Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
61
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 SUKOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESETER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Paryono SD Negeri 3 Sukorejo, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI setelah guru menerapkan pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Lokasi penelitian tindakan ini adalah Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VI Semester I Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran; (2) Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi peningkatan prestais belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu nilai rata-rata siswa sebelum siklus 65,48 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 54,84%, pada siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi sebesar 71,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 67,74% dan pada akhir siklus II tercapai ketuntasan sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata sebesar 87,42. Kata kunci: pendekatan konstruktivisme, matematika, kelas VI
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1984). Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri pebelajar (siswa). Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984). Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa Learning in the process by wich an activity oreginiles or is changed trough responding to a situation provided the changed can not be attributed
to growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena obatobatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan
62
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
secara sadar, baik itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan, dan perubahan tesebut dilakukan secara berkesinambungan. Prestasi belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, dan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Menurut Hamalik (2001), prestasi belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) keterampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10) sikap. Dari beberapa pendapat tentang konsep prestasi belajar tersebut, maka prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar. Adapun penjabarannya sebagai berikut. Minat belajar, berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan aktivitas. Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu: minat sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah kecenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Minat belajar adalah suatu dorongan atau keinginan individu dalam hal ini siswa, sebagai upaya untuk mencapai prestasi belajar yang dilakukan. Membangkitkan minat belajar pada siswa sulit dilaksanakan bila proses belajar hanya menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, yang mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar (Sukmadinata, 2001). Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka pendek) dan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan minat belajar siswa secara menetap
(jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pembelajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar. Woodworth (1951) mengatakan bahwa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan prestasi belajar yang diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, dan nilai dan sikap. Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, dan nilai dan sikap. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan prestasi belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2)
Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Landasan berpikir pendekatan konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Pendekatan Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2003). Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan Konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pendekatan konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Prinsip pendekatan konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal ini bukanlah pengalaman orang lain yang diabstraksikan dan dikumpulkan dalam sebuah buku, tetapi pengalaman langsung yang dilakukan sendiri. Pengalaman itu selanjutnya harus diikuti dengan analisis dan refleksi. Jonassen yang dikutip oleh Fahrurrazy (2000) menyatakan bahwa dalam pandangan pendekatan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau
63
sekurang-kurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai implikasinya Pendekatan Konstruktivisme lebih menekankan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyekobyek dan peristiwa penting. Sesungguhnya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan, namun pada kenyataan implementasinya pada kelas-kelas pendidikan di Indonesia masih mempunyai banyak kendala. Bagi guru kendala-kendala yang ditemui diantaranya: (1) Guru-guru SD adalah tenaga pendidik yang telah melakukan proses pembelajaran bertahun-tahun dengan pendekatan tradisional. Guru akan kesulitan untuk mengubah pendekatan pembelajarannya dengan pembelajaran yang baru; (2) Pendekatan konstruktivisme memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah konsep, sedangkan sistem pendidikan menuntut terselesainya target kurikulum; (3) Guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dan berwawasan luas, namun kondisi perekonomian guru dan tingkat pendidikan membatasi akses guru, utamanya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi; (4) Pendekatan Konstruktivisme menuntut adanya perubahan sistem evaluasi, sedangkan sistem pendidikan Indonesia masih mempergunakan sistem evaluasi yang tradisional; (5) Guru telah terbiasa dengan kurikulum terkontrol sedangkan pendekatan konstruktivisme memerlukan kurikulum yang fleksibel. Dari beberapa kendala pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut, diharapkan mampu diatasi oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan konstruktivisme tersebut. Zamroni (1999) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya: (1) murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran, (2) proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu
64
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
masuk akal, (3) interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya, (4) kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan. Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme, yang meliputi: (1) pemanasan apersepsi, (2) eksplorasi, (3) konsolidasi pembelajaran, (4) pembentukan sikap dan perilaku, dan (5) penilaian formatif. ALOKASI WAKTU PEMANASAN-APERSEPSI Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman ↓ EKSPLORASI Mengaitkan pengetahuan anak dengan materi ↓ KONSOLIDASI PEMBELAJARAN Negoisasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru ↓ PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku ↓ PENILAIAN FORMATIF
→
5-10%
→
25-30%
→
35-40%
→
10%
→
10%
Gambar 1 Bagan Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme
Berdasarkan bagan tersebut di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: (1) Pemanasan apersepsi, meliputi: (a) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, (b) motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa, dan (c) siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru; (2) Eksplorasi, meliputi: (a) materi/ keterampilan baru diperkenalkan, (b) kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa, dan (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan materi baru; (2) Konsolidasi Pembelajaran, meliputi: (a) libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru, (b) libatkan
siswa secara aktif dalam problem solving, (c) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/ kehidupan di dalam lingkungan, dan, (d) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa; (3) Pembentukan Sikap dan Perilaku, meliputi: (a) siswa didorong untuk menerapkan konsep/ pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, (b) siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari, dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa; (4) Penilaian Formatif, meliputi: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa, (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, dan (c) cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Matematika timbul karena pikiranpikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu Matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queenn science) maksudnya antara lain ialah bahwa Matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama. Disini penulis mengambil contoh pada geometri bidang, pada giometri bidang itu terdapat unsur-unsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak didefinisikan.
Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
Dengan kata lain hanya mampu memberikan penjelasan misalnya “titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran Panjang, luas, isi atau berat, “yang juga belum jelas”. Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita definisikan itu di buat suatu asumsi-asumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu pernyataan dasar dalam Matematika tidak disangsikan kebenarannya karena kebenarannya tidak di sangsikan lagi. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau postulat disusunlah teori-teori atau dalil-dalil yang benar (dapat di buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan keunsurunsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum. Karena itu Matematika sering disebut ilmu deduktif. Obyek langsung dalam Matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topiktopik dalam Matematika tidak dapat sembarangan. Topik-topik dalam Matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis. Di samping itu setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan di fahamkannya juga. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga
65
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Sukorejo Gandusari Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok pengerjaan hitung campuran yang disampaikan oleh guru; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan pendekatan konstruktivisme. METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah guru kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu tepatlah bahwa kedudukan peneliti sebagai guru kelas. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru Kelas VI, serta siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
66
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982). Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa prestasi belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang di dalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengklasifikasian, dan (3) menyimpulkan dan memferivikasi. Dan kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian. HASIL PENELITIAN Implementasi pendekatan konstruktivisme memiliki peran yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkat motivasi
dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/ 2014. Paparan data ini diperoleh dari kegiatan pengamatan dan observasi peneliti bersama mitra guru selama kegiatan penelitian berlangsung. Catatan-catatan prestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk hasil evaluasi yang dilakukan akhir kegiatan setiap siklus. Refleksi Awal Dalam penelitian ini, peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kelas VI yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran Matematika. Perencanaan Peneliti berkolaborator dengan mitra guru merancang rencana tindakan pada siklus I, yaitu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi siswa, mempersiapkan lembar observasi guru, mempersiapkan lembar penilaian, dan mempersiapkan lembar evaluasi. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model belajar konstruktivisme, peneliti diskripsikan dalam langkah-langkah berikut ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas, membentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara
Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan; (c) Kegiatan akhir: guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu. Pengamatan Siklus I Berdasarkan observasi di Kelas VI dapat direkam hal-hal sebagai berikut. (1) Bagi Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa-siswi tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi ada/lah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunkasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh prosentase rata-rata sebesar 64,29 dan termasuk dalam kategori aktivitas cukup baik; (2) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut. (a) guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok, (b) materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan, (c) guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar, (d) akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 71,43% dan termasuk dalam kriteria cukup baik.
67
Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme berdampak positif terhadap minat belajar bidang studi Matematika, sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bidang studi matematika pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran. Dalam penelitian tindakan ini, minat belajar siswa dapat didiskripsikan melalui keaktifan kegiatan siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila siswa aktif dalam kegiatan belajar, dipastikan bahwa minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran itu lebih besar. Demikian juga sebaliknya. Sedangkan prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh nilai hasil evaluasi setiap akhir kegiatan (akhir siklus). Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus I, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (diskusi kelas) dengan pendekatan konstruktivisme yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut. Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Siklus I No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Siswa
Resti Mei Tanti Lanna Rizki Nur Fajar Sylvia Eka Hari Setyo Wisnu Taurenz Yudho Susanto Ade Dea Maulidina Anissa Fitriani Aprilia Safira Hastiti Avy Adi Nadia Tulloh Bagus Angi Saputro Elva Trisetiana Erika Riza Anggoyan Nurdianti
Nilai
% Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas
80 70 80
T T T
-
60
-
TT
90 60 80 80 90 70
T T T T T
TT -
80
T
-
68
No
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Nama Siswa
Guntur Adi Pratama Ibnu Ubaidilah Ahmad Lutfi Ahmad Fathoni Marhaindra Maulana Diwirya Mellynia Mega Arinda Muhammad Wildan Nasrulloh Nanda Putri Sholikhah Nur Akhmalia Ossa Nadila Ulua Puspa Wulan Agustin Salsabila Nur Imaniya Azka Nadzi Rotul Faizah Naopa Sutianingsih Purba Asti Wulandari Suhendra Adrias Dwi Prasetyo Dendi Medianto Holif Nurhabibah Lena Novitasari Riska Wahyu Novalia Sari Jumlah Rata-Rata
Nilai
% Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas
70 80 60
T T -
TT
70
T
-
80
T
-
50
-
TT
80 60 80 70 80
T T T T
TT -
70
T
-
60
-
TT
60 80 50 60 60 80
T T
TT TT TT TT -
80
T
-
2220 71.61
21 67.74
10 32.26
Selanjutnya peneliti distribusikan prestasi belajar siswa di atas pada Tabel 3. Tabel 2 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I Prestasi Belajar Responden Frekwensi Baik Sedang Kurang Siswa 31 2 19 10 Prosentase 6.45 61.29 32.26
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih terpengaruh oleh strategi konvensional (ceramah) dalam artian komunikasi satu arah yang disampaikan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Dari data observasi aktivitas siswa diperoleh prosentase keaktifan 64,29%. Dari hasil prosentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mulai menunjukkan aktivitas yang berarti. Di samping itu, dari hasil evaluasi Siklus I dapat diketahui bahwa adanya peningkatan prestasi belajar
siswa dari sebelum siklus. Untuk hasil evaluasi Siklus I ini siswa yang memperoleh hasil evaluasi baik ada 2 siswa dengan prosentase 6,45%, yang tergolong sedang ada 19 siswa dengan prosentase 61,29%, sedangkan prestasi belajar tergolong kurang 10 siswa dengan prosentase 32,26%. Refleksi Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mulai nampak terlihat ada peningkatan dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak mengalami kesulitan (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai. Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Trenggalek, akan dijabarkan lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Adapun paparan penjabaran hasil dari kegiatan pada siklus II ini adalah sebagai berikut: (a) Rencana Perbaikan Tindakan, berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus berukutnya adalah sebagai berikut: kepala sekolah lebih intensif dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada guru kelas VI agar mampu menguasai metode pembelajaran secara maksimal, serta agar dapat menjadi fasilitator dan motivator pembelajaran secara merata, guru agar lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,
Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
guru agar mampu memotivasi siswa khususnya siswa dengan kemampuan sedang dan rendah untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Kegiatan Siklus II Perencanaan Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah dengan perbaikan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama mitra guru pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan Tindakan Diksripsi dari proses pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru member motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas, membentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan; (c) Kegiatan akhir: guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu. Pengamatan Berdasarkan paparan data kegiatan siklus II, maka diperoleh peningkatan prtestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme.
69
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus II, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konstruktivisme yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut. Tabel 3 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Siswa
Resti Mei Tanti Lanna Rizki Nur Fajar Sylvia Eka Hari Setyo Wisnu Taurenz Yudho Susanto Ade Dea Maulidina Anissa Fitriani Aprilia Safira Hastiti Avy Adi Nadia Tulloh Bagus Angi Saputro Elva Trisetiana Erika Riza Anggoyan Nurdianti Guntur Adi Pratama Ibnu Ubaidilah Ahmad Lutfi Ahmad Fathoni Marhaindra Maulana Diwirya Mellynia Mega Arinda Muhammad Wildan Nasrulloh Nanda Putri Sholikhah Nur Akhmalia Ossa Nadila Ulua Puspa Wulan Agustin Salsabila Nur Imaniya Azka Nadzi Rotul Faizah Naopa Sutianingsih Purba Asti Wulandari Suhendra Adrias Dwi Prasetyo Dendi Medianto Holif Nurhabibah Lena Novitasari Riska Wahyu Novalia Sari Jumlah Rata-rata
Nilai
% Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas
70 90 100 100
T T T T
-
80 100 100 90 80 70 80
T T T T T T T
-
80 100 80 60
T T T -
TT
100 60
T -
TT
80 100 90 80 90 80
T T T T T T
-
90
T
-
100 100 80 100 90 90 100
T T T T T T T
-
2710 87.42
29 93.55
2 6.45
70
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Selanjutnya peneliti tampilkan distribusi prestasi blajar siswa pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II Prestasi Belajar Responden Jumlah Baik Sedang Kurang Siswa 31 18 11 2 Prosentase 58.06 35.48 6.45
Pada sikklus II tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar lebih baik dibanding pada siklus I. Hal ini dapat prosentase keaktifan 82,14%. Dari hasil prosentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar sudah menunjukkan aktivitas yang berarti. Di samping itu, dari hasil evaluasi Siklus I dapat diketahui bahwa adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada Siklus II ini. Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh hasil evaluasi baik ada 18 siswa dengan prosentase 58,06%, yang tergolong sedang ada 11 siswa dengan prosentase 35,48%, sedangkan prestasi belajar tergolong kurang 2 siswa dengan prosentase 6,45%.
93,55
100,00
87,42
90,00 80,00 70,00 60,00
Refleksi Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas dan prestasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, (2) sebagian besar siswa lebih cepat memahami dan mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) sebagian besar siswa ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa dalam belajar mempermudah pencapaian tujuan yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan grafik perkembangan belajar siswa pada Gambar 1.
71,61 65,48
67,74
54,84 NILAI RATA-RATA
50,00
KETUNTASAN
40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 SEB. SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa
Paryono, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Pendekatan Konstruktivisme...
Proses Penganalisis dan Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dalam penelitian ini refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan tim peneliti adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (I) analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan. Berdasarkan paparan data tersebut, maka dapat penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (1) Pendekatan Konstruktivisme memiliki dampak siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga motivasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014, dalam kegiatan belajar mata pelajaran Matematika mengalami peningkatan yang berarti; (2) Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Karena itulah dalam Pendekatan Konstruktivisme, kegiatan belajar mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami siswa. Agar siswa aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi yang kondusif, sehingga materi pelajaran selalu tampak menarik dan tidak membosankan; (3) Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan
71
belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika. Namun yang perlu dicatat, bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, baik itu lingkungan belajar, maupun kemampuan masing-masing individu; (4) Hal yang perlu diingat dalam penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (a) pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal ini harus segera ditanggulangi; (5) Pendekatan Konstruktivisme, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Sehingga pendekatan konstruktivisine yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu rneningkatkan aktivitas, dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. Dari hasil refleksi tersebut, hasil penelitian tindakan ini perlu kiranya ditingkatkan lagi pelaksanaanya dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dihasilkan kualitas pendidikan yang bermutu. Berdasarkan pada pembahasan rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini, menunjukkan bahwa Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dimaksudkan untuk: meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan prestasi siswa Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang
72
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
terjadi pada individu, maka perubahanperubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 3 Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran; (2) Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu nilai rataDAFTAR RUJUKAN Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengujar. Jakarta: PT Bumi Aksara Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta Nasution, S. 2001. Metode Penelilian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
rata siswa sebelum siklus 65,48 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 54,84%, pada siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi sebesar 71,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 67,74% dan pada akhir siklus II tercapai ketuntasan sebesar 93,55% dengan nilai rata-rata sebesar 87,42. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti kebenarannya. Saran Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif. Minat belajar siswa dapat dimunculkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Pendekatan Konstruktivisme merupakan salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh peneliti. Dengan harapan bila motivasi belajar siswa meningkat dimungkinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.
Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sukirin. 1984. Psikologi Belajar. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta Winkel, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Woodworth, R., 195 1. Psichology. New York: Henry Holt & CO Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalarn Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertarna. Malang: Bayu Media Publishing