untuk menjual di I t a l i a n umum tanah yang telah di-ikatkan (di-hipotikkan) dalam akta ini. dan Jlclah
terjual, diberikan
kekuasaan untuk menyerahkan apa yang terjual iiu
urai^i lami uytw SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
pmdmp****
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L-1
m*dun ongkos-ongkos untuk yang bertindak mcwakili yang berpiutangdan onj ongkos jurusita; Tanah yang dihipotikkan ilu dengan tidak mendapat izin ‘Ij^pemegang grosse yang syi'.h dari akta ini, tidak boleh disewakan lebih laora dari sc-tahun yang berulang dan yang berhutang tidak boleh mcnerima uan^tTwa yang dibayar Ichilt dahulu; Ponjualan tanah yjjng terikat dalam akta ini a><(s kwnauqn sendiri swbagai dimaksudkan dalam pasal 1210 dari Kitab Undanj^Jndang Pcrdata, tidak mem* bebaskan hipotik ini;. Solmna hutang tersebut bescrta uangj*fnganya bcluin dibayar lunas, yang berhutang harus mcmasukkan pertang^rtrgan kebakaran atas segala bangunanbangunan yang berdiri di atas tanah y^ng di-hipotikkan itu pada suatu pcrseroan pcrtanggungan kebakaran yang diuifijuk oleh yang berpiutang, surat polis-asuransinya harus torsimpan pada peprcgang grosse dari akta ini dan yang
berhutang
diwujibkun membayar uang^remi sepatutnya dan pada waktunya; Jika terdapat kermjfan karena kebakaran di atas tanah yang terikat ini dan yang tehih atau akaj/flipertanggungkan itu, maka uang pengganti kemgian asuransi menjadikan pem^untian jaminan hinggu banyaknya piutang pada waktu itu ditambah d e r a il uang bunga yang harus dibayarnya, dan dalam keadaan sedem ikianJw, pemegang yang sah dari Sertipikat hak atas tanah berta'nggung jawab dalam jd ja la tindakan terhadap perseroan tersebut; [cdua pihak dalam perkara mengenai hak-hak tersebut di atas memilih tern*
Setelah memeriksa surat-surat, yang di mana perlu telah dibubuhi mcterai secukupnya dan borpendapat semuanya itu memenuhi syarat-syarat maka kanii menyuruh buatkan akta ini dan memberikannya sebagai bukli, bahwa............... ....................... ,.......................... tersebut mendapat H IPO TIK ................... hingga scbesar Up.................................’( .t....................................................................... ) atas tanah hak ............................. yang diuraikan di atjs. Bersuina ini diterangkan, bahwa uang meterai yang diperlukan untuk akta ini, sejumlah Rp......................... ( ...................................................................... ) telah dibayar tunas menurut surat-kuasa-untuk-menyctor-uang-meterai teri.mggal ............................... No....................
surat mana dijahitkan pada asli akta ini :
Demikian akta ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di atas, di bawah No.......................... dihadapan
...... .....................................................................^
...............................................................................................................................................4)
............................................................................................................. 4) ....... 4) sebagai saksi-saksi dun seteluh isi akta ini dijelaskan dan disetujuinya, maka akta ini dibubuhi tanda-tangan oieh para pcnghadap, saksi-saksi, kami, penjabat pembuat akta tanah untuk wilayah .................................................................................. s)
s) SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pcnjabal
Pembuiit A k ta Tanah.
. ■ <........................................ )
Para Saksi :
Kiv{^:n^an__;
)).
Yang tidak perlu dicorct.
2).
Diisi nama, unuir, kewargancgamn, pekcrjaan, lempat tingga!, jika ia bersuami discbiUkan juga ketorangan diuta,-. mengenai suaminya.
3). 4). 5).
Hanyu diisi bila tiinahrya bclum diuraikan dalam suatu surat-ukur. Diisi nama. umur, ke'-^rgancgarann, pekorjaan, tcmpat tinggal para saksi. Diisi tvjlayah kerja Poj t’ t Pcmlniut Akta Tanah.
Catalan : Akta-JIipotik masih tunduk pada ketctUuan-kcteuUian dalam Kil;\b Undung* Undang Hukum Perdata Burat dan Oversdirijving ordonantio stbl. No,27/I8!>4. Dan untuk mcmberi kekuaum cksokusi maka ’’Kcpala" akta ini dieantumkan:
SKRIPSI ATAS NAM A N EG A RPELAKSANAAN A REPU BL1K (EKSEKUSI) INDO NESIA.GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L- 2
FZ3TGADILAN NEGERI TX. I .MALANG JLN.' DR.ClPTO.No.l MALANG SURAT PERINTAH PENEGORAN No. .•/P n g /1 9 .. » DEMI KEADILAN
•«
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA " Kami Ketua Pengadilan Negeri Tk*I« d i Haling; Telah membaca permohonan d ari: ................................ yang dalam hal i n i diw akili oleh: .................................................... Sebagai pemohon; ......................... *.......... Nama Bertempat tin ggal di Pekerjaan: . . . . . . . ...........• Melav/an: N am a
: ........................... ..................
Bertempat tin ggal di . . . . . ............... Pekerjaan : .... ....................................... Permohonan tersebut b e r i s i antara la i n : bahwa penv.lion bfit'ke hendak melaksanakan hak h ip o tik , sebagaimana termaksud d-Mlara s o r t i pikat tanda bukti hak h ip otik : a. bc* Menimbang, bahv/a ncbelum Pengadilan Negeri melet/j^.k-jn eksekutorial sebagaimana yang domohon oleh pemohon t e r s o ’v j t ,
o it a m/jka
Pengadilan Negeri memandang perlu untuk menegur: ...................... ............ tersebut, agar supaya in momenuhi secara sukarela beban 'Ksbitur de ngan jaminan h ip otik tersebut: Mengingat, pasal 196 Jo 224 HIR MENETAPKAN Memerintahkan kepada ju rusita/Juru s i t a penganti ^ n g a d ila n
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Negeri Tk.I. d i Malang, bernama : ••••••...........•••••••............ .. Untuk memanggili ..............................................
i
pada hari •
............. ..
tanggal ............................. 1 9 - . . , supaya ia datang untuk menghadap keTua Pengadilan Negeri Malang, guna d itegor atau diperingatkan un tuk melakeanakan beban debitur dengan jaminan h ip o tik , berdasarkan 6ertipokat h ip otik N o . . N o . . . . N o .:........... dalam tenggang waktu 8 (delapan) >ari setelah i a d itegor atau dips ringatkan. Ditetapkan di Malang, tanggal, ............. 19.♦ Ketua Pengadilan Negeri T k . I . . . .....................
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGADILAN NEGERI TK.I
SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN SITA EKSEKUSI TERHADAP BEBAN HIPOTIK No. ../P en ,E ks.P d t/H ip /19*. " DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA » Kami Ketua Pengadilan Negeri Tk.I d i ................... *••• Merabaca surat permohonan tertanggal9 ............... ««•••••••••••• dalam hal i n i d iw akili oleh, ..................................• ......... sebagai -pemohon: M 3 L A WA N ' N a m a ; . .............^ . Azamat : .............................................. Peker jaan: ................................... « • • sebagai termohon: Permohonan mana berisikan antara la i n , bahwa pemohon berkehendak melaksanakan hak h ip otik sebagai- termaksud didalam s e r t i p i kat h ip otik dan tanda bukti h ip otik sebagai berikut: a, ............................................. .. b» c- .................................................. .. Karena termohon sampai dengan batas waktu yang telah disepa knti atau dinerjanjikannya didalam akta hipotiknya termohon fcelah1 ^Tai molunaoi hutang-hutangnya*
Menimbang, ....................... . . . Menimbang, oleh karena itu permohonan pelaksanaan eksekusih:Vpotik tersebut diatas adalah cukup beralasan dan berdasarkan hu kum, maka oleh karenanya dapat dikabulkan, Mengingat,akan pasal 19? HIR. MENETAPKAN
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L-3
Memerintahkan kepada panitera Pengadilan Negeri dan jik a ia borhalangan digantx oleh panitera penganti/Jurusita Pengadilan na ma .............................................................. . dengan dibantu oleh dua orang saksi yang telah-dev/asa dan dapat dipercaya untuk melakukan
s it a
eksekusi terhadap barang-barang m ilik termohon ...................................... berupa: a*
m m
....................................................
b« ci Ditetapkan di ................. ... tanggal, ................... .................. 19 oleh kami ........................... Ketua Pengadilan Negeri . . . .
Ketua Pengadilan Negeri » .............
Biaya materei fy 25»“
SKRIPSI
............. ..
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGADILAN NEGERI TK.I
PENETAPAN EKSEKUSI No. * ./P en .S k s,P d t/H ip /1 9 .. " DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUilANAN YANG MAHA E SA "
Kami, Ketua Pengadilan Negeri Tk.I ............... Membaca: 1. Surat permohonan tanggal ................... ............19..>yang d i ajukan o l e h .......................................................... . yang dalam hal i n i diw akili oleh •••••*............................ ...................... sebagai •pemohon* M E L A V/ A N N am a
:
Bertempat tin ggal : ......................... .................... Pekerjaan : ........ ...................... ............................... Sebagai terraohon: yang isin ya mohon dilanjutkan pelelangan eksekusi reg g i s t e r No, . ,/P e n ,S k s .P d t/H ip /T g l/1 9 .. dengan . ".al&san sebagai berikut: - Bahwa......................................telah mengajukan permohonan eksekusi grosse akta h ip otik dengan permohonan f i a t eksekusi Tanggal ....................... . . 1 9 . . sesuai dengan ke tentuan pasal 224 HIR, masing-masing te rca ta t dalam s e rtip ik a t h ip otik yang tesebut dibawah i n i : a ................... ; . ........................ b. c. Permohonan mana tercatat dibawah N o , / P e n . P d t , eks tanggal, ••••.•.•••19** - Bahwa akan tetapi pelaksanaan lelang eksekusi
atas
tanah jaminan tersebut terhalang karena adanya i n s t ru k sl dari Pengadilan Tinggi ............... ...d en gan a la s -
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L -4
an bahwa scluruh harta kokayaan debitur bernaraa . . . . ......................... . . . . . ..........i t u berada dalam status penyi taan umura berdasarkan keputusan pengadilan N egeri..* . . . ...............yang menyatakan saudara .............................. . . tersebut berada dalam keadaan ................... ... - Bahwa setelah kami mengajukan permohonan kepada Mahkama Agung R .I, agar diperkenankan raelanjutkan p e le langan eksekusi atas harta kekayaan debitur ............... tersebut dengan alasan bahwa pemegang h ip otik dapat melaksanakan haknya dengan melelang tanah-tanah yang dihipotikkan i t u seolah-olah tidak ada k a p a ilita n , 2. Surat penetapan kami janggal, . . . . . . . #19«.» No, ../P e n Kks.Pdt/Hip/19.♦, tentang penyitaan eksekusi terhadapbarang-barang yang telah dihipotlkksn oleh termohon ke pada petnohsn; 3 . Berita acara penyitaan eksekusi tanggal, • . . « • . . . . 1 9 . . No. . . / .........../ 1 9 . . Pengadilan N e g e r i .............. tentang penyitaan eksekusi terhadap: a ................................. ............. b. c. Menimbang: 1, Bahwa pemohon sampai dengan batas v/aktu yang ditentu kan belum juga melunasi hutang-hutangnya pada pemo hon: 2. B erisi alasan-alasan........................... 3. idem dan seterusnya, Mengingat: berdasarkan p;inal 1178 KUHPerdata j o 224 dan 200 HIS. ■ H EHET A P KA N Memerintahkan kepada : ....................... .......................... Juru sita pada Pengadilan Negeri ....................... » dengan porantaraan kantor lelang negara •••**..».«• untuk me laksanakan penjualan dimuka umum secara lela n g atas ba rang-barang m ilik termohon berupa :
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L-/f
a. b* c* Dan h a sil pelelangan tersebut sebanyak ................................ ( , ...............*.....................................................•) ditambah ongkos ongkos yang timbul akibat permohonan i n i segera setelah pelelangan i t u se le s a i melalui Juru Sita Pengadilan Ne g e ri . ................... . tersebut dlserahkan kepada pemohon untuk memenuhi beban debitur untuk melunasi hutang t e r mohon pada pemohon dengan segala kuwaji&annya yang t e r sebut dalam akta hipotik#
DItetapkan d i •••*•••••• pada tan ggal: ••*««**•*•*19*• Ketua Pengadilan Negeri .............
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P2NGADILAN NEGE3I TK.I
PENGUMUMAN LELA N G BARANG SITA AW
No; « ../B ,A ,P d t,G /1 9 ../P N ........... Pada hari i n i , ......... ta n g g a l,*••••,..19*# J a m ,,,, d i , , . ................... . saya . ..................................Panitera Pengadilan Ne g e r i . ................................. , .................... .. atas perintah PengadilanNegeri tersebut dalam surat penetapannya tanggal, ................... *19*• No: , ,/P t$ .P d t,G /1 9 . ,/PN............... dalam perkara a n ta r a :............ . . . . ................. ........................................... bertempat tin ggal d i .......................... p e k e r ja a n ............... ................... , .............. sebagai penggugat lav/an ........... bertempat tin ggal di .......................................... p e k e r ja a n ............... . . . . . sebagai t e r g u g a t ,.barang-barang bergerak y a itu : 1 ............................. *................................ .. ...................................................................................... Barang-barangnya telah d is it a sebagairaana diuraikan dalam b e rita acara penyitaan yang dilakukan panitera-penganti Pengadilan Negeri . « * * * . * . . « • * tanggal,* • • • « .,.,1 9 .* N o . . . . / B *A. Pdt, G/19. . /PN Ponjualan dilakukan dengan tunai. Barang-barang boleh d ilih a t satu Jam; sebelum pelelangan; Yang minta lela n g : ................................................ ................................................ T ersita : ........................... *..................................................... « « . . . ............ ..
19 Panitera,
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L- 6 KANTOR LELANG 11EGA RA SURABAYA J L . Indrapura«No,5
SURABAYA
LELANG TANGGAL HA RI JAM T EHP A T felfRAT
P B N A V / A R A N 1
Yang bortanda tangan dibaivah i n i , saya Na ma
:
A 1 a m a t
* «• •»• ••• •« •• »»• ••• •
.........*.
•
Dengan i n i saya mengetahui dan menyet.ujui tentang barang / obat-obatan yang telah saya tawarkan dan bersedia meraenuhi kuv/a jiban saya, setelah ditunjuk sebagai penav/ar yang sah, untuk diba wah i n i : No :
JENIS BARANG YANG DITAWAR
Dengan
huruf
X) Jumlah pokok pembelian tersebut belum tern asik bea le la n g uang miskin dan ongkos-ongkos lainnya yang bersangkutan, syarat- syarat/ kev/ajiban - khv/ajiban
1, Yang dapat mengajukan .penawaran/lelang pembelian adalah pedagang besar Farmasi (PBF) yang telah memiliki i z i n tetap . 2. Apabila cipenawar mema'sukkari surat penav/arannya, maka 1? telah dianggap melihat dan menyetujui keadaan barang/obat-obatan yang akan d ile la n g , sesuclah lolan g s e le s a i ia tidak dapat mengajukan claim sesuatunya juga terhadap barang-barang tersebu t. Ti/.ip ponaw/iran pada s.'sat rnoinasukkan surat ponawar;:nnya, diharus_ kan mcmbayar dengan tunai/uang tunai sobesar f t ........... sebagai uang tanggungan dan harus disetorkan kepada p a n itia pen jualan lela n g barang tersebut diatas, pembayaran dengan merapergunakan cheque tidak diizinkan. Bila sipenawar dinyatakan tidak dapat, uang tanggungan tersebut diatas akan dikombalikan penuh kepada yang berhak segera sesudah le la n g s e l e s a i . Tanpa uang tanggungan i n i penawar dianggap tidak syah sercentara uang tanggungan i t u berada dalam simpanan panitia tersebut d i a ta s, t e r ja d i tindakan moneter berupa apapun juga, maka resik o dan akibabnya tetap dipikul oleh penawar yang yang menyetorkan
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
ILUNA TIRZA PALAR
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L- .6
uang tanggungan i t u . 3. Setiap penawar diharuskan hadir pada waktu pembukaan surat-surat penawaran, jik a penav/ar tidak hadir, maka surat penawarannya di anggap b a ta l/tid a k disyahkan, dan uang tanggungan yang telah di s e to r tersebut diatas, jatuh menjadi m ilik pemerintah. 4. Pembayaran uang pembelian harus dengan uang tunai (kontan) d i waktu lelang i t u , pembayaran dengan cheque tidak diterim a. Surat penawaran harus d i t u l i s dengan angka dan huruf yang je l a s (tdra ng) . 5* Penawaran/pembelian yang telah ditunjuk dengan syah/mensng harus memenihi atau melaksanakan syarat-syarat/ketentuan-ketenuuan se bagai berikut: a. Sebelum diedarkan, obat-obatan tersebut harus dxberi tan d a/stompel khusus dari Kantor Wilayah departemen kesehatan Propensi ............... *................ . . . . b, Obat-obatan tersebut oleh P3F yang bersangkutan hanya bolehd iju a l kepada rumah sakit dan/kepada A potik-apotik te rte n tu yang ditunjuk oleh PBF tersebut dan harus dilaporkan pelaksa naannya kepada kantor wilayah Departemen kesehatan propensi.. c . Rumah sakit atau Apotik yang raembeli obat-obatan tersebut juga PBF yang bersangkutan harus memberikan laporan tia p akh i r bulan kepada Kantor V/ilayah Departemen kesehatan Propensi .................................................. mengenai jumlah persediaan, panjuaian serta s is a akhir bulan dari obat-obatan tersebu t.
Surabaya, ,
.............•..*•19
Tanda tangan penav/ar/Nama terang
(
SKRIPSI
PELAKSANAAN (EKSEKUSI) GROSSE ...
)
ILUNA TIRZA PALAR