PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKANSCIENTIFIC LITERACYSISWA SEKOLAH DASAR Eka Mustika * ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pada rendahnya scientificliteracy siswa di Indonesia (PISA 2006). Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan scientificliteracy, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran berbasis ICT. Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah “pembelajaran sains berbasis ICT terhadap peningkatan scientific literacy siswa sekolah dasar”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan yaitu tes kemampuan pada sains, dan skala sikap ilmiah. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2. Kelas Eksperimen diberikan perlakuan dengan proses pembelajaran berbasis ICT, dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran tidak berbasis ICT. Untuk mengetahui peningkatan scientific siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol diawal pembelajaran keduannya mendapatkan pre test dan di akhir pembelajaran mendapatkan post test dengan soal yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan N-Gain aspek-aspek scientific literacy (konten, proses, dan sikap sains) kelas eksperiemen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran sains berbasis ICT dapat lebih meningkatkan scientific literacy siswasecara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran tidak berbasis ICT. Kata kunci:Pembelajaran Sains Berbasis ICT, Scientific Literacy I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran sains yang diharapkan sebagai proses, sikap dan aplikasi belum sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran. Banyak siswa yang belum mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut digunakan. Kondisi pembelajaran seperti itu yang merupakan salah satu kemungkinan penyebab rendahnya Scientific Literacy siswa Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh PISA-OECD (Programe For Internasional Student Assesment- Organisationfor Ekoconomic Cooperation And Development) pada tahun 2009, diketahui bahwa siswa Indonesia baru memahami pengetahuan sains pada konteks umum, dimana siswa Indonesia belum mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan pengetahuan sains mereka dalam situasi yang komplek serta belum mampu membuat keputusan mengggunan pengetahuan sains yang dimiliki. Hasil riset ini dapat disimpulkan bahwa masalah literasi sains ini merupakan hal serius. Hasil PISA bidang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 mengungkap bahwa, lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar sains, sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannyauntuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun, lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013 64
lainnya, adanya keterbatasan kemampuan siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan, kemampuan nalar ilmiah masih rendah, lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan seharihari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007). Berdasarkan hasil temuan penelitianpenelitian tersebut, perlu penulis melakukan penelitian di tingkat sekolah dasar. Ini dikarenakan pada tingkat sekolah dasar sains mulai diajarkan baik konsep, konten, dan proses sains. Berdasarkan hal tersebut untuk meningkatkan literasi sains siswa perlu dilakukan dari sejak tingkat pendidikan dasar. Beranjak dari hal-hal diatas, maka peneliti memandang perlu untuk mencari alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang merupakan media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu para pengajar.Perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini dapat menjadi alternatif secara tidak langsung dapat menjadi alternatif dalam membantu mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis memandang perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai ”pembelajaran sains berbasis ICT untuk meningkatkan scientific literacy siswa sekolah dasar” di lingkungan Sekolah Dasar Kota Cimahi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan scientificliteracy siswa sekolah dasar?”Dari rumusan masalah tersebut diajukan pertanyaan penelitian yaitu, “Bagaimana peningkatan scientific literacy siswa yang mendapat pengajaran sains berbasis ICT dibandingkan dengan
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
siswa yang mendapatkan pengajaran sains tidak berbasis ICT?” II. TINJAUAN PUSTAKA A. Scientific Literacy Scientific literacy dikonsentrasikan kepada kemampuan masyarakat untuk membaca, memahami, dan mengemukakan pendapat mengenai sains. Secara umum Scientific literacy juga dapat diartikan sebagai pemahaman umum tentang sains. Sedangkan menurut PISA-OECD (2006), scientific literacy didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dari Definisi-definisi tersebut penulis dapat menyimpulakan bahwa scientific literacy adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sain dan mengapikasikannya, sehingga meningkatkan kemampuan berfikir kritis, ketertarikan terhadap sains, dan meningkatkan inkuiri ilmiah siswa. Scientific literacy meliputi dua kompetensi utama. Pertama, kompetensi belajar sepanjang hayat, termasuk membekali siswa untuk belajar di sekolah yang lebih lanjut. Kedua adalah kompetensi dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dipengaruhi perkembangan sains dan teknologi (Toharudin, 2010). Scientific literacy menurut PISA-OECD 2006, memberikan perhatian terhadap aspek kognitif dan afektif, serta nonkognitif. Aspek kognitif meliputi pengetahuan siswa dalam menggunakan pengetahuan secara efektif, dan melibatkan proses kognitif yang merupakan karakteristik sains dalam bidang personal, sosial dan global. Aspek
65
afektif berhubungan dengan masalah yang dapat dipecahkan oleh pengetahuan sain dan yang dapat membentuk siswa mampu untuk membuat keputusan pada saat ini dan masa depan. Aspek non-kognitif mengenai bagaimanan siswa dapat merespon keadaan, yaitu merespon terkait dengan keterkaitan yang melibatkan dukungan dan motivasi untuk melakukan tindakan. Berdasarkan definisi scientific literacy pada Penilaian scientific literacy PISAOECD 2006, terdapat 4 aspek yang berhubungan antara lain : 1. Context, yaitu mengenal situasi kehidupan dalam mengembangkan sains dan teknologi. 2. Knowledge, yaitu memahami dunia alamiah dalam pengetahuan sains dasar, termasuk pengetahuan alamiah dan pengethuan tentang sain itu sendiri. 3. Competencies, yaitu menggambarkan kompetensi seperti mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan penomena ilmiah, dan menyimpulkan bukti ilmiah. 4. Attitude, yaitu mengindikasi ketertarikan dalam sains, mendukung inquiri ilmiah, dan motivasi untuk bertanggung jawab sumber dan lingkungan alam. B. Pembelajaran berbasis ICT Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep pembelajaran komputer dan multimedia. Pendidikan berbasis ICT saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan teknologi informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa mulai prasekolah, SD, SMP, SMA dan SMK dituntut mengenal TI sejak dini (Ariani dan Haryanto, 2010).
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
Pembelajaran sains menggunakan ICT memudahkan bagi guru maupun siswa dalam mendalami materi pelajaran. Karena dengan menggunakan ICT hal-hal yang sulit dihadirkan maupun dilihat dengan kasat mata, dapat dengan mudah dipelajari, selain itu dapat memancing keaktifan siswa dalam belajar. Dlaifi (2009), dalam penelitiannya, menuliskan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis komputer pada anak usia dini, akan meningkatkan kreatifitas, melatih psikomotor anak, dan menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Dampak positif juga dituntukkan penelitian pada siswa SMP, menyatakan penggunaan ICT meningkatkan penguasaan konsep keterampilan generic dan berpikir kritis siswa. (Puspita, 2008 dan Mulyana, 2009). Pada penelitian Retmana (2010), Pembelajaran berbasis multi media (ICT), berpengaruh pada peningkatan scientific literasi siswa SMP. Hal ini juga terjadi pada penelitian Adolphus, et al. (2012) pada siswa SMU, dimana ICT mempengaruhi Scientific literacy, yaitu: a) ICT lebih mudah digunakan dimanapun dan kapan pun, karena online, sehingga dapat belajar selama 24 jam; b) ICT merupakan akses cepat sumber belajar. Karena world wide web dapat digunakan kapanpun; c) ICT Sebagai motivasi untuk belajar, dimana video, gambar, TV, software multimedia, yang dikombinasikan dengan tulisan, warna dan suara, dapat digunakan sebagai pendorong daya tarik bagi siswa; d) Dengan menggunakan fasilitas ICT, dapat meningkatkan ICT skill;e) Dengan ICT, dapat digunakan sebagai media crative learning, sehingga mengurangi pembelajaran abstrak dan lebih relevan kepada situasi sehari-hari; f) Dapat menikatkan kumunikasi antar pembelajar; dan g) menciptakan pembelajaran yang kreatif.
66
Dari pemaparan hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran berbasis ICT dapat membantu siswa dalam mempelajari sains. Hasil penelitian diatas akan dijadikan acuan bagi peneliti untuk meneliti penggunaan pembelajaran berbasis ICT di III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Sains berbasis ICT teradap peningkatan Scientific Literacy siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design), merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan atau tindakan pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan tersebut (McMillan & Schumacher, 2001). Desain yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Pretes-PostestControl Group Design (Arikunto, 2010). Penelitian ini membutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan berbasis ICT. Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang mengunakan perlakuan dengan metode demonstrasi, dan praktikum. Pada kedua kelas terdapat kesamaan, yaitu pada pembelajaran sains berbasis ICT, siswa mengamati melalui tayangan gambar, animasi, dan video, sedangkan pada metode demonstrasi mengamati melalui demonstrasi percobaan, sedangkan untuk metode praktikum, siswa mengamati melalui pengamatan percobaan. Penelitian dilaksanakan di SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2 yang ada di wilayah Kota Cimahi. Pemilihan subjek didasarkan pada kriteria sekolah yang sudah mempunyai laboratorium komputer dan fasilitas-fasilitas ICT yang sudah ditentukan (infocus, laptop, CD
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
pembelajaran). Dalam setiap sekolah diambil 2 kelas, satu kelas sebagai kelas kontrol dan yang yang lainnya sebagai kelas eksperimen, setiap kelas terdiri dari 30 orang, sehingga populasi sampel kelas kontrol sebanyak 60 orang, dan 60 orang untuk kelas eksperimen.Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap berikut: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan studi kepustakan mengenai penilaian Scientific Literacy, dan pembelajaran berbasis ICT. b. Menganalisis SK, KD,Indikator, dan indikator Scientific Literacy. c. Menganalisis buku sumber mengenai materi daur air. d. Membuat instrumen, Soal test, dan format observasi. e. Melakukan validasi soal 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain : a. Memberikan Pre Test pada tahap awal pada ke empat kelas untuk mendapatkan data awal scientific Literacy siswa sebelum mengikuti pembelajaran. b. Melakukan persiapan pelaksanan bersama guru, pada kelas eksperimen guru diberikan pelatihan cara menggunakan media ICT. Pada kelas eksperimen digunakan pembelajaran berbasis ICT sedangkan, pada kelas kontrol dilakukan metode pengajaran yang biasa guru lakukan. c. Pada kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi terhadap proses belajar mengajar
67
pada dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol. d. Melakukan post test, untuk menilai scientific dan ICT Literacy, dan sikap sains. Sedangkan hasil kerja siswa, dilakukan penilaian portofolio. 3. Tahap Penyelesaian Tahap ini merupakan tahap pengolahan dan analisis data penelitian. Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes siswa, diolah dan dianalisis. Hasil temuan dalam penelitian dipaparkan dalam pembahasan, dan ditarik kesimpulan dari hasil temuan tersebut. I.
siswa di kelas eksperimen dan kontrol setelah dilakukan implementasi pembelajaran sains berbasis ICT. Peningkatan literasi sains dapat diketahui dari nilai N-Gain, yang disajikan pada Gambar 1.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil data Skor Gain dianalisis secara statistiK dengan menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 18.0 dengan tahapan sebagai berikut Uji N-Gain, Uji Normalisasi, Uji homogenitas data, serta uji t. Pada uji normalisasi digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan uji parametrik. Uji normalisasi yang digunakan adalah uji deskriptif skewness dan kurtosis, dengan batuan SPSS versi 18.0. Uji ini di lakukan untuk nilai tes awal, tes akhir, dan N-Gain, baik kelas kontrol maupun kelas eksperiemen. Pada uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis, sehingga diketahui perbedaan scientificliteracy Siswa. Pengujian uji I dilakukan berdasarkan hipotesis statistik berikut: Ho: Tidak terdapat perbedaan ratarata scientific literacy siswa di kelas eksperimen dan kontrol. H1: Terdapat pebedaan rata-rata scientific literacy siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terjadi peningkatan literasi sains PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
Gambar 1. Diagram N-Gain Scientific Literacy Siswa Berdasarkan Gambar 1, N-gain sains pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, walaupun masih dalam kriteria rendah. Sedangkan untuk sikap sains N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol dengan kriteria sedang. Perbedaan peningkatan literasi sains didukung oleh hasil uji beda rata-rata tes akhir kedua kelas penelitian yang membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan. Temuan yang dihasilkan berdasarkan hasil pengujian diatas secara umum terlihat bahwa setelah mengikuti pembelajaran sains berbasis ICT dapat meningkatkan scientific literacy siswa. Temuan tersebut sesuai dengan pendapat Suwondono (2008), dimana media berbasis ICT termasuk multimedia interaktif yang dapat mendorong proses belajar menjadi konkrit dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Sedangkan menurut Barton (2002) dalam Setiono (2009), penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep yang bersifat abstrak,
68
dan dapat meningkatkan motivasi pengguna media tersebut. Pada tes awal didapat data yang normal, perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Ini menyatakan bahwa pengetahuan awal setiap siswa adalah sama, walupun berada pada sekolah yang berbeda. Sedangkan pada test akhir, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Ini dapat diartikan bahwa setiap perlakuan akan memberikan efek yang lebih baik, namun ada yang efektif dan tidak, tergantung pada proses pembelajaran di kelas, seperti manajemen waktu yang tidak sesuai, media pembelajaran yang kurang tepat, atau proses pembelajaran yang tidak terarah. Data diatas menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis ICT lebih dapat meningkatkan scientific literacy siswa dibandingkan yang tidak berbasis ICT. Berikut pembahasan hasil penelitian dalam setiap aspek-aspek scientific literacy: 1. Aspek Konten
Gambar 2. Diagram Peningkatan N-Gain Aspek Konten Pada pembelajaran sains ICT di kelas eksperimen menyajikan tayangan mengenai konsep proses daur air melalui PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
animasi, gambar, dan video, hal ini membantu siswa dalam memahami dan dapat menjelaskan fenomena-fenomena ilmiah. Sedangkan untuk peningkatan inkuiri ilmiah didapatkan ketika siswa mencari informasi secara mandiri dengan menggunakan akses internet. Pada Gambar 2 menunjukkan peningkatan aspek konten yang lebih besar terjadi pada kelas ekperimen, di SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbasis ICT di sekolah dasar dapat meningkatkan aspek konten scientific literacy siswa. Hal ini dikarenakan media ICT dapat membantu konsep sains yang abstrak menjadi konkret. Pembelajaran sains berbasis ICT dapat meningkat aspek konten, ini sesuai dengan pendapat Adolphus, et., al. (2012), ICT merupkan akses cepat sumber belajar. Karena world wide web dapat digunakan kapanpun. Media berbasis ICT sebagai motivasi untuk belajar, dimana video, gambar, TV, multimedia software, yang dikombinasikan dengan tulisan, warna dan suara, dapat digunakan sebagai pendorong daya tarik bagi siswa. Dengan ICT, dapat digunakan sebagai media creative learning, sehingga mengurangi pembelajaran abstrak dan lebih relevan kepada situasi sehari-hari. Sehingga konten sain dalam konsep sain dapat diserap siswa. 2. Aspek Proses Sains Pada Gambar 3 dapat diihat N-Gain hasil penelitian aspek proses sains pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan scientific literacy siswa. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran berbasis ICT, siswa melakukan tugas mandiri untuk menggunakan pengetahuannya dalam tugas yang diberikan, ketika siswa diberikan tugas mencari informasi menggunakan internet mengenai proses daur, kegiatan manusia
69
yang dapat menggangu proses air, siswa menafsirkan fenomena-fenomena ilmiah yang didapatkan, sehingga dapat membuat kesimpulan, dan menjelaskan dan mengaplikasikannya.
Gambar 3. Diagram N-Gain Aspek Proses Scientific Literacy Melalui pembelajaran berbasis ICT ini membuktikan bahwa ICT dapat meningkatkan kemampuan siswa berinkuiri, menjelaskan penjelasan secara ilmiah, terampil dalam penggunaan bukti ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan mengidentifikasi isi-isu ilmiah. Proses sains ini merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti, serta menerangkan kesimpulan. Mengidentifikasi masalah merupakan salah satu proses sains, yang di dalam kompetensi ini menuntut peserta didik menggunakan bukti sehingga didapatkan suatu informasi ilmiah yang berguna bagi siswa. 3. spek Sikap Sains PadaGambar 4 penilaian indikator
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
aspek sikap sain hasil analisis terhadap skor rata-rata pada setiap aspek sikap sain, yang terdiri dari 3 kategori menunjukkan peningkatan yang lebih besar pada kelas ekperimen dibandingkan kelas Kontrol. Hal ini mendukung pada pengujian hipotesis Uji-t, terdapat perbedaan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis ICT.
Gambar 4. Diagram Rata-rata Aspek Sikap Sains Rata-rata sikap sains di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, hal ini di karenakan pada kelas eksperimen dilakukan pemutaran film pendek dimana film tersebut telah mengaitkan dengan isuisu soasial masyarakat kedalam masyarakat, sehingga siswa diberikan contoh riil, dimana ini akan berpengaruh pada sikap sains siswa. Karena media pembelajaran berbasis ICT ini termasuk multimedia, sehingga melibatkan semua indera siswa, sehingga menurut Diedrich (dalam Munir, 2010) pembelajaran A berbasis ICT, akan membentuk mental activities, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat
70
hubungan, dan mengambil keputusan. Dimana hal-hal tersebut merupakan unsur penting dalam sikap sains. Nilai rata-rata pada kelas kontrol SDN Melong Mandiri 1 rendah kemungkinan ini dikarenakan pada saat pembelajaran siswa menggunakan metode demonstrasi tidak melibatkan secara langsung siswa dalam berinkuiri, dan membuktikan fenomenafemenggali dukungan berinkuiri, bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan tertarik terhadap sains. Sedangkan pada kelas kontrol di SDN Melong Mandiri 2, sikap sains siswa menunjukkan nilai yang lebih besar daripada SDN Melong Mandiri 2, ini dikarenakan metode yang digunakan adalah praktikum sehingga siswa sudah dapat menunjukkan kebutuhan untuk proses logis dan ketelitian dalam menarik kesimpulan, dan bersikap terhadap fenomena-fenomena ilmiah. Sehingga dapat meningkatkan dukungannya terhadap inquiri sains, bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan tertarik terhadap sains. Berdasarkan penelitian setiap butir item NGain yang dihasilkan belum cukup tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Siswa hanya mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana (seperti nama, fakta, istilah, rumus sederhana), dan menggunakan pengetahuan ilmiah umum untuk menarik atau mengevaluasi suatu kesimpulan. Siswa diduga belum mampu menggunakan konsep ilmiah untuk melakukan prediksi dan menjelaskan konsep sains, belum
mampu mengenali pertanyaan yang dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah, belum mampu memilih informasi yang relevan dari sekian banyak data dan argumentasi yang digunakannya untuk menarik kesimpulan dari suatu fenomena sains. Setelah dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas yang berhubungan dengan scientific literacy, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menilai tingkat literasi sains siwa. Pertama, penilaian scientific literacy tidak ditujukan untuk membedakan seseorang literate atau tidak. Kedua, pencapaian scientific literacy merupakan prosesyang kontinu dan terus menerus berkembang sepanjang hidup manusia (Shwartz, 2006). II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan. Pembelajaran sains berbasis ICTdapat meningkatkan scientificliteracysiswa secara signifikan pada kedua sekolah dasar yaitu SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2. Penelitian ini juga didukung oleh peningkatan N-Gain pada setiap aspek scientificliteracy. Peningkatan scientificliteracy menunjukkan bahwa siswa sudah dapat berinkuiri ilmiah, menggunakan bukti ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dapat bersikap mendukung inkuiri sain, tertarik terhadap sains, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
* Eka Mustika adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45” Bekasi.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013
71
DAFTAR PUSTAKA Adolphus, et. al. (2012). ”Improving Scientific Literacy among Secondary School Student through Integration of Information and Communication Technology”. ARPN Journal Of Science and Technology. 2. (5) 444-448. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Katz, I. R. (2007) ETS Research Finds Colledge Students Fall Short In Demonstrating ICT Literacy. C&R News, 35-37.Tersedia: www.ets.org./ictlitercy/prelimfindings.html. Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan. Mc. Millan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research In Education. New York: Longman. Munir (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. OECD. (2011). PISA 2009 Result: Student On Line, VI, OECD Publishing: Paris. OECD-PISA. (2006). Science Competencies For Tomorrow’s World vol. 1 analysis. USA: OECDPISA. Oye, N.F, et. al. (2012). “ICT Literacy among University Academician: A case of Nigerian Public University”. ARPN Journal of Science and Technology. 2. (2). 98-110. Pernia. E. (2008), Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in The Asia-Pacific Region, Bangkok: UNESCO Bangkok, Asia and Pacific Regional Bureau for Education. Setiono. (2007). Berpikir Kritis. Tersedia: http://wordpress.com (20 Maret 2012). Shwartz, Y., et. al. (2006). “The Use Of Scientific Literacy For Assessment The Development Of Chemical Literacy Among High-School Student”. Journal of Chemistry Education Research and Practice. Suwondono. (2008). Model Pembelajaran MMI Gelombang Elektromagnetik Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampian Berpikir Rasional Siswa. Tesis pada PPS. UPI. Bandung.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 1, Februari 2013 72