PASAR NGASEM DIKENANG DALAM LUKISAN NARASI: PASAR BURUNG NGASEM hari itu benar-benar jadi dunia lain// Tak hanya ocehan burung yang terdengar bersahut-sahutan/ dan tak hanya pedagang dengan pengunjung pasar Ngasem yang mewarnai pasar tradisional yang berlokasi di situs budaya kraton Yogyakarta// Siang itu/ ocehan burung berbaur dengan suara musik yang disajikan secara live di salah satu rumah bekas tempat jual beli burung merpati// Di bawah tenda sederhana/ pengunjung dengan setia menikmati berbagai aliran musik yang disajikan secara bergantian// Di kawasan yang sama/ puluhan orang/ dari anak kecil hingga kakek-kakek/ tampak sangat serius melukis suasana di dalam pasar Ngasem// Bahkan tak tanggungtanggung// Pelukis kaliber dunia seperti Kartika Affandi terlihat baru saja selesai melukis/ sambil duduk di atas kursi roda// Pelukis yang karyanya bisa laku ratusan juta rupiah per lukisannya/ yakni Nasirun terlihat sedang melayani pertanyaan pengunjung sambil terus menyelesaikan lukisannya// Inilah ekspresi sebagian pelukis yang berhasil direkam apakabarjogja rbtv// =====visual para pelukis yang sedang in action===== Sementara itu/ ditengah ratusan orang yang berada di sekitar panggung musik/ pelukis gaek Joko Pekik juga terlihat berbaur dengan pelukis-pelukis lain setelah menyelesaikan karyanya// Jadilah pasar Ngasem dunia lain dari biasanya// Peristiwa langka yang hanya terjadi sekali di tempat ini/ adalah sebagai rangkaian persiapan boyong pedagang binatang piaraan/ yang akan dipindah ke lokasi baru/ pasar burung yang lebih gampang diingat dengan nama pasar burung Dongkelan// Lokasi pasar ini berada di dekat perbatasan Kota Yogyakarta dengan kabupaten Bantul/ dan hanya 200-an meter di sebelah utara perempatan ringroad selatan Dongkelan// Pasar burung Dongkelan dibangun dengan menelan biaya lebih dari 5 miliar rupiah// Persiapan kepindahannya memang sudah matang// lokasi baru sudah siap menampung 215 bakul burung dan satwa piaraan lain// Bahkan pedagang yang belum memiliki kartu tanda anggota pedagang pasar Ngasem pun bisa tertampung// Di pasar tradisional yang usianya lebih dari 100 tahun itu/ para pelukis itu memang tidak sedang berlomba// Bila lomba/ pastilah kelasnya tidak seimbang antara pelukis amatiran yang berhadapan dengan pelukis bertaraf internasional// Menyaksikan kiprah para seniman lukis memang menarik// Ada perupa yang dengan lincahnya meliak-liukkan telapak tanggannya yang sudah penuh dengan cat// Bagaikan penari/ pelukis itu melukis kain kanvas bukan dengan kuas/ melainkan dengan tangannya// Ada pula seniman yang melukis di bawah terik matahari/ dengan dikitari sangkar dan sepeda onthel butut// Ada lagi pelukis cilik yang juga tak beranjak dari terik matahari hampir dua jam lamanya// Hanifiana Kartika Sari/ murid kelas 5 SD Muhammadiyah Sleman/ terus menggoreskan kuas dan sesekali menorehkan cat ke kanvas dengan telunjuk tangannya// Hani/ panggilan akrab murid SD yang piawai melukis ini/
memang sejak kelas 2 sudah terlihat bakatnya// Olah orangtuanya kemudian dimasukkan dalam sanggar lukis// Merasa kurang variasi/ maka Hani minta berhenti melukis di sanggar// Hingga akhirnya didatangkanlah guru lukis ke rumahnya// Dan sejak kelas 3/ Hani sudah mulai sering mengikuti lomba// Selaku penanggungjawab gelar melukis di pasar Ngasem/ Kompi Setyono menilai acara ini berhasil karena diikuti oleh pelukis-pelukis senior Indonesia// Statement: Kompi Setyono (Penanggungjawab Melukis di PasarNgasem) Lukisan Ngasem menjelang boyongan ke Dongkelan tetap akan dapat dinikmati// Sebab/ ratusan karya seni tentanbg kehidupan pasar Ngasem akan dipamerkan di pasar baru Dongkelan secara periodik// Apalagi/ bila kelak pasar seni di bekas pasar Ngasem sudah terwujud// Pastilah kenangan pasar Ngasem dalam lukisan akan menjadi perhatian tersendiri bagi pengunjung// Selamat tinggal Pasar Ngasem// Kalau sudah terbang -------(pause)--------- ingat ekornya// Widi Nugroho / a -er - em / melaporkan untuk apakabarjogja / rbtv//
News reader : PASAR NGASEM DIKENANG DALAM LUKISAN PASAR BURUNG NGASEM hari itu benar-benar jadi dunia lain // Siang itu / ocehan burung berbaur dengan suara musik yang disajikan secara live di salah satu rumah bekas tempat jual beli burung merpati // Di kawasan yang sama/ puluhan orang/ dari anak kecil hingga kakek-kakek / tampak sangat serius melukis suasana di dalam pasar Ngasem // tak tanggung-tanggung / Pelukis kaliber dunia seperti Kartika Affandi dan Nasirun joko pekik turut turut meramaikan ///
PULO CEMETI Ketika pertama kali mendengar orang menyebut ‘Pulo Cemeti’, Anda mungkin berpikir itu merupakan sejenis pulau yang bernama Cemeti. Kenyataannya tidak demikian. Pulo Cemeti adalah peninggalan budaya berbentuk bangunan runtuh yang terletak di belakang Pasar Ngasem. Karena tinggi, saat ini orang-orang menggunakannya untuk melihat keindahan kota Yogyakarta. Anda tinggal menaiki tangganya dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah. Anda juga bisa menikmati matahari terbit dan terbenam sambil ditemani oleh angin sepoi-sepoi. Pulo Cemeti adalah tempat wisata peninggalan sejarah budaya berbentuk bangunan runtuh yang letaknya di belakang Pasar Ngasem. Masyarakat sekitar ataupun wisatawan sering menggunakan Pulo Cemeti untuk melihat keindahan kota Yogyakarta, karena tempatnya cukup tinggi. Anda tinggal menaiki tangga di Pulo Cemeti dan akan terpana bahwa Anda bisa menyaksikan banyak tempat dari atas. Sangat indah lagi jikalau Anda juga menikmati matahari terbit dan terbenam dari atas Pulo Cemeti ini.
Melihat Yogya dari "Pulo Cemeti" Friday, 19 September 2008 17:07 administrator
Wisatawan dari India sedang menikmati Yogya dari atas Pulo Cemeti YOGYAKARTA – Ada sebuah bangunan bersejarah yang unik di Yogya. Namanya, 'Pulo Cemeti', sebuah benteng peninggalan yang dibangun tahun 1765. Secara geografis, letak benteng 'Pulo Cemeti' sendiri sejajar dengan ini Gunung Merapi dan Pantai Selatan. Lebih tepatnya terletak di kawasan Tamansari, sekitar 20 menit dari Malioboro. Dari 'Pulo Cemeti' kita dapat melihat keindahan kota Yogya dari atas. Selain panorama Yogya, Anda juga dapat melihat aktivitas pasar hewan Ngasem. Dan, jika cuaca cerah Anda akan disuguhi indahnya matahari terbenam di ufuk barat. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung di tempat ini. Di bulan Ramadhan seperti saat, banyak orang yang ngabuburit (menunggu datangnya waktu berbuka-red). “I love this place, with a good people (saya menyukai tempat ini dan orang-orangnya yang baik serta ramah),” ucap Ashyizs wisatawan India yang ditemui N-News (19/9). Untuk sampai di 'Pulo Cemeti', tidaklah sulit. Dari Stasiun Tugu Yogyakarta, Anda dapat naik andong maupun becak. Ongkosnya sekitar Rp10 ribu. Jika dari Terminal bus Giwangan, Anda dapat naik Bus Kota jalur 5 membayar Rp 2.500 saja, dan turun pasar hewan Ngasem. Dari Ngasem, Anda tinggal berjalan kaki saja sambil melihat-lihat kawasan pemandian Tamansari serta masjid "Sumur Gemuling" yang di bawah tanah. Seluruhnya masih satu komplek dengan Pulo Cemeti. Cobalah sesekali datang ke 'Pulo Cemeti'. danar wulandari
Ngasem, Pasar Burung Tertua di Yogyakarta Berkelana ke Pasar Ngasem bisa dikatakan keharusan setelah mengunjungi Kraton Yogyakarta. Selain karena lokasinya yang hanya 400 meter barat Kraton, juga karena pasar ini akan memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi di masa kerajaan dahulu. Setelah kuda sebagai alat transportasi dan keris sebagai senjata, burung ada di tempat ketiga sebagai pengukur status sosial. Pasar Ngasem menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pecintanya. Sebuah bukti berupa foto menunjukkan bahwa Pasar Ngasem dengan barang dagangan utamanya berupa burung telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tak jauh dari Kraton dimaksudkan agar para bangsawan mudah mengaksesnya. Sekitar tahun 1960-an, pasar ini semakin identik dengan burung setelah pedagang burung dari pasar Beringharjo dipindahkan ke tempat ini. Bukan hal mengherankan bila banyak turis menyebut pasar ini dengan bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.
Areal jual beli burung dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Burung perkutut yang dahulu laris dibeli para bangsawan hingga kini masih menjadi salah satu barang dagangan utama pasar ini. Jenis lain yang laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Burung yang jarang dibeli namun cukup menarik adalah burung hantu yang anakannya dijual Rp 35.000,-. Salah satu kios burung bahkan menjual burung elang yang kini telah terjual seharga Rp. 350.000,-. Selain binatangnya, kios burung juga menyediakan perlengkapan pemeliharaan seperti kandang dan pakan. Pasar Ngasem memiliki nuansa berbeda dengan pasar burung lain. Di pasar ini, pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga pertunjukan yang digelar oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan keahlian burung dara untuk terbang kembali ke kandang dan adu kemerduan suara berbagai macam burung. Dari pertunjukan itulah biasanya ada calon pembeli yang merasa tertarik dan kemudian rela membayar berapa pun harganya. Penjual kadang juga mau mengajari melatih burung agar dapat berkicau atau sekedar bercakap-cakap tentang cara memelihara burung. Kalau mau berkeliling, anda juga akan mengetahui bahwa Ngasem tak hanya menjual burung, tetapi juga binatang lain. Berbelok ke kanan dari areal penjualan burung, akan dijumpai kios pedagang ular. Menurut penjualnya, ular yang dijualnya langsung ditangkap dari habitatnya. Jenis ular yang dijual mulai dari ular air hingga kobra dan phyton. Bila ingin melihat, penjual akan mengambil peliharaannya agar pembeli dapat melihat detailnya. Selain ular, kios itu juga menjual berbagai reptil seperti iguana dan penyu. Seekor iguana kecil dijual dengan harga Rp 75.000 sementara bila telah besar harganya mencapai ratusan ribu. Menuju bagian barat pasar, anda akan menjumpai kios yang menawarkan ikan hias. Jenis ikan dan harganya bervariasi. Ikan hias kecil yang suka berkoloni dijual dengan harga Rp. 1000 per ekor. Ikan hias lain yang dijual adalah arwana dan lou han yang dijual seharga ratusan ribu. Perlengkapan pemeliharaan ikan juga banyak dijual. Mulai dari akuarium dengan berbagai bentuk, karang-karangan, tanaman hias untuk akuarium, dan pakan ikan. Beberapa kios juga menyediakan jasa untuk set up pemeliharaan ikan laut. Selain ikan, burung, dan ular, binatang peliharaan lain yang dijual adalah anjing, kucing, musang, berbagai jenis ayam hingga kelici dengan berbagai warnanya. Salah satu kios juga menjual mencit dengan satu set tempat peliharaannya yang didesain sebagai arena bermain sehingga pembeli dapat menikmati tingkah mencit layaknya sirkus. Di bagian tengah pasar, terdapat pedagang yang menjual jangkrik. Biasanya, jangkrik dibeli para pecinta burung untuk pakan dan anak sekolah yang ingin mendengarkan suaranya. Kalau lelah atau pun lapar, seperti pasar tradisional lainnya, Ngasem juga menyediakan jajanan pasar. Salah satu jajanan yang khas adalah jenang gempol (terbuat dari bulatan berbahan dasar tepung beras yang berasa gurih dipadu dengan kuah dari santan dan sirup gula jawa yang manis) yang penjualanya bisa dijumpai di bagian depan pasar. Jajanan lain adalah getuk, lupis, thiwul, dan gatot. Di sebelah kios penjual burung juga tersedia warung-warung makan yang menjual soto dan nasi rames. Penjelajahan ke Pasar Ngasem akan menjadi menyenangkan tentunya.
Pasar Ngasem, Pasar Burung Tertua 13/11/2005 10:39 Burung telah lama menjadi salah satu hobby dan lambang keberadaan seseorang dalam adat Jawa. Bahkan memiliki burung sebagai perlambang hobby telah disejajarkan dengan kepemilikan kuda sebagai alat transportasi, keris sebagai alat pertahanan, wisma sebagai rumah, dan wanita sebagai lambang kehidupan dan penghidupan. Kelimanya adalah syarat untuk menjadi priyayi. Kebutuhan akan burung inilah yang agaknya menjadi sebab utama didirikannya pasar burung Ngasem. Letaknya yang masih di dalam lingkup kraton, tepatnya sekitar 400 meter di sebelah barat dari Kraton Jogja, memudahkan para priyayi pada masanya untuk dapat membeli burung di pasar ini. Awal berdirinya pasar Ngasem sendiri tidak diketahui secara pasti, namun sebuah foto dari tahun 1809 telah membuktikan bahwa keberadaan pasar Ngasem ini sendiri sudah ada jauh sebelum foto itu diambil. Sekitar tahun 1960an, pasar burung yang berada di wilayah pasar Bringharjo dipindahkan ke pasar Ngasem, mengakibatkan perkembangan pasar Ngasem yang menjadi semakin luas. Sebenarnya Pasar Ngasem tak hanya menjual burung, berbagai hewan peliharaan, seperti ikan hias, reptil, dan kucing, dapat ditemui dalam pajangan di Pasar Ngasem. Berbagai perlengkapan untuk pemeliharaan hewan-hewan tersebut juga diperdagangkan di Pasar Ngasem. Namun memang prosentase terbesar hewan dagangan yang dijual adalah berbagai jenis burung, mulai burung lokal hingga burung hasil penangkaran burung mancanegara. Letak Pasar Ngasem yang berhimpitan dengan Tamansari memberikan keuntungan tersendiri bagi pasar ini. Tak hanya penggemar burung, banyak juga turis yang menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan melihat-lihat Pasar Ngasem sebelum mereka mengunjungi Tamansari. Pasar Ngasem yang terletak di area kampung Taman ini buka dari jam 9.00-16.00 WIB.(ind)
Boyongan Pasar Ngasem Akan Digelar Joko Widiyarso - GudegNet
Sebagai salah satu upaya untuk mengabadikan Pasar Burung Ngasem sebelum direlokasi, Komunitas Kampoeng Boedaja Taman Sari akan menggelar 'Boyongan Pasar NgasemBird Market Farewell Party (Solidarity and Empathy Event). Rencananya, kegiatan ini akan dilakukan dengan cara melukis wujud fisik Pasar Burung Ngasem untuk terakhir kalinya sebelum nantinya dipindahkan ke lokasi yang baru di kawasan Busa Agro Jogja (BAJ) Dongkelan pada 7 April mendatang. Menurut Ketua Penyelenggara kegiatan, Kompi Setyoko, kegiatan tersebut akan diisi dengan lomba melukis pasar burung Ngasem untuk anak pada 28 Maret 2010 dan lomba melukis serta membatik pasar burung Ngasem untuk umum dan seniman pada 11 April 2010. "Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan sudut-sudut dan suasana pasar burung Ngasem sebelum dibongkar. Ini adalah usaha untuk mengenang kembali dalam ingatan kita bahwa dalam perjalanan sejarah kota Yogyakarta khususnya wilayah jeron Beteng itu pernah hadir sebuah pasar dengan segala keunikan dan kekhasan," ujarnya di Water Castle Cafe, Rabu (24/3). Ditambahkannya, pada tanggal 22 April nanti juga akan dilaksanakan kirab pedagang yang membawa simbol burung beserta kandang dan makanan pelengkapnya. "Sekitar 300 orang pedagang akan berjalan dari pasar Ngasem menuju lokasi pasar yang baru. Ini menunjukkan wajah-wajah dari pedagang yang akan pindah lokasi tetapi tanpa menimbulkan keributan," tuturnya. Sementara itu, 10 karya terbaik dalam lomba melukis anak nantinya akan menjadi dokumentasi komunitas kampoeng boedaja Taman Sari untuk disandingkan bersama karya seniman Taman Sari. Waktu pendaftaran lomba akan dibuka mulai 22-26 Maret 2010 dengan peserta dibatasi 100 orang. "Sehingga harapannya, nanti ada atau tidak ada pasar Ngasem,
suasana budaya tetap akan terasa disini dengan diabadikannya karya mereka," pungkasnya.
Berikut ini penjelasan Ketua Panitia Bantul Expo 2008/ Drs Bambang Legowo MSi/ yang juga Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Bantul/ sebagaimana dituturkan kepada Reporter Apa Kabar Jogja RBTV// Statement: Drs Bambang Legowo (Ketua Penyelengtgara Bantul Expo 2008) “Blalalala…………….lalalalalala…………….lalalalala” Tim Apa Kabar Jogja RBTV melaporkan//
Namun dalam perkembangannya/ Jogjakarta seakan-akan menjadi sebuah bandul yang terus terayun kekiri dan ke kanan/ terombang-ambing tak menentu nasibnya// Akan dikemanakan Jogjakarta?/ Masihkah menjadi daerah istimewa ataukah disamakan dengan daerah lain?/ tak banyak orang tahu// Bola panas kini masih bergulir di pusat// Para wakil rakyat di provinsi Jogjakarta pun kebingungan// Gubernur DIY ditetapkan ataukah dipilih// Padahal sejauh ini/ rakyat terus mendesak/ Gubernur dan Wakil Gubernur dipangku Sultan dan Pakualam/ seiring dengan keistimewaan yang sudah tak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah bangsa// Ketika berlangsung acara Jalan Sehat Mubeng beteng Janur Kuning bulan Maret lalu/ terjawab sudah/ bahwa ketidaksediaan menjadi gubernur adalah sebuah manuver politik/ supaya ada kepastian tentang undangundang untuk DIY// Karena makin tidak ada kejelasannya itulah/ Partai Golkar DIY terus melakukan gerakan untuk mengetahui secara pasti/ apa yang dimaui kawulo Ngayogyakarto Hadiningrat// Tanggal 1 Juni mendatang/ bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila/ Golkar DIY akan menggelar acara kolosal/ bertajuk/ Kawulo mataran Maneges Sultan// MARYADI / YOGI / APA KABAR JOGJA RBTV//
Balai Diklat PU Wilayah III/ adalah unit pelaksana teknis di bidang pendidikan dan pelatihan pegawai/ yang berada di bawah pembinaan Pusdiklat Pegawai dan Badan Pengembangan Sumber daya manusia Departemen Kimpraswil// Balai Diklat PU Wilayah III ini mempunyai wilayah layanan di Propinsi DIY dan Jawa Tengah// Balai Diklat PU Wilauah III ini mengemban tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai di bidang ke PU an dengan fungsi menyusun rencana program dan diklat pegawai/ Penyelenggaraan/ pengadaan media dan bahan/ menyelenggarakan diklat / mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan setiap bidang di dalam tugas-tugas ke-PU-an// Apa dan bagaimana Balai Diklat PU ini berkiprah/ berikut petikan wawancara khusus APA KABAR JOGJA dengan Kepala Balai Diklat PU Wilayah III/ Ir Achmad Husni Thamrin, MMT// Maryadi / Fiant melaporkan untuk APA KABAR JOGJA RBTV//