Panduan membaca dan menganalisis Hasil Try Out ( TO ) Ners Juli 2013 Selamat dan terima kasih banyak atas dukungan institusi dalam mensukseskan pelaksanaan try out ners 27-28 Juli 2013. Dukungan tersebut diharapkan terus meningkat dimasa yang akan datang. Data hasil TO tidak sekedar menampilkan perolehan nilai peserta apakah itu lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata nasional namun juga memberikan gambaran proses pembelajaran yang lebih detail dari institusi bersangkutan. Try out uji kompetensi akan memberikan manfaat bagi perkembangan institusi melalui perbaikan institusi yang lebih spesifik yang berasal dari analisis hasil try out. Hasil analisis try out uji kompetensi memberikan gambaran sederhana dari keberadaan institusi mulai dari keberadaan staf (kuantitas dan kualifikasi staf), proses pembelajaran dengan akademik atmosfernya sampai pada ketersediaan fasilitas penunjang baik laboratorium klinik, kampus maupun perpustakaan. Tujuan try out uji kompetensi ; Pertama, sebagai alat benchmarking institusi pendidikan ners Indonesia dimana hasil uji kompetensi yang berskala nasional dapat digunakan untuk menilai kelebihan dan kekurangan dari setiap institusi peserta. Kedua, untuk menyusun strategi belajar yang lebih baik dan menurunkan kecemasan saat menghadapi ujian sehingga mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang lebih baik saat uji kompetensi yang sesungguhnya. Setiap institusi mendapatkan laporan hasil try out berupa laporan hasil capaian institusi dan peserta. Agar laporan tersebut memberikan manfaat dan makna dalam perbaikan perlu dilakukan analisis dan diintepretasikan secara lebih objektif dengan proses pembelajaran dan semua unsur pendukungnya. Untuk itu perlu ada rapat koordinasi untuk menterjemahkan hasil tersebut dan dijadikan bahan serta pertimbangan perubahan strategi dalam perbaikan di masa datang. Berikut beberapa ilustrasi dalam menganalisis hasil dan implikasinya serta hal-hal yang mungkin dapat diperbaiki. 1.Analisis hasil TO dengan data laporan per institusi. Bentuk laporan adalah sebagai berikut :
Nama Institut Data Statistik Nasional
Kode soal 1 1
Juml pesrta
Rata-rata
SD
12 1322
47,5 47,2
7.1 7,2
Nilai tertinggi 58.3 66,1
Nilai terendah 35.5 20
Penjelasan sebagai berikut : 1. Kode soal : menunjukan soal yang dijawab oleh peserta. Dalam TO kali ini ada 3 set soal . Kode 1 adalah set soal 1, kode soal 2 menunjukan set soal 2 dan kode soal 3 menunjukan set soal 3. Dalam contoh di atas yang dijawab oleh peserta insitusi adalah kode soal 1. 2. Jumlah Peserta menjawab soal ini dari insititusi sebanyak 12 orang diantara 1322 peserta secara nasional. 3. Nilai rata-rata 12 peserta insitusi adalah 47,5 dengan SD 7,1 sementara rata-rata nasional adalah 47,2 dengan SD 7,2. Angka ini menunjukan kemampuan dari 12 peserta institusi sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional dimana standar deviasinya juga tidak terlalu jauh berbeda. Standar deviasi dalam menunjukan nilai simpangan peserta penjawab institusi atau nasional sebesar yang ditunjukan diatas ( institusi adalah 7.1 dan nasional
7,2) Semakin kecil standar deviasi dari peserta institusi semakin baik yang berarti bahwa insitusi tersebut telah mampu meningkatkan kemampuan peserta didiknya secara merata apalagi besaran nilai yang diperoleh semua berada di atas nilai rata-rata nasional. 4. Nilai tertinggi dan terendah institusi perlu diperhatikan. Nilai tertinggi menunjukan kemampuan jawab benar institusi yang tertinggi, dalam contoh diatas adalah nilai tertingginya adalah 58,3 sementara nilai tertinggi nasional adalah 66,1. Berarti nilai tertinggi tidak dipegang oleh institusi ini dengan kata lain ada pada peserta institusi lain. 5. Nilai terendah institusi dalam contoh ini adalah 35,5 dan terendah nasional adalah 20. Berarti nilai terendah bukan pada institusi ini. Namun yang penting diperhatikan pada nilai terendah ini adalah apakah nilai terendah institusi berada dibawah nilai rata-rata nasional atau lebih tinggi. Nilai terendah institusi yang berada dibawah nilai rata-rata nasional kemungkinan peserta institusi tersebut tidak lulus ( nilai rata-rata nasional biasanya menjadi acuan dalam menentukan kelulusan). Berapa jumlah peserta institusi yang bernilai lebih rendah dari nilai rata-rata nasional tidak dapat dilihat pada laporan ini.Untuk mengetahui hal ini perlu dilihat secara manual dari laporan per peserta per institusi ( peserta dengan nilai lebih rendah dari rata-rata nasional berisiko tidak lulus, bila dilakukan standar setting. Yang aman adalah bila nilai terendah institusi berada diatas nilai rata-rata nasional yang berarti kemungkinan semua peserta dari institusi tersebut lulus. 6. Standar Deviasi juga menunjukan kemampuan institusi pada pengelolaan mahasiswa dalam proses belajar. Standar deviasi yang semakin rendah berarti bahwa kemampuan institusi semakin baik dalam pengelolaan proses belajar tentu dengan syarat besaran nilai seluruhnya berada di atas rata-rata nasional. Nilai tertinggi hanya satu orang pada institusi tidak berarti apa apa jika yang lainnya semuanya berada dibawah nilai rata-rata nasional. Atau berarti anak tersebut memang mempunyai kemampuan yang istimewa bukan karena kemampuan institusi dalam mendorong kemampuan peserta didik pada proses belajar mengajar namun lebih menunjukan pada kemampuan individual peserta. di institusi tersebut. 2. Laporan per tinjauan Blue print ners terdiri dari 7 tinjauan yaitu kompetensi, ranah(kognitif, afektif dan prosedural knowledge), keilmuan, proses keperawatan, upaya kesehatan, kebutuhan dasar manusia dan organ. Tinjauan menggambarkan cara bagaimana kompetensi dapat dicapai dalam proses belajar. Soal dalam setiap tinjauan sesuai dengan persentasi yang telah ditentukan. Kemampuan peserta menjawab benar dari seluruh soal yang disediakan mencerminkan kemampuan peserta dan sekaligus institusi dalam menterjemahkan pada proses belajar sehingga peserta didik mempunyai kemampuan sesuai aspek yang diinginkan. Semakin tinggi kemampuan jawab peserta institusi pada tinjauan itu semakin besar kemampuan institusi itu dalam menjalankan kurikulum. Begitu sebaliknya. Dengan demikian maka institusi perlu melihat secara lengkap dan detail tentang perolehan peserta institusinya. Buat analisanya dan berdasarkan hal tersebut dilakukan perbaikan secara lebih spesifik.
Tinjauan 1 : Kompetensi Tampilan hasil sebagai berikut : NO Tinjauan 1 1 2 3
Etik, legal,dan peka budaya Asuhan dan manejemen asuhan Pengembangan professional
rata2 benar institusi 7,4 77,4 1,0
rata2 benar nasional 8,4 75,9 0,8
Jumlah soal 20 157 3
Intepretasi Hasil Rata-rata kemampuan menjawab peserta institusi dibanding nasional dalam aspek etik lebih rendah yang menunjukan bahwa kemungkinan penekanan proses pembelajaran pada aspek ini kurang. Namun jika dilihat secara keseluruhan kemampuan jawab seluruh peserta kurang dari 50 %. (8,4 dari 20 soal) Banyak hal mungkin menjadi penyebab diantaranya adalah pemahaman dan penekanan dosen dalam proses pembelajaran masih rendah, sks masih rendah atau pembelajaran belum menyentuh substansi praktis yang berkelanjutan. Dalam praktek klinik, substansi etik belum terstimulus atau mendapat perhatian secara proporsional baik dalam proses pembelajaran akademik, klinik maupun dalam sistem penilaian. Dampaknya, mahasiswa kurang menyadari pentingnya hal ini. Rata-rata kemampuan peserta institusi dibanding rata-rata nasional pada aspek Asuhan dan manejemen asuhan sedikit lebih tinggi. Ini menunjukan bahwa arah proses pembelajaran klinik sudah sesuai. Namun dilihat dari jumlah soal yang disediakan kemampuan menyelesaikan soal masih jauh dari yang diharapkan (kurang dari 50%). Dari sisi mana kemungkinan munculnya kelemahan ini dapat ditelusuri pada tinjauan-tinjauan berikutnya, misalnya dari bidang keilmuan seperti KMB, Anak, maternitas, gerontik dsb. Rata-rata kemampuan peserta institusi dibanding nasional sedikit lebih tinggi pada aspek Pengembangan professional. Namun demikian secara keseluruhan baik institusi ataupun nasional masih kurang dari 50 persen. Ini berarti bahwa secara institusi di seluruh Indonesia belum memberikan perhatian pada aspek ini. Banyak hal yang perlu di cermati. Mungkin yang paling mendasar yang perlu di pertanyakan adalah apakah sudah mampu menterjemahkan apa itu pengembangan profesional? Apakah ada SKS proporsional yang membahas hal tersebut? Dan sebagainya. Tinjauan 2 : Ranah kognitif, Afektif dan prosedural Knowlegde Tampilan Hasil sebagai berikut : No Tinjauan 2 1 2 3
Kognitif Prosedural Knowledge Afektif Knowledge
Benar rata2 Benar rata2 Jumlah Soal institusi Nasional 68,3 66,0 138 11,5 12,4 26 5,8 6,6 16
Intepretasi Hasil Rata-rata kemampuan menjawab peserta institusi dibanding nasional dalam aspek kognitif lebih tinggi yang menunjukan bahwa kemungkinan penekanan proses pembelajaran pada aspek ini sudah baik. Namun jika dilihat secara keseluruhan kemampuan jawab seluruh peserta termasuk rendah karena kurang dari kurang dari 50 %. Perlu banyak pembenahan mulai dari SDM, proses dan upaya evaluasi. Rata-rata kemampuan peserta institusi dibanding nasional pada aspek prosedural dan afektif knowledge lebih rendah dari nasional. Ini berarti bagian ini tidak mendapat perhatian yang baik. Mungkin dosen hanya banyak menekan aspek pengetahuan saja tidak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk praktek klinik dan masalah masah terkait afektif. Perlu peningkatan atau perbaikan pada aspek laboratorium, dan praktek klinik. Pada praktek klinik harusnya dibarengi dengan evaluasi aspek sikap dan perilaku secara proporsional dan profesional. Walau hal ini juga bukan hanya terjadi pada institusi ini tapi juga secara nasional. Terbukti kemampuan jawab nasional masih rendah (dibawah 50 %). Kurang role model klinik, lahan praktek, kesempatan belajar klinik, bimbingan klinik yang professional memberi kontribusi terhadap hasil ini.
Tinjauan 3 : Bidang Keilmuan Tampilan hasil sebagai berikut : No
Tinjauan 3R
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KMB MATERNITAS ANAK JIWA KELUARGA GERONTIK MANEJEMEN GADAR KOMUNITAS
Benar institusi 29,4 7,3 10,7 9,8 7,8 3,9 4,9 7,0 4,8
rata2 Benar Nasional 28,6 8.0 9,7 10,5 8,1 3,8 4,6 6,7 5,0
rata2 Jumlah Soal 62 18 20 18 18 9 10 16 9
Intepretasi Hasil Kemampaun institusi yang lebih besar dari rata-rata nasional adalah pada mata ajar : KMB, Anak, Gerontik, manejemen dan Gadamentara lainnya kemampuannya sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional. Karena perbedaannya tidak terlalu signifikan maka sulit untuk mencari penyebabnya. Namun demikian secara keseluruhan kemampuan jawab peserta secara nasional jauh lebih rendah dari apa yang diharapkan yakni lebih dari 60 %. Sebagai gambaran diatas
kemampuan dalam bidang KMB sudah cukup baik. Mungkin dapat di evaluasi apakah kurikulum KMBnya memang sudah benar benar mendapatkan porsi yang baik. Bagaimana dengan kemampuan dan kualifikasi staf pengajarkan dalam menjalannkan proses belajar mengajarnya? Bagaimana kualitas proses pengajarannya, Apakah memang belum mendapatkan porsi yang sesuai, kualifikasi staf kurang baik, atmosfer pengajaran kurang baik dan bahkan kita mungkin bisa memperhatikan sampai pada bagaimana dedikasi pengajaran staf ,kemampuan staf dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagaimana dengan Tinjauan lain? Dengan cara berfikir yang sama maka dapat disimpulkan bahwa laporan hasil TO ini dapat di gunakan sebagai bahan untuk mengkoreksi secara internal. Mulai dari proporsi atau bobot dari setiap mata ajar dalam kurikulum. Ketersediaan staf pengajar yang memiliki kualifikasi dan kemampuan yang baik dalam bidangnya masing-masing, termasuk kemampuan dalam pengembangan soft skillnya. Ketersediaan lahan praktik dan penunjang laboratorium. Mari kita teliti dimana kelemahan itu berada dan dimana hal-hal yang sudah baik juga berada. Analisis Hasil TO secara lebih tajam dan terarah akan memberikan data tentang kemampuan institusi baik secara mandiri maupun jika dibandingkan dengan kemampuan institusi secara nasional. Kami sangat berharap data ini dapat dianalisis secara lebih mendalam sehingga berguna dalam perbaikan proses pembelajaran dimasa datang. Apa yang menjadi sasaran utama proses uji kompetensi atau TO ini yakni menjadi memicu perbaikan proses belajar mahasiswa akan menjadi kenyataan. Pada akhirnya proses ini akan membantu meningkatkan kemampuan institusi dan dan meningkatkan mutu lulusan ners dimasa yang akan datang.
Jakarta, 31 Agustus 2013 Ketua Panitia TO Ners ttd Made Kariasa