PEDOMAN PUASA RAMADHAN & IDUL FITRI
Kunkun Kuntara
A. Pengertian Puasa Puasa secara umum artinya menahan. Allah SWT berfirman dalam QS Maryam, 19 : 26, “ .. Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pengasih ..” Artinya, menahan diri dari bicara. Adapun yang dimaksud puasa disini adalah menahan dari perkara-perkara yangmembatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai niat. 1. Macam-macam puasa Puasa ada dua macam; puasa fardhu dan sunah. Puasa fardhu terdiri dari tiga macam: 1) Puasa Ramadhan, 2) Puasa Kafarat, 3) Puasa Nazar.
B. Puasa Ramadan 1. Hukum puasa Ramadan Puasa Ramadan hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur‟an, As-Sunah, dan ijmak. Perintah Puasa Ramadan tercantum dalam surah Al-Baqoroh, 2: 183185
183. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
184. (yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
“185. Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” Jibril turun membawa Al-Qur‟an sekaligus pada malam Lailatul Qadar yang terjadi pada dua puluh empat Ramadan, yaitu dari Lauh Mahfuz ke langit yang terdekat. Lalu, Jibril mengimlakan kepada para malaikat juru tulis setelah itu, mereka menulisnya dalam lembaranlembara mushaf, sehingga lembaran-lembaran mushaf itu berada di suatu tempat di langit terdekat itu. Adapun tempat tersebut disebut Baitul „Izzah. Jibril pun turun membawa Al-Qur‟an kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun, yaitu selama masa kenabian, sesuai dengan keperluan dari satu hari ke hari yang lain. Kadang-kadang ayat yang diturunkan sebanyak satu ayat, kadang-kadang dua ayat, kadang-kadang tiga ayat, dan kadang-kadang satu surah penuh. Nabi SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima pilar; bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan haji di baitullah (Muttafaq „alaih). Apabila seseorang melihat hilal bulan Ramadan seorang diri dan Imam menolak kesaksiannya, maka ia tetap wajib berpuasa. Hal itu disebabkan dia telah menyaksikan kedatangan bulan itu bagi dirinya sehingga ia wajib berpuasa. Puasa ini diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah. Puasa merupakan ibadah yang didalamnya terdapat penyucian jiwa, derajat tinggi untuk ruh, dan sehat bagi tubuh. Barang siapa yang melaksanakannya karena mengikuti perintah Allah dan mengharapkan ridha-Nya, maka itu menjadi penghapus bagi semua dosanya dan menjadi penyebab
masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, ia diampuni dari segala dosanya yang terdahulu.” 2. Keutamaan Bulan Ramadan Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila bulan Ramadan datang maka pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-intu jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR Bukhari). Dituturkan dari Abu Hurairah r.a. (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, „Semua amal perbuatan anak Adam (manusia) itu bagi dirinya sendiri kecuali puasa. Sungguh puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.‟ Puasa adalah perisai. Karena itu, apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan janganlah ribut-ribut. Apabila ada seseorang mencaci maki atau mengajak berkelahi, hendaklah dia berkata, „Sungguh aku sedang berpuasa.‟ Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada aroma minyak kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika menghadap Tuhannya karena besarnya pahala puasa.” (HR Bukhari-Muslim). Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda tatkala datang bulan Ramadan: “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah (yakni, Ramadan). Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu setan-setan. Di dalamnya terdapat satu malam (yakni Lailatul Qadar) yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa terhalang memperoleh kebaikannya maka ia benar-benar terhalang darinya.” (HR Ahmad dan lainnya). 3. Ancaman berbuka di bulan Ramadan tanpa udzur Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa yang berbuka pada satu hari dari Bulan Ramadan tanpa keringanan yang diberikan Allah kepadanya, maka puasanya tidak akan dapat dibayar walaupun ia berpuasa sepanjang masa.” (HR Abu Dawud) Bukhari berkata, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. “Barang siapa yang berbuka pada satu hari dari bulan Ramadan tanpa ada uzur atau sakit maka puasanya tidak dapat dibayar walaupun ia berpuasa sepanjang masa.” Dan ini juga termasuk pendapat Ibnu Mas‟ud r.a. 4. Wajibnya Berpuasa Ramadan dan Berbuka Karena Melihat Hilal Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyebutkan tentang bulan Ramadan. Lalu beliau bersabda, “Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan janganlah pula kalian berbuka hingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya (genapkanlah 30 hari).” (HR Bukhari). Ibnu Umar berkata, Nabi SAW bersabda,‟Bilangan bulan itu adalah sekian, sekian dan sekian.‟Yakni, tiga puluh hari. Kemudian beliau melanjutkan,‟Dan sekian, sekian dan sekian.‟Yakni, dua puluh sembilan. Beliau menyatakan ,‟Terkadang 30 hari dan terkadang 29 hari.” (HR Bukhari). Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Kita ini adalah umat yang ummi, yaitu tidak bisa menulis dan juga menghitung. Satu bulan itu (jumlah harinya) sekian dan sekian, yakni terkadang berjumlah 29 hari dan terkadang 30 hari.” (HR Bukhari) Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi SAW bersabda”-atau ia berkata-, “Abul Qasim SAW bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya pula. Jika kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah bilangan hari bulan Sya‟ban menjadi 30 hari.” (HR Bukhari). 5. Jangan Mendahului Ramadan dengan Puasa Sehari atau Dua Hari Abu Hurairah r.a. meriwayatkan Nabi SAW yang bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadan
dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunah), maka ia boleh berpuasa pada hari itu.” (HR Bukhari). 6. Terkadang Bilangan Bulan itu 29 hari Ummu Salamah meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersumpah untuk tidak menemui sebagian dari istri-istrinya selama sebulan. Ketika telah berlalu 29 hari, di waktu pagi ternyata beliau menemui mereka. Maka, ditanyakanlah kepada beliau, “Wahai Nabi Allah, bukankah Anda telah bersumpah untuk tidak menemui mereka selama satu bulan?” Beliau pun bersabda, “Sesungguhnya bilangan bulan itu terkadang berjumlah 29 hari.” 7. Dua Bulan yang Tidak Akan Berkurang Abu Bakrah r.a. meriwayatkan dari Nabi SAW bersabda: “Dua bulan yang tidak akan berkurang, yaitu dua bulan Id, bulan Ramadan, dan Dzulhijjah.” (HR Bukhari). 8. Khutbah Rasulullah SAW Diriwayatkan dari Salman bahwa pada hari terakhir bulan Sya‟ban, Rasulullah SAW berkhutbah di depan kaum muslim, “Hai manusia, Telah dekat kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang (nilainya) lebih baik daripada seribu bulan. Allah menetapkan puasa di siang harinya sebagai kewajiban dan shalat (tarawih) di malam harinya sebagai ibadah sunnah. … dst.”
9. Wajib Niat pada Malam Hari pada Puasa Fardhu Dari ummum Mukminin Hafshah, bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Barang siapa yang tidak menetapkan niat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa sama sekali baginya.” (Diriwayatkan oleh imam lima. At-Timidzi dan an-Nasa‟i lebih cenderung menganggap hadits ini mauquf. Hadits ini dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban secara marfu‟)
Disebutkan dalam riwayat ad-Daraquthni, “Tidak ada puasa sama sekali bagi orang yang tidak menetapkan (niat) puasa pada malam hari.” 10. Pahala Orang yang Ibadah Malam di Bulan Ramadan karena Keimanan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menegakkan (shalat) Ramadan karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni” (HR Bukhari). 11. Shalat malam dan Jumlah Rakaat yang Nabi Kerjakan; Sah Shalat Witir Satu Rakaat Hadits Aisyah. Abu Salamah bin Abdurrahman pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang cara shalat Rasulullah SAW di bulan Ramadan. Maka Aisyah menjawab: “Tidaklah Rasulullah SAW melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadan dan bulan-bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan kamu tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat lagi dan jangan kamu tanya bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” Aisyah berkata, “Aku bertanya,‟Wahai Rasulullah, apakah Anda Tidur sebelum Shalat Witir?‟ Beliau menjawab, “Wahai Aisyah, kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur.” (HR Bukhari) Aisyah r.a. berkata, “Nabi SAW melaksanakan shalat malam 13 rakaat, termasuk witir dan dua rakaat sunah Fajar.” (HR Bukhari).
C. Lailatul Qadar Allah SWT berfirman tentang kemuliaan Lailatul Qadar dalam Al-Qur‟an surah Al-Qadr, 97: 1-5
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. 2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. 4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. 5. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
1. Keutamaan Lailatul Qadar Aisyah r.a. berkata:
“Rasulullah SAW jika memasuki sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, beliau mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya (Muttafaq „alaih). Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada beberapa orang dari sahabat Nabi SAW yang diperlihatkan Lailatul Qadar dalam mimpi, yang terjadi pada tujuh hari terakhir. Rasulullah SAW pun bersabda, “Aku berpendapat bahwa mimpi kalian tersebut tepat, terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa yang mau menyongsongnya, hendaklah ia menyongsongnya pada tujuh malam terakhir.” (HR Bukhari) 2. Sunah mencari Lailatur Qadar Mencari lailatul qadar sunah dilakukan di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Nabi selalu bersungguh-sungguh dalam mencarinya di sepuluh terakhir di bulan Ramadan. 3. Malam ke berapa? Para ulama mempunyai beberapa pendapat dalam menentukan mala mini. Pendapat pertama mengatakan, malam 21. Pendapat kedua mengatakan, malam 23, pendapat ketiga mengatakan, malam 25. Pendapat keempat mengatakan malam 29. Ada sebuah pendapat yang lain mengatakan, malam itu berpindahpindah di malam-malam ganjil di sepuh hari terakhir. Tapi, mayoritas mereka mengatakan, malam Lailatul Qadar ada di malam 27.
D. Zakat Fitri Berupa Kurma dan Gandum Ibnu Umar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitri berupa satu sha‟ kurma atau sha‟ gandum bagi setiap orang yang merdeka maupun hamba sahaya (budak), laki-laki maupun perempuan dari kaum Muslimin. (HR Bukhari). 1. Perintah Mengeluarkan Zakat Fitrah Sebelum Shalat ‘Id
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. : Rasulullah SAW memerintahkan agar zakat fitrah dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk mengerjakan shalat „Id (Sahih Muslim).
E. Shalat Dua Hari Raya 1. Tidak ada Azan dan Iqamah di dalam Dua Hari Raya Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah r.a. Saya mengerjakan shalat dua hari raya bersama Rasulullah SAW bukan hanya satu atau dua kali, tanpa azan dan iqamah (Sahih Muslim) 2. Shalat Hari Raya Sebelum Khutbah Diriwayatkan dari Ibn Abbas r.a. : Saya mengerjakan shalat Idul Fitri bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a. Mereka semua mengerjakannya sebelum Khutbah. Setelah itu, baru berkhutbah. Lalu Nabi SAW turun (dari mimbar) seakan-akan saya sedang melihatnya ketika beliau memerintahkan orang-orang laki-laki dengan tangan beliau agar mereka duduk. Lalu beliau berjalan bersama Bilal melewati celah-celah mereka hingga sampai kepada kaum wanita, kemudian beliau membaca ayat, “Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah dengan apa pun …”*) Setelah selesai membacanya, beliau bersabda,”Apakah kalian hendak berbaiat seperti itu?” Hanya seorang perempuan saja yang menjawab, “Ya, wahai Nabi Allah.” Ketika itu tidak diketahui siapakah perempuan itu. Kemudian beliau bersabda, „Bersedekahlah kalian,” sedangkan Bilal menghamparkan kainnya. Lalu beliau bersabda, “Kemarilah, semoga ayah dan ibuku menjadi penebus bagi kalian.” Kemudian mereka menyedekahkan cincin-cincin mereka dengan melemparkannya ke atas kain Bilal. (Sahih Muslim). *) QS Al-Mumtahanah, 60: 12 3. Bacaan dalam Dua Shalat „Id
Diriwayatkan dari „Ubaidillah bin Abdillah r.a. : Umar bin Khaththab r.a. pernah bertanya kepada Abu Waqid Al-laitsi tentang bacaan Rasulullah SAW dalam shalat „Idul Adha dan Idul Fitri. Kemudian Abu Waqid menjawab, „Dalam dua shalat „Id itu, beliau biasa membaca „Qaf, wal Qur’anil Majid’, dan ‘Iqtarabatis sa’atu wansyaqqal qamar.” (Sahih Muslim). 4. Tidak ada Shalat Qalbiyah dan Ba’diyah dalam Shalat ‘Id Diriwayatkan dari Ibn Abbas r.a.: Rasulullah SAW keluar pada hari raya „Idul Adha atau „Idul Fitri untuk mengerjakan shalat dua rakaat. Beliau tidak mengerjakan shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kemudian beliau mendatangi kaum wanita bersama Bilal, beliau menyuruh mereka bersedekah. Kemudian kaum wanita itu melepaskan anting dan kalungnya. (Sahih Muslim). 5. Perempuan Boleh Menghadiri Shalat Dua Hari raya dan Mendengar Khutbah Berlainan Tempat dengan Laki-laki Ummu Athiyah r.a. berkata, “Kami diperintahkan untuk mengajak keluar (wanita) haid dan wanita yang dalam pingitan pada dua hari raya, sehingga mereka menghadiri jamaah kaum muslimin dan seruan mereka. Dan wanita-wanita yang haid menjauhi tempat shalat mereka.” Seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?” Beliau menjawab, “Hendaklah temannya meminjamkan jilbab miliknya kepadanya.” (HR Bukhari) 6. Boleh Mengadakan Permainan yang Bukan Maksiat pada Hari Raya Aisyah r.a. berkata, “Abu Bakar masuk ke rumah dan ketika itu ada dua gadis Anshar yang sedang menyanyikan syair yang sering diucapkan kaum Anshar pada perang Bu‟ats.” Aisyah melanjutkan kisahnya, “Kedua gadis tersebut tidak pandai bersenandung. Maka Abu Bakar pun berkata, „Apakah serulingseruling setan (kalian perdengarkan) di kediaman Rasulullah SAW!‟
Peristiwa ini terjadi pada hari raya. Maka bersabdalah Rasulullah SAW, „Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan sekarang ini adalah hari raya kita.‟” (HR Bukhari). 7. Sunah memberikan ucapan selamat hari raya Jubair bin Nufair menuturkan, “Para sahabat Rasulullah SAW bila bertemu pada hari raya saling mengucapkan:
”Taqabbalallahu minna wa minkum
“Semoga Allah menerima amal kami dan amalmu” (Al-Hafizh mengatakan, “Sanadnya hasan.” (dan di sahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tamam Al-Minnah). 8. Takbir di hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Takbir di hari raya idul Fitri dan idul Adha hukumnya sunah. Dalilnya adalah firman Allah Ta‟ala, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah, 2: 185) “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang” (Al-Baqarah, 2: 203). “Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.” (Al-Hajj: 37). Mayoritas ulama menyatakan, waktu takbir pada hari raya idl Fitri dimulai sejak orang-orang berangkat ke tempat pelaksanaan shalat hingga dimulainya khotbah. Adapun lafadz takbir adalah Sesutau yang fleksibel, dan diriwayatkan paling shahih dalam hal ini ialah riwayat Abdurrazzaq yang
diriwayatkannya dari Salman dengan sanad shahih, “Bacalah: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kabira.” Telah diriwayatkan pula dariUmar dan Ibnu Mas‟ud r.a., “Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil hamd.”
Referensi 1. Al-Qur‟anul Karim 2. Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timbulnya HaditsHadits Rasul, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Kalam Mulia, Jakarta, Cet ke-7, Januari 2009. 3. Buku Pintar Khutbah Rasulullah, Nawaf al-Jarrah, Zaman, Jakarta, Cet-I, 2013 4. Mutiara Hadits Sahih Bukhari Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Ummul Qura, Cet-V, Maret 2014 M. 5. Ringkasan Sahih Muslim, Zaki Al-Din „Abd Al-Azhim AlMundziri, PT Mizan Pustaka, Bandung, Edisi baru, Cet-I, Ramadhan 1433 H/Juli 2013) 6. Ringkasan Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq, Sulaiman Al-Faifi, Beirut Publishing, Jakarta Timur, Cet I Februari 2014 M/Rabiul Akhir 1435 H 7. Tafsir Al-Munir Marah Labid, Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi (Banten), Sinar Baru Algensindo, Bandung, Cet-I, 2011. 8. Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Akbar Media, Cet ke-8, Dzulqa‟idah 1434 H/September 2013 M.