PANDUAN PRAKTIKUM
PEMASARAN
Disusun Oleh : Novita Erma Kristanti,STP,MP Moh. Wahyudin, STP,M.Sc
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016
1
PENDAHULUAN Praktikum Pemasaran (1 SKS) pada semester genap ini dirancang untuk menunjang komponen mata kuliah pemasaran pada program S1 Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP), Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Praktikum Pemasaran penting diberikan kepada mahasiswa program S1 Jurusan TIP sebagai bekal lulusan nantinya dalam aplikasi didunia industri maupun usaha, terutama yang berkaitan dengan aspek pemasaran. Praktikum pemasaran yang disusun dalam 4 acara praktikum yang terdiri dari pemilihan produk dan penetuan segmentas, targeting dan positioning suatu produk, selanjutnya adalah survey pasar yang diawali dengan pra survey melalui langkah pembuatan kuesioner, penyebaran kuesioner dan pengolahan data menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu praktikan diberikan materi ini sebagai dasar dan mengetahui bagaimana cara melakukan riset terhadap pasar, sensitive terhadap lingkungan pasar. Keseluruhan acara dan materi praktikum terdiri dari: A. Acara praktikum ACARA I
PEMILIHAN PRODUK DAN PENENTUAN SEGMENTASI, TARGETING DAN POSITIONING
ACARA II
PRA SURVEY (KUESIONER)
ACARA III
SURVEY LAPANGAN (PENYEBARAN KUESIONER)
ACARA IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
(UJI VALIDITAS dan
RELIABILITAS) B. Presentasi C. Laporan Resmi (individu)
2
TATA TERTIB DALAM PELAKSANAAN PRAKTIKUM PEMASARAN 1.
Praktikan wajib hadir tepat waktu dan mengisi daftar hadir yang telah di sediakan.
2. Bila terlambat, maka praktikan akan mendapatkan sangsi, yakni:
Keterlambatan
5 menit
dipersilahkan untuk mengikuti
pretest tetapi tidak ada penambahan waktu dan masih diperkenankan untuk mengikuti praktikum.
Keterlambatan 10 menit tidak diperkenankan untuk mengikuti pretest tetapi diperkenankan untuk mengikuti praktikum.
Keterlambatan 15 menit tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum dan dianggap gugur.
3. Praktikan harus mengikuti semua acara praktikum tanpa terkecuali. Ketidakhadiran pada salah satu acara praktikum berakibat praktikan dianggap gugur. 4. Praktikan harus memakai pakaian sopan dan rapi, dan tidak diperkenankan memakai sandal maupun kaos oblong. 5. Selama praktikum, praktikan dilarang merokok, makan ataupun minum. 6. Selama praktikum, praktikan diwajibkan menjaga sopan santun dan kebersihan ruang praktikum. 7. Praktikan wajib membuat laporan resmi secara individu dan laporan sementara secara kelompok.
8. Praktikan dilarang melakukan kecurangan dalam pembuatan laporan seperti copy paste. 9. Praktikan yang terbukti melanggar tata tertib ini dan atau berlaku curang akan dikenakan sangsi paling berat, dinyatakan tidak lulus.
3
TATA CARA PENYUSUNAN LAPORAN A. Laporan Sementara Lembar laporan sementara berisi pokok-pokok hasil diskusi. B. Laporan Akhir / Laporan Resmi Laporan praktikum terdiri dari halaman sampul dan halaman isi. Penulisan halaman pada laporan adalah sebagai berikut: 1. Halaman Sampul (cover) :
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMASARAN
2. Halaman Isi 2. Halaman Isi
Disusun Oleh: Nama NIM Kelompok Co.Ass
:……….…. :………….. :………….. :…………..
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
4
2. Halaman Tiap Acara (Cover)
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMASARAN Acara …. …………………………
Disusun Oleh: Nama NIM Kelompok Hari/Tanggal Waktu (Jam) Tempat Co.Ass
:……….…. :………….. :………….. :………….. :……….…. :………….. :…………..
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
5
C. Naskah Penyusunan Laporan I.
Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Praktikum (meliputi tujuan dari acara 1,2 dan 3)
II.
Landasan Teori
III.
Prosedur Praktikum (terdiri dari prosedur acara 1,2 dan 3)
IV.
Hasil dan Pembahasan (hasil: isi dari laporan sementara)
V.
Kesimpulan & Saran
Daftar Pustaka (minimal 4) Lampiran (berupa fotocopy laporan sementara yang sudah di acc asisten) D. Tata Penulisan
Menggunakan Font Times New Roman, Font Size 12, Spasi 1,5
Margin (Batas Atas : 4 cm, Batas Bawah : 3 cm, Batas Kiri 4 cm dan batas kanan 3 cm)
Kertas A4
Laporan dibuat per acara (dikumpulkan pada akhir acara)
Cover warna kuning
6
ACARA I PEMILIHAN PRODUK & PENENTUAN SEGMENTASI,TARGETING DAN POSIITIONING (STP) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1.
Praktikan dapat memahami bahwa pemilihan produk dari suatu usaha yang berorientasi pada konsep pemasaran berawal dari adanya kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa tertentu.
2. Praktikan memahami bahwa penentuan STP pada suatu produk yang berbeda dari penawaran oleh pelaku pasar lainnya. 3. Praktikan memahami bahwa identifikasi atribut produk penting dalam memilih suatu produk dan penentuan STP. 4. Praktikan dapat memahami bahwa penggunaan statistik deskriptif sebagai salah satu alat pengambilan keputusan. II. TINJAUAN PUSTAKA KONSEP PEMASARAN Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu : kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar. Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran
7
Berikut alur proses pemasaran yang digambarkan dalam skema : Kebutuhan, keinginan dan permintaan
Produk (barang, jasa dan gagasan)
Nilai biaya, dan kepuasan
Pertukaran dan transaksi
Hubungan dan jaringan
pasar Pemasar dan calon pembeli
Gambar 1. Skema Alur Pemasaran
8
1. Kebutuhan , Keinginan dan Permintaan Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hayati kondisi manusia. keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan institusi sosial. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju. 2. Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepelikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus memperhatikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk tersebut. 3. Nilai, Biaya dan Kepuasan Nilai adalah perkiraan pelanggan tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi pelanggan akan memilih produk mana yang akan memberi kepuasan total paling tinggi. Nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk harga.
9
4. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup untuk menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginannya dengan pertukaran. Pertukaran adalah salah satu cara mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan bukan kejadian sesaat. Masingmasing pihak disebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding dan mengarah pada suatu persetujuan. Jika persetujuan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kelancaran dari transaksi, maka hubungan yang baik dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan membangun suatu ikan ekonomi, teknis dan sosial yang kuat dengan mitranya. Sehingga transaksi tidak perlu dinegosiasikan setiap kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini dapat dicapai dengan menjanjikan serta menyerahkan mutu produk, pelayanan dan harga yang wajar secara kesinambungan. 5. Pasar Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk menunjukan pada sejumlah pembeli dan penjual melakukan transaksi pada suatu produk.
6. Pemasaran dan Pemasar Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar, pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi
10
yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumberdaya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau satu pihak lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli. Dari konsep inti pemasaran maka, ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan kegiatan pemasarannya (Sugito,2008). A. Konsep Pemasaran Berwawasan Produksi Konsep ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan produk melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat tinggi. Kelemahan konsep pemasaran ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk. B. Konsep Pemasaran Berwawasan Produk Konsep ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan ini cenderung tidak memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, sehingga divisi pemasaran akan mengalami kesulitan dalam pemasaran. C. Konsep Pemasaran Berwawasan Menjual Konsep ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan membeli produk industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan enggan membeli dan harus didorong supaya membeli. Konsep ini sering digunakan pada “ Produk yang tidak dicari” atau
11
tidak terpikir untuk dibeli serta pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi. D. Konsep Pemasaran Berwawasan Pemasaran Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu 1.
Pasar sasaran,
2. Kebutuhan pelanggan, 3. Pemasaran yang terkoordinir serta 4. Keuntungan. Konsep ini telah dinyatakan dalam banyak cara :
Memenuhi kebutuhan dengan menguntungkan
Temukan keinginan dan penuhilah
Cintailah pelanggan bukan produknya
Dapatkanlah sesuai kesukaan anda
Berusaha sekuat tenaga memberikan nilai, mutu dan kepuasan tertinggi bagi uang pelanggan.
E. Konsep Pemasaran Berwawasan Bermasyarakat Konsep ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan pemasaran, yaitu
12
1.
Keuntungan industri jangka pendek,
2. Kepuasan pelanggan jangka panjang dan 3. Kepentingan umum dalam pengambilan keputusan. Pemasaran memiliki beberapa unsur dan dapat diklarifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu (Rangkuti, 1997) : a. Unsur strategi pemasaran, meliputi : 1) Segmentasi pasar, yaitu suatu tindakan untuk mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah.
Masing-masing
karakteristik,
kebutuhan
segmen
konsumen
produk
dan
ini
bauran
memiliki pemasaran
tersendiri. 2) Targeting, adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. 3) Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuannya adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Menurut Phillip Kotler mendefinisikan positioning sebagai tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal – hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti adalah benak sasaran konsumennya. Tugas memposisikan terdiri dari tiga langkah : mengindentifikasikan sejumlah keunggulan bersaing yang mungkin utnuk membangun posisi, memilih
keunggulan
bersaing
yang
tepat
dan
secara
efektif
mengkomunikasikan serta menyampaikan posisi yang dipilih kepada pasar. Selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi pemasaran juga dapat menggunakan cara – cara lain, yaitu: a.
Positioning berdasarkan perbedaan produk. Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya terhadap pesaing (unique product feature).
13
b.
Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen.
c.
Positioning berdasarkan pemakaian. Disini atribut yang ditonjolkan adalah pemakaian produk itu.
d.
Positioning berdasarkan kategori produk. Positioning ini biasanya dilakukan oleh produk – produk baru yang muncul dalam suatu kategori produk.
e.
Positioning kepada pesaing. Di Indonesia marketer dilarang mengiklankan
produknya
dengan
membandingkan
dirinya
kepada para pesaing. f.
Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk – produk / jasa – jasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk memberi solusi kepada
konsumennya.
Masalah
yang
dirasakan
dalam
masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan dan produk
yang
ditawarkan
diposisikan
untuk
memecahkan
persoalan tersebut.
Phillp Kotler menyebut empat macam kesalahan yang bisa terjadi dalam positioning. Kesalahan – kesalahan itu adalah: 1.
Underpositioning. Produk mengalami underpositioning kalau gregetnya tidak dirasakan konsumen.
2. Overpositioning.
Adakalanya
marketer
terlalu
sempit
memposisikan produknya sehingga mengurangi minat konsumen yang masik dalam segmen pasarnya. 3. Confused positioning. Konsumen bisa mengalami keragu – raguan karena marketer menekankan terlalu banyak atribut. 4. Doubltful positioning. Positioning ini diragukan kebenarannya karena tidak didukung bukti yang memadai.
14
Market Segmentation 1. Identify bases for segmenting the market 2. Develop segment profiles
Target Marketing 3. Evaluate attractiveness of each segment 4. Select target segments
Positioning 5. Identify possible positioning concepts for each target segment 6. Select, develop and communicate the chosen positioning concept
© Jody Evans MBS Marketing, 2004
III. Prosedur Praktikum a. Pemilihan Produk 1.
Brainstorming terhadap penentuan produk yang akan dipilih. Kategori: produk agroindustri, bisa food atau non food.
2. Lakukan kunjungan industri (ukm/umkm) terkait produk agroindustri yang dipilih. 3. Mengidentifikasi pilihan produk yang akan menjadi usaha dan yang akan dipasarkan oleh praktikan. 4. Mengemukakan alasan pemilihan produk tersebut. 5. Penentuan Segmentasi, Targeting dan Positioning produk berdasarkan alur proses STP.
15
6. Isikan hasil pembahasan kelompok dalam kolom dibawah ini : No
Pemilihan
1
Produk
2
Alasan terpilih produk
3
Atribut Produk
4
Atribut Layanan
5
Segmentasi
6
Targeting
7
Positioning Produk
Hasil
16
ACARA II PRA SURVEY PASAR I. TUJUAN PRAKTIKUM 1.
Praktikan dapat membuat kuesioner dengan baik dan berkualitas.
2. Praktikan dapat menyusun pertanyaan dalam kuesioner sesuai dengan struktur pertanyaan. 3. Praktikan mampu menentukan jumlah sampel dan jenis sampel yang akan digunakan dalam survey pasar. II. TINJAUAN PUSTAKA Merancang kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan formal secara tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden. Sebagai instrumen, kualitas kuesioner bergantung pada seberapa bai kuesioner tersebut memenuhi fungsi dasarnya, yaitu mengumpulkan data. Oleh karena itu, kualitas kuesioner bergantung pada seberapa baik kualitas data yang diperoleh. Untuk memperoleh kuesioner berkualitas, ada lima aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: 1.
Apa yang mau ditanyakan?
2. Bagaimana bentuk pertanyaan? 3. Bagaimana membuat kalimat tanya yang efektif? 4. Bagaimana menyusun urutan pertanyaan? 5. Bagaimana menguji kebaikan kuesioner?
17
Struktur pertanyaan Berdasarkan
struktur,
pertanyaan-pertanyaan
kuesioner
dapat
dibedakan menjadi pertanyaan tidak terstruktur dan pertanyaan terstruktur Pertanyaan tidak terstruktur, yang disebut juga pertanyaan terbuka, adalah bentuk pertanyaan di mana responden bebas memberikan jawaban. Pertanyaan tidak terstruktur lebih kalau diarahkan pada suatu topik. Responden dapat stimulasi untuk memberikan jawaban seluas-luasnya, sehingga menambah pemahaman tersebut, peneliti dapat merancang pertanyaan terstruktur untuk penelitian yang lebih mendalam. Pertanyaan terstruktur adalah bentuk pertanyaan di mana alternatif jawaban sudah tersedia. Responden tinggal memilih mana jawaban yang paling sesuai bagi dirinya. Responden tidak memiliki peluang untuk memberikan jawaban di luar pilihan jawaban yang tersedia. Oleh karena itu, pertanyaan terstruktur disebut juga pertanyaan tertutup. Langkah-langkah penting dalam penyusunan kuesioner: 1. Tetapkan informasi yang ingin diketahui. 2. Tentukan jenis kuesioner dan metode administrasinya. 3. Tentukan isi dari masing-masing pertanyaan. 4. Tentukan bentuk respons atas setiap pertanyaan. 5. Tentukan kata-kata dari setiap pertanyaan. 6. Tentukan urutan pertanyaan. 7. Tentukan karakteristik fisik kuesioner. 8. Uji kuesioner dan lakukan perubahan jika perlu.
18
III. PROSEDUR PRAKTIKUM 1.
Buat
kuesioner
sederhana
yang
berisikan
informasi mengenai
karakteristik responden, identitas pewawancara, kode kuesioner. 2. Pertanyaan dalam kuesioner mengenai pemilihan atribut produk yang paling
penting
berdasarkan
persepsi
responden
(jenis
produk
berdasarkan hasil acara 1) 3. Pertanyaan mengenai preferensi konsumen terhadap produk yang diteliti (jenis produk berdasarkan hasil acara 1) 4. Metode kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner yang dibagikan merupakan kuesioner tertutup yang memiliki lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kelima pilihan jawaban tersebut menggunakan skala likert dengan urutan nilai 5, 4, 3, 2 dan 1.
19
ACARA III. SURVEY LAPANGAN (PENYEBARAN KUESIONER) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1.
Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari konsumen terhadap produk, baik barang maupun jasa.
2. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 50 responden. II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Sampling a. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi dibedakan menjadi populasi sasaran dan populasi sampel. Populasi sasaran adalah keseluruhan individu dalam areal/wilayah/lokasi/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi sampel adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampelnya. Kerangka sampel adalah seluruh daftar individu yang menjadi satuan analisis yang ada dalam populasi dan akan diambil sampelnya. Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto et al, 2001). b. Metode Penarikan Sampel Secara garis besar, ada dua kelompok cara penarikan sampel, yaitu random sampling (metode acak) dan non-random sampling (metode tak acak). Dalam random sampling, pemilihan sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Dengan demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menduga karakteristik populasi secara obyektif.
20
Dalam non-random sampling, peneliti mengambil sampel yang memenuhi ciri-ciri yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan bahwa yang diambil sebagai sampel adalah yang dianggap dapat mewakili populasinya. Jadi, tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel seperti dalam random sampling. Menurut metodenya,
random sampling dibagi menjadi sampling acak sederhana, sampling acak distratakan, sampling acak kelompok, sampling area, dan sampling acak dua tahap. Sedangkan non-random sampling dibagi menjadi
sampling
sistematik,
sampling
kemudahan,
sampling
bertujuan, dan sampling kuota (Sigit, 2003). Penyiapan dan Analisis Data Data yang sudah terkumpul perlu dianalisis terlebih dahulu agar peneliti memperoleh informasi. Data baru sekadar catatan ukuran fenomena tertentu. Data perlu dianalisis agar menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Menurut Green et al, analisis dapat dipandang sebagai pengurutan, pengelompokkan
ke
dalam
bagian-bagian
yang
berhubungan,
dan
memanipulasi data untuk memperoleh jawaban atas masalah penelitian. Dalam analisis data, menurut Hawkins dan Tulls, dilakukan konversi data menjadi pernyataan-penyataan deskriptif tentang variabel atau hubungan antarvariabel. Lebih singkat dikatakan bahwa analisis data memberikan jawaban atas pertanyaan yang ingin kita ajukan pada setumpuk data. Interpretasi kadangkala disamakan dengan analisis. Akan tetapi, dalam buku ini, intepretasi kita tempatkan sebagai kelanjutan analisis, yaitu pengambilan hasil analisis dan pengambilan kesimpulan tentang hubungan antarvariabel. Lebih lanjut, Green et al mengatakan bahwa analisis dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan ilmu pengetahuan (science) maupun seni, dengan intuisi maupun pertimbangan informal, dengan judgement maupun
21
perhitungan statistik, dikombinasikan dengan pengetahuan menyeluruh tentang konteks masalah yang diteliti. Pengeditan Data Pengeditan adalah proses pengecekan untuk memastikan bahwa data yang akan diolah tidak asal isi (asal jawab), konsisten, dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal-hal seperti ini dibawah ini perlu mendapat perhatian Pengkodean (Coding) Pengkodean adalah proses memberikan simbol pada pertanyaan maupun jawaban. Pengodean ini mempermudah pengelolaan data, apalagi kalau peneliti memasukkan data ke dalam buku besar program komputer. Misalnya, kalau menggunakan SPSS, pertanyaan perlu dikodekan menjadi nama variabel dengan panjang maksimal 8 karakter. Respons perlu dikodekan dengan angka-angka numerik agar data mudah diolah. Agar data yang telah dikodekan dapat dibaca oleh peneliti maupun pihak lain, maka peneliti perlu membuat buku kode, yaitu catatan yang berisikan arti setiap kode yang digunakan. Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah transformasi data mentah ke dalam bentuk yang mudah dipahami atau diinterpretasi. Analisis deskriptif juga disebut analisis pendahuluan, bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel dalam sampel. Hasil analisis ini juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan alat analisis dalam uji hipotesis. Menurut Gulo, alat-alat analisis untuk analisis pendahuluan adalah: 1.
Tabel frekuensi
2. Diagram statistik 3. Perhitungan ukuran tendensi pusat dan ukuran dispersi 4. Estimasi parameter
22
Analisis apa yang digunakan pada data bergantung pada jenis datanya. Status data yang lebih tinggi, dapat memakai analisis data yang lebih sederhana. Ukuran Pemusatan Data Ukuran Pemusatan Data masih merupakan bagian dari statistika deskriptif. Ukuran pemusatan data yang akan kita pelajari adalah rata-rata hitung (arithmetic mean), median, modus. Ukuran pemusatan atau disebut juga rata-rata (average) menunjukkan di mana suatu data memusat atau suatu kumpulan pengamatan memusat (mengelompok). Pengukuran pusat data penting untuk dilakukan karena suatu kelompok data bila diurutkan (membesar atau mengecil, maka ada kecenderungan bahwa data itu akan memusat pada bagian tengah. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis data yang menjadi fokus perhatian adalah di mana data itu memusat dan bukan memberi perhatian pada keseluruhan data. Jadi, sesuai dengan namanya, ukuran pemusatan data menunjukkan pusat suatu data atau pusat suatu kumpulan pengamatan yang merupakan nilai khas untuk mewakili semua data atau semua pengamatan. Dispersi data Pentingnya
kita
mempelajari
dispersi
data
didasarkan
pada
dua
pertimbangan. Pertama, pusat data, seperti rata-rata hitung, median dan modus hanya memberikan informasi yang sangat terbatas, sehingga tanpa disandingkan dengan dispersi data kurang bermanfaat dalam analisis data. Kedua, dispersi data sangat penting untuk membandingkan penyebaran dua distribusi data atau lebih. Ukuran penyebaran suatu kelompok data terhadap pusat data disebut dispersi atau variasi atau keragaman data. Ada beberapa jenis ukuran dispersi data yang akan dipelajari pada bagian ini, antara lain:
23
Jangkauan (Range) Ukuran dispersi data yang paling sederhana untuk menghitung dan menginterpretasikan data adalah jangkauan. Jangkauan atau range (r) suatu kelompok data adalah selisih antara nilai maksimum dengan nilai minimum. Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai berikut: Range (r) = nilai maksimum – nilai minimum Variansi (Variance) Variansi adalah rata-rata kuadrat selisih atau kuadrat simpangan dari semua nilai data terhadap rata-rata hitung. Variansi untuk sampel dilambangkan dengan S2. Sedangkan untuk populasi dilambangkan dengan σ2. Untuk data berkelompok: S2
(X - X)
2
n -1
Untuk data berkelompok: S2
f(X - X)
2
n -1
, di mana n f
Standar Deviasi Standar Deviasi berkaitan langsung dengan variansi. Standar Deviasi merupakan akar pangkat dua dari variansi. Standar Deviasi seringkali disebut simpangan baku. Dengan demikian rumus dari standar deviasi adalah: Untuk data tidak berkelompok : S=
(X - X)
2
n -1
Untuk data berkelompok : S=
f(X - X) n -1
2
, di mana n f
24
III. PROSEDUR PRAKTIKUM 1.
Lakukan penentuan responden dan penyebaran kuesioner sejumlah 50 orang. (penyebaran kuesioner dibuat satu tahap)
2. Kumpulkan data-data tersebut per kelompok sehingga kelompok memilih satu produk yang kemungkinan besar dapat diterima oleh pasar karena sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. 3. Lakukan analisis deskriptif dari data tersebut yang telah diolah mengenai atribut yang telah dipilih setiap responden dengan menggunakan ditribusi frekuensi dan menggambarkannya dalam bentuk histogram atau poligon, atau frekuensi poligon atau frekuensi kumulatif atau ogif. 4. Hitung ukuran tendensi pusat dan ukuran dispersi data. Untuk karakteristik
responden
berupa
tingkat
pengeluaran,
lakukan
pengelompokkan melalui kelas-kelas/kategori (3 kategori), sedangkan untuk
karakteristik
responden
berupa
jenis
kelamin,
dapat
dikelompokkan menjadi 2 katagori, yaitu: laki-laki dan perempuan. 5. Lakukan estimasi terhadap parameter yang ada.
25
ACARA IV. PENGOLAHAN dan ANALISA DATA I. TUJUAN PRAKTIKUM 1.
Mengetahui
cara
melakukan
pengolahan
data
kuesioner
menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 2. Mampu menggunakan software aplikasi SPSS untuk mengolah data kuesioner. 3. Mampu melakukan analisa data kuesioner. II. TINJAUAN PUSTAKA Validitas dan Reliabilitas Pengumpulan
data
yang
dilakukan
dengan
menggunakan
angket
dihadapkan pada dua persoalan pokok berupa validitas dan reliabilitas angket. Suatu pengumpulan data menggunakan angket tanpa mengetahui bagaimana tingkat validitas dan tingkat reliabilitas angket tersebut, maka tingkat kepercayaan yang diberikan pada data yang diperoleh sangat tipis. Dengan demikian, tingkat kepercayaan atas hasil analisis dan kesimpulan yang diambil juga sangat tipis. 1.
Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan
keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya apabila alat ukur tersebut stabil (ajeg), sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan untuk meramalkan (prediciability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Uji reliabilitas pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas internal dari Alpha. Uji reliabilitas
26
yang dilakukan untuk menghitung koefisien Alpha tersebut hanya dilakukan sekali saja pada sekelompok responden tanpa dilakukan pengulangan. Dalam penghitungan reliabilitas, angket dibelah menjadi dua bagian. Pembelahan ini didasarkan pada nomor ganjil dan nomor genap, sehingga diperlukan jumlah skor belahan pertama/ganjil dan jumlah skor belahan kedua/genap (Sudarmanto, 2005). Pengujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen. Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek tidak berubah. Konsep reliabilitas dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu : a. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas
alat
ukur
berhubungan
dengan
error
measurement, yaitu sejauh mana terjadi inkonsistensi hasil pengukuran apabila pengukuran dilakukan secara berulang dengan menggunakan subyek yang sama. Metode yang biasanya digunakan adalah dengan repeated measure. b. Reliabilitas Hasil Ukur Reliabilitas hasil ukur berhubungan dengan sampling error, yaitu sejauh mana
terjadi inkonsistensi hasil ukur apabila
pengukuran dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang berbeda. Metode yang digunakan adalah one shot/pengukuran sekali saja. Reliabilitas hasil ukur dapat dilakukan dengan melihat nilai cronbach alpha.
27
Berdasarkan metode Alpha Cronbach’s, butir-butir pertanyaan dalam variabel dikatakan reliable apabila nilai hasil uji (sig.2 tailed) atau
alpha > 0,6. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus :
Di mana :
rtot = angka reliabilitas keseluruhan item rtt 2.
= angka reliabilitas belahan pertama dan kedua
Uji validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas suatu instrumen akan menggambarkan tingkat
kemampuan
alat
ukur
yang
digunakan
untuk
mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka disebut valid dan sebaliknya, apabila tidak mampu mengukur apa yang diukur, maka dinyatakan tidak valid. Validitas instrumen (angket) dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu validitas isi (content validity), validitas yang berhubungan dengan kriteria (criterion validity), dan validitas konstrak (construct validity). Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak (susunan), yang ditetapkan menurut analisis rasional terhadap isi tes atau angket yang penilaiannya didasarkan pada pertimbangan subyektif individual dengan mempertimbangkan baik teori maupun instrumen pengukur itu sendiri (Sudarmanto, 2005). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003), validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran
28
disebut valid apabila alat ukur tersebut dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada berbagai metode yang digunakan dalam uji validitas, seperti korelasi
product moment pearson (seperti metode analisis korelasi) dan analisis faktor. Cara mengukur validitas yang paling umum adalah dengan menggunakan koefisien alpha. Koefisien alpha biasa diukur dengan menggunakan cronbach alpha. Menurut Riduwan dan Akdon (2005), butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel pada tabel r product moment. Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom
Corrected item-Total Correlation pada tabel item total statistics yang dapat diperoleh dengan melakukan perintah Reliability Analysis. Berikut ini adalah cara mengukur r hitung validitas, yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment : r
n n n n X iYii X i Yi i 1 i 1 i 1 2 2 n n n n 2 2 n X i X i n Yi Yi i 1 i 1 i 1 i 1
Di mana :
r = koefisien korelasi product moment X = skor tiap pertanyaan/item Y = skor total N = jumlah responden
29
III. PROSEDUR PRAKTIKUM 1.
Lakukan pengolahan data untuk uji reliabilitas dan uji validitas berdasarkan hasil penyebaran kuesioner menggunakan software SPSS.
2. Lakukan analisis data berdasarkan hasil uji reliabilitas dan uji validitas.
Berikut ini contoh kasus dan pengolahan data menggunakan program SPSS. Komitmen kerja diukur dengan menggunakan 7 butir pertanyaan dan masing-masing
pertanyaan
merupakan
indikator
mengukur
tingkat
komitmen kerja. Masing-masing pertanyaan menggunakan Skala Likert 1 sampai dengan 5. Dari 10 responden, diperoleh data sebagai berikut : Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 5 1 5 3 1 4 4 5 4
2 5 3 2 4 3 1 4 5 5 4
Pertanyaan 3 4 5 4 5 4 3 3 4 3 2 2 3 4 5 3 4 4 1 1 2 3 4 4 4 3 3 5 5 4 5 5 5
6 5 5 2 4 5 2 4 3 5 4
7 3 4 3 5 5 2 4 4 5 3
Langkah-langkah analisis : 1.
Masukkan data jawaban responden pada lembar data view (pada spss).
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, klik scale, lalu klik Reliability
Analysis. 3. Tampak di layar windows Reliability Analysis. 4. Masukkan butir pertanyaan 1 sampai 7 ke box item menggunakan tanda panah. 5. Pada kotak model pilih alpha.
30
6. Klik tombol statistics, pada descriptives for pilih item, scale, scale if item deleted, pada inter-item pilih correlation, dan klik continue, kemudian klik OK. Hasil dan Pengolahan Data Case Processing Summary N
%
Cases
Valid 10 100.0 a Excluded 0 .0 Total 10 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. N diatas menunjukkan jumlah responden, yaitu 10 orang. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .934
.934
7
Kekuatan reliabilitas dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu : 1. Nilai Cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel. Sehingga dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jika A positif dan A > 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel 2. Jika A positif tetapi A < 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel
31
Nilai cronbach alpha adalah sebesar 0,934, artinya kuesioner tersebut sangat reliabel dan menunjukkan reliabilitas atau konstruk dari variabel berkomitmen tinggi. Item Statistics
pertanyaan1 pertanyaan2 pertanyaan3 pertanyaan4 pertanyaan5 pertanyaan6 pertanyaan7
Mean
Std. Deviation
N
3.70 3.60 3.40 3.60 3.70 3.90 3.80
1.567 1.350 1.174 1.350 1.059 1.197 1.033
10 10 10 10 10 10 10
Inter-Item Correlation Matrix Pertanya an 1 pertanyaan1 pertanyaan2 pertanyaan3 pertanyaan4 pertanyaan5 pertanyaan6 pertanyaan7
1.000 .830 .616 .777 .810 .811 .577
Pertanya an 2 .830 1.000 .813 .817 .606 .591 .494
Pertanya Pertanya Pertanya Pertanya an 3 an 4 an 5 an 6 .616 .813 1.000 .813 .554 .506 .348
.777 .817 .813 1.000 .839 .798 .494
.810 .606 .554 .839 1.000 .762 .548
Pertanya an 7
.811 .591 .506 .798 .762 1.000 .611
.577 .494 .348 .494 .548 .611 1.000
32
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian berjumlah 14 orang. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan tersebut valid dengan ketentuan : i.
r tabel pada α (taraf signifikansi) 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah sampel – 2. Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 10 orang/responden, sehingga df = 10-2 = 8. Nilai r tabel untuk df = 8 adalah 0,6319 yang dapat dilihat dalam tabel r Product Moment di bawah ini.
ii. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila jika r hasil > r tabel product
moment. Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation pada tabel item total statistics yang dapat diperoleh dengan melakukan perintah Reliability Analysis. Item-Total Statistics Scale Mean Scale Corrected if Item Variance if Item-Total Deleted Item Deleted Correlation pertanyaan1 pertanyaan2 pertanyaan3 pertanyaan4 pertanyaan5 pertanyaan6 pertanyaan7
22.00 22.10 22.30 22.10 22.00 21.80 21.90
36.444 39.656 43.122 38.544 43.111 41.733 46.322
.881 .829 .718 .907 .815 .802 .582
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted .966 .961 .788 .975 .942 .931 .583
.915 .919 .929 .911 .922 .922 .940
33
Scale Statistics Mean
Variance
25.70
55.567
Std. Deviation 7.454
N of Items 7
Dari hasil corrected item-total correlation (r hasil) terlihat bahwa pertanyaan 1 sampai pertanyaan 6 mempunyai r hasil > r tabel (0,6319), sehingga butir pertanyaan dapat dikatakan valid. Sedangkan pertanyaan 7 mempunyai r hasil (0,582) < r tabel (0,6319), sehingga butir pertanyaan 7 dapat dikatakan tidak valid.
34
TABEL R PRODUCT MOMENT
35