Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting
Disusun oleh: Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Millenium Challenge Account Indonesia Jakarta, Januari 2016
Millennium Challenge Account-Indonesia
Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi
Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
4
Kata Pengantar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes
Sampai dengan tahun 2015, Kementerian Kesehatan bersama dengan pemerintah daerah dan mitra STBM telah memicu sejumlah 27.756 desa/kelurahan dari sebanyak 80.280 desa/keluaranan yang ada di Indonesia. Kegiatan Pemicuan akan terus berlanjut dalam rangka membebaskan masyarakat untuk tidak lagi buang air besar (BAB) Sembarangan. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat PKGBM merupakan program Kementerian Kesehatan dalam mendukung upaya mencapai universal akses sanitasi layak bagi masyarakat Indonesia tahun 2019 yang sekaligus menurunkan prevalensi stanting di 11 provinsi 64 kabupaten dan 704 puskesmas. Kondisi sanitasi Indonesia saat ini yang belum memadai merupakan salah satu penyebab tingginya prevalensi kesakitan diare dan stanting. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka insidens diare pada balita sebesar 6,7%. Angka ini masih tinggi dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Selain itu, masalah stanting di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 37,2%. Jika sanitasi di Indonesia berada pada kondisi baik maka ada sekitar 9 juta anak-anak Indonesia terselamatkan dari permasalahan stanting. Hal ini dikarenakan adanya hubungan positif antara penyediaan air minum, perbaikan sanitasi, dan higiene berbanding lurus dengan pertumbuhan fisik. Hasil penelitian menunjukkan antara 17% - 27% risiko stanting berkurang dengan adanya perbaikan air minum dan sanitasi.
Buku Saku Pedoman Pemicuan Desa ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan petunjuk bagi sanitarian, petugas kesehatan lingkungan dan kesehatan lain di puskesmas, pamong desa, dan kader dalam menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya dalam melakukan pemicuan di desa di daerah Program Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat.
Terimakasih. Jakarta, 22 Maret 2016 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
dr. Anung Sugihantono, M.Kes.
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku masyarakat yang terbiasa buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higiene lainnya.
5
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
DAFTAR ISI
6
Kata pengantar 1. Latar Belakang dan Tujuan a. Latar Belakang b. Tujuan 2. Pelaku a. Pengertian Pemicuan b. Pelaku Pemicuan c. Tim Pemicuan dan Lokasi Pemicuan 3. Lokasi Desa a. Kriteria Umum Penetapan Lokasi Desa Pemicuan b. Mekanisme Pemilihan Lokasi Pemicuan Desa dan Dusun 4. Pemicuan a. Kegiatan Pra Pemicuan b. Langkah Pemicuan 1) Perkenalan dan Penyampaian Tujuan 2) Bina Suasana 3) Kesepakatan Istilah Tinja, BAB dan Jamban 4) Pemetaan 5) Transect walk 6) Simulasi Air Terkontaminasi c. Elemen Pemicuan 1) Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa Malu 2) Memicu Perubahan dengan Elemen Harga Diri 3) Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa jijik dan Takut Sakit 4) Memicu Perubahan dengan Elemen Berkaitan dengan Keagamaan 5) Memicu Perubahan dengan Elemen Berkaitan dengan Kemiskinan d. Kesepakatan Bersama e. Pertemuan Pleno di Kantor Desa untuk Menyusun Rencana Tindak Lanjut 5. Paska Pemicuan 6. Pelaporan Kegiatan Paska Pemicuan 7. Penutup
4 8 9
11
12 12 13
18
20 21 22 27 27
BABS : CTPS : ODF : PKGBM : SBS : STBM : UKS :
Buang Air Besar Sembarangan Cuci Tangan Pakai Sabun Open Defecating Free Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat Stop Buang Air Besar Sembarangan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Usaha Kesehatan Sekolah
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
Daftar Istilah dan Singkatan
7
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
1
8
Latar Belakang dan Tujuan a. Latar Belakang Kegiatan higiene dan sanitasi PKGBM dikoordinasikan melalui Kementerian Kesehatan di bawah tanggung jawab Direktorat Penyehatan Lingkungan. Kegiatan pemicuan STBM bertujuan untuk mendorong masyarakat dan petugas kesehatan untuk melakukan upaya perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat terkait sanitasi melalui pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, pemicuan STBM mencakup lima pilar. Program STBM PKGBM memprioritaskan pada pencapaian pilar 1 yaitu “Stop BAB Sembarangan (SBS)” dan pilar 2 “Cuci Tangan Pakai Sabun”. Program ini tidak memberikan bantuan dana untuk membangun sarana fisik, tetapi berorientasi pada upaya untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Pembangunan sarana fisik harus dilakukan oleh masyarakat. Pembangunan fisik dianggap sebagai salah satu indikator terjadinya perubahan perilaku masyarakat. Kegiatan pemicuan STBM secara total akan dilaksanakan di 1.600 desa yang berada di 704 puskesmas di 499 kecamatan pada 64 kabupaten di 11 provinsi. Di Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah akan dilakukan di 3 desa setiap puskesmas, sedangkan di sembilan provinsi lain akan dilakukan di 2 desa per puskesmas. Dari 1.600 desa yang dipicu, ditargetkan sebanyak 800 desa (50%) bisa SBS (Stop BAB Sembarangan) atau ODF (Open Defecating Free). Untuk mencapai target tersebut di atas salah satu kegiatan penting yang difasilitasi melalui program adalah kegiatan pemicuan desa. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemicuan Desa ini menjadi sangat penting dan strategis
b. Tujuan Tujuan utama penyusunan “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemicuan Desa” ini adalah untuk: 1) Memberikan pedoman mengorganisir penyelenggara kegiatan pemicuan. 2) Memberikan pedoman bagi Tim Pemicuan STBM Desa dan Tim Pemicuan STBM Puskesmas melaksanakan kegiatan pemicuan di masyarakat. 3) Memberikan pedoman bagi para pihak pengelola di lokasi program PKGBM yang akan memantau pelaksanakan kegiatan pemicuan.
2
Pelaku a. Pengertian Pemicuan Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaraan sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat, yang dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan masyarakat selama setengah hari dengan difasilitasi oleh tim pemicu puskesmas dan desa yang terdiri lima (5) orang. b. Pelaku Pemicuan Kader terlatih STBM dengan didukung oleh bidan desa, petugas / kader posyandu, dan dipimpin oleh Tim Pemicu Puskesmas merupakan tim yang akan melakukan pemicuan di masyarakat. Tim pemicu terdiri dari 5 orang. Kelima orang ini masing-masing berperan sebagai (1) lead facilitator (ketua), (2) co-facilitator (wakil), (3) content recorder (pencatat), (4) process facilitator (pengatur
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
dalam upaya menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan sehingga menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.
9
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
10
proses), dan (5) environment setter (pengandali suasana). Untuk memperkuat hubungan antara peningkatan kebutuhan sanitasi dan penyediaan jasa dan material sanitasi, maka pengusaha sanitasi perlu mengikuti proses pemicuan. c. Pembentukan Tim Pemicuan Program PKGBM melatih Tim Pemicuan puskesmas dan Tim pemicu desa yang akan dipicu. Tim Pemicuan STBM Puskesmas yang akan dilatih terdiri empat orang terdiri dari staf kantor kecamatan (1 orang), dan puskesmas 3 orang (sanitarian, Tenaga Pengelola Gizi, dan tenaga Promosi Kesehatan). Tim ini dibentuk dan ditetapkan di forum Rapat Kerja Teknis Perencanaan Sanitasi Kabupaten. Tim Pemicuan STBM Puskesmas perlu mendapatkan legalitas dari Dinas Kesehatan Kabupaten setempat. Tim Pemicuan STBM Desa dibentuk di forum Rapat Kerja Teknis Perencanaan Sanitasi Kecamatan sekaligus menetapkan nominasi desa yang akan dipicu. Tim ini terdiri dari orang yang akan dilatih pemicuan yang terdiri dari 1 orang staf pemerintah desa dan 2 orang kader desa atau salah satunya bidan desa. Setiap puskesmas akan mengusulkan 4 – 6 desa. Usulan desa nominasi ini akan dibahas di Rapat Kerja Teknis Sanitasi tingkat kecamatan untuk ditetapkan menjadi 3 desa untuk Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, dan 2 desa provinsi Program PKGBM lainnya. Di forum tersebut Rapat Kerja Teknis Sanitasi tingkat kecamatan sekaligus ditetapkan 4 dusun atau RW yang akan menjadi wilayah pemicuan di masyarakat. Desa-desa yang telah ditetapkan menjadi wilayah pemicuan, berikut Tim Pemicuan STBM Desa, diajukan oleh Kepala Puskesmas setempat untuk mendapatkan penetapan resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk selanjutnya mengikuti kegiatan pelatihan Pemicuan STBM. Tim pemicu desa mengawali pemicuan di empat dusun terpilih kemudian dilanjutkan ke semua dusun yang ada di desa untuk memastikan seluruh dusun tertangani sehingga
3
a. Kriteria Umum Penetapan Lokasi Desa Pemicuan
Lokasi Desa 1) Belum menjadi desa SBS. 2) Tidak sedang menjadi lokasi proyek / program lain dengan pendekatan STBM. 3) Tidak sedang mengikuti kegiatan pemicuan dari proyek / program lainnya. 4) Memiliki 10 hingga 15 dusun 5) Kriteria lainnya sesuai kesepakatan dan kondisi lokal setempat b. Mekanisme Pemilihan Desa dan Dusun 1) Kantor kecamatan melakukan pertemuan dengan mengundang para wakil desa nominasi bersangkutan untuk hadir di forum “Rapat Kerja Teknis Sanitasi tingkat Kecamatan 2) Pada forum tersebut dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran tentang STBM. 3) Dari hasil sosialisasi ini kemudian dilihat desa mana yang wakilnya mengungkapkan paling tertarik dan berkomitmen untuk menjadikan desa SBS untuk dijadikan desa peserta.
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
menjadi desa SBS. Pada saat pemicuan diharapkan muncul orang-orang yang terpicu di mana mereka secara spontan menjadi sadar dan bersedia untuk mengubah perilaku mereka. Keberhasilan proses pemicuan adalah munculnya orang-orang yang menyatakan kesediaan untuk berubah dan tidak lagi melakukan buang air besar sembarangan serta mereka berjanji akan membangun jamban dalam jangka waktu tertentu, yang bisa dalam waktu hitungan hari, minggu, atau maksimal 3 bulan. Biasanya orang-orang ini adalah pelopor, yang disebut sebagai “champion”, dan orang-orang ini merupakan pemimpin natural atau pemimpin informal.
11
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
12
4) Untuk mengkonfirmasi ketertarikan dan komitmen, surat kesediaan berpartisipasi ditandatangani oleh kepala desa diserahkan ke Kepala Puskesmas, 5) Jika banyak desa yang menyatakan berminat untuk berpartisipasi dalam program STBM melebihi target, dipilih desa terbaik, terletak dalam jangkauan aksesibilitas dan faktor geografis, potensi menjadi desa SBS dalam waktu satu tahun. Sukses dalam menjadi desa SBS, penting untuk memicu desa-desa terdekat, 6) Empat dusun per desa selanjutnya dipilih untuk pelaksanaan pemicuan awal. Dusun dipilih berdasarkan minat pemimpin dusun bersangkutan: 1) Bisa menjadi percontohan keberhasilan bagi dusun atau kelompok masyarakat lain di desa terpilih, 2) Diperkirakan mudah untuk meng SBS kan seluruh masyarakat di dusun tersebut 7) Desa terpilih ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Pemicu Desa.
4
Pemicuan a. Kegiatan Pra Pemicuan Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat, hendaklah Tim pemicuan sudah memiliki informasi dan data dasar terkait perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Untuk itu sebaiknya sudah melakukan observasi (peninjauan) maupun diskusi dengan masyarakat di lokasi pemicuan untuk mendapatkan informasi tersebut. Persiapan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan kepada pemimpin setempat yang akan menjadi lokasi pemicuan dan menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pemicuan STBM termasuk proses pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan di lapangan.
Pemicuan awal dilakukan di 4 (empat) dusun terpilih oleh kader dan tim pemicu desa yang dipimpin oleh tim pemicu puskesmas. Pada saat pemicuan, mengundang kepala desa, pemimpin informal dan kepala dusun setempat. Pelaksanaan pemicuan mengikuti langkah sebagai berikut: (1) Perkenalan dan Penyampaian Tujuan, (2) Bina Suasana, (3) Kesepakatan Istilah Tinja, BAB dan Jamban, (4) Pemetaan, (5) Transek Walk, (6) Simulasi Air Terkontaminasi, (7) Memicu Perubahan, (8) Kesepakatan Bersama, dan (9) Rencana Tindak Lanjut. Dalam melakukan pemicuan perubahan menggunakan (a) Elemen Malu, (b) Eleman Harga Diri, (c) Elemen Jijik dan Takut Sakit, (d) Elemen yang Berkaitan dengan Keagamaan, dan (e) Elemen yang Berkaitan dengan Kemiskinan. 1. Perkenalan dan Penyampaian Tujuan Pada saat melakukan pemicuan di masyarakat, terlebih dahulu anggota tim fasilitator memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuannya. Tujuan tim ingin “melihat”
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
b. Langkah Pemicuan
13
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
14
kondisi sanitasi dari kampung tersebut, jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih, bagaimana masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar, dan lain-lain. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan tadi. Tujuan Kehadiran Tim adalah: a) Bersilaturahmi dengan masyakat, b) Berkenalan, c) Belajar keberhasilan (cari satu/dua keberhasilan desa) atau spesifik kebanggaan masyarkat 2. Bina Suasana Untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya dilakukan pencairan suasana.
Agar istilah tinja, BAB & Jamban yang digunakan betul-betul istilah sehari-hari dan cenderung bahasa
kasar sehingga efektif dipakai sebagai bahasa pemicu. Selanjutnya pada saat itu temukan istilah setempat untuk “tinja” (misalnya tai, dll) dan BAB (ngising, naeng, dll) 4. Pemetaan Pembuatan peta sanitasi sederhana dilakukan sendiri oleh masyarakat termasuk wanita, pria dan anak muda yang difasilitasi oleh Tim Pemicu. Peta harus berisi informasi tentang batas dusun, rumah yang mempunyai dan rumah tanpa jamban, jalan, sungai, sumber air untuk minum, mandi dan mencuci, masalah sanitasi yang ada. Dalam peta ditunjukkan/ditandai tempat yang biasanya digunakan untuk buang air besar, membuang sampah dan air limbah, Tujuan: a) Mengetahui / melihat peta wilayah utamanya berkaitan dengan perilaku BAB masyarakat, b) Sebagai alat monitoring pada pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat.
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
3. Kesepakatan Istilah Tinja, BAB dan Jamban
15
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
16
Alat yang diperlukan: a) Tanah lapang atau halaman, b) Serbuk putih untuk membuat batas wilayah, c) Potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk, d) Serbuk kuning untuk menggambarkan kotoran, e) Spidol, f) Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi, (Kalau bahan tersebut tidak tersedia, bisa diganti dengan bahan lokal seperti daun, batu, ranting, kayu ataupun bambu. Mendiskusikan dan menanyakan isi peta kepada masyarakat tentang tempat/lokasi mana yang paling kotor, kemudian disusul lokasi kotor berikutnya, dan seterusnya. 5. Transect Walk Tujuan: Mengunjungi, melihat dan mengetahui lokasi yang paling sering dijadikan tempat BAB, dengan mengajak
Proses: a) Ajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan),
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
masyarakat berjalan ke sana, hal ini dilakukan sambil mengamati lingkungan, menanyakan dan mendengarkan, serta mengingat-ingat lokasi tempat buang air besar, tempat membuang sampah dan air limbah, juga dilakukan kunjungan ke rumah-rumah yang sudah memiliki jamban. Mengunjungi keluarga yang telah mempunyai sumur, menjadi penting untuk mempelajari apakah jamban dan sumur gali yang dibangun mempunyai jarak yang cukup, sehingga sumber air tidak terkontaminasi oleh bakteri dari jamban. Sangat penting untuk berhenti di lokasi masyarakat buang air besar sembarangan, membuang sampah dan air limbah serta meluangkan waktu untuk diskusi dengan masyarakat di sana, berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik. Bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut akan terpicu untuk berubah karena merasa malu.
17
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
18
b) Lakukan analisa partisipatf di tempat tersebut, mendiskusikan alur kontaminasi air dari kotoran tinja, dan penting juga menbahas air yang sehat dan membahas bagaimana cara memperoleh air minum sehat, c) Tanya siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di tempat tersebut. d) Jika di antara masyarakat yang ikut transect walk ada yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan: Bagaimana perasaannya, Berapa lama kebiasaan itu berlangsung, Apakah besok akan melakukan hal yang sama? e) Jika diantara masyarakat yang ikut transect walk tidak ada satupun yang melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut. f) Jika ada anak kecil yang ikut dalam transect walk atau berada tidak jauh dengan tempat BAB itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anakanak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentukbentuk kesenian (lokal) lainnya. 6. Simulasi Air Terkontaminasi Peragaan air yang terkontaminasi tinja dilakukan oleh fasilitator atau kader dimaksudkan agar masyarakat memahami dan merasakan ketidak nyamanan menggunakan air yang sudah terkontaminasi. Simulasi dengan menggunakan air dapat dilakukan pada saat transect walk, saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya Tujuan: Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.
Proses: Cara pertama: Fasilitator / kader mengambil air dari sungai dengan ember kemudian mencuci muka dan kumur dengan air tersebut. Salah seorang peserta diminta untuk memasukkan tinja ke dalam ember kemudian minta peserta lain mempergunakan air dalam ember tersebut untuk membasuh muka dan berkumur. Cara kedua: Fasilitator / kader menunjukan air botol kemasan atau air minum dalam gelas, diminta salah seorang minum air tersebut. Fasilitator mencabut sehelai rambutnya, menunjukkan kepada semua peserta kemudian mengoleskan ke salah satu tinja yang sedang berserakan dikerumuni lalat, dilanjutkan dengan mencelupkan rambut ke dalam air minum. Salah seorang peserta diminta meminum air tesebut seperti yang dilakukan sebelumnya. Tunggu reaksi paserta yang menjadi relawan tadi. Jika menolak melakukan, tanyakan sebabnya. Sebetulnya apa yang terjadi sama seperti kebiasaan perilaku masyarakat selama ini, berkumur dengan air sungai yang telah tercemar tinja ataupun minum air yang telah dihinggapi lalat. Kemudian tanyakan kepada masyarakat semuanya apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apakah merekla mau berubah?
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
Alat yang digunakan: a) Ember/ gelas/ botol yang berisi air minum, b) Polutan air (tinja). c) Rambut atau lidi
19
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
20
1
2
3
4
5
6
7. Hitung Volume Tinja Tujuan dari kegiatan ini adalah bersama-sama dengan masyarakat, melihat kondisi yang ada dan menganalisisnya, sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasan meliputi: • FGD untuk menghitung volume/jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat/tempat terbuka selama 1 hari, 1 bulan, dalam 1 tahun dst. • FGD tentang privacy, kemiskinan agama,dll
c. Elemen Pemicuan
Diskusi untuk memicu perubahan karena rasa “malu” dengan: a) Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya b) Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung sementara kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh banyak orang? c) Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh orang lain, baik yang kebetulan melihat secara sengaja atau tidak sengaja? d) Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang mendapatkan menstruasi bulanan. Apa yang dirasakan? e) Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama? 2) Memicu Perubahan dengan Elemen Harga Diri Diskusi untuk memicu perubahan karena alasan meningkatkan “harga diri” dengan: a) Menumbuhkan kebanggaan karena telah mempunyai jamban dan telah melaksanakan Stop BABS. b) Menimbulkan keinginan kuat untuk merubah kebiasaan BABS dengan melaksanakan Stop BABS. c) Menimbulkan keinginan kuat untuk membangun dan menggunakan jamban sebagai tempat BAB. d) Tanyakan perasaan mereka kalau ada tamu yang sangat dihormatinya mau numpang BAB dan ternyata nggak punya jamban atau e) Tanyakan perasaan mereka, bahwa banyak orang yang lebih miskin darinya sudah mau berubah atau sudah punya jamban? atau f) Tanyakan perasaan mereka, bahwa dirinya tidak lebih baik dari kucing dalam hal BAB.
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
1) Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa Malu
21
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
3) Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa jijik dan Takut Sakit
22
Diskusi untuk memicu perubahan karena rasa “jijik” dan “takut sakit”: a) Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah “tinja di kampungnya”, dan kemana perginya tinja tersebut, b) Jika dalam diagram alir terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang kemana-mana dengan membawa kotoran di kakinya, dan bagaimana menjamin bahwa makanan di rumah tidak dihinggapi lalat, dsb. c) Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah terkena diare (2-3 tahun yang lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya. d) Apa yang dilakukan kemudian? 4) Memicu Perubahan dengan Elemen Berkaitan dengan Keagamaan Diskusi untuk memicu perubahan karena alasan yang berkaitan dengan “keagamaan”: a) Bisa dengan mengutip hadist atau ayat serta pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti orang yang biasa membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh), b) Bisa dengan mengajak masyarakat untuk mengingat hukum agama berkaitan dengan menghilangkan “najis”. Tanyakan air apa yang selama ini digunakan masyarakat? Apakah benar-benar bebas dari najis?
5) Memicu Perubahan dengan Elemen Berkaitan dengan Kemiskinan Diskusi untuk memicu perubahan karena alasan yang berkaitan dengan “kemiskinan”: Diskusi ini biasanya berlangsung ketika sebagian masyarakat sudah terpicu dan ingin melakukan perubahan, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban. a) Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, fasilitator bisa menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan alternatif yang paling sederhana). b) Apabila masyarakat tetap beralasan mereka miskin untuk bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator bisa mengambil perbandingan dengan masyarakat yang “jauh lebih miskin” namun tetap berupaya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. c) Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung jawab siapa masalah tidak BAB Sembarangan ini? Apakah untuk BAB di tempat yang benar saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan minta bantuan orang lain? d. Kesepakatan Bersama 1) Membangun komitmen masyarakat yang mau berubah: kapan akan merealisasikan keinginannya untuk berubah. 2) Membuat kesepakatan membentuk komite masyarakat yang akan mempelopori pembangunan jamban di komunitasnya. 3) Minta kepada masyarakat yang terpicu untuk menuliskan komitmen / kesanggupan mereka untuk mulai membangun jamban. 4) Minta kepada masyarakat yang terpicu: kapan hasil
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
c) Apa yang akan dilakukan kemudian?
23
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
pembangunan jamban mereka dapat dilihat oleh kepala dusun atau pimpinan yang lain. 5) Menyepakati bersama, peserta yang pertama kali menyatakan keinginan untuk tidak melakukan BAB sembarangan ditunjuk sebagai pimpinan informal mereka atau sebagai “natural leader” untuk menggalang dan mempengaruhi masyarakat yang lain di sekitarnya, 6) Pemimpin informal bersama dengan masyarakat akan membuat rencana kerja, difasilitasi oleh tim pemicu desa dan tim pemicu puskesmas dalam rangka meningkatkan sanitasi lingkungan.
24
e. Pertemuan Pleno di Kantor Desa untuk Menyusun Rencana Tindak Lanjut 1) Mengundang 4 - 5 orang dari masing-masing dusun yang telah dipicu ke kantor desa untuk presentasi hasil pemicuan sebelumnya. Pemicuan ulang sering bermanfaat dilakukan untuk memperkuat semangat perubahan masyarakat. Dalam pertemuan tersebut, mengundang kepala desa, pemimpin informal dan kepala dusun/RW. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk membuat Rencana Aksi masing-masing dusun
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
dan membentuk komite masyarakat. Panitia yang disebut “Tim Pemberantas BABS Dusun “ untuk tingkat dusun dan sekaligus membentuk Komite Desa dan Komite Dusun seperti “Tim Pemberantas BABS Tingkat Desa “ (atau bahasa setempat yang lebih mereka pahami) untuk menjadikan desa SBS. Tim Pemberantas BABS Dusun bekerja di dusun/RW mereka dan Tim Pemberantas BABS Desa bekerja dibantu Tim Pemicu STBM Desa, 2) Kader desa dan tim pemicu desa menyusun kesepakatan untuk memicu dusun-dusun lainnya (di luar empat dusun awal yang telah ditentukan). Selama memicu, mereka diharapkan mengundang kepala desa, pemimpin informal dan kepala dusun/ RW dan tokoh masyarakat, 3) Kader dan Tim Pemicu Desa bersama dengan dukungan Tim Pemberantas BABS Desa memicu dusun selebihnya sampai menjadi ODF, mereka bisa berbagi pengalaman dan menunjukkan manfaat hidup dilokasi yang sudah SBS, 4) Ditargetkan dalam waktu satu tahun, desa yang sudah dipicu akan menjadi desa SBS, masyarakat tidak ada lagi yang BAB Sembarangan.
25
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
5
26
Pasca Pemicuan Paska pemicuan merupakan tindak lanjut kegiatan pemicuan dan harus dilaksanakan segera setelah pemicuan. Tujuan dari kegiatan pasca-pemicuan adalah untuk memastikan dilaksanakanya rencana kerja SBS masyarakat. Teknis kegiatan pasca pemicuan ini antara lain adalah: a. Membangun ulang komitmen masyarakat Membangun ulang komitmen masyarakat dimaksudkan untuk meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun pada saat membuat komitmen saat pemicuan. Membangun komitmen ini diawali dengan mempersilahkan kepada wakil masyarakat untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana aksi mereka ke depan. Rencana aksi SBS akan meliputi daftar keluarga dengan kondisi jamban dan peta dusun yang menunjukkan lokasi rumah memiliki jamban dan fasilitas cuci tangan, mendorong para kader dan tim pemicu desa untuk selalu memperbarui peta. Selanjutnya perlu melakukan penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat dalam upaya pencapaian desa bebas dari BAB Sembarangan. Hasil komitmen diserahkan oleh perwakilan kelompok masyarkat kepada pimpinan yang berwenang di daerah untuk dilakukan tindak lanjut sesuai dengan rencana. Diharapkan pemerintah daerah dan desa dapat menindak lanjuti dan memfasilitasi masyarakat dalam melakukan kegiatan dengan mengintegrasikan rencana aksi masyarakat membebaskan warga dari BABS ke dalam pembangunan desa melalui dukungan dana desa.
Pendampingan oleh kader, tim pemicu desa dan tim pemicu puskesmas dilaksanakan untuk membantu masyarakat malaksanakan komitmen yang telah dibangun oleh mereka bersama. Aksi yang dilaksanakan adalah mendorong upaya individu masyarakat merubah perilaku tidak lagi BAB sembarangan. Dalam upayanya, masyarakat membutuhkan bantuan mitra untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tim pemicu desa, sanitarian dan tim pemicu puskesmas perlu mendampingi masyarakat secara berkelanjutan untuk mewujudkan keinginan masyarakat mempunyai jamban sehat.
c. Pilihan teknologi sanitasi Masyarakat perlu memahami tangga sanitasi untuk memilih praktik BAB yang diinginkan. Perilaku tangga sanitasi terendah adalah di mana masyarakat melakukan BAB sembarangan yang kemudian ditangga berikutnya adalah perillaku yang lebih sehat sampai tangga teratas di mana masyarakat sudah mempraktekkan perilaku sehat secara permanen. Konsekuensi dari perkembangan perilaku ini masyarakat membutuhkan sarana sanitasi seperti jamban sehat sesuai tingkatanya. d. Membangun jejaring dan layanan penyediaan sanitasi Masyarakat yang sudah terpicu dan mau berubah akan membutuhkan sarana sanitasi yang sehat dan layak. Tidak semua masyarakat memiliki akses dan kemampuan keuangan untuk menyediakan sarana sanitasi yang dibutuhkannya. Wirausaha sanitasi diundang untuk menyediakan pilihan sarana sanitasi yang dibutuhkan masyarakat dengan proses pembiayaan yang juga sesuai dengan kemampuan masyarakat.
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
b. Pendampingan dan monitoring
27
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
28
Disamping itu perlunya membangun jejaring untuk mensinergikan potensi-potensi yang ada di masyarakat dengan harapan: • Wirausaha sanitasi dan masyarakat memperoleh kemudahan mendapatkan fasilitas pinjaman dari lembaga kredit • Kuatnya kerjasama antar wirausaha sanitasi melalui asosiasi dalam melayani masyarakat akan kebutuhan fasilitas sanitasi • Terjadinya kesempatan masyarakat dan komite saling belajar kisah sukses desa lain dalam memfasilitasi masyarakat merubah perilaku mau BAB di jamban. • Masyarakat dan komite terdorong mempersiapkan wilayahnya menjadi SBS dan siap diverifikasi. e. Usaha Kesehatan Sekolah Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Puskesmas harus mendapat perhatian khusus bagi Sanitarian dalam membangun kesadaran STBM di kalangan siswa, guru dan masyarakat sekolah pada pasca pemicuan. Melakukan kegiatan pemicuan kepada guru dan siswa diharapkan dapat menambah motivasi siswa menganjurkan orang tua, kerabat dan teman untuk melakukan praktek buang air besar secara aman, membangun kakus dan melakukan cuci tangan pakai sabun. f. Media promosi berkelanjutan
untuk
perubahan
perilaku
yang
Perubahan perilaku perlu terus dipromosikan agar masyarakat tetap mempraktikkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat, setelah masyarakat terbiasa, masyarakat akan otomatis terus berperilaku yang lebih baik tersebut, namun dalam jangka panjang jika perubahan perilaku tidak terus dipromosikan sangat mungkin sekali masyarakat akan lupa dan kembali ke
g. Peran berbagai pelaku selama paska pemicuan dijelaskan sebagai berikut: 1) Kader Desa: melakukan pendampingan masyarakat dengan melakukan pemantauan, advokasi dalam rangka pembangunan jamban dan fasilitas cuci tangan di dekat jamban, 2) Sanitarian: selalu melakukan advokasi ke kepala desa / sekolah, pendampingan kader selama pasca-pemicuan dan memberikan pilihan teknologi yang tepat, menghubungkan masyarakat dengan pengusaha sanitasi dan / atau lembaga kredit mikro, melakukan verifikasi keluarga SBS dan pelaporan, membantu pemimpin desa dan upacara deklarasi SBS, 3) Petugas Pengelola Gizi: bekerja sama dengan sanitarian melakukan kunjungan rumah memberi pendidikan tentang perbaikan perilaku gizi mengkaitkan dengan kegiatan pemicuan STBM, 4) Bidan Desa: menjadi penghubung awal dan membantu sanitarian melakukan advokasi kepada kepala desa/sekolah, membantu kader dan sanitarian untuk memotivasi masyarakat membangun jamban yang dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan, menyadarkan secara aktif tentang STBM kepada ibu-ibu hamil di posyandu, melakukan kunjungan rumah dan membantu para kader melakukan pemantauan paska pemicuan, dan menjadi anggota verifikasi SBS, 5) Tim Pemicuan Desa: mengatur pemicuan kepada dusun yang tidak menerima pemicuan awal, melakukan kunjungan dusun di desanya yang belum SBS, melakukan advokasi kepada pimpinan dusun dan mengajak membangun jamban dengan fasilitas cuci tangan dan membantu verifikasi SBS,
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
praktik perilaku tidak sehat. Promosi bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui iklan, penyebaran media komunikasi, ataupun melalui kegiatan-kegiatan formal dan informal di masyarakat.
29
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
30
6) Kepala desa: menjadi penghubung awal dan menegakkan aturan-aturan SBS yang disepakati selama pemicuan, mengadakan acara pertemuan dengan masyarakat dalam promosi SBS, dan mengundang wirausaha sanitasi untuk menawarkan jasa dan bangunan jamban kepada masyarakat, menghubungkan masyarakat dengan lembagalembaga keuangan mikro, mengatur deklarasi dan upacara SBS dengan pemimpin pemerintahan serta sanitarian, 7) Keluarga SBS dan siswa sekolah SBS: Sekolah dan guru sekolah dapat mempengaruhi perilaku sanitasi orang tua melalui siswa dalam pengambilan keputusan. Ketika sekolah dipicu, anak-anak bisa menjadi relawan untuk berperan aktif dalam mempengaruhi perilaku masyarakat. Keluarga yang sudah SBS dapat mengajak keluarga lain untuk mengikuti jejaknya membuat jamban. 8) Wirausaha Sanitasi: wirausaha sanitasi bersama dengan tukang batu, penjual cetakan jamban, tukang kayu dan lain-lain pelaku sektor swasta
6
Pelaporan Kegiatan Paska Pemicuan Pelaporan kegiatan pemicuan yang difasilitasi melalui program dan kegiatan rutin paska pemicuan di dusun dituangkan pada format tertentu. Hasil analisa perkembangan pelaporan disampaikan ke pertemuan berkala pemerintah desa disamping disampaikan kepada sanitarian/ tenaga sanitasi puskesmas untuk dimasukkan ke dalam server data based STBM.
7
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN DESA PROGRAM KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENURUNKAN STANTING
dapat menyediakan jamban murah yang terjangkau, fasilitas cuci tangan dan solusi pembuangan air limbah. Idealnya dengan kemampuan memasarkan barang dan jasa, mereka dapat bekerja secara efektif. Bisa juga menawarkan kredit atau rencana pembayaran yang menarik, 9) Lembaga kredit mikro: menyediakan model khusus pinjaman hemat atau pinjaman peluang lain yang memungkinkan keluarga untuk bisa membeli produk sanitasi yang diperlukan untuk menjadikan mereka keluarga SBS.
31
Penutup Demikian semoga buku pedoman ini bisa bermanfaat bagi kita semuanya.
Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) untuk Menurunkan Stanting
Millennium Challenge Account-Indonesia
Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pertumbuhan Ekonomi